100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
113 tayangan10 halaman
Terapi musik dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien pre-operasi katarak. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimen terhadap 30 responden pasien pre-operasi katarak. Hasil analisis menunjukkan bahwa terapi musik berpengaruh signifikan dalam menurunkan kecemasan pasien sebelum operasi katarak.
Deskripsi Asli:
therapy musik
Judul Asli
pengeruh therapy musik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi katarak
Terapi musik dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien pre-operasi katarak. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimen terhadap 30 responden pasien pre-operasi katarak. Hasil analisis menunjukkan bahwa terapi musik berpengaruh signifikan dalam menurunkan kecemasan pasien sebelum operasi katarak.
Terapi musik dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien pre-operasi katarak. Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimen terhadap 30 responden pasien pre-operasi katarak. Hasil analisis menunjukkan bahwa terapi musik berpengaruh signifikan dalam menurunkan kecemasan pasien sebelum operasi katarak.
PENGARUH THERAPY MUSIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN
PRE OPERASI KATARAK DI RUMAH SAKIT
CONDONG CATUR YOGYAKARTA
Setyo Budi Santoso1, Muryani2, Murgi Handari3
Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners
STIKES Wira Husada Yogyakarta
Abstract: Blindness sufferers due to cataracts in Indonesia always increases
210,000 people per year, 16% of them suffer from productive age population. Surgery is the single most effective treatment for cataracts. Phacoemulsification Surgery is a surgical technique that uses an ultrasonic vibrator to destroy the nucleus, then the lens of the eye is replaced with a synthetic lens or IOL (Intra Oculer Lens). In the preoperative stage anxiety symptoms often occur in patients without cause. Reducing the use of drugs in dealing with anxiety requires complementary therapy or complementary therapy that can reduce anxiety levels. Intrumental music therapy was chosen to reduce the anxiety of patients pre cataract surgery. The research method is descriptive quantitative, the research design used is Pre-Experimental using one-group research design pre-post test. The sample taken was 30 respondents using the Consecutive Sample technique. Data collection by interview using a questionnaire. After the data is collected, it is then processed using the SPSS version 25 computer program with the analysis of sapiro wilk and wilxocon. Wilxocon analysis results show the value of P = 0,000 <0.05. Statistically, there is a significant influence between music therapy on the decrease in anxiety of cataract pre-surgery patients.
Keywords: Cataracts, Phacoemulsification, anxiety, Music therapy
Abstract: Penderita kebutaan akibat katarak di indonesia selalu bertambah
210.000 orang per tahun, 16% diantaranya diderita penduduk usia produkif. Pembedahan adalah satu-satunya yang paling efektif dalam penanganan katarak. Fakoemulsifikasi Surgery adalah salah satu teknik tindakan pembedahan dengan menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan nucleus kemudian lensa mata digantikan dengan lensa sintetis atau IOL (Intra Oculer Lens). Pada tahap pre operasi seringkali terjadi gejala kecemasan pada pasien tanpa sebab. Menurunkan penggunaan obat-obatan dalam mengatasi kecemasan diperlukan terapi komplementer atau terapi pelengkap yang dapat menurunkan tingkat kecemasan. Terapy musik intrumental di pilih untuk mengurangi kecemasan pasien pre operasi katarak. Metode penelitian adalah deskriptif Kuantitatif, rancangan penelitian yang digunakan adalah Pra-Eksperimental dengan menggunakan desain penelitian one-group pra-post test. Sampel yang di ambil adalah 30 responden menggunakan teknik Consecutive Sample. Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuesioner. Setelah data terkumpul kemudian di olah menggunakan program komputer SPSS versi 25 dengan analisis sapiro wilk dan wilxocon. Hasil analisis wilxocon menunjukan nilai P = 0,000<0,05. Secara statistik terdapat pengaruh yang signifikan antara terapy musik terhadap penurunan kecemasan pasien pre operasi katarak.
Kata Kunci : Katarak, Phacoemulsifikasi, kecemasan, Therapi Musik
Latar Belakang Masalah menghancurkan nucleus yang Survei kebutaan Rapid kemudian di aspirasi melalui incici 2,5- Assessment of Avoidable 3mm, kemudian lensa mata digantikan Blindness (RAAB) yang dilakukan dengan lensa sintetis atau IOL (Intra Perhimpunan Dokter Ahli Mata Oculer Lens) yang elastis dapat dilipat. Indonesia (PERDAMI) dan Badan Tahapan-tahapan pada operasi harus Litbangkes, tahun 2014 sampai 2016 di dilakukan dengan baik dan benar, 15 provinsi pada penduduk diatas usia terutama pada fase preoperasi karena 50 tahun menunjukkan prevalensi tahap ini merupakan tahapan awal kebutaan sebesar 3%. Sebanyak 15 keperawatan perioperatif. Pada tahap provinsi itu sudah mencakup 65% pre operasi ini seringkali terjadi gejala orang Indonesia. Ada beberapa gejala kecemasan pada pasien yang penyakit yang tidak bisa dicegah tapi dikarenakan berbagai sebab (Yusuf, kita bisa bantu dengan rehabilitasi, 2009). salah satunya katarak atau kekeruhan Kecemasan adalah khawatir lensa. (www.Depkes.go.id 25 Mei yang tidak jelas dan menyebar, yang 2019). berkaitan dengan perasaan tidak pasti Di Indonesia jumlah penderita dan tidak berdaya”. Secara klinis selain kebutaan akibat katarak selalu gejala cemas yang biasa, di sertai bertambah 210.000 orang per tahun, dengan kecemasan yang menyeluruh 16% diantaranya diderita penduduk dan menetap menurut Hawari (2011), usia produkif, salah satu faktor resiko kecemasan dapat di manifestasikan yang tidak dapat dimodifikasi utama dengan ketegangan motorik/ alat gerak ialah usia. Menurut Ilyas (2017), yaitu: gemetar, tegang, nyeri otot, letih, katarak dapat ditemukan dalam tidak dapat santai, kelopak mata keadaan tanpa adanya kelainan mata bergetar, tidak dapat diam, mudah atau sistemik (katarak senil, juvenil. kaget. Dari gejala itu semua tentu herediter) atau kelainan konginetal sangat menggangu dan berakibat fatal mata. Selama ini tindakan dalam perjalanan operasi, dimana pembedahan adalah satu-satunya operasi katarak membutuhkan kehati- yang paling efektif dalam penanganan hatian dan ketenangan pada saat katarak. Fakoemulsifikasi adalah salah operasi berlangsung. satu tindakan pembedahan dengan Menurunkan penggunaan obat- menggunakan vibrator ultrasonik untuk obatan dalam mengatasi kecemasan diperlukan terapi komplementer atau pre operasi katarak di Rumah Sakit terapi pelengkap yang dapat Condong Catur karena efektif dan menangani tingkat kecemasan. Terapi biaya yang murah. komplementer merupakan terapi Data yang diperoleh di rumah holistik atau terapi nonbiomedis. Salah sakit Condong Catur periode 2017- satu dari terapi komplementer yang 2018 jumlah operasi secara sedang banyak dikembangkan di keseluruhan terus meningkat yaitu 972 bidang kesehatan saat ini adalah terapi pasien di tahun 2017 dan 1082 di tahun musik, Menurut Suryana (2018), terapi 2018 yang artinya mengalami musik adalah disiplin perawatan peningkatan 11,3%. Operasi katarak kesehatan profesional yang sejumlah 335 pasien di tahun 2017 dan menggunakan aplikasi klinis musik 270 di tahun 2018. Rata- rata pasien untuk mencapai tujuan non per bulan dari bulan Januari sampai farmakologis. Intervensi terapi musik Juni 2019 adalah 25 pasien. yang diterapkan secara khusus Berdasarkan Studi pendahuluan di membantu membentuk lingkungan Rumah Sakit Condong Catur yang tidak mengancam dan Yogyakarta didapatkan data pasien pre mendukung dimana kebutuhan pasien operasi katarak yang mengalami dan keluarga dapat dipenuhi secara kecemasan dari sedang sampai berat. kreatif. Terapi musik adalah Kecemasan terlihat pada pasien penggunaan intervensi musik berbasis sebelum dilakukan tindakan operasi klinis dan bukti untuk mencapai tujuan atau pada tahap pre Operasi. Terapi individu dalam hubungan teraupetik farmakologi pemberian diazepam tablet oleh seorang profesional yang 5 mg diberikan pada pasien yang terpercaya yang telah menyelesaikan mengalami kecemasan sedang sampai program terapi musik yang disetujui. berat dan efeknya pasien mengantuk. Seorang terapis musik dapat Mengantuk ini dapat mengganggu menggunakan musik penenang untuk proses intra operatif dimana pasien membantu sesesorang dalam kurang kooperatif saat diminta untuk mencapai keadaan relaksasi yang membuka semua mata pada saat mendalam dalam persiapan untuk operasi. operasi. Terapi musik klasik intrumental Tujuan penelitian ini adalah ini dipilih oleh peneliti untuk untuk mengetahui pengaruh terapi mengurangi tingkat kecemasan pasien musik terhadap tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi terbanyak adalah pensiunan yaitu katarak di Rumah Sakit Condong Catur 43,3% dan untuk jenis kelamin adalah yogyakarta. sama antara laki-laki dengan perempuan yaitu 50%. Metode Penelitian Metode penelitian adalah 2. Tingkat Kecemasan deskriptif Kuantitatif, rancangan Tabel 2 penelitian yang digunakan adalah Pra- Tingkat Kecemasan pre dan post Eksperimental dengan menggunakan desain penelitian one-group pra-post test. Penelitian di lakukan pada bulan Oktober 2019 di Rumah Sakit Condong Catur Yogyakara. Pengambilan sampel Berdasarkan tabel 2 di atas,
menggunakan kuesioner dengan teknik dapat diketahui tingkat kecemasan
Cosecutive Sampling. responden sebelum diberikan terapy
HASIL DAN PEMBAHASAN musik pada tingkat sedang sebanyak
21 responden (70 %), dan tingkat berat A. HASIL sebanyak 9 responden (30 %). Setelah 1. Karakteristik Responden diberikan terapi musik responden yang tidak ada kecemasan sebanyak 20 Tabel 1 Karakteristik Responden (66,7 %), dan responden dengan tingkat kecemasan ringan sebanyak 10 responden ( 33, 3 %).
3. Pengaruh Pemberian Therapy
Musik
Tabel 3 Hasil Uji Wilcoxon
Berdasarkan data di atas dapat
diketahui bahwa responden terbanyak adalah di rentang usia 60-74 yaitu 90%. Tingkat pendidikan yang paling banyak Berdasarkan tabel 3 diketahui adalah SMP yaitu 53,3 %. Pekerjaan setelah diberikan therapy musik semua responden mengalami penurunan 53.3% yang bisa dikatakan tingkat kecemasan yaitu 30 orang (100%). pendidikan yang rendah. Dengan Hasil uji Wilcoxon menunjukan hasil rendahnya pendidikan seseorang nilai P = 0,000<0,05, secara statistik maka tingkat pengetahuan serta terdapat penurunan kecemasan yang intelektual seseorang juga rendah dan signifikan antara sebelum dengan ini sangat berpengaruh terhadap sesudah pemberian terapi musik mekanisme koping seseorang dalam instrumental. Nilai Z atau selisih -4,789 menurunkan kecemasan secara yaitu kurang dari 10 artinya secara individu. klinis tidak ada perbedaan kebcemasan 3. TINGKAT KECEMASAN yang bermakna antara sebelum dan SEBELUM DAN SESUDAH sesudah pemberian terapi musik THERAPY MUSIK B. PEMBAHASAN Menurut peneliti Kecemasan yang 1. USIA dialami responden sebelum di berikan Gangguan kecemasan lebih therapy disebabkan karena tindakan mudah dialami oleh seseorang yang operasi katarak ini merupakan mempunyai usia lebih tua pengalaman baru yang belum pernah dibandingkan individu dengan usia dialami oleh responden, sehingga yang lebih muda. Pada usia tua ini responden merasa bahwa tindakan ini tentunya tingkat intelektual dan merupakan sesuatu yang menakutkan. pengetahuan yang menurun yang Didukung juga dengan tingkat disebabkan oleh faktor degenerasi, pengetahuan pasien juga akan sehingga cara mengatasi kecemasan informasi tentang operasi katarak yang personal juga akan berpengarun pada kurang. Waktu menunggu pasien yang setiap individu. Dibuktikan pada agak lama pada nomor antrian yang penelitian ini yaitu 90% tingkat akhir juga mempengaruhi tingkat kecemasan tertinggi terjadi pada usia kecemasan. 60-74 th. Setalah diberikan terapi musik mengalami penurunan kecemasan. 2. PENDIDIKAN Berdasarkan penelitian ini kecemasan Pada penelitian ini pendidikan merupakan emosi subjektif yang terbanyak adalah SMP sebanyak membuat individu tidak nyaman, ketakutan yang tidak jelas dan gelisah, C. Tingkat kecemasan tertinggi adalah dan disertai respon otonom. Pada pada responden dengan rentang Pasien pre operasi maka sebelum usia 60-74, pendidikan responden pembedahan kita dapat membantu pasien dalam menghilangkan terbanyak adalah SMP dan pada ketegangan atau kecemasan yaitu responden dengan pekerjaan dengan cara memberikan latihan pensiunan. relaksasi dalam membantu mengontrol kecemasan. SARAN Musik bekerja pada sistem saraf A. Bagi Stikes Wira Husada otonom yaitu bagian sistem saraf yang Yogyakarta bertanggung jawab mengontrol Terapi musik dapat dimasukan tekanan darah, denyut jantung dan dalam kurikulum mata kuliah fungsi otak, yang mengontrol perasaan komplementer dan dapat dan emosi. Kecemasan pada pasien diaplikasikan oleh mahasiswa. pre operasi katarak diturunkan dengan B. Bagi Rumah Sakit Condong menggunakan terapi musik. Catur Yogyakarta KESIMPULAN Dapat diterapkannya sebagai terapi pelengkap atau pendukung A. Terapi musik berpengaruh terhadap bagi pasien yang akan menjalani penurunan kecemasan pasien pre operasi khususnya dan semua
op katarak di RS Condong Catur pasien pada umumnya di jam
tertentu untuk Relaksasi. Yogyakarta. C. Bagi Peneliti Selanjutnya B. Tingkat kecemasan pasien pre op Berikan intervensi yang lebih sebelum diberikan terapi dalam lama dan perbanyak jumlah kategori kecemasan tingkat sedang. responden serta karakteristik Setelah diberikan terapi musik paling responden seperti status ekonomi, penghasilan, jaminan kesehatan banyak responden tidak mengalami supaya hasil penelitian lebih baik kecemasan. dan akurat. Daftar Pustaka Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis (3 ed.). Feist, J. (2011). Kepribadian (2 ed.). Jakarta: Salemba Medika. Jakarta: Salemba Humanika. Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, d. S. (2017). Hidayat, A. A. (2013). Riset Ilmu Penyakit Mata (5 ed.). Keperawatan dan Teknik Jakarta: Fakultas Kedokteran Penulisan Ilmiah (2 ed.). Jakarta: Indonesia. Salemba Medika. Prof.Dr.dr.H. Dadang Hawari, P. Istiari. (2010). Pendidikan dan Perilaku (2011). Manajemen Stres Cemas Kesehatan. Jakarta: Rineka Dan Depresi (2 ed., Vol. 2). Cipta. Jakarta: Fakultas Kedokteran Potter, A. &. (2010). Fundamental Universitas Indonesia. Keperawatan. Jakarta: EGC. Ns. Sri Artinawati, S.Kep. (2014). Sjamsuhidajat. (2012). Buku Ajar Ilmu Bedah (8 ed.). Jakarta: EGC. Asuhan Keperawatan Gerontik. Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Bogor : IN MEDIA. Keperawatan Jiwa (5 ed.). Jakarata: EGC. Syamsu Yusuf. (2009). Mental Hygine: Dahlan, M. S. (2014). Statistik Untuk Terapi Psikospiritual untuk Hidup Kedokteran Dan Kesehatan Deskriptif, Bivariat, Multivariat (6 Sehat Berkualitas. Bandung : ed.). Jakarta: Epidemiologi Maestro Indonesia Suryana D. (2018). Terapi Musik. Gay L,R, & Diehl P,L, 1992, Research http://books.google.co.id (Ns. Sri Method for Businnes Artinawati, 2014)/books? id=fuCO5gqmoVcC&printsec=frontcov Management, Macmilan er&hl=id&source=gbs_vpt_buy#v Publishing Company, =onepage&q&f=false diunduh pada tanggal 2 Maret 2019. Pennsylvania. Indriya. (2010). Terapi Musik Bidang Keperawatan. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media. Kozier. (2010). Fundamentals of Nursing, Concepts, Process, and Practice. (8th ed.), California: Addison-Wesley. Natalina Dian. (2013). Terapi Musik Bidang Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media. Djohan. (2006). Terapi Musik Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Galang Press. Isaacs, A. (2005). Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Jakarta: EGC. NANDA-I. (2018-2020). Diagnosis Keperawatan Definisi dan klasifikasi (11 ed.). Indonesia: EGC.