Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH THERAPY MUSIK TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN

PRE OPERASI KATARAK DI RUMAH SAKIT


CONDONG CATUR YOGYAKARTA

Setyo Budi Santoso1, Muryani2, Murgi Handari3

Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners


STIKES Wira Husada Yogyakarta

Abstract: Blindness sufferers due to cataracts in Indonesia always increases


210,000 people per year, 16% of them suffer from productive age population.
Surgery is the single most effective treatment for cataracts. Phacoemulsification
Surgery is a surgical technique that uses an ultrasonic vibrator to destroy the
nucleus, then the lens of the eye is replaced with a synthetic lens or IOL (Intra
Oculer Lens). In the preoperative stage anxiety symptoms often occur in patients
without cause. Reducing the use of drugs in dealing with anxiety requires
complementary therapy or complementary therapy that can reduce anxiety levels.
Intrumental music therapy was chosen to reduce the anxiety of patients pre
cataract surgery. The research method is descriptive quantitative, the research
design used is Pre-Experimental using one-group research design pre-post test.
The sample taken was 30 respondents using the Consecutive Sample technique.
Data collection by interview using a questionnaire. After the data is collected, it is
then processed using the SPSS version 25 computer program with the analysis of
sapiro wilk and wilxocon. Wilxocon analysis results show the value of P = 0,000
<0.05. Statistically, there is a significant influence between music therapy on the
decrease in anxiety of cataract pre-surgery patients.

Keywords: Cataracts, Phacoemulsification, anxiety, Music therapy

Abstract: Penderita kebutaan akibat katarak di indonesia selalu bertambah


210.000 orang per tahun, 16% diantaranya diderita penduduk usia produkif.
Pembedahan adalah satu-satunya yang paling efektif dalam penanganan katarak.
Fakoemulsifikasi Surgery adalah salah satu teknik tindakan pembedahan dengan
menggunakan vibrator ultrasonik untuk menghancurkan nucleus kemudian lensa
mata digantikan dengan lensa sintetis atau IOL (Intra Oculer Lens). Pada tahap
pre operasi seringkali terjadi gejala kecemasan pada pasien tanpa sebab.
Menurunkan penggunaan obat-obatan dalam mengatasi kecemasan diperlukan
terapi komplementer atau terapi pelengkap yang dapat menurunkan tingkat
kecemasan. Terapy musik intrumental di pilih untuk mengurangi kecemasan
pasien pre operasi katarak. Metode penelitian adalah deskriptif Kuantitatif,
rancangan penelitian yang digunakan adalah Pra-Eksperimental dengan
menggunakan desain penelitian one-group pra-post test. Sampel yang di ambil
adalah 30 responden menggunakan teknik Consecutive Sample. Pengumpulan
data dengan wawancara menggunakan kuesioner. Setelah data terkumpul
kemudian di olah menggunakan program komputer SPSS versi 25 dengan
analisis sapiro wilk dan wilxocon. Hasil analisis wilxocon menunjukan nilai P =
0,000<0,05. Secara statistik terdapat pengaruh yang signifikan antara terapy
musik terhadap penurunan kecemasan pasien pre operasi katarak.

Kata Kunci : Katarak, Phacoemulsifikasi, kecemasan, Therapi Musik


Latar Belakang Masalah menghancurkan nucleus yang
Survei kebutaan Rapid kemudian di aspirasi melalui incici 2,5-
Assessment of Avoidable 3mm, kemudian lensa mata digantikan
Blindness (RAAB) yang dilakukan dengan lensa sintetis atau IOL (Intra
Perhimpunan Dokter Ahli Mata Oculer Lens) yang elastis dapat dilipat.
Indonesia (PERDAMI) dan Badan Tahapan-tahapan pada operasi harus
Litbangkes, tahun 2014 sampai 2016 di dilakukan dengan baik dan benar,
15 provinsi pada penduduk diatas usia terutama pada fase preoperasi karena
50 tahun menunjukkan prevalensi tahap ini merupakan tahapan awal
kebutaan sebesar 3%. Sebanyak 15 keperawatan perioperatif. Pada tahap
provinsi itu sudah mencakup 65% pre operasi ini seringkali terjadi gejala
orang Indonesia. Ada beberapa gejala kecemasan pada pasien yang
penyakit yang tidak bisa dicegah tapi dikarenakan berbagai sebab (Yusuf,
kita bisa bantu dengan rehabilitasi, 2009).
salah satunya katarak atau kekeruhan Kecemasan adalah khawatir
lensa. (www.Depkes.go.id 25 Mei yang tidak jelas dan menyebar, yang
2019). berkaitan dengan perasaan tidak pasti
Di Indonesia jumlah penderita dan tidak berdaya”. Secara klinis selain
kebutaan akibat katarak selalu gejala cemas yang biasa, di sertai
bertambah 210.000 orang per tahun, dengan kecemasan yang menyeluruh
16% diantaranya diderita penduduk dan menetap menurut Hawari (2011),
usia produkif, salah satu faktor resiko kecemasan dapat di manifestasikan
yang tidak dapat dimodifikasi utama dengan ketegangan motorik/ alat gerak
ialah usia. Menurut Ilyas (2017), yaitu: gemetar, tegang, nyeri otot, letih,
katarak dapat ditemukan dalam tidak dapat santai, kelopak mata
keadaan tanpa adanya kelainan mata bergetar, tidak dapat diam, mudah
atau sistemik (katarak senil, juvenil. kaget. Dari gejala itu semua tentu
herediter) atau kelainan konginetal sangat menggangu dan berakibat fatal
mata. Selama ini tindakan dalam perjalanan operasi, dimana
pembedahan adalah satu-satunya operasi katarak membutuhkan kehati-
yang paling efektif dalam penanganan hatian dan ketenangan pada saat
katarak. Fakoemulsifikasi adalah salah operasi berlangsung.
satu tindakan pembedahan dengan Menurunkan penggunaan obat-
menggunakan vibrator ultrasonik untuk obatan dalam mengatasi kecemasan
diperlukan terapi komplementer atau pre operasi katarak di Rumah Sakit
terapi pelengkap yang dapat Condong Catur karena efektif dan
menangani tingkat kecemasan. Terapi biaya yang murah.
komplementer merupakan terapi Data yang diperoleh di rumah
holistik atau terapi nonbiomedis. Salah sakit Condong Catur periode 2017-
satu dari terapi komplementer yang 2018 jumlah operasi secara
sedang banyak dikembangkan di keseluruhan terus meningkat yaitu 972
bidang kesehatan saat ini adalah terapi pasien di tahun 2017 dan 1082 di tahun
musik, Menurut Suryana (2018), terapi 2018 yang artinya mengalami
musik adalah disiplin perawatan peningkatan 11,3%. Operasi katarak
kesehatan profesional yang sejumlah 335 pasien di tahun 2017 dan
menggunakan aplikasi klinis musik 270 di tahun 2018. Rata- rata pasien
untuk mencapai tujuan non per bulan dari bulan Januari sampai
farmakologis. Intervensi terapi musik Juni 2019 adalah 25 pasien.
yang diterapkan secara khusus Berdasarkan Studi pendahuluan di
membantu membentuk lingkungan Rumah Sakit Condong Catur
yang tidak mengancam dan Yogyakarta didapatkan data pasien pre
mendukung dimana kebutuhan pasien operasi katarak yang mengalami
dan keluarga dapat dipenuhi secara kecemasan dari sedang sampai berat.
kreatif. Terapi musik adalah Kecemasan terlihat pada pasien
penggunaan intervensi musik berbasis sebelum dilakukan tindakan operasi
klinis dan bukti untuk mencapai tujuan atau pada tahap pre Operasi. Terapi
individu dalam hubungan teraupetik farmakologi pemberian diazepam tablet
oleh seorang profesional yang 5 mg diberikan pada pasien yang
terpercaya yang telah menyelesaikan mengalami kecemasan sedang sampai
program terapi musik yang disetujui. berat dan efeknya pasien mengantuk.
Seorang terapis musik dapat Mengantuk ini dapat mengganggu
menggunakan musik penenang untuk proses intra operatif dimana pasien
membantu sesesorang dalam kurang kooperatif saat diminta untuk
mencapai keadaan relaksasi yang membuka semua mata pada saat
mendalam dalam persiapan untuk operasi.
operasi. Terapi musik klasik intrumental Tujuan penelitian ini adalah
ini dipilih oleh peneliti untuk untuk mengetahui pengaruh terapi
mengurangi tingkat kecemasan pasien musik terhadap tingkat kecemasan
pasien yang akan menjalani operasi terbanyak adalah pensiunan yaitu
katarak di Rumah Sakit Condong Catur 43,3% dan untuk jenis kelamin adalah
yogyakarta. sama antara laki-laki dengan
perempuan yaitu 50%.
Metode Penelitian
Metode penelitian adalah 2. Tingkat Kecemasan
deskriptif Kuantitatif, rancangan
Tabel 2
penelitian yang digunakan adalah Pra-
Tingkat Kecemasan pre dan post
Eksperimental dengan menggunakan
desain penelitian one-group pra-post
test. Penelitian di lakukan pada bulan
Oktober 2019 di Rumah Sakit Condong
Catur Yogyakara. Pengambilan sampel Berdasarkan tabel 2 di atas,

menggunakan kuesioner dengan teknik dapat diketahui tingkat kecemasan

Cosecutive Sampling. responden sebelum diberikan terapy

HASIL DAN PEMBAHASAN musik pada tingkat sedang sebanyak


21 responden (70 %), dan tingkat berat
A. HASIL sebanyak 9 responden (30 %). Setelah
1. Karakteristik Responden diberikan terapi musik responden yang
tidak ada kecemasan sebanyak 20
Tabel 1
Karakteristik Responden (66,7 %), dan responden dengan
tingkat kecemasan ringan sebanyak 10
responden ( 33, 3 %).

3. Pengaruh Pemberian Therapy

Musik

Tabel 3
Hasil Uji Wilcoxon

Berdasarkan data di atas dapat


diketahui bahwa responden terbanyak
adalah di rentang usia 60-74 yaitu 90%.
Tingkat pendidikan yang paling banyak Berdasarkan tabel 3 diketahui
adalah SMP yaitu 53,3 %. Pekerjaan setelah diberikan therapy musik semua
responden mengalami penurunan 53.3% yang bisa dikatakan tingkat
kecemasan yaitu 30 orang (100%). pendidikan yang rendah. Dengan
Hasil uji Wilcoxon menunjukan hasil rendahnya pendidikan seseorang
nilai P = 0,000<0,05, secara statistik maka tingkat pengetahuan serta
terdapat penurunan kecemasan yang intelektual seseorang juga rendah dan
signifikan antara sebelum dengan ini sangat berpengaruh terhadap
sesudah pemberian terapi musik mekanisme koping seseorang dalam
instrumental. Nilai Z atau selisih -4,789 menurunkan kecemasan secara
yaitu kurang dari 10 artinya secara individu.
klinis tidak ada perbedaan kebcemasan
3. TINGKAT KECEMASAN
yang bermakna antara sebelum dan
SEBELUM DAN SESUDAH
sesudah pemberian terapi musik
THERAPY MUSIK
B. PEMBAHASAN
Menurut peneliti Kecemasan yang
1. USIA dialami responden sebelum di berikan
Gangguan kecemasan lebih therapy disebabkan karena tindakan
mudah dialami oleh seseorang yang operasi katarak ini merupakan
mempunyai usia lebih tua pengalaman baru yang belum pernah
dibandingkan individu dengan usia dialami oleh responden, sehingga
yang lebih muda. Pada usia tua ini responden merasa bahwa tindakan ini
tentunya tingkat intelektual dan merupakan sesuatu yang menakutkan.
pengetahuan yang menurun yang Didukung juga dengan tingkat
disebabkan oleh faktor degenerasi, pengetahuan pasien juga akan
sehingga cara mengatasi kecemasan informasi tentang operasi katarak yang
personal juga akan berpengarun pada kurang. Waktu menunggu pasien yang
setiap individu. Dibuktikan pada agak lama pada nomor antrian yang
penelitian ini yaitu 90% tingkat akhir juga mempengaruhi tingkat
kecemasan tertinggi terjadi pada usia kecemasan.
60-74 th. Setalah diberikan terapi musik
mengalami penurunan kecemasan.
2. PENDIDIKAN
Berdasarkan penelitian ini kecemasan
Pada penelitian ini pendidikan merupakan emosi subjektif yang
terbanyak adalah SMP sebanyak membuat individu tidak nyaman,
ketakutan yang tidak jelas dan gelisah, C. Tingkat kecemasan tertinggi adalah
dan disertai respon otonom. Pada
pada responden dengan rentang
Pasien pre operasi maka sebelum
usia 60-74, pendidikan responden
pembedahan kita dapat membantu
pasien dalam menghilangkan terbanyak adalah SMP dan pada
ketegangan atau kecemasan yaitu
responden dengan pekerjaan
dengan cara memberikan latihan
pensiunan.
relaksasi dalam membantu mengontrol
kecemasan. SARAN
Musik bekerja pada sistem saraf A. Bagi Stikes Wira Husada
otonom yaitu bagian sistem saraf yang Yogyakarta
bertanggung jawab mengontrol Terapi musik dapat dimasukan
tekanan darah, denyut jantung dan dalam kurikulum mata kuliah
fungsi otak, yang mengontrol perasaan komplementer dan dapat
dan emosi. Kecemasan pada pasien diaplikasikan oleh mahasiswa.
pre operasi katarak diturunkan dengan
B. Bagi Rumah Sakit Condong
menggunakan terapi musik.
Catur Yogyakarta
KESIMPULAN Dapat diterapkannya sebagai
terapi pelengkap atau pendukung
A. Terapi musik berpengaruh terhadap
bagi pasien yang akan menjalani
penurunan kecemasan pasien pre operasi khususnya dan semua

op katarak di RS Condong Catur pasien pada umumnya di jam


tertentu untuk Relaksasi.
Yogyakarta.
C. Bagi Peneliti Selanjutnya
B. Tingkat kecemasan pasien pre op
Berikan intervensi yang lebih
sebelum diberikan terapi dalam
lama dan perbanyak jumlah
kategori kecemasan tingkat sedang.
responden serta karakteristik
Setelah diberikan terapi musik paling responden seperti status ekonomi,
penghasilan, jaminan kesehatan
banyak responden tidak mengalami
supaya hasil penelitian lebih baik
kecemasan.
dan akurat.
Daftar Pustaka Nursalam. (2013). Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan
Pendekatan Praktis (3 ed.).
Feist, J. (2011). Kepribadian (2 ed.).
Jakarta: Salemba Medika.
Jakarta: Salemba Humanika.
Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, d. S. (2017).
Hidayat, A. A. (2013). Riset
Ilmu Penyakit Mata (5 ed.).
Keperawatan dan Teknik
Jakarta: Fakultas Kedokteran
Penulisan Ilmiah (2 ed.). Jakarta:
Indonesia.
Salemba Medika.
Prof.Dr.dr.H. Dadang Hawari, P.
Istiari. (2010). Pendidikan dan Perilaku
(2011). Manajemen Stres Cemas
Kesehatan. Jakarta: Rineka
Dan Depresi (2 ed., Vol. 2).
Cipta.
Jakarta: Fakultas Kedokteran
Potter, A. &. (2010). Fundamental
Universitas Indonesia.
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Ns. Sri Artinawati, S.Kep. (2014).
Sjamsuhidajat. (2012). Buku Ajar Ilmu
Bedah (8 ed.). Jakarta: EGC. Asuhan Keperawatan Gerontik.
Stuart, G. W. (2013). Buku Saku
Bogor : IN MEDIA.
Keperawatan Jiwa (5 ed.).
Jakarata: EGC. Syamsu Yusuf. (2009). Mental Hygine:
Dahlan, M. S. (2014). Statistik Untuk
Terapi Psikospiritual untuk Hidup
Kedokteran Dan Kesehatan
Deskriptif, Bivariat, Multivariat (6 Sehat Berkualitas. Bandung :
ed.). Jakarta: Epidemiologi
Maestro
Indonesia
Suryana D. (2018). Terapi Musik. Gay L,R, & Diehl P,L, 1992, Research
http://books.google.co.id (Ns. Sri
Method for Businnes
Artinawati, 2014)/books?
id=fuCO5gqmoVcC&printsec=frontcov Management, Macmilan
er&hl=id&source=gbs_vpt_buy#v
Publishing Company,
=onepage&q&f=false diunduh
pada tanggal 2 Maret 2019. Pennsylvania.
Indriya. (2010). Terapi Musik Bidang
Keperawatan. Jakarta: Penerbit
Mitra Wacana Media.
Kozier. (2010). Fundamentals of
Nursing, Concepts, Process, and
Practice. (8th ed.), California:
Addison-Wesley.
Natalina Dian. (2013). Terapi Musik
Bidang Keperawatan. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Djohan. (2006). Terapi Musik Teori dan
Aplikasi. Yogyakarta: Galang
Press.
Isaacs, A. (2005). Keperawatan
Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik.
Jakarta: EGC.
NANDA-I. (2018-2020). Diagnosis
Keperawatan Definisi dan
klasifikasi (11 ed.). Indonesia:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai