Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

PNEUMONIA
DI UPF ANAK RSUD DR.AGOESDJAM KETAPANG

OLEH :
RUSLINA
RP 23320128

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2024
A. DEFINISI

Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan dengan


pengisian alveoli dengan cairan (Wahid. 2013). CAP atau Community Acquired
Pneumonia, pneumonia yang menular pada seseorang yang tidak didapat dirumah
sakit.
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus tensi dengan cairan, dengan
atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding alveol dan rongga
interstisium (Ridha, 2014).
Pneumonia menggambarkan keadaan paru , tempat alveolus biasanya terisi
dengan cairan dan sel darah. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai
parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan
pertukaran gas setempat (Dahlan, 2014).
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari satu infeksi saluran pernafasan bawah akut, dengan gejala batuk disertai
sesak nafas yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, fungi (microplasma)
dan aspirasi substansi asing berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologi (Nursalam, 2015).

B. ETIOLOGI
Pneumonia biasa disebabkan karena beberapa faktor (Fadilah, 2018), diantaranya
adalah:
1. Infeksi
a. Bakteri
( Pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H. Influenza, klebsiela
mycoplasma pneumon Influenza, klebsiela mycoplasma pneumonia).
b. Virus
(influenza, parainfluenza, adenovirus).
c. Jamur
(candida abicang, histoplasma, capsulatum, koksidiodes).
d. Protozoa
(Pneumokistis karinti).
2. Bahan kimia
a. Aspirasi makan / susu / isi lambung
b. Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin dll).

C. TANDA DAN GEJALA

Menurut (Gumelar & Universa, 2020) tanda dan gejala pneumonia, yaitu :

a. Nyeri dada saat bernafas atau batuk


b. Batuk , batuk berdahak
c. Demam tinggi, berkeringat dan menggigil
d. Lebih rendah dari suhu tubuh normal (pada orang dewasa yang lebih tua dari usia
65 tahun dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah)
e. Mual, muntah atau diare
f. Sesak nafas
g. Mudah lelah atau kelelahan
h. Bayi baru lahir dan bayi mungkin tidak menunjukkan tanda -tanda infeksi. Atau
mereka mungkin muntah, demam dan batuk, tampak gelisah atau tanpa energi,
atau mengalami kesulitan bernafas dan makan.
i. Kebingungan atau perubahan kesadaran mental (pada orang dewasa usia 65 tahun
keatas)
 ISPA
D. PATHWAY  Daya tahan tubuh menurun
 Penyakit menahun
 Aspirasi

Infeksi dan peradangan pada parenkim


paru : Pneumonia

Perubahan membrane kapiler alveolar Hypertermi Hyper sekresi mukus

Dyspnea, malas minum, Penumpukan mukus


Gangguan pertukaran gas
BB menurun

Risiko ketidak seimbangan Bersihan jalan nafas tidak efektif


Defisit nutrisi
cairan dan elektrolit

Blog-ruangguru.blogspot.com/2017/2005/patofisiologi-dan-pathway.html?m=1
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pemeriksaan diagnostic pada pasien dengan
pneumonia adalah :
1. Sinar x : Mengidentifikasikan distribusi structural (misa labor, bronchial),
dapat juga meyatakan abses.
2. Biopsy paru : Untuk menetapkan diagnosis.
3. Pemeriksaan gram atau kultur, sputum dan darah untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
4. Pemeriksaan serologi : Membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
5. Hitung darah lengkap/ complete blood count ( CBC ): leukositosis
biasanya timbul, meskipun nilai SDP rendah pada infeksi virus serta
Laju endap darah ( LED ): meningkat
6. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
7. Spirometrik static: Untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
8. Bronkostopi : Untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Pneumonia, antara lain :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Gangguan pertukaran gas
3. Hypertermi
4. Defisit nutrisi
5. Risiko ketidakseimbangan cairan
G. PENATALAKSANAAN

RENCANA KEPERAWATAN
NO Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi Keperawatan
keperawatan Hasil
1. Bersihan jalan nafas Manajemen
Setelah
tidak efektif Jalan Napas
dilakukan
(1..01011)
intervensi
Penyebab Observasi :
selama 1x24
Fisiologis : a. Monitor pola
jam diharapkan
1. Spasme jalan napas napas (frekuensi,
bersihan jalan
2. Hipersekresi jalan kedalaman, usaha
napas menjadi
napas napas)
efektif dengan
3. Disfungsi b. Monitor bunyi
kriteria hasil :
neuromuskuler napas tambahan
a. Batuk efektif dari
4. Benda asing dalam (mis. Gurgling,
skala 2 (cukup
jalan napas mengi, wheezing,
menurun) menjadi 4
5. Adanya jalan napas ronkhi kering)
(cukup meningkat)
buatan c. Monitor sputum
b. Produksi sputum dari
6. Sekresi yang (jumlah, warna,
skala 3 (sedang)
tertelan aroma)
menjadi 5 (menurun)
7. Hiperplasia dinding Terapeutik :
c. Dispnea dari skala 2
jalan napas a. Posisikan semi
(cukup meningkat)
8. Proses infeksi fowler atau
menjadi 4 (cukup
9. Respon alergi fowler
menurun)
10. Efek agen b. Berikan minum
d. Frekuensi napas
farmakologis hangat
dari skala 3
(mis. c. Lakukan
(sedang) menjadi 5
Anastesi) fisioterapi dada
(membaik)
e. Pola napas dari jika perlu

skala skala 3 d. Berikan oksigen

(sedang) menjadi 5 Edukasi :

(membaik a. Anjurkan asupan


cairan 2000ml/hari
b. Ajarkan teknik
batuk efektif

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik

Manajemen
Batuk Efektif
(1.01006)
Observasi :
a. Identifikasi
kemampuan batuk
b. Monitor adanya
retensi
sputum
c. Monitor tanda dan
gejala infeksi saluran
napas
Terapeutik :
a. Atur posisi semi
fowler / fowler
b. Pasang perlak dan
bengkok di
pangkuan pasien
c. Buang sekret pada
tempat sputum
Edukasi :
a. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk
efektif
b. Anjurkan tarik napas
dalam melalui
hidung selama 4
detik, ditahan
selama 2 detik,
kemudian keluarkan
dari mulut dengan
bibir dibulatkan
selama 8 detik
c.Anjurkan
mengulangi Tarik
nafas dalam hingga
3 kali
d.Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarikan nafas yang
ketiga
Kolaborasi :
Pemberian mukolitik,
ekspektoran

Terapi Oksigen
(1.01026)
Observasi :
a. Monitor kecepatan
aliran O2
b. Monitor posisi alat
terapi O2
c. Monitor aliran
oksigen secara
periodik dan
pastikan fraksi
yang diberikan
cukup
d. Monitor efektifitas
terapi O2
e. Monitor tanda-
tanda hipoventilasi
f. Monitor tanda
dan gejala
toksitasi
g. Monitor tingkat
kecemasan akibat
terapi O2
Terapeutik :
a. Bersihkan sekret pada
mulut, hidung, trakea
(jika perlu)
b. Pertahankan
kepatenan jalan napas
c. Siapkan dan atur
peralatan
pemberian O2
d.Gunakan perangkat
O2 yang sesuai dengan
tingkat mobilitas pasien
Edukasi :
Ajarkan pasien
dan keluarga
cara
menggunakan
O2 dirumah
Kolaborasi :
a. Kolaborasi
penentuan
dosis O2
b.Kolaborasi
penggunaan O2 saat
aktivitas dan tidur

2. Gangguan pertukaran Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi


gas intervensi selama 2x24 (1.01014)
Penyebab : jam diharapkan Observasi :
1.Ketidakseimbangan gangguan a. Monitor frekuensi,
ventilasi-perfusi pertukaran gas irama, kedalaman
2.Perubahan membran berkurang dengan dan upaya napas
alveolus-kapiler kriteria hasil : b. Monitor pola
a. Tingkat kesadaran napas
dari skala 5 c. Monitor
(meningkat) tetap kemampuan batuk
pada skala 5 efektif
(meningkat) d. Monitor adanya
b. Dispnea dari produksi sputum
skala 3 (sedang) e. Monitor adanya
menjadi skala 5 sumbatan
(membaik) jalan napas
c. Nafas cuping f. Palpasi
hidung dari skala 3 kesimetrisan
(sedang) menjadi ekspansi paru
skala 5 (membaik) g. Auskultasi bunyi
d. PCO2 dari skala 3 napas
(sedang) menjadi h. Monitor saturasi
skala 5 (membaik) oksigen

e. PO2 dari skala 3 i. Monitor nilai AGD

(sedang) j. Monitor hasil x-ray


thoraks
menjadi skala 5
Terapeutik :
(membaik)
a. Atur interval
f. Takikardia dari pemantauan
skala 3 (sedang) respirasi sesuai
menjadi skala 5 kondisi pasien
(membaik) b. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi :
a. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
3. Hypertermi Setelah dilakukan Manajemen hipertermia
Penyebab : intervensi selama 3x24 (I.15506)
1.Dehidrasi jam diharapkan Observasi :
2. Terpapar lingkungan termogulasi membaik a.Identifikasi penyebab
panas dengan kriteria hasil : hipertermia (mis.
3. Proses penyakit (mis. a. Suhu tubuh dari Dehidrasi, terpapar
Infeksi, kanker) skala 3 (sedang) lingkungan panas,
4. Ketidaksesuaian menjadi skala 5 penggunaan incubator)
pakaian dengan suhu (membaik) b.Monitor suhu tubuh
lingkungan b. Suhu kulit skala c.Monitor kadar
5. Peningkatan laju 3 (sedang) elektrolit
metabolisme menjadi skala 5 d.Monitor haluaran
6. Respon trauma (membaik) elektrolit
7. Aktivitas berlebihan e.Monitor komplikasi
8. Penggunaan akibat hipertermi
inkubator Terapeutik :
a.Sediakan lingkungan
yang dingin
b.Longgarkan atau
lepaskan pakaian
c.Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
d.Berikan cairan oral
e.Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami
hyperhidrosis(keringat
berlebih)
f.Lakukan pendinginan
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau
kompres dingin pada
dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
g.Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
i. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi :
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
Kalaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
4. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
Penyebab intervensi selama 3x24 (I. 03119)
1.Ketidakmampuan
jam diharapkan status Observasi :
menelan makanan nutrisi membaik dengan a. Identifikasi status

2.Ketidakmampuan kriteria hasil : nutrisi


a.Perasaan cepat b. Identifikasi alergi
mencerna makanan
kenyang dari skala 4 dan intoleransi
3.Ketidakmampuan (cukup menurun) makanan

mengabsorbsi nutrien menjadi skala 1 c. Identifikasi


(membaik) makanan yang
4.Peningkatan
b.Frekuensi makan dari
skala 3 (sedang) menjadi disukai
kebutuhan metabolisme
skala 5 (membaik) d. Identifikasi
5.Faktor ekonomi (mis, c.Nafsu makan dari kebutuhan kalori
skala 3 (sedang) menjadi dan jenis nutrient
finansial tidak
skala 5 (membaik) e. Identifikasi perlunya
mencukupi)
d.Bising usus dari skala penggunaan selang
6.Faktor psikologis 3 (sedang) menjadi skala nasogastrik
5 (membaik) f. Monitor asupan
(mis, stres, keengganan
e.Membran mukosa dari makanan
untuk makan)
skala 3 (sedang) menjadi g. Monitor berat badan
skala 5 (membaik) h. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :

a. Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
b. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
c. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
d. Berikan makan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
e. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
f. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
g. Hentikan pemberian
makan melalui
selang nasogastrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi :

a. Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
b. Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi :

a. Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika
perlu Kolaborasi
b. Dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika
perlu

5. Risiko Setelah dilakukan Manajemen Cairan


ketidakkeseimbangan intervensi selama 3x24 (I.03098)
cairan jam diharapkan Observasi :
Faktor Risiko : keseimbangan cairan a. Monitor status
1. Prosedur meningkat dengan hidrasi ( mis, frek
pembedahan mayor kriteria hasil : nadi, kekuatan nadi,
2. Trauma/pembedahan a. Asupan cairan dari akral, pengisian
3. Luka bakar skala 3 (sedang) menjadi kapiler, kelembapan
4. Aferesis skala 5 (membaik) mukosa, turgor
5. Obstruksi intestinal b.. Haluaran urine kulit, tekanan darah)
6. Peradangan dari skala 3 (sedang) b. Monitor berat badan
pankreas menjadi skala 5 harian
7. Penyakit ginjal dan (membaik) c. Monitor hasil
kelenjar c.Kelembaban pemeriksaan
8. Disfungsi intestinal membrane mukosa dari laboratorium (mis.
skala 3 (sedang) menjadi Hematokrit, Na, K,
skala 5 (membaik) Cl, berat jenis urin ,
d.asupan makanan dari BUN)
skala 3 (sedang) menjadi d. Monitor status
skala 5 (membaik) hemodinamik ( Mis.
e.Turgor kulit dari skala MAP, CVP, PCWP
jika tersedia)
3 (sedang) menjadi
Terapeutik :
skala 5 (membaik)
a. Catat intake output
dan hitung balans
cairan dalam 24 jam
b. Berikan asupan
cairan sesuai
kebutuhan
c. Berikan cairan
intravena bila perlu
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Abd. Wahid, I. S. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem


Respirasi. TIM.
Blog-ruangguru.blogspot.com/2017/2005/patofisiologi-dan-pathway.html?
m=1

Dahlan,Sopiyudin,2014. Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Edisi 6.


Jakarta, Salmba Medika.

Gumelar, M.S ., & Universa, A. (2020). ANIMAGINE : ENDLIGHTENDIG


OPEN MIND GENERATIONS. Jurnal Studi Desain, 5(9).

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Dianosa Medis & Nanda NIC-NOC (3rd ed.). Mediaction

Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia ( 1st ed).DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2nd ed.).DPP


PPNI.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (2nd ed.). DPP PPNI

Ridha N. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Pustaka Pelajar

Siti Fadilah S. 2018. Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik


Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1022/MENKES/SK/XI/2018. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai