Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Anak dengan bronkopneumonia

Di RSUD SULTAN FATAH DEMAK

Disusun Oleh :

Luluk hikmah (120060)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2023
DEFINISI

Dyspepsia atau dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Arif, 2018).
Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual,kembung,
muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa (Dharmika, 2021).

Sedangkan menurut Aziz (2018), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang sudah
dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-mual.

Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di
perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik
berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk
dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2020).

Dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari kelainan saluran makanan
bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih, mual, yang kadang-kadang disertai rasa panas
di dada dan perut, lekas kenyang, anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam
dari mulut (Hadi, 2019).

Sedangkan menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan Setiowulan, (2018). Dispepsia
merupakan kumpulan keluhan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit di perut bagian
atas yang menetap atau mengalami kekambuhan.

ETIOLOGI

a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti :
Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif
seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.

b. Virus

Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus
dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.

c. Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara
yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.

d. Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien yang
mengalami immunosupresi. (Reeves, 2021)

MANIFESTASI KLINIS

a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan Nyeri pleuritik


Nafas dangkal dan mendengkur Takipnea

b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi Mengecil,


kemudian menjadi hilang Krekels, ronki, egofoni

c. Gerakan dada tidak simetris

d. Menggigil dan demam 38,8  C sampai 41,1C, delirium

e. Diafoesis

f. Anoreksia

g. Malaise

h. Batuk kental, produktif

i. Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat

J. Gelisah
k. Sianosis

l. Area sirkumoral

m. Dasar kuku kebiruan

n. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

PATOFISIOLOGI

Agent penyebab pneumonia masuk ke paru – paru melalui inhalasi atau pun aliran darah. Diawali
dari saluran pernafasan dan akhirnya masuk ke saluran pernapasan bawah. Reaksi peradangan timbul pada
dinding bronkhus menyebabkan sel berisi eksudat dan sel epitel menjadi rusak. Kondisi tersebut berlansung
lama sehingga dapat menyebabkan etelektasis. Reaksi inflamasi dapat terjadi di alveoli, yang menghasilkan
eksudat yang mengganggu jalan napas, bronkospasme dapat terjadi apabila pasien menderita penyakit jalan
napas reaktif. Gejala umum yang biasanya terjadi pada pneumonia yaitu demam, batuk, dan sesak napas
(Broker, C. 2019).
PATHWAY
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1) Pemeriksaan Darah Lengkap

Hitung darah lengkap menunjukkan leukositosis, dapat mencapai 15.000-40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri.
Pada klien Bronkopneumonia terjadi leukositosis, ini terjadi karena selama infeksi terjadi mekanisme yang
mendorong meningkatnya leukosit yang berguna untuk menanggulangi infeksi (Broker. C, 2019). Dapat ditemukan
juga leukopenia yang menandakan prognosis buruk dan dapat ditemukan anemia ringan atau sedang .Anak (umur
< 6 tahun) menderita anemia jika kadar Hb < 9,3 g/dl (kira-kira sama dengan nilai Ht < 27%)

a) Kultur darah positif terhadap organisme penyebab.


b) Nilai analisis gas darah arteri menunjukkan hipoksemia (normal : 75-100 mmHg).
c) Kultur jamur atau basil tahan asam menunjukkan agen penyebab.
d) Pemeriksaan kadar tanigen larut legionella pada urine.
e) Kultur sputum, pewarnaan gram, dan apusan mengungkap organisme penyebab infeksi.

2) Pemeriksaan Radiologi

Pada pemeriksaan radiologi bronkopneumonia terdapat bercak-bercak konsolidasi yang merata pada lobus dan
gambaran bronkopneumonia difus atau infiltrat pada pneumonia stafilokok (Broker. C, 2019)
PENATALAKSANAAN

a. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat. Ventilasi
mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat dipertahankan

b. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri

c. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat

d. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume cairan

e. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas

f. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif

g. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah keluhan utama yang sering menjadi alasan klien dengan pneumonia untuk meminta
pertolongan kesehatan alah sesak napas, batuk, dan peningkatan suhu tubuh/ demam (Wahid & Suprapto, 2019).
Data yang perlu dikaji pada pasien dengan bersihan jalan napas tidak efektif (PPNI, 2016) adalah batuk tidak
efektif pasien, ketidak mampu batuk pasien, sputum berlebih yang dihasilkan pasien, adanya mengi, whezzing
dan/atau ronkhi kering, dyspnea, sulit bicara, ortopnea, gelisah atau tidaknya pasien, ada atau tidaknya sianosis,
kaji bunyi napas, frekuensi napas berubah, dan pola napas berubah.

B. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas

Ditandai dengan pasien mengeluh batuk dan sesak nafas

2. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveloar

Ditandai dengan pasien mengeluh sesak nafas


3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

Ditandai dengan pasien mengeluh tidak nafsu makan dan mulut terasa pahit

C. Intervensi keperawatan

No. Diagnosa Luaran Intervensi

1. Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan napas


jalan nafas tidak efektif b.d
keperawatan selama 3x24 jam
obstruksi jalan nafas Observasi:
diharapakan
 Monitor pola napas
Kriteria Hasil :
(frekuensi, kedalaman,
a. Produksi sputum dari usaha napas)
meningkat dari 1 menjadi
 Monitor bunyi napas
sedang 3
tambahan (mis. Gurgling,
b. Gelisah dari meningkat dari 1 mengi, wheezing, ronkhi
menjadi sedang 3 kering)

c. Frekuensi napas dari  Monitor sputum (jumlah,


memburuk 1 menjadi sedang 3 warna, aroma)

d. Pola napas dari memburuk 1 Terapeutik:


menjadi sedang 3
 Posisikan semi fowler
atau fowler

 Berikan minum hangat

 Berikan oksigen, jika


perlu

Edukasi:

 Anjurkan asupan cairan


2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi

Kolaborasi:

 Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Observasi


b.d perubahan membrane
keperawatan selama 3x24jam
alveloar  observasi warna kulit
diharapkan dapat menunjukan
 observasi membrane
perbaikan ventilasi dengan
mukosa
kriteria hasil :
 observasi warna kuku
a. jaringan dan GDA normal Terapeutik

b. tidak ada gejala distres  posisikan semi flowler


pernapasan  berikan oksigen 5lpm
 berikan minum air
hangat
Edukasi

 anjurkan asupan cairan


2000ml/hari
Kalaborasi

 Kalaborasi pemberian
bronkodiator

3 Nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan Observasi


kebutuhan tubuh b.d keperawatan selama 3x24 jam
anoreksia diharapkan kebutuhan nutrisi  Identifikasi status
terpenuhi dengan kriteria hasil : nutrisi

 Monitor asupan
a. Intake adekuat makanan

b. Berat badan stabil


 Monitor BB
Tidak ada tanda tanda
Terapeutik
malnutrisi
 Lakukan oral hygiene
sebelum makan

 Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuau

Edukasi

 Anjurkan posisi duduk


jika mampu

Kalaborasi

 Kalaborasi dengan ahli


gizi untuk mengetauhi
berapa jumlah kalori
dan nutriet yang
dibutuhkan

Implementasi

Impelementasi merupakan lanjutan dari tindakan perencanaan (intervensi)untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Implementasi merupakan tahap yang dimulai setelah intervensi keperawatan disusun dan
ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu mengoptimalkan tujuan yang diharapkan.
Implementasi bertujuan membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping.
Implementasi merupakan kelanjutan dari rencana keperawatan yang telah ditetapkan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal, pelaksanaan adalah tujuan keperawatan pada tahap
perencanaa (Wahid & Suprapto, 2019).

Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap dimana proses keperawatan menyangkut pemgumpulan data objektif dan
subjektif yang dapat menunjukkan masalah apa yang terselesaikan, apa yang perlu dikaji, direncanakan,
dilaksanakan, dan dinilai apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum, sebagian tercapai atau
timbul masalah baru (Wahid & Suprapto, 2019). Format SOAP yang terdiri dari:

a. Subjective, yaitu pernyataan atau keluhan dari pasien. Pasien pneumonia dengan bersihan jalan napas
tidak efektif diharapkan mampu dan tidak mengeluh sulit sulit bernapas (dispnea), pasien tidak
mengeluh sulit bicara,pasien tidak mengeluh ortopnea.

b. Objektive, yaitu data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga. Pada pasien dengan bersihan jalan
napas tidak efektif indikator evaluasi menurut.

Frekuensi pernapasan normal yaitu 12-20 kali per menit

2). Irama pernapasan normal yaitu teratur

3). Kedalaman inspirasi normal yaitu melibatkan ekspansi dan ekshalasi penuh Paru

4). Kemampuan untuk mengeluarkan sekret tidak terganggu


c. Analisys, yaitu kesimpulan dari objektif dan subjektif (biasaya ditulis dala bentuk masalah
keperawatan). Ketika menentukan apakah tujuan telah tercapai, perawat dapat menarik satu dari tiga
kemungkinan simpulan :

1) Tujuan tercapai; yaitu, respons klien sama dengan hasil yang diharapkan

2) Tujuan tercapai sebagian, yaitu hasil yang diharapkan hanya sebagian yang berhasil dicapai(2
indikator evaluasi tercapai)

3) Tujuan tidak tercapai


d. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis.

Daftar pustaka

Doenges, Marilynn.(2019). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.


Smeltzer, Suzanne C.(2021). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I, Jakarta :
EGC

Zul Dahlan.(2019). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Reevers, Charlene J, et all (2021). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica.

Brooker, C. (2019). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai