Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

HAEMOPTYSIS

Dosen Koordinator : Hikmat Rudyana, S.Kp., M.Kep


Dosen Pembimbing : M. Budi S., S.Kep, Ns., M.Kep

Disusun Oleh :

Justika Pratiwi Putri


2350321096

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2023
1. Definisi
Hemoptisis atau batuk darah merupakan masalah kesehatan yang berpotensi
menyebabkan kematian karena sulit diprediksi tingkat keparahan dan perkembangan
klinisnya. Hemoptisis adalah ekspektorasi darah yang berasal dari saluran pernafasan
bagian bawah dengan jumlah minimal hingga masif yang dapat membahayakan jiwa.
Hemoptisis dalam jumlah yang banyak (masif) termasuk kegawatan medis yang
harus mendapatkan penanganan intensif dengan terapi yang tepat. Selain dapat
mengganggu kestabilan hemodinamik akibat kehilangan darah dalam jumlah yang
banyak, hemoptisis masif juga dapat mengganggu pertukaran gas di alveoli dan
menimbulkan komplikasi asfiksia yang tinggi angka mortalitasnya (Irfa et al.,2014).
2. Etiologi
Etiologi hemoptisis yang diketahui saat ini sangat beragam, tidak hanya infeksi
dan kelainan paru, tetapi juga neoplasma, kelainan kardiovaskular, kelainan
hematologi ataupun penyakit sistemik. Perbedaan etiologi hemoptisis terkait letak
geografis terutama dipengaruhi tingginya angka kejadian tuberkulosis di suatu negara.
Penyebab utama hemoptisis di negara barat adalah keganasan dan kelainan non
tuberkulosis lainnya. Berbeda halnya dengan di negara berkembang yang sebagian
besar endemik tuberkulosis, penyakit tersebut masih menjadi penyebab utama yang
mendasari hemoptysis (Irfa et al.,2014).
3. Tanda dan Gejala
a. Keluarnya darah katika batuk
b. Darah yang keluar biasanya berwarna merah terang, bisa muncul dalam jumlah
banyak bersamaan dengan dahak atau berupa bercak
c. Demam dan nyeri dada.
d. Nyeri kepala.
e. Nyeri otot dan sendi.
f. Mengalami batuk selama berminggu-minggu sebelum akhirnya muncul darah
ketika batuk.
g. Merasa letih dan lemah.
h. Berkeringat di malam hari.
i. Nafsu makan dan berat badan menurun.
(Pertiwi & Sukrama, 2016)
4. Klasifikasi
a. Hemoptisis ringan: volume batuk darah < 30 ml/hari.
b. Hemoptisis sedang: volume batuk darah 30 – 150 ml/hari.
c. Hemoptisis berat: volume batuk darah > 150 ml/hari tetapi tidak memenuhi
kriteria hemoptisis massif.
d. Hemoptisis masif:
1) Batuk darah > 600 ml dalam 24 jam dan dalam pengamatan batuk darah tidak
berhenti.
2) Batuk darah > 250 ml tetapi kurang dari 600 ml dalam 24 jam dan
pemeriksaan laboratorium menunjukkan hemoglobin kurang dari 10 gr/dl,
dalam pengamatan batuk darah tetap berlangsung.
3) Batuk darah > 250 ml tetapi kurang dari 600 ml dalam 24 jam dan dari
pemeriksaan laboratorium hemoglobin lebih dari 10 gr/dl, tetapi dalam
pengamatan 48 jam dengan pengobatan konservatif batuk darah tidak berhenti.
(Irfa et al.,2014).
5. Patofisiologi/ Pathway
Asal anatomis perdarahan dan patofisiologi hemoptysis beberbeda tiap proses
patologik tertentu: Bronkitis akibat pecahnya pembuluh darah superfisial di mukosa.
Tuberkulosisparu akibat robekan atau rupture aneurisma arteri pulmoner atau akibat
pecahnya anastomosis bronkopulmoner atau proses erosif pada arteri bronkialis.
Infeksi kronik akibat inflamasi sehingga terjadi pembesaran & proliferasi arteri
bronchial, seperti : bronkiektasis, aspergilosis atau fibrois kistik. Kanker paru akibat
pembuluh darah yang terbentuk rapuh sehingga mudah berdarah (Rasmin, 2009).
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah rutin terutama digunakan untuk melihat kadar hb untuk
mengetahui ada tidaknya anemia akibat hemoptysis
b. Foto polos thoraks dalam posisi PA dan lateral
c. Bronkografi untuk mengetahui adanya bronkiektasis, Pemeriksaan dahak baik
secara bakteriologi maupun sitology
d. Bronkoskopi dilakukan untuk menentukan sumber perdarahan sekaligus untuk
penghisapan darah yang keluar agar tidak terjadi penyumbatan. Sebaiknya
dilakukan sebelum perdarahan berhenti sehingga sumber perdarahan dapat segera
diketahui. Adapun bronkoskopi pada hemoptysis adalah :
1) Bila pemeriksaan radiologi tidak didapatkan kelainan
2) Batuk darah yang berulang
3) Batuk darah massif: sebagai identifikasi dan terapi local pada titik perdarahan
7. Penatalaksanaan
Tatalaksana hemoptysis diantaranya yait:
1) Terapi Konservatif
a. Pasien dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miring. Kepala lebih
rendah dan miring ke sisi yang sakit untuk mencegah aspirasi darah ke paru
yang sehat.
b. Melakukan suction dengan kateter setiap perdarahan
c. Batuk secara perlahan-lahan untuk mengeluarkan darah di dalam saluran
saluran napas untuk mencegah bahaya sufokasi
d. Dada di compress dengan es-kap, hal ini biasanya menenangkan penderita
e. Pemberian obat-obat penghenti perdarahan (missal obat-obat hemostasis)
f. Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
g. Pemberian cairan atau darah sesuai dengan banyaknya perdarahan yang terjadi
h. Pemberian oksigen
2) Terapi Pembedahan
Tidakan bedah dilakukan bila pasien memenuhi persyaratan, sebagai berikut:
a. Diketahui jelas sumber perdarahan
b. Tidak ada kontra indiksi medis
c. Setelah dilakukan pembedahan sisa paru masih mempunyai fungsi yang
adekuat
d. Pasien bersedia dilakukan tindakan bedah
8. Pengkajian Keperawatan
1) Keluhan utama
a. Dada terasa berat
b. Palpitasi atau berdebar-debar
c. Sesak nafas saat beraktivitas, batuk (hemoptoe), tidur harus memakai bantal
lebih dari dua buah
d. Tidak nafsu makan, mual dan muntah
e. Letargi (kelesuan) atau fatigue (kelelahan)
f. Insomnia
g. Kaki bengkak dan berat badan bertambah
h. Serangan timbul mendadak atau sering kambuh
2) Riwayat penyakit: hipertensi renal, angina, infark miokard kronis, diabetes
mellitus, bedah jantung dan disritmia.
3) Riwayat diet: intake gula, garam, lemak, kafein, cairan, alkohol
9. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang kental/darah
2) Gangguan pertukaran gas b.d infeksi saluran napas
3) Intolernsi aktivitas b.d tuberculosis paru
10. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
SDKI (D.0001) Bersihan Jalan Napas (L.01001) Manajemen Jalan Napas
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan (I. 01011)
tidak efektif b.d keperawatan 1x24 jam, diharapkan Observasi:
sekresi yang bersihan jalan napas tidak efektif - Monitor pola napas
kental/darah berkurang, dengan kriteria hasil: - Monitor bunyi napas
- Batuk efektif meningkat skala 5 tambahan
- Produksi sputum menurun skala 5 - Monitor sputum
- Dispnea menurun skala 5 Terapeutik
- Gelisah menurun skala 5 - Posisikan semi
- Frekuensi napas membaik skala 5 fowler/fowler
- Pola napas membaik skala 5 - Berikan minum hangat
- Berikan oksigen
Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
2000 ml/hari
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
SDKI (D.0003) Pertukaran Gas (L.01003) Pemantauan Respirasi
Gangguan Pertukaran Setelah dilakukan tindakan (I.01014)
Gas b.d infeksi keperawatan 1x24 jam, diharapkan Obervasi
saluran napas membaik dengan kriteria hasil: - Monitor frekuensi,
- Dispnea menurun skala 5 irama, kedalaman dan
- Bunyi napas tambahan menurun upaya napas
skala 5 - Monitor pola napas
- Pusing menurun skala 5 - Monitor kemampuan
- Gelisah menurun skala 5 batuk efektif
- Takikardi membaik skala 5 - Monitor saturasi O2
- Pola napas membaik skala 5 Terapeutik
- Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
- Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- Informasikan
pemantauan, jika perlu

SDKI (D.0056) Toleransi Aktivitas (L.05047) Manajemen Energi


Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan (I.05178)
b.d tuberculosis paru keperawatan 1x24 jam, diharapkan Observasi
membaik dengan kriteria hasil: - Monitor kelelahan fisik
- Frekuensi nadi meningkat skala 5 - Monitor pola dan jam
- Saturasi O2 meningkat skala 5 tidur
- Keluhan lelah menurun skala 5 Terapeutik
- Dispnea saat aktivitas menurun - Sediakan lingkungan
skala 5 nyaman dan rendah
- Dispnea setelah aktivitas menurun stimulus
skala 5 - Lakukan latihan rentang
- Frekuensi napas membaik skala 5 ferak pasif/aktif
- Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

Anda mungkin juga menyukai