Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

“Studi Literatur Implementasi Pengorganisasian Keperawatan di Ruang Rawat


dan Puskesmas: Kewenangan Klinik Perawat”

Dosen Pengampu : Ns. Yuanita Ananda, M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 2
3A 2020

1. Amelia Fransisca Yalani 2011313004


2. Anggea Pahmareza 2011311048
3. Chairunnisa Az Zahra 2011312040
4. Irma bonyfa rahma 2011313019
5. Novelin At Thahirah A 2011312046
6. Wanda Azzahra 2011312022
7. Yunita Trisca 2011312007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT memberikan rahmat kepada
penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan yang berjudul “Studi Literatur Implementasi Pengorganisasian
Keperawatan di Ruang Rawat dan Puskesmas: Kewenangan Klinik Perawat”.
Makalah ini merupakan laporan yang dibuat sebagai bagian dalam memenuhi kriteria
mata kuliah. Shalawat serta salam kami panjatkan kepada junjungan kita tercinta
Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat serta seluruh kaum muslimin yang tetap
teguh dalam ajaranbeliau.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan disebabkan oleh
kedangkalan dalam memahami teori, keterbatasan keahlian. Semoga segala bantuan,
dorongan, dan petunjuk serta bimbingan yang telah diberikan kepada kami dapat
bernilai ibadah disisi Allah SWT. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, khususnya bagi kami sendiri.

Padang, 5 Maret 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................4

A. Latar Belakang.....................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan..................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................6
A. Pengorganisasian Keperawatan di Rumah Sakit................................................6
B. Kewenangan Klinis Perawat di Rumah Sakit...................................................10
C. Telaah Jurnal 1.................................................................................................19
D. Telaah Jurnal 2……………………………………………………………….21
E. Telaah Jurnal 3……………………………………………………………….25
F. Telaah Jurnal 4……………………………………………………………….27
G. Telaah Jurnal 5……………………………………………………………….29

BAB III PENUTUP....................................................................................................31

A. Kesimpulan........................................................................................................31
B. Saran..................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................32
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen merupakan proses pelaksanaan kegiatan organisasi melalui


upaya orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan manajemen
keperawatan dapat diartikan sebagai pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui
staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa
aman, kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Pengorganisasin adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun


semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkanya
secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi dengan mengintegrasikan semua
sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh sebuah organisasi. Pengorganisasian
merupakan pengelompokan yang terdiri dari beberapa aktifitas dengan sasaran
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan masing-masing kelompoknya untuk
melakukan koordinasi yang tepat dengan unit lain secara horizontal dan vertikal
untuk mencapai tujuan organisasi sebagai organisasi yang komplek, maka
pelayanan keperawatan harus mengorganisasikan aktivitasnya melalui kelompok-
kelompok sehingga tujuanp elayanan keperawatan akan tercapai.

Ruang rawat merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan termasuk


pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh semua tim kesehatan dimana semua
tenaga termasuk perawat bertanggung jawab dalam penyelesaian masalah
kesehatan klien. Berbagai struktur, bentuk dan bagan dapat digunakan tergantung
pada besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai. Ruang rawat sebagi
wadah dan pusat kegiatan pelayanan keperawatan perlu memiliki struktur
organisasi tetapi ruang rawat tidak termasuk dalam struktur organisasi raumah
sakit bila dilihat dari surat keputusan menteri Kesehatan no. 134 dan 135 tahun
1978, oleh karena itu direktur rumah sakit perlu menerbitkan surat keputusan
yang ngatur struktur organisasi ruang rawat.

Berdasarkan surat keputusan direktur tersebut dibuat struktur organisasi


ruang rawat untuk menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan
baik vertikal maupun horizontal. Dapat juga dilihat posisi tiap bagian, wewenang
dan tanggung jawab serta tanggung gugat. Bentuk organisasi dapat pula
disesuaikan dengan pengelompokkan kegiatan atau sistem penugasan yang
digunakan.

B. Rumusan Masalah

Mengidentifikasi Studi Literatur Implementasi Pengorganisasian


Keperawatan di Ruang Rawat dan Puskesmas: Kewenangan Klinik Perawat.

C. Tujuan

Mengetahui Studi Literatur Implementasi Pengorganisasian Keperawatan di


Ruang Rawat dan Puskesmas: Kewenangan Klinik Perawat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengorganisasian Keperawatan Di Rumah Sakit

Kepala ruangan bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan asuhan


keperawatan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan pengorganisasian,
pelayanan keperawatan di ruangan meliputi:

1. Struktur organisasi
Struktur organisai ruang rawat terdiri dari struktur bentuk dan bagan.
Berbagai struktur, bentuk dan bagan dapat digunakan tergantung pada
besarnya organisasi dan tujuan yang ingin dicapai. Ruang rawat sebagi
wadah dan pusat kegiatan pelayanan keperawatan perlu memiliki struktur
organisasi tetapi ruang rawat tidak termasuk dalam struktur organisasi
raumah sakit bila dilihat dari surat keputusan menteri Kesehatan no. 134 dan
135 tahun 1978. oleh karena itu direktur rumah sakit perlu menerbitkan surat
keputusan yang ngatur struktur organisasi ruang rawat.
Berdasarkan surat keputusan direktur tersebut dibuat struktur organisasi
ruang rawat untuk menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf
atasan baik vertikal maupun horizontal. Dapat juga dilihat posisi tiapbagian,
wewenang dan tanggung jawab serta tanggung gugat. Bentuk organisasi
dapat pula disesuaikan dengan pengelompokkan kegiatan atau sistem
penugasan yang digunakan.
2. Pengelompokkan Kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan yang harus
diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu dikumpulkan sesuai
dengan spesifikasi tertentu. Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk
memudahkan pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan
keterampilan dimiliki peserta sesuai dengan kebutuhan klien
pengorganisasian tugas perawat ini disebut metode penugasan.
Keperawatan diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan
ketidakmampuan klien dalam melakukan aktifitas untuk dirinya dalam upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Setiap kegiatan keperawatan
diarahkan kepada pencapaian tujuan dan merupakan tugas menejer
keperawatan untuk selalu mengkoordinasi, mengarahkan dan mengendalikan
proses pencapaian tujuan melalui interaksi, komunikasi, integrasi pekerjaan
diantara staf keperawatan yang terlibat.
Dalam upaya mecapai tujuan tersebut meneger keperawatan dalam hal
ini kepala ruangan bertanggung jawab mengorganisir tenaga keperawatan
yang ada dan kegiatan pelayanan keperawatan yang akan dilakukan sesuai
dengan kebutuhan klien, sehingga kepala ruangan perlu mengkatagorikan
klien yang ada diunit kerjanya. Menurut Kron (1987) kategori klien
didasarkan atas : Tingkat pelayanan keperawatan yang dibutuhkan klien,
misalnya keperawatan mandiri, minimal, sebagian, total atau intensif. Usia
misalnya anak, dewasa, usia lanjut. Diagnosa/masalah kesehatan yang
dialami klien misalnya perawatan bedah/ortopedi, kulit. Terapi yang
dilakukan, misalnya rehabilitas, kemoterapi. Dibeberapa rumah sakit ini
pengelompokkan klien didasarkan atas kombinasi kategori diatas.
Selanjutnya kepala ruangan bertanggung jawab menetapkan metode
penyusunan keperwatan apa yang tepat digunakan di unit kerjanya untuk
mencapai tujuan sesuai dengan jumlah katagori tenaga yang ada di ruangan
serta jumlah klien yang menjadi tanggung jawabnya. Manajemen Kinerja
Klinik Konsep dasar manajemen kinerja klinik Manajemen kinerja klinik
adalah suatu upaya peningkatan kemampuan manajerial dan kinerja perawat
dalam memberikan pelayanan di institusi pelayanan kesehatan untuk
mencapai pelayanan yang bermutu (Depkes RI, 2005).
3. Konsep dasar manajemen kinerja klinik
Manajemen kinerja klinik adalah suatu upaya peningkatan kemampuan
manajerial dan kinerja perawat dalam memberikan pelayanan di institusi
pelayanan kesehatan untuk mencapai pelayanan yang bermutu (Depkes RI,
2005).
Manajemen kinerja klinik didasarkan pada profesionalisme perawat,
ilmu pengetahuan dan teknologi, aspek legal formal serta landasan etika.
Manajemen kinerja klinik dilaksanakan dengan tujuan meingkatkan mutu
pelayanan perawat di institusi pelayanan kesehatan. Dalam penerapan
manajemen kinerja klinik perawat diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan, mematuhi standar yang ditetapkan,
mempunyai kemampuan manajerial yang baik, melaksanakan asuhan
keperawatan yang bermutu dan pada akhirnya mampu memenuhi harapan
masyarakat dalam hal pelayanan kesehatan yang bermutu.

Peran Kepala Ruangan dalam tahap:

1) Implementasi
Fungsi pengorganisasian:
 Merumuskan system penugasan
 Menjelaskan rincian tugas ketua Tim
 Menjelaskan rentang kendali di ruang rawat
 Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan diruang rawat
 Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan/fasilitas ruangan
 Mengatur dan mengendalikan situasi lahan praktik
 Mendelegasikan tugas kepada ketua Tim

Fungsi pengarahan:

 Memberikan pengarahan kepada ketua Tim


 Memberikan motivasi dalam meningkatkan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap anggota Tim
 Memberi pujian kepada anggota Tim yang melaksanakan tugas
dengan baik
 Membimbing bawahan
 Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim
 Melakukan supervisi
 Memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan
diruangan
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
b. Evaluasi
Fungsi pengendalian:
 Mengevaluasi kinerja katim
 Memberikan umpan balik pada kinserja katim
 Mengatasi masalah di ruang rawat dan memasang tidak lanjut
 Memperhatikan aspek legal dan etik keperawatan
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

Peran Ketua Tim dalam tahap

a. Pengkajian: mengumpukan data kesehatan klien


b. Perencanaan :
Fungsi perencanaan dan ketenagaan:
 Bersama Karu melaksanakan serah terima tugas
 Bersama karu melaksanakan pembagian tugas
 Menyusun rencana asuhan keperawatan
 Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan keperawatan
 Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan
 Mengorientasikan klien baru pada lingkungan
 Melakukan pelaporan dan pendokumantasian
c. Implementasi
Fungsi pengorganisasian:
 Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan
 Membagi pekerjaan sesuai tingkat ketergantungan pasien
 Membuat rincian tugas anggota tim dalam keperawatan
 Mampu mengkoordinir pekerjaan yang harus dilakukan bersama
tim kesehatan lain
 Mengatur waktu istirahat anggota tim
 Mendelegasikan proses asuhan keperawatan pada anggota tim
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian

Fungsi pengarahan:

 Memberikan pengarahan kepada anggota tim


 Memberikan bimbingan pada anggota tim
 Memberikan infromasi yang berhubungan dengan askep
 Mengawasi proses pemberian askep
 Melibat anggota tim sampai awal dan akhir kegiatan
 Memberikan pujian/motivasi kepada anggota tim
 Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
d. Evaluasi
Fungsi pengendalian:
 Mengevaluasi asuhan keperawatan
 Memberikan umpan balik pada pelaksana
 Memperhatikan aspek legal dan etik
 Melakukan pelaporan dan pendokumantasian

Peran perawat pelaksana dalam tahap :

1) Pengkajian: mengkaji kesiapan klien dan diri sendiri untuk


melaksanakan asuhan keperawatan.
2) Perencanaan:
Fungsi perencanaan dan ketenagaan:
 Bersama Karu mengadakan serah terima tugas
 Menerima pembagian tugas dari katim
 Bersama katim menyiapkan keperluan untuk melaksanakan
asuhan keperawatan
 Mengikuti ronde keperawatan
 Menerima klien baru
c. Implementasi
Fungsi pengorganisasian:
 Menerima penjelasan tujuan pengorganisasian tim
 Menerima pembagian tugas
 Melaksanakan tugas yang diberikan oleh katim
 Melaksanakan program kolaborasi dengan tim kesehatan lain
 Menyesuaikn waktu istirahat dengan anggota tim lainnya
 Melaksanakan asuhan keperawatan
 Menunjang pelaporan, mencatat tindakan keperawatan yang
dilaksanakan

B. Kewenangan Klinis Perawat di Rumah Sakit


Kompetensi perawat klinis di Rumah Sakit dideskripsikan sesuai level
jenjang karir perawat klinis (PK I –PK V). Kompetensi sesuai level pada
perawat klinis yaitu :
a. Perawat Klinis I
Perawat klinis I adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan dasar dengan penekanan pada
keterampilan teknis keperawatan dibawah bimbingan. Kompetensi perawat
klinis I yaitu:
1) Melakukan asuhan keperawatan (pengkajian, menetapkan diagnosis
keperawatan, menetapkan intervensi dan melaksanakan tindakan
keperawatan serta evaluasi) dengan lingkup keterampilan tehnik dasar.
2) Menerapkan prinsip etik, legal, dan peka budaya dalam asuhan
keperawatan.
3) Melakukan komunikasi terapeutik di dalam asuhan keperawatan.
4) Menerapkan caring dalam keperawatan.
5) Menerapkan prinsip keselamatan klien.
6) Menerapkan prinsip Pengendalian dan Pencegahan Infeksi.
7) Melakukan kerjasama tim dalam asuhan keperawatan.
8) Menerapkan prinsip mutu dalam Tindakan keperawatan.
9) Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien terkait dengan
kebutuhan dasar.
10) Mengumpulkan data kuantitatif untuk kegiatan pembuatan laporan
kasus klien.
11) Mengumpulkan data riset sebagai anggota tim penelitian.
12) Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa membedakan suku,
agama, ras dan antar golongan.
13) Menunjukkan sikap pengharapan dan keyakinan terhadap pasien.
14) Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
15) Menunjukkan sikap asertif.
16) Menunjukkan sikap empati.
17) Menunjukkan sikap etik.
18) Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan pedoman
keperawatan.
19) Menunjukkan tanggung jawab terhadap penerapan asuhan keperawatan
sesuai kewenangannya.
20) Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan
klien.
21) Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim
dalam pengelolaan asuhan keperawatan.
b. Perawat Klinis II
Perawat klinis II adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan holistik pada klien secara mandiri dan
mengelola klien/sekelompok klien secara tim serta memperoleh bimbingan
untuk penanganan masalah lanjut/kompleks. Kompetensi perawat klinis II
yaitu:
1) Melakukan asuhan keperawatan dengan tahapan dan pendekatan
proses keperawatan pada klien dengan tingkat ketergantungan partial
dan total care.
2) Menerapkan prinsip kepemimpinan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
3) Menerapkan konsep pengelolaan asuhan keperawatan pada
sekelompok klien.
4) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien untuk menentukan
intervensi keperawatan.
5) Menetapkan jenis intervensi keperawatan sesuai tingkat ketergantugan
klien
6) Menerapkan prinsip etik, legal, dan peka budaya dalam pemberian
asuhan keperawatan.
7) Menggunakan komunikasi terapeutik yang sesuai dengan karakteristik
dan masalah klien.
8) Menerapkan caring yang sesuai dengan karakteristik dan masalah
klien.
9) Melakukan kajian insiden keselamatan klien dan manajemen risiko
klinis.
10) Melakukan kajian terhadap kejadian dan risiko infeksi pada klien.
11) Melakukan kerjasama antar tim.
12) Menerapkan pengendalian mutu dengan satu metoda tertentu sesuai
kebijakan rumah sakit setempat.
13) Mengimplementasikan pengendalian mutu asuhan keperawatan.
14) Merumuskan kebutuhan belajar klien dan keluarga secara holistik
sesuai dengan masalah kesehatan klien.
15) Menyusun rancangan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar
klien dan keluarga.
16) Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien dan keluarga.
17) Mengevaluasi ketercapaian edukasi Kesehatan dan rencana tindak
lanjut.
18) Melaksanakan preceptorsip pada tenaga perawat di bawah
bimbingannya dan praktikan.
19) Melakukan diskusi refleksi kasus untuk meningkatkan kualitas
pemberian asuhan keperawatan.
20) Menggunakan hasil penelitian dalam pemberian asuhan keperawatan.
21) Membantu pelaksanaan riset keperawatan deskriptif.
22) Melakukan survey keperawatan.
23) Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa membedakan suku,
agama, ras dan antar golongan.
24) Menunjukkan sikap pengharapan dan keyakinan terhadap pasien.
25) Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
26) Menunjukkan sikap asertif.
27) Menunjukkan sikap empati.
28) Menunjukkan sikap etik.
29) Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan pedoman
keperawatan.
30) Menunjukkan tanggung jawab terhadap penerapan asuhan keperawatan
sesuai kewenangannya.
31) Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan
klien.
32) Menunjukkan sikap saling percaya dan antara anggota tim dalam
pengelolaan asuhan keperawatan.
c. Perawat Klinis III
Perawat Klinis III adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan komprehensif pada area spesifik dan
mengembangkan pelayanan keperawatan berdasarkan bukti ilmiah dan
melaksanakan pembelajaran klinis. Kompetensi perawat klinis III yaitu:
1) Melakukan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan tingkat
ketergantung partial dan total dengan masalah kompleks di area
keperawatan spesifik.
2) Menerapkan filosofi dasar keperawatan pada area keperawatan
spesifik.
3) Menerapkan penyelesaian dan pengambilan keputusan masalah etik,
legal dalam asuhan keperawatan di unit keperawatan.
4) Menetapkan jenis intervensi keperawatan sesuai tingkat
ketergantungan klien pada lingkup area spesifik.
5) Menerapkan prinsip kepemimpinan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
6) Menerapkan konsep pengelolaan asuhan keperawatan pada unit ruang
rawat.
7) Menggunakan metode penugasan yang sesuai dalam pengelolaan
asuhan keperawatan di unit ruang rawat.
8) Menetapkan masalah mutu asuhan keperawatan berdasarkan kajian
standar dan kebijakan mutu.
9) Melaksanakan analisis akar masalah (RCA) dan membuat grading
risiko terhadap masalah klinis.
10) Mengidentifikasi kebutuhan belajar klien dan keluarga secara holistik
sesuai dengan masalah kesehatan klien di area spesifik.
11) Mengidentifikasi dan memilih sumber-sumber yang tersedia untuk
edukasi kesehatan pada area spesifik.
12) Melakukan tahapan penyelesaian masalah etik, legal dalam asuhan
keperawatan.
13) Menggunakan komunikasi terapeutik yang sesuai dengan karakteristik
dan masalah klien dan keluarga pada area spesifik.
14) Menerapkan caring yang sesuai dengan karakteristik dan masalah
klien di area spesifik.
15) Menerapkan prinsip kerjasama interdisiplin.
16) Melaksanakan pengendalian mutu asuhan keperawatan di unit.
17) Menyusun rancangan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar
klien dan keluarga pada area spesifik.
18) Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien dan keluarga pada
area spesifik.
19) Mengevaluasi ketercapaian edukasi kesehatan pada area spesifik dan
rencana tindak lanjut.
20) Melaksanakan preceptorship dan mentorship pada area spesifik.
21) Menginterpretasi hasil penelitian dalam pemberian asuhan
keperawatan pada area spesifik.
22) Menggunakan hasil penelitian dalam pemberian asuhan keperawatan
pada area spesifik.
23) Melakukan riset keperawatan deskriptif analitik dan inferensial.
24) Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa membedakan suku,
agama, ras dan antar golongan.
25) Menunjukkan sikap pengharapan dan keyakinan terhadap pasien.
26) Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
27) Menunjukkan sikap asertif.
28) Menunjukkan sikap etik.
29) Menunjukkan sikap empati.
30) Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan pedoman
keperawatan.
31) Menunjukkan tanggung jawab terhada penerapan asuhan keperawatan
sesuai kewenangannya.
32) Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan
klien.
33) Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim
dalam pengelolaan asuhan keperawatan.
d. Perawat Kinis IV
Perawat klinis IV adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan pada masalah klien yang kompleks di area
spesialistik dengan pendekatan tata kelola klinis secara interdisiplin,
multidisiplin, melakukan riset untuk mengembangkan praktek keperawatan
serta mengembangkan pembelajaran klinis. Kompetensi perawat klinis IV
yaitu:
1) Melakukan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan tingkat
ketergantung total dengan masalah kompleks di area spesialistik.
2) Menetapkan jenis intervensi keperawatan pada lingkup masalah klien
yang kompleks di area spesialistik.
3) Menerapkan tata kelola klinis dalam pelayanan keperawatan.
4) Melakukan evaluasi efektifitas metode yang sesuai dalam pengelolaan
asuhan keperawatan di unit.
5) Merumuskan indikator keberhasilan intervensi keperawatan.
6) Menetapkan pengelolaan asuhan klien dengan masalah kompleks pada
area spesialistik.
7) Menetapkan upaya perbaikan mutu.
8) Melakukan tahapan penyelesaian masalah etik, legal dalam asuhan
keperawatan dalam berbagai lingkup pelayanan keperawatan.
9) Menggunakan komunikasi terapeutik yang sesuai dengan karakteristik
klien dengan masalah kompleks di area spesialistik.
10) Menerapkan prinsip caring yang sesuai dengan karakteristik dan
masalah klien dengan kasus spesialistik.
11) Melaksanakan risiko klinis menggunakan pendekatan Healthcare
Failure Mode & Effect Analysis atau Analisis Efek & Mode
Kegagalan di Pelayanan Kesehatan(HFMEA).
12) Menerapkan prinsip kerjasama secara interdisiplin/interprofessional
13) Melakukan upaya perbaikan mutu asuhan keperawatan dengan
memberdayakan sumber terkait.
14) Melakukan pengendalian mutu asuhan keperawatan di beberapa unit.
15) Menyusun rancangan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajar
klien dan keluarga pada area spesialistik.
16) Melakukan proses edukasi kesehatan pada klien dan keluarga pada
area spesialistik.
17) Mengevaluasi ketercapaian edukasi kesehatan pada area spesialistik
dan rencana tindak lanjut.
18) Melaksanakan preceptorship dan mentorship pada area spesialistik.
19) Menganalisis hasil penelitian dalam pemberian asuhan keperawatan
pada area spesialistik.
20) Menggunakan hasil penelitian dalam pemberian asuhan keperawatan
pada area spesialistik.
21) Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa membedakan suku,
agama, ras dan antar golongan.
22) Menunjukkan sikap pengharapan dan keyakinan terhadap pasien.
23) Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
24) Menunjukkan sikap asertif.
25) Menunjukkan sikap empati.
26) Menunjukkan sikap etik.
27) Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan pedoman
keperawatan.
28) Menunjukkan tanggung jawab terhadap penerapan asuhan
keperawatan sesuai kewenangannya.
29) Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan
klien.
30) Menunjukkan sikap saling percaya dan menghargai antara anggota tim
dalam pengelolaan asuhan keperawatan.
e. Perawat Klinis V
Perawat klinis V adalah jenjang perawat klinis dengan kemampuan
memberikan konsultasi klinis keperawatan pada area spesialistik,
melakukan tata kelola klinis secara transdisiplin, melakukan riset klinis
untuk pengembangan praktik, profesi dan kependidikan keperawatan.
Kompetensi perawat klinis V yaitu:
1) Menerapkan prinsip caring yang sesuai dengan karakteristik dan
masalah klien yang kompleks di area spesialistik.
2) Merumuskan strategi penanganan akar masalah dan risiko klinis secara
lintas disiplin.
3) Menganalisis potensi risiko klinis dari intervensi keperawatan.
4) Menerapkan prinsip dan model kerjasama secara
interdisplin/interprofesional dalam pelayanan kesehatan, transdisiplin.
5) Menerapkan tata kelola klinis dalam pelayanan kesehatan.
6) Mengembangkan metode penugasan berdasarkan bukti ilmiah.
7) Merumuskan indikator kinerja kunci pengelolaan asuhan klien dengan
masalah kompleks pada area spesialistik sebagai acuan penilaian.
8) Mengembangkan metoda perbaikan mutu
9) asuhan keperawatan berdasarkan bukti ilmiah. Menggunakan filosofi
dasar keperawatan sebagai dasar keputusan dalam pemberian asuhan
keperawatan spesialistik.
10) Menyediakan pertimbangan klinis sebagai konsultan dalam asuhan
keperawatan klien dengan masalah klien yang kompleks di area
spesialistik.
11) Melakukan pembinaan tata laku dan pertimbangan etik profesi, legal
dalam lingkup pelayanan keperawatan.
12) Menggunakan komunikasi terapeutik yang sesuai dengan karakteristik,
masalah klien yang kompleks di area spesialistik sebagai konsultan.
13) Menyusun strategi penanganan akar masalah dan risiko klinis secara
lintas disiplin.
14) Menggunakan model kerjasama secara interdisiplin/interprofesional
dalam pelayanan kesehatan, transdisiplin.
15) Melakukan pemberian konsultasi klinis dalam asuhan keperawatan
pada klien dengan masalah kompleks pada area spesialistik.
16) Mengembangkan berbagai alternatif intervensi keperawatan
berdasarkan bukti ilmiah.
17) Mengembangkan sistem dalam menjaga mutu asuhan keperawatan
secara keberlanjutan.
18) Melaksanakan konsultasi dan edukasi kesehatan baik bagi peserta
didik, sejawat, klien, maupun mitra profesi sesuai kebutuhan.
19) Menyediakan advokasi sebagai konsultan dalam pelaksanaan
preceptorship dan mentorship.
20) Mengevaluasi hasil penelitian untuk merumuskan intervensi
keperawatan.
21) Melakukan riset keperawatan semi eksperimental dan eksperimental.
22) Menunjukkan sikap memperlakukan klien tanpa membedakan suku,
agama, ras dan antar golongan.
23) Menunjukkan sikap pengharapan dan keyakinan terhadap pasien.
24) Menunjukkan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.
25) Menunjukkan sikap asertif.
26) Menunjukkan sikap empati.
27) Menunjukkan sikap etik.
28) Menunjukkan kepatuhan terhadap penerapan standar dan pedoman
keperawatan.
29) Menunjukkan tanggung jawab terhadap penerapan asuhan keperawatan
sesuai kewenangannya.
30) Menunjukkan sikap kerja yang efektif dan efisien dalam pengelolaan
klien
31) Menunjukkan sikap saling percaya dan antara anggota tim dalam
pengelolaan asuhan keperawatan.

C. Telaah Jurnal 1

1 Judul Jurnal Nurses’ Perceptions of Joint Commission International


Accreditation on Patient Safety in Tertiary Care in South
Korea: A Pilot Study
2 Nama Jurnal Journal of Nursing Regulation
3 Volume dan Volume 10 dan halaman 30-36
Halaman
4 Tahun 2020
5 Penulis George Despotou, PhD; Jungmi Her, MSc; and Theodoros
N. Arvanitis, DPhil
6 Tujuan Penelitian Untuk mengeksplorasi sikap perawat terhadap akreditasi
Jurnal
Joint Commission International (JCI) dan dampak yang
dirasakan terhadap keselamatan pasien, serta tingkat
implementasi International Patient Safety Goals (IPSG)
dalam perawatan tersier di Korea Selatan.
7 Hasil Penelitian Hampir setengah dari peserta survei memiliki sikap positif
Jurnal
dalam memperoleh dan mempertahankan akreditasi JCI.
Dari segi persepsi dampak akreditasi JCI terhadap
keselamatan pasien, hasilnya lebih positif. Empat puluh
delapan tanggapan positif dan hanya tiga tanggapan
negatif.
Penerapan standar akreditasi JCI membantu memfokuskan
budaya organisasi pada keselamatan.
Sebelum menggunakan akreditasi JCI, konsep
keselamatan pasien tidak ada di kalangan staf medis, dan
tidak ada aturan atau garis panduan mengenai keselamatan
pasien. Namun, setelah adanya JCI, keselamatan pasien
dan lingkungan lebih baik serta perawat dapat mengelola
peraturan yang lebih rinci tentang keselamatan pasien.
Peserta setuju bahwa IPSG telah dilaksanakan.
8 Kelebihan Jurnal Penelitian ini menggunakan dua instrument, yaitu
kuesioner dan wawancara semi terstruktur. Terdapat saran
untuk melakukan penelitian tambahan mengenai masalah
pada jurnal ini
9 Kekurangan Jurnal Penggunaan kalimat yang sedikit sulit dalam memaparkan
hasil penelitian
10 Kesimpulan Telaah Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa perawat
memiliki sikap positif secara keseluruhan terhadap
perolehan akreditasi JCI, yang diperkuat ketika
mempertimbangkan dampaknya terhadap keselamatan
pasien. Temuan ini terutama karena adanya apresiasi
terhadap perubahan proses organisasi berdasarkan proses
akreditasi, serta penguatan kesadaran dan budaya
keselamatan staf.
Sebagian besar perawat dalam penelitian ini percaya jika
IPSG terpelihara dengan baik di rumah sakit mereka.
Terakhir, memenuhi IPSG sebagai bagian dari akreditasi
JCI telah memberikan proses yang jelas tentang sejumlah
masalah umum keselamatan pasien, yang menurut perawat
sebelumnya tidak ada.

D. Telaah Jurnal 2

TELAAH JURNAL

Judul Artikel Pengembangan Karier Profesional Perawat Non Pns Di Rumah


Sakit X / Professional Career Development of Non-Civil Servant
Nurses at X Hospital
Nama Jurnal Jurnal Manajeman Kesehatan Yayasan RS Dr. Soetomo
Volume dan Volume 6 No. 1
Halaman
Tahun Jurnal 2020
Penulis Ahmad Muslim dan Sutinah
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran proses
Jurnal pengembangan perawat non PNS di Rumah Sakit X. Jenis
penelitian adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
metode kualitatif, sehingga dapat menggambarkan secara rinci
dan lengkap mengenai pengembangan karier perawat non PNS di
Rumah Sakit X
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data yang menunjuka
Jurnal bahwa Dari jumlah perawat non PNS pada tahun 2019 tersebut,
perawat yang memiliki pendidikan D-III sebanyak 61 orang
(27%) dan pendidikan D4/S1 profesi ners sebanyak 166 orang
(73%). Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) nomor 40 tahun
2017 menyatakan bahwa persyaratan sistem jenjang karier
profesional perawat adalah memiliki latar belakang pendidikan
minimal D-III. Hal ini menunjukkan bahwa latar belakang
pendidikan perawat non PNS di Rumah Sakit X telah memenuhi
syarat untuk memiliki jenjang karier profesional.

Kemudian hasil wawancara dengan informan menunjukkan


bahwa karier perawat non PNS di Rumah Sakit X masih belum
memiliki kejelasan hingga saat ini. Hal ini dibuktikan dengan
belum adanya perencanaan karier untuk perawat non PNS secara
struktural di Rumah Sakit X. Pilihan jenjang karier untuk
pegawai tidak selalu bergerak keatas secara vertikal, sesuai
dengan pendapat Usmara (2007) bahwa pilihan jalur
pengembangan karier meliputi enrichment, lateral, vertical,
relocation, exploration, realignment. Meskipun belum terdapat
peraturan yang mengatur karier perawat non PNS secara
struktural, namun Rumah Sakit X telah menerapkan sistem
jenjang karier profesional Perawat Klinis (PK), hal ini sesuai
dengan PMK nomor 40 tahun 2017.
Kelebihan jurnal  Peneliti menyajikan bagian abstrak dengan baik sehingga
pembaca dapat memahami isi penelitian secara
keseluruhan dengan lebih mudah
 Peneliti menyajikan hasil penyajian dilengkapi dengan
tabel dan diagram yang mudah dipahami.
 Peneliti juga memberikan kesimpulan yang jelas dan
udah dipahami oleh pembaca.
Kekurangan Jurnal Peneliti tidak memberikan saran didalm penelitian yang
dipaparkannya.
Kesimpulan Telaah Perawat non PNS di Rumah Sakit X saat ini belum memiliki
jenjang karier yang jelas secara struktural, karena untuk posisi
jabatan struktural hanya diduduki oleh perawat PNS. Perawat
non PNS sebenarnya bisa saja memiliki jenjang karier, jika
pimpinan Rumah Sakit X mau membuat sistem jenjang karier
secara struktural untuk perawat non PNS. Hal ini terjadi karena
di dalam HBL Rumah Sakit X belum mengatur tentang karier
struktural Perawat non PNS. Jenjang karier yang dimiliki
perawat non PNS adalah jenjang karier profesional Perawat
Klinis.Pengembangan karier Perawat non PNS yang telah
dilakukan oleh Rumah Sakit X adalah program pelatihan bagi
Perawat non PNS. Upaya yang lainnya yang dilakukan oleh
pihak Rumah Sakit X adalah perawat non PNS diberikan
kesempatan untuk memilih karier sesuai dengan bidang yang
diminati, namun saat ini masih belum dapat dilaksanakan secara
keseluruhan. Rumah Sakit X telah berencana untuk
mengembangkan jenjang karier profesional perawat untuk
Perawat Riset, namun jenjang karier ini masih dikhususkan
untuk perawat yang memiliki pendidikan minimal S2
Keperawatan. Rumah Sakit X terus berupaya untuk melakukan
perbaikan sistem pengembangan karier perawat non PNS agar
lebih baik kedepannya.
Sumber Jurnal https://scholar.google.com/scholar?
hl=en&as_sdt=0,5&as_ylo=2019&q=Kewenangan+klinik+pera
wat+di+rumah+sakit#d=gs_qabs&t=1678189259875&u=%23p
%3DJKbu6hHlipEJ
Muslim, A., & Sutinah, S. (2020). Pengembangan Karier
Profesional Perawat Non PNS Di Rumah Sakit X. Jurnal
Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo, 6(1), 16-27
E. Telaah Jurnal 3

1 Judul Jurnal Hubungan Fungsi Pengorganisasian Kepala Ruangan dengan


Kinerja Perawat dalam Memberikan Pelayanan Keperawatan di
Ruang Rawat Inap RSUD Samarinda

2 Nama Jurnal Borneo Student Research


3 Volume dan Vol 1, No 3,
Halaman
4 Tahun 2020
5 Penulis Siti Ulvana Riyani, Alfi Ari Fakhrur Rizal

6 Tujuan Penelitian mengetahui hubungan antara fungsi pengorganisasian kepala


Jurnal
ruangan dengan kinerja perawatdalam memberikan pelayanan
keperawatan di ruang rawat inap RSUD Samarinda.

7 Hasil Penelitian Hasil penelitian hubungan fungsi pengorganisasian kepala


Jurnal ruangan dengan kinerja perawat didapatkan hasil yang signifikan .
Maka diterima sehingga diambil kesimpulan terdapat hubungan
yang signifikan antara fungsi pengorganisasian kepala ruangan
dengan kinerja perawat.

8 Kelebihan Jurnal Penelitian ini menggunakan dua analisis yaitu analisis univariat
dan analisis bivariat. Terdapat saran untuk melakukan penelitian
tambahan mengenai masalah pada jurnal ini
9 Kekurangan Penggunaan kalimat yang sedikit sulit dalam memaparkan hasil
Jurnal
penelitian
1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari tujuan penelitian ini diantaranya
Telaah
0 Hasil penelitian berdasarkan Karakteristik 61 responden di RSUD
Samarinda. Terdapat 40 orang (65.6%) yang berusia 26-35 tahun .
Jenis kelamin perempuan sebanyak 47 orang (77,0%). Masa kerja
dari 61 responden terdapat 24 orang (39,3%) masa kerja <5 tahun,
24 orang (39.3%). Pendidikan terdapat 5orang (83,6%) yang
berpendidikan D III Keperawatan. Hasil penelitian Fungsi
pengorganisasian kepala ruang yang didapat berdasarkan 61
responden terdapat 32 orang (52.5%) yang memiliki tingkat
fungsi pengorganisasian baik. Hasil penelitian dari kinerja
perawat didapatkan berkinerja baik yaitu baik yaitu sebanyak 37
orang (60.7%). Hasil penelitian ini yaitu terhadap hubungan
fungsi pengorganisasian kepala ruangan dengan kinerja perawat
(p=0,008, α=0,05). Hasil penelitian ini ada hubungan yang
signifikan antara fungsi pengorganisasian kepala ruangan dengan
kinerja perawat di RSUD Samarinda.

1 Sumber https://scholar.google.com/scholar?
1 start=20&q=implementasi+perorganisasian+keperawatan+di+rum
ah+sakit&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&t=1678185802677&u=
%23p%3DP5cLsitIdNoJ
E. Telaah Jurnal 4

1 Judul Jurnal Hubungan Fungsi Pengorganisasian Kepala Ruangan Terhadap


Tingkat Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana
2 Nama Jurnal JOM PSIK UNRI
3 Volume dan Vol. 1 No. 1
Halaman
4 Tahun 2018
5 Penulis Verawati1, Erwin, Riri Novayelinda
6 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan fungsi pengorganisasian kepala
Jurnal ruangan terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana.
7 Hasil Penelitian Sebagian besar responden berusia 25 – 29 tahun sebanyak 12 orang
Jurnal (40%), mayoritas jenis kelamin responden responden adalah
perempuan sebanyak 28 orang (93,3%) dan sebagian besar
pendidikan responden adalah D III sebanyak 26 orang (86,7%) dan
didapatkan hasil bahwa
sebagian besar responden menyatakan fungsi pengorganisasian
kepala ruangan kurang berhasil sebanyak 18 orang (60%).
Berdasarkan tingkat kepuasan kerja perawat pelaksana didapatkan
hasil bahwa sebagian besar responden tentang tingkat kepuasan kerja
adalah tidak puas sebanyak 20 orang (66,7%).
Menurut Siagian (2002), terdapat korelasi antara kinerja dan
kepuasan kerja dengan umur seorang karyawan, artinya
kecenderungan yang sering terlihat ialah bahwa semakin lanjut umur
karyawan, kinerja dan tingkat kepuasan kerjanya pun biasanya
semakin tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden berdasarkan


jenis kelamin mayoritasnya adalah perempuan sebanyak 28 orang
(93,3%), dan yang laki-laki sebanyak 2 orang (6,7%). Tidak ada
perbedaan yang
konsisten antara pria dan wanita dalam kemampuan memecahkan
masalah, ketrampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi,
sosiabilitas, atau kemampuan belajar, namun studi-studi psikologi
telah menemukan bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi
wewenang,
dan pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya daripada
wanita dalam memiliki pengharapan untuk sukses.
8 Kelebihan Jurnal 1. Hasil penelitian disajikan menggunakan table dan penjelasan
yang mudah dipahami oleh pembaca
2. Peneliti memberikan saran yang bagus dan lengkap
3. Penulisan sudah merujuk pada aturan penulisan bahasa
Indonesia yang benar
9 Kekurangan Jurnal Pada bagian abstrak hanya penampilkan abstrak dengan bahasa
inggris, tidak dilengkapi dengan abstrak menggunakan bahasa
Indonesia.
10 Kesimpulan Telaah Berdasarkan hasil penelitian bisa dikatakan fungsi pengorganisasian
kepala ruangan belum berjalan dengan baik karena masih banyak
perawat pelaksana yang merasa tidak puas terhadap fungsi
pengorganisasian yang diterapkan oleh kepala ruangan. Untuk
mengatasi hal ini sangat diperlukan pendekatan yang lebih baik
kepada perawat pelaksana oleh kepala ruangan dengan cara menjalin
komunikasi yang baik dengan perawat pelaksana sehingga jika
ditemukan masalah atau keluhan dari perawat pelaksana dapat
diselesaikan dengan baik dan bijaksana.
F. Telaah Jurnal 5

1 Judul Jurnal Budaya Organisasi dalam Pelayanan Keperawatan di


Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Ibu dan Anak Kumala
Siwi Jepara
2 Nama Jurnal Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia
3 Volume dan Volume 6
Halaman
4 Tahun 2018
5 Penulis Arief Yustiawan
6 Tujuan Penelitian Untuk melihat bagaimana Budaya Organisasi dalam
Jurnal
Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Ibu dan Anak Kumala Siwi Jepara
7 Hasil Penelitian Menurut informan utama menyatakan belum ada bentuk
Jurnal
fisik struktur oraganisasi sehingga tidak adanya
kejelasan terhadap informasi serta pelaksanaan
pengaturan peran di dalam menjalankan pemberian
tugas. Nilai-nilai yang diselenggarakan dalam sebuah
organisasi perlu adanya role model atau teladan bagi
yang lain agar mampu mengkomunikasikan keyakinan-
keyakinan yang dijalankan di rumah sakit sehingga
perlunya setiap peran struktur dalam memberikan makna
dalam sebuah tindakan atau contoh nyata dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari.
8 Kelebihan Jurnal Menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan sesuai
kaidah bahasa yang baik dan benar
9 Kekurangan Jurnal Pada jurnal tidak dicantumkan halaman jurnal. Abstrak
pada jurnal tidak terdapat abstrak dalam bahasa
indonesia, sehingga pembaca yang tidak bisa berbahasa
inggris kurang tertarik untuk membacanya. Hasil dari
penelitian hanya mencantumkan budaya-budaya basic
yang ada di Rumah Sakit.
10 Kesimpulan Telaah Pelaksanaan budaya organisasi meliputi artefak, nilai-
nilai, dan asumsi-asumsi dasar terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi pelayanan keperawatan, didapatkan
bahwa penanaman visi, misi dan tujuan rumah sakit
telah dilaksanakan sesuai dengan budaya organisasi
yang ada diterapkan oleh rumah sakit. Penerapan
struktur organisasi di ruang rawat inap belum terpenuhi
sehingga pelaksanaan tugas kurang maksimal. Sumber
daya keperawatan dengan jumlah yang kurang memadai
sehingga pelaksanaan budaya organisasi di ruang rawat
inap tidak berjalan dengan baik.
Pelaksanaan metode penugasan kepada pasien tidak
mengacu kepada falsafah yang dibangun rumah sakit,
pola ketenagan, serta karakteristik populasi pasien dalam

BAB III

PENUTUP
A. Keseimpulan

Pengorganisasin adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun


semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkanya
secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi dengan mengintegrasikan semua
sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh sebuah organisasi.

Ruang rawat merupakan salah satu pusat pelayanan kesehatan


termasukpelayanan keperawatan yang dilakukan oleh semua tim kesehatan dimana
semua tenaga termasuk perawat bertanggung jawab dalam penyelesaian masalah
kesehatan klien. Ruang rawat sebagi wadah dan pusat kegiatan pelayanan
keperawatan perlu memiliki struktur organisasi tetapi ruang rawat tidak termasuk
dalam struktur organisasi raumah sakit.

B. Saran

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari
tulisan maupun bahasa yang kami sajikan, oleh karena itu mohon di berikan sarannya
agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bisa
bermamfaat bagi kita semua, dan menambah wawasan kita.

DAFTAR PUSTAKA
Momay, Sarlota Y dkk. 2014. "Pengaruh Kinerja Perawat dan Pengorganisasian
Terhadap Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Menggunakan Metode Tim
di RS! Faisal Makassar dalam Jumal ilmiah kesehatan Diagnosis"

Warsito, B. E. (2006), Pengaruh persepsi perawat pelaksana tentang fungsi manajenal


kepala ruang terhadap pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat
inap rsjid dr. amino gondohutomo semarang (Doctoral dissertation, program
Pascasarjana Universitas Diponegoro).

Anda mungkin juga menyukai