Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MAKALAH

“Manajemen dan kepemimpinan dalam pelayanan keperawatan (Rawat Inap)”

NAMA KELOMPOK 2 :

RAHMATULLAILI 17031075

LILIS ROMAITO HUTAJULU 17031076

APRILIANA AFGHANI 17031080

Program Studi Ilmu Keperawatan


STIKes Hang Tuah Pekanbaru
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan makalah tentang
“Manajemen dan kepemimpinan dalam pelayanan keperawatan”

Laporan makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan
makalah.

Akhir kata kami berharap semoga laporan makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, 12 Maret 2021

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ 2

DAFTAR ISI................................................................................................................ 3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang..........................................................................................................4


1.2 Tujuan.......................................................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi.....................................................................................................................6

2.2 Etiologi.....................................................................................................................6

2.3 Patofisiologi.............................................................................................................7

2.4 Manifestasi...............................................................................................................7

2.5 Diagnosis..................................................................................................................8

2.6 Tahapan Perkembangan Penyakit............................................................................9

2.7 Konsep Asuhan keperawatan...................................................................................9

BAB 3 PENGKAJIAN..............................................................................................12

BAB 4 PEMBAHASAN KASUS

4.1 Pembahasan Kasus.................................................................................................24

4.2 Analisis Tindakan...................................................................................................25

BAB 5 PENUTUP

5.1 Kesimpulan............................................................................................................26

5.2 Saran......................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................27

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manajemen adalah proses yang dinamis, yang senantiasa berubah sesuai dengan
tuntutan perkembangan. Manajemen merupakan proses mengorganisir sumber-sumber untuk
mencapai tujuan dimana arah tujuan yang akan dicapai ditetapkan berdasarkan visi, misi,
filosofi organisasi. Manajemen pelayanan keperawatan berfokus pada komponen 5 M (Man,
Money, Material, Method, Machine). Dalam setiap kegiatan manajemen selalu diawali dari
Perencanaan dan diakhiri dengan Pengontrolan yang merupakan suatu siklus yang berulang
(Mugianti, 2016).
Manajemen Asuhan Keperawatan adalah suatu proses keperawatan yg menggunakan
konsep-konsep manajemen di dalamnya seperti : perencanaan, pengorganisasan,
implementasi, pengendalian dan evaluasi. Manajemen asuhan keperawatan ini menekankan
pada penggunaan proses keperawatan dan hal ini melekat pada diri seorang perawat. Setiap
perawat dalam melaksanakan tugasnya harus menggunakan proses keperawatan untuk
mencapai tujuan asuhan keperawatan pasien (Mugianti, 2016).
Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki
kelompok dan budayanya. Pemimpin yang baik harus bisa menyampaikan idenya secara
ringkas, jelas dan tepat serta dapat menggunakan ketrampilan komunikasi dan pengaruhnya
untuk meyakinkan dan mengarahkan orang lain (Widiyarta dkk., 2013). Kepemimpinan
dalam keperawatan merupakan penggunaan keterampilan seorang pemimpin (perawat)
dalam mempengaruhi perawat lain yang berada di bawah pengawasannya untuk pembagian
tugas dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan sehingga
tujuan keperawatan tercapai (Sudariani dkk., 2016).
Pelayanan asuhan keperawatan di antaranya yaitu terdapat rawat jalan dan rawat inap.
Rawat inap adalah “suatu bentuk pelayanan kesehatan kedokteran intensif (hospitalization)
yang diselenggarakan oleh rumah sakit, baik rumah sakit umum maupun rumah sakit
bersalin”. Menurut Azwar (1996). Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses
perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien

4
diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit. Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien
dirawat dan pasien tersebut harus mandapatkan perawatan intensif oleh dokter dan tenaga
kesehatan lain yang merawatnya.
1.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui manajemen dan kepemimpinan dalam pelayanan keperawatan dalam
rawat inap

5
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Pelayanan Keperawatan

2.1.1 Definisi Manajemen Pelayanan Keperawatan

Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau transformasi


dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan melalui
pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengaturan, ketenagaan, pengarahan,
evaluasi, dan pengendalian mutu. Salah satu fungsi manajemen ialah directing dimana
didalamnya terdapat kegiatan supervise keperawatan . fakta bahwa supervise keperawatan di
berbagai rumah sakit sudah dilakukan namun belum optimal. Kegiatan supervise lebih banyak
pada kegiatan pengawasan bukan pada kegiatan bimbingan, observasi, dan penilaian (Marquis &
Hutson, 2010)

Perubahan, inovasi dan kreativitas yang harus dilakukan oleh para manajemen pelayanan
keperawatan di rumah sakit misalnya :

1. Pelayanan kesehatan yang dulunya mengarah kepada tindakan kuratif (pengobatan)


harus diubah kearah preventif. Perlu kemampuan mengantisipasi semakin tingginya
keinginan pelanggan untuk mendapatkan pelayanan yang cepat, tepat dengan biaya
yang murah.
2. Akibat permintaan pelayanan prima tersebut maka peran dan fungsi perawat yang
selama ini menunggu instruksi dokter akan berubah menjadi proaktif dan inovatif
menerapkan asuhan keperawatan profesional. Bahkan seperti pelaksanaan pelayanan
keperawatan di Amerika Serikat/ USA; Unitides State of America atau beberapa
Negara Eropa (aliran Anglo Saron) yang berhak memulangkan pasien adalah perawat
primer atau kepala ruangan. Sebenarnya yang menjadi tuan rumah klien diruangan
adalah kepala ruagan, sedangkan dokter adalah mitra bekerja yang diundang untuk
memberikan pelayanan medis. Pelayanan keperawatan di ruang rawat nginap,

6
mengharuskan perawat untuk lebih tau dan memahami perkembangan status
kesehatan pasien dan keluarganya secara bio-psiko-sosio-spiritual.

3. Pelayanan kesehatan yang dulu banyak didominasi oleh kebijakan pemilik institusi
share holder yang bersifat sentralisasi akan berubah ke arah desentralisasi dimana
tenaga kesehatan dibolehkan mengelola pelayanan yang terbaik bagi pasien
berdasarkan keilmuan dan keterampilan yang ilmiah. Misalnya antar bagian sudah
berusaha melakukan integrasi dan koordinasi yang saling menguntungkan pasien.

4. Adanya masa transisi yang melihat bahwa semua tenaga kesehatan adalah sama-sama
bermanfaat, tidak ada yang lebih tinggi kedudukannya dari yang lain karena saling
melengkapi sebagai tim kesehatan untuk meningkatkan kesehatan pasien dan
keluargannya setinggi-tingginya.

2.1.2 Fungsi-Fungsi Manajemen Pelayanan Keperawatan

Fungsi-fungsi manajemen pelayanan keperawatan secara garis besar antara lain :


merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan :

1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah hasil yang akan dicapai dan menetapkan cara untuk mencapai hasil
tersebut. Hasil perencanaan yang diharapkan seharusnya dipahami bersama oleh seluruh
anggota organisasi, khususnya kearah mana perencanaan organisasi dan bagaimana cara
mencapainya. Perencana akan membuat analisis agar perencanaan berkaitan dengan kriteria
sasaran, tujuan, visi dan misi. Hasil perencanaan adalah menetapkan sasaran organisasi dan
cara bertindak untuk mencapai tujuan (Gibson, Ivancevich & Donally 2008)

2. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah mendisain tujuan dan wewenang tiap pekerjaan individu,
menetapkan mana pekerjaan yang masuk dalam kelompok, sehingga manajer mencari
metode dan proses agar pekerjaan dapat terintegrasi dengan baik. Secara garis besar
penulis dapat menyimpulkan bahwa pengorganisasian suatu proses penyatuan semua

7
sumber daya dan dana sehingga dapat saling mendukung/bekerjasama sesuai fungsinya.
Adapun hasil pengorganisasian adalah menetapkan siapa, melakukan apa dan dengan
siapa bekerja (Gibson, Ivancevich & Donally 2008).
3. Pengarahan (directing)
Pengarahan adalah melakukan kemampuan keterampilan untuk personal dan
interpersonal. Sehingga bila tidak menguasai keterampilan interpersonal akan gagal.
Termasuk kegiatan pengarahan yaitu interaksi atasan-bawahan, kerja individu. permainan
(nule of the game), komunikasi. persaingan, penerimaan dan penolakan pihak lain,
bergabung/meninggalkan kelompok, menerima imbal jasa kompensasi dan mengatasi
stress (Gibson, Ivancevich & Donally 2008).
4. Pengendalian (controlling)
Pengendalian adalah mengumpulkan umpan balik dari hasil-hasil yang telah dicapai
secara periodik dalam rangka membandingkan hasil-hasil perencanaannya dan
menindaklanjuti. Disamping itu pengendalian adalah kegiatan menilai hasil kerja secara
periodik yang ada dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan sehingga
menghasilkan umpan balik untuk ditindaklanjuti (Gibson, Ivancevich & Donally 2008).

2.2 Kepemimpinan Keperawatan

2.2.1 Definisi Kepemimpinan Keperawatan

Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan bagian dari system manajemen


keperawatan, dimana bagian dari system manajemen keperawatan meliputi pengumpulan data,
perencanaan, pengaturan, kepegawaian, kepemimpinan dan pengawasan. Konsep kepemimpinan
dalam keperawatan merupakan penerapan pengaruh dan bimbingan yang ditunjukkan kepada
semua staf keperawatan. Untuk menciptakan kepercayaan dan ketaatan sehingga timbul
kesediaan melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan pelayanan keperawatan yang
efektif, efisien, dan berkualitas. Sedangkan manajemen keperawatan adalah proses bekerja
melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional,
sehingga keduanya dapat saling mendukung (Imanuddin, 2009).

8
2.2.2 Fungsi Kepemimpinan

1. Mempengaruhi orang lain

Kemampuan pemimpin menyampaikan ide-ide, pandangan, gagasan dan ajakan, sehingga


konstituen tertarik untuk menerima ide-usulan dan gagasan tersebut. Bukan hanya itu
saja, konstituen juga menyetujui dan melakukan aktivitas yang disampaikan pemimpin.
Mempengaruhi orang lain bisa berupa hal-hal yang positif ataupun negatif. Makanya
seorang pemimpin perlu hati-hati menyampaikan ide, usulan, pemikiran ataupun gagasan,
supaya membawa dampak yang positif bagi orang-orang yang dipimpinnya (Nursalam.
2014).

2. Motivator

Selalu positif thingking kepada orang lain. Memberi kritik dan saran dengan berkomentar
yang positif terlebih dahulu baru sarannya disampaikan dengan bahasa yang santun.
Selalu memberikan reinforcement pada keberhasilan stafnya. Bersemangat dan selalu
antusias (Euntusiame) dalam melakukan pekerjaan, tugas dan tanggung jawabnya
(Nursalam. 2014).

3. Model atau tauladan

Menjadi orang yang bisa dicontoh dalam integritas personalitinya. Integritas personaliti
tersebut adalah: disiplin, komunikasi baik, ramah, perhatian, peduli, selalu member jalan
pemecahan masalah, berkomitmen tinggi, konsekuen, jujur, terbuka terhadap saran dan
kritik, tanggungjawab, tanggunggugat, berwibawa, berpengatuan luas, bijak sana.
Menjadi contoh juga dalam hal pengembangan karier dan tingkat pendidikan yang
dicapai. Menjadi contoh dalam kehidupan pribadi, keluarga dan spiritualitasnya. Cara
berpakaian dan kepatutannya dalam pekerjaan sehari-hari. Menginspirasi banyak orang
dalam aktivitas pekerjaan dan kariernya (Nursalam. 2014).

4. Membuat keputusan

Membuat keputusan adalah fungsi pemimpin. Membuat keputusan diperlukan


kompetensi kepemimpinan, keberanian dan tanggung gugat dalam menghadapi risiko

9
organisasi sebagai inpact dari keputusan. Keputusan (decision making) diperlukan
pengetahuan yang luas tentang substansi yang diputuskan. Mempertimbangkan berbagai
dimensi dari keputusan, baik substansi, sosial, psikologis, politik, referensi kekinian,
trends issue dan kebijakan. Keputusan harus lebih banyak berorientasi secara exsternal.
Berinpact pada customer, user dan stake holder (Nursalam. 2014).

2.2.3 Gaya Kepemimpinan

1. Gaya Demokratis

Seorang pemimpin selalu meminta pendapat dari staf. Segala keputusan yang diambil
atas pertimbangan dan masukan dari staf. Pemimpin harus memiliki kritikal thinking,
kecepatan dalam mengambil keputusan menguasai substansi program kerja. Seorang
pemimpin yang mampu menghargai pendapat staf, menggali potensi dan
mengoptimalkan potensi dengan melibatkan seluruh staf dalam aktivitas organisasi.
Cocok diterapkan ketika memimpin orang-orang yang memiliki potensi, tingkat
pendidikan baik. Cocok diterapkan ketika memimpin orang-orang yang memiliki potensi,
tingkat pendidikan baik, potensi dan memiliki kreativitas yang sangat tinggi (Nursalam.
2010).

2. Gaya Otoritter

Kepemimpinan otoriter mempunyai ciri bahwa segala keputusan berada dalam diri
pemimpin (central of decition maker). Staf hanya menerima instruksi akan suatu tugas,
atau pekerjaan yang harus dilakukan. Staf tidak diberikan kesempatan memberikan
usulan, ide dan gagasannya. Staf tidak tergali potensi dan kretivitasnya. Cocok diterapkan
dalam situasi darurat dan emergensi agar roda organisasi dapat berjalan dengan baik,
sesuai visi dan misi yang sudah ditetapkan. Kepercayaan yang rendah kepada staf.
Memotivasi staf dengan ancaman dan hukuman.

3. Gaya Leizes Faire

Pemimpin dengan gaya leizes faire banyak para ahli menyatakan sebagai pemimpin yang
kurang memiliki kemampuan. Tidak mempunyai kopetensi dalam memimpin. Tidak

10
paham akan program-program kerja organisasi yang dipimpinnya. Segala keputusan
diserahkan kepada para stafnya. Tanpa diberikan bimbingan yang memadai dari
pemimpin. Pada jaman modern abad ini gaya kepemimpinan leizes faire bisa diterapkan
oleh seorang pemimimpin untuk menguji kemampuan stafnya dalam mengerjakan suatu
pekerjaan dan program organisasi, sehingga pemimpin bisa memberikan evaluasi yang
obyektif. Sangat cocok apabila diterapkan untuk menguji kemampuan staf dalam suatu
pekerjaan atau program kerja.

4. Gaya Kharismatik

Pemimpin dengan gaya ini memiliki kharisma atau aura yang sangat positif. Aura ini
terpancar dari wajah, tubuh dan segala integritas dirinya. Pemimpin yang dilahirkan dari
monarki biasanya memiliki kharisma tertentu. Pemimpin dibeberapa Negara tertentu
yang menyebutkan bahwa rajanya adalah wakit Tuhan di Dunia, titisan Dewa yang lahir
ke Dunia. (Jepang, Inggris, Tibet dll). Kepemimpinan pada era global dan digital saat ini,
pemimpin memiliki kharisma dan berwibawa, karena memiliki kompetensi, pengetahuan
luas dan strategi dalam memimpin. Pemimpin juga bisa berwibawa karena caranya
berpakaian, berperilaku dan memanfaatkan kelebihan-kelebihan fisik sebagai anugrah
yang diberikan

2.2.4 Karakteristik Seorang Pemimpin

Karakter yang diperlukan seorang pemimpin adalah sebagai berikut : (Potter and Perry.
2010)

1. Personality
Pemimpin yang punya kepribadian yang berkarakter. Personality yang dimaksud
adalah mempunyai sifat-sifat : jujur, bertanggung jawab, disiplin.
2. Memiliki pengetahuan yang luas.

3. Kemampuan komunikasi yang efektif.

4. Bakat.

5. Keseimbangan emosi.

11
6. Sosial.

7. Spiritual.

2.2.5 Adapun 9 lingkup garapan kepemimpianan dalam pelayanan keperawatan meliputi (the
taks of leadership Garners dalam Gillies, 2000)

1. Ruang rawat nginap

2. Bidang keperawatan

3. Direktur keperawatan

4. Dejkan Fakultas Ilmu Keperawatan

5. Rektor Universitas

6. Ketua STIKes

7. Penanggungjawab tim

8. Penanggungjawab shif

9. Manajer kasus/case manager

12
BAB 3

3.1 Jurnal Terkait


3.1.1 Judul
Hubungan Fungsi Manajemen Kepala Ruang Dengan Penerapan Patient Safety Culture Di
Rumah Sakit Umum Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
3.1.2 Penulis
Anwar,Kintoko ,Wardiyah dan Yuswardi
3.1.3 Departemen Penulis
1. Master of Nursing Program, Faculty of Nursing, University of Sumatera Utara
2. Senior Lecturer at Faculty of Public Health, University of Sumatera Utara
3. Lecturer at Department of Nursing Mental, Faculty of Nursing, University of
SumateraUtara
4. Lecturer at Faculty of Nursing , Syiah Kuala University
3.1.4 Penerbit
Idea Nursing Jounal
3.1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan fungsi manajemen kepala ruang
dengan penerapan patient safety culture oleh perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum.
3.1.6 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross- sectional.
3.1.7 Metode Penelitian
Metode penelitian ini Penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh terhadap 75 orang perawat pelaksana (simple
random sampling). Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner checklist dengan
menyebarkan angket, analisis hubungan fungsi manajemen kepala ruang dengan penerapan
patient safety culture menggunakan uji chi square
3.2 Ringkasan Jurnal
keselamatan pasien adalah hal penting yang harus diperhatikan oleh rumah sakit, banyak
kejadian yang tidka diinginkan terjadi diruangan rawat inap. Salah satu upaya yang sangat
penting untuk dilakukan dalam meningkatkan keselamatan pasien adalah menciptakan patient

13
safety culture. Culture yang dimaksud adalah nilai maupun keyakinan, dimana nilai mengacu
pada sesuatu yang diyakini anggota organisasi untuk mengetahui apa yang benar dan apa yang
salah, sedangkan keyakinan mengacu pada sikap tentang cara bagaimana seharusnya bekerja
dalam organisasi. Dengan adanya nilai dan keyakinan yang berkaitan dengan keselamatan pasien
yang ditanamkan pada setiap anggota organisasi, maka setiap anggota akan mengetahui apa yang
seharusnya dilakukan dalam penerapan keselamatan pasien. Dengan demikian, perilaku tersebut
pada akhirnya menjadi suatu budaya yang tertanam dalam setiap anggota organisasi berupa
perilaku patient safety culture.
Langkah pertama yang disampaikan adalah pihak rumah sakit bisa melakukan perbaikan
pada mutu pelayanan terkait keselamatan pasien yaitu dengan menerapkan patient safety
culture. Penerapan ini juga bergantung pada komitmen pemimpin akan keselamatan pasien,
patient safety culture. Pemimpin yang efektif dalam menanamkan budaya yang jelas,
mendukung usaha staf, dan tidak bersifat menghukum. Who (word health organization)
menyampaikan Aspek kepemimpinan yang dimaksud adalah kepemimpinan pada tingkat dasar,
seperti kepala ruangan atau kepala unit. kebiasaan staf atau error yang sering terjadi dan itu
memilkipengaruh terhadap keselamatan pasien. peran pemimpin senior merupakan elemen kunci
untuk merancang, mereboisasi, dan memelihara budaya keselamatan, kepemimpinan sebagai
subkultur penting. Cara ini telah dicontohkan oleh National Quality Forum (NQF) dengan
“meningkatkan keselamatan pasien dengan menciptakan budaya keselamatan" kemimpinan dan
sistem merupakan fokus dalam upaya yang akan dilakukan Kepala ruang merupakan manajer
keperawatan yang langsung berhubungan dengan kegiatan pelayanan kesehatan pada pasien.
Kepala ruang sebagai lower manager dalam keperawatan harus mampu menjalankan fungsi
manajemen sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Manajemen keperawatan merupakan
rangkaian fungsi dan aktivitas yang secara simultan saling berhubungan dalam menyelesaikan
pekerjaan melalui anggota staf keperawatan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pelayanan keperawatan yang berkualitas.
Kepala ruang rawat inap rata-rata sering dijadikan sebagai case manager, dan kepala ruang
yang berganti jabatan tersebut digantikan oleh wakil kepala ruang atau perawat yang lain. kepala
ruang dapat mempengaruhi strategi dan upaya menggerakkan perawat dalam lingkup
wewenangnya untuk bersama- sama menerapkan budaya keselamatan pasien. Pada penelitian ini
menemukan bahwa antara fungsi manajemen kepala ruang dengan penerapan patient safety

14
culture menunjukkan ada hubungan yang bermakna pada fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pengaturan staf dan pengendalian, sedangkan hasil analisa statistik pada fungsi pengarahan
menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna. Secara umum, penelitian ini menunjukkan
hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara fungsi manajemen kepala ruang dengan
penerapan patient safety culture.

3.3 Pembahasan
Managemen dan kepemimpinan yang efektif senantiasana melakukan perubahan dan melakukan
peningkatan managemen diruangan, memimpin dan dapat memengaruhi perawat lainnya akan
meningkatkan mutu dari ruang rawat inap. Seperti hal nya dengan jurnal diatas menunjukan
bahwa untuk menerpkan keselamat pasien diruangan harus dimulai dari kepala ruangan atau
pimpinannya. Kepala ruang adalah manajer keperawatan yang langsung berhubungan dengan
kegiatan pelayanan kesehatan pada pasien. Kepala ruang sebagai lower manager dalam
keperawatan harus mampu menjalankan fungsi manajemen sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai. Manajemen keperawatan merupakan rangkaian fungsi dan aktivitas yang secara
simultan saling berhubungan dalam menyelesaikan pekerjaan melalui anggota staf keperawatan
untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan keperawatan yang berkualitas.

15
PEMBAHASAN

Untuk mengetahui bagaimana cara bekerja di suatu organisasi, kita harus mengetahui nilai
dan keyakinan dalam organisasi tersebut. Dengan adanya nilai dan keyakinan yang ditanamkan
pada setiap anggota organisasi, maka setiap anggota akan mengetahui apa yang seharusnya
dilakukan dalam pelayanan tersebut. Contohnya pada penerapan keselamatan pasien, anggota
organisasi harus mengetahui apa yang harus dilakukan terkait keselamatan pasien. Dengan
demikian, perilaku tersebut pada akhirnya menjadi suatu budaya yang tertanam dalam setiap
anggota organisasi berupa perilaku patient safety culture. Hal ini selaras dengan apa yang
tertuang pada teori bahwa manajemen pelayanan keperawatan memiliki tujuan yang harus
dicapai yaitu pelayanan keperawatan secara holistik yang baik.
Perbaikan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit harus
menerapkan patient safety culture. Penerapan ini juga bergantung pada komitmen pemimpin
akan keselamatan pasien, Pemimpin yang efektif dalam menanamkan budaya yang jelas,
mendukung usaha staf, dan tidak bersifat menghukum. Pada kondisi ini keberadaan supervisor
dibutuhkan untuk memberikan bimbingan, observasi, dan penilaian.
Gaya kepemimpinan kepala ruang dapat mempengaruhi strategi dan upaya
menggerakkan perawat dalam lingkup wewenangnya untuk bersama- sama menerapkan budaya
keselamatan pasien.gaya kepemimpinan ini tentunya dipengaruhi oleh kepribadian, pengetahuan,
kemampuan komunikasi yang efektif, bakat, keseimbangan emosi, sosial, dan spiritual dari
pemimpin.

16
DAFTAR PUSTAKA

Mugianti, Sri. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan. Jakarta Selatan ;
Pusdik SDM kesehatan

Sudariani, W. MP. Budi Utomo. Rizki, Fitryasari. (2016). MODEL KOMPETENSI


KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG MENINGKATKAN MOTIVASI DAN KINERJA
PERAWAT PELAKSANA

(Model Of The Nurse Unit Manager Leadership Competence And Performance Enhancing
Motivation Nurse Implementing). Jurnal Ners Vol. 11 No. 2 Oktober 2016

Hidayah, A. N. (2016). Sensus Rawat Inap Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.
Bandung ; Politekhnik TEDC

Marquis, B. L. & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan : teori dan
aplikasi, (Ed. 4). Jakarta : EGC

Gibson, James., L., Jhon M., Ivancevich., dan H., Donnelly., Jr. 2008: Organisasi dan
Manajemen, Perilaku, Struktur, dan proses, terjemahan oleh Joerban Wahid, Erlangga, Jakarta.

Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan profesional edisi
4. Jakarta : Salemba Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai