Anda di halaman 1dari 7

KLASIFIKASI DERAJAT ASMA

Berat-ringannya asma ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain


gambaran klinik sebelum pengobatan (gejala, eksaserbasi, gejala malam hari,
pemberian obat inhalasi β-2 agonis dan uji faal paru) serta obat-obat yang
digunakan untuk mengontrol asma (jenis obat, kombinasi obat dan frekuensi
pemakaian obat). Tidak ada suatu pemeriksaan tunggal yang dapat menentukan
berat-ringannya suatu penyakit. Dengan adanya pemeriksaan klinis termasuk uji
faal paru dapat menentukan klasifikasi menurut berat-ringannya asma yang sangat
penting dalam penatalaksanaannya.(1)
Asma diklasifikasikan atas asma saat tanpa serangan dan asma saat serangan
(akut).
1. Asma saat tanpa serangan (1)
Pada orang dewasa, asma saat tanpa atau diluar serangan, terdiri dari:
1) Intermitten
2) Persisten ringan
3) Persisten sedang
4) Persisten berat

Tabel 1. Klasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis secara umum


pada orang dewasa

Derajat asma Gejala Gejala Faal paru


malam
Intermitten Bulanan APE≥80%
- Gejala<1x/minggu. ≤ 2 kali - VEP1≥80%
- Tanpa gejala diluar sebulan nilai prediksi
serangan. APE≥80%
- Serangan singkat. nilai terbaik.
- Variabiliti
APE<20%.
Persisten ringan Mingguan APE>80%
- Gejala>1x/minggu >2 kali - VEP1≥80%
tetapi<1x/hari. sebulan nilai prediksi
- Serangan dapat APE≥80%
mengganggu aktifiti nilai terbaik.
dan tidur - Variabiliti
APE 20-30%.
Persisten sedang Harian APE 60-80%
- Gejala setiap hari. >2 kali - VEP1 60-
- Serangan sebulan 80% nilai
mengganggu aktifiti prediksi
dan tidur. APE 60-
- Membutuhkan 80% nilai
bronkodilator setiap terbaik.
hari. - Variabiliti
APE>30%.
Persisten berat Kontinyu APE 60≤%
- Gejala terus Sering - VEP1≤60%
menerus nilai prediksi
- Sering kambuh APE≤60%
- Aktifiti fisik nilai terbaik
terbatas - Variabiliti
APE>30%
Sumber : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Asma Pedoman & Penatalaksanaan di Indonesia, 2004

Sedangkan pada anak, secara arbiteri Pedoman Nasional Asma Anak


(PNAA) mengklasifikasikan derajat asma menjadi:
1) Asma episodik jarang
2) Asma episodik sering
3) Asma persisten(1)

Tabel 2. Klasifikasi derajat asma pada anak


Parameter klinis, Asma Asma Asma persisten
kebutuhan obat episodik episodik
dan faal paru asma jarang sering

1 Frekuensi <1x/bulan >1x/bulan Sering


serangan
2 Lama serangan <1minggu >1minggu Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
periode bebas serangan
3 Intensitas Biasanya Biasanya Biasanya berat
serangan ringan sedang
4 Diantara Tanpa gejala Sering ada Gejala siang dan
serangan gejala malam
5 Tidur dan Tidak Sering Sangat tergganggu
aktifitas tergganggu tergganggu
6 Pemeriksaan Normal Mungkin Tidak pernah normal
fisik diluar ( tidak tergganggu
serangan ditemukan (ditemukan
kelainan) kelainan)
7 Obat Tidak perlu Perlu Perlu
pengendali(anti
inflamasi)
8 Uji faal PEFatauFEV PEFatauFE PEVatauFEV<60%
paru(diluar 1>80% V1<60-80%
serangan)
9 Variabilitas faal Variabilitas> Variabilitas Variabilitas 20-30%.
paru(bila ada 15% >30% Variabilitas >50%
serangan)
PEF=Peak expiratory flow (aliran ekspirasi/saat membuang napas puncak),
FEV1=Forced expiratory volume in second (volume ekspirasi paksa dalam 1 detik)
Sumber : Rahajoe N, dkk. Pedoman Nasional Asma Anak, UKK Pulmonologi, PP IDAI, 2004

2. Asma saat serangan


Klasifikasi derajat asma berdasarkan frekuensi serangan dan obat yang
digunakan sehari-hari, asma juga dapat dinilai berdasarkan berat-ringannya
serangan. Global Initiative for Asthma (GINA) membuat pembagian derajat
serangan asma berdasarkan gejala dan tanda klinis, uji fungsi paru, dan
pemeriksaan laboratorium. Derajat serangan menentukan terapi yang akan
diterapkan. Klasifikasi tersebut meliputi asma serangan ringan, asma serangan
sedang dan asma serangan berat. (1)
Perlu dibedakan antara asma (aspek kronik) dengan serangan asma
(aspek akut). Sebagai contoh: seorang pasien asma persisten berat dapat
mengalami serangan ringan saja, tetapi ada kemungkinan pada pasien yang
tergolong episodik jarang mengalami serangan asma berat, bahkan serangan
ancaman henti napas yang dapat menyebabkan kematian.
Dalam melakukan penilaian berat-ringannya serangan asma, tidak
harus lengkap untuk setiap pasien. Penggolongannya harus diartikan sebagai
prediksi dalam menangani pasien asma yang datang ke fasilitas kesehatan
dengan keterbatasan yang ada. Penilaian tingkat serangan yang lebih tinggi
harus diberikan jika pasien memberikan respon yang kurang terhadap terapi
awal, atau serangan memburuk dengan cepat, atau pasien berisiko tinggi. (1)

Tabel 3. Klasifikasi asma menurut derajat serangan (1)


Parameter Ringan Sedang Berat Ancaman
klinis, fungsi henti
faal paru, napas
laboratorium

Sesak Berjalan Berbicara Istirahat


(breathless) Bayi : Bayi : Bayi :
Menangis -Tangis pendek Tidakmau
keras dan lemah makan/minum
-Kesulitan
menetek/makan
Posisi Bisa Lebih suka Duduk
berbaring duduk bertopang
lengan
Bicara Kalimat Penggal Kata-kata
kalimat
Kesadaran Mungkin Biasanya Biasanya Kebingung
iritabel iritabel iritabel an
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata
Wheezing Sedang, Nyaring, Sangat Sulit/tidak
sering sepanjang nyaring, terdengar
hanya ekspirasi ± terdengar
pada akhir inspirasi tanpa
ekspirasi stetoskop
Penggunaan Biasanya Biasanya ya Ya Gerakan
otot bantu tidak paradok
respiratorik torako-
abdominal
Retraksi Dangkal, Sedang, Dalam, Dangkal /
retraksi ditambah ditambah hilang
interkostal retraksi napas cuping
suprasternal hidung
Frekuensi Takipnu Takipnu Takipnu Bradipnu
napas Pedoman nilai baku frekuensi napas pada anak
sadar :
Usia Frekuensi
napas normal per menit
< 2 bulan <60
2-12 bulan < 50
1-5 tahun < 40
6-8 tahun < 30
Frekuensi Normal Takikardi Takikardi Dradikardi
nadi Pedoman nilai baku frekuensi nadi pada anak
Usia Frekuensi nadi
normal per menit
2-12 bulan < 160
1-2 tahun < 120
6-8 tahun < 110
Pulsus Tidak ada Ada Ada Tidak ada,
paradoksus (< 10 (10-20 mmHg) (>20mmHg) tanda
(pemeriksaan mmHg) kelelahan
nya tidak otot
praktis) respiratorik
PEFR atau
FEV1
(%nilai >60% 40-60% <40%
dugaan/%nilai >80% 60-80% <60%,
terbaik) respon<2
Pra jam
bonkodilator
Pasca
bronkodilator
SaO2 % >95% 91-95% ≤ 90%
PaO2 Normal >60 mmHg <60 mmHg
(biasanya
tidak perlu
diperiksa)
PaCO2 <45 <45 mmHg >45 mmHg
mmHg
Sumber : GINA, 2006

Tujuan pengobatan asma adalah untuk mencapai dan mempertahankan


asma terkontrol. Berdasarkan keadaan terkontrol asma dibagi menjadi(2):
1) Asma terkontrol
2) Asma terkontrol sebagian
3) Asma tidak terkontrol

Level asma terkontrol yaitu :

No Karakteristik Terkontol Terkontrol Tak


parsial terkontrol

1 Gejala siang ≤ 2x / mgg > 2x / mgg 3 atau lebih


keadaan
2 Hambatan Tdk ada Ada terkontrol
aktiftas parsial pada
3 Gejala malam/ Tidk ada Ada tiap-tiap
bangun waktu minggu
malam

4 Perlu reliever ≤ 2x /mgg > 2x / mgg

5 Fungsi paru Normal < 80%


(PEFR/FEV1) prediksi atau
hasil terbaik
(bila ada)

Asma dikatakan terkontrol jika : (1)


• Gejala minimal (sebaiknya tidak ada) termasuk gejala malam
• Tidak ada keterbatasan aktivitas termasuk exercise
• Kebutuhan bronkodilator (agonis-2 kerja singkat) minimal (ideal tidak
dibutuhkan)
• Variasi harian APE < 20%
• Nilai AP normal atau mendekati normal
• Efek samping obat minimal
• Tidak ada kunjungan ke gawat darurat
• Kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan.

Pada scenario didapati pasien mengalami sesak napas, takikardi (nadi


pasien : 110x/menit), takipnue (pernapasan 32x/menit), suhu 38oC, sianosis pada
bibir dan kuku, akral dingin serta wheezing (+) pada auskultasi maka pasien dapar
dikategorikan mendapat serangan asama berat.

Sumber :
1. Keputusan menteri kesehatan republik Indonesia nomor
1023/MENKES/SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian penyakit asma
2. Maranatha D. Asma bronchial. In Jusuf M, Winariani, Hariadi S, editors.
Buku ajar penyakit ilmu paru. Surabaya. Departement ilmu penyakit paru fk
unair-rsud dr. Soetomo.2010.p. 65-6.

Anda mungkin juga menyukai