Anda di halaman 1dari 125

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI APOTEK SAMMARIE BASRA
JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR
PERIODE 10 – 29 MARET 2014 DAN 21 APRIL – 12 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DIAN NOVITASARI, S.Farm.


1306343486

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI APOTEK SAMMARIE BASRA
JALAN BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR
PERIODE 10 – 29 MARET 2014 DAN 21 APRIL – 12 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

DIAN NOVITASARI, S.Farm.


1306343486

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya saya sendiri, dan

semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Dian Novitasari, S.Farm

NPM : 1306343486

Tanda Tangan :

Tanggal : 28 Juni 2014

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh :

Nama : Dian Novitasari, S.Farm.


NPM : 1306343486
Program Studi : Apoteker - Fakultas Farmasi UI
Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Apotek SamMarie
Basra Jalan Basuki Rachmat No. 31 Jakarta Timur Periode 10
– 29 Maret 2014 dan 21 April – 12 Mei 2014

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada
Program Studi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : :

Pembimbing II : Dr. Harmita, Apt ( )

Penguji I : ( )

Penguji II : ( )

Penguji III : ( )

Ditetapkan di : Depok
Tanggal :

ii

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala limpahan rahmat, karunia, dan kasih sayang-Nya sehingga penulis mampu
menyusun dan menyelesaikan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Apotek SamMarie Basra yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No. 31 Jakarta
Timur pada tanggal 10-29 Maret 2014 dan 21 April-12 Mei 2014. Penulisan
laporan PKPA ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Apoteker di Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia.
Kegiatan PKPA ini dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia;
2. Dr. Hayun, M.Si., Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia;
3. Dr. Harmita, Apt., selaku pembimbing akademis dan pembimbing II yang
telah memberikan waktu, bimbingan, saran, tenaga, pikiran, bantuan, dan
dukungan selama pelaksanaan kegiatan PKPA dan penyusunan laporan
PKPA;
4. T. Nebrisa Z., S.Farm., Apt., MARS., selaku Wakil Direktur Operasional
RSIA SamMarie Basra dan pembimbing I yang telah memberikan waktu,
kesempatan, bimbingan, pengarahan, dan nasehat selama pelaksanaan
kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA;
5. Widia, S.Si., Apt., selaku Apoteker Pengelola Apotek SamMarie Basra dan
pembimbing lapangan yang telah memberikan waktu, kesempatan, dan
bantuan selama pelaksanaan kegiatan PKPA dan penyusunan laporan PKPA;
6. Seluruh staf karyawan dan karyawati Apotek SamMarie Basra yang telah
memberikan perhatian, bantuan, dan kerjasama dalam pelaksanaan kegiatan
PKPA;

iii

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


7. Seluruh staf pengajar dan sekretariat Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bantuan selama menempuh
pendidikan program studi profesi apoteker di Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia;
8. Keluarga tercinta yang selalu mendoakan, memotivasi, memberikan kasaih
sayang, dan perhatian yang terbaik untuk penulis;
9. Rekan-rekan Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia angkatan
LXXVIII yang selalu mendukung, menyemangati, dan memberikan rasa
kebersamaan selama satu tahun ini; dan
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam pelaksanaan kegiatan PKPA
dan penyusunan laporan PKPA ini.

Demikian laporan PKPA ini disusun, penulis mengharapkan masukan dan


saran yang bersifat mendukung atas segala kekurangan pada penulisan laporan
PKPA ini. Penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan PKPA memberikan manfaat
bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.

Penulis

2014

iv

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Dian Novitasari, S.Farm.


NPM : 1306343486
Program Studi : Profesi Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan


kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Direktorat Bina Pelayanan


Kefarmasian Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Periode 07 – 17 April 2014

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 28 Juni 2014
Yang menyatakan

( Dian Novitasari, S.Farm.)

iii

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


ABSTRAK

Nama : Dian Novitasari, S.Farm.


NPM : 1306343486
Program Studi : Profesi Apoteker
Judul : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Di Apotek SamMarie
Basra Jalan Basuki Rachmat No. 31 Jakarta Timur Periode 10
– 29 Maret 2014 dan 21 April – 12 Mei 2014

Apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan


farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apotek menjadi
salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk mewujudkan tercapainya derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Agar pelayanan kefarmasian di Apotek
dapat berjalan secara efisien namun tetap terjaga mutu dan kualitasnya, sebagai
upaya peningkatan mutu serta efisiensi pelayanan kefarmasiandi Apotek, maka
diberlakukan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004.
Praktek Kerja Profesi Apoteker dilakukan pada 10 – 29 Maret 2014 dan 21 April
– 12 Mei 2014 di Apotek SamMarie Basra guna memberikan perbekalan bagi para
calon Apoteker untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama masa kuliah
secara praktis dan langsung kepada pasien di Apotek. Kegiatan PKPA tersebut
memberikan pengetahuan langsung mengenai peran dan fungsi Apoteker dalam
pelayanan kefarmasiandan pengelolaan Apotek.

Kata kunci : Praktek Kerja Profesi Apoteker, Apotek SamMarie


Basra, Pelayanan Kefarmasian, Standar Pelayanan
Kefarmasian.
Tugas Umum : viii + 55 halaman; 18 lampiran
Tugas Khusus : v + 23 halaman; 2 lampiran
Daftar Acuan Tugas Umum : 21 (1978-2002)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 8 (1991-2012)

iii

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


ABSTRACT

Name : Dian Novitasari, S.Farm.


NPM : 1306343486
Program Study : Apothecary Profession
Title : Report of Pharmacist Intership Program at SamMarie Basra
Pharmacy Jl. Basuki Rachmat No. 31 East Jakarta on Period
March 10th – 29th 2014 and April 21st – May 12th 2014

Pharmacy is a place where do pharmacy work and distribution of pharmaceutical


and other medical supplies to the public. Pharmacy became one of health care
facility to realize the achievement of optimal health status for the community. In
order to pharmaceutical services in pharmacies can be efficiently but still
maintained quality and quality, an effort to improve the quality and efficiency of
pharmaceutical services in Pharmacy, then applied Standards of Pharmaceutical
Services in Pharmacy according to the Decree of Minister of Health of the
Republic of Indonesia No. 1027/Menkes/SK/IX/2004. Pharmacist Internship
Program (PIP) conducted on March 10th – 29th 2014 and April 21st – May 12th
2014 at SamMarie Basra to provide supplies for prospective practical and direct to
patients in pharmacies. The PIP activities provide direct knowledge of the role
and function of pharmacists in pharmaceutical care and pharmacy management.

Keywords : Pharmacist Internship Program, SamMarie


Basra Pharmacy, Pharmaceutical services,
Standards of Pharmaceutical Services.
General Assignment : viii + 55 pages; 18 appendixes
Spesific Assignment : v + 23 pages; 2 appendixes
Bibliography of General Assignment : 21 (1978-2002)
Bibliography of General Assignment : 8 (1991-2012)

vi Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................i


HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................... 2

BAB 2. TINJAUAN UMUM .............................................................................. 3


2.1 Pengertian Apotek .......................................................................... 3
2.2 Landasan Hukum Apotek .............................................................. 3
2.3 Tugas dan Fungsi Apotek .............................................................. 4
2.4 Persyaratan Pendirian Apotek ........................................................ 5
2.5 Kelengkapan Apotek ...................................................................... 6
2.6 Perbekalan Farmasi ........................................................................ 7
2.7 Tata Cara Pemberian Izin Apotek ................................................ 12
2.8 Personalia Apotek ........................................................................ 14
2.9 Pelanggaran Apotek ..................................................................... 16
2.10 Pencabutan Surat Izin Apotek ...................................................... 17
2.11 Pengelolaan Apotek ..................................................................... 19
2.12 Pelayanan Apotek ........................................................................ 23
2.13 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek .................... 32
2.14 Pelayanan Informasi Obat ............................................................ 37

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS APOTEK SAMMARIE BASRA ................. 39


3.1 Sejarah Singkat ............................................................................ 39
3.2 Lokasi, Bangunan, dan Tata Ruang Apotek ................................ 39
3.3 Struktur Organisasi ...................................................................... 39
3.4 Kegiatan di Apotek ...................................................................... 41
3.5 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika ..................................... 43

BAB 4. PEMBAHASAN ................................................................................... 45

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 53


5.1 Kesimpulan .................................................................................. 53
5.2 Saran ....................................................................................... 53

DAFTAR ACUAN ............................................................................................... 55

LAMPIRAN .......................................................................................................... 57

vi Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Penandaan obat bebas ....................................................................... 8


Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas ......................................................... 8
Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas ...................................... 9
Gambar 2.4. Penandaan obat keras ..................................................................... 10
Gambar 2.5. Penandaan narkotika....................................................................... 11

vii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah lokasi Apotek SamMarie Basra .......................................... 58


Lampiran 2. Desain ruang depan Apotek SamMarie Basra ................................ 59
Lampiran 3. Desain ruang racik Apotek SamMarie Basra ................................. 60
Lampiran 4. Denah ruangan Apotek SamMarie Basra ....................................... 61
Lampiran 5. Lemari khusus penyimpanan narkotika dan psiktropika ................ 62
Lampiran 6. Form resep ...................................................................................... 63
Lampiran 7. Salinan resep................................................................................... 64
Lampiran 8. Etiket obat....................................................................................... 65
Lampiran 9. Plastik pembungkus obat ................................................................ 66
Lampiran 10. Struktur organisasi Apotek SamMarie Basra ................................. 67
Lampiran 11. Alur pemesanan dan penerimaan obat............................................ 68
Lampiran 12. Surat pesanan .................................................................................. 69
Lampiran 13. Faktur pembelian ............................................................................ 70
Lampiran 14. Kartu stok barang ........................................................................... 71
Lampiran 15. Surat pesanan narkotika.................................................................. 72
Lampiran 16. Surat pesanan psikotropika ............................................................. 73
Lampiran 17. Laporan penggunaan narkotika ...................................................... 74
Lampiran 18. Laporan penggunaan psikotropika ................................................. 75

viii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi
pencapaian derajat kesehatan (Presiden RI, 2009c). Apotek menjadi salah satu
sarana pelayanan kesehatan untuk mewujudkan tercapainya derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan
farmasi, serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Presiden RI, 2009a).
Pelayanan obat atas resep dokter dan pelayanan informasi obat merupakan
pelayanan kefarmasian yang menjadi salah satu sarana pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan di apotek.
Di dalam Peraturan Pemerintah RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian disebutkan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Pelayanan kefarmasian
adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien (Presiden RI, 2009a). Kegiatan pelayanan
kefarmasian pada awalnya hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai
komoditi. Saat ini, pelayanan kefarmasian yang dilakukan di apotek telah
mengalami pergeseran orientasi dari obat ke pasien yang mengacu kepada
pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) yang komprehensif yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas dari pasien (Menteri Kesehatan RI, 2004).

1 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


2

Pelayanan kefarmasian tersebut merupakan suatu tugas dan tanggung


jawab Apoteker Pengelola Apotek dalam melaksanakan pengelolaan baik secara
teknis farmasi maupun non teknis farmasi di apotek. Seorang apoteker harus
memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan
(medication error) dalam proses pelayanan. Oleh karena itu, untuk mencegah
terjadinya kesalahan pengobatan seorang apoteker harus melakukan prakteknya
sesuai dengan standar yang ada serta penerapan ilmu yang dimilikinya dengan
sebaik-baiknya. Selain itu, kemampuan lain yang harus dimiliki oleh seorang
apoteker adalah kemampuan berkomunikasi dengan baik kepada tenaga kesehatan
lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang
rasional (Menteri Kesehatan RI, 2004).
Untuk dapat mempersiapkan pelaksanaan kegiatan pelayanan kefarmasian
tersebut maka perlu bagi para calon apoteker untuk melakukan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di apotek. Selain sebagai tempat yang memberikan
perbekalan bagi para calon apoteker untuk dapat menjadi apoteker profesional,
PKPA di apotek dapat digunakan sebagai tempat untuk menerapkan ilmu yang
telah dipelajari selama masa kuliah serta membandingkan teori dengan prakteknya
di lapangan. Oleh karena itu, Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia melakukan kerjasama dengan Apotek SamMarie
Basra untuk melaksanakan PKPA pada tanggal 10-29 Maret dan 21 April-12 Mei
2014.

1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek
SamMarie Basra yang diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia adalah :
a. Memahami tugas pokok, peran dan fungsi apoteker di apotek; dan
b. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa calon apoteker untuk beradaptasi
langsung pada lingkungan kerja kefarmasian yang sebenarnya di apotek dan
memahami sistem manajemen dan administrasi di Apotek SamMarie Basra,
serta memahami dan melaksanakan kegiatan di apotek baik secara teknis
kefarmasian maupun non teknis kefarmasian.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1 Pengertian Apotek


Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan maka dalam
pelayanannya harus mengutamakan kepentingan masyarakat yaitu
menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu
baik dan keabsahannya terjamin. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek
adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan
penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Sementara menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian, dalam ketentuan umum dijelaskan bahwa apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker dan
apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009,
pekerjaan kefarmasian adalah perbuatan meliputi pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan, dan
pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat
tradisional.

2.2 Landasan Hukum Apotek


Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang diatur dalam:
a. Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
b. Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang Narkotika;

3 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


4

c. Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika;


d. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah No. 26 tahun 1965 tentang Apotek;
e. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker, yang
disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
184/Menkes/Per/II/1995;
f. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian;
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
695/Menkes/Per/VI/2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Kesehatan No. 184 tahun 1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa
Bakti dan Izin kerja Apoteker;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek;
i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek; dan
j. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 922/MenKes/Per/X/1993 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek


Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 pasal 2, tugas dan
fungsi apotek adalah sebagai berikut:
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan;
b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,
pencampuran dan penyerahan obat atau bahan obat;
c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang
diperlukan masyarakat secara meluas dan merata; dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


5

d. Sarana pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi kepada masyarakat


dan tenaga kesehatan lainnya.

2.4 Persyaratan Pendirian Apotek


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/Per/X/1993,
persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek adalah sebagai berikut:
a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerjasama
dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan
tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi
lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain;
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi; dan
c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan
farmasi;
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1027/Menkes/SK/IX/2004, disebutkan bahwa:
a. Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh
masyarakat;
b. Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.
c. Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat;
d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari
aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk
menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko
kesalahan penyerahan;
e. Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker
untuk memperoleh informasi dan konseling;
f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat,
serangga; dan
g. Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari
pendingin.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


6

2.5 Kelengkapan Apotek


Untuk mendapatkan izin apotek, seorang apoteker atau apoteker
yangbekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan, harus
siapdengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan
farmasiyang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
Beberapakelengkapan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah apotek
adalahtempat atau lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, tenaga kerja apotek,
dan perbekalan farmasi (Said, 2012).

2.5.1 Lokasi
Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanankomoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Persyaratan jarak minimum
antar apotek tidak dipermasalahkan lagi, akan tetapi ketentuan ini dapat berbeda,
sesuai dengan kebijakan atau peraturan daerah masing-masing. Lokasi apotek
dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi pemerataan dan pelayanan
kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, sarana dan pelayanan
kesehatan lain, sanitasi dan factor-faktor lainnya (Said, 2012).

2.5.2 Bangunan
Suatu apotek harus mempunyai luas bangunan yang cukup sehingga
dapatmenjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek. Bangunan
apotekyang baik hendaknya memiliki ruang tunggu pasien, ruang peracikan
danpenyerahan obat, ruang administrasi, ruang kerja apoteker, tempat pencucian
alat, dan kamar kecil. Bangunan apotek sebaiknya juga memiliki sumber air yang
memenuhi syarat kesehatan, sumber penerangan yang dapat memberikan
penerangan yang memadai, alat pemadam kebakaran, serta ventilasi dan sanitasi
yang baik. Papan nama apotek dipasang di depan bangunan dengan ketentuan
memenuhi ukuran minimal panjang 60 cm, lebar 40 cm dengan tulisan hitam di
atas dasar putih, tinggi huruf minimal 5 cm, umumnya terbuat dari papan seng
yang pada bagian mukanya memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat
apotek, dan nomor telepon (Said, 2012).

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


7

2.5.3 Peralatan Apotek


Suatu apotek baru yang ingin beroperasi harus memiliki peralatan apotek
yang memadai agar dapat mendukung pelayanan kefarmasiannya. Peralatan
apotek yang harus dimiliki antara lain (Said, 2012):
a. Peralatan pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, lumpang,
alu,gelas ukur, dan lain-lain;
b. Peralatan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari
obat, lemari pendingin (kulkas), dan lemari khusus untuk narkotika dan
psikotropika. Lemari narkotik harus memenuhi persyaratan yang ada dalam
Undang-Undang Narkotika Nomor 35 tahun 2009;
c. Wadah pengemas dan pembungkus;
d. Perlengkapan administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep, buku catatan
penjualan, buku catatan pembelian, kartu stok obat, kuitansi; dan
e. Buku-buku dan literatur standar yang diwajibkan, serta kumpulan perundang-
undangan yang berhubungan dengan kegiatan apotek.

2.6 Perbekalan Farmasi


Pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenai “tanda” untuk
membedakan jenis-jenis obat yang beredar di wilayah Republik Indonesia agar
pengelolaan obat menjadi mudah. Beberapa peraturan tersebut antara lain yaitu:
a. Undang-Undang RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika;
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda
Khusus Obat Bebas dan Obat BebasTerbatas;
c. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda
Khusus Obat Keras Daftar G;
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 347/Menkes/SK/VIII/90 tentang Obat
Wajib Apotek; dan
e. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.688/Menkes/Per/VII/1997 tentang
Peredaran Psikotropika.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


8

Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat dapat dibagi menjadi


beberapa golongan yaitu (Said, 2012; Presiden RI, 1997b):
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep
dokter. Tanda khusus untuk obat bebas adalah lingkaran bulat berwarna hijau
dengan garis tepi berwarna hitam (Menteri Kesehatan RI, 1983). Contoh obat
bebas adalah Panadol®, Promag®, dan Diatab®.

Gambar 2.1. Penandaan obat bebas

2. Obat Bebas Terbatas


Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh
tanpa resep dokter. Tanda khusus untuk obat bebas terbatas adalah lingkaran bulat
berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam (Menteri Kesehatan RI, 1983).

Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas

Komposisi obat bebas terbatas merupakan obat keras sehingga dalam


wadah atau kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6). Tanda
peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


9

(disesuaikan dengan warna kemasannya) dan diberi tulisan peringatan


penggunaannya dengan huruf berwarna putih.
Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya, yaitu sebagai
berikut (Menteri Kesehatan RI, 1983):
a. P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan memakainya. Contoh: Decolgen®,
Ultraflu®, dan Fatigon®.
b. P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh:
Betadine gargle® dan Minosep®.
c. P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh:
Fosen enema®
d. P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
e. P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan.
f. P No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol®
Suppositoria.

P. No. 1 P. No. 2
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Baca aturan Hanya untuk kumur,
memakainya Jangan ditelan

P. No. 3 P. No. 4
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Hanya untuk bagian Hanya untuk dibakar
luar dari badan

P. No. 5 P. No. 6
Awas! Obat Keras Awas! Obat Keras
Tidak boleh ditelan Obat wasir, jangan
ditelan

Gambar 2.3. Tanda peringatan pada obat bebas terbatas

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


10

3. Obat Keras Daftar G


Obat-obat yang mempunyai khasiat mengobati, menguatkan,
mendesinfeksi, dan lain-lain, pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau
tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan disebut obat keras. Tanda khusus
untuk obat keras adalah lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi
berwarna hitam dan huruf K di dalamnya yang menyentuh garis tepi (Menteri
Kesehatan RI, 1986). Pada etiket dan bungkus luar obat jadi yang tergolong obat
keras harus dicantumkan secara jelas tanda khusus untuk obat keras. Tanda
khusus dapat tidak dicantumkan pada blister, strip aluminium/selofan, vial, ampul,
tube atau bentuk wadah lain, apabil wadah tersebut dikemas dalam bungkus luar
(Menteri Kesehatan RI, 1986).

Gambar 2.4. Penandaan obat keras

Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep
dokter dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya
“boleh diulang“. Obat-obat golongan ini antara lain obat jantung, obat diabetes,
hormon, antibiotika, beberapa obat ulkus lambung, semua obat suntik, dan
psikotropika.

4. Psikotropika
Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku disbut
psikotropika. Penggolongan dari psikotropika adalah (Presiden RI, 1997a):
a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


11

mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.


Contoh: etisiklidina, tenosiklidina, metilendioksi metilamfetamin (MDMA);
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:
amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, fensiklidin;
c. Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: amobarbital, pentobarbital, siklobarbital; dan
d. Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan
dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: diazepam, estazolam, etilamfetamin, alprazolam.

5. Narkotika
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan, disebut narkotika (Presiden RI, 2009b).

Gambar 2.5. Penandaan obat narkotika

Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu (Presiden RI, 2009b):


a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


12

serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.


Contoh: kokain, opium, heroin, ganja;
b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat
pengobatan,digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam
terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin,
petidin, normetadona, metadona; dan

c. Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan


banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Contoh: kodein, norkodeina, etilmorfina.

2.7 Tata Cara Pemberian Izin Apotek


Surat Izin Apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI
kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan Pemilik Sarana Apotek
(PSA) untuk membuka apotek di tempat tertentu. Izin apotek diberikan oleh
Menteri yang melimpahkan wewenangnya kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin,
dan pencabutan izin dilaporkan setahun sekali oleh Kepala Dinas Kesehatan
kepada Menteri dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002 pasal 7 dan pasal 9 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 mengenai Tata
Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut:
a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir APT-1;
b. Dengan menggunakan formulir APT-2 Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima
permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk
melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan;
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


13

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-


lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat
dengan menggunakan contoh formulir APT-3;
d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak
dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap
melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan
menggunakan contoh formulir APT-4;
e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan
pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan
menggunakan contoh formulir APT-5;
f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau
Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari
mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-
6;
g. Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), apoteker
diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi
selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat
Penundaan;
h. Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana
dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerjasama antara apoteker dan
pemilik sarana;
d. Pemilik sarana yang dimaksud (poin h) harus memenuhi persyaratan tidak
pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang
obat sebagaimana dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan; dan
e. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi persyaratan
APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan
permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam
jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


14

mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan


menggunakan formulir model APT-7.

2.8 Personalia Apotek


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
1332/MENKES/SK/X/2002 pasal 1, tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan
operasional apotek terdiri dari:
a. Satu orang Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah
diberi Surat Izin Apotek (SIA);
b. Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping
Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikan pada jam-jam
tertentu pada hari buka apotek;
c. Apoteker Pengganti, yaitu apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola
Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada di
tempatlebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat
Izin Kerjadan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di apotek
lain; dan
d. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undanganberhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker,
Tenaga-tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di
apotek terdiri dari:
a. Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker;
b. Kasir adalah petugas yang bertugas menerima uang dan mencatat
pemasukanserta pengeluaran uang; dan
c. Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi
apotekdan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan
keuangan apotek.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002
menjelaskan apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Apoteker Pengelola Apotek (APA)
adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Sebelum
melaksanakan kegiatannya, seorang APA wajib memiliki Surat Izin Apotek (SIA)
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


15

yang berlaku untuk seterusnya selama apotek masih aktif melakukan kegiatan dan
APA dapat melakukan pekerjaannya serta masih memenuhi persyaratan. Seorang
APA bertanggung jawab akan kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya, dan
juga bertanggung jawab kepada pemilik modal apabila bekerja sama dengan
pemilik sarana apotek (PSA).
Apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Presiden RI, 2009a):
a. Memiliki keahlian dan kewenangan;
b. Menerapkan Standar Profesi;
c. Didasarkan pada Standar Kefarmasian dan Standar Operasional;
d. Memiliki sertifikat kompetensi profesi;
e. Memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA);
f. Wajib memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) bagi Apoteker Pengelola
Apotek (APA) dan Apoteker Pendamping di Apotek; dan
g. Apoteker Pengelola Apotek (APA) hanya dapat melaksanakan praktek di satu
apotek sedangkan Apoteker Pendamping hanya dapat melaksanakan praktek
paling banyak di tiga Apotek.
Surat Tanda Registrasi (STRA) merupakan bukti tertulis yang diberikan
oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi (Menteri Kesehatan RI,
2011). STRA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu
lima tahun selama masih memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRA,
Apoteker harus memenuhi persyaratan (Presiden RI, 2009a):
a. Memiliki ijazah Apoteker;
b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi;
c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji Apoteker;
d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
memiliki surat izin praktek; dan
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan
etikaprofesi
Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) adalah surat izin yang diberikan
kepada Apoteker dan Apoteker Pendamping untuk dapat melaksanakan praktik
pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, yaitu Apotek atau
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


16

Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) (Menteri Kesehatan RI, 2011). SIPA
dikeluarkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan
kefarmasian dilakukan. SIPA dapat dibatalkan demi hukum apabila pekerjaan
kefarmasian dilakukan pada tempat yang tidak sesuai dengan yang tercantum
dalam surat izin.
Untuk mendapatkan SIPA, apoteker harus memiliki (Presiden RI, 2009a):
a. Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA);
b. Tempat atau ada tempat untuk melakukan pekerjaan kefarmasian atau
fasilitaskesehatan yang memiliki izin; dan
c. Rekomendasi dari organisasi profesi.
Tugas dan kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut:
a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis
kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku;
b. Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi;
c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang
optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset,
mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin;
dan
d. Melakukan pengembangan usaha apotek.
Wewenang dan tanggung jawab APA meliputi (Said, 2012):
a. Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan;
b. Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan;
c. Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan; dan
d. Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai.

2.9 Pelanggaran Apotek


Kegiatan yang termasuk dalam pelanggaran berat apotek, yaitu sebagai
berikut:
a. Melakukan kegiatan tanpa ada tenaga teknis farmasi;
b. Terlibat dalam penyaluran atau penyimpanan obat palsu atau gelap;
c. Pindah alamat apotek tanpa izin;
d. Menjual narkotika tanpa resep dokter;
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


17

e. Kerja sama dengan PBF dalam menyalurkan obat kepada pihak yang tidak
berhak dalam jumlah besar; dan
f. Tidak menunjuk Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti pada waktu
APA keluar daerah selama tiga bulan berturut-turut.
Kegiatan yang termasuk dalam pelanggaran ringan apotek, yaitu sebagai
berikut:
a. Tidak menunjuk Apoteker Pendamping pada waktu APA tidak dapat hadir
pada jam buka apotek;
b. Mengubah denah apotek tanpa izin;
c. Menjual obat daftar G kepada yang tidak berhak;
d. Melayani resep yang tidak jelas dokternya;
e. Menyimpan obat rusak, tidak mempunyai penandaan atau belum
dimusnahkan;
f. Obat dalam kartu stok tidak sesuai dengan jumlah yang ada;
g. Salinan resep yang tidak ditanda tangani oleh apoteker;
h. Melayani salinan resep narkotika dari apotek lain;
i. Lemari narkotika tidak memenuhi syarat;
j. Resep narkotika tidak dipisahkan;
k. Buku harian narkotika tidak diisi atau tidak bisa dilihat atau diperiksa; dan
l. Tidak mempunyai atau tidak mengisi kartu stok hingga tidak dapat diketahui
dengan jelas asal-usul obat tersebut.
Sanksi pidana berupa denda maupun hukuman penjara diberikan bila
terdapat pelanggaran terhadap:
a. Undang-Undang Obat Keras (St. 1937 No. 541);
b. Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009;
c. Undang-Undang Narkotika No. 22 tahun 1997; dan
e. Undang-Undang Psikotropika No. 5 tahun 1997.

2.10 Pencabutan Surat Izin Apotek


Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
1332/MENKES/SK/X/2002 pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian
Izin Apotek, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat wajib
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


18

melaporkan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin
apotek dalam jangka waktu setahun sekali kepada Menteri Kesehatan dan
tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila:
a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan,
menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan
keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang sudah dikatakan tidak bermutu
baik atau karena sesuatu hal tidak dapat dan dilarang untuk digunakan,
seharusnya dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara
lain yang ditetapkan oleh Menteri;
b. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya lebih
dari 2 (dua) tahun secara terus menerus;
c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang No. 9 tahun 1976 tentang
Narkotika, Undang-Undang Obat Keras No. St. 1973 No. 541, Undang-
Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan;
d. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut;
e. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-
undangan di bidang obat; dan
f. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat
pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya
baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan
harus berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan
Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan:
a. Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3
(tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan
dengan menggunakan contoh Formulir APT-12; dan
b. Pembekuan izin Apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan
sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan
menggunakan contoh Formulir APT-13.
Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam poin (b) di atas,
dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


19

persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan


contoh formulir APT-14. Pencairan Izin Apotek dimaksud di atas dilakukan
setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola
Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib
mengikuti tata cara sebagai berikut:
a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, obat keras
tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek;
b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang
tertutup dan terkunci; dan
c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala
Kementerian Kesehatan atau petugas yang diberi wewenang olehnya, tentang
penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam
poin (a).

2.11 Pengelolaan Apotek


Seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi
pelayanan apotek disebut pengelolaan apotek. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 pengelolaan apotek dapat dibagi
menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan, pengelolaan, peracikan,
pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, penyerahan obat atau bahan
obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan
farmasi lainnya. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang
meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang
diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada
masyarakat, pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya
dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya; dan
b. Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi,
keuangan, personalia, pelayanan komoditas selain perbekalan farmasi dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


20

bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Secara garis besar
pengelolaan apotek dapat dijabarkan sebagai berikut:

2.11.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi


a. Perencanaan
Kegiatan yang termasuk dalam proses perencanaan adalah pemilihan jenis,
jumlah, dan harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari
kekosongan obat. Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-
obatan dan alat kesehatan, maka perlu dilakukan pengumpulan data obat-obatan
yang akan dipesan. Data obat-obatan tersebut biasanya ditulis dalam buku defekta,
yaitu jika barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang
tersedia pada bulan-bulan sebelumnya. Beberapa pertimbangan yang harus
dilakukan APA di dalam melaksanakan perencanaan pemesanan barang, yaitu
memilih Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang memberikan keuntungan dari
segala segi, misalnya harga yang ditawarkan sesuai, ketepatan waktu pengiriman,
diskon dan bonus yang diberikan sesuai, jangka waktu kredit yang cukup, serta
kemudahan dalam pengembalian obat-obatan yang hampir kadaluarsa.
Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek maka dalam membuat
perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu memperhatikan:
1) Pola penyakit, maksudnya adalah perlu memperhatikan dan mencermati pola
penyakit yang timbul di sekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat tentang obat-obat untuk penyakit tersebut;
2) Tingkat perekonomian masyarakat di sekitar apotek juga akan
mempengaruhidaya beli terhadap obat-obatan; dan
3) Budaya masyarakat dimana pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik
obat, bahkan iklan obat dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan obat-
obatan khususnya obat-obatan tanpa resep. Demikian juga dengan budaya
masyarakat yang lebih senang berobat ke dokter, maka apotek perlu
memperhatikan obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter tersebut.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


21

b. Pengadaan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993
tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF), menyebutkan bahwa pabrik farmasi dapat
menyalurkan produksinya langsung ke PBF, apotek, toko obat, apotek rumah
sakit, dan sarana kesehatan lain. Pengadaan barang di apotek meliputi pemesanan
dan pembelian. Pembelian barang dapat dilakukan secara langsung ke produsen
atau melalui PBF. Proses pengadaan barang dilakukan melalui beberapa tahap,
yaitu:
1) Tahap persiapan, dilakukan dengan cara mengumpulkan data barang-barang
yang akan dipesan dari buku defekta, termasuk obat baru yang ditawarkan
pemasok; dan
2) Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP), minimal
dibuat 2 lembar (untuk pemasok dan arsip apotek) dan ditandatangani oleh
APA dengan mencantumkan nomor SIK.
Pengadaan atau pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan cara
antara lain (Anief, 2001):
1) Pembelian dalam jumlah terbatas yaitu pembelian dilakukan sesuai dengan
kebutuhan dalam waktu pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini
dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada dalam jarak tidak jauh dari
apotek, misalnya satu kota dan selalu siap untuk segera mengirimkan obat
yang dipesan;
2) Pembelian berencana dimana metode ini erat hubungannya dengan
pengendalian persediaan barang. Pengawasan stok obat atau barang dagangan
penting sekali, untuk mengetahui obat yang fast moving atau slow moving, hal
ini dapat dilihat pada kartu stok. Selanjutnya dilakukan perencanaan
pembeliansesuai dengan kebutuhan; dan
3) Pembelian secara spekulasi merupakan pembelian dilakukan dalam jumlah
yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan akan ada kenaikan harga
dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau bonus. Pola ini dilakukan
pada waktu-waktu tertentu jika diperkirakan akan terjadi peningkatan
permintaan. Meskipun apabila spekulasinya benar akan mendapat keuntungan
besar, tetapi cara ini mengandung resiko obat akan rusak atau kadaluarsa.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


22

c. Penyimpanan
Obat dengan bentuk sediaan padat, sediaan cair, atau setengah padat
disimpan secara terpisah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari zat-zat yang
bersifat higroskopis. Serum, vaksin, dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh
pada suhu kamar disimpan dalam lemari pendingin. Penyusunan obat dapat
dilakukan secara alfabetis untuk mempermudah dan mempercepat pengambilan
obat saat diperlukan. Pengaturan pemakaian barang di apotek sebaiknya
menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First
Out) sehingga obat-obat yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat
disimpan paling depan dan memungkinkan diambil terlebih dahulu.

2.11.2 Pengelolaan Keuangan


Laporan keuangan yang biasa dibuat di apotek adalah:
a. Laporan Rugi-Laba
Laporan yang menyajikan informasi tentang pendapatan, biaya, laba atau
rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu disebut laporan laba-rugi.
Laporan rugi-laba biasanya berisi hasil penjualan, HPP (persediaan awal +
pembelian - persediaan akhir), laba kotor, biaya operasional, laba bersih usaha,
laba bersih sebelum pajak, laba bersih setelah pajak, pendapatan non usaha, dan
pajak.

b. Neraca
Laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada
waktu tertentu disebut laporan neraca. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan
jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva dan jumlah kewajiban yang
disebut pasiva, atau dengan kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan
dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut.
Oleh karena itu, dapat dilihat dalam neraca bahwa jumlah aktiva akan sama besar
dengan pasiva. Aktiva dikelompokkan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap.
Aktiva lancar berisi kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan. Aktiva
tetap dapat berupa gedung atau tanah, sedangkan pasiva dapat berupa hutang dan
modal.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


23

c. Laporan Hutang-Piutang
Laporan yang berisi utang yang dimiliki apotek pada periode tertentu
dalam satu tahun disebut laporan hutang, sedangkan laporan piutang berisikan
piutang yang ditimbulkan karena transaksi yang belum lunas dari pihak lain
kepada pihak apotek.

2.11.3 Administrasi
Kegiatan yang biasa dilakukan dalam proses administrasi apotek meliputi:
a. Administrasi umum, kegiatannya meliputi, membuat agenda atau
mengarsipkan surat masuk dan surat keluar, pembuatan laporan-laporan
seperti, laporan narkotika dan psikotropika, pelayanan resep dengan
harganya, pendapatan, alat dan obat KB, obat generik, dan lain-lain;
b. Pembukuan meliputi pencatatan keluar dan masuknya uang disertai bukti-
bukti pengeluaran dan pemasukan;
c. Administrasi penjualan meliputi pencatatan pelayanan obat resep, obat bebas,
dan pembayaran secara tunai atau kredit;
d. Administrasi pergudangan meliputi, pencatatan penerimaan barang, masing-
masing barang diberi kartu stok, dan membuat defekta;
e. Administrasi pembelian meliputi pencatatan pembelian harian secara tunai
atau kredit dan asal pembelian, mengumpulkan faktur secara teratur. Selain
itu dicatat kepada siapa berhutang dan masing-masing dihitung besarnya
hutang apotek;
f. Administrasi piutang, meliputi pencatatan penjualan kredit, pelunasan
piutang, dan penagihan sisa piutang; dan
g. Administrasi kepegawaian dilakukan dengan mengadakan absensi karyawan,
mencatat kepangkatan, gaji, dan pendapatan lainnya dari karyawan.

2.12 Pelayanan Apotek


Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan
Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 yang meliputi:
a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter
hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab Apoteker
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


24

Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada


kepentingan masyarakat;
b. Apotek wajib menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan yang
bermutu baik dan absah;
c. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep
dengan obat paten. Namun resep dengan obat paten boleh diganti dengan obat
generik;
d. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi syarat
mengikuti ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara.
Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau
dengan cara lain yang ditetapkan oleh Balai Besar POM;
e. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker
wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang
lebih tepat;
f. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan
obat secara tepat, aman, dan rasionalatas permintaan masyarakat;
g. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau
penulisan resep yang tidak tepat, apoteker harus memberitahukan kepada
dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep
tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau
membubuhkan tandatangan yang lazim di atas resep;
h. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker;
i. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka
waktu 3 tahun;
j. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas
kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan
yang berlaku; dan
k. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau ApotekerPengganti
diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar
Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


25

2.12.1 Pelayanan Resep


Menurut Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek berdasarkan SK No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 (Departemen Kesehatan
RI, 2008), pelayanan resep meliputi:
a. Skrining Resep
Apoteker melakukan kegiatan skrining resep yang meliputi:
1) Memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi: nama dokter, nomor
SIP,alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter
penulis resep, nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin
pasien, dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang
diminta, cara pemakaian yang jelas dan informasi lainnya;
2) Memeriksa kesesuaian farmasetik seperti bentuk sediaan, dosis,
inkompatibilitas, stabilitas, cara, lama pemberian; dan
3) Melakukan pertimbangan klinis seperti adanya alergi, efek samping,
interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada
keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis
resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila
perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
b. Penyiapan Obat
Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. Suatu prosedur tetap harus
dibuat untuk melaksanakan peracikan obat, dengan memperhatikan dosis,
jenis, dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan
dapat dibaca.Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang
cocok sehingga terjaga kualitasnya. Pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian
antara obat dengan resep harus dilakukan sebelum obat diserahkan kepada
pasien. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian
informasi obat dan konseling kepada pasien.
c. Informasi Obat
Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini, informasi obat pada
pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, jangka waktu
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


26

pengobatan, cara penyimpanan obat, aktivitas serta makanan dan minuman


yang harus dihindari selama terapi.
d. Konseling
Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasidan
perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup
pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau
penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker
harus memberikan konseling secara berkelanjutan.
e. Monitoring Penggunaan Obat
Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan penggunaan obat terutama untuk pasien tertentu seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.
Menurut Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek berdasarkan SK No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 (Departemen Kesehatan
RI, 2008), penyimpanan dan pemusnahan resep meliputi::
a. APA mengatur resep yang telah dikerjakan menurut urutan tanggal dan
nomor urut penerimaan resep dan harus disimpan sekurang-kurangnya selama
tiga tahun;
b. Resep yang mengandung narkotika harus dipisahkan dari resep lainnya;
c. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu penyimpanan, dapat
dimusnahkan;
d. Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar atau dengan cara lain yang
memadai oleh APA bersama-sama dengan sekurang-kurangnya seorang
petugas apotek; dan
e. Pada pemusnahan resep, harus dibuat berita acara pemusnahan sesuai dengan
bentuk yang telah ditentukan dan dibuat rangkap empat serta ditandatangani
oleh APA dan petugas apotek.

2.12.2 Promosi dan Edukasi


Apoteker harus memberikan edukasi dalam rangka pemberdayaan
masyarakat, apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


27

penyakit ringan, dengan memilihkan obat yang sesuai. Apoteker juga harus
berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu
diseminasi informasi antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster,
penyuluhan, dan lain-lain.

2.12.3 Pelayanan Residensial (Home Care)


Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga
dapatmelakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah,
khususnya untuk kelompok lanjut usia (lansia) dan pasien dengan pengobatan
penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat catatan
berupa catatan pengobatan (medication record).

2.12.4 Pelayanan Swamedikasi


Pengobatan sendiri (swamedikasi) adalah tindakan mengobati diri sendiri
dengan obat tanpa resep (golongan obat bebas dan bebas terbatas) yang dilakukan
secara tepat guna dan bertanggung jawab. Hal ini mengandung makna bahwa
walaupun digunakan untuk diri sendiri, pengobatan sendiri harus dilakukan secara
rasional. Ini berarti bahwa tindakan pemilihan dan penggunaan produk
bersangkutan sepenuhnya merupakan tanggung jawab bagi para penggunanya.
Penggunaan obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek (OWA)
dalam pengobatan sendiri (swamedikasi) harus mengikuti prinsip penggunaanobat
secara aman dan rasional. Pelaksanaan swamedikasi yang bertanggung
jawabmembutuhkan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat
dankualitasnya, serta membutuhkan pemilihan obat yang tepat sesuai dengan
indikasi penyakit dan kondisi pasien.
Apoteker mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan
bantuan, nasehat dan petunjuk kepada masyarakat yang ingin melakukan
swamedikasi, agar dapat masyarakat dapat melakukan swamedikasi secara
bertanggung jawab. Apoteker harus dapat menekankan kepada pasien, bahwa
walaupun dapat diperoleh tanpa resep dokter, namun penggunaan obat bebas, obat
bebas terbatas, dan OWA tetap dapat menimbulkan bahaya dan efek samping
yang tidak dikehendaki jika dipergunakan secara tidak semestinya.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


28

Dalam pelaksanaan swamedikasi, apoteker memiliki dua peran yang


sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan,
khasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau
memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya agar obat digunakan secara
aman, tepat dan rasional. Pemberian informasi dilakukan terutama dalam
mempertimbangkan:
a. Ketepatan penentuan indikasi atau penyakit.
b. Ketepatan pemilihan obat yang efektif, aman, dan ekonomis.
c. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.
Satu hal yang sangat penting dalam informasi swamedikasi adalah
meyakinkan agar produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan
produk-produk yang sedang digunakan pasien. Selain itu, apoteker juga
diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memonitor
penyakitnya dan kapan harus menghentikan pengobatannya atau kapan harus
berkonsultasi kepada dokter. Informasi yang perlu disampaikan oleh apoteker
pada masyarakat dalam pelaksanaan swamedikasi antara lain:
a. Khasiat obat
Apoteker perlu menerangkan dengan jelas khasiat obat yang bersangkutan,
sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami
pasien.
b. Kontraindikasi
Pasien perlu diberi tahu dengan jelas kontraindikasi dari obat yang
diberikan,agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi
dimaksud.
c. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada)
Pasien juga perlu diberi informasi tentang efek samping yang
mungkinmuncul dan apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau
mengatasinya.
d. Cara pemakaian
Cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien untuk
menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan,
dimasukkan melalui anus, atau cara lain.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


29

e. Dosis
Dosis harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien. Apoteker dapat
menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen
(sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat
menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
f. Waktu pemakaian
Waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien,
misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur.
g. Lama penggunaan
Lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada pasien, agar pasien
tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya belum
hilang atau sudah memerlukan pertolongan dokter.
h. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya
pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu
bersamaan.
i. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa meminum obat.
j. Cara penyimpanan obat yang baik.
k. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa.
l. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak.
Selain itu, apoteker juga perlu memberi informasi kepada pasien tentang
obat generik yang memiliki khasiat sebagaimana yang dibutuhkan, serta
keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan obat generik. Hal ini
penting dalam pemilihan obat yang selayaknya harus selalu memperhatikan aspek
farmakoekonomi dan hak pasien. Selain konseling dalam farmakoterapi, apoteker
juga memiliki tanggung jawab lain yang lebih luas dalam swamedikasi. Dalam
pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh IPF (International Pharmaceutical
Federation) dan WMI (World Self-Medication Industry) tentang swamedikasi
yang bertanggung jawab (Responsible Self-Medication) dinyatakan sebagai
berikut:
a. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan nasehat
daninformasi yang benar, cukup dan objektif tentang swamedikasi dan semua
produk yang tersedia untuk swamedikasi.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


30

b. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk merekomendasikan


kepada pasien agar segera mencari nasehat medis yang diperlukan, apabila
dipertimbangkan swamedikasi tidak mencukupi.
c. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan laporan
kepada lembaga pemerintah yang berwenang, dan untuk menginformasikan
kepada produsen obat yang bersangkutan, mengenai efek yang tidak
dikehendaki (adverse reaction) yang terjadi pada pasien yang menggunakan
obat tersebut dalam swamedikasi.
d. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk mendorong anggota
masyarakat agar memperlakukan obat sebagai produk khusus yang harus
dipergunakan dan disimpan secara hati-hati, dan tidak boleh dipergunakan
tanpa indikasi yang jelas.

2.12.5 Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA)


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.
919/MENKES/PER/X/1993 tentang Kriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa
Resep harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di
bawah usia 2 tahun dan orangtua di atas 65 tahun;
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit;
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan;
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi
diIndonesia; dan
e. Obat dimaksud memiliki resiko khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Obat Wajib Apotek (OWA) yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh
apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter (Menteri Kesehatan RI,
1990). Apoteker di apotek dalam melayani pasien yang memerlukan obat, wajib:
a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien sesuai dengan
yang disebutkan dalam daftar obat wajib apotek;
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


31

b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan; dan


c. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi,
efek samping, dan hal-hal lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.
Obat yang termasuk dalam OWA ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
(Menteri Kesehatan RI, 1990; Menteri Kesehatan RI, 1993d; Menteri Kesehatan
RI, 1993e). Obat-obat yang termasuk ke dalam daftar obat wajib apotek no. 1
antara lain (Menteri Kesehatan RI, 1990):
a. Obat kontrasepsi oral, baik tunggal maupun kombinasi.
b. Obat saluran cerna, yang terdiri dari :
1) Antasida + sedativ/spasmodik
2) Anti spasmodik
3) Spasmodik+analgesik
4) antimual
5) Laksan
c. Obat mulut dan tenggorokan
d. Obat saluran napas
e. Obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, yang terdiri dari :
1) Analgetik
2) Antihistamin
f. Antiparasit yang terdiri dari obat cacing.
g. Obat topikal untuk kulit yang terdiri dari :
1) Semua salep/krim antibiotik
2) Semua salep/krim kortikosteroid
3) Semua salep/krim/gel antiinflamasi nonsteroid (AINS)
4) Antijamur
5) Antiseptik lokal
6) Enzim antiradang topikal
7) Pemutih kulit
Sedangkan untuk obat-obat yang termasuk ke dalam daftar obat wajib
apotek no. 2 dapat dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
924/Menkes/PER/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek No. 2 dan untuk
obat-obat yang termasuk ke dalam daftar obat wajib apotek no. 3 dapat dilihat
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


32

pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1176/Menkes/PER/X/1993 tentang


Daftar Obat Wajib Apotek No. 3.

2.13 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek


2.13.1 Pengelolaan Narkotika
Narkotika merupakan bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan, namun menimbulkan ketergantungan yang
sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang
ketat dan seksama. Pengendalian dan pengawasan narkotika, di Indonesia
merupakan wewenang Badan POM. Untuk mempermudah pengendalian dan
pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada
PT Kimia Farma (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi
sediaan dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut
dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya
dapat disalahgunakan. Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi
pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan dan pemusnahan (Said, 2012).

1. Pemesanan Narkotika
Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat memesan
narkotika ke PBF PT. Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan (SP)
khusus narkotika, yang ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama jelas,
stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Surat pesanan terdiri dari empat rangkap.
Surat pesanan narkotika dilengkapi dengan nama dan tanda tangan APA, nomor
Surat Izin Apotek (SIA), tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan stempel
apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika.

2. Penyimpanan Narkotika
Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan
harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Menteri Kesehatan RI, 1978):
a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat;
b. Harus mempunyai kunci yang kuat;
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


33

c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan: bagian pertama


dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta
persediaan narkotika, sedangkan bagian kedua dipergunakan untuk
menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari;
d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80
x 100 cm maka lemari tersebut harus dibaut melekat pada tembok atau lantai;
e. Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain
narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan;
f. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan; dan
g. Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum.

3. Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika


Prosedur tetap pelayanan resep yang mengandung narkotika, yaitu sebagai
berikut (Departemen Kesehatan RI, 2008):
a. Skrining resep
1) Melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan administrasi;
2) Melakukan pemeriksaan kesesuaian farmaseutik yaitu: bentuk
sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian;
3) Mengkaji pertimbangan klinis yaitu : adanya alergi, efek samping,
interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain);
4) Narkotik hanya dapat diserahkan atas dasar resep asli rumah sakit,
puskesmas, apotek lainnya, balai pengobatan, dokter. Salinan resep
narkotika dalam tulisan “iter” tidak boleh dilayani sama sekali;
5) Salinan resep narkotik yang baru dilayani sebagian atau yang
belum dilayani sama sekali hanya boleh dilayani oleh apotek yang
menyimpan resep asli; dan
6) Mengkonsultasikan ke dokter tentang masalah resep apabila
diperlukan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


34

b. Penyiapan Resep
1) Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan pada resep;
2) Untuk obat racikan apoteker menyiapkan obat jadi yang
mengandung narkotika atau menimbang bahan baku narkotika;
3) Menutup dan mengembalikan wadah obat pada tempatnya;
4) Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan
permintaan dalam resep; dan
5) Obat diberi wadah yang sesuai dan diperiksa kembali jenis dan
jumlah obat sesuai permintaan dalam resep.
c. Penyerahan Obat
1) Melakukan pemeriksaan akhir kesesuaian antara penulisan etiket
dengan resep sebelum dilakukan penyerahan;
2) Memanggil nama dan nomor tunggu pasien;
3) Mengecek identitas dan alamat pasien yang berhak menerima;
4) Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat;
5) Menanyakan dan menuliskan alamat / nomor telepon pasien dibalik
resep; dan
6) Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikannya.
Hal yang harus diperhatikan dalam pelayanan resep yang mengandung
narkotika antara lain:
a. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan atau ilmu
pengetahuan;
b. Narkotika hanya dapat diserahkan kepada pasien untuk pengobatan penyakit
berdasarkan resep dokter;
c. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep
dokter;
d. Apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung narkotika,
walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama
sekali;
e. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali,
apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh
dilayani oleh apotek yang menyimpan resep asli; dan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


35

f. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani
sama sekali. Dengan demikian dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada
resep-resep yang mengandung narkotika.

4. Pelaporan Narkotika
Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa
apotek wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala
mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam
penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam
bentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan. Sistem
Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) adalah sistem yang mengatur
pelaporan penggunaan Narkotika dan Psikotropika dari Unit Layanan
(Puskesmas, Rumah Sakit dan Apotek) ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kotadengan menggunakan pelaporan elektronik selanjutnya Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan ke tingkat yang lebih tinggi (Dinkes
Provinsi dan Dit jen Binfar dan Alkes) melalui mekanisme pelaporan online yang
menggunakan fasilitas internet. Namun, penerapan undang-undang ini belum
dilaksanakan secara menyeluruh di Indonesia.

5. Pemusnahan Narkotika
APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa atau tidak
memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan. Apoteker
Pengelola Apotek dan dokter yang memusnahkan narkotika harus membuat Berita
Acara Pemusnahan Narkotika yang sekurang-kurangnya memuat (Menteri
Kesehatan RI, 1978):
a. Nama, jenis, sifat, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan;
b. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukan
pemusnahan;
c. Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan
pemusnahan; dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


36

d. Cara pemusnahan dibuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika dikirim kepada


Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Balai POM.
Pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan pelaporan
narkotika dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri Kesehatan yang berupa:
teguran, peringatan, denda administratif, penghentian sementara kegiatan atau
pencabutan izin.

2.13.2 Pengelolaan Psikotropika


Ruang lingkup pengaturan psikotropika adalah segala hal
yangberhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan
ketergantungan.Tujuan pengaturan psikotropika yaitu:
a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan
dan ilmu pengetahuan.
b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.
c. Memberantas peredaran gelap psikotropika.
Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi:
a. Pemesanan Psikotropika
Kegiatan ini memerlukan surat pesanan (SP), dimana satu SP bisa digunakan
untuk beberapa jenis obat. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya
dapatdilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan
adalah dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA dilengkapi
dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Surat pesanan dibuat
rangkap 3, dua lembar untuk PBF dan 1 lembar untuk arsip apotek. Satu SP
untuk beberapa jenis obat psikotropika.
b. Penyimpanan Psikotropika
Kegiatan ini belum diatur oleh perundang-undangan, namun karena
kecenderungan penyalahgunaan psikotropika, maka disarankan untuk obat
golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari
khusus.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


37

c. Pelaporan Psikotropika
Apotek wajib membuat dan menyimpan catatan mengenai kegiatan yang
berhubungan dengan psikotropika dan melaporkan pemakaiannya setiap
bulan. Laporan ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
setempat dengan tembusan kepada Kepala Balai Besar POM setempat, Dinas
Kesehatan Provinsi setempat, dan 1 salinan untuk arsip.
d. Pemusnahan Psikotropika
Kegiatan ini dilakukan bila berhubungan dengan tindak pidana, diproduksi
tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat
digunakan dalam proses produksi, kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat untuk
digunakan pada pelayanan kesehatan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Pemusnahan psikotropika wajib dibuat Berita Acara dan dikirim kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Balai POM.

2.14 Pelayanan Informasi Obat


Pekerjaan kefarmasian di apotek tidak hanya pada pembuatan, pengolahan,
pengadaan, dan penyimpanan perbekalan farmasi, tetapi juga pada pelayanan
informasi obat (PIO). Tujuan diselenggarakannya PIO di apotek adalah demi
tercapainya penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien,
tepat regimen (dosis, cara, waktu, dan lama pemberian), tepat obat, dan waspada
efek samping. Dalam memberikan informasi obat, hendaknya seorang apoteker
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mandiri, artinya bebas dari segala bentuk keterikatan dengan pihak lain yang
dapat mengakibatkan informasi yang diberikan menjadi tidak objektif;
b. Objektif, artinya memberikan informasi dengan sejelas-jelasnya mengenai
suatu produk obat tanpa dipengaruhi oleh berbagai kepentingan;
c. Seimbang, artinya informasi diberikan setelah melihat dari berbagai sudut
pandang yang mungkin berlawanan;
d. Ilmiah, artinya informasi berdasarkan sumber data atau referensi yang dapat
dipercaya; dan

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


38

e. Berorientasi pada pasien, maksudnya informasi tidak hanya mencakup


informasi produk seperti ketersediaan, kesetaraan generik, tetapi juga harus
mencakup informasi yang mempertimbangkan kondisi pasien.
Peran apoteker di apotek dalam pemberian informasi obat kepada pasien,
dokter, maupun tenaga medis lainnya sangat penting, mengingat apotek sebagai
sarana kesehatan masyarakat yang melayanimasyarakat dengan cara memberikan
obat sesuai dengan kebutuhan pasien atauresepnya. Pelaksanaan pelayanan
informasi obat di apotek bertujuan agar obat dapat digunakan pasien secara
rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat regimen,tepat obat, serta waspada
terhadap efek samping obat. Oleh karena itu, dibutuhkanperan aktif apoteker di
apotek untuk memberikan informasi obat kepada pasien,dokter serta tenaga medis
lain yang terlibat di apotek.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


BAB 3
TINJAUAN KHUSUS APOTEK SAMMARIE BASRA

3.1 Sejarah Singkat


Apotek SamMarie Basra berdiri pada tanggal 7 Desember 2005,
berdasarkan atas akta notaris Herawati, SH., No. 7 tahun 2005. Apotek SamMarie
Basra di bawah naungan SamMarie Healthcare Group.

3.2 Lokasi, Bangunan, dan Tata Ruang Apotek


Apotek SamMarie Basra ini awalnya berlokasi di lantai 1 Gedung
Samudra, dan saat ini berlokasi di lantai dasar gedung Rumah Sakit Ibu dan Anak
(RSIA) SamMarie Basra Jalan Basuki Rachmat No. 31 Jakarta Timur. Apotek
berada dipinggir jalan dua arah, yang dilalui oleh kendaraan umum, sehingga
mudah dijangkau oleh pasien dengan kendaraan umum serta memiliki halaman
parkir yang cukup luas untuk kendaraan pribadi. Lokasi apotek dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Bangunan Apotek memilik satu lantai yang terdiri dari ruang tunggu,
tempat penerimaan resep dan penjualan obat, ruang peracikan, penyimpanan obat,
alkes dan arsip, serta wastafel. Loket kasir, tempat istirahat pegawai dan toilet
digunakan bersama dengan RSIA SamMarie Basra. Desain apotek dapat dilihat
pada Lampiran 2. dan Lampiran 3., sedangkan denah apotek dapat dilihat pada
Lampiran 4.
Apotek memiliki ruang peracikan yang terpisah dengan ruang tunggu
sehingga terhindar dari pandangan langsung konsumen. Ruang peracikan cukup
luas sehingga karyawan dapat leluasa bergerak. Ruang tunggu apotek tidak terlalu
besar karena biasanya pasien menunggu di ruangan tunggu RSIA.

3.3 Struktur Organisasi


Pemilik Sarana Apotek (PSA) ini adalah PT SamMarie Primafiat yang
dikelola oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Apoteker Pengelola Apotek
bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan di Apotek. Agar manajemen apotek
39 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


40

dapat berlangsung dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal, suatu
apotek harus mempunyai struktur organisasi serta pembagian tugas dan tanggung
jawab yang jelas. Apotek mempunyai beberapa orang karyawan dengan rincian
sebagai berikut (dapat dilihat pada Lampiran 10.).
Tenaga Teknis Farmasi yang terdapat di dalam Apotek SamMarie Basra
yaitu terdiri dari :
a. Apoteker Pengelola Apotek : 1 orang
b. Asisten Apoteker : 5 orang
Tenaga kerja di Apotek SamMarie Basra secara bergantian bekerja
berdasarkan shift-shift yang telah dibagi, yaitu shift utama: shift pagi (pukul 07.00
s.d. 14.00 WIB); shift siang (pukul 14.00 s.d. 21.00 WIB); shift malam (pukul
21.00 s.d. 07.00 WIB) dan shift tambahan: shift middle (pukul 10.00 s.d. 17.00
WIB) dan shift sore (pukul 15.30 s.d. 22.30 WIB). Adapun tugas dan fungsi tiap
karyawan yang ada di apotek SamMarie Basra adalah sebagai berikut:
a. APA (Apoteker Pengelola Apotek)
Tugas dan tanggung jawab APA sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya
(apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala keperluan
perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku.
2) Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek termasuk mengkoordinasikan
dan mengawasi dinas kerja Asisten Apoteker (AA) antara lain mengatur daftar
giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab
masing-masing karyawan.
3) Bertanggung jawab terhadap kelancaran administrasi dan penyimpanan
dokumen penting.
4) Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk
mendukung penggunaan obat yang rasional.
5) Melaksanakan pelayanan swamedikasi.
6) Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi
bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien
kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


41

tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang


diperlukan.
b. Asisten Apoteker
Tugas dan fungsi AA sebagai berikut:
1) Mendata keperluan barang.
2) Mengatur, mengawasi, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di
ruang peracikan.
3) Memberi harga-harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa
kelengkapan resep.
4) Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan
resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan
menyerahkan obat.
5) Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi
bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien
kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi
tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang
diperlukan.
6) Mencatat keluar masuk barang.
7) Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa.
8) Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang
masuk setiap harinya.
9) Membuat salinan resep bila diperlukan.

3.4 Kegiatan di Apotek


Pengadaan atau pembelian perbekalan farmasi, penyimpanan barang,
pembuatan obat racikan, dan penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan di
apotek.

3.4.1 Pengadaan/Pembelian Perbekalan Farmasi


Apoteker Pengelola Apotek dan AA membuat surat pesanan (SP) untuk
melakukan pengadaan perbekalan farmasi yang dilaksanakan melalui pembelian
secara kredit dan dibayar satu kali setiap bulan, yaitu 30 hari setelah pemesanan.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


42

Sebelum dilakukan pengadaan obat, terlebih dahulu dilakukan perencanaan


pengadaan obat berdasarkan kebutuhan dan berdasarkan buku defecta. SamMarie
Healthcare Group memiliki unit usaha berupa Pedagang Besar Farmasi (PBF),
yaitu PT SamMarie Tramedifa. Barang-barang yang dipesan, kemudian diantar
dan disertai dengan faktur sebagai tanda bukti penyerahan barang. Untuk
pemesanan cito disampaikan melalui telepon dimana SP menyusul ketika barang
diantar. Barang yang diterima, diperiksa keadaan fisiknya, tanggal kadaluarsa,
jenis, dan jumlah barang sesuai dengan yang tertera pada faktur dan SP. Asisten
Apoteker atau APA akan menandatangani faktur barang yang diterima apabila
barang yang diterima sesuai dengan pesanan. Faktur asli diberikan kepada
distributor dan lembar kopinya disimpan. Bila sudah cocok dengan faktur maka
barang yang diterima diinput ke komputer dan kartu stok.Alur pemesanan obat di
Apotek SamMarie Basra dapat dilihat di Lampiran 11. Adapun contoh surat
pesanan dan faktur pembelian dapat dilihat pada Lampiran 12. dan Lampiran 13.

3.4.2 Penyimpanan dan Pengeluaran Barang


Barang diterima disimpan berdasarkan bentuk sediaan dan alfabetis
dengan sistem FIFO (First in First Out). Setiap jenis obat yang disimpan disertai
dengan kartu stok (contoh kartu stok dapat dilihat pada Lampiran 14.). Obat
bebas, obat bebas terbatas, suplemen makanan, Over The Counter (OTC), dan
beberapa alat kesehatan diletakkan di etalase. Obat keras (generik dan paten)
diletakkan pada lemari dalam, sedangkan narkotika dan psikotropika disimpan di
lemari khusus. Obat yang membutuhkan penyimpanan khusus pada suhu rendah,
disimpan dalam lemari pendingin.

3.4.3 Penjualan
Kegiatan penjualan yang dilakukan meliputi pelayanan resep, penjualan
obat bebas dan alat kesehatan. Pelayanan resep dokter terdiri dari resep yang
dibayar tunai dan resep yang dibayar kredit melalui kasir RSIA.
a. Penjualan Resep yang dibayar tunai.
Permintaaan obat tertulis dari dokter untuk pasien dan dibayar secara tunai
disebut sebagai penjualan resep yang dibayar tunai.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


43

b. Penjualan Resep yang dibayar kredit.


Permintaaan obat tertulis dari dokter untuk pasien dan dibayar tidak secara
tunai disebut sebagai penjualan resep yang dibayar kredit.
Pasien melakukan pembayaran melalui jasa perusahaan asuransi yang
pembayarannya secara berjangka, berdasarkan perjanjian yang telah disetujui
bersama. Tagihan dibebankan kepada perusahaan yang bersangkutan. Apotek
mengadakan kerja sama dengan empat belas perusahaan asuransi diantaranya
Admedika, Gami medilum, Medika Plaza, PT. Interpay Kalindo, dan lain-lain.
c. Penjualan OTC.
Barang yang dijual tanpa resep dokter disebut penjualan OTC, dan meliputi
obat bebas dan obat bebas terbatas,obat tradisional, kosmetika, perlengkapan
bayi, dan alat kesehatan.

3.5 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika


Pengelolaan obat golongan narkotika dan psikotropika memerlukan
pengawasan yang khusus. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya
penyalahgunaan yang dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya, tidak
saja bagi pengguna tetapi juga bagi masyarakat lainnya. Pengelolaan terhadap
narkotika dan psikotropika meliputi :
3.5.1 Pengadaan Narkotika dan Psikotropika
Pembelian narkotika pada Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma
sebagai distributor tunggal, pembelian tersebut dilakukan dengan menggunakan
surat pesanan narkotika rangkap 4 dimana satu surat pesanan hanya berlaku untuk
1 jenis narkotika dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA)
dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, jabatan, alamat
rumah, nama apotek serta stempel apotek.
Pada pesanan psikotropika dapat dilakukan pada Pedagang Besar Farmasi
resmi khususnya untuk penyaluran psikotropika rangkap 3 dengan menggunakan
surat pesanan psikotropika. Contoh Surat Pesanan Narkotika dan Psikotropika
dapat dilihat pada Lampiran 15. dan Lampiran 16.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


44

3.5.2 Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika


Tempat untuk menyimpan narkotika dan psikotropika berupa lemari
khusus yang saling terpisah satu sama lain dengan kunci yang berbeda. Baik
lemari khusus untuk menyimpan narkotika maupun lemari khusus untuk
menyimpan psikotropika, masing-masing lemari khusus tersebut terbuat dari kayu
yang ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum dengan
kunci yang kuat yang disimpan khusus dalam lemari obat oleh APA. Lemari
khusus penyimpanan narkotika maupun lemari khusus penyimpanan psikotropika,
tidak digunakan untuk menyimpan obat atau barang lain selain narkotika dan
psikotropika. Lemari khusus penyimpanan narkotika dan psikotropika dapat
dilihat pada Lampiran 5.

3.5.3 Pelayanan Resep Narkotika dan Psikotropika


Apotek hanya melayani resep yang mengandung narkotika dari resep asli
atau salinan resep yang berasal dari apotek SamMarie Basra yang belum dilayani.
Narkotika yang dikeluarkan dicatat dalam software pemakaian narkotika untuk
laporan penggunaan narkotika. Untuk psikotropika yang dipakai juga dicatat
dalam software pemakaian psikotropika.

3.5.4 Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika


Setiap bulan, apotek wajib membuat laporan narkotika berdasarkan
pemasukan dan pengeluaran narkotika yang tercatat di buku harian penggunaan
narkotika. Data pemasukan dan pengeluaran narkotika serta psikotropika di
masukkan ke dalam sebuah software khusus. Hasil data laporan dikirim ke Seksi
Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Jakarta Timur dalam bentuk softcopy
dengan tembusan ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan dalam bentuk
hardcopy. Contoh laporan penggunaan narkotik dan psikotropik dapat dilihat pada
Lampiran 17. dan Lampiran 18.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


BAB 4
PEMBAHASAN

Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya


praktik kefarmasian oleh apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker (Presiden RI, 2009a). Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu
bagian dari sistem pelayanan kesehatan untuk membantu mewujudkan tercapainya
kesehatan yang paripurna pada seluruh masyarakat Indonesia. Kegiatan pelayanan
kefarmasian yang semula berorientasi pada pengelolaan obat sebagai komoditas
(drug oriented) telah berubah orientasi menjadi pelayanan komprehensif yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (patient oriented) pasien
(Menteri Kesehatan RI, 2004). Sebagai salah satu sarana pelayanan kefarmasian
maka apotek juga harus melakukan segala kegiatannya dengan orientasi terhadap
pasien. Namun, sebagai suatu badan usaha, sebuah apotek juga harus berusaha
untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal agar kelangsungan operasional
apotek dapat berjalan. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa apotek memiliki
dua fungsi, yaitu fungsi sosial dan fungsi ekonomi.
Pada dasarnya, komoditas bisnis apotek adalah sediaan farmasi yang dapat
mempengaruhi kesehatan manusia (konsumen) sehingga pemerintah mewajibkan
bahwa penanggung jawab di apotek haruslah seorang apoteker yang telah
memperoleh Surat Izin Apotek (SIA). Hal ini bertujuan agar pengelolaan sediaan
farmasi tersebut dapat dilakukan sesuai ilmu kefarmasian yang telah dimiliki oleh
apoteker tersebut dan mencegah terjadinya cedera pada pasien karena pengelolaan
sediaan yang tidak benar.
Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertanggung jawab terhadap seluruh
kegiatan apotek, baik teknis maupun non teknis. Kegiatan teknis di apotek terdiri
dari kegiatan profesional dan manajerial. Kegiatan profesional meliputi kegiatan
yang berkaitan dengan pelayanan farmasi di apotek, mulai dari memeriksa
keabsahan resep, peracikan, pengemasan dan penulisan etiket, pemberian
informasi obat, hingga melakukan monitoring terhadap pasien ataupun
memberikan pelayanan swamedikasi pada pasien. Sementara itu, yang termasuk
45 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


46

dalam kegiatan manajerial meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,


penyimpanan, dan penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat
(konsumen). Seorang apoteker juga harus membina hubungan yang baik dengan
karyawan serta konsumennya agar hubungan yang harmonis dapat menciptakan
suasana kerja yang nyaman sehingga segala kegiatan dia apotek dapat berjalan
dengan lancar. Kemampuan berkomunikasi yang efektif juga penting, termasuk
terhadap rekan sejawat seperti dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan
lainnya agar apotek dapat terus mengalami kemajuan dan mendapat citra yang
baik.
Pada PKPA kali ini, penulis berkesempatan untuk melakukan PKPA di
Apotek SamMarie Basra yang berlokasi di Jalan Basuki Rachamat No. 31 Jakarta
Timur. Lokasi ini merupakan lokasi yang padat penduduk dan ramai dilalui
kendaraan bermotor. Adanya fly over di depan lokasi apotek ini membuat apotek
menjadi tidak terlalu terlihat dari sisi jalan. Namun, karena apotek ini berada satu
bangunan dengan Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) SamMarie Basra dimana
pada rumah sakit ini banyak praktik dokter dilaksanakan, membuat apotek ini
tetap ramai dikunjungi. Karena RSIA SamMarie Basra ditargetkan untuk
konsumen dengan kelas menengah ke atas maka target konsumen dari apotek ini
pun demikian karena jumlah resep yang masuk ke apotek ini sebagian besar dari
RSIA tersebut.
Bangunan apotek SamMarie Basra dibagi menjadi 2 ruangan, yaitu
ruangan bagian depan dan ruangan bagian dalam. Ruangan bagian depan apotek
digunakan sebagai counter untuk penerimaan resep dan penghitungan nilai resep
(kasir), penyerahan obat, dan ruang tunggu. Pada bagian depan apotek juga
terdapat etalase kaca untuk menyimpan produk OTC (Over the Counter) yang
digolongkan berdasarkan alfabetis sehingga jenis obat di apotek tersebut dapat
terlihat langsung oleh konsumen, dan menarik perhatian konsumen untuk
membeli. Ruang tunggu apotek dilengkapi dengan kursi, pendingin ruangan, dan
televisi sehingga pasien dapat merasa nyaman selama menunggu
penyiapan/peracikan obat. Pada bagian depan Apotek SamMarie Basra terdapat
papan nama penunjuk keberadaan apotek yang dilengkapi dengan nama APA, No.
SIK (Surat Izin Kerja), No. SIA (Surat Izin Apotek), dan alamat apotek. Ruang
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


47

tunggu juga selalu dijaga agar tetap bersih agar menambah kenyamanan
pelanggan. Halaman parkir pada apotek ini juga cukup luas karena juga
merupakan halaman parkir untuk rumah sakit dan sebagian besar pasien
menggunakan kendaraan pribadi.
Ruang bagian dalam apotek dibagi menjadi dua, yaitu ruang racik dan
ruang penyimpanan alat-alat kesehatan. Pada ruang racik terdapat lemari tempat
menyimpan obat ethical dan obat generik, serta meja untuk melakukan peracikan
dan penyiapan obat. Terdapat dua meja untuk penyiapan obat, satu meja yang
dilengkapi dengan lemari kecil di bawahnya digunakan untuk meracik obat
dimana pada meja tersebut telah tertata mortir dan alu serta alat pembungkus
puyer dan pada lemari bawahnya tersedia gelas ukur dan zat aktif obat yang
biasanya digunakan untuk meracik sediaan krim atau salep. Meja lainnya
diletakkan di samping meja racik yang biasa digunakan sebagai meja kerja. Meja
kerja tersebut merupakan tempat meletakkan etiket, plastik obat, kertas perkamen
serta timbangan dan merupakan tempat untuk menulis etiket serta pemeriksaan
kembali obat sebelum diserahkan pada konsumen. Kedua meja tersebut diletakkan
di sudut kanan ruang racik. Pada ruang racik juga dilengkapi dengan wastafel
untuk mencuci peralatan racik. Di belakang ruang racik, terdapat satu ruangan lagi
yang merupakan ruang penyimpanan alat-alat kesehatan yang diperlukan untuk
kebutuhan rawat inap rumah sakit.
Apoteker sebagai penanggung jawab kegiatan manajerial di apotek harus
melakukan pengelolaan terhadap sediaan farmasi di apotek dengan baik. Sistem
manajemen dan administrasi di apotek harus diatur seefektif mungkin sehingga
kegiatan apotek dapat berlangsung dengan baik dan lancar serta meminimalisasi
kesalahan. Pada Apotek SamMarie Basra, sistem manajemen dan administrasi
sudah terlaksana cukup baik. Struktur organisasi cukup sederhana dengan SDM
yang terdiri dari PSA, APA, dan Asisten Apoteker (AA) dengan pembagian shift,
yaitu shift utama: shift pagi (pukul 07.00 s.d. 14.00 WIB); shift siang (pukul 14.00
s.d. 21.00 WIB); shift malam (pukul 21.00 s.d. 07.00 WIB) dan shift tambahan:
shift middle (pukul 10.00 s.d. 17.00 WIB) dan shift sore (pukul 15.30 s.d. 22.30
WIB). Pada apotek ini tidak terdapat Apoteker Pendamping sehingga jika APA
tidak berada di tempat pelayanan dilakukan oleh AA.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


48

Salah satu kegiatan rutin di apotek yaitu pengadaan obat-obatan dan


barang yang dilakukan sesuai kebutuhan apotek dengan cara mencatat obat-obatan
yang telah mencapai level stock minimum ke dalam buku permintaan (defecta).
Pengadaan dilakukan dengan memperhatikan arus barang, fast moving atau slow
moving. Pemesanan obat dan perbekalan kesehatan dilakukan setiap hari karena
pemesanan hanya dilakukan pada satu PBF, yaitu PT SamMarie Tramedifa dan
lokasi PBF tersebut dekat dengan apotek. Biasanya PT SamMarie Tramedifa
mengantarkan obat ke Apotek SamMarie Basra pada siang atau sore hari.
Pemesanan obat dengan sistem CITO (segera) dapat dilakukan jika tiba-tiba
terdapat obat yang stoknya sedang kosong atau permintaan obat tersebut
meningkat dengan menelepon langsung PBF tersebut untuk minta diantarkan
segera atau menjemput sendiri obat ke PT SamMarie Tramedia tersebut oleh kurir
apotek.
Obat dan perbekalan kesehatan yang diterima oleh apotek dari PT
SamMarie Tramedifa diperiksa terlebih dahulu sesuai surat pesanan barang, baik
dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Setelah pemeriksaan selesai, faktur
ditandatangi oleh asisten apoteker atau apoteker yang memeriksa dan diberi cap
apotek. Faktur disimpan dan kemudian dicatat dalam kartu stok dan sistem
inventori obat. Faktur asli akan diserahkan ke apotek dan PT SamMarie
Tramedifa menerima tanda tukar faktur. Bila faktur akan jatuh tempo, maka
pembayaran dilakukan secara tunai kepada PT SamMarie Tramedifa oleh bagian
keuangan RSIA SamMarie Basra. Apotek SamMarie Basra melakukan
pembayaran setiap hari Jumat.
Pengadaan untuk narkotika dan psikotropika dilakukan melalui
mekanisme yang berbeda. Pemesanan obat-obatan golongan narkotika dan
psikotropika dilakukan menggunakan surat pesanan khusus yang diisi dan
ditandatangani oleh APA. Surat pesanan ditujukan kepada PT Kimia Farma Tbk.
sebagai distributor tunggal narkotika di Indonesia, dan pembayaran atas pesanan
narkotika dilakukan secara COD (Cash on Delivery). Sementara itu, untuk obat-
obat psikotropika dapat dilakukan melalui PBF yang menyediakan obat tersebut.
Surat pesanan narkotika terdiri dari empat rangkap, yaitu untuk PBF (PT Kimia
Farma Tbk.), Balai POM, pabrik obat (PT Kimia Farma Tbk.), dan arsip apotek.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


49

Dalam satu surat pesanan hanya boleh digunakan untuk satu jenis
narkotika dengan mencantumkan pula jumlah sisa stok yang masih tersedia di
apotek. Sedangkan untuk psikotropika, SP dibuat tiga rangkap yang akan
diserahkan pada PBF, Balai POM, dan arsip. Dalam satu SP psikotropika dapat
digunakan untuk beberapa jenis obat untuk PBF yang sama dan tidak perlu
mencantumkan sisa stok di apotek. Untuk pemesanan narkotika, SP harus
diserahkan terlebih dahulu pada distributor sebelum barang diantarkan.
Penerimaan obat golongan narkotika dan psikotropika dilakukan oleh APA atau
AA.
Penyimpanan obat di apotek SamMarie Basra dilakukan secara alfabetis
berdasarkan bentuk sediaan (padat, cair, semi padat, dan injeksi) serta dibedakan
antara obat generik dan nama dagang. Obat disusun berdasarkan sistem FIFO
(First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out), dimana obat dengan
tanggal kadaluarsa yang lebih cepat diletakkan paling luar atau paling atas agar
dapat keluar lebih dahulu.
Obat disimpan pada lemari kaca sehingga memudahkan untuk
pengambilan obat saat diperlukan serta menghindari obat dari debu, kelembapan,
dan cahaya yang berlebihan. Ruang racik, ruang penyimpanan obat, dan lemari
pendingin selalu diatur kondisi temperaturnya. Untuk ruang racik dan ruang
penyimpanan obat diatur kondisi temperaturnya, yaitu di bawah 25 oC, sementara
untuk lemari pendingin juga diatur kondisi temperaturnya, yaitu di bawah 10 oC.
Pengecekan kondisi temperatur ruang racik, ruang penyimpanan obat, dan lemari
pendingin selalu dilakukan tiga kali sehari, yaitu pada jam 07.00 WIB, 14.00
WIB, dan 21.00 WIB. Pemantauan temperatur pada tempat penyimpanan ini
penting untuk dapat menjaga kestabilan obat sehingga obat yang diterima
konsumen tetap terjaga mutunya. Obat-obat yang memerlukan penyimpanan
khusus dengan temperatur dingin, seperti suppossitoria dan vaksin disimpan pada
lemari pendingin dimana di Apotek SamMarie Basra ini terdapat dua lemari
pendingin.
Penyimpanan narkotika dan bahan baku narkotika serta obat keras tertentu
disimpan dalam lemari khusus terkunci yang terpisah dari lemari obat ethical lain,
dan letaknya tersembunyi dari penglihatan umum. Penyimpanan dan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


50

penggunaannya harus diperhatikan untuk menghindari risiko kehilangan atau


penyalahgunaan obat. Kunci lemari narkotika berada dalam tanggung jawab APA,
tetapi dapat dibuka dengan seizin APA oleh AA yang bertugas pada shift dimana
apoteker sedang bertugas.
Pelayanan yang dilakukan di Apotek SamMarie Basra meliputi dua hal,
yaitu pelayanan resep dan swamedikasi. Pelayanan swamedikasi dilakukan
berdasarkan permintaan pasien tanpa resep dokter terhadap obat bebas, bebas
terbatas, maupun obat wajib apotek. Pelayanan swamedikasi tidak terlalu sering
dilakukan pada apotek ini. Pelayanan resep merupakan pelayanan utama di apotek
ini karena apotek ini berada di dalam rumah sakit. Sebagian besar resep yang
dilayani berasal dari dokter yang praktik di RSIA SamMarie Basra.
Resep yang diberikan oleh pasien akan diperiksa kelengkapannya dan
dihargai oleh apoteker atau asisten apoteker yang sedang bertugas. Pasien
mempunyai hak penuh untuk menentukan jumlah obat yang akan diambil, apakah
langsung tebus seluruhnya atau setengahnya dahulu. Kecuali untuk obat-obat yang
harus diambil semua, maka apoteker atau asisten apoteker akan menjelaskan obat
mana yang sebaiknya ditebus terlebih dahulu. Jika pasien menginginkan obat
diganti dengan harga yang lebih rendah, maka apoteker dapat menghubungi
dokter yang bersangkutan terlebih dahulu. Setelah pasien setuju, pasien akan
membayar resep tersebut di kasir rumah sakit, sementara itu resep disiapkan di
apotek, dikemas, diberi etiket dan obat siap diserahkan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
dinyatakan bahwa sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian obat dengan resep. Setelah kesesuaian
obat dengan resep dikonfirmasi maka dapat dilakukan penyerahan obat kepada
pasien disertai pemberian informasi obat yang perlu bagi pasien oleh APA atau
AA. Saat pengambilan obat, pasien menyerahkan bukti pembayaran yang
diperoleh dari kasir untuk disimpan sebagai arsip di apotek.
Obat golongan narkotika hanya diberikan kepada pasien yang membawa
resep asli dari dokter. Resep yang mengandung narkotika tidak boleh diulang dan
jika tidak ditebus semua maka sisa obat yang belum diambil hanya bisa dibeli
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


51

pada apotek yang sama (apotek asal yang menyimpan resep asli). Resep yang
mengandung narkotika diberi garis merah dan disimpan terpisah dari resep obat
non-narkotika. Untuk obat golongan psikotropika dapat diberikan berdasarkan
resep asli dokter atau salinan resep. Resep ini dapat diulang jika perlu.
Apotek SamMarie Basra melakukan pelaporan penggunaan obat golongan
narkotika dan psikotropika kepada Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta Timur
setiap periode, yatu setiap bulan untuk obat golongan narkotika dan tiga bulan
sekali untuk psikotropika. Untuk obat-bat golongan ini yang rusak atau sudah
kadaluarsa, harus dilakukan pemusnahan yang disaksikan oleh APA, AA, dan
petugas dinas kesehatan serta dibuat berita acara pemusnahannya.
Pengelolaan resep di Apotek SamMarie Basra sudah cukup baik. Semua
resep yang sudah dilayani disimpan setiap harinya dan dipisahkan setiap bulan.
Resep-resep tersebut masih disimpan hingga saat ini dan belum dilakukan
pemusnahan resep.
Dari segi kewirausahaan, Apotek SamMarie Basra selalu berusaha
meningkatkan penjualan dan pelayanan kepada masyarakat. Stok obat diusahakan
sebisa mungkin untuk tidak pernah kosong ataupun over stock. Namun, terkadang
stok obat kosong masih sering terjadi di apotek ini sehingga pemesanan CITO
perlu dilakukan dan mengakibatkan pasien harus menunggu lebih lama dari waktu
yang seharusnya.
Dari segi pelayanan kefarmasian di apotek ini dapat dikatakan cukup baik.
Hal ini terlihat dari pelayanan resep yang diusahakan cepat dan tepat serta
didukung pemberian informasi obat yang sejelas mungkin pada pasien. Namun,
konseling penggunaan obat di apotek ini masih jarang dilakukan.
Fungsi promosi dan edukasi juga belum terlalu terlihat pada apotek ini
karena pada bagian depan apotek tidak terdapat penyebaran leaflet, brosur,
ataupun poster mengenai penggunaan obat.
Selain itu, kegiatan monitoring penggunaan obat dan efek penggunaan
obat yang tidak diinginkan pada apotek ini juga belum terlaksana. Kedua kegiatan
tersebut sebenarnya merupakan salah satu pekerjaan kefarmasian yang perlu
dilakukan apoteker di apotek secara profesional dalam melakukan pelayanan
kesehatan guna meningkatkan kualitas hidup pasien.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


52

Untuk ke depannya diharapkan pada apotek ini, proses konseling dan


monitoring penggunaan obat serta efek obat yang tidak diinginkan dapat
terlaksana. Selain itu, diharapkan fungsi promosi dan edukasi dari apotek ini dapat
lebih dijalankan lagi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang telah dilakukan di
Apotek SamMarie Basra dapat disimpulkan bahwa:

5.1.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Apotek SamMarie Basra memiliki


peran dan fungsi sebagai penanggung jawab dalam pelaksana kegiatan
kefarmasian di apotek baik kegiatan teknis maupun non teknis, meliputi
pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan sarana dan prasarana apotek,
pengelolaan sediaan farmasi (perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan
penyaluran), administrasi, pelayanan resep (skrining resep, penyiapan obat,
penyerahan obat, pemberian informasi obat), dan pelayanan swamedikasi.

5.1.2 Pada pelaksanaan PKPA di Apotek SamMarie Basra, mahasiswa calon


apoteker diberi kesempatan untuk melakukan praktik kefarmasian seperti
penerimaan resep, penyiapan obat (peracikan, penulisan etiket, pengemasan obat,
penyerahan obat beserta pemberian informasi obat), melakukan penyimpanan obat
dan pengecekan suhu ruang penyimpanan serta pengisian kartu stok berdasarkan
faktur. Mahasiswa juga diberi penjelasan mengenai sistem administrasi dan
manajemen di Apotek SamMarie Basra sehingga mahasiswa mendapat
pembekalan yang cukup tentang kegiatan yang berlangsung di apotek.

5.2 Saran
5.2.1 Apotek SamMarie Basra perlu meningkatkan penerapan pelayanan
kefarmasian dalam hal komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada para
pelanggannya sebagai wujud peran apoteker dalam menjalankan praktik
kefarmasian. Fungsi KIE dapat ditingkatkan dengan penyediaan brosur, leaflet,
poster atau majalah kesehatan yang berisi informasi guna meningkatkan

53 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


54

pengetahuan dan perilaku pasien mengenai penggunaan obat. Kegiatan konseling


di Apotek SamMarie Basra serta monitoring penggunaan obat dan efek
penggunaan obat yang tidak diinginkan perlu dilaksanakan.

5.2.2 Perlu dilakukan pengkajian kembali dalam hal perencanaan pengadaan


obat harian untuk menghindari kekosongan stok obat karena pada saat ini
kekosongan stok obat masih terjadi.

5.2.3 Perlu seorang Apoteker Pendamping yang selalu ada di apotek agar
pelayanan kefarmasian dapat berjalan setiap saat dan pengendalian obat narkotika
dan psikotropika lebih terkontrol.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


55

DAFTAR ACUAN

Anief, M. (2001). Manajemen Farmasi. (Cetakan ke-3). Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan


Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004). Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas
dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 28/Menkes/Per/1978 tentang Penyimpanan
Narkotika. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1983). Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus untuk
Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1986). Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nmor. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus Obat
Keras Daftar G. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 347/Menkes/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib
Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993a). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 918/Menkes/Per/X/1993 tentang Pedagang
Besar Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993b). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 919/MENKES/PER/X/1993 tentang Kriteria
Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993c). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993d). Peraturan Menteri Kesehatan


No. 924/Menkes/Per/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No.2.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


56

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (1993e). Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 1176/Menkes/SK/X/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotik No. 3.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Menteri Kesehatan Repbulik Indonesia. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1332/ Menkes/SK/X/2002 Tahun 2002 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian
Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin
Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 25 Tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotik. Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (1997a). Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (1997b). Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (2009a). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta:
Sekretariat Negara Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (2009b). Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (2009c). Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia.

Said, M. U. (2012). Manajemen Apotek Praktis. (Cetakan ke-4 Ed. rev). Jakarta:
PD Wira Putra Kencana.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


LAMPIRAN

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


58

Lampiran 1. Denah lokasi Apotek SamMarie Basra

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


59

Lampiran 2. Desain ruang depan Apotek SamMarie Basra

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


60

Lampiran 3. Desain ruang racik Apotek SamMarie Basra

(a) Meja racik obat (b) Lemari penyimpanan obat

(c) Lemari penyimpanan alat kesehatan

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


61

Lampiran 4. Denah ruangan Apotek SamMarie Basra

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


62

Lampiran 5. Lemari khusus penyimpanan narkotika dan psikotropika

A B A B

A B

Keterangan: A. Lemari khusus penyimpanan narkotika; B. Lemari khusus penyimpanan


psikotropika

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


63

Lampiran 6. Form resep

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


64

Lampiran 7. Salinan resep

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


65

Lampiran 8. Etiket obat

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


66

Lampiran 9. Plastik pembungkus obat

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


67

Lampiran 10. Struktur organisasi Apotek SamMarie Basra

Pemilik
Sarana Apotek

Apoteker
Pengelola
Apotek

Asisten Asisten Asisten Asisten Asisten


Apoteker Apoteker Apoteker Apoteker Apoteker

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


68

Lampiran 11. Alur pemesanan dan penerimaan obat

Petugas mencatat barang yang ingin dipesan

Pemesanan barang ke PBF melalui telepon

Barang dikirim ke apotek pada hari yang sama


setelah pemesanan

Cek kesesuaian barang (nama, jumlah, jenis)


dengan faktur

Cek kondisi fisik barang

Setelah sesuai, faktur ditandatangani dan diberi


cap apotek oleh petugas

Catat barang yang datang sistem komputerisasi


dan kartu stok

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


69

Lampiran 12. Surat pesanan

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


70

Lampiran 13. Faktur pembelian

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


71

Lampiran 14. Kartu stok barang

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


72

Lampiran 15. Surat pesanan narkotika

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


73

Lampiran 16. Surat pesanan psikotropika

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


74

Lampiran 17. Laporan penggunaan narkotika

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


75

Lampiran 18. Laporan penggunaan psikotropika

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


76

(lanjutan)

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI APOTEK SAMMARIE BASRA
JALAN BASUKI RAHMAT No. 31 JAKARTA TIMUR
PERIODE 10 MARET - 29 MARET 2014 DAN 21 APRIL – 12 MEI 2014

PENGKAJIAN TENTANG PERMINTAAN PASIEN RAWAT JALAN


TERHADAP OBAT YANG KOSONG ATAU TIDAK TERSEDIA DI
APOTEK SAMMARIE BASRA PERIODE 10 MARET – 29 MARET 2014

DIAN NOVITASARI, S. Farm.


1306343486

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2014

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


DI APOTEK SAMMARIE BASRA
JL. BASUKI RAHMAT No. 31 JAKARTA TIMUR
PERIODE 10 MARET - 29 MARET 2014 DAN 21 APRIL – 12 MEI 2014

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

DIAN NOVITASARI, S. Farm.


1306343486

ANGKATAN LXXVIII

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
JUNI 2014
ii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
Tugas Khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek SamMarie
Basra yang telah dilaksanakan pada tanggal 10 Maret – 29 Maret 2014 dan 21
April – 12 Mei 2014 .
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker merupakan salah satu sarana
untuk mengembangkan wawasan kefarmasian di Pedagang Besar Farmasi (PBF)
sebelum melakukan pengabdian sebagai Apoteker, dan merupakan salah satu
syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker di
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih yang paling dalam kepada:
1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia. .
2. Bapak Dr. Hayun, M.Si., selaku Ketua Program Pendidikan Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia
3. Bapak Dr. Harmita, Apt., selaku Pembimbing dari Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan.
4. Bapak T. Nebrisa Zagladin Jacoeb, S.Farm., Apt., MARS sebagai Wakil
Direktur Operasional RSIA SamMarie Basra serta sebagai pembimbing
yang telah memberikan bimbingan selama pelaksanaan Praktek Kerja
Profesi Apoteker dan dalam penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker.
5. Ibu Widia, S.Si., Apt, Mba Novi, Mba Evi, Mba Suci, Irma, Zia dan
seluruh karyawan di RSIA SamMarie Basra yang telah banyak
memberikan bantuan selama penulis melaksakan Praktik Kerja Profesi
Apoteker.
6. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Fakultas
Farmasi Universitas Indonesia.
iii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


7. Rekan-rekan Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia angkatan
LXXVIII atas kebersamaan dan dukungan selama menempuh pendidikan.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penulisan
laporan ini.
Demikian laporan PKPA ini disusun, dengan harapan tulisan ini bermanfaat
bagi rekan-rekan sejawat khususnya dan pembaca pada umumnya. Penulis sangat
mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini memberikan manfaat bagi
berbagai pihak. Terima kasih.

Penulis
2014

iv Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii


KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii

BAB 1. PENDAHULUAN .........................................................................................


1
1.1. Latar Belakang .....................................................................................
1 1
1.2. Tujuan Penelitian .................................................................................
2 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3 4


2.1. Perencanaan Kebutuhan Obat .............................................................. 3 4
7
2.2. Pengadaan Obat ....................................................................................
2.3. Pengendalian Persediaan di Apotek…. ................................................ 12 6

BAB 3. METODE PENGKAJIAN ........................................................................... 13


3.1. Lokasi dan Waktu Pengkajian .............................................................13
3.2. Jenis dan Sumber Data .........................................................................
13

BAB 4. HASIL PENGAMATAN .............................................................................


14 30

BAB 5. PEMBAHASAN .................................................................................... 19

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 220


6.1. Kesimpulan….. ............................................................................. 22
6.2. Saran ............................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 23


LAMPIRAN ....................................................................................................... 242

v Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Barang yang Kosong yang Diminta Pasien ......................................... 14


Tabel 4.2. Barang yang Tidak Tersedia yang Diminta Pasien .............................. 16

vi Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 4. 1. Diagram Barang yang Kosong yang Diminta Pasien .......................... 15


Gambar 4.2. Diagram Barang yang Tidak Tersedia yang Diminta Pasien ............... 18

vii Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat merupakan suatu kebutuhan masyarakat dan merupakan suatu
komponen esensial dari suatu pelayanan kesehatan, maka dari itu persepsi
masyarakat tentang hasil dari pelayanan kesehatan adalah menerima obat setelah
berobat ke sarana kesehatan seperti Puskesmas, Poliklinik, Rumah sakit, Dokter
praktek dan lain-lain. Oleh karena pentingnya peran obat dalam pelayanan
kesehatan, maka sangat diperlukan pengelolaan obat yang benar, efektif dan
efisien. Untuk menjaga ketersediaan obat di pelayanan kesehatan dan menjaga
citra pelayanan kesehatan itu sendiri, maka sangatlah penting menjamin
ketersediaan dana yang cukup untuk melakukan penyediaan obat secara efektif
dan efisien.
Apotek merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan
praktek kefarmasian oleh apoteker. Apotek berperan dalam pendistribusian obat
dan perbekalan farmasi serta memberikan pelayanan terpadu kepada masyarakat
untuk memperoleh perbekalan farmasi yang bermutu dan terjamin dengan harga
yang terjangkau. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan berupa pelayanan
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien, berkaitan dengan sediaan farmasi
untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Apotek dipimpin oleh seorang
Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang telah diberi izin untuk mengelola apotek.
Dalam menjalankan tugasnya, Apoteker dibantu oleh beberapa Asisten Apoteker
(AA).
Pelayanan farmasi merupakan kegiatan utama dalam suatu bisnis apotek.
Stok obat merupakan permasalahan operasional yang sering dihadapi oleh apotek.
Jika stok obat terlalu besar, hal ini akan mengakibatkan kerugian bagi apotek
karena akan meningkatkan biaya penyimpanan yang akan menambah biaya
operasional apotek. Jika jumlah stok obat terlalu kecil dan permintaan pelanggan
tidak dapat terpenuhi karena kekurangan persediaan, maka akan mengakibatkan
konsumen kecewa, tertundanya keuntungan atau bahkan dapat mengakibatkan
hilangnya pelanggan karena kemungkinan konsumen tidak akan kembali lagi.

41 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


2

Oleh karena itu, manajemen apotek harus pandai melihat kebutuhan konsumen
sehingga konsumen akan merasa puas karena mendapatkan apa yang
dibutuhkannya. Untuk melihat dan mendapatkan jumlah stok obat yang tepat serta
bisa melihat kebutuhan konsumen, maka manajemen apotek harus sering
mengadakan kajian terhadap masalah tersebut. Seperti melakukan survei pasar,
menganalisa data penjualan, mengamati pola pembeli, dan mengamati keterkaitan
obat yang dibeli oleh konsumen. Salah satu kajian yang bisa dilakukan untuk
mengetahui keinginan konsumen adalah dengan mengamati transaksi penjualan,
melihat stok obat yang kosong dan stok obat yang sering diminta oleh pasien atau
konsumen.
Dalam melakukan pengendalian kebutuhan obat sebaiknya dilakukan dari
tahap perencanaan sampai penggunaan obat. Pengendalian dilakukan pada bagian
perencanaan yaitu dalam penentuan jumlah kebutuhan, rekapitulasi kebutuhan dan
dana. Pengendalian juga diperlukan pada bagian pengadaan yaitu dalam pemilihan
metode pengadaan, dan pemantauan status pemesanan. Di bagian penyimpanan,
pengendalian diperlukan dalam penerimaan dan pemeriksaan obat. Sedangkan
pengendalian di bagian distribusi diperlukan dalam hal pengumpulan informasi
pemakaian dan review seleksi obat.

1.2 Tujuan
a. Mengetahui persentase obat yang kosong dan atau obat yang tidak tersedia
yang diminta oleh pasien di Apotek SamMarie Basra serta saran yang
diberikan oleh pegawai apotek kepada pasien periode 10-29 Maret 2014.
b. Mengetahui alasan kenapa obat/resep sampai ditolak (stok obat kosong).
c. Mengetahui cara mengatasi kekosongan obat saat pasien menebus resep.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perencanaan Kebutuhan Obat (Kementrian Kesehatan RI, 2008)


Perencanaan obat dan perbekalan kesehatan merupakan salah satu fungsi
yang menentukan dalam proses pengadaan obat dan perbekalan kesehatan. Tujuan
perencanaan adalah untuk menetapkan jenis dan jumlah obat dan perbekalan
kesehatan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Pengadaan
obat dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan dibiayai melalui
berbagai sumber anggaran. Berkaitan dengan hal tersebut, mutlak diperlukan
koordinasi dan keterpaduan dalam hal perencanaan pengadaan obat dan
perbekalan kesehatan sehingga pembentukantim perencanaan obat terpadu
merupakan suatu kebutuhan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penggunaan dana melalui koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi.

2.1.1 Manfaat Perencanaan Obat Terpadu


Manfaat dari perencanaan obat terpadu antara lain :
a. Menghindari tumpang tindih penggunaan anggaran.
b. Keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan, dan perencanaan.
c. Kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran.
d. Estimasi kebutuhan obat lebih tepat.
e. Koordinasi antara penyedia anggaran dan pemakai obat.
f. Pemanfaatan dana pengadaan obat dapat lebih optimal.

2.1.2 Proses Perencanaan Obat


Proses perencanaan pengadaan obat diawali dengan kompilasi data yang
disampaikan kemudian diolah menjadi rencana kebutuhan obat dengan
menggunakan teknik-teknik perhitungan tertentu.
2.1.2.1 Tahap Pemilihan Obat
Fungsi pemilihan obat adalah untuk menentukan obat yang benar-benar
diperlukan sesuai dengan pola penyakit. Untuk mendapatkan perencanaan obat
yang tepat, sebaiknya diawali dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yang

43 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


4

meliputi :
a. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang
memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan risiko efek samping
yang akan ditimbulkan.
b. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk menghindari
duplikasi dan kesamaan jenis. Apabila terdapat beberapa jenis obat
dengan indikasi yangsama dalam jumlah yang banyak, maka kita memilih
berdasarkan Drug of Choice dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
c. Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang
lebih baik.
d. Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali jika obat tersebut mempunyai
efek yang lebih baik dibandingkan obat tunggal.
Sebelum melakukan perencanaan obat perlu diperhatikan kriteria yang
digunakan sebagai acuan dalam pemilihan obat, yaitu :
a. Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit.
b. Obat memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti ilmiah.
c. Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan risiko yang minimal.
d. Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas
maupun bioavailabilitasnya.
e. Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dan biaya yang baik.
f. Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa
maka pilihan diberikan kepada obat yang :
1) Sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah.
2) Sifat farmakokinetiknya diketahui paling banyak menguntungkan.
3) Stabilitas yang paling baik.
4) Paling mudah diperoleh.
g. Harga terjangkau.
h. Obat sedapat mungkin sediaan tunggal.
Pemilihan obat didasarkan pada Obat Generik terutama yang tercantum
dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dengan berpedoman pada harga
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yang masih berlaku.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


5

2.1.2.2 Tahap Perhitungan Kebutuhan Obat


Dalam merencanakan kebutuhan obat perlu dilakukan perhitungan secara
tepat. Perhitungan kebutuhan obat dapat dilakukan dengan menggunakan metode
konsumsi dan/atau metode morbiditas.
a. Metode Konsumsi
Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas analisa data
konsumsi obat tahun sebelumnya. Untuk menghitung jumlah obat yang
dibutuhkan berdasarkan metode konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut yaitu pengumpulan dan pengolahan data, analisa data untuk informasi dan
evaluasi, perhitungan perkiraan kebutuhan obat, penyesuaian jumlah kebutuhan
obat dengan alokasi dana.
b. Metode Morbiditas
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola
penyakit. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan pola
penyakit, waktu tunggu, dan stok pengaman. Langkah-langkah perhitungan metde
morbiditas adalah :
1) Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan kelompok umur
penyakit.
2) Menyiapkan data populasi penduduk.
3) Menyediakan data masing-masing penyakit/tahun untuk seluruh
populasi pada kelompok umur yang ada.
4) Menghitung frekuensi kejadian masing-masing penyait/tahun untuk
seluruh populasi pada kelompok umur yang ada.
5) Menghitung jenis, jumlah dosis, frekuensi dan lama pemberian obat
menggunakan pedoman pengobatan yang ada.
6) Menghitung jumlah yang harus diadakan untuk tahun anggaran yang
akan datang.

2.1.2.3 Tahap Penyesuaian Rencana Pengadaan Obat


Dengan melaksanakan penyesuaian rencana pengadaan obat dengan
jumlah data yang tersedia maka informasi yang didapat adalah rencana
pengadaan, skala prioritas masing-masing jenis obat dan jumlah kemasan, untuk

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


6

rencana pengadaan obat tahun yang akan datang. Beberapa teknik manajemen
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dana dalam perencanaan
kebutuhan obat adalah dengan cara :
a. Analisis ABC
Berdasarkan berbagai pengamatan dalam pengelolaan obat, yang paling
banyak ditemukan adalah tingkat konsumsi pertahun hanya diwakili oleh relatif
sejumlah kecil item. Sebagai contoh, dari pengamatan terhadap pengadaan obat
dijumpai bahwa sebagian besar dana obat (70%) digunakan untuk pengadaan,
10% dari jenis/item obat yang paling banyak digunakan sedangkan sisanya sekitar
90% jenis/item obat menggunakan dana sebesar 30%.
Analisa ABC dilakukan dengan mengelompokkan item obat berdasarkan
kebutuhan dananya yaitu :
Kelompok A : Kelompok obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 70% dari jumlah
dana obat keseluruhan.
Kelompok B : Kelompok obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 20% dari jumlah
dana obat keseluruhan.
Kelompok C : Kelompok obat yang jumlah nilai rencana pengadaannya
menunjukkan penyerapan dana sekitar 10% dari jumlah
dana obat keseluruhan.
Langkah-langkah menentukan kelompok A, B, dan C :
1) Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing obat
dengan cara kuantum obat x harga obat.
2) Tentukan rankingnya mulai dari dana terbesar sampai terkecil.
3) Hitung persentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan.
4) Hitung kumulasi persennya.
5) Obat kelompok A termasuk dalam kumulasi 70%.
6) Obat kelompok B termasuk dalam kumulasi > 70% - 90%
7) Obat kelompok C termasuk dalam kumulasi >90% - 100%.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


7

b. Analisa VEN
Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana obat yang
terbatas adalah dengan mengelompokkan obat yang didasarkan kepada dampak
tiap jenis obat pada kesehatan, yaitu :
Kelompok V : Kelompok obat yang vital, antara lain : obat penyelamat,
obat untuk pelayanan kesehatan pokok, obat untuk
mengatasi penyakit-penyakit penyebab kematian terbesar.
Kelompok E : Kelompok obat esensial, dimana obat yang bekerja kausal
yaitu obat yang bekerja pada sumber penyebab penyakit.
Kelompok N : Kelompok obat non-esensial, dimana kelompok obat
penunjang yaitu obat yang kerjanya ringan dan biasa
digunakan untuk menimbulkan kenyamanan atau untuk
mengatasi keluhan ringan.
Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan untuk :
1) Penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan alokasi dana yang
tersedia. Obat-obatan yang perlu ditambah atau dikurangi dapat
didasarkan atas pengelompokkan obat menurut VEN.
2) Dalam penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok
V (Vital) agar diusahakan tidak terjadi kekosongan obat. Untuk
menyusun daftar VEN perlu ditentukan lebih dahulu kriteria
penentuan VEN. Kriteria sebaiknya disusun oleh suatu tim. Dalam
menentukan kriteria, perlu dipertimbangkan kondisi dan
kebutuhan.

2.2 Pengadaan Obat (Kementerian Kesehatan RI, 2008)


Pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibiayai dengan APBN/APBD
dapat dilaksanakan dengan efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan,
adil/tidak diskriminatif dan akuntabel.
Penunjukkan langsung adalah salah satu metode pengadaan barang/jasa
pemerintah sesuai Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah, disamping beberapa
metode pengadaan barang/jasa, yaitu : lelang, pemilihan langsung, maupun

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


8

swakelola.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 bahwa pekerjaan
pengadaan dan distribusi bahan obat, obat dan alat kesehatan dalam rangka
menjamin ketersediaan obat untuk pelaksanaan peningkatan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat yang jenis, jumlah dan harganya telah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan dimasukkan ke dalam kriteria barang/jasa khusus. Pelaksanaan
pengadaan barang/jasa khusus dapat dilakukan dengan metode penunjukkan
langsung.

2.2.1 Tujuan dan Fungsi Pengadaan


Tujuan pengadaan obat dan perbekalan kesehatan adalah :
a. Tersedianya obat dan perbekalan kesehatan dengan jenis dan jumlah yang
cukup sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan.
b. Mutu obat dan perbekalan kesehatan terjamin.
c. Obat dan perbekalan kesehatan dapat diperoleh pada saat diperlukan.

Fungsi pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Apotek yaitu :


a. Fungsi biaya
Menaikkan keuntungan dengan menurunkan biaya pengadaan melalui :
1. Pengaturan sediaan optimal
2. Pengaturan sistem sediaan optimal (administrasi, distribusi,
penjadwalan, dll).
3. Penanganan stok obat yang slow moving, rusak, dan kadaluarsa.
b. Fungsi Perolehan
Mengadakan pengadaan untuk kebutuhan penjualan dengan menetapkan :
1. Kapan barang diperoleh
2. Bagaimana cara memperoleh
3. Siapa pemasoknya
4. Bagaimana memasoknya ke unit/ lini penjualan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


9

Sistem pengadaan barang dikatakan baik bila memenuhi kriteria sebagai


berikut :
a. Terjadi keseimbangan komposisi, misalnya barang fast moving lebih
diprioritaskan daripada yang slow moving.
b. Mampu melayani produk yang diperlukan konsumen.
c. Terjadi keseimbangan antara persediaan dengan seluruh permintaan
(keseimbangan total).
d. Tidak terjadi kelebihan persediaan yang dapat merugikan apotek yang
disebabkan oleh barang yang belum/tidak laku dan sudah kadaluarsa.

Ada empat strategi dalam melakukan pengadaan obat yang baik adalah
(WHO 1999) :
a. Pengadaan yang paling hemat biaya tetapi jumlahnya tepat.
b. Memilih pemasok yang dapat diandalkan dengan produk bermutu tinggi.
c. Memastikan pengiriman yang tepat waktu.
d. Total biaya yang dikeluarkan haruslah serendah mungkin.

2.2.2 Penetapan Kebijaksanaan Pembelian (Moh. Anief, 1995)


Semua pertimbangan harus ditujukan kepada tercapainya pengadaan
(pembelian) barang yaitu :
a. Keseimbangan persediaan dan permintaan barang
b. Semua permintaan konsumen dapat terpenuhi
c. Tidak terjadi kelebihan persediaan
Kebijaksanaan yang diambil harus sesuai dan cukup ekonomis dilihat dari
segi penggunaan dana yang tersedia, efisien dan efektif. Faktor yang harus
diperhatikan adalah :
a. Waktu pembelian
Waktu pembelian adalah kapan suatu produk harus dibeli. Hal tersebut
bukan mengenai tanggal, hari dan bulan, tetapi mengenai keadaan
persediaan barang untuk menetapkan waktu pembelian.
b. Lokasi
Lokasi pemasok harus memudahkan untuk melakukan pembelian agar
dapat diprediksi pada lamanya waktu yang diperlukan antara pesanan dan
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


10

diterimanya barang.
c. Frekuensi dan Volume Pembelian
Makin kecil volume barang yang dibeli, maka makin tinggi frekuensinya
dalam melakukan pembelian. Sebaliknya bila volume pembelian barang
besar maka frekuensi pembelian jadi rendah. Bila frekuensi pembelian
tinggi akan menyebabkan makin banyak volume pekerjaan seperti :
1). Menerima barang yang datang
2). Memeriksa barang yang datang
3). Pencatatan perincian barang atau pembelian
4). Mengatur barang dilemari gudang
5). Mencatat dalam kartu stok
6). Peningkatan pekerjaan administrasi
7). Peningkatan frekuensi pembayaran tagihan
Sebaliknya bila volume pembelian besar akan menurunkan pekerjaan,
tetapi besarnya volume pembelian akan menimbulkan masalah seperti :
1). Diperlukan ruangan penyimpanan barang yang besar
2). Risiko barang yang rusak, kadaluarsa obat menjadi lebih tinggi
3). Pengaruh pada keuangan cukup besar karena banyak tagihan
hutang.
Besarnya volume pembelian ditetapkan berdasarkan kebutuhan dalam
satuan waktu dan unit masing-masing obat. Berhasil tidaknya tujuan usaha
tergantung pada kebijaksanaan dalam pembelian.

2.2.3 Persyaratan Pemasok


Pemilihan pemasok adalah penting karena dapat mempengaruhi kualitas
dan kuantitas obat dan perbekalan kesehatan. Persyaratan pemasok antara lain :
a. Memiliki izin Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang masih berlaku.
b. Pedagang Besar Farmasi terdiri dari pusat dan cabang. Pedagang Besar
Farmasi Pusat dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, sedangkan izin
untuk Pedagang Besar Farmasi Cabang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


11

c. Pedagang Besar Farmasi (PBF) harus memiliki dukungan dari Industri


Farmasi yang memiliki sertifikat CPOB bagi masing-masing jenis sediaan
obat yang dibutuhkan.
d. Pedagang Besar Farmasi harus memiliki reputasi yang baik dalam bidang
pengadaan obat, misalnya dalam pelaksanaan kerjanya tepat waktu.
e. Pemilik dan/atau Apoteker/Asisten Apoteker penanggungjawab PBF tidak
sedang dalam proses pengadilan atau tindakan yang berkaitan dengan
profesi kefarmasian.
f. Mampu menjamin kesinambungan ketersediaan obat sesuai dengan masa
kontrak.

2.2.4 Pemantauan Status Pesanan


Pemantauan status pesanan bertujuan untuk :
a. Mempercepat pengiriman sehingga efisiensi dapat ditingkatkan.
b. Pemantauan dapat dilakukan berdasarkan kepada sistem analisis pareto
VEN.
c. Petugas Instalasi Farmasi memantau status pesanan secara berkala.
d. Pemantauan dan evaluasi pesanan harus dilakukan dengan memperhatikan
nama obat, satuan kemasan, jumlah obat yang diadakan, obat yang sudah
diterima, dan obat yang belum diterima.

2.2.5 Penerimaan dan Pemeriksaan Obat


Penerimaan dan pemeriksaan obat merupakan salah satu kegiatan
pengadaan agar obat yang diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan mutunya
berdasarkan dokumen yang menyertainya, dan dilakukan oleh panitia penerima
yang salah satu anggotanya adalah tenaga farmasi.
Pemeriksaan mutu obat dilakukan secara organoleptik, khusus
pemeriksaan label dan kemasan perlu dilakukan pencatatan terhadap tanggal
kadaluarsa, nomor registrasi dan nomor batch terhadap obat yang diterima. Bila
terjadi keraguan terhadap mutu obat dapat dilakukan pemeriksaan mutu di
Laboratorium yang ditunjuk pada saat pengadaan dan merupakan tanggung jawab
pemasok yang menyediakan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


12

2.3 Pengendalian Persediaan di Apotek (Umar, 2012)


Pengendalian persediaan merupakan suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan obat.
Pengendalian persediaan obat atau kontrol terhadap persediaan stok obat di apotek
memiliki tujuan yaitu menciptakan keseimbangan antara persediaan dan
permintaan obat. Tercapainya keseimbangan tersebut ditentukan oleh :
a. Persediaan obat didasarkan atas kecepatan gerak atau perputaran barang
(slow moving, fast moving) yang merupakan ketentuan paling sederhana
dalam keseimbangan. Obat yang laku keras disediakan dalam jumlah
banyak, sedangkan yang kurang laku disediakan dalam jumlah sedikit.
b. Persediaan obat ditentukan berdasarkan lokasi PBF. Jika lokasi apotek
jauh dari PBF sebaiknya persediaan obat lebih banyak dengan
mempertimbangkan jarak dan lama pemesanan obat dapat dipenuhi.

Pengendalian persediaan sangat penting baik untuk apotek besar maupun


kecil. Persediaan obat merupakan harta paling besar dari sebuah apotek, karena
begitu besar jumlah yang diinvestasikan dalam persediaan, pengendalian
persediaan obat yang tepat memiliki pengaruh kuat dan langsung terhadap
perolehan kembali atas investasi apotek. Pengendalian yang efektif berakibat pada
investasi yang lebih kecil. Untuk suatu laba tertentu, pengendalian stok obat
mengarah pada perolehan yang lebih besar atas investasi. Bila APA dapat
menurunkan persediaan dengan menjual lebih sedikit obat atau dengan
menyingkirkan obat yang tidak mudah dijual dan bila pengurangan ini digunakan
untuk menurunkan modal sendiri, maka perolehan kembali atas modal dengan
sendirinya akan meningkat. Pengendalian persediaan obat juga penting sebab
apotek harus mempunyai stok yang benar agar dapat melayani pasiennya dengan
baik. Apotek harus mempunyai produk yang dibutuhkan pasien dalam jumlah
yang dibutuhkan pasien. Aspek pengendalian persediaan ini jauh lebih sukar
diukur dan dikendalikan, tetapi sama pentingnya juga. Bila pada sebuah apotek
umum tidak tersedia obat yang dibutuhkan pasiennya pada waktu mereka
memerlukan, apotek kehilangan penjualan. Bila hal ini sering terjadi, maka apotek
akan kehilangan pelanggan.
Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


BAB 3
METODE PENGKAJIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Pengkajian


Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 10 Maret – 29 Maret 2014 yang
bertempat di Apotek SamMarie Basra, Jalan Basuki Rahmat No.31 Jakarta Timur.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Pengkajian ini dilakukan secara observasional. Data yang digunakan
adalah nama merek dagang suatu obat yang diminta pasien atau yang sesuai
dengan resep terhadap stok obat yang kosong ataupun tidak tersedia di apotek
serta saran yang diberikan oleh pihak apotek kepada pasien. Pengkajian ini
dilakukan sesuai dengan jadwal shift yang diberikan oleh Apotek SamMarie
kepada mahasiswa PKPA yaitu shift middle (pukul 10.00 – 15.00 WIB) dan shift
siang (pukul 14.00 – 19.00 WIB).

13
4 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


BAB 4
HASIL PENGAMATAN

4.1 Obat yang Kosong yang di Minta Pasien


Obat yang kosong yang diminta pasien adalah obat yang diminta pasien
tetapi stok barang di apotek sedang habis atau kosong.

Tabel 4.1 Obat yang Kosong yang Diminta Pasien


Nama Obat Jumlah Permintaan Persentase (%)
®
Ardium 1 1,20
®
Amoksan 4 4,82
®
Carnico 1 1,20
®
Cefat 1 1,20
®
Cefixime Tab 1 1,20
®
Cortidex 1 1,20
®
Ezerra Body Cleanser 1 1,20
®
Fluimucyl 5 6,02
®
Flagyl Tab 1 1,20
®
Lapicef Kapsul 1 1,20
®
Lapimuc 44 53,01
®
Nifural Syr 1 1,20
®
Na. Diklofenak 1 1,20
®
Methyl Prednisolone 2 2,41
®
Sanmol Tab 1 1,20
®
Sanmol Syr 1 1,20
®
Salbutamol 1 1,20
®
Spiradan 1 1,20
®
Rhinos Neo Drop 2 2,41
®
Theragran 1 1,20
®
Triaminic 1 1,20
®
Tribestan 1 1,20
®
Rhinos Junior 1 1,20
®
Rhinofed Tablet 1 1,20
®
Vitamin C 7 8,43

4
14 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


15

Gambar 4.1 Diagram Obat yang Kosong yang Diminta Pasien

Diagram Obat Kosong yang Diminta


45
Pasien
40
Jumlah Permintaan

35

30

25

20

15

10

Rhinos Junior
Na. Diklofenak
Cortidex

Vitamin C
Cefat
Amoksan

Lapimuc
Lapicef Kapsul

Spiradan
Ardium

Fluimucyl

Triaminic
Tribestan
Carnico

Sanmol Syr
Nifural Syr

Salbutamol

Theragran
Flagyl Tab
Cefixime Tab

Sanmol Tab

Rhinos Neo Drop

Rhinofed Tablet
Ezerra Body Cleanser

Methyl Prednisolone

Nama Obat

4.2 Obat yang Tidak Tersedia yang di Minta Pasien


Obat yang tidak tersedia yang diminta pasien adalah obat yang diminta
pasien tetapi apotek memang tidak menyediakannya.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


16

Tabel 4.2 Obat yang Tidak Tersedia yang Diminta Pasien


Nama Obat Jumlah Permintaan Persentase (%)
®
Acran 3 1,32
®
Tiriz 27 11,84
®
Tramenza 41 17,98
®
Prolic 1 0,44
®
Eflagen 1 0,44
®
Zaldiar 1 0,44
®
Sanmol Tab 4 1,75
®
Folavit 32 14,04
®
Bactroban Cream 2 0,88
®
Velocef 1 0,44
®
Spirasin 12 5,26
®
Dumoxin 18 7,89
®
Vometa 2 0,88
®
Isoprinol syr 7 3,07
®
Kalmetason 1 0,44
®
Mefinal 1 0,44
®
Transamin 5 2,19
®
Neuropiron 1 0,44
®
Rantin 2 0,88
®
Candistatin 4 1,75
®
Klaneksi 2 0,88
®
Bestalin 2 0,88
®
Ossoral 3 1,32
®
Rovamycin 1 0,44
®
Metronidazol 3 1,32
®
Dexamethasone 1 0,44
®
Medrol 2 0,88
®
Vladoxin 1 0,44
®
Cetrizine 1 0,44
®
Pantoprazole 1 0,44

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


17

®
Ziffin 2 0,88
®
Ondansentron 3 1,32
®
Fluimucyl 7 3,07
®
Mycostatin 2 0,88
®
Terbinafin 1 0,44
®
Physiogel 1 0,44
®
Dermovel 1 0,44
®
Salborn 1 0,44
®
Estrin 1 0,44
®
Proferti l 1 0,44
®
Encephabol 1 0,44
®
Promag 1 0,44
Tissue Kering 1 0,44
®
Antasida Tab 1 0,44
®
Sagestan Cream 2 0,88
®
Evion 1 0,44
®
Folaplus 1 0,44
®
Cohistan 1 0,44
®
Prolecta 1 0,44
®
Ciproxin 3 1,32
®
Desirol 1 0,44
®
G.G Tab 1 0,44
®
Bricasma 1 0,44
®
Decubal 1 0,44
®
Betasone Cream 1 0,44
®
Monuril 1 0,44
®
dexamethasone Inj 1 0,44
®
Cortidex 1 0,44
®
Proveta 1 0,44
®
Vagistatin 1 0,44
®
Fusicon 1 0,44
®
Isoprinol Tab 1 0,44

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


Jumlah Permintaan

10
15
20
25
30
35
40
45

0
5
Acran
Tramenza
Eflagen
Sanmol Tab
Bactroban cr
Spirasin
Vometa
Kalmetason
Transamin
Rantin
Klaneksi
Ossoral
Metronidazol
Medrol
Cetrizine
Ziffin
Fluimucyl
Terbinafin
Dermovel

Nama Obat
Estrin

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


Diminta Pasien

Encephabol
Tissue Kering
Sagestan Cream
Folaplus
Gambar 4.2 Diagram Obat yang Tidak Tersedia yang Diminta Pasien

Prolecta
Desirol
Bricasma
Diagram Obat yang Tidak Tersedia yang

Betasone Cream
dexamethason…

Universitas Indonesia
18

Proveta
Fusicon
BAB 5
PEMBAHASAN

Apotek sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan diharapkan dapat


meningkatkan derajatkesehatan masyarakat. Bisnis farmasi, khususnya apotek
tidak lepas dari persaingan yang semaki keras dan global. Salah satu obyek
manajemen di apotek yang penting adalah manajemen pengadaan dan persediaan
perbekalan farmasi.
Manajemen persediaan adalah jantung dari sistem persediaan obat.
Timbulnya kekosongan persediaan disebabkan karena tidak sinkronnya
permintaan dan penyediaan. Ketersediaan atau kelengkapan sediaan atau
perbekalan farmasi di suatu apotek merupakan faktor penting yang menjadi salah
satu cara untuk memberikan kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan dapat
mempengaruhi minat untuk kembali ke apotek yang sama.
Tugas khusus ini dilakukan dengan mengevaluasi barang/obat yang
kosong dan barang yang tidak tersedia yang di minta pasien di Apotek SamMarie
periode 10 Maret – 29 Maret 2014. Pengamatan ini dilakukan dengan pencatatan
barang yang kosong dan barang yang tidak tersedia yang diminta pasien serta
saran yang diberikan oleh AA kepada pasien jika barang yang diminta kosong
atau tidak tersedia. Pencatatan dilakukan perharinya atas permintaan barang yang
kosong dan tidak tersedia di Apotek SamMarie. Dari data yang diperoleh perhari
selalu didapat barang yang kosong dan yang tidak tersedia yang diminta pasien.
Beberapa alasan yang menyebabkan permintaan pasien tidak terpenuhi, misalnya
stok barang habis, adanya kekosongan stok dari Tramedifa sebagai distributor dari
Apotek SamMarie ini, kekurangan pada saat pemesanan, atau adanya sistem
manajemen pengendalian persediaan yang tidak stabil.
Dari data hasil pengamatan yang didapat, permintaan barang yang kosong
yang paling sering di Apotek adalah obat untuk saluran nafas seperti lapimuc®
dengan jumlah sebanyak 44 permintaan. Hal ini dikarenakan kekosongan stok dari
Tramedifa sebagai distributor Apotek SamMarie Basra (tidak masuk formularium
rs) dimana rumah sakit menjadi konsumen utama apotek tersebut. Sedangkan
permintaan yang paling sering terhadap barang yang tidak tersedia adalah obat

19
4 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


20

saluran nafas seperti Tramenza® yaitu sebanyak 41 permintaan. Penggunaan obat


Tramenza® di Apotek SamMarie Basra lebih banyak diresepkan oleh dokter untuk
pasien anak-anak dalam bentuk resep racikan. Banyaknya permintaan obat
Tramenza® dikarenakan perubahan cuaca yang memungkinkan timbulnya
penyakit saluran nafas seperti flu dan batuk pada anak-anak. Selain itu juga
dikarenakan ketidaktersedianya stok obat diTramedifa sebagai distributor Apotek
SamMarie Basra serta ketidaktahuan dokter akan Formularium Obat di Rumah
Sakit Ibu dan Anak SamMarie Basra. Agar pasien tidak merasa kecewa dan tetap
mendapatkan resep racikan untuk buah hatinya, maka Asisten Apoteker
mengganti obat merek Tramenza® dengan obat merek lainnya yang digunakan
pada Apotek SamMarie Basra tetapi memiliki kandungan zat aktif dan khasiat
yang sama yaitu obat dengan merek Eflin®. Penggantian obat merek Tramenza®
dengan obat merek Eflin®oleh Asisten Apoteker di Apotek SamMarie Basra
dilakukan dengan adanya izin dari dokter.
Adapun permintaan barang kosong yang paling sedikit jumlahnya yaitu
salah satunya obat untuk nyeri tungkai sebesar 1 permintaan. Permintaan yang
sedikit itu karena obat tersebut merupakan obat slow moving di Apotek SamMarie
Basra dan juga karena penyakit tersebut jarang terjadi pada pasien yang datang ke
RSIA SamMarie Basra, sehingga Apoteker membatasi stok obat tersebut.
Sedangkan permintaan barang yang tidak tersedia yang paling sedikit jumlahnya
yaitu obat untuk penyakit Osteoporosis sebesar 1 permintaan. Permintaan yang
sedikit itu dikarenakan permintaan obat tersebut di Apotek SamMarie yang sangat
jarang dan mungkin karena Tramedifa sebagai distributor Apotek SamMarie
Basra memang tidak menyediakan obat tersebut.
Upaya yang dilakukan oleh pihak Apotek SamMarie Basra (Apoteker atau
Asisten Apoteker) agar pasien tidak kecewa yaitu dengan mencoba memberi saran
kepada pasien seperti menawarkan obat dengan merek lain atau obat dari pabrik
lain yang memiliki zat aktif yang sama dan efek terapi yang sama. Namun jika
pasien tetap menginginkan obat tersebut, maka pihak Apotek SamMarie Basra
memberikan saran agar pasien tersebut dapat membeli ke apotek lain yang
menyediakan obat tersebut.
Berdasarkan dari kekosongan barang/obat yang terjadi diketahui bahwa

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


21

penyebabnya yaitu tidak dijalankannya perhitungan buffer stock/safety stock yang


telah ada. Buffer stock/ safety stock adalah stok minimal barang atau persediaan
barang/ jumlah obat yang dicadangkan dalam keadaan tidak menentu pada
pemesanan obat yang mungkin dapat terjadi apabila permintaan obat meningkat
atau keterlambatan datangnya obat ke apotek untuk mencegah terjadinya
kekosongan barang/obat (stockout). Walaupun sistem pengadaan barang telah
diatur sebaik mungkin terkadang kekosongan barang dapat terjadi di Apotek,
kemungkinan hal ini terjadi karena kekosongan stok dari distributor atau tidak
terdeteksinya obat yang hampir habis. Setiap membuka komputer dan saat
program pada komputer tampil untuk pertama kalinya, maka komputer akan
menampilkan stok minimum. Seharusnya hal ini diketahui dan dijalankan oleh
Apoteker atau Asisten Apoteker yang bertugas di bagian pengadaan obat.
Pengelolaan persediaan sebaiknya harus dapat dilakukan lebih baik lagi
dengan melakukan pengendalian atau pengawasan terhadap persediaan. Adapun
fungsi pengendalian persediaan lainnya adalah menghilangkan keterlambatan
pengiriman obat yang dibutuhkan, menghilangkan risiko jika barang yang di
pesan tidak baik dan harus dikembalikan, menghilangkan risiko terjadinya
kenaikan harga barang, memberikan pelayanan kepada pasien dengan tersedianya
barang yang mereka perlukan, mengantisipasi lonjakan permintaan yang tidak
dapat diprediksi. Sebaiknya penanggung jawab pembelian adalah seorang asisten
apoteker. Seorang AA akan memverifikasi obat apa saja yang akan dibeli
sehingga sesuai dengan rencana pembelian dan kebutuhan.

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


22

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap barang yang kosong dan
tidak tersedia yang diminta pasien di Apotek SamMarie Basra pada tanggal 10
Maret – 29 Maret 2014, maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Permintaan barang yang kosong yang paling sering diminta pasien adalah
obat saluran nafas seperti Lapimuc® dengan jumlah sebanyak 44 permintaan,
dan obat yang tidak tersedia adalah obat saluran nafas seperti Tramenza®
dengan jumlah sebanyak 41 permintaan.
b. Permintaan barang kosong dan barang yang tidak tersedia di Apotek
SamMarie Basra yaitu salah satunya obat untuk nyeri tungkai seperti
Ardium® dan obat untuk Osteoporosis seperti Ossoral® dengan masing-
masing jumlah sebanyak 1 (satu) permintaan.
c. Beberapa alasan yang menyebabkan permintaan pasien tidak terpenuhi, yaitu
stok barang habis, adanya kekosongan stok dari Tramedifa sebagai distributor
dari Apotek SamMarie, kekurangan pada saat pemesanan, atau adanya sistem
manajemen pengendalian persediaan yang tidak stabil.

6.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah :
a. Sebaiknya melakukan pengecekan secara teliti terhadap perbekalan
farmasi yang telah habis sehingga kekosongan persediaan dapat dihindari.
b. Setiap barang yang ada harus mempunyai buffer stock/safety stock dan
dijalankan oleh Apoteker atau Asisten Apoteker yang bertugas dalam
melakukan pengadaan obat.
c. Sebaiknya ditujuk 1 orang Asisten Apoteker khusus untuk penanggung
jawab bagian pengadaan sehingga ia dapat memverifikasi kegiatan yang
berlangsung,

22 Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


23

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. (1996). Pengantar Administrasi Kesehatan. Third Edition.


Jakarta: Binarupa Aksara.

Herbert, Simon. (1991). Journal of Economic Perspectives:Organizations and


Markets. Vol. 5, no.2

Kementerian Kesehatan RI. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 1148/MENKES/PER/VI/2011 tentang Pedagang Besar
Farmasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan RI. (2008). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor


1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat
Publik dan Perbekalan Kesehatan Untuk Pelayanan Kesehatan Dasar.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. (2012). Pedoman Teknis
Cara Distribusi Obat yang Baik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia.

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa


Pemerintah. Jakarta

Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas


Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Jakarta

Said, M. Umar. (2012). Manajemen Apotek Praktis. Solo: CV. Ar-rahman

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


24

LAMPIRAN

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


25

PERMINTAAN PASIEN TERHADAP BARANG KOSONG DI APOTEK


SAMMARIE BASRAPERIODE 10 MARET – 29 MARET 2014

Tanggal Nama Obat Jumlah Solusi Golongan Terapi


10-Maret 2014 Lapimuc 1 Mucopect Obat Saluran Nafas
Theragran 1 Maxivit Vitamin
11-Maret 2014
Lapimuc 2 Mucopect Obat Saluran Nafas
Lapimuc 2 Mucopect Obat Saluran Nafas
Fluimucyl 2 Pectosil Obat Saluran Nafas
12-Maret 2014
Sanmol syr 1 Tempra Analgesik-Antipiretik
Triaminic 1 Actifed Obat Saluran Nafas
Lapimuc 1 Mucopect Obat Saluran Nafas
13-Maret 2014
Amoxan 2 kalmoxicillin Antibakteri Oral
Fluimucyl 3 Pectosil Obat Saluran Nafas
Amoxan 1 kalmoxicillin Antibakteri Oral
14-Maret 2014
Cortidex 1 dexamethasone Kortikosteroid Oral
Lapimuc 5 Mucopect Obat Saluran Nafas
15-Maret 2014 Lapimuc 3 Mucopect Obat Saluran Nafas
16-Maret 2014 Sanmol 1 pyrexin Analgetik-Antipiretik
17-Maret 2014 Lapimuc 3 Mucopect Obat Saluran Nafas
18-Maret 2014 Lapimuc 6 Mucopect Obat Saluran Nafas
Cefat 1 Cefacef Antibakteri Oral
Methyl
1 Lameson Kortikosteroid Oral
Prednisolone
Tribestan 1 Vitan Obat Fertilitas
19-Maret 2014 Salbutamol 1 Lasal Obat Saluran Nafas
Rhinos neo
1 Alco drop Obat Saluran Nafas
drop
Ezerra body
1 Ceraklin Lain-lain
cleanser
Lapimuc 2 Mucopect Obat Saluran Nafas
Lapimuc 4 Mucopect Obat Saluran Nafas
Amoxan 1 kalmoxicillin Antibakteri Oral
20-Maret 2014 Na.Diklofenak 1 kaflam NSAID
Beli di Apotek
Spiradan 1 Antibakteri Oral
lain
Rhinos junior 1 alco plus Obat Saluran Nafas
21-Maret 2014
Lapimuc 1 Mucopect Obat Saluran Nafas

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


26

Lapimuc 8 Mucopect Obat Saluran Nafas


Methyl
22-Maret 2014 1 lameson Kortikosteroid Oral
Prednisolone
Rhinofed
1 Eflin Obat Saluran Nafas
tablet
Rhinos neo
24-Maret 2014 1 alco drop Obat Saluran Nafas
drop
26-Maret 2014 Vitamin C 4 Vitamin C IPI Vitamin
Beli di Apotek
Ardium 1 Obat Nyeri Tungkai
lain
Lapicef kapsul 1 roxicap Antibakteri Oral
27-Maret 2014 Cefixime
1 Cefila tab Antibakteri Oral
tablet
Lapimuc 5 Mucopect Obat Saluran Nafas
Vitamin C 3 Vitamin C IPI Vitamin
28-Maret 2014 Flagyl tab 1 Trichodazol Antibakteri
Beli di Apotek
Carnico 1 Lain-lain
lain
29-Maret 2014 Lapimuc 1 Mucopect Obat Saluran Nafas
Nifural syr 1 Neo Kaominal Obat Diare
Lapimuc 8 Mucopect Obat Saluran Nafas
Methyl
22-Maret 2014 1 lameson Kortikosteroid Oral
Prednisolone
Rhinofed
1 Eflin Obat Saluran Nafas
tablet
Rhinos neo
24-Maret 2014 1 alco drop Obat Saluran Nafas
drop
26-Maret 2014 Vitamin C 4 Vitamin C IPI Vitamin
Beli di Apotek
Ardium 1 Obat Nyeri Tungkai
lain
Lapicef kapsul 1 roxicap Antibakteri Oral
27-Maret 2014 Cefixime
1 Cefila tab Antibakteri Oral
tablet
Lapimuc 5 Mucopect Obat Saluran Nafas
Vitamin C 3 Vitamin C IPI Vitamin
28-Maret 2014 Flagyl tab 1 Trichodazol Antibakteri
Beli di Apotek
Carnico 1 Lain-lain
lain
29-Maret 2014 Lapimuc 1 Mucopect Obat Saluran Nafas
Nifural syr 1 Neo Kaominal Obat Diare

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


27

PERMINTAAN PASIEN TERHADAP BARANG YANG TIDAK


TERSEDIA DI APOTEK SAMMARIE BASRA
PERIODE 10 MARET – 29 MARET 2014

Tanggal Nama Obat Jumlah Solusi Golongan Terapi


Tiriz 1 Histrine Antihistamin
Tramenza 2 Eflin Obat Saluran Nafas
Prolic 1 Glomacin Antibakteri Oral
10-Maret 2014 Eflagen 1 Kaflam NSAID
Zaldiar 1 Analtram Antirematik
Sanmol Tab 1 Pyrexin Analgesik antipiretik
Folavit 1 Fionat Vitamin
Bactroban Cream 1 Bactoderm Antibakteri Topikal
Tramenza 1 Eflin Obat Saluran Nafas
Velocef 1 Lovecef Antibakteri Oral
11-Maret 2014 Spirasin 3 Spiradan Antivirus
Folavit 5 Fionat Vitamin
Dumoxin 1 Dotur Antibakteri Oral
Acran 1 Merzatidin Obat Saluran Cerna
Tramenza 4 Eflin Obat Saluran Nafas
Vometa 1 Dominal Obat Saluran Cerna
12-Maret 2014
Dumoxin 3 Dotur Antibakteri Oral
Spirasin 1 Spiradan Antivirus
Spirasin 3 Spiradan Antivirus
Folavit 5 Fionat Vitamin
Tramenza 5 Eflin Obat Saluran Nafas
13-Maret 2014 Tiriz 1 Histrine Antihistamin
Isoprinol Syr 1 Isoprinosine Syr Antivirus
Kalmetason 1 Camidexon Kortikosteroid Oral
Dumoxin 2 Dotur Antibakteri Oral
Analgesik Non
Mefinal 1 Camistan
Narkotik
Transamin 1 Kalnex Hemostatik
Isoprinol Syr 1 Isoprinosine Syr Antivirus
Tramenza 3 Eflin Obat Saluran Nafas
14-Maret 2014 Analgesik Non
Neuropiron 1 Neuralgin
Narkotik
Rantin 1 Merzatidin Obat Saluran Cerna
Candistatin 2 Candistin Antifungi
Tiriz 3 Histrine Antihistamin
Klaneksi 1 Capsinat Antibakteri Oral

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


28

Tramenza 2 Eflin Obat Saluran Nafas


Tiriz 3 Histrine Antihistamin
Folavit 1 Fionat Vitamin
Beli di Apotek
Bestalin 1
15-Maret 2014 Lain Antihistamin
Obat Tulang
Ossoral 1 Cal-95
(Osteoporosis)
Rovamycin 1 Spiradan Antivirus
Metronidazol 1 Trichodazol Antibakteri Oral
Metronidazol 1 Trichodazol Antibakteri Oral
Dexamethasone 1 Prodexon Kortikosteroid Oral
16-Maret 2014
Isoprinol Syr 1 Isoprinosine Syr Antivirus
Medrol 2 lameson Kortikosteroid Oral
Tiriz 1 Histrine Antihistamin
Vladoxin 1 Dotur Antibakteri Oral
Cetrizine 1 Histrine Antihistamin
17-Maret 2014
Tramenza 1 Eflin Obat Saluran Nafas
Candistatin 1 Candistin Antifungi
Pantoprazole 1 Lansoprazole Obat Saluran Cerna
Ziffin 2 Zarom Antibakteri Oral
Folavit 5 Fionat Vitamin
Ondansentron 2 Vomceran Obat saluran Cerna
Fluimucyl 1 Pectosil Obat Saluran Nafas
18-Maret 2014 Tramenza 2 Eflin Obat Saluran Nafas
Mycostatin 1 Candistin Antifungi
Tiriz 1 Histrine Antihistamin
Dumoxin 3 Dotur Antibakteri Oral
Transamin 1 Kalnex Hemostatik
Terbinafin 1 Mycostop Antifungi
Physiogel 1 Ezerra Lotio Lain-lain
Dermovel 1 Elocon Antiinflamasi Topikal
Transamin 1 Kalnex Hemostatik
19-Maret 2014
Spirasin 3 Spiradan Antivirus
Folavit 2 Fionat Vitamin
Dumoxin 2 Dotur Antibakteri Oral
Acran 1 Merzatidin Obat saluran Cerna
Isoprinol Syr 1 Isoprinosine Syr Antivirus
Salborn 1 Lasal Obat Saluran Nafas
Tramenza 5 Eflin Obat Saluran Nafas
20-Maret 2014 Tiriz 2 Histrine Antihistamin
Fluimucyl 1 Pectosil Obat Saluran Nafas
Estrin 1 Histrine Antihistamin
Dumoxin 3 Dotur Antibakteri Oral

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


29

Transamin 2 Kalnex Hemostatik


Profertil 1 Dipthen Induktor
Metronidazol 1 Trichodazol Antibakteri Oral
Candistatin 1 Candistin Antifungi
Folavit 2 Fionat Vitamin
Tramenza 1 Eflin Obat Saluran Nafas
Fluimucyl 1 Pectosil Obat Saluran Nafas
21-Maret 2014 Mycostatin 1 Candistin Antifungi
Beli di Apotek
Encephabol 1
Lain Lain-lain
Beli di Apotek
Promag 1
Lain Obat saluran Cerna
Tissue Kering 1 Beli di Luar Lain-lain
Tiriz 3 Histrine Antihistamin
Folavit 2 Fionat Vitamin
Sanmol Tab 2 Pyrexin Analgesik antipiretik
Antasid Tab 1 Mylanta tab Obat Saluran Cerna
Tramenza 1 Eflin Obat Saluran Nafas
22-Maret 2014 Ossoral 2 Cavit-D3 Vitamin
Sagestan Cream 2 Garamycin Antibakteri Topikal
Evion 1 Dalfarol Vitamin
Folaplus 1 Fionat Vitamin
Cohistan 1 Sanadryl Obat Saluran Nafas
Prolecta 1 Folamil Genio Vitamin
Tramenza 3 Eflin Obat Saluran Nafas
Tiriz 2 Histrine Antihistamin
24-Maret 2014 Folavit 1 Fionat Vitamin
Isoprinol Syr 1 Isoprinosine Syr Antivirus
Sanmol Tab 1 Pyrexin Analgesik antipiretik
Tramenza 1 Eflin Obat Saluran Nafas
Ondansentron 1 Vomceran Obat saluran Cerna
Ciproxin 2 Ciprec Antibakteri Oral
25-Maret 2014 Spirasin 2 Spiradan Antivirus
Folavit 3 Fionat Vitamin
Dumoxin 2 Dotur Antibakteri Oral

Desirol 1 F.G Troches Obat Saluran Nafas


Dumoxin 1 Dotur Antibakteri Oral
Fluimucyl 3 Pectosil Obat Saluran Nafas
26-Maret 2014 Tramenza 4 Eflin Obat Saluran Nafas
G.G Tab 1 Dextrometorphan Obat Saluran Nafas
Folavit 1 Fionat Vitamin
Tiriz 1 Histrine Antihistamin

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014


30

Bricasma 1 Lasmalin Obat Saluran Nafas


Beli di Apotek
Decubal 1
Lain Obat Topikal
Betason Cream 1 Beprasone Cream Antiekzem
Tiriz 4 Histrine Antihistamin
Claneksi 1 Capsinat Antibakteri Oral
Beli di Apotek
Monuril 1
Lain Antibakteri Oral
Dexamethasone
1 Camidex
inj Kortikosteroid Inj
Tramenza 3 Eflin Obat Saluran Nafas
27-Maret 2014 Rantin 1 Merzatidin Obat saluran Cerna
Ciproxin 1 Ciprec Antibakteri Oral
Acran 1 Merzatidin Obat saluran Cerna
Fluimucyl 1 Pectosil Obat Saluran Nafas
Dumoxin 1 Dotur Antibakteri Oral
Folavit 2 Fionat Vitamin
Vometa 1 Dominal Obat saluran Cerna
Isoprinol Syr 1 Isoprinosine Syr Antivirus
Cortidex 1 Prodexon Kortikosteroid Oral
Folavit 1 Fionat Vitamin
Proveta 1 Prothyra Kontraseptik
28-Maret 2014
Vagistatin 1 Flagystatin Antibakteri ovula
Tiriz 2 Histrine Antihistamin
Fusicon 1 afucid Antibakteri Topikal
Bactroban Cream 1 Bactoderm Antibakteri Topikal
Beli di Apotek
Bestalin 1
Lain Antihistamin
Folavit 1 Fionat Vitamin
29-Maret 2014
Tramenza 3 Eflin Obat Saluran Nafas
Tiriz 3 Histrine Antihistamin
Isoprinol Syr 1 Isoprinosine Syr Antivirus
Isoprinol Tab 1 Isoprinosine Antivirus

Universitas Indonesia

Laporan praktek..., Dian Novitasari, FF UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai