Standarisasi: serangkaian parameter, prosedur, cara dan hasil pengujian yg erat kaitannya dg penetapan mutu, baik
dari segi kimia, fisika, dan biologi.
Jadi standarisasi untuk cakupan penelitian tidak perlu dilakukan, karena siapa yg akan mengikuti penelitian orang
lain? Jarang sekali. Tetapi standarisasi untuk keperluan industri wajib dilakukan, karena pemakaiannya untuk
masyarakat luas. Standarisasi dalam penelitian cukup lakukan karakterisasi saja.
- Keseragaman (supaya tidak merusak formula dan khasiat): yg perlu seragam ialah bahan baku dan produk
jadinya.
- Keberadaan senyawa aktif, sehingga bisa dipercaya efek farmakologinya. Dan efek farmakologi bukan
ditentukan oleh produsen OT, tetapi berdasarkan penelitian dan uji-uji, baik praklinik maupun klinik.
- Kesamaan dosis, sehingga efek farmakologi yg ditimbulkan seragam dan mempermudah pemberian OT pada
masyarakat.
- Stabilitas senyawa aktif, agar tidak merubah khasiat.
- Mencegah pemalsuan, dengan adanya standarisasi masyarakat dapat membedakan produk asli dan palsu.
- Uji klinis, meyakinkan masyarakat mengenai keamanana dan khasiat produk.
Apa saja yang perlu distandarisasi dari proses dan hasil produk OT?
- Simplisia
- Ekstrak
- Proses
- Produk
Simplisia: bahan alam yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami perubahan apapun, kecuali
dinyatakan lain. Umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan.
PROSES OBAT HERBAL
GAP adalah sebuah teknis penerapan sistem sertifikasi proses produksi pertanian yang menggunakan teknologi
maju ramah lingkungan dan berkelanjutan, sehingga produk panen aman dikonsumsi, kesejahteraan pekerja
diperhatikan dan usahatani memberikan keuntungan ekonomi bagi petani.
empat komponen yaitu (1) keamanan konsumsi pangan; (2) pengelolaan lingkungan dengan benar; (3)
keamanan, kesehatan dan kesejahteraan pekerja lapang; (4) jaminan kualitas produk dan traceability produk, bila
diperlukan.
GAP ini meliputi:
- Benih
- Pemupukan
- Panen
- Pemeliharaan
- Tanah
GCP: Suatu standar kualitas etik dan ilmiah internasional untuk desain, melaksanakan, mencatat dan melaporkan uji klinik dengan melibatkan manusia sebagai
subyek. Dengan adanya standar akan memberi rasa"tenang" pada publik bahwa hak, keamanan, kesejahteraan subyek penelitian akan terlindungi. Penyediaan
produk harus sesuai dengan GMP. (untuk ilustrasi GCP dapat dilihat pada https://moko31.wordpress.com/2009/06/20/clinical-research/ )
GCP dalam proses pengembangan tanaman menuju sediaan galenik harus memperhatikan proses:
- Pencucian
- Pengeringan
- Pemotongan
- Pengemasan
- Transportasi
GMP: pengaturan tentang cara untuk mencapai kualitas yang konsisten dalam produk yang dibuat. Kualitas tersebut
harus memenuhi harapan konsumen, yakni antara kenyataan dengan apa yang tertera di label atau klaim harus
sesuai. GMP tidak memiliki standar khusus yang global, jadi masing-masing Negara memiliki GMP masing-masing, di
Indonesia GMP di atur oleh BPOM yang oleh BPOM dibagi lagi ranahnya. Untuk GMP pada produk obat tradisional
disebut Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Fungsi dari GMP ini akan meningkatkan kepercayaan
masyarakat mengenai keamanan dan khasiat dari produk (lebih lengkapnya http://kb.123sehat.com/lain/good-
manufacturing-practice-gmp/).
- Sortasi
- Pencucian
- Pengeringan
- Pemotongan
- Pengeringan
- Pengemasan
- Distribusi
Simplisia mengandung metabolit primer sekunder. Dari metabolit sekunderlah akan didapatkan senyawa aktif.
Senyawa aktif ini spesifik sifatnya pada masing-masing taanaman dan perolehannya akan ditentukan oleh umur
tanaman yang akan dipanen dan bagaimana cara panennya.
- Cinchona sp: 8 th
- Taxus sp: 100 th
- Cinnamomum: 40 th
- Digitalis sp: 2 th
- Papaver somniverum: buah tua
Obat herbal yang beredar haruslah obat yang aman, berkhasiat, dan bermutu. Keamanan dibuktikan dengan
toksisitas akut, khasiat dibuktikan berdasarkan uji klinis dan praklinis, serta mutud ditentukan dari standarisasinya.
Keamanan obat herbal dapat dilihat dari:
a. Internal, co/ pemastian jenis dari kandungan glikosida glikosida sianogenik dan glikosida jantung (sehingga
tanaman tidak tertukar).
b. Eksternal, berdasarkan ada tidaknya cemaran missal pestisida, logam berat, bakteri, jamur, dan bagian dari
tanaman lain.
- Efek samping
- Reaksi yang tidak dikehendaki
- Interaksi, baik dengan makanan, herbal lain, peralatan, atau obat. Contoh, bayam direbus dengan panci tiba-
tiba warna air rebusan berubah coklat kehitaman, ini disebabkan bahan panci yang digunakan tidak
baik/kualitas buruk, sehingga terjadi interaksi farmasetik (panci >< sayuran/logam ><organik)
Ekstrak: sediaan pekat yang diperoleh dg mengekstraksi simplisia nabati/hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua/hampir semua pelarut diuapkan dan massa/serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Pembuatan ekstrak:
2 Kadar air Banyak kandungan air dalam Organoletik Bentuk, warna, bau, rasa
bahan/sampel baik itu simplisia/
ekstrak/produk jadi.
Dengan metode
gravimetri/destilasi/ titrasi Karl-
Fischer
3 Kadar abu Gambaran kandungan mineral Senyawa terlarut dalam Merupakan gambaran awal jml
internal & eksternal, dengan pelarut tertentu senyawa dlm suatu pelarut.
cara pemijaran. Pelarut yg digunakan biasanya:
bobot abu air, etanol, heksana, diklorometan
Kadar =
x 100
bobot awal (DCM).
Kadar =
bobot senyawa terlarut
x 100
bobot ekstrak awal
9. Parameter lain pada standar mutu ekstrak ialah melihat konsistensi ekstraknya
Pola kromatografi:
Di industri, penggunaan tanaman/simplisia/ekstrak harus mencantumkan nama simplisia dan tanaman yang jelas
(nama latin dan indonesiana), perolehan dari daerah mana, tanggal perolehan, & bagian yang dipakai. Jika
berasal dari luar negri maka cantumkan nama luar negrinya apa dan nama latinnya.
Standarisasi sediaan:
- Waktu hancur
- Kadar bahan tambahan (pengawet, pewarna, pemanis)
- Kadar etanol
- Stabilitas
Ketika belum diketahui senyawa aktifnya, tetapi kita sudah mengetahui mau menggunakan flavonoid/alkaloid
misalnya, maka tentukan senyawa aktif tersebut dari flavonoid/alkaloidnya.