Anda di halaman 1dari 139

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
PERIODE 02 SEPTEMBER – 10 OKTOBER 2014

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

ZULFA KHOIRUNNI’MAH, S. Far.


1306502945

ANGKATAN LXXIX

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2015

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
PERIODE 02 SEPTEMBER – 10 OKTOBER 2014

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

ZULFA KHOIRUNNI’MAH, S. Far.


1306502945

ANGKATAN LXXIX

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
DESEMBER 2014

ii Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya sendiri, dan semua
sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Zulfa Khoirunni’mah., S. Far

NPM : 1306502945

Tanda Tangan :

Tanggal : 21 Januari 2015

iii Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


iv Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati. Laporan PKPA ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis
selama melaksanakan kegiatan PKPA ini, yaitu kepada:
1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
2. Bapak Dr. Hayun, M.Si, Apt. selakuKetua Program
ProfesiApotekerFakultasFarmasisekaligus pembimbing dari Universitas
Indonesia yang telah bersedia meluangkan waktunya membimbing penulis
selama penyusunan laporan ini.
3. Ibu Dra. Alfina Rianti, M.Pharm.,Apt.selaku pembimbing dari Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati yang telah berbagi ilmu kepada penulis serta
membimbing penulis selama pelaksanaan PKPA di Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati dan selama penyusunan laporan ini.
4. Bapak Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed., Apt. selaku pembimbing dari
Universitas Indonesia yang telah bersedia meluangkan waktunya
membimbing penulis selama penyusunan laporan ini.
5. Seluruh apoteker, staf dan karyawan di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawatiatas bimbingan, kerjasama dan informasi yang diberikan selama
penulis melaksanakan kegiatan PKPA.
6. Seluruh staf pengajar, bagian tata usaha, dan karyawan diProgram Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, atas ilmu, dukungan dan
bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
7. Kedua orang tua, keluarga dan orang-orang terdekat penulis yang selama ini
tidak pernah berhenti memberikan dukungan dan do’a.

v Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


8. Seluruh rekan sesama Apoteker Angkatan 79 Fakultas Farmasi Universitas
Indonesia, atas kerja sama, dukungan, semangat, dan persahabatan yang telah
terjalin selama menempuh pendidikan di Program Profesi Apoteker.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas bantuan dan
dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan laporan
ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam laporan ini.


Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun.
Semoga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan penulis selama mengikuti
Praktik Kerja Profesi Apoteker ini dapat memberi manfaat bagi rekan-rekan
sejawat dan semua pihak yang membutuhkan.

Depok, Desember 2014

Penulis

vi Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan

di bawah ini :

Nama : Zulfa Khoirunni’mah, S. Far

NPM : 1306502945

Program Studi : Profesi Apoteker

Fakultas : Farmasi

Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker


di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati
Periode 02 September – 10 Oktober 2014

beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola, dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di : Depok

Pada Tanggal : 21 Januari 2015

Yang menyatakan,

(Zulfa Khoirunni’mah, S. Far)

vii Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


ABSTRAK

Nama : Zulfa Khoirunni’mah.,S.Far


NPM : 1306502945
Program Studi : Profesi Apoteker
Judul : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati Periode 02 September – 10
Oktober 2014

Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat


Fatmawati bertujuan agar mahasiswa mampu memahami peranan, tugas dan
tanggung jawab apoteker di rumah sakit sesuai dengan ketentuan dan etika
pelayanan farmasi khususnya dan pelayanan kesehatan umumnya. Memiliki
wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis untuk melakukan
praktik kefarmasian di rumah sakit. Dan agar memilki gambaran nyata tentang
permasalahan praktik kefarmasian serta mempelajari strategi dan kegiatan-
kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktik kefarmasian
di rumah sakit. Tugas khusus yang diberikan berjudul Evaluasi Persentase
Kepatuhan Dokter Menulis Resep Sesuai Formularium Nasional di Poliklinik
Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Bulan September 2014
bertujuan untuk mengetahui persen kepatuhan penulisan resep Dokter Spesialis
Penyakit Dalam (Sp.PD) di Poliklinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat Jalan
RSUP Fatmawati terhadap Formularium Nasional dan Formularium RSUP
Fatmawati

Kata Kunci: RSUP Fatmawati,IFRS,Apoteker,Pelayanan,Persentase Kepatuhan,


Fornas

Tugas Umum : xi + 67 halaman., 2 lampiran


Tugas Khusus : ix + 49 halaman., 10 tabel ., 3 gambar ., 16 lampiran
Daftar Acuan Tugas Umum : 5 (2001-2014)
Daftar Acuan Tugas Khusus : 5 (2004-2014)

viii Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


ABSTRACT

Name : Zulfa Khoirunni'mah., S.Far


NPM : 1306502945
Study Program : Pharmacist Profession
Title : Report of the Working Professional Practice Pharmacist In
General Hospital Fatmawati period 2 September to 10
October 2014

Work Practice Pharmacist Profession held at General Hospital Fatmawati intended


that students are able to understand the role, duties and responsibilities of
pharmacists in hospital in accordance with the rules and ethics of pharmaceutical
services in particular and healthcare in general. Having insight, knowledge, skills
and practical experience to perform pharmacy practice in hospital. And in order to
have the real picture of the problems of pharmacy practice and learn the strategies
and activities to do in order to develop the practice of pharmacy in the hospital.
Special assignment given titled Evaluation Percentage Compliance Doctor
Writing Prescriptions Under the National Formulary in Medicine Clinic General
Hospital Fatmawati In September 2014 aims to determine the percent compliance
prescription Specialist Doctors (Sp.PD) in Internal Medicine Clinic Hospital
Outpatient Installation Fatmawati of the National formulary and Fatmawati
Hospital formulary

Keywords: Fatmawati hospital, IFRS, Pharmacist, Services, Percentage


Compliance, Fornas
General Duties : xi + 67 pages., 2 attachments
Special tasks : ix + 49 pages., 10 tables., 3 pictures., 16
attachments
General Task List References : 5 (2001-2014)
Special Task References : 5 (2004-2014)

ix Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ i


HALAMAN JUDUL .................................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............................. vii
ABSTRAK ............................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xi

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................1


1.1 Latar Belakang ...............................................................................1
1.2 Tujuan ............................................................................................2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................3


2.1 Rumah Sakit ...................................................................................3
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit ......................................................6
2.3 Tim Farmasi dan Terapi ................................................................9
2.4 Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit .................................12

BAB 3. TINJAUAN KHUSUS .........................................................................21


3.1 Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati ............................................ 21
3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati ............................................... 24
3.3 Farmasi Klinis RSUP Fatmawati ................................................... 32
3.4 Komite Farmasi dan Terapi ........................................................... 34

BAB 4. PEMBAHASAN ...................................................................................37


4.1 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati ............................................... 37
4.2 Penunjang dan Administrasi Umum ............................................. 38
4.3 Perbekalan Farmasi ........................................................................ 42
4.4 Pelayanan Farmasi ......................................................................... 47
4.5 Farmasi Klinik .............................................................................. 55
4.6 Central Sterile Supply Department (CSSD) ................................ 58
4.7 Instalasi Sanitasi dan Pertamanan ................................................... 61

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................62


5.1 Kesimpulan .................................................................................... 62
5.2 Saran .............................................................................................. 63

DAFTAR ACUAN .............................................................................................64

x Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Stuktur Organisasi RSUP Fatmawati .............................................66


Lampiran 2.Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati .................67

xi Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumahsakit adalah satu diantara sarana kesehatan yang merupakan
rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Pelayanan
farmasi rumah sakit merupakan satu diantara kegiatan di rumah sakit yang
menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal ini diperjelas dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa pelayanan kefarmasian dirumah sakit
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah
sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.
Farmasi dalam suatu rumah sakit mempunyai dua fungsi utama yaitu
fungsi manajemen dan fungsi klinik. Fungsi manajemen dalam pelayanan
kefarmasian suatu rumah sakit terdiri dari pengelolaan barang farmasi yang
meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan perbekalan
kesehatan/sediaan farmasi, penyiapan obat berdasarkan resep bagi pasien rawat
inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, pengendalian distribusi dan penggunaan
seluruh perbekalan kesehatan di rumah sakit. Fungsi klinik dalam pelayanan
farmasi rumah sakit mencakup pelayanan langsung maupun tidak langsung
kepada pasien yang berhubungan dengan terapi obat yang digunakannya serta
melakukan komunikasi, informasi dan edukasi baik kepada pasien maupun tenaga
kesehatan lainnya atau masyarakat di sekitar rumah sakit mengenai penyakit,
pencegahan serta pengobatannya yang dapat meningkatkan upaya kesehatan
masyarakat (Kemenkes RI, 2014).
Pentingnya peran farmasi di rumah sakit menuntut apoteker untuk dapat
melakukan pelayanan farmasi rumah sakit dengan baik dan profesional. Sehingga
untuk mempersiapkan apoteker yang profesional, maka perlu dilakukan praktik
1 Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


2

kerja di rumah sakit sebagai pelatihan untuk menerapkan ilmu yang telah
didapatkan selama perkuliahan serta dapat mempelajari segala kegiatan dan
permasalahan yang ada di rumah sakit. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan RSUP Fatmawati
melaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker(PKPA) di rumah sakit bagi calon
apoteker. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi mahasiswa
tentang peran farmasis di rumah sakit serta bekal keterampilan dalam
melaksanakan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.

1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
RSUPFatmawati adalah sebagai berikut:
1. Mampu memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker di rumah
sakit sesuai dengan ketentuan dan etika pelayanan farmasi khususnya dan
pelayanan kesehatan umumnya.
2. Memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis
untuk melakukan praktik kefarmasian di rumah sakit.
3. Memilki gambaran nyata tentang permasalahan praktik kefarmasian serta
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan praktik kefarmasian di rumah sakit.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Rumah Sakit


2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan
pelayananrawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Presiden RI, 2009).

2.1.2 Tujuan Rumah Sakit


Pengaturan penyelenggaraan rumah sakit bertujuan(Presiden RI, 2009):
a. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien,
masyarakat,lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.
c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit.
d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber
dayamanusia rumah sakit, dan rumah sakit.

2.1.3 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit


Rumah sakit bertugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna oleh karenanyarumah sakit berfungsi sebagai (Presiden RI, 2009):
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuaidengan standar pelayanan rumah sakit.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanankesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalamrangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologibidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan
denganmemperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
3 Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


4

2.1.4 Klasifikasi Rumah Sakit


Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis pelayanan
danpengelolaannya (Presiden RI, 2009).
2.1.4.1 Berdasarkan Jenis Pelayanan
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, rumah sakit
dikategorikandalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus.
a. Rumah Sakit Umum
Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanankesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Klasifikasi rumah
sakit umumterdiri dari:
1) Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang
mempunyaifasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialisdasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas)
spesialis lain, dan 13(tiga belas) sub spesialis.
2) Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang
mempunyaifasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialisdasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan)
spesialis lain dan 2 (dua)sub spesialis dasar.
3) Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang
mempunyaifasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4
(empat) spesialis dasardan 4 (empat) spesialis penunjang medik.
4) Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang
mempunyaifasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2
(dua) spesialis dasar.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


5

b. Rumah Sakit Khusus


Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan
pelayananutama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu,golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.
KlasifikasiRumah Sakit Khusus terdiri atas :
1) Rumah Sakit Khusus Kelas A
Rumah Sakit Khusus Kelas A adalah Rumah Sakit Khusus
yangmempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialisdan pelayanan medik sub spesialis sesuai kekhususan yang
lengkap.
2) Rumah Sakit Khusus Kelas B
Rumah Sakit Khusus Kelas B adalah Rumah Sakit Khusus
yangmempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialisdan pelayanan medik sub spesialis sesuai kekhususan yang
terbatas.
3) Rumah Sakit Khusus Kelas C
Rumah Sakit Khusus Kelas C adalah Rumah Sakit Khusus
yangmempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik
spesialisdan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang
minimal.

2.1.4.2 Berdasarkan Pengelolaan


Berdasarkan pengelolaannya rumah sakit dapat dibagi menjadiRumah
Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat (Presiden RI, 2009).
a. Rumah Sakit Publik adalah rumah sakit yang dikelola oleh
pemerintah,pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah
sakitpublik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah
diselenggarakanberdasarkan pengelolaan badan layanan umum atau badan
layanan umumdaerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -
undangan.
b. Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan
tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau Persero.
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


6

2.1.5 Indikator Pelayanan Rumah Sakit


Indikator pelayanan rumah sakit berguna untuk mengetahui
tingkatpemanfaatan mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Beberapa
indikatorpelayanan di rumah sakit antara lain (Respati, dkk., 2001):
a. Bed Occupancy Ratio (BOR)
BOR yaitu persetase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu
tertetu. Indikator ini memberikan gambaran tentang tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatantempat tidur di rumahsakit. Nilai parameter ideal dari BOR adalah
60-85%.
b. Length Of Stay (LOS)
LOS yaitu lamanya perawatan seorang pasien. Indikator ini di samping
memberikan gambara tingkat efisiensijuga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan. Secara umum,LOS ideal adalah 6-9 hari.
c. Bed Turn Over (BTO)
BTO yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur, berapa kali dalam satu
satuan waktu tertentu (biasanya 1 tahun) tempat tidur di rumah sakit dipakai.
Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi dari pemakaian tempat tidur.
Idealnya selama satu tahun, 1 tempat tidur dipakai rata-rata sebanyak 40-50kali.
d. Turn Over Interval (TOI)
TOI yaitu rata-rata hari, tempat tidur tidak ditempati dari saat terisi
berikutnya. Indikator ini juga memberikan gambaran tingkat efisiensi dari
penggunaan tempat tidur. Idealnya, tempat tidur kosong hanya dalam waktu 1-3
hari.

2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit


2.2.1 Definisi IFRS
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)adalah suatu
bagian/unit/divisi/fasilitas rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan
pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri
(Siregar dan Amalia, 2004).

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


7

Berdasarkan definisi tersebut maka Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara


umum dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu
rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa
apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan
bertanggungjawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian. Pada
IFRS, pelayanan kefarmasian terdiri dari pelayanan paripurna yang mencakup
perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan farmasi, penyiapan
obat berdasarkan resep bagi pasien rawat inap dan rawat jalan, pengendalian
mutu, distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan farmasi di rumah sakit.
Pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis mencakup pelayanan langsung pada
pasien dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara
keseluruhan (Siregar & Amalia, 2004).

2.2.2 Tugas dan Fungsi IFRS


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, tugas InstalasiFarmasi Rumah
Sakit meliputi:
1. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh
kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai
prosedur dan etik profesi;
2. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;
3. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek terapi
dan keamanan serta meminimalkan risiko;
4. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta memberikan
rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;
5. Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi;
6. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan
Kefarmasian;
7. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
Formularium Rumah Sakit.
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


8

Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang tertera pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit melputi:
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
a. Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit;
b. Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal;
c. Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan
yang berlaku;
d. Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit;
e. Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku;
f. Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian;
g. Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di rumah sakit;
h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;
i. Melaksanakan pelayanan obat“unit dose”/dosis sehari;
j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah memungkinkan);
k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
l. Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan;
m. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai;

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


9

n. Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,


dan Bahan Medis Habis Pakai.

2. Pelayanan farmasi klinik


a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan obat;
b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat;
c. Melaksanakan rekonsiliasi obat;
d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat baik berdasarkan
resep maupun obat non resep kepada pasien/keluarga pasien;
e. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain;
g. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya;
h. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO)
1) Pemantauan efek terapi obat;
2) Pemantauan efek samping obat;
3) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
i. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO);
j. Melaksanakan dispensing sediaan steril
1) Melakukan pencampuran obat suntik;
2) Menyiapkan nutrisi parenteral;
3) Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik;
4) Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil.
k. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan
lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar rumah sakit;
l. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS).

2.3 Tim Farmasi dan Terapi (TFT)


2.3.1 Organisasi dan Kegiatan (Kementerian Kesehatan RI, 2014)
Dalam pengorganisasian rumah sakit dibentuk Tim Farmasi dan Terapi
(TFT) yang merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada
Pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan obat di rumah sakit yang
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


10

anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di
rumah sakit, apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila
diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan kerja dengan komite lain di
dalam Rumah Sakit yang berhubungan/berkaitan dengan penggunaan obat.
Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang apoteker,
apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah apoteker, namun apabila
diketuai oleh apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter.
TFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan
sekali dan untuk rumah sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan. Rapat
TFT dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit yang
dapat memberikan masukan bagi pengelolaan TFT, memiliki pengetahuan khusus,
keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang bermanfaat bagi TFT.

2.3.2 Tugas TFT (Kementerian Kesehatan RI, 2014)


TFT mempunyai tugas:
1. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di rumah sakit;
2. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam Formularium
Rumah Sakit;
3. Mengembangkan standar terapi;
4. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat;
5. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang
rasional;
6. Mengkoordinir penatalaksanaan reaksi obat yang tidak dikehendaki;
7. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error;
8. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di rumah
sakit.

2.3.3 Formularium Rumah Sakit (Kementerian Kesehatan RI, 2014)


Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium
Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf
medis, disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang ditetapkan oleh
Pimpinan Rumah Sakit.
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


11

Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis resep,


pemberi obat, dan penyedia obat di rumah sakit. Evaluasi terhadap Formularium
Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan
kebutuhan rumah sakit.
Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan
berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar
dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi
kebutuhan pengobatan yang rasional.
Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit:
1. Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing Staf Medik
Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan
medik;
2. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi;
3. Membahas usulan tersebut dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi (TFT),
jika diperlukan dapat meminta masukan dari pakar;
4. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Tim Farmasi dan Terapi
(TFT), dikembalikan ke masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan
balik;
5. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF;
6. Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit;
7. Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi; dan
8. Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan
melakukan monitoring.
Kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:
1. Mengutamakan penggunaan obat generik;
2. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita;
3. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
4. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
5. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
6. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


12

7. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi


berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung; dan
8. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence
based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga
yang terjangkau.
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadapFormularium Rumah
Sakit, maka rumah sakit harus mempunyai kebijakan terkait dengan penambahan
atau pengurangan obat dalam Formularium Rumah Sakit dengan
mempertimbangkan indikasi penggunaaan, efektivitas, risiko, dan biaya.

2.4 Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 Tahun 2014,
Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan
yang bersifat manajerial berupa pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik. Kegiatan
tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia, sarana, dan peralatan.

2.4.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi,Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis


Pakai
Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai meliputi:
1. Pemilihan
2. Perencanaan kebutuhan
3. Pengadaan
4. Penerimaan
5. Penyimpanan
6. Pendistribusian
7. Pemusnahan dan penarikan
8. Pengendalian
9. Administrasi
Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


13

rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan


Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan
kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan,
dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan
administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai harus dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan
proses yang efektif untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam
ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit menyatakan bahwa pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi,
dan Bahan Medis Habis Pakai di rumah sakit harus dilakukan oleh Instalasi
Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi
sistem satu pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara
lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan
formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan
pasien melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Dengan demikian semua Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di rumah
sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit, sehingga tidak
ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
di rumah sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
Dengan kebijakan pengelolaan sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai
satu-satunya penyelenggara pelayanan kefarmasian, sehingga rumah sakit akan
mendapatkan manfaat dalam hal:
1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
2. Standarisasi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai;

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


14

3. Penjaminan mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis


Habis Pakai;
4. Pengendalian harga Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai;
5. Pemantauan terapi Obat;
6. Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan Sediaan Farmasi,
AlatKesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (keselamatan pasien);
7. Kemudahan akses data Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang akurat;
8. Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra rumahsakit; dan
9. Peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan
pegawai.
Rumah sakit harus menyusun kebijakan terkait manajemen pengunaan
obat yang efektif. Kebijakan tersebut harus ditinjau ulang sekurang-kurangnya
sekali setahun. Peninjauan ulang sangat membantu rumah sakit memahami
kebutuhan dan prioritas dari perbaikan sistem mutu dan keselamatan penggunaan
obat yang berkelanjutan.
Rumah Sakit perlu mengembangkan kebijakan pengelolaan obat untuk
meningkatkan keamanan, khususnya obat yang perlu diwaspadai (high-alert
medication). High-alert medication adalah obat yang harus diwaspadai karena
sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel event) dan obat
yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).
Kelompok obathigh-alert diantaranya:
1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM atau Look Alike Sound Alike/LASA).
2. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2meq/mL atau yang
lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan
magnesium sulfat =50% atau lebih pekat).
3. Obat-obat sitostatika.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


15

2.4.2 Pelayanan Farmasi Klinik


Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)
terjamin.
Pelayanan farmasi klinik yang dilakukan meliputi:
1. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,
pengkajian Resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya
pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error).
Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila
ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis
resep. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan
administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien
rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien
b. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
c. Tanggal resep
d. Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasetik meliputi:
a. Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan
b. Dosis dan jumlah obat
c. Stabilitas
d. Aturan dan cara penggunaan
Persyaratan klinis meliputi:
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


16

b. Duplikasi pengobatan
c. Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
d. Kontraindikasi
e. Interaksi obat
2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah
dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau
data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien.
3. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan,
duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan obat (medication error)
rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain,
antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari rumah sakit ke layanan
kesehatan primer dan sebaliknya.
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah:
a. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien;
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter; dan
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
Tahapan Rekonsiliasi Obat:
a. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan
pasien, meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai diberikan,
diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek
samping obat yang pernah terjadi.
Data riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien,
daftar obat pasien, obat yang ada pada pasien, dan rekam
medik/medication chart. Data obat yang dapat digunakan tidak lebih dari 3
(tiga) bulan sebelumnya. Semua obat yang digunakan oleh pasien baik
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


17

resep maupun obat bebas termasuk herbal harus dilakukan proses


rekonsiliasi.
b. Komparasi
Petugas kesehatan membandingkan data obat yang pernah, sedang dan
akan digunakan. Discrepancy atau ketidakcocokan adalah bilamana
ditemukanketidakcocokan/perbedaan diantara data-data tersebut.
Ketidakcocokan dapat pula terjadi bila ada obat yang hilang, berbeda,
ditambahkan atau diganti tanpa ada penjelasan yang didokumentasikan
pada rekam medik pasien. Ketidakcocokan ini dapat bersifat disengaja
(intentional) oleh dokter pada saat penulisan Resep maupun tidak
disengaja (unintentional) dimana dokter tidak tahu adanya perbedaan pada
saat menuliskan resep.
c. Melakukan konfirmasi kepada dokter jika menemukan ketidaksesuaian
dokumentasi.
Bila ada ketidaksesuaian, maka dokter harus dihubungi kurang dari 24
jam. Hal lain yang harus dilakukan oleh apoteker adalah:
1) Menentukan bahwa adanya perbedaan tersebut disengaja atau tidak
disengaja;
2) Mendokumentasikan alasan penghentian, penundaan, atau pengganti;
dan
3) Memberikan tanda tangan, tanggal, dan waktu dilakukannya
rekonsilliasi obat.
d. Komunikasi
Melakukan komunikasi dengan pasien dan/atau keluarga pasien atau
perawat mengenai perubahan terapi yang terjadi. Apoteker bertanggung
jawab terhadap informasi obat yang diberikan.
4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan
pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias,
terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter,apoteker,
perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


18

PIO bertujuan untuk:


a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga
kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit;
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan
dengan obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai, terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi;
c. Menunjang penggunaan obat yang rasional.
Kegiatan PIO meliputi:
a. Menjawab pertanyaan;
b. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
c. Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan
penyusunan Formularium Rumah Sakit;
d. Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap;
e. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya; dan
f. Melakukan penelitian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam PIO:
a. Sumber daya manusia
b. Tempat
c. Perlengkapan
5. Konseling
Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait
terapi obat dari apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas
kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif apoteker, rujukan dokter, keinginan
pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan
kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap apoteker.
6. Visite

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


19

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan


Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati
kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD),
meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada
dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien.
Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan
risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).
Kegiatan dalam PTO meliputi:
a. Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi,
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat; dan
c. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat.
8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan
setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek
samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja
farmakologi.
9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi
penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan
kuantitatif.
Tujuan EPO yaitu:
a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat;
b. Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu;
c. memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat; dan
d. menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


20

10. Dispensing Sediaan Steril


Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya
kesalahan pemberian obat.
Dispensing sediaan steril bertujuan:
a. Menjamin agar pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang
dibutuhkan;
b. Menjamin sterilitas dan stabilitas produk;
c. Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya; dan
d. Menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.
11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi
hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat
karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


21

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


BAB III
TINJAUAN KHUSUS

3.1 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati


3.1.1 Sejarah
Berdiri pada tahun 1954 oleh ibu Fatmawati Soekarno, sebagai rumah
sakit yang dikhususkan bagi penderita TBC anak dan rehabilitasinya. Pada
awalnya dana penyelenggaraan berasal dari Yayasan Ibu Soekarno dan dana
bantuan dari Kemensos RI. Namun pada 15 April 1961, penyelenggaraan dan
pembiayaan rumah sakit diserahkan kepada departemen kesehatan, sehingga pada
tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi RS Ibu Soekarno. Pada Tanggal 20
Mei 1967 nama rumah sakit berubah menjadi RSU Fatmawati. Tahun 1984 RSU
Fatmawati ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pusat Rujukan Jakarta Selatan dan
pada tahun 1994 ditetapkan sebagai RSU kelas B pendidikan.
Tahun 1991, RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai unit swadana, tahun
1994 ditetapkan sebagai unit swadana tanpa syarat. Berdasarkan UU No. 27 tahun
1997, rumah sakit mengalamai perubahan kebijakan dari swadana menjadi PNBP
(Penerimaan Negara Bukan Pajak), kemudian pada tahun 2000 ditetapkan sebagai
RS Perusahaan Jawatan (Perjan) berdasarkan PP No. 117 tahun 2000 tentang
Pendirian Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Tanggal 11 Agustus
2005 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1243/Menkes/SK/VIII/2005, RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU).
Tahun 1997 RSUP Fatmawati memperoleh status Akreditasi Penuh untuk
5 pelayanan, dari Tim Akreditasi RS, kemudian tahun 2002 memperoleh status
Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut untuk 12 pelayanan, tahun 2004 terakreditasi 16
pelayanan dan tahun 2007 memperoleh Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap 16
pelayanan. Berdasarkan SK menteri kesehatan nomor 424/Menkes/SK/V/2008,
Departemen kesehatan RI pada tanggal 2 Mei 2008 menetapkan RSUP Fatmawati
sebagai Rumah Sakit Umum dengan Pelayanan Unggulan Orthopaedi dan
21 Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


22

Rehabilitasi Medik. Pada akhir tahun 2010 RSUP tercatat menjadi RS kelas A
Pendidikan dan mendapat Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap 16 Pelayanan
(Paripurna). Kemudian tahun 2011 mendapat sertifikat terakreditasi ISO 9001 :
2008 dan OHSAS 18001 : 2007 dan pada akhir tahun 2013 mendapat akreditasi
Paripurna dari KARS dan terakreditasi JCI (Joint Commission International).

3.1.2 Visi dan Misi


Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati memiliki visi terdepan,
paripurna dan terpercaya di Indonesia. Menurut Keputusan Direktur Utama RSUP
Fatmawati Nomor : HK.03.05/II.1/2468/2012 tentang organisasi dan tata kerja
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, yang dimaksud dengan terdepan,
paripurna, dan terpercaya di Indonesia ialah rumah sakit pelopor yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian dengan:
1. Terdepan karena ketersediaan sumber daya yang lengkap.
2. Paripurna karena memberikan pelayanan kesehatan promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif, dan pelayanan berkesinambungan(continuum of care)
serta tuntas.
3. Terpercaya karena senantiasa mengikuti kaidah-kaidah IPTEK terkini;
4. Menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
5. Berorientasi kepada para pelanggan.
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati memiliki misi:
1. Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan
danpenelitian di seluruh disiplin ilmu, dengan unggulan bidang orthopaedi
dan rehabilitasi medik, yang memenuhi kaidah manajemen resiko klinis.
2. Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3. Mengelola keuangan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel
sertaberdaya saing tinggi.
4. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK terkini.
5. Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan dan kesejahteraan sumber
dayamanusia.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


23

3.1.3 Motto dan Falsafah


Motto RSUP Fatmawati adalah “Percayakan Pada Kami”. Sedangkan
falsafah yang dianut sebagai pegangan dalam menjalankan organisasi adalah:
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Menjunjung tinggi kehidupan dan nilai-nilai luhur kemanusiaan;
3. Menghargai pentingnya persatuan dan kerjasama;
4. Menjunjung keseimbangan dan kelestarian lingkungan;
5. Kebersamaan dalam kemajuan dan kesejahteraan.

3.1.4 Tujuan
Tujuan RSUP Fatmawati, yaitu :
1. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi
kaidah keselamatan pasien (patient safety);
2. Terwujudnya pelayanan kesehatan rumah sakit yang bermutu tinggi
dengan tariff yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat;
3. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas bagi
pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian;
4. Terwujudnya sumber daya manusia yang professional dan berorientasi
kepada pelayanan pelanggan;
5. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber
daya mausia rumah sakit.

3.1.5 Struktur Organisasi


Susunan organisasi RSUP Fatmawati terdiri dari :
1. Dewan Pengawas.
2. Direktur Utama membawahi :
a. Direktur Medik dan Keperawatan
b. Direktur Umum, Sumber Daya Manusia Dan Pendidikan
c. Direktur Keuangan
Bagan struktur organisasi RSUP Fatmawati dalat dilihat di Lampiran 1.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


24

3.2 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati


Instalasi Farmasi Rumah Sakit merupakan instalasi yang berperan dalam
mejalankan pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati. IFRS dipimpin oleh
Kepala Instalasi dalam hal ini apoteker, diangkat oleh Direktur Utama dan
menjalankan tugasnya di bawah Direktur Medik dan Keperawatan. Kepala
Instalasi dibantu 3 Koordinator, yaitu Koordinator Penunjang dan Administrasi
Umum, Koordinator Perbekalan Farmasi dan Koordinator Pelayanan Farmasi.
Adapun struktur organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati terlampir pada
Lampiran 2.

3.2.1 Visi dan Misi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati


Visi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah “Terdepan, Paripurna,
Terpercaya dalam Pengelolaan dan Pelayanan Kefarmasian di Indonesia”
sedangkan Misi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati adalah:
1. Melaksanakan pelayanan kefarmasian yang berorientasi kepada pasien;
2. Mengupayakan pencapaian rasionalisasi penggunaan obat di RSUP
Fatmawati;
3. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi rumah sakit secara efektif
danefisien;
4. Meningkatkan dan mengembangkan pelayanan farmasi terutama bidang
orthopedi dan rehabilitasi medik.

3.2.2 Tugas Pokok Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati


Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati mempunyai tugas pokok sebagai
berikut:
1. Menjalankan pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati;
2. Menjalankan pengelolaan perbekalan farmasi dengan kegiatan
perencanaan,pengadaan, penerimaan, penyimpanan, dan pendistribusian
perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati;
3. Menjalankan integrasi dan sinkronisasi terkait dengan pelaksanaan tugas
pelayanan dan pengelolaan perbekalan farmasi di RSUP Fatmawati;

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


25

4. Turut serta menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pelatihan


kefarmasiandi RSUP Fatmawati;
5. Melaksanakan kegiatan penelitian dan ikut serta dalam uji klinik obat;
6. Turut serta menyelenggarakan pembinaan etika dan pengembangan
profesikefarmasian;
7. Melaksanakan manajemen pengelolaan perbekalan farmasi;
8. Melaksanakan pelayanan kefarmasian pada pasien berdasarkan Asuhan
Kefarmasian (pharmaceutical care) guna tercapainya standarisasi
pelayanan kefarmasian di RSUP Fatmawati;
9. Menyusun anggaran belanja Instalasi Farmasi terkait dengan kegiatan
pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan penelitian dalam bidang
kefarmasian diRSUP Fatmawati;
10. Pengelolaan resep dan perbekalan farmasi yang kadaluarsa, rusak dan
mututidak memenuhi standar serta pemusnahannya dilaksanakan sesuai
dengan prosedur/ketentuan yang berlaku;
11. Instalasi Farmasi melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan
secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulan, semesteran,
atau tahunan dengan menerapkan sistem informasi manajemen berdaya
guna dan tepat guna;
12. Penyusunan standarisasi kualifikasi sumber daya manusia (SDM)
InstalasiFarmasi dalam melaksanakan kegiatan pelayanan, pendidikan dan
penelitiankefarmasian di RSUP Fatmawati;
13. Melaksanakan standarisasi kemampuan SDM Instalasi Farmasi terkait
dengankegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan dan penelitian
kefarmasian diRSUP Fatmawati;
14. Melaksanakan program orientasi pegawai baru;
15. Melaksanakan pengembangan kompetensi SDM melalui program
pendidikanberkelanjutan, pelatihan, dan pertemuan ilmiah secara berkala
untukmeningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan bagi
pegawaiinstalasi farmasi;
16. Melaksanakan program pendidikan kefarmasian baik internal maupun
eksternal;
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


26

17. Melaksanakan program pelatihan kefarmasian baik internal


maupuneksternal;
18. Evaluasi kinerja pegawai Instalasi Farmasi dilaksanakan secara berkala
sesuaidengan ketentuan;
19. Melaksanakan monitoring dan evaluasi seluruh kegiatan pelayanan
farmasidan farmasi klinik yang dilaksanakan secara terus menerus
danberkesinambungan;
20. Program peningkatan dan pengawasan mutu, pengendalian perbekalan
farmasi, serta evaluasi mutu pelayanan farmasi dilaksanakan secara
berkala;
21. Instalasi Farmasi menyelenggarakan rapat pertemuan berkala secara
rutinuntuk membicarakan masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan
farmasi;
22. Terlibat dalam pelaksanaan uji klinik perbekalan farmasi di rumah sakit;
23. Menyusun anggota tim pelaksana uji klinik obat di RSUP Fatmawati;
24. Melaksanakan program penelitian kefarmasian baik dari aspek
manajemenmaupun klinik sejalan dengan perkembangan ilmu
kefarmasian;
25. Melaksanakan pendidikan dan penelitian bagi mahasiswa farmasi
tingkatDiploma III (D3), Sarjana (S1), Profesi Apoteker dan Magister
(S2);
26. Menyusun usulan tarif jasa pelayanan farmasi di RSUP Fatmawati;
27. Melakukan kegiatan penyebaran informasi terkait dengan obat baik
melaluimedia cetak (leaflet, bulletin, brosur, dan lain-lain) melalui media
PromosiKesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) kepada sejawat,
tenaga kesehatan dan masyarakat;
28. Turut serta dan aktif terlibat dalam keanggotaan tim khusus terkait
denganterapi dan pengobatan pasien di RSUP Fatmawati;
29. Turut serta dan aktif terlibat dalam Panitia Pengendalian
ResistensiAntimikroba (PPRA) yang ada di RSUP Fatmawati;
30. Turut serta dan aktif terlibat dalam keanggotaan Komite Farmasi dan
Terapidi RSUP Fatmawati;
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


27

31. Turut serta dan aktif terlibat dalam perumusan dan pembuatan MOU
IkatanKerja Sama (IKS) dalam bidang pendidikan dan penelitian
kefarmasian di RSUP Fatmawati;
32. Turut serta dan aktif terlibat dalam keanggotaan organisasi
profesikefarmasian guna peningkatan kompetensi dan pengembangan
keilmuan dalam bidang kefarmasian di RSUP Fatmawati.

3.2.3 Ruang Lingkup Kegiatan Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati


3.2.3.1 Penunjang dan Administrasi Umum
Penunjang dan Administrasi Umum IFRS terbagi kembali menjadi dua
yaitu Tata Usaha Farmasi dan Sistem Informasi Farmasi.
a. Tata Usaha Farmasi
Unit Kerja Tata Usaha Farmasi menangani administrasi, penyusunan
program, pelaporan, dan pengarsipan secara rutin dalam periode bulanan dan
tahunan sehingga tercapai tertib administrasi perkantoran, pelaporan, serta
penyimpanan informasi secara berkesinambungan. Untuk melaksanakan tugasnya,
Tata Usaha mempunyai 2 penyelia yaitu Penyelia Pencatatan dan Pelaporan serta
Penyelia Tata Usaha (TU) dan SDM Farmasi.
Penyelia Tata Usaha Farmasi dan SDM Farmasi bertugas dalam
membukukan surat keluar dan masuk IFRS, membuat laporan dari seluruh
kegiatan yang dilakukan oleh IFRS, baik dari bagian gudang, produksi maupun
seluruh depo farmasi serta menyimpan arsip IFRS.
b. Sistem Informasi Farmasi
Sistem Informasi Farmasi merupakan sistem terkomputerisasi farmasi
yang mengelolaperbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit dan terintegrasi dengan Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS).

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


28

3.2.3.2 Perbekalan Farmasi


Koordinator perbekalan farmasi membawahi penyelia gudang farmasi,
penyelia perencanaan, penyelia penerimaan dan distribusi, penyelia produksi
farmasi,dan penyelia Instalasi Bedah Sentral.
a.Gudang Induk Farmasi
Gudang farmasi RSUP Fatmawati memiliki 3 orang penyelia, yaitu
penyelia gudang farmasi, penyelia perencanaan perbekalan farmasi, dan penyelia
penerimaan dan distribusi. Tugas dan fungsi gudang farmasi meliputi:
1. Membuat perencanaan, pengadaan, peyimpanan, dan pendistribusian
perbekalan farmasi.
2. Mengatur pendistribusian perbekalan farmasi ke setiap unit kerja sesuai
dengan kebutuhan dan stok optimal di masing-masing unit kerja.
3. Membuat laporan-laporan.
b. Produksi Farmasi
Produksi farmasi merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk
melengkapi pengadaan obat di rumah sakit dengan cara memproduksi sediaan
farmasi yang tidak tersedia di pasaran, sediaan farmasi yang jika diproduksi
sendiri harganya lebih murah/ menguntungkan, dan sediaan farmasi yang dikemas
kembali dengan kemasan yang lebih kecil. Produksi farmasi bertugas membuat
produk steril dan non steril untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit.
c. Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral (IBS)
Depo IBS melayani permintaan obat dan alat kesehatan untuk keperluan
operasi yang dilakukan di Instalasi Bedah Sentral RSUP Fatmawati. Depo farmasi
IBS berada di bawah Koordinator Perbekalan Farmasi karena depo farmasi IBS
lebih fokus terhadap penyediaan dan pengadaan obat dan alkes bukan pada
pelayanan kefarmasiannya. IBS terdiri dari dua lantai, lantai pertama ditujukan
untuk operasi Cito, sedangkan lantai kedua ditujukan untuk operasi elektif dan
operasi bedah prima. Operasi Cito adalah operasi yang tidak direncanakan
sebelumnya dan dilakukan sesegera mungkin misalnya pengambilan serpihan
kaca untuk pasien yang mengalami kecelakaan. Operasi elektif adalah operasi
yang telah direncanakan sebelumnya misalnya bedah syaraf. Operasi bedah prima

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


29

adalah operasi yang dilakukan untuk pasien tunai, dimana biaya yang dibebankan
sudah dalam bentuk paket.
OK Cito terdiri dari dua kamar. Pada OK Cito terdapat paket obat dan
alkes OK Cito dan lemari emergency. Lemari ini terdiri dari lemari
emergencyobat dan lemari emergency alat kesehatan.
Sumber daya manusia yang berada di Depo Farmasi Instalasi Bedah
Sentral berjumlah tiga orang. Karyawan tersebut terdiri dari satu orang penyelia,
satu orang juru resep, dan satu orang petugas administrasi. Pengadaan barang
berasal dari Gudang Perbekalan Farmasi yang diminta setiap hari dengan
menggunakan formulir permintaan barang secara on-line.

3.2.3.3 Pelayanan Farmasi


a. Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Instalasi Gawat Darurat merupakan salah satu pelayanan di Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati yang melayani kegawatdaruratan medik selama 24 jam.
Depo IGD dan IRI buka 24 jam dengan 3 shift dan melayani pasien rawat inap
serta pasien rawat jalan dan Cath lab. Pasien rawat inap terdiri dari pasien yang
masuk ruang Intensive Care Unit (ICU), Neonatus Intensive Care Unit (NICU),
Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), dan
Intermediate Ward (IW). Sedangkan pasien rawat jalan merupakan pasien yang
masuk ruang IGD seperti ruang triase, resusitasi, ruang P2, maupun poli IGD
(RSUP Fatmawati, 2012). IGD terdiri dari beberapa ruangan :
1. Ruang Triase
Merupakan ruang pemilahan pasien. Dalam ruang ini pasien diperiksa dan
dinilai keparahannya oleh dokter dan perawat, kemudian ditentukan akan
masuk ruang hijau, kuning atau merah untuk penanganan lebih lanjut.
2. Ruang Hijau
Pasien yang masuk ruangan ini adalah pasien non gawat darurat dengan
kondisi tidak terlalu parah seperti dispepsia, vertigo, observasi febris. Di
ruang ini terdapat poliklinik, tidak terdapat paket dan trolley emergency.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


30

3. Ruang P2 (Ruang kuning)


Merupakan ruangan untuk pasien-pasien dengan kondisi cukup buruk
namun tidak mengancam jiwa. Ruangan ini dibagi menjadi ruang bedah
dan ruang non bedah. Terdapat 1 trolley emergency dalam ruangan ini.
4. Ruang resusitasi (Ruang merah)
Pasien - pasien yang masuk ruang ini merupakan pasien dengan kondisi
yang parah dan mengancam jiwa. Dalam ruang merah terdapat 1 trolley
emergency, dan paket resusitasi. Trolley emergency digunakan jika terjadi
kegawatdaruratan medik sehingga jika pasien butuh penanganan segera,
perawat tidak perlu berlari ke depo farmasi di IGD untuk mengambil obat
maupun alat kesehatan. Trolley emergency dicek 3 kali setiap hari tiap shift
dan dilengkapi jumlahnya sesuai dengan daftar yang ditetapkan oleh
RSUP Fatmawati.
Depo IGD dan IRI memiliki 19 SDM dengan 1 apoteker, 14 asisten
apoteker, 3 juru resep dan 1 petugas administrasi. Pelayanan farmasi di depo IGD
dan IRI setiap harinya dilakukan dalam 3 shift selama 24 jam sehingga dapat
selalu mengantisipasi kebutuhan pasien IGD yang kondisinya dapat berubah-ubah
setiap saat.
b. DepoFarmasi Instalasi Rawat Jalan
Depo Farmasi IRJ berada di bawah tanggung jawab seorang apoteker yang
dibantu oleh asisten apoteker, juru resep dan petugas administrasi. Depo Farmasi
IRJ di lantai 1 melayani semua pasien rawat jalan dengan jaminan JKN, Jamkesda
dan tunai, sedangkan Depo Farmasi IRJ lantai 3 melayani obat-obat program dan
obat-obat cito dari poli bedah. Jumlah rata-rata resep yang dilayani di Depo
Farmasi IRJ lantai 1 sebanyak 500-700 resep per hari, sedangkan Depo Farmasi
IRJ lantai 3 sebanyak 180-215 resep per hari.
c. Depo Farmasi Instalasi Griya Husada dan Anggrek
Depo Farmasi IGHdan Anggrek merupakan salah satu instalasi di RSUP
Fatmawati yang melayani pasien rawat inap maupun rawat jalan.Pasien yang
dilayani adalah pasien non BPJS, dimana seluruh transaksi pelayanannya
dikenakan pembayaran tunai sehingga pasiennya sering disebut pasien VIP.
Sehingga obat-obatyang tersedia di Depo Farmasi IGH, sebagian besar adalah
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


31

obat-obat paten yang masuk dalam formularium RS. Pelayanan Rawat Inap di
Gedung Anggrek dilakukan selama 7 hari, sedangkan pasien rawat jalan di IGH
dilayani selama 6 hari (Senin-Sabtu). Instalasi Griya Husada selain melayani obat-
obat umum untuk pasien rawat jalan, juga melayani obat program seperti
tuberculosis dan HIV. Jumlah rata-rata resep yang masuk untuk pasien rawat jalan
yaitu ±120 resep setiap harinya.
Pasien-pasien rawat inap yang dilayani oleh depo IGH, antara lain pasien
yang dirawat di gedung Prof.Soelarto lantai 5 VIP, Lantai 6 VIP dan High Care
Unit. Sedangkan untuk Anggrek, dibagi menjadi 4 unit :
1. VIP : paviliun Catteliya
2. Eksekutif : Paviliun Vanda, Calante dan Larat
3. Kelas 1 : Paviliun Bulan dan Cordelia
4. Unit stroke
d. Depo Farmasi Teratai
Depo Farmasi Teratai terletak di lantai pertama Gedung Teratai. Depo
Farmasi Teratai merupakan Depo Farmasi yang menyediakan perbekalan bagi
pasien rawat inap Gedung Terataisebanyak 516 bed dan Gedung Prof. Soelarto
sebanyak 147 bed.
Gedung Teratai terdiri dari enam (6) lantai dengan rincian tiap lantai sebagai
berikut:
1. Lantai 1 yaitu ruang kebidanan (emergency kebidanan, contohnya pada
kondisi pre eklampsia berat) dan high care unit di selatan Teratai.
2. Lantai 2 yaitu ruang perawatan khusus kebidanan dan high care unit di
selatan Teratai.
3. Lantai 3 yaitu ruang khusus pasien anak - anak (<18 tahun) dan high care
unit di selatan Teratai.
4. Lantai 4 yaitu ruang pasien pasca bedah dan high care unit di utara Teratai.
5. Lantai 5 yaitu ruang pasien penyakit dalam dan high care unit di selatan
Teratai.
6. Lantai 6 yaitu ruang untuk pasien penyakit saraf dan kardiovaskular dan
high care unit di selatan Teratai.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


32

Selain itu, Depo Farmasi Teratai juga melayani pasien rawat inap di
Gedung Prof. Soelarto yang meliputi :
1. Lantai 1 yaitu ruang perawatan khusus orthopedic kelas 3.
2. Lantai 2 yaitu ruang perawatan bedah umum.
3. Lantai 3 yaitu ruang khusus perawatan non bedah.
4. Lantai 4 yaitu ruang pasien rehabilitasi medik kelas 1 dan 2
Setiap lantai atau unit ruangan memiliki petugas yang menjadi
penanggung jawab pelayanan. Depo Farmasi ini memiliki jumlah sumber daya
manusia sebanyak 41 orang, dengan perincian apoteker sebanyak 5 orang, tenaga
teknis kefarmasian sebanyak 22 orang, petugas perincian (billing) sebanyak 8
orang, dan juru resep sebanyak 6 orang.

3.3 Farmasi Klinik RSUP Fatmawati


Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan oleh Apoteker di RSUP Fatmawati
meliputi:pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan obat,
rekonsiliasi obat, Pelayanan Informasi Obat (PIO), Konseling, visite, Pemantauan
Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek Samping Obat (MESO). Evaluasi
Penggunaan Obat (EPO), dan dispensing sediaan steril. Sedangkan kegiatan
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) belum dilakukan di RSUP
Fatmawati.
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pelayanan Resep yang masuk di tiap Depo Farmasi RSUP Fatmawati akan
dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian Resep, penyiapan
termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan yang disertai pemberian
informasi Obat kepada Pasien. Pada akhir tahap pelayanan resep selalu dilakukan
pengecekkan ulang sebelum diserahkan ke pasien untuk mencegah terjadinya
kesalahan pemberian obat (medication error).
Pengkajian resep pasien dilakukan melalui kegiatan seleksi resep sesuai
persyaratan administrasi, kesesuaian farmasetik, dan kesesuaian klinis.
Persyaratan administrasi meliputi nama, SIP dokter, tanggal penulisan resep,
tanda tangan/paraf dokter penulis resep, nama, alamat, umur, jenis kelamin dan
berat badan pasien, dan cara pemakaian yang jelas. Kesesuaian farmasetik
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


33

meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian. Pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping,
interaksi,dan kesesuaian antara dosis, durasi, dan jumlah obat.
b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Kegiatan penelusuran riwayat penggunaan obat di RSUP Fatmawati
dilakukan bersamaan dengan kegiatan Visite. Riwayat penggunaan obat pasien
nantinya didapat dari wawancara, pengambilan data rekam medik atau pencatatan
penggunaan obat pasien.
c. Rekonsiliasi Obat
Kegiatan membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah
didapat pasien dilakukan terhadap pasien rawat inap. Kegiatan bertujuan
mencegah terjadinya kesalahan obat ini dilakukan melalui kegiatan Visite.
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
PIO dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan mengenai obat serta
menyebarkan informasi tentang obat ke Tim Pelayanan Kesehatan pasien dan
masyarakat.
e. Konseling Obat.
Kegiatan konseling di RSUP Fatmawati berupa pemberian penjelasan dan
pemahaman kepada pasien mengenai pengobatan yang diperoleh oleh pasien
dengan tujuan agar muncul kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan secara
benar dan aman.
f.Visite
Visite merupakan kunjungan langsung ke ruang perawatan pasien baik
secara tim (dengan tenaga kesehatan lainnya) maupun secara pribadi guna
memonitor kemajuan hasil terapi pasien. Dalam hal ini, apoteker berperan dalam
pemilihan obat yang tepat untuk pasien.
g. Pemantauan Terapi Obat
Kegiatan ini bertujuan memastikan terapi obat yang aman, efektif dan
rasional bagi pasien. Pemantauan Terapi Obat yang dilakukan di RSUP Fatmawati
diantaranya dilakukan terhadap pemberian antibiotika lini ketiga dan pemberian
albumin.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


34

h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


MESO merupakan suatu kegiatan pemantauan terhadap timbulnya efek
yang tidak dikehendaki baik potensial maupun aktual akibat pemberian obat
selama proses terapi pasien. Kegiatan MESO di RSUP Fatmawati meliputi analisa
laporan ESO, identifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi
mengalami ESO, mengisi formulir ESO, dan melaporkan ke Panitia ESO
Nasional.
i. Evaluasi Penggunaan Obat
Kegiatan evaluasi ini dilakukan dengan cara pelaporan evaluasi
penggunaan obat dalam periode tertentu. Pelaporan penggunaan obat yang telah
dilakukan di RSUP Fatmawati diantaranya pelaporan evaluasi penggunaan
antibiotika yang rasional dan pelaporan peresepan obat Formularium-Non
Formularium Nasional.
j. Dispensing Sediaan Steril
Dispensing sediaan steril dilakukan dengan teknik aseptik. Kegiatan yang
telah dilakukan di RSUP Fatmawati yaitu penanganan obat-obat sitostatik.

3.4 Komite Farmasi dan Terapi


Komite Farmasi dan Terapi (KFT) dibentuk berdasarkan Keputusan
Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Nomor HK
03.05/II.1/1120/2013 Tentang: Pembentukan Komite Farmasi dan Terapi Rumah
Sakit Umum Pusat Fatmawati. Pembentukan KFT ini memiliki tujuan umum yaitu
terwujudnya penggunaan perbekalan farmasi yang rasional dan aman. Tujuan
khususnya yaitu tersedianya formularium obat dan formularium alat kesehatan.
KFT terdiri dari dokter, apoteker, dan perawat.Berikut struktur organisasi KFT:

DIREKTUR UTAMA

KOMITE FARMASI & TERAPI

KETUA SUB KOMITE KETUA SUB KOMITE REGULASI


PENGGUNAAN OBAT RASIONAL ETIKA DIKLIT

ANGGOTA TETAP &EX


OFFICIO Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


35

3.3.1 Kegiatan Pokok Komite Farmasi dan Terapi RSUP Fatmawati


a. Uji coba alat kesehatan habis pakai.
b. Revisi formularium.
c. Pembuatan Addendum Formularium, Standar Terapi dan Antibiotic
Guideline.
d. Pengawasan, pengendalian, dan evaluasi.
e. Monitoring efek samping obat.
f. Rapat rutin.
g. Melaksanakan uji coba dan memberikan rekomendasi dalam pemilihan
penggunaan obat dan alkes habis pakai.
h. Menyusun formularium yang menjadi dasar dalam penggunaan obat dan alat
kesehatan habis pakai di rumah sakit dan apabila perlu dapat diadakan
perubahan secara berkala.
i. Menyusun Antibiotic Guideline bersama-sama dengan Komite Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi (KPPI).
j. Melaksanakan pengawasan, pengendalian, dan evaluasi penulisan resep dan
penggunaan obat generik serta alat kesehatan habis pakai bersama-sama
Instalasi Farmasi.
k. Melaksanakan edukasi pada staf farmasi, profesi lainnya tentang obat dan
perbekalan kesehatan lain.

3.3.2 Formularium RSUP Fatmawati


RSUP Fatmawati telah menerbitkan formularium sebanyak 7 (tujuh) kali
yaitu pada tahun 1990, 1995, 2003, 2007, 2010,2012 dan yang terbaru
formularium edisi VII tahun 2014. Perbedaan yang paling khas pada formularium
edisi ke VII tahun 2014 dibandingkan formularium-formularium sebelumnya
adalah terdapat restriksi penggunaan obat pada daftar obat yang tercantum.
Formularium obat RSUP Fatmawati 2014 meliputi 960 jenis obat yang terdiri dari
578 obat Formularium Nasional Generik, 328obat Non Formularium Nasional
sehingga total terdapat 1639 nama obat di dalamnya. Obat yang masuk dalam
Formularium RSUP Fatmawati 2014 terdiri 1 obat generik, 1 obat original (bila
diperlukan) dan maksimal 2 obatcopy (Me Too).
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


36

Formularium RSUP Fatmawati digunakan sebagai acuan Instalasi Farmasi


dalam perencanaan dan pengadaan obat di RSUP Fatmawati, sehingga
penatalaksanaan obat dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Penggunaan obat-
obat yang tercantum dalam Formularium RSUP Fatmawati merupakan tanggung
jawab profesional dokter dan apoteker dalam pengobatan kepada pasien. Apabila
ada alasan rasional untuk tidak menggunakan obat yang tidak tercantum dalam
formularium, maka dapat dimintakan izin kepada KFT dengan mengisi Formulir
Permintaan Obat Non Formularium.
Formularium RSUP Fatmawati bertujuan untuk peningkatan penggunaan
obat yang rasional, dan sekaligus meningkatkan daya guna dan hasil guna dana
yang tersedia, sebagai usaha untuk meningkatkan mutu dan memeratakan
pelayanan kesehatan, khususnya di RSUP Fatmawati.
Secara berkala, paling lama 3 tahun Formularium RSUP Fatmawati ini
akan mengalami perubahan dan penyesuaian yang diperlukan, dan setiap enam
bulan akan dievaluasi kembali sesuai dengan tata kerja KFT. Instalasi Farmasi
bertanggung jawab terhadap penyediaan obat yang tercantum dalam Formularium
Rumah Sakit. Untuk pengusulan obat-obat baru agar masuk dalam Formularium
Obat RSUP Fatmawati, dipergunakan Formularium Usulan Obat Baru yang
ditujukan kepada Komite Farmasi dan Terapi (KFT), kemudian akan dibahas serta
dianalisa dalam tim berdasarkan Evidence Based Medicine (EBM) untuk diterima
atau ditolak.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


BAB IV
PEMBAHASAN

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati merupakan Rumah Sakit Umum


milik pemerintah yang sejak tahun 2010 ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas A
yang sekaligus berhasil memenuhi standar Paripurna Komite Akreditasi Rumah
Sakit (KARS) dan pada Desember 2013, RSUP Fatmawati berhasil
mempertahankan standar Paripurna KARS dan terakreditasi Joint Commission
International (JCI). Namun jika berdasarkan jumlah bed, RSUP Fatmawati ini
tergolong RS kelas B karena total tempat tidur (bed)di RSUP Fatmawati sebanyak
772. Bed Ocuupancy Rate (BOR) pada bulan September 2014 yaitu 80%.
RSUP Fatmawati merupakan Rumah Sakit Pendidikan yang ikut serta
dalam menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang
pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, pendidikan
tenaga kefarmasian, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya. RSUP Fatmawati
dipimpin oleh seorang Direktur Utama dengan tiga wakil direktur yaitu: Direktur
Medik dan Keperawatan, Direktur Umum, Sumber Daya Manusia dan
Pendidikan, serta Direktur Keuangan. Pengelolaan RSUP Fatmawati yang
dilakukan oleh Direktur Utama, berada di bawah pengawasan Kementerian
Kesehatan dan Kementerian Keuangan.
Untuk menjalankan fungsinya terkait dengan pekerjaan kefarmasian, maka
RSUP Fatmawati membentuk suatu unit penunjang, yang disebut Instalasi
Farmasi Rumah Sakit (IFRS).

4.1 Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati


Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati merupakan satuan kerja (satker) di
RSUP Fatmawati yang menjalankan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Instalasi Farmasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab langsung
kepada Direktur Medik dan Keperawatn RSUP Fatmawati. Instalasi Farmasi
RSUP Fatmawati bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur

37 Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


38

danmengawasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian serta melakukan


pembinaan teknis kefarmasian di rumah sakit.
Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi Famasi dan
dibantu oleh 3 koordinator yaitu Koordinator Pelayanan Farmasi, Koordinator
Perbekalan Farmasi dan Koordinator Penunjang dan Administrasi Umum.
Koordinator Pelayanan Farmasi membawahi PJ Farmasi Klinik, PJ
Farmasi IRJ 1, PJ Depo Farmasi IRJ 2, PJ Depo Farmasi Griya Husada, PJ Depo
Farmasi Anggrek, PJ Depo Farmasi Teratai, PJ Depo Farmasi GPS, PJ Depo
Farmasi IGD dan PJ Depo Farmasi Bougenville. Koordinator Perbekalan Farmasi
membawahi PJ Gudang Farmasi, PJ Barang Farmasi Konsiniasi, PJ Depo Farmasi
IBS, PJ Gudang Farmasi Depo Teratai dan PJ Produksi Farmasi. Koordinator
Penunjang dan Administrasi Umum membawahi PJ Tata Usaha dan SDM
Farmasi, PJ Sistem Informasi Farmasi, PJ Perencanaan Perbekalan Farmasi dan
PJ Pemantauan dan Pengendalian Perbekalan Farmasi.

4.2 Penunjang dan Administrasi Umum


4.2.1 Tata Usaha dan SDM Farmasi
Kegiatan yang dilakukan oleh bagian tata usaha IFRS RSUP Fatmawati,
yaitu:
1. Membukukan surat masuk dan surat keluar
a. Surat masuk
Setiap surat yang masuk akan diterima oleh petugas tata usaha, kemudian
diberi nomor urut surat masuk yang kemudian akan disampaikan kepada
Kepala Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati untuk diketahui dan diparaf.
Selanjutnya surat tersebut disampaikan kepada yang bersangkutan untuk
diproses. Surat yang telah diproses akan diarsipkan.
b. Surat keluar
Setiap Surat dari Instalasi Farmasi yang akan dikirim keluar RSUP
Fatmawati harus melalui tata usaha dan ditandatangani oleh Kepala Instalasi
Farmasi RSUP Fatmawati. Surat yang akan dikirim dibuat rangkap dua, yaitu
satu untuk dikirim dan satu untuk arsip. Pengiriman surat untuk ekstern rumah
sakit melalui Sub Bagian Tata Usaha Rumah Sakit
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


39

2. Membuat laporan di Instalasi Farmasi


Laporan-laporan yang dibuat oleh Penyelia Pelaporan Instalasi Farmasi RSUP
Fatmawati adalah laporan yang dibuat setiap bulan dan setiap akhir tahun.
Laporan yang dibuat setiap bulan sebelum tanggal 20 (kecuali laporan
penggunaan narkotika dibuat sebelum tanggal 10) meliputi :
a. Laporan Keuangan dan Laporan Pengeluaran Barang Farmasi
Data laporan keuangan dan laporan pengeluaran barang farmasi diambil
dari jumlah permintaan atau pemakaian barang farmasi (Formulir Permintaan
Barang) oleh ruang/ unit/ instalasi/ poliklinik.
b. Laporan Narkotika
Laporan pemakaian obat narkotika dan psikotropika dibuat berdasarkan
data jumlah pemasukan dan pengeluaran obat-obat narkotika dan psikotropika
di Gudang Farmasi dan di seluruh depo-depo farmasi. Pengambilan data
jumlah pemasukan dan pengeluaran obat narkotika dilakukan setiap akhir
bulan dan untuk obat psikotropika dilakukan setiap akhir tahun. Pelaporan
narkotika dan psikotropika di RSUP Fatmawati masih menggunakan cara
manual dan belum menggunakan aplikasi SIPNAP (Sistem Pelaporan
Narkotika dan Psikotropika) yang dilakukan secara online. Hal ini dikarenakan
keterbatasan akses internet di IFRS dan juga karena sering terjadi
keterlambatan pengiriman laporan penggunaan narkotika dan psikotropika dari
depo-depo farmasi. Pelaporan secara manual ini tidak menyalahi aturan namun
sebaiknya pelaporan narkotika dan psikotropika dilakukan menggunakan
aplikasi SIPNAP karena lebih memudahkan pemerintah dalam merekapitulasi
laporan narkotika dan psikotropika dari seluruh Indonesia sehingga pemerintah
dapat memiliki data penggunaan narkotika dan psikotropika yang akurat, valid
dan real time. Selain itu juga lebih memudahkan Instalasi Farmasi karena tidak
perlu lagi mengirimkan berkas ke Dinas Kesehatan Jakarta Selatan.
c. Laporan Generik dan Non Generik
Laporan penulisan resep generik dan non generik dilakukan setiap bulan
dengan data yang diperoleh dari jumlah penulisan resep-resep generik dan non
generik oleh: Gudang Farmasi, Depo Farmasi IGD, Depo Farmasi IRJ, Depo
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


40

Farmasi Teratai, Depo Farmasi IGH, Depo Farmasi Anggrek, dan


DepoFarmasi IBS. Dari laporan ini biasanya dilihat persentase peresepan
generik lalu dievaluasi dan dilaporkan ke direktur.
d. Laporan Tagihan Depo Farmasi
Data laporan tagihan Depo Farmasi diperoleh dari jumlah perincian
penggunaan obat oleh pasien dari Depo-depo Farmasi.
e. Laporan Kegiatan.
Data laporan kegiatan diperoleh dari penjumlahan lembar resep dan jumlah
resep dari Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap.
f. Laporan Pemakaian Kas Kecil Instalasi Farmasi
Data laporan pemakaian kas kecil instalasi farmasi diperoleh dari data
kwitansi dan faktur pembelian perbekalan farmasi.
3. Menyimpan arsip IFRS
Pemisahan arsip di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati didasarkan atas:
a. Arsip surat masuk/ surat keluar/ SK Direktur RSUP Fatmawati/ SK
Kemenkes;
b. Arsip Kepegawaian terdiri dari map masing-masing pegawai Instalasi
Farmasi RSUP Fatmawati;
c. Arsip laporan-laporan;
d. Arsip resep rawat jalan dan rawat inap;
e. Arsip catatan kehadiran pegawai (absensi) di Instalasi Farmasi RSUP
Fatmawati;
f. Arsip catatan lembur pegawai Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati;
g. Arsip catatan rekapitulasi rencana pengadaan bulanan;
h. Arsip rekapitulasi rencana pengadaan bulanan.
Setiap kelompok arsip tersebut disimpan terpisah satu dengan lainnya,
disimpan perbulan, dan diurutkan dari tanggal termuda. Penyimpanan resep-
resep 3 bulan terakhir disimpan pada masing-masing depo farmasi untuk
memudahkan pencarian apabila diperlukan. Setiap tahun, bagian tata usaha
IFRS RSUP Fatmawati akan melakukan pemusnahan terhadap laporan-laporan
dan resep-resep yang berumur lebih dari 3 tahun dan juga pemusnahan
terhadap surat masuk dan surat keluar yang berumur 5 tahun.
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


41

4.2.2 Sistem Informasi Farmasi


Sistem Informasi Farmasi adalah sistem komputerisasi manajemen
pengelolaan persediaan perbekalan farmasi dan pelayanan kefarmasian di Instalasi
Farmasi yang terintegrasi dengan sistem komputerisasi rumah sakit. Sistem
informasi terdiri dari aplikasi referensi, setting, katalog, tarif, pengadaan,mutasi,
distribusi, dan pelaporan.
Tujuan sistem informasi farmasi ini adalah agar seluruh data transaksi
perbekalan farmasi yang telah diberikan pada pasien tercatat juga dalam data
transaksi dalam Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). Sistem informasi farmasi
ditanggungjawabkan kepada seorang penyelia yang berkoordinasi dengan Kepala
Instalasi dalam melakukan kegiatan di instalasi farmasi terkait dengan:
a. Entri pada aplikasi pengadaan, mutasi, distribusi, referensi, tarif, katalog, dan
pelaporan;
b. Entri data penyimpanan dan verifikasi pada aplikasi mutasi, distribusi,
referensi, tarif, katalog, dan pelaporan;
c. Perubahan data yang telah diverifikasi pada aplikasi pengadaan, mutasi,
distribusi, referensi, tarif, dan katalog.
Apoteker dan penyelia Instalasi Farmasi, berkoordinasi dengan penyelia
sistem informasi farmasi dalam melakukan kegiatan di bagian (depo dan gudang
farmasi), masing-masing :
a. Entri pada pengadaan, mutasi, dan distribusi;
b. Melakukan entri data penyimpanan dan verifikasi pada aplikasi distribusi,
mutasi, dan pengadaan;
c. Melakukan perubahan data yang telah diverifikasi pada aplikasi pengadaan,
mutasi, dan distribusi.
Tenaga teknis kefarmasian dan petugas administrasi (entri data)
berkoordinasi dengan penyelia terkait di masing-masing bagian (depo dan gudang
farmasi) dalam melakukan :
a. Melakukan entri pada aplikasi pengadaan, mutasi, dan distribusi.
b. Melakukan penyimpanan dan verifikasi pada aplikasi distribusi.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


42

4.3 Perbekalan Farmasi


4.3.1 Gudang Farmasi
Kegiatan yang dilakukan gudang farmasi meliputi perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan pelaporan.
Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan setiap bulan untuk pengadaan
reguler dan setiap tiga bulan untuk pengadaan tender dengan merujuk pada
Formularium Nasional (FORNAS) dan Formularium RSUP Fatmawati Edisi VII
2014. Perencanaan dilakukan berdasarkan permintaan dan kebutuhan tiap-tiap
depo, pola penyakit pasien, data penggunaan obat sebelumnya dan disesuaikan
dengan anggaran yang tersedia.
Perencanaan yang telah dibuat oleh Instalasi Farmasi akan ditandatangani
oleh Kepala IFRS, kemudian disampaikan ke Direktur Medik dan Keperawatan.
Direktur Keuangan akan menetapkan jumlah anggaran yang diberikan dengan
disesuaikan pada perencanaan dan jumlah anggaran yang tersedia di rumah sakit,
kemudian disampaikan ke Direktur Utama RSUP Fatmawati sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) untuk mendapatkan persetujuan. KPA (Kuasa
Pemegang Anggaran) akan memberikan sejumlah anggaran yang telah disetujui.
Dana perencanaan diperoleh dari dana pendapatan dan dana bantuan dari
pemerintah yang masing-masing dapat dicairkan setiap awal tahun, tapi biasanya
yang digunakan pertama kali adalah dana bantuan dari pemerintah. Selain itu,
tersedia anggaran belanja lain yaitu Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA)
yang digunakan untuk mengantisipasi keperluan pengadaan di luar perencanaan
yang dilakukan setiap bulan danpada saat pembelian barang farmasi secara lelang.
Untuk merealisasikan perencanaan perbekalan farmasi tersebut, maka
dilakukan kegiatan pengadaan yang dilakukan oleh Unit Layanan dan Pengadaan
(ULP) dan pejabat pengadaan yang ditunjuk oleh Pejabat Pembuat Komitmen
(PPK). Pengadaan barang kurang dari dua ratus juta akan dilakukan oleh pejabat
pengadaan melalui pembelian langsung dan perencanaan dibuat setiap bulan.
Sedangkan untuk pengadaan barang lebih dari dua ratus juta akan dilakukan oleh
ULP melalui tender dengan perencanaan yang dibuat untuk kebutuhan tiap 3 atau
6 bulan. Pengadaan perbekalan farmasi yang dilakukan secara tender meliputi
alkes dasar (disposible syringe, IV catheter, infusion set), film rontgen, reagensia,
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


43

dan pembalut. Sedangkan untuk obat dan alkes tertentu yang jarang digunakan,
pengadaan dilakukandengan pembelian langsung. Untuk barang implant dan
cathlab biasanya menggunakan sistem konsinyasi.
Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh tim penerima
barangbersama-sama dengan petugas gudang farmasi dengan mencocokkan antara
surat pemesanan barang dengan faktur pembelian dan barang yang datang (cek
kesesuaian nama, jenis, bentuk, jumlah, dan keadaan fisik barang). Petugas juga
harus memperhatikan syarat-syarat penerimaan barang seperti Certificate of
Analysis untuk bahan baku obat, Certificate of Origin untuk alat kesehatan,
Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya, dan waktu
kadaluarsa (minimal 2 tahun).
Selanjutnya perbekalan farmasi disimpan di gudang farmasi berdasarkan
stabilitas, bentuk sediaan serta jenisnya, dan disusun secara alfabetis dengan
metode First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO) di masing-
masing ruangannya, baik itu di ruangan penyimpanan alkes, ruanganpenyimpanan
cairan, ruangan penyimpanan sediaan tablet atau kapsul, obat injeksi dan
semisolid, maupun ruangan penyimpanan gas medik.
Selain itu, untuk obat-obat jenis tertentu disimpan secara khusus, seperti
obat narkotika dan psikotropika, obathigh alert dan obat kemoterapi.
Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika menggunakan lemari sesuai
ketentuan, yaitu lemari doublelock (kunci ganda) pada dua pintu dengan susunan
berlapis dan lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak
dapat dipindahkan kecuali dengan membongkarnya serta dilengkapi dengan kartu
stok. Untuk obat-obatan high alert disimpan pada lemari penyimpanan obat
yang bertanda khusus (stiker high alert) dan tidak tercampur dengan obat lainnya.
Sedangkan untuk obat kemoterapi, penyimpanan menggunakan lemari khusus
dengan label/logo karsinogenik.
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) disimpan dalam ruangan yang sama
dengan ruang penyimpanan obat lainnya dan belum tergolong gudang tahan api.
Untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, maka pihak
farmasi menempatkan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tersebut di tempat
yang terpisah dari obat lainnya, diberi garis merah sebagai penanda dan juga
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


44

melengkapi gudang dengan APAR tambahan dan eyewash, serta dekat dengan
jalur evakuasi. Selain melaksanakan penyimpanan perbekalan farmasi, petugas
farmasi di gudang juga melaksanakan penyusunan persediaan perbekalan farmasi
pada tempat penyimpanan secara aman, pencatatan pemasukan, pelaporan dan
stok perbekalan farmasi ke dalam kartu stok dan dalam Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS).
Pendistribusian perbekalan farmasi yang dilakukan gudang RSUP
Fatmawati ada dua macam yakni pendistribusian amprahan obat berdasarkan
permintaan dari depo-depo farmasi melalui sistem online dan pendistribusian
floor stock dari ruangan atau satuan kerja secara manual atau menggunakan
formulir. Alur pendistribusian amprahan hampir sama dengan pendistribusian
floor stock, perbedaannya adalah pendistribusian amprahan dapat dilakukan setiap
hari, sedangkan pendistribusian floor stock dilakukan sesuai jadwal pengambilan
tiap ruangan atau satuan kerja. Selain itu, permintaan floor stock hanya berupa
alkes, antiseptik dan lain-lain, tidak termasuk obat-obatan seperti permintaan
amprahan.
Kegiatan terakhir yang dilakukan di gudang adalah pelaporan, yang terdiri
dari pelaporan buku induk penerimaan barang, rekapitulasi penerimaan barang,
rekapitulasi pengeluaran barang gudang induk farmasi dan gudang gas medik,
rekapitulasi pengeluaran barang harian gudang induk farmasi dan gudang gas
medik, laporan persediaanfloor stock, laporan stok opname setiap 1bulan sekali di
gudang dan 3 bulan sekali ke Depkeu, laporan narkotika setiap 1 bulan sekali,
laporan psikotropika setiap 1tahun sekali, dan laporan barang sumbangan. Selain
itu, dilakukan juga pelaporan retur dan pemusnahan perbekalan farmasi yang
rusak dan kadaluarsa. Semua laporan disampaikan melalui TU farmasi.

4.3.2 Produksi Farmasi


Produksi yang dilakukan terdiri dari 2 macam, yaitu produksi non steril
dan produksi steril. Kegiatan yang dilakukan di produksi non steril adalah
pembuatan sediaan farmasi, pengenceran sediaan dan pengemasan kembali.
Sediaan farmasi yang dibuat berdasarkan master formula RSUP
Fatmawatisebanyak 47 sediaan, akan tetapi sediaan yang masih aktif diproduksi
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


45

saat ini hanya sebanyak 10 sediaan, contohnya OBH, syrupus simplex, bethadine
gargle dan salep kemicetin. Pengenceran sediaan biasanya dilakukan pada
alkohol 70% dan betadine. Kegiatan pengemasan kembali juga dilakukan untuk
sediaan kapsul CaCO3, NaCl dan Natrium Bicarbonat yang merupakan produk
non steril yang paling banyak digunakan di RSUP Fatmawati. Permintaan produk
non steril dilakukan melalui gudang farmasi, namun pendistribusiannya dapat
dilakukan langsung melalui ruang produksi non steril.
Kegiatan produksi steril yaitu penanganan obat sitostatika dilakukan di
ruang steril, sedangkan IV admixture dilakukan di depo teratai. Keluarga pasien
yang akan melakukan kemoterapi menyerahkan formulir permintaan pencampuran
obat kankerkepada bagian produksi steril. Petugas produksi steril akan melakukan
penyiapan obat sitostatika pada hari dimana pasien dijadwalkan melakukan
kemoterapi sesuai yang tercantum pada formulir tersebut. Permintaan
pencampuran obat sitostatika di RSUP Fatmawati terbanyak adalah untuk pasien
dengan diagnosa kanker payudara, kanker rahim, kanker colon dan limfoma.

4.3.3 Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral


Kegiatan yang dilakukan di depo IBS adalah menyiapkan permintaan alkes
serta obat-obatn dari operasi yang akan berlangsung. Sehari sebelum operasi
belangsung, depo farmasi menerima jadwal operasi serta permintaan obat dan
alkes untuk anestesi. Depo farmasi kemudian menyiapkan paket anestesi dan
memberi label nama pasien pada paket tersebut, sehingga pada hari operasi penata
anestesi cukup meminta paket berdasarkan nama pasien. Penata bedah akan
menuliskan resep permintaan obat dan alkes pada hari operasi, kemudian paket
bedah akan disiapkan oleh petugas depo farmasi. Bila terdapat kekurangan obat
dan alat kesehatan saat operasi sedang berlangsung, maka penata bedah atau
penata anestesi dapat meminta secara langsung ke depo farmasi dengan
menyebutkan nama pasien dan kamar operasi. Petugas depo farmasi akan
mencatat permintaan obat dan alat kesehatan tersebut. Bila pasien telah selesai
dioperasi, maka paket akan dikembalikan ke depo farmasi dan petugas depo
farmasi akan merekapitulasi semua penggunaan obat dan alat kesehatan ke
administrasi perincian. Perincian selanjutnya akan dikirimkan ke depo farmasi di
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


46

mana pasien dirawat. Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral juga menyiapkan
Paket Bedah Prima yang merupakan sistem paket untuk pasien tunai. Sebelum
operasi, pasien tunai harus melunasi pembayaran terlebih dahulu.
Pasien yang masuk ke OK Cito, maka menggunakan Paket obat dan alkes
OK Cito yang telah disiapkan oleh petugas depo farmasi. Bila obat dan alat
kesehatan dalam paket kurang, maka penata anestesi dapat mengambilnya di
lemari emergency dan mencatatnya di lembar pemakaian. Setelah selesai operasi,
lembar pemakaian dimasukkan ke dalam paket obat dan alkes OK Cito yang telah
terpakai oleh pasien. Setiap harinya lemari emergency akan dicek jumlah
pemakaian, serta diisi kembali oleh petugas depo farmasi.
Penyimpanan obat dan alat kesehatan pada depo farmasi IBS disusun pada
lemari terpisah. Obat yang memerlukan suhu dingin telah disimpan dalam
pharmaceutical refrigerator yang dilengkapi dengan monitor suhu sedangkan
untuk narkotik disimpan dalam lemari narkotik. Penyusunan alkes dan obat tidak
secara alfabetis dikarenakan perbedaan ukuran alkes dan keterbatasan lemari
penyimpanan sehingga menyulitkan pengambilan obat saat diperlukan. Di depo
IBS terdapat pula barang-barang konsinyasi, seperti implan. Tujuan dari
pengadaan secara konsinyasi adalah untuk mencegah kerugian akibat alat yang
tidak terpakai. Selain itu obat ataupun alat kesehatan yang dibutuhkan pada IBS
harus selalu tersedia, tidak boleh terjadi barang kosong. Jika terjadi kekosongan
barang, akan menyebabkan penundaan atau pembatalan operasi. Oleh karenanya
penyelia depo IBS harus teliti dalam melakukan penyediaan dan pengadaan dari
gudang farmasi. Ketika barang kosong atau menipis di depo IBS makan akan
segera diajukan pengadaan dari gudang. Jika memang barang kosong pabrik,
maka penyelia akan menginformasikan ke dokter bersangkutan yang
menggunakan barang yang dimaksud.
Laporan yang yang disiapkan oleh depo IBS antara lain adalah laporan
pemakaian narkotika dan psikotropika, laporan pemakaian obat generik dan non
generik, laporan analisa penjualan harian dan bulanan.

4.4 Pelayanan Farmasi


Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


47

Koordinator Pelayanan Farmasi membawahi Depo Instalasi Gawat Darurat


(IGD), Depo Instalasi Rawat Jalan (IRJ), Depo Instalasi Griya Husada (IGH) dan
Anggrek, dan Depo Teratai.
4.4.1 Depo Farmasi Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Kegiatan pelayanan yang dilakukan yaitu melayani pasien rawat inap
(IGD, ICCU, ICU, NICU, PICU) dan pasien rawat jalan IGD. Kegiatan depo
farmasi IGD dan IRI yaitu melakukan pelayanan farmasi klinik dan pengelolaan
perbekalan farmasi. Kegiatan farmasi klinik di IGD telah berjalan dengan adanya
seorang apoteker klinis. Beberapa jenis pelayanan farmasi klinik yang telah
dilakukan, antara lain:
a. Pengkajian Resep : dilakukan dengan cara menyesuaikan antara obat yang
diresepkan oleh dokter dengan rencana pengobatan dalam status pasien dan
pemberian obat oleh perawat yang tercatat dalam kardeks. Selain itu dilakukan
pula analisa kesesuaian obat dengan indikasi terapi, dosis obat, aturan pakai
dan waktu pemberian, rute pemberian, interaksi antar obat, dll.
b. Monitoring Efek Samping Obat
c. Pelayanan Informasi Obat: dilakukan pada saat penyerahan obat kepada pasien
yang akan pulang. Pemberian informasi obat pulang di IGD diutamakan untuk
pasien dengan penggunaan obat khusus dan berkelanjutan.
Pengelolaan perbekalan farmasi di Depo Farmasi IGD dan IRI meliputi
perencanaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi perbekalan farmasi dan
pelaporan.
Depo Farmasi IGD dan IRI melakukan permintaan obat dan alat kesehatan
ke gudang farmasi setiap hari secara online. Penyimpanan perbekalan farmasi di
depo IGD telah diatur sesuai dengan persyaratan dan standar kefarmasian. Sistem
distribusi obat dan perbekalan farmasi yang diberlakukan di Depo Farmasi IGD
dan IRI adalah sistem individual prescription untuk pasien rawat jalan dan unit
dose untuk pasien rawat inap. Laporan - laporan yang disiapkan oleh Depo
Farmasi IGD adalah sebagai berikut:
a. Laporan Analisa Penjualan
b. Laporan barang rusak dan expired yang dibuat setiap 3 bulan.
c. Laporan pemakaian obat–obat narkotika yang dibuat setiap bulan.
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


48

d. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap
bulan.
e. Laporan jumlah dan lembar resep setiap bulan.

4.4.2 Depo Farmasi Instalasi Rawat Jalan (IRJ)


Depo Farmasi IRJ berada di bawah tanggung jawab seorang apoteker yang
dibantu oleh asisten apoteker, juru resep dan petugas administrasi. Depo Farmasi
IRJ di lantai 1 melayani semua pasien rawat jalan dengan jaminan JKN, Jamkesda
dan tunai, sedangkan Depo Farmasi IRJ lantai 3 melayani obat-obat program dan
obat-obat cito dari poli bedah. Jumlah rata-rata resep yang dilayani di Depo
Farmasi IRJ lantai 1 sebanyak 500-700 resep per hari, sedangkan Depo Farmasi
IRJ lantai 3 sebanyak 180-215 resep per hari.
Depo Farmasi IRJ melakukan pengadaan obat setiap hari langsung dari
Gudang Farmasi menggunakan formulir permintaan barang melalui komputer
secara online. Penyimpanan perbekalan farmasi dikelompokkan berdasarkan
bentuk sediaan serta jenisnya, stabilitas dan disusun secara alfabetis menggunakan
sistem FIFO dan FEFO. Untuk obat-obatfast moving disimpan terpisah di atas
meja untuk memudahkan dan mempercepat waktu pengambilan. Obat narkotika
dan psikotropika disimpan di lemari khusus narkotika dan lemari khusus
psikotropika sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Untuk obat
narkotika, dilakukan pencatatan dalam kartu stok pada setiap proses penerimaan
dan pengambilan obat. Untuk obat LASA (Look Alike Sound Alike)
penyusunannya diberi jarak 2 box antar obat LASA dan ditempelkan stiker LASA
pada box obat.
Depo Farmasi IRJ menerapkan sistem distribusi obat secara individual
prescription dengan menyiapakan dan memberikan obat berdasarkan resep pasien
yang dibuat oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP). Prosedur distribusi
obat di Depo Farmasi IRJ meliputi: masuknya resep ke bagian penerimaan resep
(bagian sortir), pelaksanaan skrining resep untuk menialai kesesuaian penulisan
resep, pelaksanaan pelayanan obat pasien yang telah memenuhi persyaratan pada
skrining resep, pemeriksaan kelengapan berkas resep untuk pasien jaminan (BPJS
dan jamkesda), pembuatan billing transaksi dan peng-input-an data resep ke
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


49

komputer, pembayaran berdasarkan billing resep untuk pasien tunai, pengambilan


nomor obat oleh pasien, pembuatan etiket obat, pembuatan copy resep untukobat
yang tidak tersedia, dispensing obat, pengecekan kesesuaian obat dengan
permintaan pada resep, penyerahan obat kepada pasien disertai dengan pemberian
informasi obat.
Untuk sistem pelaporan, Depo Farmasi IRJ membuat laporan penggunaan
obat narkotika dan psikotropika, laporan penulisan obat generik dan non generik,
laporan pemakaian obat HIV/AIDS, laporan analisa penjualan, laporan jumlah
lembar dan jumlah resep, dan laporan barang yang rusak dan kadaluarsa.

4.4.3 Depo Farmasi Instalasi Griya Husada dan Anggrek


Depo Farmasi IGH dan Anggrek merupakan salah satu instalasi di RSUP
Fatmawati yang melayani pasien rawat inap maupun rawat jalan. Pasien yang
dilayani adalah pasien non BPJS, dimana seluruh transaksi pelayanannya
dikenakan pembayaran tunai sehingga pasiennya sering disebut pasien VIP.
Sehingga obat-obat yang tersedia di Depo Farmasi IGH, sebagian besar adalah
obat-obat paten yang masuk dalam formularium RS. Pelayanan Rawat Inap di
Gedung Anggrek dilakukan selama 7 hari, sedangkan pasien rawat jalan di IGH
dilayani selama 6 hari (Senin-Sabtu). Depo Farmasi IGH selain melayani obat-
obat umum untuk pasien rawat jalan, juga melayani obat program seperti
tuberculosis dan HIV. Jumlah rata-rata resep yang masuk untuk rawat jalan yaitu
±120 resep setiap harinya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di depo diantaranya:
a. Pengamprahan Obat
Pengamprahan dilakukan melalui sistem satu pintu dari instalasi farmasi,
yang mana depo akan membuat rincian kebutuhan ke gudang melalui sistem
online dengan Sistem Informasi Manajemen RS (SIRS). Obat-obat yang bersifat
segera (CITO) permintaannya dapat lebih cepat dibandingkan obat-obat lain, atau
dapat juga mengambil dari Depo Teratai.

b. Penerimaan Obat
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


50

Obat-obat yang telah diamprah dari gudang, akan diperiksa oleh petugas
depo dengan mencocokkan fisik barang dengan daftar permintaan yang
sebelumnya telah dikirim dari depo.
c. Penyimpanan Obat
Obat-obat disimpan sesuai dengan stabilitas dan bentuk sediaan, yang
disusun secara alfabetis dan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired
First Out (FEFO). Obat narkotik dan psikotropik disimpan di dalam almari
narkotik yang terbuat dari bahan yang kuat, menempel di dinding, berkunci ganda
dan letaknya tersembunyi dari umum. Apabila ada penggunaan dan penerimaan
obat-obat narkotik dan psikotropik, maka harus dicatat di dalam kartu stok.
Penyimpanan obat-obat yang berisiko tinggi (high alert) dilakukan secara khusus,
yaitu di dalam almari yang diberi tanda high alert dan obat-obat tersebut juga
diberi stiker high alert berwarna merah. Obat-obatLook Alike Sound Alike (LASA)
diberi stiker berwarna kuning dan letaknya pun diselang 2 kotak obat untuk
menghindari kesalahan dalam pengambilan obat.
d. Distribusi Obat
Sistem distribusi obat yang digunakan untuk pasien rawat inap yaitu Unit
Dose Dispensing (UDD) atau distribusi unit dosis, yang mana penyerahan obat
kepada pasien sesuai dengan permintaan dokter yang berupa kemasan unit tunggal
untuk sekali penggunaan obat dan disiapkan untuk penggunaan selama 24 jam.
Penyiapan UDD dilakukan oleh petugas depo di depo farmasi setiap hari.
Sebelum pendistribusian obat ke ruang rawat, maka petugas harus melakukan
pengecekan dengan prinsip 7 tepat, yaitu tepat pasien, tepat dosis, tepat indikasi,
tepat obat, tepat cara pemberian, tepat waktu pemberian dan tepat efek samping.
Setelah pengecekan 7 tepat, obat kemudian dikirim ke ruang perawatan dan
diserahkan kepada perawat, kemudian sebelum diberikan kepada pasien, perawat
juga akan melakukan pengecekan ulang untuk menghindari kesalahan dalm
pemberian obat. Pengiriman obat ke ruang rawat biasanya dilakukan sekitar pukul
14.00-15.30 WIB.

e. Dokumentasi dan Pelaporan


Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


51

Pelaporan yang dilakukan oleh petugas depo IGH, sama dengan depo-depo
yang lainnya, yaitu :
1) Laporan daftar pelunasan (dibuat harian);
2) Laporan penggunaan obat-obat narkotik dan psikotropik (dibuat setiap
bulan);
3) Laporan penulisan resep obat-obat generik dan non generik (dibuat setiap
bulan);
4) Laporan analisis penjualan (dibuat setiap bulan);
5) Laporan barang rusak dan kadaluarsa (dibuat setiap 3 bulan).

4.4.4 Depo Farmasi Teratai


Depo Farmasi Teratai terletak di lantai pertama Gedung Teratai. Depo
Farmasi Teratai merupakan Depo Farmasi yang menyediakan perbekalan bagi
pasien rawat inap Gedung Teratai sebanyak 516 bed dan Gedung Prof. Soelarto
sebanyak 147 bed.
Kegiatan yang dilakukan di Depo Farmasi Teratai meliputi pengadaan
obat, penerimaan obat, penyimpanan obat, penyiapan obat, distribusi obat dan
dokumentasi.
a. Pengadaan obat
Sistem pengadaan obat dilakukan berdasarkan sistem satu pintu dari Instalasi
Farmasi. Setiap harinya depo rawat inap akan membuat perincian kebutuhan ke
gudang farmasi yang diinput ke komputer yang online dengan Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIRS).
b. Penerimaan
Pelaksanaan pemeriksaan penerimaan perbekalan farmasi yang dikirim dari
gudang farmasi oleh petugas depo farmasi dengan melakukan pemeriksaan
kecocokan perbekalan farmasi dengan dokumen print out bukti transfer dari
gudang farmasi.
c. Penyimpanan obat
Perbekalan farmasi di depo rawat inap, disimpan terpisah berdasarkan bentuk
sediaan dan kestabilan yang disusun berdasarkan alfabetis dan sistem FEFO
(First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out). Penyimpanan obat
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


52

high alert dilakukan secara khusus dalam lemari penyimpanan obat-obat yang
bertanda khusus (stiker high alert) dan ditempel stiker high alert pada setiap
kemasan. Penyimpanan narkotika dan psikotropika di instalasi farmasi secara
teratur di lemari khusus narkotika dan lemari khusus psikotropika, terkunci dan
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Dicatat jumlah penerimaan
obat dan penggunaannya dalam kartu stok. Obat LASA (Look Alike Sound
Alike) penyusunannya diberi jarak 2 box antar obat LASA dan diberikan stiker
LASA.
d. Distribusi obat
Sistem distribusi yang diterapkan di Depo Farmasi rawat inap beragam,
diantaranya yaitu sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD), sistem
distribusi resep individual, dan sistem paket.
1) Distribusi unit dose adalah penyampaian obat kepada pasien sesuai
permintaan dokter berupa kemasan unit tunggal untuk sekali pakai dan obat
disiapkan untuk pemakaian selama 24 jam.
2) Distribusi resep individual adalah penyampaian obat oleh IFRS meliputi
penyiapan etiket sesuai dengan identitas pasien dan sesuai dengan signa
yang tertera pada resep yang ditujukan bagi pasien tersebut.
3) Trolley Emergency
Depo Teratai memiliki beberapa troli emergency yang berisi obat dan alat
kesehatan life saving. Lemari-lemari ini disediakan di ruang HCU (High
Care Unit) yang ada di setiap lantai gedung. Tiap troli emergency berisi
obat dan alat kesehatan dengan jumlah yang telah distandardisasi.
4) Sistem distribusi paket dilakukan khusus untuk pasien kebidanan yang
terdiri dari 8 paket yaitu Paket Kehamilan Ektopik Terganggu (KET), Paket
Ketuban Pecah Dini (KPD), Paket Hamil Kontraksi, Paket Partus Sectio,
Paket Abortus Curetage, Paket Haemorrhagic Post Partum (HPP), Paket
Preeklamsi Berat (PEB) dan Paket Partus Normal.

Pendistribusian perbekalan farmasi dengan sistem UDD dan Resep


Individual di depo farmasi dilakukan berdasarkan resep dokter dan hanya untuk
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


53

pelayanan pasien. Depo Farmasi rawat inap hanya melayani resep pasien rawat
inap internal dari RSUP Fatmawati.
a. Peresepan
Penulisan resep dilakukan oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)
atau oleh dokter yang mewakili DPJP di RSUP Fatmawati dalam lembar resep
dengan aturan dan SPO di RSUP Fatmawati dan dicatat di rekam medik pasien di
catatan pemberian dan pemantauan obat pasien.
b. Skrining resep
Pelaksanaan distribusi perbekalan farmasi dilakukan dengan pelaksanaan
pengkajian resep sesuai dengan SPO pengkajian resep dan dilakukan klarifikasi
resep apabila ada ketidaklengkapan data dalam resep. Skrining resep dilakukan
untuk mengetahui kesesuaian resep dengan persyaratan administratif, farmasetis
dan klinis. Pengkajian/skrining resep oleh apoteker atau penyelia instalasi farmasi
untuk menilai kelengkapan resep.
c. Penyiapan Perbekalan Farmasi
Perbekalan Farmasi disiapkan sesuai dengan sistem distribusi yang
digunakan. Untuk pasien rawat inap pada umumnya menggunakan sistem UDD.
Pada sistem Unit Dose Dispensing (UDD) obat disiapkan sejumlah dosis harian
yang dibutuhkan pasien selama menjalani rawat inap untuk pemakaian selama 24
jam berdasarkan daftar obat yang tertera pada formulir catatan pemberian dan
pemantauan obat pasien. Pada pasien pulang digunakan sistem resep individual,
obat disiapkan sesuai dengan kebutuhan resep dan pada pasien kebidanan
perbekalan farmasi disiapkan sesuai dengan paket pasien.
Obat-obat bawaan pasien (obat rekonsiliasi) yang digunakan selama terapi
di RSUP Fatmawati, diserahkan oleh perawat kepada petugas depo farmasi
dengan mencatat pada buku serah terima obat. Penyimpanan obat bawaan pasien
di depo farmasi oleh petugas depo farmasi di dalam box obat bawaan pasien. Obat
tersebut disiapkan bersama dengan obat lainnya di depo farmasi.
Kegiatan IV Admixture dengan bertujuan untuk menghindari kesalahan
dalam penggunaannya, pengenceran KCl 7.46% dan Natrium bicarbonat (Meylon
8.4%) dilakukan oleh petugas di depo farmasi teratai. Penyiapan obat high alert

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


54

yang akan dilarutkan harus sesuai dengan 5 benar yaitu benar obat, benar dosis,
benar rute pemberian, benar waktu dan frekuensi pemberian.
Pencampuran obat high alert dalam bentuk injeksi harus dilakukan dengan
metode aseptik (steril) untuk menjaga mutu dan kualitas produk serta sebagai
upaya menghindari kesalahan dalam penggunaannya. KCl 7.46% injeksi harus
diencerkan sebelum digunakan dengan perbandingan 1 ml KCl : 10 ml pelarut
(WFI/ NaCl 0.9%). Konsentrasi maksimum KCl adalah 10 mEq/100 ml. Natrium
bicarbonat (meylon vial 8.4%) injeksi harus diencerkan sebelum digunakan.
Untuk penggunaan bolus, Natrium bicarbonat diencerkan dengan perbandingan 1
ml Na Bicarbonat : 1 ml pelarut WFI. Petugas memberikan label obat high alert
dan label identitas pada setiap infus yang berisi data tentang nama pasien, nomor
rekam medik, nama obat, dosis obat, pelarut dan volume pelarut, rute pemberian,
tanggal pembuatan dan tanggal kadaluarsa setelah pelarutan obat.
Sebelum didistribusikan ke ruangan perawatan pasien, petugas harus
melakukan pemeriksaan 5 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar
cara pemberian dan benar waktu pemberian.
d. Serah terima perbekalan farmasi
Penyerahan perbekalan farmasi pasien dengan perawat adalah proses
penyerahan perbekalan farmasi yang akan digunakan untuk pengobatan rawat inap
oleh petugas farmasi dengan perawat ruangan. Seluruh obat pasien rawat inap
yang telah disiapkan dalam bentuk unit dose dispensing oleh petugas farmasi
dikirim ke ruanng perawatan pasien dan dilakukan serah terima dengan perawat
ruangan dengan menggunakan prosedur serah terima perbekalan farmasi dengan
perawat. Hal ini dilakukan untuk menjamin kebenaran dan keamanan perbekalan
farmasi. Penempatan obat oral dalam laci kereta obat secara terpisah untuk setiap
pasien dilakukan oleh petugas depo farmasi di depo farmasi. Penyiapan obat oral,
injeksi dan alat kesehatan yang telah disiapkan secara unit dose dispensing dicatat
dalam buku serah terima obat per ruangan oleh petugas depo farmasi. Pengiriman
kereta obat pada pukul 14.00-15.30 ke ruangan untuk diserah terimakan dari
asisten apoteker penanggung jawab ruangan kepada perawat di ruangan yang
bersangkutan dengan pengecekan yang meliputi 7 benar yaitu (a) benar obat, (b)

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


55

benar dosis, (c) benar aturan pakai dan waktu pemberian, (d) benar rute
pemberian, (e) benar pasien, (f) benar informasi dan (g) benar dokumentasi.
Pelaksanaan pengecekan kondisi perbekalan farmasi yang diterima oleh
perawat ruangan dengan memeriksa
1. Jumlah perbekalan farmasi
2. Bentuk sediaan obat
3. Jenis perbekalan farmasi
4. Tanggal expired date
Pelaksanaan penandatanganan serah terima perbekalan farmasi di buku
serah terima oleh perawat ruangan dengan melengkapi data:
1. Waktu (tanggal/bulan/tahun/jam)
2. Nama ruangan IRNA
3. Nama pemberi dan penerima
Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama halnya dengan
depo-depo farmasi lainnya, di antaranya adalah:
1. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.
2. Laporan pemakaian narkotika dan psikotropika yang dibuat setiap bulan.
3. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap
bulan.
4. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.
5. Laporan barang rusak dan expired yang dibuat setiap 3 bulan.

4.5 Farmasi Klinik


Beberapa kegiatan yang aktif dilaksanakan di RSUP Fatmawati
diantaranya: pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan
obat, rekonsiliasi obat, Pelayanan Informasi Obat (PIO), konseling, visite,
Pemantauan Terapi Obat (PTO), Monitoring Efek Samping Obat (MESO),
Evaluasi Penggunaan Obat (EPO), dan dispensing sediaan steril. Adapun kegiatan
farmasi klinik yang belum terlaksana di RSUP Fatmawati yaitu Pemantauan
Kadar Obat dalam Darah (PKOD).

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


56

a. Pengkajian dan pelayanan resep


Pengkajian resep pasien bertujuan untuk mengidentifkasi adanya masalah
yang berhubungan dengan penggunaan obat yang diresepkan pada pasien rawat
inap. Kegiatan ini dilakukan dengan cara melihat catatan pemberian dan
pemantauan obat pasien yang terdapat pada rekam medik pasien. Pengkajian
tersebut telah dilakukan di Gedung Teratai, Gedung Prof. Soelarto, dan Instalasi
Rawat Intensif (IRI).
b. Penelusuran riwayat penggunaan obat
Kegiatan penelusuran riwayat penggunaan obat di RSUP Fatmawati
dilakukan bersamaan dengan kegiatan Visite. Riwayat penggunaan obat pasien
nantinya didapat dari wawancara, pengambilan data rekam medik atau pencatatan
penggunaan obat pasien.
c. Rekonsiliasi obat
Kegiatan membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah
didapat pasien dilakukan terhadap pasien rawat inap. Kegiatan bertujuan
mencegah terjadinya kesalahan obat ini dilakukan melalui kegiatan Visite.
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
PIO dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan mengenai obat serta
menyebarkan informasi tentang obat ke Tim Pelayanan Kesehatan pasien dan
masyarakat. Pertanyaan yang masuk ke Pelayanan Informasi Obat dapat dilakukan
melalui telepon, tertulis, ataupun secara langsung bertatap muka. Adapun jumlah
penanya terbanyak adalah apoteker dan jenis pertanyaan terbanyak yakni terkait
dengan dosis obat. Jumlah penanya per hari rata-rata sebanyak dua orang, minimal
0, dan maksimal 13 orang. Umumnya pertanyaan dapat dijawab dengan segera (±
10 menit). Umumnya pertanyaan dapat dijawab dengan segera (± 10 menit).
Sumber referensi yang sering digunakan antara lain Drug Information Handbook
(DIH) dan MIMS. Pada Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati, umumnya pihak yang
lebih banyak memanfaatkan PIO adalah pihak intern dari rumah sakit, sedangkan
dari pihak pasien belum banyak yang memanfaatkan PIO sebagai sumber
informasi obat.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


57

e. Konseling
Kegiatan konseling di RSUP Fatmawati belum diberlakukan kepada
seluruh pasien rumah sakit. Umumnya konseling obat dilakukan kepada pasien
tertentu, yaitu pasien discharge, pasien penyakit kronis, pasien dengan
pengobatan polifarmasi, pasien dengan penggunaan antibiotik tunggal maupun
kombinasi, pasien dengan riwayat alergi, serta pasien dengan pengobatan khusus
seperti kanker, TBC, dan HIV AIDS. Sedangkan untuk pasien rawat jalan
kegiatan konseling ini belum dapat dilaksanakan, hal ini dikarenakan belum
tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung berjalannya kegiatan
konseling tersebut.
f. Visite
Visite secara aktif telah dilakukan di Lantai V dan VI Teratai, Lantai IV
Gedung Prof. Soelarto, dan IRI. Beberapa pertanyaan atau rekomendasi yang
diminta oleh tim visite kepada apoteker diantaranya ialah pemilihan jenis dan
regimen obat, obat alternatif yang dapat diberikan kepada pasien, interaksi obat,
efek samping obat, dan pertimbangan obat dari segi cost effectiveness (efektivitas
biaya). Kegiatan visite sangat membantu dalam pencapaian efek terapi dan
pencegahan efek samping obat atau reaksi obat yang tidak diinginkan, dimana
apoteker dapat secara aktif berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain. Selain
itu juga apoteker dapat berkomunikasi langsung dengan pasien atau keluarga
pasien di ruang rawat. Dengan demikian apoteker dapat mengetahui
perkembangan kondisi pasien, tingkat kepatuhan penggunaan obat, dan masalah
terkait pengobatan.
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Kegiatan ini bertujuan memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan
rasional bagi pasien. Pemantauan Terapi Obat yang dilakukan di RSUP Fatmawati
diantaranya dilakukan terhadap pemberian antibiotika lini ketiga dan pemberian
albumin.
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Kegiatan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dilakukan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi Drug Related Problem (DRP) pada
pasien. Dengan demikian akan tercapai penggunaan obat yang aman dan rasional
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


58

bagi pasien. MESO merupakan kegiatan kolaboratif yang melibatkan tenaga


kesehatan, baik dokter, perawat, maupun apoteker, dan juga pasien beserta
keluarganya. Setiap temuan efek samping obat akan dikaji oleh tenaga kesehatan.
Kronologis kejadian dan tindakan penanggulangan efek samping obat harus
terdokumentasi dalam rekam medik pasien. Selain itu harus dibuat juga laporan
efek samping obat untuk disampaikan pada Komite Mutu dan Manajemen Resiko
(KMMR) dalam waktu maksimal 48 jam setelah temuan oleh kepala satuan kerja
terkait. Setelah itu laporan akan diteruskan ke Pusat MESO nasional yang terdapat
di Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Kegiatan MESO belum
berjalan maksimal di RSUP Fatmawati karena minimnya kerjasama antar tenaga
kesehatan.
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Kegiatan evaluasi ini dilakukan dengan cara pelaporan evaluasi
penggunaan obat dalam periode waktu tertentu. Pelaporan penggunaan obat yang
telah dilakukan di RSUP Fatmawati diantaranya penggunaan antibiotika yang
rasional dan peresepan obat Formularium-Non Formularium Nasional.
j. Dispensing sediaan steril
Kegiatan dispensing sediaan steril yang telah dilakukan di RSUP
Fatmawati yaitu penanganan obat-obat sitostatik.

4.6 Central Sterile Supply Department (CSSD)


Central Sterile Supply Department (CSSD) merupakan nama baru dari
Instalasi Sterilisasi dan Binatu (ISB) yang ada di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati. CSSD merupakan instalasi yang bertanggung jawab atas proses
sterilisasi alat-alat medic dan pencucian linen rumah sakit. Adanya CSSD di
Rumah Sakit Fatmawati adalah sebagai upaya pencegahan Health Care
Associated Infections (HAIs) di rumah sakit. CSSD RSUP Fatmawati Dipimpin
oleh seorang Kepala Instalasi yang merupakan Apoteker. Kepala Instalasi dibantu
oleh dua orang koordinator, yaitu koordinator sterilisasi dan koordinator binatu.
Koordinator sterilisasi membawahi dua orang penanggung jawab, yaitu
penanggung jawab dekontaminasi dan sterilisasi serta penanggung jawab
pengawasan mutu sterilisasi dan alkes habis pakai. Koordinator binatu
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


59

membawahi dua orang penanggung jawab, yaitu penanggung jawab binatu dan
penjahitan serta penanggung jawab pengawasan mutu dan distribusi linen.
Central Sterile Supply Department (CSSD) terdiri dari dua bagian yaitu
sterilisasi dan binatu. Sterilisasi merupakan tempat dilaksanakannya proses
sterilisasi alat-alat medik dan alat lain. Sterilisasi bertanggung jawab atas
penerimaan dan pendistribusian semua alat/instrumen yang memerlukan kondisis
steril. Binatu merupakan tempat dilaksanakannya proses pencucian linen rumah
sakit. Binatu bertanggung jawab atas penerimaan dan pendistribusian semua linen
yang memerlukan kondisi bersih, terbebas dari noda/kotoran dan mikroorganisme
penyebab infeksi, kering, rapi, utuh, dan siap pakai.
Proses sterilisasi adalah langkah–langkah dalam melakukan kegiatan
sterilisasi baik instrumen logam, linen, kassa, dan karet, untuk menghilangkan
spora yang ada pada alat tersebut. Sterilisasi hanya digunakan untuk alat-alat kritis
yaitu alat medis yang masuk ke dalam jaringan tubuh steril atau sistem pembuluh
darah. Proses sterilisasi dimulai dari dekontaminasi alat. Dekontaminasi adalah
proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-benda yang mungkin
terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya sehingga aman untuk proses
selanjutnya.
Proses dekontaminasi terdiri dari perendaman, pencucian dan pembilasan.
Perendaman dilakukan dengan air biasa, air hangat, dan detergen enzimatik.
Pencucian dilakukan dengan menggunakan sikat untuk menghilangkan noda-noda
yang menempel. Pembilasan dilakukan dengan air mengalir. Proses
dekontaminasi selain dilakukan secara manual dapat juga dilakukan dengan
menggunakan mesin Miele.
Proses selanjutnya adalah pengeringan dengan menggunakan handuk dan
kompresor. Alat yang sudah kering kemudian dikemas dengan menggunakan
linen, pouches, atau rigid container dan diberi indikator internal. Pouches
kemudian direkatkan dengan mesin perekat. Untuk kemasan linen dan rigid
container diberi indikator autoclave tape. Kemasan jadi diberi label aplikator yang
berisi no lot, no alat, waktu sterilisasi, dan tanggal kadaluarsa.
Alat yang sudah dikemas disusun pada troli sesuai dengan ketentuan,
sehingga dapat dapat menjangkau bagian yang paling sulit. Alat yang akan
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


60

disterilkan dicatat pada formulir, kemudian alat dimasukkan ke mesin sterilisasi.


Metode sterilisasi yang digunakan di CSSD adalah Autoclave/panas basah untuk
alat yang tahan panas dan low temperature dengan menggunakan H2O2/plasma
untuk alat yang tidak tahan panas. Sterilisasi dengan Autoclave dilakukan pada
suhu 134⁰C untuk bahan logam, linen dan kassa serta suhu 121 ⁰C untuk bahan
karet. Alat yang sudah disterilisasi disimpan sementara di gudang steril atau
didistribusikan ke ruangan masing-masing.
Binatu merupakan tempat dilaksanakannya proses pencucian linen rumah
sakit. Tujuan dilakukan pencucian:
1. Membersihkan linen dari kotoran dan noda
2. Mengembalikan kecemarlangan warna linen
3. Membunuh bakteri dan kuman pada linen
4. Memperpanjang umur linen
5. Menjaga sifat-sifat asli warna linen
Pencucian dimulai dari penerimaan linen kotor dari ruangan,
penimbangan, pemilahan, pencucian, pengeringan, pelicinan, pengemasan, dan
penyimpanan/pendistribusian. Linen yang diterima dari tiap-tiap rungan
ditimbang dan dicatat pada formulir penerimaan linen. Pemilahan linen dilakukan
berdasarkan kriteria:
1. Linen dari OK non infeksius dan infeksius
2. Linen putih non infeksius dan infeksius
3. Linen berwarna non infeksius dan infeksius
4. Linen bayi non infeksius dan infeksius
Area infeksius dan non infeksius dipisahkan dengan garis merah. Linen
yang sudah dipisahkan kemudian ditimbang kembali untuk disesuaikan dengan
kapasitas mesin cuci. Pencucian harus seimbang antara gaya mekanik, chemical,
temperatur, waktu pencucian, prosedur, kualitas air, jenis pengotor, dan jenis
linen. Chemical yang digunakan dalam proses pencucian antara lain emulsifier,
alkali, detergen, l-chloro bleach, oxygen bleach, neutralizer, softener, disinfektan.
Setelah proses pencucian selesai linen dikeringkan di mesin pengering.
Linen yang akan dikeringkan dipisahkan berdasarkan ketebalannnya untuk

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


61

mendapatkan hasil yang optimal. Linen sebaiknya jangan terlalu kering, karena
dapat menyebabkan hasil pelicinan kurang halus.
Proses pelicinan adalah proses menghaluskan permukaan linen dengan
menggunakan plat panas. Metode pelicinan terdiri dari flatwork ironer dan
pressing machine. Linen yang telah dilicinkan kemudian dilipat dan dirapikan
untuk memudahkan dalam penyimpanan dan distribusinya. Linen selanjutnya di
simpan di ruang penyimpanan linen, untuk kemudian didistribusikan ke ruangan
masing-masing.

4.7 Instalasi Sanitasi dan Pertamanan


Instalasi Sanitasi dan Pertamanan (ISP) berperan dalam pengelolaan
limbah rumah sakit dan pertamanan. Limbah yang dikelola diantaranya limbah
padat, baik medis maupun non medis, dan limbah cair. Limbah dimasukkan ke
dalam kantung plastik dengan berbagai warna yang disesuaikan dengan jenis
limbah. Pengklasifikasian limbah tersebut antara lain kantung coklat untuk limbah
kimia, kuning untuk limbah infeksius, merah untuk limbah radioaktif, ungu untuk
limbah sitostatika, putih untuk limbah daur ulang, dan hitam untuk limbah non
infeksius.
Pengolahan limbah padat medis bekerja sama dengan pihak luar
dikarenakan incinerator yang dimiliki oleh RSUP Fatmawati dalam kondisi tidak
memenuhi persyaratan. Rata-rata jumlah limbah padat per hari sekitar 300 sampai
500 kg. Proses pengolahan limbah padat meliputi pemilahan sampah lalu
dimasukkan ke dalam kantung plastik yang sesuai dengan jenis limbah, kemudian
dimasukkan ke sulo atau gerobak, dan diangkut ke tempat pembuangan sampah.
Adapun pengolahan limbah cair melalui saluran tertutup kemudian
melewati bak floatasi, bak sedimentasi, dan bak ekualisasi. Limbah cair berasal
dari kamar mandi, WC, pencucian alat, dan sebagainya. Indikator limbah yang
baik antara lain dilihat dari pH, suhu, dan kekeruhannya.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Selama Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUP Fatmawati periode
02 September – 10 Oktober 2014 dapat disimpulkan bahwa:
a. RSUP Fatmawati merupakan Rumah Sakit Kelas A Pendidikan yang telah
memenuhi Standar Paripurna KARS dan Sertifikasi Joint Commission
International (JCI).
b. Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati berada dibawah Direktur Medik dan
Keperawatan yang dipimpin oleh Kepala Instalasi Farmasi dan dibantu oleh
3 koordinator, yaitu: Koordinator Pelayanan Farmasi, Koordinator
Perbekalan Farmasi, dan Koordinator Penunjang dan Administrasi Umum.
c. Kegiatan Pelayanan Kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
yang meliputi Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sudah berjalan cukup baik dan sesuai dengan Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Sedangkan untuk kegiatan
Pelayanan Farmasi Klinik, pelayanan yangbelum terlaksana di RSUP
Fatmawati yaitu Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
d. Peranan dan tanggungjawab apoteker di RSUP Fatmawati tidak hanya
terbatas pada Instalasi Farmasi, tetapi juga dalam peran lintas farmasi
meliputi CSSD (Central Sterile Services Department) dan KFT (Komite
Farmasi dan Terapi), KPPI, Tim Penerima, Unit Layanan dan Pengadaan
(ULP).

62 Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


63

5.2. Saran
a. Koordinasi antara Petugas Depo Farmasi dengan Petugas Ruang Perawatan
Rawat Inap perlu ditingkatkan sehingga dapat meminimalisir jumlah
perbekalan farmasi yang diretur atau dikembalikan ke Depo Farmasi.
b. Sebaiknya pada setiap gedung perawatan ada apoteker yang berperan dan
bertanggung jawab terhadap pelayanan farmasi, khususnya dari sisi farmasi
klinik.
c. Kinerja farmasi klinik di RSUP Fatmawati dapat ditingkatkan dengan cara
menempatkan sumber daya manusia yang berkompeten dan memadai di
bidang klinik secara khusus.
d. Sebaiknya disediakan sarana ruang konseling untuk pasien rawat jalan agar
kegiatan konseling dapat berjalan secara optimal.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


DAFTAR ACUAN

Kementerian KesehatanRepublik Indonesia. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-undang Republik Indonesia Nomor
44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Presiden Republik
Indonesia.
Respati, K., Djoerban, B., dan Maryani, H. (2001). Penerapan Metode Barber
Johnson untuk Menilai Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia.
Surabaya: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi
Kesehatan.
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. (2012). Standar Prosedur Operasional.
Jakarta: RSUP Fatmawati.
Siregar dan Amalia. (2004). Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

64 Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


LAMPIRAN

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 1. Stuktur Organisasi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

65

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati

Kepala Instalasi Farmasi

Koordinator Pelayanan Koordinator Perbekalan Koordinator Penunjang


Farmasi Farmasi dan Administrasi Umum

PJ Farmasi Klinik PJ Gudang PJ Tata Usaha dan


Farmasi SDM Farmasi
PJ Depo Farmasi IRJ1
PJ Barang
PJ Sistem
Farmasi
PJ Depo Farmasi IRJ2 Informasi Farmasi
Konsinyasi
PJ Depo Farmasi PJ Depo
Griya Husada Farmasi IBS PJ Perencanaan
Perbekalan
PJ Depo Farmasi Farmasi
Anggrek PJ Gudang
Farmasi PJ Pemantauan
PJ Depo Farmasi Depo Teratai dan Pengendalian
Teratai Perbekalan
Farmasi
PJ Produksi
PJ Depo Farmasi GPS
Farmasi

PJ Depo Farmasi IGD

PJ Depo Farmasi
Bougenville

66

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


UNIVERSITAS INDONESIA

EVALUASI PERSENTASE KEPATUHAN DOKTER MENULIS


RESEP SESUAI FORMULARIUM NASIONALDI POLIKLINIK
PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM
PUSATFATMAWATI BULAN SEPTEMBER 2014

TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


DIRUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
PERIODE 2 SEPTEMBER – 10 OKTOBER 2014

ZULFA KHOIRUNNI’MAH, S.Far


1306502945

ANGKATAN LXXIX

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

DESEMBER 2014

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


UNIVERSITAS INDONESIA

EVALUASI PERSENTASE KEPATUHAN DOKTER MENULIS


RESEP SESUAI FORMULARIUM NASIONAL DI POLIKLINIK
PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM PUSAT
FATMAWATI BULAN SEPTEMBER 2014

TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


DIRUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
PERIODE 2 SEPTEMBER – 10 OKTOBER 2014

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

OLEH :

ZULFA KHOIRUNNI’MAH, S.Far.

(1306502945)

ANGKATAN LXIX

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

DESEMBER 2014
ii

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur sayau capkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Laporan ini disusun
untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Pada penulisan laporan ini,
penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dra.Alfina Rianti, M.Pharm.,Apt., selaku pembimbing PKPA dan Apoteker di


Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati yang telah membimbing serta
memberikan pengarahan, bantuan, dan nasehat kepada penulis selama PKPA
berlangsung.
2. Prof.Dr.Maksum Radji,M.Biomed.,Apt, selaku pembimbing PKPA dari
Fakultas Farmasi yang telah membantu dan memberikan bimbingan, nasehat,
serta arahan selama PKPA berlangsung dan dalam penyusunan laporan ini.
3. Dr.Mahdi Jufri,MS.,Apt, selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
4. Dr.Hayun Msi.,Apt selaku ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
selama PKPA.
5. Seluruh staff di Farmasi RSUP Fatmawati yang telah menerima dan membantu
penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA.
6. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
7. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan doa, serta dukungan
moral dan finansial kepada penulis.
8. Seluruh teman-teman mahasiswa Apoteker angkatan 79 yang telah berjuang
bersama dalam menyelesaikan studi di Program Profesi Apoteker Universitas
Indonesia

iii

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pihak yang membaca. Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan
dalam laporan ini. Penulis berharap semoga pengetahuan dan pengalaman yang
diperoleh selama menjalani PKPA yang dituangkan dalam laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukan.

Penulis

2014

iv

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

BAB 1.PENDAHULUAN ................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................. 2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3


2.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) .................................................... 3
2.2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan .................... 4
2.3 Formularium Nasional ......................................................................... 8
2.4 Formularium Rumah Sakit ................................................................... 9
2.5 Instalasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati dan Poliklinik Penyakit
Dalam ................................................................................................... 13

BAB 3. METODE PELAKSANAAN ............................................................ 16


3.1 Waktudan Tempat Pelaksanaan ........................................................... 16
3.2 Prosedur Pelaksanaan........................................................................... 16

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 17


Kepatuhan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Sp PD) dalam menulis
resep sesuai Formularium Nasional .................................................. 17

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 32
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 32
5.2 Saran .................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 33

LAMPIRAN ...................................................................................................... 34

vi

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Nama Dokter Spesialis Penyakit Dalam(Sp.PD) di Poliklinik


Penyakit Dalam RSUP Fatmawati ................................................ 18
Tabel 4.2 Rekapitulasi Kepatuhan penulisan resep Dokter Spesialis
Penyakit Dalam (Sp.PD) di Poliklinik Penyakit DalamRSUP
Fatmawati terhadap Formularium Nasional dan Formularium
RSUP Fatmawati .......................................................................... 19
Tabel 4.3 Perbandingan Jumlah ResepObat Fornas &Non Fornas yang
Diresepkan Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP FatmawatiPeriode September 2014......... 20
Tabel 4.4 Perbandingan Jumlah Item & Persentase Obat Fornas&Non
Fornas yang Diresepkan Dokter Spesialis Penyakit Dalam di
Poliklinik Penyakit DalamRSUP FatmawatiPeriodeSeptember
2014 .............................................................................................. 22
Tabel 4.5 Jenis Obat Non Formularium Nasional tetapi masuk di
Formularium (NF+FRS) yang paling banyak diresepkan ........... 23
Tabel 4.6 Jenis Obat Non Formularium Nasional tetapi masuk di
Formularium (NF+FRS) yang paling banyak diresepkan
berdasarkan Kelas Terapi.............................................................. 24
Tabel 4.7 Daftar Vitamin dan Mineral dalam Formularium Nasional......... 25
Tabel 4.8 Jenis Obat Non Formularium Nasional dan Non Formularium
RSUP (NF+NFRS) yang paling banyak diresepkan ..................... 27
Tabel 4.9 Jenis Obat Non Formularium Nasional Nasional dan Non
Formularium (NF+NFRS) yang paling banyak diresepkan
berdasarkan Kelas Terapi.............................................................. 28
Tabel 4.10 Daftar Obat Antiepilepsi-Antikonvulsi dalam Formularium
Nasional ........................................................................................ 29

vii

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 3.1. Gambar Formularium RSUP Fatmawati ke VII Tahun ......... 12


Gambar 4.1. Perbandingan Jumlah Resep Non Fornas yang Ditulis
Dokter Spesialis PenyakitDalam di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUP Fatmawati Bulan September 2014 .................. 21
Gambar 4.2. Perbandingan Item Obat Non FornasFornas yang
Diresepkan Dokter Spesialis Penyakit Dalamdi Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Bulan September 2014 ... 22

viii

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Penulisan Resep Obat Non Fornas


Berdasarkan Formularium RSUP Fatmawatidi Poliklinik
Penyakit Dalam ........................................................................ 39
Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Penulisan Resep Obat Non Fornas
Berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati di Poliklinik
Penyakit Dalam( lanjutan 1)..................................................... 40
Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Penulisan Resep Obat Non Fornas
Berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati di Poliklinik
Penyakit Dalam( lanjutan 2)..................................................... 41
Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Penulisan Resep Obat Non Fornas
Berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati di Poliklinik
Penyakit Dalam(lanjutan 3)...................................................... 42
Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Penulisan ResepObat Non Fornas
Berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati di Poliklinik
Penyakit Dalam(lanjutan 4)...................................................... 43
Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Penulisan Resep Obat Non Fornas
Berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati di Poliklinik
Penyakit Dalam( lanjutan 5)..................................................... 44
Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Penulisan Resep Obat Non Fornas
Berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati di Poliklinik
Penyakit Dalam( lanjutan 6)..................................................... 45
Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Penulisan Resep Obat Non Fornas
Berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati di Poliklinik
Penyakit Dalam( lanjutan 7)..................................................... 46
Lampiran 2. Daftar Kelas Terapi Obat Non Fornas yang
masukdalamFormularium RSUP Fatmawatiyang diresepkan
di Poliklinik Penyakit Dalam RSUPFatmawati ....................... 47
Lampiran 2. DaftarKelasTerapiObat Non Fornas yang masuk dalam
Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati( lanjutan 1) ........................ 48

ix

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 2. DaftarKelasTerapiObat Non Fornas yang masuk dalam
Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati( lanjutan 2) ........................ 49
Lampiran 3. DaftarKelasTerapiObat Non Fornas yang masuk dalam
Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati ........................................... 50
Lampiran 3. DaftarKelasTerapiObat Non Fornas yang masuk dalam
Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati( lanjutan 1) ........................ 51
Lampiran 3. DaftarKelasTerapiObat Non Fornas yang masuk dalam
Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati( lanjutan 2) ........................ 52
Lampiran 4. Daftar Obat dalam Resep yang Masuk di Formularium
Nasional dan Formularium RSUP Fatmawati .......................... 48
Lampiran 4. Daftar Obat dalam Resep yang Masuk di Formularium
Nasional dan Formularium RSUP Fatmawati (lanjutan 1) ...... 49

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan bahwa Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis, kesehatan tersebut merupakan hak asasi
manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan untuk mencapai
derajat kesehatan yang baik maka perlu peran serta dari Sumber daya di bidang
kesehatan, yatu segala bentuk dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi
dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang
dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
Dan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun
2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional bahwa setiap orang berhak atas
jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan
meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya masyarakat Indonesia yang
sejahtera, dil dan makmur. Sehingga untuk memberikan jaminan sosial yang
menyeluruh, negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional bagi
seluruh rakyat Indonesia. Jaminan social tersebut meliputi Jaminan Kesehatan,
Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan
Kematian. untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan tersebut maka
dibentuk suatu badan hukum yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan.
Dalam suatu pelayanan kesehatan tidak lepas dari suatu perbekalan
kesehatan, yaitu semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk

1 Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


2

menyelenggarakan upaya kesehatan, meliputi sediaan farmasi (obat, bahan obat,


obat tradisional,dan kosmetika) serta alat kesehatan. Dalam pelaksanaan program
Jaminan Kesehatan Nasional tersebut, maka penggunaan obat untuk pelayanan
keshatan yang diselenggarakan oleh Fasilitas Kesehatan Dasar maupun Lanjutan
harus mengacu kepada Formularium Nasional, yang mana berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan bahwa Formularium Nasional merupakan daftar obat terpilih
yang dibutuhkan dan harus tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan
dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Sehingga tolak ukur kepatuhan dokter dalam menuliskan resep obat yang
sesuai dengan Formularium Nasional juga perlu dievaluasi, dalam hal ini yaitu
yang dievaluasi adalah penulisan resep oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam
(Sp.PD) di Poliklinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati, hal
ini untuk menjadi bahan koreksi dan juga mengukur kinerja serta keberhasilan
RSUP Fatmawati dalam bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan untuk melaksanakan sistem Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Dan juga hal tersebut menyangkut dengan besaran klaim yang dicover
oleh BPJS, yaitu obat-obat yang terdapat pada Formularium Nasional, sehingga
pihak Rumah Sakit maupun Fasilitas Kesehatan lain yang bekerja sama dengan
BPJS haruslah mengikuti aturan tersebut agar tidak menyalahi dan merugikan
Rumah Sakit itu sendiri.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui persen kepatuhan penulisan resep Dokter Spesialis


Penyakit Dalam (Sp.PD) di Poliklinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat Jalan
RSUP Fatmawati terhadap Formularium Nasional dan Formularium RSUP
Fatmawati.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan


Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme
asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

Sedangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara
jaminan sosial. Terdapat pula Dewan yang dibentuk yaitu Dewan Jaminan Sosial
Nasional (DJSN) yang berfungsi untuk membantu Presiden dalam perumusan
kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial
Nasional.

Jaminan sosial tersebut meliputi:

 Jaminan Kesehatan
 Jaminan Kecelakaan Kerja
 Jaminan Hari Tua
 Jaminan Pensiun
 Aminan Kematian

3 Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


4

2.2 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan


hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

Visi BPJS Kesehatan :


CAKUPAN SEMESTA 2019
Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki
jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan
dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.

Misi BPJS Kesehatan :

1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong


partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang
efektif, efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang
optimal dengan fasilitas kesehatan.
3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS
Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk
mendukung kesinambungan program.
4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip
tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai
untuk mencapai kinerja unggul.
5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan
evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh
operasionalisasi BPJS Kesehatan.
6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


5

Landasan Hukum

Landasan Hukum BPJS Kesehatan :

1. Undang-Undang Dasar 1945


2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial

Dalam Pengelolaan BPJS Kesehatan, manajemen berpedoman pada tata


kelola yang baik antara lain :

1. Pedoman Umum Good Governance BPJS Kesehatan


2. Board Manual BPJS Kesehatan
3. Kode Etik BPJS Kesehatan

Peserta dalam BPJS

Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran,
meliputi :
1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir miskin dan orang
tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan.
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri dari :

 Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya

a. Pegawai Negeri Sipil;


b. Anggota TNI;
c. Anggota Polri;
d. Pejabat Negara;
e. Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;
f. Pegawai Swasta; dan
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f yang menerima Upah.
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


6

h. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam)


bulan.

 Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya

a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan


b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.
c. Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam)
bulan.

 Bukan pekerja dan anggota keluarganya

a. Investor;
b. Pemberi Kerja;
c. Penerima Pensiun, terdiri dari :

 Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;


 Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak
pensiun;
 Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
 Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang
mendapat hak pensiun;
 Penerima pensiun lain; dan
 Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain
yang mendapat hak pensiun.

d. Veteran;
e. Perintis Kemerdekaan;
f. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan; dan
g. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd e yang mampu
membayar iuran

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


7

Manfaat JKN

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan meliputi :


a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu pelayanan kesehatan non
spesialistik mencakup:
1. Administrasi pelayanan
2. Pelayanan promotif dan preventif
3. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
4. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
5. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6. Transfusi darah sesuai kebutuhan medis
7. Pemeriksaan penunjang diagnosis laboratorium tingkat pertama
8. Rawat inap tingkat pertama sesuai indikasi

b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan, yaitu pelayanan kesehatan


mencakup:
1. Rawat jalan, meliputi:
a. Administrasi pelayanan
b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh
dokter spesialis dan sub spesialis
c. Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis
d. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
e. Pelayanan alat kesehatan implant
f. Pelayanan penunjang diagnostic lanjutan sesuai dengan
indikasi medis
g. Rehabilitasi medis
h. Pelayanan darah
i. Peayanan kedokteran forensik
j. Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
2. Rawat Inap yang meliputi:
a. Perawatan inap non intensif
b. Perawatan inap di ruang intensif
c. Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


8

2.3 Formularium Nasional

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Tentang Formularium Nasional


bahwa Formularium Nasional merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan
harus tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Jika obat yang dibutuhkan tidak tercantum dalam Formularium Nasional,
dapat digunakan obat lain secara terbatas berdasarkan persetujuan komite medik
dan Kepala/Direktur Rumah Sakit setempat.
Di dalam Formularium Nasional berisi tentang Kelas Terapi, Sub Kelas
Terapi/Nama Generik/Sediaan/Kekuatan Dan Restriksi Penggunaan, Dan Juga
Fasilitas Kesehatan Tk 1, Tk2 Dan Tk3 . Kelas Terapi yang masuk dalam
Formularium Nasional adalah sebagai berikut :
1. Analgesik, Antipiretik, Antiinflamasi Non Steroid, Antipirai
2. Anestetik
3. Antialergi Dan Obat Untuk Anafilaksis
4. Antidot Dan Obat Lain Untuk Keracunan
5. Antiepilepsi – Antikonvulsi
6. Antiinfeksi
7. Antimigren
8. Antineoplastik, Imunosupresan Dan Obat Untuk Terapi Paliatif
9. Antiparkinson
10. Obat Yang Mempengaruhi Darah
11. Produk Darah Dan Pengganti Plasma
12. Diagnostik
13. Antiseptik Dan Disinfektan
14. Obat Dan Bahan Untuk Gigi
15. Diuretik Dan Obat Untuk Hipertrofi Prostat
16. Hormon, Obat Endokrin Lain Dan Kontrasepsi
17. Obat Kardiovaskuler
18. Obat Topikal Untuk Kulit
19. Larutan Dialisis Peritoneal

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


9

20. Larutan Elektrolit, Nutrisi, Dan Lain-Lain


21. Obat Untuk Mata
22. Oksitosik
23. Psikofarmaka
24. Relaksan Otot Perifer Dan Penghambat Kolinesterase
25. Obat Untuk Saluran Cerna
26. Obat Untuk Saluran Napas
27. Obat Yang Mempengaruhi Sistem Imun
28. Obat Untuk Telinga, Hidung, Dan Tenggorokan
29 Vitamin Dan Mineral

2.4 Formularium Rumah Sakit

2.4.1 Formularium Rumah Sakit


Formularium adalah kompilasi dari nama obat yang telah disepakati untuk
digunakan di Rumah Sakit beserta informasi dosis, indikasi, kontra indikasi,
peringatan, efek samping, toksisitas dll. Berguna untuk membantu klinisi dalam
memilih obat yang paling efektif, aman, ekonomis. Formularium ini perlu di revisi
secara berkala sesuai perkembangan ilmu farmasi dan kedokteran
Dasar pembentukan Formularium yaitu DOEN (Daftar Obat Esensial
Nasional) 2008 , sekarang merujuk ke FORNAS (Formularium Nasional) dan
Usulan SMF (Staf Medis Fungsional) yang selanjutnya dibahas di Rapat pleno
PFT

Sistem Formularium adalah metode dimana staf medis pada suatu institusi
bekerja melalui PFT yang mengevaluasi, memperkirakan dan menseleksi seluruh
jumlah obat yang tersedia dan dipertimbangkan agar bermanfaat untuk pelayanan
pasien. Sistem ini merupakan alat penting untuk meyakinkan kualitas penggunaan
obat dan kontrol harga obat

Manfaat Sistem Formularium :

 Terapeutik

memberikan manfaat besar bagi pasien dan dokter


Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


10

 Ekonomi

menghilangkan duplikasi obat dengan mengurangi duplikasi pengadaan obat


dan memberikan harga yang rendah kepada pasien

 Edukasi

formularium yang baik berisi informasi bgm membuat resep dan informasi
tambahan mengenai obat untuk kepentingan edukasi

Susunan Formularium

1. Halaman judul

2. Nama anggota PFT

3. Daftar isi

4. Informasi kebijakan RS dan prosedur mengenai obat :

- bahasan dan pelaksanaan sistem

formularium

- peresepan dan penyerahan obat

- pelayanan farmasi rumah sakit

- tatacara menggunakan formularium

5. Produk yang digunakan :

- termasuk item dan perubahan edisi sebelumnya

- nama generik dan paten

- kelas terapi

6. Tambahan :

- aturan untuk menghitung dosis anak

- standar waktu pemberian obat


Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


11

- formulir permintaan obat non formularium

- formulir permohonan obat untuk masuk formularium

Informasi Khusus Formularium :

1. Daftar singkatan yang disetujui rumah sakit

2. Aturan menghitung dosis anak

3. Tabel isi antasid

4. Daftar produk bebas gula

5. Daftar isi kotak emergesi

6. Petunjuk dosis untuk pasien gagal fungsi ginjal

7. Tabel interaksi obat

8. Daftar antidot untuk racun

9. Sistem menghitung berdasar skala dan tabel

2.4.2 Formularium RSUP Fatmawati

RSUP Fatmawati telah menerbitkan formularium sebanyak 7 (tujuh) kali


yaitu pada tahun 1990, 1995, 2003, 2007, 2010,2012 dan yang terbaru
formularium edisi VII tahun 2014
Formularium RSUP Fatmawati digunakan sebagai acuan Instalasi Farmasi
dalam perencanaan dan pengadaan obat di RSUP Fatmawati, sehingga
penatalaksanaan obat dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Penggunaan obat-
obat yang tercantum dalam Formularium RSUP Fatmawati merupakan tanggung
jawab profesional dokter dan apoteker dalam pengobatan kepada pasien. Apabila
ada alasan rasional untuk tidak menggunakan obat yang tidak tercantum dalam
formularium, maka dapat dimintakan izin kepada KFT dengan mengisi Formulir
Permintaan Obat Non Formularium.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


12

Formularium RSUP Fatmawati bertujuan untuk peningkatan penggunaan


obat yang rasional, dan sekaligus meningkatkan daya guna dan hasil guna dana
yang tersedia, sebagai usaha untuk meningkatkan mutu dan memeratakan
pelayanan kesehatan, khususnya di RSUP Fatmawati.
Secara berkala, paling lama 3 tahun formularium RSUP ini akan mengalami
perubahan dan penyesuaian yang diperlukan, dan setiap enam bulan akan
dievaluasi kembali sesuai dengan tata kerja KFT. Instalasi Farmasi bertanggung
jawab terhadap penyediaan obat yang tercantum dalam formularium rumah sakit.
Apabila ada pengusulan obat baru untuk masuk dalam formularium rumah sakit,
maka harus menggunakan Formulir Usulan Obat Baru .

Gambar 3.1 Gambar Formularium RSUP Fatmawati ke VII Tahun 2014:

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


13

2.5 Instalasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati dan Poliklinik Penyakit


Dalam

Di Poliklinik Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)


Fatmawati memiliki 127 ruang periksa dan mampu melayani 1.300 – 1.500 pasien
per-hari. Bangunan dari Instalasi Rawat Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati berlantai 3 (tiga) dan menyediakan pelayanan spesialis dan sub-
spesialis yaitu :

Lantai 1

• Poliklinik Jantung

• Poliklinik Bedah (Umum, Plastik, Urologi, Digesif, Onkologi, Anak,


Thorax, Vaskuler)

• Poliklinik Bedah Orthopaedi

• Poliklinik Gigi dan Mulut

• Poliklinik Medik Dasar

Lantai 2

• Poliklinik Kebidanan dan Kandungan (Fatma Harmonia)

• Poliklinik Saraf

• Poliklilnik Akupunktur

• Poliklinik Rehabilitasi Medik

• Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Edukasi Diabetik

Lantai 3

• Poliklinik Anak (Klinik Tumbuh Kembang, Klinik Kesehatan Remaja)

• Poliklinik Paru

• Poliklinik Kulit dan Kelamin

• Poliklinik Mata

• Poliklinik THT (Klinik Snoring, Klinik Disfagia, Klinik Sleeping


Disorder)

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


14

• Polilklinik Anestesi (Pre Operasi)

Poliklinik Penyakit Dalam berada di lantai 2 dan bersebelahan dengan


Poliklinik Edukasi Diabetik.

Penyakit dalam adalah cabang dan spesialisasi kedokteran yang menangani


diagnosis dan penanganan organ dalam tanpa bedah pada pasien dewasa.

Subspesialisasi dari Penyakit Dalam

Dokter penyakit dalam dapat memilih praktik pada penyakit dalam secara
umum, atau mengambil pelatihan tambahan untuk "mensubspesialisasikannya"
pada salah satu dari 13 daerah penyakit dalam, umumnya disusun menurut sistem
organ. Contohnya, spesialisasi jantung, yang merupakan dokter penyakit dalam
yang mengkhususkan dalam berbagai penyakit jantung. Pelatihan subspesialisasi
(biasa disebut "fellowship") biasanya memerlukan pelatihan tambahan 1-3 tahun
sebelum menjadi residen penyakit dalam 4-5 tahun yang standar.

Terdapat badan yang mengatur subspesialisasi penyakit dalam di Indonesia,


yakni Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia dan mengacu pada American
Board of Internal Medicine. Berikut ini adalah subspesialisasi yang diakui oleh
American Board of Internal Medicine.

 Kardiologi, berurusan dengan gangguan jantung dan pembuluh darah


 Endokrinologi, berurusan dengan gangguan sistem endokrin dan sekresi
spesifiknya yang disebut hormon
 Gastroenterologi, berhubungan dengan bidang penyakit sistem pencernaan
 Hematologi, berkaitan dengan darah, organ pembentuk dan gangguannya
 Penyakit menular, berkaitan dengan penyakit yang disebabkan oleh agen
biologis seperti virus, bakteri atau parasit
 Onkologi medik, berurusan dengan studi dan perawatan kanker
 Nefrologi,berurusan dengan studi fungsi dan penyakit ginjal
 Pulmonologi, berurusan dengan penyakit paru-paru dan jalur pernapasan
 Rematologi, tercurah ke diagnosis dan terapi penyakit rematik.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


15

Selain itu American Board of Internal Medicine juga mengakui kualifikasi


tambahan di area berikut

 Kedokteran remaja
 Elektrofisiologi jantung klinik
 Kedokteran perawatan gawat darurat
 Geriatri
 Kardiologi intervensi
 Kedokteran olahraga
 Hepatologi cangkok

Dokter penyakit dalam juga menspesialisasikan diri di bidang alergi dan


imunologi. American Board of Allergy, Asthma, and Immunology merupakan
badan gabungan antara penyakit dalam dan pediatri. American College of
Osteopathic Internists mengakui subspesialisasi-subspesialisasi berikut:

 Alergi/Imunologi
 Kardiologi
 Kedokteran perawatan gawat darurat
 Endokrinologi
 Gastroenterologi
 Geriatri
 Hematologi/Onkologi
 Penyakit menular
 Kedokteran nuklir
 Nefrologi
 Pulmonologi
 Rematologi

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu Penelitian pada tanggal 1-30 September 2014.


Tempat Penelitian di Poliklinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat
Jalan RSUP Fatmawati.

3.2 Prosedur Penelitian

Data Resep dikumpulkan pada tanggal 1-30 September 2014 selanjutnya


direkap data resep yang dituliskan tiap dokter Spesialis Penyakit Dalam
(Sp.PD) di Poliklinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat Jalan RSUP
Fatmawati, dikelompokkan tiap-tiap dokter dan selanjutnya dianalisa
kesesuaian obat yang diresepkan dengan Formularium Nasional maupun
Formularium Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Maka akan didapat
persen kepatuhan penulisan resep dokter spesialis penyakit dalam
Poliklinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati .

16 Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem


Jaminan Sosial Nasional (SJSN) maka diadakan suatu sistem Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Dan untuk melaksanakan program
tersebut dibentuklah suatu badan hukum untuk menyelenggarakan program
jaminan kesehatan tersebut yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan.

Dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional tersebut, maka


penggunaan obat untuk pelayanan keshatan yang diselenggarakan oleh Fasilitas
Kesehatan Dasar maupun Lanjutan harus mengacu kepada Formularium Nasional,
yang mana berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan bahwa Formularium
Nasional merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan harus tersedia di
fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN).

Namun demikian, selain mengacu kepada Formularium Nasional,


diharapkan para dokter menuliskan resep obat sesuai Formularium Rumah Sakit.
Sebagaimana di RSUP Fatmawati bahwa dokter harus menuliskan resep obat
berdasarkan acuan Formularium Nasional dan juga Formularium RSUP
Fatmawati. RSUP Fatmawati telah menerbitkan formularium sebanyak 7 (tujuh)
kali yaitu pada tahun 1990, 1995, 2003, 2007, 2010, 2012 dan yang terbaru
formularium edisi VII tahun 2014. Formularium RSUP Fatmawati digunakan
sebagai acuan Instalasi Farmasi dalam perencanaan dan pengadaan obat di RSUP
Fatmawati, sehingga penatalaksanaan obat dapat dilakukan secara efektif dan
efisien. Penggunaan obat-obat yang tercantum dalam Formularium RSUP
Fatmawati merupakan tanggung jawab profesional dokter dan apoteker dalam

17 Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


18

pengobatan kepada pasien. Apabila ada alasan rasional untuk tidak menggunakan
obat yang tidak tercantum dalam formularium, maka dapat dimintakan izin
kepada KFT dengan mengisi Formulir Permintaan Obat Non Formularium.

Dalam laporan ini, data Resep dikumpulkan pada tanggal 1-30 September
2014 selanjutnya direkap data resep yang dituliskan tiap dokter Spesialis Penyakit
Dalam (Sp.PD) di Poliklinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat Jalan RSUP
Fatmawati, dikelompokkan tiap-tiap dokter dan selanjutnya dianalisa kesesuaian
obat yang diresepkan dengan Formularium Nasional maupun Formularium
Rumah Sakit Umum Fatmawati. Maka akan didapat persen kepatuhan penulisan
resep oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Poliklinik Penyakit Dalam Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Fatmawati terhadap Formularium Nasional.

Poliklinik Penyakit Dalam merupakan salah satu layanan Rawat Jalan di


RSUP Fatmawati, yang mana jenis kasus atau masalah kesehatan yang ditangani
meliputi: 13 daerah penyakit dalam, yang umumnya disusun menurut sistem
organ. Di poliklinik penyakit dalam, dokter yang menangani yaitu para dokter
Spesialis Penyakit Dalam (Sp.PD), yang terdiri dari 14 dokter seperti pada Tabel
4.1 berikut:

Tabel 4.1 Nama Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Sp.PD) di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUP Fatmawati

NO NAMA DOKTER
1 dr.Annela , SpPD
2 dr.Arnold Hasahatan Harahap, SpPD
3 dr.Edi Mulyana, SpPD
4 dr.Giri Aji, SpPD
5 dr.Gustan Syahri, SpPD
6 dr.Ida Ayu Shanti, SpPD
7 dr.Ifael Mauleti, SpPD
8 dr.J.Sarwono, SpPD
9 dr.Loli J.Simanjuntak, SpPD
10 dr.Marina Eprilianati, SpPD
11 dr.Martha Iskandar, SpPD
12 dr.Martin Batubara, SpPD
13 dr.N.Soebijanto, SpPD,MM
14 dr.Santi Sumihar Rumondang Parhusip, SpPD
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


19

Dari hasil kajian kepatuhan dokter spesialis penyakit dalam terhadap


Formularium Nasional yang dilakukan di poli penyakit dalam rawat jalan RSUP
Fatmawati dengan total sampel 334 resep, menunjukkan bahwa rata-rata
kepatuhannya yaitu 77,30 % seperti pada Tabel 4.2 berikut ini :

Tabel 4.2 Rekapitulasi Kepatuhan penulisan resep Dokter Spesialis Penyakit


Dalam (Sp.PD) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati
terhadap Formularium Nasional dan Formularium RSUP Fatmawati

%
JUMLAH
NO NAMA DOKTER KEPATUHAN
RESEP
DI IRJ
1 dr.Loli J.Simanjuntak, SpPD 100% (1 RESEP )
2 dr.Martha Iskandar, SpPD 86,83% (30 RESEP)
3 dr.Gustan Syahri, SpPD 85,20% (30 RESEP)
4 dr.Marina Eprilianati, SpPD 79,83% (30 RESEP)
5 dr.Ifael Mauleti, SpPD 79,52% (19 RESEP)
6 dr.Martin Batubara, SpPD 77,81% (21 RESEP)
7 dr.Ida Ayu Shanti, SpPD 76,20% (30 RESEP)
8 dr.Giri Aji, SpPD 75,52% (27 RESEP)
9 dr.Annela , SpPD 75,38% (30 RESEP)
dr.Santi Sumihar Rumondang
10 Parhusip, SpPD 73% (30 RESEP)
11 dr.J.Sarwono, SpPD 72,43% (30 RESEP)
12 dr.N.Soebijanto, SpPD,MM 68,40% (30 RESEP)
13 dr.Edi Mulyana, SpPD 66,06% (15 RESEP)
14 dr.Arnold Hasahatan Harahap, SpPD 66% (11 RESEP)
JUMLAH 334 RESEP
RATA-RATA 77,30%
MINIMAL 66%
MAKSIMAL 100%

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


20

Dari data di atas dapat dilihat bahwa persentase tertinggi yaitu penulisan
resep oleh dokter Loli J.Simanjuntak, SpPD dengan 100% penulisan resepnya
sesuai dengan Formularium Nasional, jumlah sampelnya hanya 1 resep, walupun
demikian ini sudah bisa mewakili karena memang dokter J.Simanjuntak berada di
bagian manajemen RS, jadi untuk menangani pasien hanya beberapa waktu
tertentu saja, sedangkan persentase terendah yaitu penulisan resep oleh dokter
Arnold Hasahatan Harahap, SpPD, yaitu 66% dengan total resep 11 resep.

Dari obat-obat yang diresepkan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam


(Sp.PD) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati, banyak diantaranya yang
menuliskan obat-obat di luar Formularium Nasional, yaitu obat-obat di luar
Formularium Nasional tetapi masuk di Formularium RSUP Fatmawati (NF+FRS)
maupun obat-obat di luar Formularium Nasional dan di luar Formularium RSUP
Fatmawati (NF+NFRS). Hasil rekapitulasi penulisan resep obat Non Formularium
Nasional berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati seperti Lampira 1.

Dari data tersebut, jumlah total keseluruhan resep obat Non Formularium
Nasional yang dievaluasi yaitu sebanyak 249 resep. Yang meliputi obat-obat di
luar Formularium Nasional tetapi masuk di Formularium RSUP Fatmawati
sebanyak 194 resep ( 78 %), serta obat-obat di luar Formularium Nasional dan
juga di luar Formularium RSUP Fatmawati sebanyak 55 resep (22 %). Seperti
pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.1 berikut ini :

Tabel 4.3 Perbandingan Jumlah Resep Formularium Nasional dan Non


Formularium Nasional yang Ditulis Dokter Spesialis Penyakit
Dalam di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Bulan
September 2014

NO NON FORNAS
KETERANGAN JUMLAH
FRS NON FRS

1 JUMLAH RESEP 194 55 249

2 PERSENTASE 78 % 22 % 100%

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


21

Gambar 4.1. Perbandingan Jumlah Resep Formularium Nasional dan Non


Formularium Nasional yang Ditulis Dokter Spesialis Penyakit
Dalam di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Bulan
September 2014

Perbandingan Jumlah Resep Non Fornas yang Ditulis


Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Poli Penyakit Dalam
RSUP Fatmawati Bulan September 2014

22%
Non Formularium Nasional
+ Formularium RSUP
Fatmawati

78% Non Formularium Nasional


+ Non Formularium RSUP
Fatmawati

Perbandingan Jumlah Resep Formularium Nasional dan Non Formularium


Nasional selengkapnya terdapat pada Lampiran 1. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa terdapat 72 item obat yang diresepkan Dokter Spesialis Penyakit Dalam
(Sp.PD) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati yang masuk dalam
kategori Non Formularium Nasional, 39 item tersebut masuk dalam kategori
obat-obat di luar Formularium Nasional tetapi masuk di Formularium RSUP
Fatmawati, sedangkan 33 item lainnya masuk dalam kategori obat-obat di luar
Formularium Nasional dan juga di luar Formularium RSUP Fatmawati. Jika
dibandingkan dengan jumlah item obat yang masuk dalam Formularium Nasional
dan Formularium RSUP Fatmawati maka perbandingannya seperti pada Tabel 4.3
dan Gambar 4.4 berikut ini :

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


22

Tabel.4.4 Perbandingan Jumlah Item & Persentase Obat Fornas & Non Fornas
yang Diresepkan Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Bulan September 2014

NO FORNAS NON FORNAS


KETERANGAN JUMLAH
FRS NON FRS

1 JUMLAH ITEM 121 39 33 193


OBAT
2 PERSENTASE 62,69 % 20,21 % 17,09 % 100%

Perbandingan Item Obat Fornas & Non Fornas yang


Diresepkan Dokter Spesialis Penyakit Dalam di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Bulan
September 2014

Formularium Nasional
17%

20% Non Formularium Nasional+


63% Formularium RSUP
Fatmawati
Non Formularium Nasional +
Non Formularium RSUP
Fatmawati

Gambar 4.2. Perbandingan Item Obat Non Fornas Fornas yang Diresepkan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Fatmawati Bulan September 2014

Obat – Obat yang masuk dalam kategori Formularium Nasional dan


Formularium RSUP Fatmawati (FN+FRS) adalah sebanyak 121 item seperti pada
Lampiran.4, sedangkan obat-obat di luar Formularium Nasional tetapi masuk di
Formularium RSUP Fatmawati (NF+FRS) adalah 39 item yang diresepkan
sebanyak 194 kali, seperti pada Lampiran.1 . Dari 39 item tersebut, terdapat 10

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


23

besar obat yang paling banyak diresepkan dalam kategori ini yaitu seperti pada
Tabel 4.5 berikut ini :

Tabel 4.5 Jenis Obat Non Formularium Nasional tetapi masuk di Formularium
RSUP Fatmawati (NF+FRS) yang paling banyak diresepkan

NO NAMA OBAT KOMPOSISI FREKUENSI


1 Kombinasi Vit B1 100 mg, 76
Vit B6 200 mg, Vit B 12 250
Neurodex mcg
2 Kombinasi Vit B1 37
Mononitrate 100 mg, Vit B6
Sohobion 100 mg, Vit B 12 5000 mcg
3 Ganin 300 mg Gabapentin 10
4 Glucosamin 500 mg Glucosamin 10
5 Ambroxol 30 mg Ambroxol 30 mg 8
6 Lenal Ace 3x1 Kalsium Asetat 7
7 Mecobalamin 500 meq Mecobalamin 7
8 Curcuma Tab Curcuma 3
9 Meloxicam 15 mg Meloxicam 2
10 Arcoxia Etoricaxib 2

Sedangkan untuk kategori berdasarkan kelas terapinya seperti terlihat pada


Lampiran.2 . Pengelompokan berdasarkan kelas terapi ini berguna untuk melihat
obat-obat untuk penyakit apa yang sering diresepkan dokter di poli penyakit
dalam yang mana obat –obat tersebut di luar obat Formularium Nasional,
sehingga nantinya bisa menjadi bahan evaluasi ataupun usulan obat-obat yang
perlu ditambahkan dalam Formularium Nasional maupun Formularium RSUP
Fatmawati. Sepuluh besar obat-obat Non Formularium Nasional tetapi masuk
dalam Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan dokter di poliklinik
penyakit dalam seperti pada Tabel 4.6 berikut ini :

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


24

Tabel 4.6 Jenis Obat Non Formularium Nasional tetapi masuk di Formularium
RSUP Fatmawati (NF+FRS) yang paling banyak diresepkan
berdasarkan Kelas Terapi

NO KELAS TERAPI NAMA OBAT FREKUEN


SI
1 Vitamin dan Mineral Dalfarol, Lenal Ace,
Mecobalamin 500 meq , 130
Neurodex, Seloxy AA Kap,
Sohobion, Vit.C Amp
2 Relaksan Otot Perifer
dan Penghambat Fitbon 500 mg, Glucosamin 500
Kolinesterase mg, Lioresal 10 mg, Sirdalut 2 13
(Lain-Lain) mg
3 Ekspektoran Ambroxol 30 mg, Fluimucil Syr, 11
GG, OBH Syrup 100 ml
4 Antiepilepsi-
Antikonvulsi Ganin 300 mg 10
5 Analgetik Non Arcoxia, Feldene Flash Tab 20
Narkotik mg, Meloxicam 15 mg,
Neuralgin, Tramadol 50 mg kap 7
6 Anti Agregasi Platelet Cilostazol 100 mg, CPG 3/4 3
Tab, Pletaal 50 mg
7 Antiangina Herbesser CD 100 mg, 3
Propanolol 40 mg
8 Antimigren Merislon 6mg, Vastigo 6 mg 2
9 Anti Alergi Dan Obat 2
Untuk Anafilaksis Rhinos 1x1
10 Hormon Tiroid Dan 2
Antitiroid Thyrozol Tab 20 mg

Dari data di atas terlihat bahwa obat Non Formularium Nasional tetapi
masuk dalam Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan dokter di poli
penyakit dalam paling banyak yaitu kelas terapi Vitamin dan Mineral sebanyak
130 kali .

Vitamin adalah senyawa kimia organik yang diperlukan untuk fungsi


metabolisme normal dan untuk pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.
Sedangkan mineral seperti besi, cuprum dan zinck diperlukan untuk fungsi tubuh ,
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


25

tetapi besi (fero sulfat, glukonat, atau fumarat) adalah vital untuk regenerasi
hemoglobin. Sebenarnya tubuh hanya membutuhkan vitamin dalam jumlah yang
sedikit setiap harinya, yang secara mudah dapat diperoleh melalui diet sehari-hari.
Diet yang baik dan seimbang memenuhi semua kebutuhan vitamin dan mineral
untuk fungsi tubuh. Namun demikian terdapat dasar-dasar kondisi yang
membenarkan untuk diberikannya vitamin seperti :

 Adanya absorbsi yang tidak memadai (mal absorbsi, diare, penyakit infeksi
dan infllamasi)
 Ketidakmampuan menggunakan vitamin (penyakit hati sirosis, hepatitis,
penyakit ginjal)
 Peningkatan kehilangan vitamin (demam akibat infeksi, hemodialisis, kanker)
 Kebutuhan vitamin yang meningkat (anak-anak, kehamilan, diet khusus)

Jadi penggunaan obat kategori vitamin dan mineral ini biasanya merupakan terapi
tambahan atau pelengkap, kecuali pada kondisi-kondisi tersebut di atas.

Dalam Formularium Nasional, obat-obat yang masuk kategori vitamin dan


mineral adalah seperti berikut :
Tabel 4.7 . Daftar Vitamin dan Mineral dalam Formularium Nasional
NO VITAMIN dan MINERAL
1 Asam askorbat (vitamin C)
tab 50 mg, tab 250 mg
2 Ergokalsiferol (vitamin D2)
Hanya untuk penyakit ginjal kronis pada level CKD 5 ke atas dan pasien
hipokalsemia, pemeriksaan kadar kalsium ion 1,1-2,5 mmol.
kaps 50.000 UI, susp 10.000 UI/Ml
3 Ferro fumarat
kaps lunak 300 mg
4 Ferro sulfat
tab salut 300 mg
5 Kalsium glukonat
inj 100 mg/Ml
6 Kalsium karbonat
tab 500 mg
7 Kalsium laktat (kalk)
Untuk hipoparatiroidisme., tab 500 mg
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


26

NO VITAMIN dan MINERAL


8 Kolekalsiferol (vitamin D3)
Hanya untuk penyakit ginjal kronis pada level CKD 5 ke atas dan pasien
hipotiroid, pemeriksaan kadar kalsium ion 1,1-2,5 mmol.
kaps lunak 0,25 mcg, kaps lunak 0,5 mcg
9 Kombinasi :
Ferro sulfat 200 mg, Asam folat 0,25 mg
10 Nikotinamid
tab 5 mg, tab 20 mg, tab 100 mg
11 Piridoksin (vitamin B6)
tab 10 mg, tab 25 mg, inj 100 mg/Ml
12 Retinol (vitamin A)
kaps lunak 100.000 UI, kaps lunak 200.000 UI
13 Sianokobalamin (vitamin B12)
tab 50 mcg
14 Tiamin (vitamin B1)
tab 50 mg
15 Vitamin B kompleks
Tab

Vitamin dan mineral yang terdapat dalam Formularium Nasional


merupakan sediaan tunggal dengan masing-masing dosis yang berbeda. Hal ini
memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihannya yaitu pemberian obat bisa
sesuai dengan indikasi, misalnya untuk pasien kekurangan vitamin B12 maka bisa
diberikan terapi Sianokobalamin (vitamin B12) tab 50 mcg , namun untuk indikasi
yang memerlukan berbagai macam vitamin dalam satu obat hanya ada beberapa
seperti vitamin B komplek, itu pun juga merupakan kombinasi vitamin-vitamin B
, sedangkan dengan mineral belum ada kombinasinya. Hal ini yang mungkin
menjadi salah satu pertimbangan dokter dalam menuliskan resep vitamin dan
mineral di luar Formularium Nasional. Karena sediaan vitamin dan mineral yang
beredar sudah banyak sekali yang merupakan kombinasi pilihan dari vitamin dan
mineral sehingga penggunaannya lebih praktis, penyiapan obatnya pun juga lebih
mudah , serta dosisnya pun juga sudah disesuaikan, sehingga dokter tidak perlu
lagi menghitung satu per satu kebutuhan tiap vitamin untuk seorang pasien.

Namun walaupun demikian, penggunaan obat sesuai Formularium Nasional


juga harus tetap diperhatikan, karena seperti pasien BPJS, pengobatan semua

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


27

merujuk pada Formularium Nasional, sehingga kepatuhan dokter dalam


menuliskan resep sesuai Formularium Nasional memang sangat diperlukan.

Sedangkan untuk obat – obat yang masuk dalam kategori di luar


Formularium Nasional dan di luar Formularium RSUP Fatmawati (NF+NFRS)
adalah 33 item yang diresepkan sebanyak 55 kali, dengan keterangan seperti
berikut :

Tabel 4.8. Jenis Obat Non Formularium Nasional dan Non Formularium RSUP
Fatmawati (NF+NFRS) yang paling banyak diresepkan

NO NAMA OBAT KOMPOSISI FREKUENSI


1 9
Gabexal 300 mg Gabapentin
2 5
Gabapentin 100 mg Gabapentin
3 3
Atorvastatin 10 mg Atorvastatin
4 3
Atorvastatin 20 mg Atorvastatin
5 3
Mertigo Betahistine
6 2
Bisoprolol 2,5 mg Bisoprolol
Kolin tartrat 100 mg, vitamin B12
mg, vitamin B2 2 mg, vitamin b6
2 mg, vitamin B12 0,67 mcg, 2
7 vitamin E 3 mg, nikotinamida 6
mg, pantotenol 3 mg, biotin 100
mcg, asam folat 400 mcg.
Methioson
Amylase 10.000 IU, protease 9000
IU, lipase 240 IU, DHA 30 mg,
dimethylpolysiloxane 25 mg,vit
8 B1 10 mg,vit B2 5 mg,vit B6 5 2
mg, vit B12 5 mcg, niacinamide
10 mcg, Ca pantothenate 5 mg
Vitazym
9 1
Amoxyclav 15 mg Amoxicillin , klavulanat
10 1
Thromboaspilet 80 mg Acetylsalicylic acid

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


28

Sedangkan untuk kategori berdasarkan kelas terapinya seperti terlihat pada


Lampiran.3. Dan untuk sepuluh besar obat-obat Non Formularium Nasional dan
Non Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan dokter di poliklinik penyakit
dalam seperti pada tabel 4.9 berikut ini :

Tabel 4.9. Jenis Obat Non Formularium Nasional dan Non Formularium RSUP
Fatmawati (NF+NFRS) yang paling banyak diresepkan berdasarkan
Kelas Terapi

NO KELAS TERAPI NAMA OBAT FREKUENSI


1 Antiepilepsi- Gabapentin 100 mg, Gabexal 300 14
Antikonvulsi mg
2 Vitamin dan Methioson, Vitazym, Nefrofer Inj, 8
Mineral Neurobion Amp, Sangobion, Vit.E
200
3 Antihiperlipidemia Atorvastatin 10 mg & 20 mg. 6
4 Antihipertensi Bisoprolol 2,5 mg, Clonidin 100 4
mg
5 Antivertigo Mertigo 3
6 Antiinflamasi Solofalk , Sulfitis 2
7 Ekspektorant Bromhexin , Mucosin 2
8 Hormon Tyroid Euthyrox 100 mcg 2
9 Suplemen Cavit D3, Hp-Pro Tab 2
10 Antibiotik Amoxyclav 1

Dari data tabel di atas terlihat bahwa obat Non Formularium Nasional dan
Non Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan dokter di poliklinik penyakit
dalam paling banyak yaitu kelas terapi Antiepilepsi-Antikonvulsi sebanyak 14
kali .

Obat Antiepilepsi-Antikonvulsi merupakan obat-obat yang dipakai untuk


serangan kejang epilepsi. Obat ini menekan impuls listrik abnormal dari pusat
serangan kejang ke daerah korteks lainnya, sehingga mencegah serangan kejang

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


29

tetapi tidak menghilangkan penyebab serangan kejang. Berikut adalah Daftar Obat
Antiepilepsi-Antikonvulsi dalam Formularium Nasional

Tabel 4.10. Daftar Obat Antiepilepsi-Antikonvulsi dalam Formularium Nasional


NO ANTIEPILEPSI – ANTIKONVULSI
1 Diazepam
inj 5 mg/mL (i.v.), Hanya untuk i.v
lar rektal 5 mg/2,5 mL, lar rektal 10 mg/2,5 Ml
2 Fenitoin Na
kaps 50 mg, kaps 100 mg
inj 100 mg/2 mL, Dapat digunakan untuk status konvulsivus.
inj 50 mg/Ml, Dapat digunakan untuk status konvulsivus
3 Fenobarbital
tab 30 mg, tab 100 mg, inj 50 mg/Ml
4 Karbamazepin
tab 200 mg, sir 100 mg/5 mL
5 Kombinasi Tab:
Levodopa 100 mg , Karbidopa 25 mg, Entekapon 200 mg
6 Magnesium sulfat
Hanya untuk kejang pada preeklampsia dan eklampsia. Tidak digunakan
untuk kejang lainnya.
inj 20%, inj 40%
7 Valproat
Dapat digunakan untuk epilepsi umum (general epilepsy).
tab sal 250 mg, tab sal 500 mg, tab SR 250 mg,tab SR 500 mg, sir 250
mg/5 mL

Obat Antiepilepsi-Antikonvulsi dalam Formularium Nasional ada 7 jenis


obat, kesemuanya merupakan terapi pilihan untuk mengatasi epilepsi. Namun para
dokter di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati banyak yang meresepkan
obat Antiepilepsi-Antikonvulsi di luar Formularium Nasional dan juga di luar
RSUP Fatmawati, seperti pada obat Gabexal 300 mg yang berisi Gabapentin 100
mg.

Peresepan obat yang masuk dalam kategori ini merupakan bentuk


ketidakpatuhan dokter yang seharusnya menuliskan resep sesuai Formularium
Nasional, hal ini bisa jadi karena berbagai faktor seperti stock obat tidak ada,
pasien yang meminta, ataupun dokter yang terbiasa meresepkan obat branded di
Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


30

luar Formularium dll. Padahal di RSUP Fatmawati sudah ada prosedur ketika
dokter membutuhkan obat-obat yang memang diperlukan oleh pasien tetapi tidak
terdapat pada Formularium RSUP Fatmawati, yaitu dengan mengajukan obat pada
Formulir Permintaan Obat Non Formularium yang ditulis oleh dokter dan
diajukan ke Ketua SMF untuk selanjutnya diteruskan ke Direktur Medik &
Keperawatan RSUP Fatmawati. Setelah mendapat persetujuan maka obat tersebut
nantinya akan ditambahkan dalam Formularium RSUP Fatmawati. Jadi
seharusnya para dokter penyakit dalam di instalasi rawat jalan Formularium
RSUP Fatmawati hendaknya bisa mematuhi prosedur dan aturan untuk pemilihan
obat yang diresepkan.

Kepatuhan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Sp.PD) di Poliklinik Penyakit


Dalam RSUP Fatmawati terhadap Formularium Nasional memang harus
dievaluasi, hal ini untuk menjadi bahan koreksi dan juga mengukur kinerja serta
keberhasilan RSUP Fatmawati dalam bekerja sama dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk melaksanakan sistem Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). Dalam poin ini dititik beratkan pada keberadaan Formularium
Nasional, yang mana berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan bahwa
Formularium Nasional merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan dan harus
tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam pelaksanaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jadi untuk pasien BPJS di Poliklinik
Penyakit Dalam, Instalasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati memanglah harus
diresepkan obatnya sesuai dengan daftar obat di Formularium Nasional. Dan juga
hal tersebut menyangkut dengan besaran klaim yang dicover oleh BPJS, yaitu
obat-obat yang terdapat pada Formularium Nasional, sehingga pihak Rumah Sakit
maupun Fasilitas Kesehatan lain yang bekerja sama dengan BPJS haruslah
mengikuti aturan tersebut agar tidak menyalahi dan merugikan Rumah Sakit itu
sendiri.

Jika dokter meresepkan obat-obat di luar Formularium Nasional untuk


pasien BPJS, maka pemakaian obat-obatan tersebuat tidak akan dibayarkan
klaimnya oleh BPJS, sehingga hal ini akan memberatkan dan menjadi beban
Rumah Sakit terkait anggaran pembelanjaannya. Selain itu, kepatuhan penulisan

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


31

resep oleh dokter berdasarkan pada Formularium Nasional merupakan indikator


Kinerja Direktur Rumah Sakit, yang mana persen kepatuhan yang menjadi
standardnya yaitu 85 %. Sehingga ketika persen kepatuhannya kurang dari 85%
maka Kinerja Direktur Rumah Sakit dinilai belum maksimal.

Maka dari itu perlu diberikan sosialisasi terhadap para dokter khususnya
para Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Sp.PD) di di Poliklinik Penyakit
Dalam Instalasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati terhadap perlunya kepatuhan
dalam menuliskan resep obat sesuai dengan Formularium Nasional untuk
pasien BPJS yang ditangani ataupun jika obat yang diperlukan tidak masuk
dalam Formularium Nasional setidaknya merujuk pada pilihan obat yang
terdapat pada Formularium RSUP Fatmawati. Dan untuk selanjutnya
dilakukan follow up serta evaluasi secara bertahap oleh pihak RSUP
Fatmawati.

Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Persentase kepatuhan dalam menulis resep sesuai dengan Formularium


Nasional yang tertinggi oleh dokter Loli J.Simanjuntak,SpPD (100%) dan
persentase terendah oleh dokter Arnold Hasahatan Harahap,SpPD (66%)
2. Persen rata-rata kepatuhan penulisan resep Dokter Spesialis Penyakit
Dalam (Sp.PD) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati terhadap
Formularium Nasional dan Formularium RSUP Fatmawati yaitu 77,30 %.
3. Dari persentase tersebut, maka hasilnya belum memenuhi standar
kepatuhan yang ditentukan oleh Kemenkes, dimana standar kepatuhan
penulisan resep dokter terhadap Formularium Nasional yaitu minimal 85%
4. Obat Non Formularium Nasional yang paling banyak diresepkan yaitu :
a. Non Formularium Nasional tetapi masuk Formularium RSUP
Fatmawati (NF+FRS): kelas terapi Vitamin dan Mineral ( Dalfarol,
Lenal Ace, Mecobalamin 500 meq , Neurodex, Seloxy AA Kap,
Sohobion, Vit.C Amp) dengan frekuensi sebanyak 130 kali
b. Non Formularium Nasional dan Non Formularium RSUP
Fatmawati (NF+NFRS): kelas terapi Antiepilepsi-Antikonvulsi
(Gabapentin 100 mg, Gabexal 300 mg) dengan frekuensi
sebanyak 14 kali

5.2 Saran

Diberikan sosialisasi terhadap para dokter khususnya para Dokter Spesialis


Penyakit Dalam (Sp.PD) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati
terhadap perlunya kepatuhan dalam menuliskan resep obat sesuai dengan
Formularium Nasional. Untuk selanjutnya dilakukan follow up dan
evaluasi secara bertahap.

32 Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


DAFTAR ACUAN

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia . Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia . Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 328/Menkes/SK/VIII/2013 Tentang
Formularium Nasional

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Pegangan Sosialisasi Jaminan


Kesehatan Nasional (JKN) Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

33 Universitas Indonesia

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


LAMPIRAN

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Penulisan Resep Obat Non Fornas Berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati di Poliklinik
Penyakit Dalam

FRS / ∑ R/ ∑ R/
RUANGAN / NAMA OBAT NON ∑ R/
NFRS FRS NFRS
NO. POLIKLINIK FORNAS NAMA GENERIK KETERANGAN
1 FRS 8 8
Ambroxol 30 mg Ambroxol 30 mg
2 FRS 2 2
Arcoxia Etoricaxib
3 Micronized Purified
Flavonoidic Fraction (500
FRS 1 1
mg Flavonoids Expressed
Ardium 500 mg as Hesperidin, Diosmin)
4 FRS 1 1
PENYAKIT Cilostazol 100 mg Silostazol
5 DALAM F &FRS
TABLET
FRS 1 1
SALUT FILM 75
CPG 3/4 Tab Clopidogrel mg
6 FRS 3 3
Curcuma Tab Curcuma
7 FRS 1 1
Dalfarol D- Alfa Tokoferol
8 F & FRS
FRS 1 1 TABLET 0,5 mg
Dexametason 3/4 Tab Dexametason & 4 mg
9 FRS 1 1
Feldene Flash Tab 20 mg Piroxicam

34

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Penulisan Resep Obat Non Fornas Berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati di Poliklinik
Penyakit Dalam ( lanjutan 1)

FRS / ∑ R/ ∑ R/
RUANGAN / NAMA OBAT NON ∑ R/
NFRS FRS NFRS
NO. POLIKLINIK FORNAS NAMA GENERIK KETERANGAN
10
Glucosamine HCl 500 mg, FRS 1 1
Fitbon 500 mg Mangan 1 mg
11
FRS 1 1
Fluimucil Syr N-Asetilsistein
12
FRS 10 10
Ganin 300 mg Gabapentin
13
FRS 1 1
PENYAKIT GG Gliseril Guayakolat
14 DALAM FRS 10 10
Glucosamin 500 mg Glucosamin
15 Fe Fumarate 360 mg, Folic
Acid 1,5 mg, Vit B12 15 mcg,
FRS 1 1
Vit C 75 mg, Ca Carbonate 200
Hemobion Cap mg, Cholecalciferol 400 IU
16
FRS 1 1
Herbesser CD 100 mg Diltiazem HCl
17
FRS 1 1
Ketosteril 630 mg Essential Ketoacids
18 FRS 1 1
Kolkatriol Kalsitriol

35

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Penulisan Resep Obat Non Fornas Berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati di Poliklinik
Penyakit Dalam (lanjutan 2)

FRS / ∑ R/ ∑ R/
RUANGAN / NAMA OBAT NON ∑ R/
NFRS FRS NFRS
NO. POLIKLINIK FORNAS NAMA GENERIK KETERANGAN
19
FRS 7 7
Lenal Ace 3x1 Kalsium Asetat
20
FRS 1 1
Lioresal 10 mg Baclofen
21 FRS TABLET 5
FRS 1 1
Maintate 2,5 mg Bisoprolol Hemifurat mg
22
Mecobalamin 500 FRS 7 7
PENYAKIT meq Mecobalamin
23 DALAM FRS 2 2
Meloxicam 15 mg Meloxicam
24 FRS 1 1
Merislon 6mg Betahistine Mesylate
25 FRS 1 1
NaCl Natrium Clorida
26 Paracetamol 350 mg,
Ibuprofen 200 mg, Caffein 50 FRS 1 1
Neuralgin mg
27 Kombinasi Vit B1 100 mg, Vit
FRS 76 76
Neurodex B6 200 mg, Vit B 12 250 mcg
28
Ammonia,Ammonium FRS 1 1
OBH Syrup 100 ml Chloride,Liquorice

36

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Penulisan Resep Obat Non Fornas Berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati di Poliklinik
Penyakit Dalam ( lanjutan 3 )

FRS / ∑ R/ ∑ R/
RUANGAN / NAMA OBAT NON ∑ R/
NFRS FRS NFRS
NO. POLIKLINIK FORNAS NAMA GENERIK KETERANGAN
29
FRS 1 1
Pletaal 50 mg Silostazol
30 F &FRS TABLET
FRS 2 2
Propanolol 40 mg Propanolol 10 mg
31
FRS 2 2
Rhinos 1x1 Pseudoefedrin HCl 7,5 ml
32 Kombinasi : Alfa lipoic
acid 100 mg, Vit c 500
mg,Zn picolinate 50mg, Se FRS 1 1
PENYAKIT 50 mcg, Beta carotene
DALAM Seloxy aa kap 5000 iu
33
FRS 1 1
Sirdalut 2 mg Tizanidine
34 Kombinasi Vit B1
mononitrate 100 mg, Vit
FRS 37 37
B6 100 mg, Vit B 12 5000
Sohobion mcg
35 FRS TABLET 5
FRS 2 2
Thyrozol tab 20 mg Tiamazol mg & 10 mg
36 F & FRS INJEKSI
FRS 1 1
Tramadol 50 mg kap Tramadol 50 mg/ml

37

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Penulisan Resep Obat Non Fornas Berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati di Poliklinik
Penyakit Dalam ( lanjutan 4 )

FRS / ∑ R/ ∑ R/
RUANGAN / NAMA OBAT NON ∑ R/
NFRS FRS NFRS
NO. POLIKLINIK FORNAS NAMA GENERIK KETERANGAN
37
FRS 1 1
Urdafalk Ursodeoxycholic Acid
38
FRS 1 1
Vastigo 6 mg Betahistine Mesylate
39
FRS 1 1
Vit.C Amp Vitamin C
40
NFRS 1 1
Actonel 35 mg Risedronate Na
41 Amoxicillin ,
PENYAKIT NFRS 1 1
Amoxyclav 15 mg Klavulanat
42 DALAM
Atorvastatin 10 mg Atorvastatin NFRS 3 3
43 NFRS 3 3
Atorvastatin 20 mg Atorvastatin
44 F &FRS TABLET
NFRS 2 2
Bisoprolol 2,5 mg Bisoprolol SALUT FILM 5 mg
45 NFRS 1 1
Bromhexin 3/4 Tab Bromhexin
46 F &FRS TABLET
NFRS 1 1 12,5 mg , 25 mg & 50
Captopril 6,25 mg Captopril mg

38

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Penulisan Resep Obat Non Fornas Berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati di Poliklinik
Penyakit Dalam ( lanjutan 5 )

FRS / ∑ R/ ∑ R/
NO RUANGAN / NAMA OBAT NON ∑ R/
NFRS FRS NFRS
. POLIKLINIK FORNAS NAMA GENERIK KETERANGAN
47 Kombinasi: Ca Hydrogen
Phosphate 500 mg, cholecalciferol NFRS 1 1
Cavit D3 133 IU
48
NFRS 1 1
Cetinal Cetrizine
49 F &FRS TABLET
NFRS 1 1
Clonidin 100 mg Clonidin 0,15 mg
50
NFRS 1 1
Disflatyl Dimeticone
51 PENYAKIT
DALAM NFRS 2 2
Euthyrox 100 mcg Levothyroxine Na
52 NFRS 5 5
Gabapentin 100 mg Gabapentin
53 NFRS 9 9
Gabexal 300 mg Gabapentin
54 F &FRS TABLET
NFRS 1 1
Glibenklamid 3 mg Glibenklamid 2,5 mg & 5 mg
55 NFRS 1 1
Hp-Pro Tab Fructus Schizandrae Ectract
56 NFRS 1 1
Kafein 25 mg Kafein

39

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Penulisan Resep Obat Non Fornas Berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati di Poliklinik
Penyakit Dalam ( lanjutan 6 )

NO RUANGAN / NAMA OBAT FRS / ∑ ∑ R/ ∑ R/


. POLIKLINIK NON FORNAS NAMA GENERIK NFRS R/ FRS NFRS KETERANGAN
57 FRS susp/emuls
NFRS 1 1
Laxadin 15 cc Glicerol,Paraffin,Phenolphthalein botol@ 60 cc
58 Librax Chlordiazepoxide,Clidinium Bromide NFRS 1 1
59 NFRS 3 3
Mertigo Betahistine
Kolin tartrat 100 mg, Vitamin B12 mg,
Vitamin B2 2 mg, Vitamin B6 2 mg,
Vitamin B12 0,67 mcg, Vitamin E 3 mg, NFRS 2 2
60 Nikotinamida 6 mg, Pantotenol 3 mg,
Methioson Biotin 100 mcg, Asam folat 400 mcg.
61 PENYAKIT NFRS 1 1
DALAM Mucosin Ambroxol
62
NFRS 1 1
Nefrofer Inj Iron Sucrose
63
NFRS 1 1
Neurobion Amp Cyanocobalamin,Pyridoxine, Thiamine
64 Fe Gluconate 250 g, Manganese Sulfate
200 mcg, Copper Sulfate 200 mcg, Vit C
NFRS 1 1
50 mg, Folic Acid 1000 mcg, Vit B12 7,5
Sangobion mcg, Sorbitol 25 mg

40

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 1. Hasil Rekapitulasi Penulisan Resep Obat Non Fornas Berdasarkan Formularium RSUP Fatmawati di Poliklinik
Penyakit Dalam ( lanjutan 7 )

NO. RUANGAN / NAMA OBAT NON NAMA GENERIK FRS / ∑ R/ ∑ R/ ∑ R/ KETERANGAN


POLIKLINIK FORNAS NFRS FRS NFRS
65 NFRS 1 1
Solofalk 500 Mg Mesalazine
66 NFRS 1 1
Sulfitis 500 Mg Sulfasalazine
67 NFRS 1 1
Tonar 630 Mg Alfa Ketoisoleucin
68 Thromboaspilet 80 Mg Acetylsalicylic Acid NFRS 1 1
69
NFRS 1 1
Urdahex Ursodeoxycholic Acid
70 PENYAKIT Amylase 10.000 Iu, Protease
DALAM 9000 Iu, Lipase 240 Iu, DHA 30
Mg, Dimethylpolysiloxane 25
Mg,Vit B1 10 Mg,Vit B2 5 NFRS 2 2
Mg,Vit B6 5 Mg, Vit B12 5
Mcg,Niacinamide 10 Mcg,Ca
Vitazym Pantothenate 5 Mg
71
NFRS 1 1
Vit.E 200 Vitamin E
72
NFRS 1 1
Voltaren Gel Natrium Diklofenak
249 194 55
JUMLAH

41

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 2 . Daftar Kelas Terapi Obat Non Fornas yang masuk dalam Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati

NO KELAS TERAPI NAMA OBAT KOMPOSISI FREKUENSI JUMLAH


1 Analgetik Non Narkotik 2
Arcoxia Etoricaxib
Feldene Flash Tab 20
1
mg Piroxicam
Meloxicam 15 mg Meloxicam 2 7
Paracetamol 350 mg,Ibuprofen 200
1
Neuralgin mg, Caffein 50 mg
Tramadol 50 mg kap Tramadol 1
2 Anti Agregasi Platelet 1
Cilostazol 100 mg Silostazol
1
CPG 3/4 Tab Clopidogrel 3
1
Pletaal 50 mg Silostazol
3 Antihemoroid Micronized Purified Flavonoidic 1
Fraction (500 mg Flavonoids 1
Ardium 500 mg Expressed As Hesperidin, Diosmin)
4 Antianemia Fe Fumarate 360 mg, Folic Acid
1,5 mg, Vit B12 15 mcg, Vit C 75
1
mg, Ca Carbonate 200 mg, 1
Hemobion CAP Cholecalciferol 400 IU
5 Antiangina 1
Herbesser CD 100 mg Diltiazem Hcl 3
Propanolol 40 mg Propanolol 2

42

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 2. Daftar Kelas Terapi Obat Non Fornas yang masuk dalam Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan di
Poliklinik Penyakit Dalam Fatmawati ( lanjutan 1)

NO KELAS TERAPI NAMA OBAT KOMPOSISI FREKUENSI JUMLAH


6 Antiepilepsi-Antikonvulsi 10 10
Ganin 300 mg Gabapentin
7 Antimigren 1 2
Merislon 6mg Betahistine Mesylate
Vastigo 6 mg Betahistine Mesylate 1
8 Anti Alergi Dan Obat Untuk 2
2
Anafilaksis Rhinos 1x1 Pseudoefedrin HCL 7,5 ml
9 Ekspektoran Ambroxol 30 mg Ambroxol 30 mg 8 11

Fluimucil Syr N-Asetilsistein 1

GG Gliseril Guayakolat 1
Ammonia,Ammonium
1
OBH Syrup 100 ml Chloride,Liquorice
10 Elektrolit 1 1
NaCl Natrium Clorida
11 Hipertrofi Prostat 1 1
Ketosteril 630 mg Essential Ketoacids
12 Hormon, Obat Endrokin Lain 1
1
Dan Kontraseptik Lain Kolkatriol Kalsitriol
13 Hormon Dan Anti Hormon 1 1
Dexametason 3/4 Tab Dexametason
14 Hormon Tiroid Dan 2
2
Antitiroid Thyrozol Tab 20 mg Tiamazol
15 Obat Untuk Gagal Jantung 1
1
Maintate 2,5 mg Bisoprolol Hemifurat

43

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 2. Daftar Kelas Terapi Obat Non Fornas yang masuk dalam Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan di
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Fatmawati ( lanjutan 2 )

NO KELAS TERAPI NAMA OBAT KOMPOSISI FREKUENSI JUMLAH


16 Obat Untuk Saluran 1
1
Cerna (Lain-Lain) Urdafalk Ursodeoxycholic Acid
17 Relaksan Otot Perifer 1 13
Dan Penghambat Fitbon 500 mg Glucosamine HCl 500 mg, Mangan 1 mg
Kolinesterase Glucosamin 500 mg Glucosamin 10
(Lain-Lain)
Lioresal 10 mg Baclofen 1

Sirdalut 2 mg Tizanidine 1
18 Supplemen 3 3
Curcuma Tab Curcuma
1
Dalfarol D- Alfa Tokoferol
19 Vitamin Dan Mineral 130
Lenal Ace 3x1 Kalsium Asetat 7

Mecobalamin 500 meq Mecobalamin 7


Kombinasi Vit B1 100 mg, Vit B6 200
76
Neurodex mg, Vit B 12 250 mcg
Kombinasi : Alfa Lipoic Acid 100 mg,
Vit C 500 mg, Zn picolinate 50mg, Se 50 1
Seloxy AA Kap mcg, Beta Carotene 5000 iu
Kombinasi Vit B1 Mononitrate 100 mg,
37
Sohobion Vit B6 100 mg, Vit B 12 5000 mcg
Vit.C Amp Vitamin C 1

44

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 3. Daftar Kelas Terapi Obat Non Fornas dan Non Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati

NO KELAS TERAPI NAMA OBAT KOMPOSISI FREKUENSI JUMLAH


1 Agen Yang Mempengaruhi 1
Metabolisme Tulang 1
Actonel 35 mg Risedronate Na
2 Analgetik Non Narkotik 1 1
Voltaren Gel Natrium Diklofenak
3 Antialergi 1 1
Cetinal Cetrizine
4 Antibiotik 1 1
Amoxyclav 15 mg Amoxicillin , Klavulanat
5 Antiepilepsi-Antikonvulsi 5 14
Gabapentin 100 mg Gabapentin
Gabexal 300 mg Gabapentin 9
6 Antidiabetes Glibenklamid 1
1
3 mg Glibenklamid
7 Antiflatulen 1 1
Disflatyl Dimeticone
8 Antimigren 1 1
Kafein 25 mg Kafein
9 Antihiperlipidemia 3 6
Atorvastatin 10 mg Atorvastatin
Atorvastatin 20 mg Atorvastatin 3
10 Antihipertensi 2 4
Bisoprolol 2,5 mg Bisoprolol
Captopril 6,25 mg Captopril 1

Clonidin 100 mg Clonidin 1

45

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 3. Daftar Kelas Terapi Obat Non Fornas dan Non Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati ( lanjutan 1 )

NO KELAS TERAPI NAMA OBAT KOMPOSISI FREKUENSI JUMLAH


11 Antiinflamasi Solofalk 500 mg Mesalazine 1 2

Sulfitis 500 mg Sulfasalazine 1


12 Antiplatelet 1 1
Thromboaspilet 80 mg Acetylsalicylic Acid
13 Antispasmodik Chlordiazepoxide,Clidinium 1
1
Librax Bromide
14 Antivertigo 3 3
Mertigo Betahistine
15 Ekspektorant 1 2
Bromhexin 3/4 Tab Bromhexin
Mucosin Ambroxol 1
16 Hepatic Protector 1 1
Urdahex Ursodeoxycholic Acid
17 Hormon Tyroid 2 2
Euthyrox 100 mcg Levothyroxine Na
18 Laxative 1 1
Laxadin 15 cc Glicerol,Paraffin,Phenolphthalein
19 Sistem Urinari Genital 1 1
Tonar 630 mg Alfa Ketoisoleucin
20 Suplemen Kombinasi: Ca Hydrogen 2
Phosphate 500 mg, 1
Cavit D3 Cholecalciferol 133 IU
Hp-Pro Tab Fructus Schizandrae Ectract 1

46

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 3. Daftar Kelas Terapi Obat Non Fornas dan Non Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati ( lanjutan 2 )

NO KELAS TERAPI NAMA OBAT KOMPOSISI FREKUENSI JUMLAH


Kolin Tartrat 100 mg, Vitamin B12
21 mg, Vitamin B2 2 mg, Vitamin B6 2
mg, Vitamin B12 0,67 mcg, Vitamin
2
E 3 mg, Nikotinamida 6 mg,
Pantotenol 3 mg, Biotin 100 mcg,
Methioson Asam Folat 400 mcg.
Amylase 10.000 IU, Protease 9000 IU,
Lipase 240 IU, Dha 30 mg,
Dimethylpolysiloxane 25 mg,Vit B1 8
2
10 mg,Vit B2 5 mg,Vit B6 5 mg, Vit
Vitamin Dan Mineral B12 5 mcg,Niacinamide 10 mcg,Ca
Vitazym Pantothenate 5 mg

Nefrofer Inj Iron Sucrose 1


Cyanocobalamin,Pyridoxine,
1
Neurobion Amp Thiamine
Fe Gluconate 250 mg, Manganese
Sulfate 200 mcg, Copper Sulfate 200
1
mcg, Vit C 50 mg, Folic Acid 1000
Sangobion mcg, Vit B12 7,5 mcg, Sorbitol 25 mg
Vit.E 200 Vitamin E 1

47

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 4. Daftar Obat dalam Resep yang Masuk di Formularium Nasional dan Formularium RSUP Fatmawati

NO NAMA OBAT ∑ R/ NO NAMA OBAT ∑ R/ NO NAMA OBAT ∑ R/


1 Actos 30 mg 12 22 Bisoprolol 5 mg 4 43 Dulcolax sup 1
2 Adalat oros 30 mg 9 23 CaCO3 10 44 Farsorbid 5 mg 1
3 Aldacton 25 mg 1 24 Candesartan 8 mg 8 45 Furosemid 40 mg 4
4 Allopurinol 20 mg 1 25 Candesartan 16 mg 13 46 Gemfibrozil 600 mg 5
5 Allopurinol 100 mg 29 26 Canderin 8 mg 14 47 Glibenklamide 5 mg 3
6 Allopurinol 300 mg 1 27 Canderin 16 mg 6 48 Glimepirid 1 mg 16
7 Alprazolam 0,5 mg 3 28 Captopril 12,5 mg 3 49 Glimepirid 2 mg 12
8 Amdixal 5 mg 8 29 Captopril 25 mg 2 50 Glimepirid 3 mg 6
9 Amdixal 10 mg 8 30 Cardace 5 mg 5 51 Glimepirid 4 mg 3
10 Amlodipin 5 mg 26 31 Cefixim 100 mg 2 52 Gliquidon 30 mg 7
11 Amlodipin 10 mg 29 32 Cetrizin 30 mg 3 53 Glucobay 50 mg 5
12 Apidra solostar 1 33 Ciprofloxacin 500 mg 2 54 Glucobay 100 mg 25
13 Arcoxia 120 mg 1 34 Clonidin 0,15 mg 2 55 Glucodex 80 mg 10
14 Ascardia 30 mg 1 35 Clopidogrel 75 mg 1 56 Glucodex 160 mg 2
15 Ascardia 80 mg 32 36 Codein 10 mg 1 57 Glucosamid 50 mg 1
16 Asam folat 1 mg 31 37 Concor 5 mg 4 58 Glumin xr cap 500 mg 1
17 Asam folat 5 mg 3 38 CTM 1 mg 1 59 Glurenorm 30 mg 23
18 Aspilet 80 mg 6 39 Diltiazem 1 60 Harnal 1
19 Atmacid syr 1 40 Diovan 80 mg 10 61 Hemapo inj 3000 iu/ml 2
20 Avodart 0,5 mg 1 41 Diovan 160 mg 3 62 HCT 12,5 mg 4
21 Azytromysin 500 mg 1 42 Domperidon 10 mg 3 63 HCT 25 mg 1

48

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015


Lampiran 4. Daftar Obat dalam Resep yang Masuk di Formularium Nasional dan Formularium RSUP Fatmawati (lanjutan 1)

NO NAMA OBAT ∑ R/ NO NAMA OBAT ∑ R/ NO NAMA OBAT ∑ R/


64 Humalog pen 4 87 Noperten 5 mg 2 111 Solosa 1 mg 6
65 Hytrin 1 mg 1 88 Noperten 10 mg 3 112 Solosa 2 mg 6
66 Inpepsa syr 100 ml 1 89 Novomix 9 113 Solosa 3 mg 3
67 Inviclot 1 90 Novorapide 16 114 Spironolacton 25 mg 2
68 ISDN 5 mg 1 91 Norvask 10 g 1 115 Sucralfat 1
69 KSR 2 92 OBH syrup 100 ml 1 116 Ulsafate syr 100 ml 1
70 lansoprazole 30 mg 25 93 Omeprazole 20 mg 7 117 Valsartan 80 mg 9
71 lantus 100 iu/ml 3 ml 24 94 Omeprazole 30 mg 2 118 Valsartan 160 mg 15
72 lasix 10 mg 1 95 Ondansetron 4 mg 2 119 Vit B 6 1
73 Levemir 15 96 Osteocal 5 120 Vit.12 50 mcg 9
74 Levofloxacin cap 500 mg 1 97 Pct 500 mg 1 121 Vit.B complex 2
75 Lidokain 2% 1 98 Pioglitazon 30 mg 5
76 Lipanthyl 100 mg 4 99 Prednison 1
77 Loratadine 10 mg 2 100 Propanolol 10 mg 11
78 Metformin 500 mg 94 102 PTU 100 mg 5
79 Metformin 850 mg 21 103 Ramipril 2,5 mg 1
80 Micardis 80 mg 10 104 Ramipril 5 mg 3
81 Mst tab 10 mg 1 105 Ramixal 5 mg 4
82 Metyl prednisolon 4 mg 1 106 Recormon 1
83 Na bicarbonat 13 107 Seretide diskus 250 mg 1
84 Na diklofenak 5 mg 1 108 Simarc 2 mg 5
85 Nifedipin 10 mg 1 109 Simvastatin 10 mg 32
86 Nitrokaf retard 2,5 mg 1 110 Simvastatin 20 mg 17

49

Laporan praktik..., Zulfa Khoirunni Mah, FF UI, 2015

Anda mungkin juga menyukai