ANGKATAN LXXIX
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JANUARI 2015
ANGKATAN LXXIX
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
DESEMBER 2014
ii Universitas Indonesia
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini adalah hasil karya sendiri, dan semua
sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar
NPM : 1306502945
Tanda Tangan :
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawati. Laporan PKPA ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis
selama melaksanakan kegiatan PKPA ini, yaitu kepada:
1. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Indonesia.
2. Bapak Dr. Hayun, M.Si, Apt. selakuKetua Program
ProfesiApotekerFakultasFarmasisekaligus pembimbing dari Universitas
Indonesia yang telah bersedia meluangkan waktunya membimbing penulis
selama penyusunan laporan ini.
3. Ibu Dra. Alfina Rianti, M.Pharm.,Apt.selaku pembimbing dari Rumah Sakit
Umum Pusat Fatmawati yang telah berbagi ilmu kepada penulis serta
membimbing penulis selama pelaksanaan PKPA di Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati dan selama penyusunan laporan ini.
4. Bapak Prof. Dr. Maksum Radji, M.Biomed., Apt. selaku pembimbing dari
Universitas Indonesia yang telah bersedia meluangkan waktunya
membimbing penulis selama penyusunan laporan ini.
5. Seluruh apoteker, staf dan karyawan di Rumah Sakit Umum Pusat
Fatmawatiatas bimbingan, kerjasama dan informasi yang diberikan selama
penulis melaksanakan kegiatan PKPA.
6. Seluruh staf pengajar, bagian tata usaha, dan karyawan diProgram Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, atas ilmu, dukungan dan
bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
7. Kedua orang tua, keluarga dan orang-orang terdekat penulis yang selama ini
tidak pernah berhenti memberikan dukungan dan do’a.
v Universitas Indonesia
Penulis
vi Universitas Indonesia
di bawah ini :
NPM : 1306502945
Fakultas : Farmasi
beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola, dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
Dibuat di : Depok
Yang menyatakan,
ix Universitas Indonesia
x Universitas Indonesia
xi Universitas Indonesia
kerja di rumah sakit sebagai pelatihan untuk menerapkan ilmu yang telah
didapatkan selama perkuliahan serta dapat mempelajari segala kegiatan dan
permasalahan yang ada di rumah sakit. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan RSUP Fatmawati
melaksanakan Praktik Kerja Profesi Apoteker(PKPA) di rumah sakit bagi calon
apoteker. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bagi mahasiswa
tentang peran farmasis di rumah sakit serta bekal keterampilan dalam
melaksanakan pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
1.2 Tujuan
Tujuan dilakukan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
RSUPFatmawati adalah sebagai berikut:
1. Mampu memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker di rumah
sakit sesuai dengan ketentuan dan etika pelayanan farmasi khususnya dan
pelayanan kesehatan umumnya.
2. Memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan dan pengalaman praktis
untuk melakukan praktik kefarmasian di rumah sakit.
3. Memilki gambaran nyata tentang permasalahan praktik kefarmasian serta
mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam
rangka pengembangan praktik kefarmasian di rumah sakit.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit yang tertera pada Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit melputi:
1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
a. Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit;
b. Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal;
c. Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan
yang berlaku;
d. Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit;
e. Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku;
f. Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian;
g. Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di rumah sakit;
h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu;
i. Melaksanakan pelayanan obat“unit dose”/dosis sehari;
j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah memungkinkan);
k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai;
l. Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan;
m. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai;
Universitas Indonesia
anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di
rumah sakit, apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila
diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan kerja dengan komite lain di
dalam Rumah Sakit yang berhubungan/berkaitan dengan penggunaan obat.
Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang apoteker,
apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah apoteker, namun apabila
diketuai oleh apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter.
TFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan
sekali dan untuk rumah sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan. Rapat
TFT dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari luar rumah sakit yang
dapat memberikan masukan bagi pengelolaan TFT, memiliki pengetahuan khusus,
keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang bermanfaat bagi TFT.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Duplikasi pengobatan
c. Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD)
d. Kontraindikasi
e. Interaksi obat
2. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk
mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah
dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau
data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien.
3. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah
terjadinya kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan,
duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat. Kesalahan obat (medication error)
rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain,
antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari rumah sakit ke layanan
kesehatan primer dan sebaliknya.
Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah:
a. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien;
b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi
dokter; dan
c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter.
Tahapan Rekonsiliasi Obat:
a. Pengumpulan data
Mencatat data dan memverifikasi obat yang sedang dan akan digunakan
pasien, meliputi nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat mulai diberikan,
diganti, dilanjutkan dan dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek
samping obat yang pernah terjadi.
Data riwayat penggunaan obat didapatkan dari pasien, keluarga pasien,
daftar obat pasien, obat yang ada pada pasien, dan rekam
medik/medication chart. Data obat yang dapat digunakan tidak lebih dari 3
(tiga) bulan sebelumnya. Semua obat yang digunakan oleh pasien baik
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Rehabilitasi Medik. Pada akhir tahun 2010 RSUP tercatat menjadi RS kelas A
Pendidikan dan mendapat Akreditasi Penuh Tingkat Lengkap 16 Pelayanan
(Paripurna). Kemudian tahun 2011 mendapat sertifikat terakreditasi ISO 9001 :
2008 dan OHSAS 18001 : 2007 dan pada akhir tahun 2013 mendapat akreditasi
Paripurna dari KARS dan terakreditasi JCI (Joint Commission International).
Universitas Indonesia
3.1.4 Tujuan
Tujuan RSUP Fatmawati, yaitu :
1. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang memenuhi
kaidah keselamatan pasien (patient safety);
2. Terwujudnya pelayanan kesehatan rumah sakit yang bermutu tinggi
dengan tariff yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat;
3. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas bagi
pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian;
4. Terwujudnya sumber daya manusia yang professional dan berorientasi
kepada pelayanan pelanggan;
5. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh sumber
daya mausia rumah sakit.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
31. Turut serta dan aktif terlibat dalam perumusan dan pembuatan MOU
IkatanKerja Sama (IKS) dalam bidang pendidikan dan penelitian
kefarmasian di RSUP Fatmawati;
32. Turut serta dan aktif terlibat dalam keanggotaan organisasi
profesikefarmasian guna peningkatan kompetensi dan pengembangan
keilmuan dalam bidang kefarmasian di RSUP Fatmawati.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
adalah operasi yang dilakukan untuk pasien tunai, dimana biaya yang dibebankan
sudah dalam bentuk paket.
OK Cito terdiri dari dua kamar. Pada OK Cito terdapat paket obat dan
alkes OK Cito dan lemari emergency. Lemari ini terdiri dari lemari
emergencyobat dan lemari emergency alat kesehatan.
Sumber daya manusia yang berada di Depo Farmasi Instalasi Bedah
Sentral berjumlah tiga orang. Karyawan tersebut terdiri dari satu orang penyelia,
satu orang juru resep, dan satu orang petugas administrasi. Pengadaan barang
berasal dari Gudang Perbekalan Farmasi yang diminta setiap hari dengan
menggunakan formulir permintaan barang secara on-line.
Universitas Indonesia
obat-obat paten yang masuk dalam formularium RS. Pelayanan Rawat Inap di
Gedung Anggrek dilakukan selama 7 hari, sedangkan pasien rawat jalan di IGH
dilayani selama 6 hari (Senin-Sabtu). Instalasi Griya Husada selain melayani obat-
obat umum untuk pasien rawat jalan, juga melayani obat program seperti
tuberculosis dan HIV. Jumlah rata-rata resep yang masuk untuk pasien rawat jalan
yaitu ±120 resep setiap harinya.
Pasien-pasien rawat inap yang dilayani oleh depo IGH, antara lain pasien
yang dirawat di gedung Prof.Soelarto lantai 5 VIP, Lantai 6 VIP dan High Care
Unit. Sedangkan untuk Anggrek, dibagi menjadi 4 unit :
1. VIP : paviliun Catteliya
2. Eksekutif : Paviliun Vanda, Calante dan Larat
3. Kelas 1 : Paviliun Bulan dan Cordelia
4. Unit stroke
d. Depo Farmasi Teratai
Depo Farmasi Teratai terletak di lantai pertama Gedung Teratai. Depo
Farmasi Teratai merupakan Depo Farmasi yang menyediakan perbekalan bagi
pasien rawat inap Gedung Terataisebanyak 516 bed dan Gedung Prof. Soelarto
sebanyak 147 bed.
Gedung Teratai terdiri dari enam (6) lantai dengan rincian tiap lantai sebagai
berikut:
1. Lantai 1 yaitu ruang kebidanan (emergency kebidanan, contohnya pada
kondisi pre eklampsia berat) dan high care unit di selatan Teratai.
2. Lantai 2 yaitu ruang perawatan khusus kebidanan dan high care unit di
selatan Teratai.
3. Lantai 3 yaitu ruang khusus pasien anak - anak (<18 tahun) dan high care
unit di selatan Teratai.
4. Lantai 4 yaitu ruang pasien pasca bedah dan high care unit di utara Teratai.
5. Lantai 5 yaitu ruang pasien penyakit dalam dan high care unit di selatan
Teratai.
6. Lantai 6 yaitu ruang untuk pasien penyakit saraf dan kardiovaskular dan
high care unit di selatan Teratai.
Universitas Indonesia
Selain itu, Depo Farmasi Teratai juga melayani pasien rawat inap di
Gedung Prof. Soelarto yang meliputi :
1. Lantai 1 yaitu ruang perawatan khusus orthopedic kelas 3.
2. Lantai 2 yaitu ruang perawatan bedah umum.
3. Lantai 3 yaitu ruang khusus perawatan non bedah.
4. Lantai 4 yaitu ruang pasien rehabilitasi medik kelas 1 dan 2
Setiap lantai atau unit ruangan memiliki petugas yang menjadi
penanggung jawab pelayanan. Depo Farmasi ini memiliki jumlah sumber daya
manusia sebanyak 41 orang, dengan perincian apoteker sebanyak 5 orang, tenaga
teknis kefarmasian sebanyak 22 orang, petugas perincian (billing) sebanyak 8
orang, dan juru resep sebanyak 6 orang.
meliputi bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama
pemberian. Pertimbangan klinis meliputi adanya alergi, efek samping,
interaksi,dan kesesuaian antara dosis, durasi, dan jumlah obat.
b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Kegiatan penelusuran riwayat penggunaan obat di RSUP Fatmawati
dilakukan bersamaan dengan kegiatan Visite. Riwayat penggunaan obat pasien
nantinya didapat dari wawancara, pengambilan data rekam medik atau pencatatan
penggunaan obat pasien.
c. Rekonsiliasi Obat
Kegiatan membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah
didapat pasien dilakukan terhadap pasien rawat inap. Kegiatan bertujuan
mencegah terjadinya kesalahan obat ini dilakukan melalui kegiatan Visite.
d. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
PIO dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan mengenai obat serta
menyebarkan informasi tentang obat ke Tim Pelayanan Kesehatan pasien dan
masyarakat.
e. Konseling Obat.
Kegiatan konseling di RSUP Fatmawati berupa pemberian penjelasan dan
pemahaman kepada pasien mengenai pengobatan yang diperoleh oleh pasien
dengan tujuan agar muncul kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan secara
benar dan aman.
f.Visite
Visite merupakan kunjungan langsung ke ruang perawatan pasien baik
secara tim (dengan tenaga kesehatan lainnya) maupun secara pribadi guna
memonitor kemajuan hasil terapi pasien. Dalam hal ini, apoteker berperan dalam
pemilihan obat yang tepat untuk pasien.
g. Pemantauan Terapi Obat
Kegiatan ini bertujuan memastikan terapi obat yang aman, efektif dan
rasional bagi pasien. Pemantauan Terapi Obat yang dilakukan di RSUP Fatmawati
diantaranya dilakukan terhadap pemberian antibiotika lini ketiga dan pemberian
albumin.
Universitas Indonesia
DIREKTUR UTAMA
Universitas Indonesia
37 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dan pembalut. Sedangkan untuk obat dan alkes tertentu yang jarang digunakan,
pengadaan dilakukandengan pembelian langsung. Untuk barang implant dan
cathlab biasanya menggunakan sistem konsinyasi.
Penerimaan perbekalan farmasi dilakukan oleh tim penerima
barangbersama-sama dengan petugas gudang farmasi dengan mencocokkan antara
surat pemesanan barang dengan faktur pembelian dan barang yang datang (cek
kesesuaian nama, jenis, bentuk, jumlah, dan keadaan fisik barang). Petugas juga
harus memperhatikan syarat-syarat penerimaan barang seperti Certificate of
Analysis untuk bahan baku obat, Certificate of Origin untuk alat kesehatan,
Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya, dan waktu
kadaluarsa (minimal 2 tahun).
Selanjutnya perbekalan farmasi disimpan di gudang farmasi berdasarkan
stabilitas, bentuk sediaan serta jenisnya, dan disusun secara alfabetis dengan
metode First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO) di masing-
masing ruangannya, baik itu di ruangan penyimpanan alkes, ruanganpenyimpanan
cairan, ruangan penyimpanan sediaan tablet atau kapsul, obat injeksi dan
semisolid, maupun ruangan penyimpanan gas medik.
Selain itu, untuk obat-obat jenis tertentu disimpan secara khusus, seperti
obat narkotika dan psikotropika, obathigh alert dan obat kemoterapi.
Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika menggunakan lemari sesuai
ketentuan, yaitu lemari doublelock (kunci ganda) pada dua pintu dengan susunan
berlapis dan lemari tersebut terpasang menempel pada dinding sehingga tidak
dapat dipindahkan kecuali dengan membongkarnya serta dilengkapi dengan kartu
stok. Untuk obat-obatan high alert disimpan pada lemari penyimpanan obat
yang bertanda khusus (stiker high alert) dan tidak tercampur dengan obat lainnya.
Sedangkan untuk obat kemoterapi, penyimpanan menggunakan lemari khusus
dengan label/logo karsinogenik.
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) disimpan dalam ruangan yang sama
dengan ruang penyimpanan obat lainnya dan belum tergolong gudang tahan api.
Untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, maka pihak
farmasi menempatkan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) tersebut di tempat
yang terpisah dari obat lainnya, diberi garis merah sebagai penanda dan juga
Universitas Indonesia
melengkapi gudang dengan APAR tambahan dan eyewash, serta dekat dengan
jalur evakuasi. Selain melaksanakan penyimpanan perbekalan farmasi, petugas
farmasi di gudang juga melaksanakan penyusunan persediaan perbekalan farmasi
pada tempat penyimpanan secara aman, pencatatan pemasukan, pelaporan dan
stok perbekalan farmasi ke dalam kartu stok dan dalam Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS).
Pendistribusian perbekalan farmasi yang dilakukan gudang RSUP
Fatmawati ada dua macam yakni pendistribusian amprahan obat berdasarkan
permintaan dari depo-depo farmasi melalui sistem online dan pendistribusian
floor stock dari ruangan atau satuan kerja secara manual atau menggunakan
formulir. Alur pendistribusian amprahan hampir sama dengan pendistribusian
floor stock, perbedaannya adalah pendistribusian amprahan dapat dilakukan setiap
hari, sedangkan pendistribusian floor stock dilakukan sesuai jadwal pengambilan
tiap ruangan atau satuan kerja. Selain itu, permintaan floor stock hanya berupa
alkes, antiseptik dan lain-lain, tidak termasuk obat-obatan seperti permintaan
amprahan.
Kegiatan terakhir yang dilakukan di gudang adalah pelaporan, yang terdiri
dari pelaporan buku induk penerimaan barang, rekapitulasi penerimaan barang,
rekapitulasi pengeluaran barang gudang induk farmasi dan gudang gas medik,
rekapitulasi pengeluaran barang harian gudang induk farmasi dan gudang gas
medik, laporan persediaanfloor stock, laporan stok opname setiap 1bulan sekali di
gudang dan 3 bulan sekali ke Depkeu, laporan narkotika setiap 1 bulan sekali,
laporan psikotropika setiap 1tahun sekali, dan laporan barang sumbangan. Selain
itu, dilakukan juga pelaporan retur dan pemusnahan perbekalan farmasi yang
rusak dan kadaluarsa. Semua laporan disampaikan melalui TU farmasi.
saat ini hanya sebanyak 10 sediaan, contohnya OBH, syrupus simplex, bethadine
gargle dan salep kemicetin. Pengenceran sediaan biasanya dilakukan pada
alkohol 70% dan betadine. Kegiatan pengemasan kembali juga dilakukan untuk
sediaan kapsul CaCO3, NaCl dan Natrium Bicarbonat yang merupakan produk
non steril yang paling banyak digunakan di RSUP Fatmawati. Permintaan produk
non steril dilakukan melalui gudang farmasi, namun pendistribusiannya dapat
dilakukan langsung melalui ruang produksi non steril.
Kegiatan produksi steril yaitu penanganan obat sitostatika dilakukan di
ruang steril, sedangkan IV admixture dilakukan di depo teratai. Keluarga pasien
yang akan melakukan kemoterapi menyerahkan formulir permintaan pencampuran
obat kankerkepada bagian produksi steril. Petugas produksi steril akan melakukan
penyiapan obat sitostatika pada hari dimana pasien dijadwalkan melakukan
kemoterapi sesuai yang tercantum pada formulir tersebut. Permintaan
pencampuran obat sitostatika di RSUP Fatmawati terbanyak adalah untuk pasien
dengan diagnosa kanker payudara, kanker rahim, kanker colon dan limfoma.
mana pasien dirawat. Depo Farmasi Instalasi Bedah Sentral juga menyiapkan
Paket Bedah Prima yang merupakan sistem paket untuk pasien tunai. Sebelum
operasi, pasien tunai harus melunasi pembayaran terlebih dahulu.
Pasien yang masuk ke OK Cito, maka menggunakan Paket obat dan alkes
OK Cito yang telah disiapkan oleh petugas depo farmasi. Bila obat dan alat
kesehatan dalam paket kurang, maka penata anestesi dapat mengambilnya di
lemari emergency dan mencatatnya di lembar pemakaian. Setelah selesai operasi,
lembar pemakaian dimasukkan ke dalam paket obat dan alkes OK Cito yang telah
terpakai oleh pasien. Setiap harinya lemari emergency akan dicek jumlah
pemakaian, serta diisi kembali oleh petugas depo farmasi.
Penyimpanan obat dan alat kesehatan pada depo farmasi IBS disusun pada
lemari terpisah. Obat yang memerlukan suhu dingin telah disimpan dalam
pharmaceutical refrigerator yang dilengkapi dengan monitor suhu sedangkan
untuk narkotik disimpan dalam lemari narkotik. Penyusunan alkes dan obat tidak
secara alfabetis dikarenakan perbedaan ukuran alkes dan keterbatasan lemari
penyimpanan sehingga menyulitkan pengambilan obat saat diperlukan. Di depo
IBS terdapat pula barang-barang konsinyasi, seperti implan. Tujuan dari
pengadaan secara konsinyasi adalah untuk mencegah kerugian akibat alat yang
tidak terpakai. Selain itu obat ataupun alat kesehatan yang dibutuhkan pada IBS
harus selalu tersedia, tidak boleh terjadi barang kosong. Jika terjadi kekosongan
barang, akan menyebabkan penundaan atau pembatalan operasi. Oleh karenanya
penyelia depo IBS harus teliti dalam melakukan penyediaan dan pengadaan dari
gudang farmasi. Ketika barang kosong atau menipis di depo IBS makan akan
segera diajukan pengadaan dari gudang. Jika memang barang kosong pabrik,
maka penyelia akan menginformasikan ke dokter bersangkutan yang
menggunakan barang yang dimaksud.
Laporan yang yang disiapkan oleh depo IBS antara lain adalah laporan
pemakaian narkotika dan psikotropika, laporan pemakaian obat generik dan non
generik, laporan analisa penjualan harian dan bulanan.
d. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap
bulan.
e. Laporan jumlah dan lembar resep setiap bulan.
b. Penerimaan Obat
Universitas Indonesia
Obat-obat yang telah diamprah dari gudang, akan diperiksa oleh petugas
depo dengan mencocokkan fisik barang dengan daftar permintaan yang
sebelumnya telah dikirim dari depo.
c. Penyimpanan Obat
Obat-obat disimpan sesuai dengan stabilitas dan bentuk sediaan, yang
disusun secara alfabetis dan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired
First Out (FEFO). Obat narkotik dan psikotropik disimpan di dalam almari
narkotik yang terbuat dari bahan yang kuat, menempel di dinding, berkunci ganda
dan letaknya tersembunyi dari umum. Apabila ada penggunaan dan penerimaan
obat-obat narkotik dan psikotropik, maka harus dicatat di dalam kartu stok.
Penyimpanan obat-obat yang berisiko tinggi (high alert) dilakukan secara khusus,
yaitu di dalam almari yang diberi tanda high alert dan obat-obat tersebut juga
diberi stiker high alert berwarna merah. Obat-obatLook Alike Sound Alike (LASA)
diberi stiker berwarna kuning dan letaknya pun diselang 2 kotak obat untuk
menghindari kesalahan dalam pengambilan obat.
d. Distribusi Obat
Sistem distribusi obat yang digunakan untuk pasien rawat inap yaitu Unit
Dose Dispensing (UDD) atau distribusi unit dosis, yang mana penyerahan obat
kepada pasien sesuai dengan permintaan dokter yang berupa kemasan unit tunggal
untuk sekali penggunaan obat dan disiapkan untuk penggunaan selama 24 jam.
Penyiapan UDD dilakukan oleh petugas depo di depo farmasi setiap hari.
Sebelum pendistribusian obat ke ruang rawat, maka petugas harus melakukan
pengecekan dengan prinsip 7 tepat, yaitu tepat pasien, tepat dosis, tepat indikasi,
tepat obat, tepat cara pemberian, tepat waktu pemberian dan tepat efek samping.
Setelah pengecekan 7 tepat, obat kemudian dikirim ke ruang perawatan dan
diserahkan kepada perawat, kemudian sebelum diberikan kepada pasien, perawat
juga akan melakukan pengecekan ulang untuk menghindari kesalahan dalm
pemberian obat. Pengiriman obat ke ruang rawat biasanya dilakukan sekitar pukul
14.00-15.30 WIB.
Pelaporan yang dilakukan oleh petugas depo IGH, sama dengan depo-depo
yang lainnya, yaitu :
1) Laporan daftar pelunasan (dibuat harian);
2) Laporan penggunaan obat-obat narkotik dan psikotropik (dibuat setiap
bulan);
3) Laporan penulisan resep obat-obat generik dan non generik (dibuat setiap
bulan);
4) Laporan analisis penjualan (dibuat setiap bulan);
5) Laporan barang rusak dan kadaluarsa (dibuat setiap 3 bulan).
high alert dilakukan secara khusus dalam lemari penyimpanan obat-obat yang
bertanda khusus (stiker high alert) dan ditempel stiker high alert pada setiap
kemasan. Penyimpanan narkotika dan psikotropika di instalasi farmasi secara
teratur di lemari khusus narkotika dan lemari khusus psikotropika, terkunci dan
sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Dicatat jumlah penerimaan
obat dan penggunaannya dalam kartu stok. Obat LASA (Look Alike Sound
Alike) penyusunannya diberi jarak 2 box antar obat LASA dan diberikan stiker
LASA.
d. Distribusi obat
Sistem distribusi yang diterapkan di Depo Farmasi rawat inap beragam,
diantaranya yaitu sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD), sistem
distribusi resep individual, dan sistem paket.
1) Distribusi unit dose adalah penyampaian obat kepada pasien sesuai
permintaan dokter berupa kemasan unit tunggal untuk sekali pakai dan obat
disiapkan untuk pemakaian selama 24 jam.
2) Distribusi resep individual adalah penyampaian obat oleh IFRS meliputi
penyiapan etiket sesuai dengan identitas pasien dan sesuai dengan signa
yang tertera pada resep yang ditujukan bagi pasien tersebut.
3) Trolley Emergency
Depo Teratai memiliki beberapa troli emergency yang berisi obat dan alat
kesehatan life saving. Lemari-lemari ini disediakan di ruang HCU (High
Care Unit) yang ada di setiap lantai gedung. Tiap troli emergency berisi
obat dan alat kesehatan dengan jumlah yang telah distandardisasi.
4) Sistem distribusi paket dilakukan khusus untuk pasien kebidanan yang
terdiri dari 8 paket yaitu Paket Kehamilan Ektopik Terganggu (KET), Paket
Ketuban Pecah Dini (KPD), Paket Hamil Kontraksi, Paket Partus Sectio,
Paket Abortus Curetage, Paket Haemorrhagic Post Partum (HPP), Paket
Preeklamsi Berat (PEB) dan Paket Partus Normal.
pelayanan pasien. Depo Farmasi rawat inap hanya melayani resep pasien rawat
inap internal dari RSUP Fatmawati.
a. Peresepan
Penulisan resep dilakukan oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP)
atau oleh dokter yang mewakili DPJP di RSUP Fatmawati dalam lembar resep
dengan aturan dan SPO di RSUP Fatmawati dan dicatat di rekam medik pasien di
catatan pemberian dan pemantauan obat pasien.
b. Skrining resep
Pelaksanaan distribusi perbekalan farmasi dilakukan dengan pelaksanaan
pengkajian resep sesuai dengan SPO pengkajian resep dan dilakukan klarifikasi
resep apabila ada ketidaklengkapan data dalam resep. Skrining resep dilakukan
untuk mengetahui kesesuaian resep dengan persyaratan administratif, farmasetis
dan klinis. Pengkajian/skrining resep oleh apoteker atau penyelia instalasi farmasi
untuk menilai kelengkapan resep.
c. Penyiapan Perbekalan Farmasi
Perbekalan Farmasi disiapkan sesuai dengan sistem distribusi yang
digunakan. Untuk pasien rawat inap pada umumnya menggunakan sistem UDD.
Pada sistem Unit Dose Dispensing (UDD) obat disiapkan sejumlah dosis harian
yang dibutuhkan pasien selama menjalani rawat inap untuk pemakaian selama 24
jam berdasarkan daftar obat yang tertera pada formulir catatan pemberian dan
pemantauan obat pasien. Pada pasien pulang digunakan sistem resep individual,
obat disiapkan sesuai dengan kebutuhan resep dan pada pasien kebidanan
perbekalan farmasi disiapkan sesuai dengan paket pasien.
Obat-obat bawaan pasien (obat rekonsiliasi) yang digunakan selama terapi
di RSUP Fatmawati, diserahkan oleh perawat kepada petugas depo farmasi
dengan mencatat pada buku serah terima obat. Penyimpanan obat bawaan pasien
di depo farmasi oleh petugas depo farmasi di dalam box obat bawaan pasien. Obat
tersebut disiapkan bersama dengan obat lainnya di depo farmasi.
Kegiatan IV Admixture dengan bertujuan untuk menghindari kesalahan
dalam penggunaannya, pengenceran KCl 7.46% dan Natrium bicarbonat (Meylon
8.4%) dilakukan oleh petugas di depo farmasi teratai. Penyiapan obat high alert
Universitas Indonesia
yang akan dilarutkan harus sesuai dengan 5 benar yaitu benar obat, benar dosis,
benar rute pemberian, benar waktu dan frekuensi pemberian.
Pencampuran obat high alert dalam bentuk injeksi harus dilakukan dengan
metode aseptik (steril) untuk menjaga mutu dan kualitas produk serta sebagai
upaya menghindari kesalahan dalam penggunaannya. KCl 7.46% injeksi harus
diencerkan sebelum digunakan dengan perbandingan 1 ml KCl : 10 ml pelarut
(WFI/ NaCl 0.9%). Konsentrasi maksimum KCl adalah 10 mEq/100 ml. Natrium
bicarbonat (meylon vial 8.4%) injeksi harus diencerkan sebelum digunakan.
Untuk penggunaan bolus, Natrium bicarbonat diencerkan dengan perbandingan 1
ml Na Bicarbonat : 1 ml pelarut WFI. Petugas memberikan label obat high alert
dan label identitas pada setiap infus yang berisi data tentang nama pasien, nomor
rekam medik, nama obat, dosis obat, pelarut dan volume pelarut, rute pemberian,
tanggal pembuatan dan tanggal kadaluarsa setelah pelarutan obat.
Sebelum didistribusikan ke ruangan perawatan pasien, petugas harus
melakukan pemeriksaan 5 benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar
cara pemberian dan benar waktu pemberian.
d. Serah terima perbekalan farmasi
Penyerahan perbekalan farmasi pasien dengan perawat adalah proses
penyerahan perbekalan farmasi yang akan digunakan untuk pengobatan rawat inap
oleh petugas farmasi dengan perawat ruangan. Seluruh obat pasien rawat inap
yang telah disiapkan dalam bentuk unit dose dispensing oleh petugas farmasi
dikirim ke ruanng perawatan pasien dan dilakukan serah terima dengan perawat
ruangan dengan menggunakan prosedur serah terima perbekalan farmasi dengan
perawat. Hal ini dilakukan untuk menjamin kebenaran dan keamanan perbekalan
farmasi. Penempatan obat oral dalam laci kereta obat secara terpisah untuk setiap
pasien dilakukan oleh petugas depo farmasi di depo farmasi. Penyiapan obat oral,
injeksi dan alat kesehatan yang telah disiapkan secara unit dose dispensing dicatat
dalam buku serah terima obat per ruangan oleh petugas depo farmasi. Pengiriman
kereta obat pada pukul 14.00-15.30 ke ruangan untuk diserah terimakan dari
asisten apoteker penanggung jawab ruangan kepada perawat di ruangan yang
bersangkutan dengan pengecekan yang meliputi 7 benar yaitu (a) benar obat, (b)
Universitas Indonesia
benar dosis, (c) benar aturan pakai dan waktu pemberian, (d) benar rute
pemberian, (e) benar pasien, (f) benar informasi dan (g) benar dokumentasi.
Pelaksanaan pengecekan kondisi perbekalan farmasi yang diterima oleh
perawat ruangan dengan memeriksa
1. Jumlah perbekalan farmasi
2. Bentuk sediaan obat
3. Jenis perbekalan farmasi
4. Tanggal expired date
Pelaksanaan penandatanganan serah terima perbekalan farmasi di buku
serah terima oleh perawat ruangan dengan melengkapi data:
1. Waktu (tanggal/bulan/tahun/jam)
2. Nama ruangan IRNA
3. Nama pemberi dan penerima
Pelaporan yang dikerjakan di depo farmasi rawat inap sama halnya dengan
depo-depo farmasi lainnya, di antaranya adalah:
1. Laporan daftar pelunasan yang dibuat harian.
2. Laporan pemakaian narkotika dan psikotropika yang dibuat setiap bulan.
3. Laporan penulisan resep obat generik dan non generik yang dibuat setiap
bulan.
4. Laporan analisa penjualan yang dibuat setiap bulan.
5. Laporan barang rusak dan expired yang dibuat setiap 3 bulan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Konseling
Kegiatan konseling di RSUP Fatmawati belum diberlakukan kepada
seluruh pasien rumah sakit. Umumnya konseling obat dilakukan kepada pasien
tertentu, yaitu pasien discharge, pasien penyakit kronis, pasien dengan
pengobatan polifarmasi, pasien dengan penggunaan antibiotik tunggal maupun
kombinasi, pasien dengan riwayat alergi, serta pasien dengan pengobatan khusus
seperti kanker, TBC, dan HIV AIDS. Sedangkan untuk pasien rawat jalan
kegiatan konseling ini belum dapat dilaksanakan, hal ini dikarenakan belum
tersedianya sarana dan prasarana untuk mendukung berjalannya kegiatan
konseling tersebut.
f. Visite
Visite secara aktif telah dilakukan di Lantai V dan VI Teratai, Lantai IV
Gedung Prof. Soelarto, dan IRI. Beberapa pertanyaan atau rekomendasi yang
diminta oleh tim visite kepada apoteker diantaranya ialah pemilihan jenis dan
regimen obat, obat alternatif yang dapat diberikan kepada pasien, interaksi obat,
efek samping obat, dan pertimbangan obat dari segi cost effectiveness (efektivitas
biaya). Kegiatan visite sangat membantu dalam pencapaian efek terapi dan
pencegahan efek samping obat atau reaksi obat yang tidak diinginkan, dimana
apoteker dapat secara aktif berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lain. Selain
itu juga apoteker dapat berkomunikasi langsung dengan pasien atau keluarga
pasien di ruang rawat. Dengan demikian apoteker dapat mengetahui
perkembangan kondisi pasien, tingkat kepatuhan penggunaan obat, dan masalah
terkait pengobatan.
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Kegiatan ini bertujuan memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan
rasional bagi pasien. Pemantauan Terapi Obat yang dilakukan di RSUP Fatmawati
diantaranya dilakukan terhadap pemberian antibiotika lini ketiga dan pemberian
albumin.
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Kegiatan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) dilakukan untuk
mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi Drug Related Problem (DRP) pada
pasien. Dengan demikian akan tercapai penggunaan obat yang aman dan rasional
Universitas Indonesia
membawahi dua orang penanggung jawab, yaitu penanggung jawab binatu dan
penjahitan serta penanggung jawab pengawasan mutu dan distribusi linen.
Central Sterile Supply Department (CSSD) terdiri dari dua bagian yaitu
sterilisasi dan binatu. Sterilisasi merupakan tempat dilaksanakannya proses
sterilisasi alat-alat medik dan alat lain. Sterilisasi bertanggung jawab atas
penerimaan dan pendistribusian semua alat/instrumen yang memerlukan kondisis
steril. Binatu merupakan tempat dilaksanakannya proses pencucian linen rumah
sakit. Binatu bertanggung jawab atas penerimaan dan pendistribusian semua linen
yang memerlukan kondisi bersih, terbebas dari noda/kotoran dan mikroorganisme
penyebab infeksi, kering, rapi, utuh, dan siap pakai.
Proses sterilisasi adalah langkah–langkah dalam melakukan kegiatan
sterilisasi baik instrumen logam, linen, kassa, dan karet, untuk menghilangkan
spora yang ada pada alat tersebut. Sterilisasi hanya digunakan untuk alat-alat kritis
yaitu alat medis yang masuk ke dalam jaringan tubuh steril atau sistem pembuluh
darah. Proses sterilisasi dimulai dari dekontaminasi alat. Dekontaminasi adalah
proses fisik atau kimia untuk membersihkan benda-benda yang mungkin
terkontaminasi oleh mikroba yang berbahaya sehingga aman untuk proses
selanjutnya.
Proses dekontaminasi terdiri dari perendaman, pencucian dan pembilasan.
Perendaman dilakukan dengan air biasa, air hangat, dan detergen enzimatik.
Pencucian dilakukan dengan menggunakan sikat untuk menghilangkan noda-noda
yang menempel. Pembilasan dilakukan dengan air mengalir. Proses
dekontaminasi selain dilakukan secara manual dapat juga dilakukan dengan
menggunakan mesin Miele.
Proses selanjutnya adalah pengeringan dengan menggunakan handuk dan
kompresor. Alat yang sudah kering kemudian dikemas dengan menggunakan
linen, pouches, atau rigid container dan diberi indikator internal. Pouches
kemudian direkatkan dengan mesin perekat. Untuk kemasan linen dan rigid
container diberi indikator autoclave tape. Kemasan jadi diberi label aplikator yang
berisi no lot, no alat, waktu sterilisasi, dan tanggal kadaluarsa.
Alat yang sudah dikemas disusun pada troli sesuai dengan ketentuan,
sehingga dapat dapat menjangkau bagian yang paling sulit. Alat yang akan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
mendapatkan hasil yang optimal. Linen sebaiknya jangan terlalu kering, karena
dapat menyebabkan hasil pelicinan kurang halus.
Proses pelicinan adalah proses menghaluskan permukaan linen dengan
menggunakan plat panas. Metode pelicinan terdiri dari flatwork ironer dan
pressing machine. Linen yang telah dilicinkan kemudian dilipat dan dirapikan
untuk memudahkan dalam penyimpanan dan distribusinya. Linen selanjutnya di
simpan di ruang penyimpanan linen, untuk kemudian didistribusikan ke ruangan
masing-masing.
Universitas Indonesia
5.1. Kesimpulan
Selama Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSUP Fatmawati periode
02 September – 10 Oktober 2014 dapat disimpulkan bahwa:
a. RSUP Fatmawati merupakan Rumah Sakit Kelas A Pendidikan yang telah
memenuhi Standar Paripurna KARS dan Sertifikasi Joint Commission
International (JCI).
b. Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati berada dibawah Direktur Medik dan
Keperawatan yang dipimpin oleh Kepala Instalasi Farmasi dan dibantu oleh
3 koordinator, yaitu: Koordinator Pelayanan Farmasi, Koordinator
Perbekalan Farmasi, dan Koordinator Penunjang dan Administrasi Umum.
c. Kegiatan Pelayanan Kefarmasian di Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati
yang meliputi Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sudah berjalan cukup baik dan sesuai dengan Standar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Sedangkan untuk kegiatan
Pelayanan Farmasi Klinik, pelayanan yangbelum terlaksana di RSUP
Fatmawati yaitu Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD).
d. Peranan dan tanggungjawab apoteker di RSUP Fatmawati tidak hanya
terbatas pada Instalasi Farmasi, tetapi juga dalam peran lintas farmasi
meliputi CSSD (Central Sterile Services Department) dan KFT (Komite
Farmasi dan Terapi), KPPI, Tim Penerima, Unit Layanan dan Pengadaan
(ULP).
62 Universitas Indonesia
5.2. Saran
a. Koordinasi antara Petugas Depo Farmasi dengan Petugas Ruang Perawatan
Rawat Inap perlu ditingkatkan sehingga dapat meminimalisir jumlah
perbekalan farmasi yang diretur atau dikembalikan ke Depo Farmasi.
b. Sebaiknya pada setiap gedung perawatan ada apoteker yang berperan dan
bertanggung jawab terhadap pelayanan farmasi, khususnya dari sisi farmasi
klinik.
c. Kinerja farmasi klinik di RSUP Fatmawati dapat ditingkatkan dengan cara
menempatkan sumber daya manusia yang berkompeten dan memadai di
bidang klinik secara khusus.
d. Sebaiknya disediakan sarana ruang konseling untuk pasien rawat jalan agar
kegiatan konseling dapat berjalan secara optimal.
Universitas Indonesia
64 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
65
PJ Depo Farmasi
Bougenville
66
ANGKATAN LXXIX
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
DESEMBER 2014
OLEH :
(1306502945)
ANGKATAN LXIX
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
DESEMBER 2014
ii
Puji dan syukur sayau capkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Laporan ini disusun
untuk memenuhi salah satu persyaratan guna menyelesaikan pendidikan Profesi
Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Pada penulisan laporan ini,
penulis tidak terlepas dari bimbingan, arahan, bantuan, serta dukungan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
iii
Penulis
2014
iv
Halaman
LAMPIRAN ...................................................................................................... 34
vi
Halaman
vii
viii
ix
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Universitas Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
Sedangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah suatu tata cara
penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara
jaminan sosial. Terdapat pula Dewan yang dibentuk yaitu Dewan Jaminan Sosial
Nasional (DJSN) yang berfungsi untuk membantu Presiden dalam perumusan
kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial
Nasional.
Jaminan Kesehatan
Jaminan Kecelakaan Kerja
Jaminan Hari Tua
Jaminan Pensiun
Aminan Kematian
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Landasan Hukum
Peserta BPJS Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran,
meliputi :
1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI) : fakir miskin dan orang
tidak mampu, dengan penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan
perundang- undangan.
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Non PBI), terdiri dari :
a. Investor;
b. Pemberi Kerja;
c. Penerima Pensiun, terdiri dari :
d. Veteran;
e. Perintis Kemerdekaan;
f. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan; dan
g. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd e yang mampu
membayar iuran
Universitas Indonesia
Manfaat JKN
Universitas Indonesia
Sistem Formularium adalah metode dimana staf medis pada suatu institusi
bekerja melalui PFT yang mengevaluasi, memperkirakan dan menseleksi seluruh
jumlah obat yang tersedia dan dipertimbangkan agar bermanfaat untuk pelayanan
pasien. Sistem ini merupakan alat penting untuk meyakinkan kualitas penggunaan
obat dan kontrol harga obat
Terapeutik
Ekonomi
Edukasi
formularium yang baik berisi informasi bgm membuat resep dan informasi
tambahan mengenai obat untuk kepentingan edukasi
Susunan Formularium
1. Halaman judul
3. Daftar isi
formularium
- kelas terapi
6. Tambahan :
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lantai 1
• Poliklinik Jantung
Lantai 2
• Poliklinik Saraf
• Poliklilnik Akupunktur
Lantai 3
• Poliklinik Paru
• Poliklinik Mata
Universitas Indonesia
Dokter penyakit dalam dapat memilih praktik pada penyakit dalam secara
umum, atau mengambil pelatihan tambahan untuk "mensubspesialisasikannya"
pada salah satu dari 13 daerah penyakit dalam, umumnya disusun menurut sistem
organ. Contohnya, spesialisasi jantung, yang merupakan dokter penyakit dalam
yang mengkhususkan dalam berbagai penyakit jantung. Pelatihan subspesialisasi
(biasa disebut "fellowship") biasanya memerlukan pelatihan tambahan 1-3 tahun
sebelum menjadi residen penyakit dalam 4-5 tahun yang standar.
Universitas Indonesia
Kedokteran remaja
Elektrofisiologi jantung klinik
Kedokteran perawatan gawat darurat
Geriatri
Kardiologi intervensi
Kedokteran olahraga
Hepatologi cangkok
Alergi/Imunologi
Kardiologi
Kedokteran perawatan gawat darurat
Endokrinologi
Gastroenterologi
Geriatri
Hematologi/Onkologi
Penyakit menular
Kedokteran nuklir
Nefrologi
Pulmonologi
Rematologi
Universitas Indonesia
16 Universitas Indonesia
17 Universitas Indonesia
pengobatan kepada pasien. Apabila ada alasan rasional untuk tidak menggunakan
obat yang tidak tercantum dalam formularium, maka dapat dimintakan izin
kepada KFT dengan mengisi Formulir Permintaan Obat Non Formularium.
Dalam laporan ini, data Resep dikumpulkan pada tanggal 1-30 September
2014 selanjutnya direkap data resep yang dituliskan tiap dokter Spesialis Penyakit
Dalam (Sp.PD) di Poliklinik Penyakit Dalam Instalasi Rawat Jalan RSUP
Fatmawati, dikelompokkan tiap-tiap dokter dan selanjutnya dianalisa kesesuaian
obat yang diresepkan dengan Formularium Nasional maupun Formularium
Rumah Sakit Umum Fatmawati. Maka akan didapat persen kepatuhan penulisan
resep oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Poliklinik Penyakit Dalam Instalasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Fatmawati terhadap Formularium Nasional.
Tabel 4.1 Nama Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Sp.PD) di Poliklinik Penyakit
Dalam RSUP Fatmawati
NO NAMA DOKTER
1 dr.Annela , SpPD
2 dr.Arnold Hasahatan Harahap, SpPD
3 dr.Edi Mulyana, SpPD
4 dr.Giri Aji, SpPD
5 dr.Gustan Syahri, SpPD
6 dr.Ida Ayu Shanti, SpPD
7 dr.Ifael Mauleti, SpPD
8 dr.J.Sarwono, SpPD
9 dr.Loli J.Simanjuntak, SpPD
10 dr.Marina Eprilianati, SpPD
11 dr.Martha Iskandar, SpPD
12 dr.Martin Batubara, SpPD
13 dr.N.Soebijanto, SpPD,MM
14 dr.Santi Sumihar Rumondang Parhusip, SpPD
Universitas Indonesia
%
JUMLAH
NO NAMA DOKTER KEPATUHAN
RESEP
DI IRJ
1 dr.Loli J.Simanjuntak, SpPD 100% (1 RESEP )
2 dr.Martha Iskandar, SpPD 86,83% (30 RESEP)
3 dr.Gustan Syahri, SpPD 85,20% (30 RESEP)
4 dr.Marina Eprilianati, SpPD 79,83% (30 RESEP)
5 dr.Ifael Mauleti, SpPD 79,52% (19 RESEP)
6 dr.Martin Batubara, SpPD 77,81% (21 RESEP)
7 dr.Ida Ayu Shanti, SpPD 76,20% (30 RESEP)
8 dr.Giri Aji, SpPD 75,52% (27 RESEP)
9 dr.Annela , SpPD 75,38% (30 RESEP)
dr.Santi Sumihar Rumondang
10 Parhusip, SpPD 73% (30 RESEP)
11 dr.J.Sarwono, SpPD 72,43% (30 RESEP)
12 dr.N.Soebijanto, SpPD,MM 68,40% (30 RESEP)
13 dr.Edi Mulyana, SpPD 66,06% (15 RESEP)
14 dr.Arnold Hasahatan Harahap, SpPD 66% (11 RESEP)
JUMLAH 334 RESEP
RATA-RATA 77,30%
MINIMAL 66%
MAKSIMAL 100%
Universitas Indonesia
Dari data di atas dapat dilihat bahwa persentase tertinggi yaitu penulisan
resep oleh dokter Loli J.Simanjuntak, SpPD dengan 100% penulisan resepnya
sesuai dengan Formularium Nasional, jumlah sampelnya hanya 1 resep, walupun
demikian ini sudah bisa mewakili karena memang dokter J.Simanjuntak berada di
bagian manajemen RS, jadi untuk menangani pasien hanya beberapa waktu
tertentu saja, sedangkan persentase terendah yaitu penulisan resep oleh dokter
Arnold Hasahatan Harahap, SpPD, yaitu 66% dengan total resep 11 resep.
Dari data tersebut, jumlah total keseluruhan resep obat Non Formularium
Nasional yang dievaluasi yaitu sebanyak 249 resep. Yang meliputi obat-obat di
luar Formularium Nasional tetapi masuk di Formularium RSUP Fatmawati
sebanyak 194 resep ( 78 %), serta obat-obat di luar Formularium Nasional dan
juga di luar Formularium RSUP Fatmawati sebanyak 55 resep (22 %). Seperti
pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.1 berikut ini :
NO NON FORNAS
KETERANGAN JUMLAH
FRS NON FRS
2 PERSENTASE 78 % 22 % 100%
Universitas Indonesia
22%
Non Formularium Nasional
+ Formularium RSUP
Fatmawati
Universitas Indonesia
Tabel.4.4 Perbandingan Jumlah Item & Persentase Obat Fornas & Non Fornas
yang Diresepkan Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Fatmawati Bulan September 2014
Formularium Nasional
17%
Gambar 4.2. Perbandingan Item Obat Non Fornas Fornas yang Diresepkan
Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Poliklinik Penyakit Dalam
RSUP Fatmawati Bulan September 2014
Universitas Indonesia
besar obat yang paling banyak diresepkan dalam kategori ini yaitu seperti pada
Tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5 Jenis Obat Non Formularium Nasional tetapi masuk di Formularium
RSUP Fatmawati (NF+FRS) yang paling banyak diresepkan
Universitas Indonesia
Tabel 4.6 Jenis Obat Non Formularium Nasional tetapi masuk di Formularium
RSUP Fatmawati (NF+FRS) yang paling banyak diresepkan
berdasarkan Kelas Terapi
Dari data di atas terlihat bahwa obat Non Formularium Nasional tetapi
masuk dalam Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan dokter di poli
penyakit dalam paling banyak yaitu kelas terapi Vitamin dan Mineral sebanyak
130 kali .
tetapi besi (fero sulfat, glukonat, atau fumarat) adalah vital untuk regenerasi
hemoglobin. Sebenarnya tubuh hanya membutuhkan vitamin dalam jumlah yang
sedikit setiap harinya, yang secara mudah dapat diperoleh melalui diet sehari-hari.
Diet yang baik dan seimbang memenuhi semua kebutuhan vitamin dan mineral
untuk fungsi tubuh. Namun demikian terdapat dasar-dasar kondisi yang
membenarkan untuk diberikannya vitamin seperti :
Adanya absorbsi yang tidak memadai (mal absorbsi, diare, penyakit infeksi
dan infllamasi)
Ketidakmampuan menggunakan vitamin (penyakit hati sirosis, hepatitis,
penyakit ginjal)
Peningkatan kehilangan vitamin (demam akibat infeksi, hemodialisis, kanker)
Kebutuhan vitamin yang meningkat (anak-anak, kehamilan, diet khusus)
Jadi penggunaan obat kategori vitamin dan mineral ini biasanya merupakan terapi
tambahan atau pelengkap, kecuali pada kondisi-kondisi tersebut di atas.
Universitas Indonesia
Tabel 4.8. Jenis Obat Non Formularium Nasional dan Non Formularium RSUP
Fatmawati (NF+NFRS) yang paling banyak diresepkan
Universitas Indonesia
Tabel 4.9. Jenis Obat Non Formularium Nasional dan Non Formularium RSUP
Fatmawati (NF+NFRS) yang paling banyak diresepkan berdasarkan
Kelas Terapi
Dari data tabel di atas terlihat bahwa obat Non Formularium Nasional dan
Non Formularium RSUP Fatmawati yang diresepkan dokter di poliklinik penyakit
dalam paling banyak yaitu kelas terapi Antiepilepsi-Antikonvulsi sebanyak 14
kali .
Universitas Indonesia
tetapi tidak menghilangkan penyebab serangan kejang. Berikut adalah Daftar Obat
Antiepilepsi-Antikonvulsi dalam Formularium Nasional
luar Formularium dll. Padahal di RSUP Fatmawati sudah ada prosedur ketika
dokter membutuhkan obat-obat yang memang diperlukan oleh pasien tetapi tidak
terdapat pada Formularium RSUP Fatmawati, yaitu dengan mengajukan obat pada
Formulir Permintaan Obat Non Formularium yang ditulis oleh dokter dan
diajukan ke Ketua SMF untuk selanjutnya diteruskan ke Direktur Medik &
Keperawatan RSUP Fatmawati. Setelah mendapat persetujuan maka obat tersebut
nantinya akan ditambahkan dalam Formularium RSUP Fatmawati. Jadi
seharusnya para dokter penyakit dalam di instalasi rawat jalan Formularium
RSUP Fatmawati hendaknya bisa mematuhi prosedur dan aturan untuk pemilihan
obat yang diresepkan.
Universitas Indonesia
Maka dari itu perlu diberikan sosialisasi terhadap para dokter khususnya
para Dokter Spesialis Penyakit Dalam (Sp.PD) di di Poliklinik Penyakit
Dalam Instalasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati terhadap perlunya kepatuhan
dalam menuliskan resep obat sesuai dengan Formularium Nasional untuk
pasien BPJS yang ditangani ataupun jika obat yang diperlukan tidak masuk
dalam Formularium Nasional setidaknya merujuk pada pilihan obat yang
terdapat pada Formularium RSUP Fatmawati. Dan untuk selanjutnya
dilakukan follow up serta evaluasi secara bertahap oleh pihak RSUP
Fatmawati.
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
32 Universitas Indonesia
33 Universitas Indonesia
FRS / ∑ R/ ∑ R/
RUANGAN / NAMA OBAT NON ∑ R/
NFRS FRS NFRS
NO. POLIKLINIK FORNAS NAMA GENERIK KETERANGAN
1 FRS 8 8
Ambroxol 30 mg Ambroxol 30 mg
2 FRS 2 2
Arcoxia Etoricaxib
3 Micronized Purified
Flavonoidic Fraction (500
FRS 1 1
mg Flavonoids Expressed
Ardium 500 mg as Hesperidin, Diosmin)
4 FRS 1 1
PENYAKIT Cilostazol 100 mg Silostazol
5 DALAM F &FRS
TABLET
FRS 1 1
SALUT FILM 75
CPG 3/4 Tab Clopidogrel mg
6 FRS 3 3
Curcuma Tab Curcuma
7 FRS 1 1
Dalfarol D- Alfa Tokoferol
8 F & FRS
FRS 1 1 TABLET 0,5 mg
Dexametason 3/4 Tab Dexametason & 4 mg
9 FRS 1 1
Feldene Flash Tab 20 mg Piroxicam
34
FRS / ∑ R/ ∑ R/
RUANGAN / NAMA OBAT NON ∑ R/
NFRS FRS NFRS
NO. POLIKLINIK FORNAS NAMA GENERIK KETERANGAN
10
Glucosamine HCl 500 mg, FRS 1 1
Fitbon 500 mg Mangan 1 mg
11
FRS 1 1
Fluimucil Syr N-Asetilsistein
12
FRS 10 10
Ganin 300 mg Gabapentin
13
FRS 1 1
PENYAKIT GG Gliseril Guayakolat
14 DALAM FRS 10 10
Glucosamin 500 mg Glucosamin
15 Fe Fumarate 360 mg, Folic
Acid 1,5 mg, Vit B12 15 mcg,
FRS 1 1
Vit C 75 mg, Ca Carbonate 200
Hemobion Cap mg, Cholecalciferol 400 IU
16
FRS 1 1
Herbesser CD 100 mg Diltiazem HCl
17
FRS 1 1
Ketosteril 630 mg Essential Ketoacids
18 FRS 1 1
Kolkatriol Kalsitriol
35
FRS / ∑ R/ ∑ R/
RUANGAN / NAMA OBAT NON ∑ R/
NFRS FRS NFRS
NO. POLIKLINIK FORNAS NAMA GENERIK KETERANGAN
19
FRS 7 7
Lenal Ace 3x1 Kalsium Asetat
20
FRS 1 1
Lioresal 10 mg Baclofen
21 FRS TABLET 5
FRS 1 1
Maintate 2,5 mg Bisoprolol Hemifurat mg
22
Mecobalamin 500 FRS 7 7
PENYAKIT meq Mecobalamin
23 DALAM FRS 2 2
Meloxicam 15 mg Meloxicam
24 FRS 1 1
Merislon 6mg Betahistine Mesylate
25 FRS 1 1
NaCl Natrium Clorida
26 Paracetamol 350 mg,
Ibuprofen 200 mg, Caffein 50 FRS 1 1
Neuralgin mg
27 Kombinasi Vit B1 100 mg, Vit
FRS 76 76
Neurodex B6 200 mg, Vit B 12 250 mcg
28
Ammonia,Ammonium FRS 1 1
OBH Syrup 100 ml Chloride,Liquorice
36
FRS / ∑ R/ ∑ R/
RUANGAN / NAMA OBAT NON ∑ R/
NFRS FRS NFRS
NO. POLIKLINIK FORNAS NAMA GENERIK KETERANGAN
29
FRS 1 1
Pletaal 50 mg Silostazol
30 F &FRS TABLET
FRS 2 2
Propanolol 40 mg Propanolol 10 mg
31
FRS 2 2
Rhinos 1x1 Pseudoefedrin HCl 7,5 ml
32 Kombinasi : Alfa lipoic
acid 100 mg, Vit c 500
mg,Zn picolinate 50mg, Se FRS 1 1
PENYAKIT 50 mcg, Beta carotene
DALAM Seloxy aa kap 5000 iu
33
FRS 1 1
Sirdalut 2 mg Tizanidine
34 Kombinasi Vit B1
mononitrate 100 mg, Vit
FRS 37 37
B6 100 mg, Vit B 12 5000
Sohobion mcg
35 FRS TABLET 5
FRS 2 2
Thyrozol tab 20 mg Tiamazol mg & 10 mg
36 F & FRS INJEKSI
FRS 1 1
Tramadol 50 mg kap Tramadol 50 mg/ml
37
FRS / ∑ R/ ∑ R/
RUANGAN / NAMA OBAT NON ∑ R/
NFRS FRS NFRS
NO. POLIKLINIK FORNAS NAMA GENERIK KETERANGAN
37
FRS 1 1
Urdafalk Ursodeoxycholic Acid
38
FRS 1 1
Vastigo 6 mg Betahistine Mesylate
39
FRS 1 1
Vit.C Amp Vitamin C
40
NFRS 1 1
Actonel 35 mg Risedronate Na
41 Amoxicillin ,
PENYAKIT NFRS 1 1
Amoxyclav 15 mg Klavulanat
42 DALAM
Atorvastatin 10 mg Atorvastatin NFRS 3 3
43 NFRS 3 3
Atorvastatin 20 mg Atorvastatin
44 F &FRS TABLET
NFRS 2 2
Bisoprolol 2,5 mg Bisoprolol SALUT FILM 5 mg
45 NFRS 1 1
Bromhexin 3/4 Tab Bromhexin
46 F &FRS TABLET
NFRS 1 1 12,5 mg , 25 mg & 50
Captopril 6,25 mg Captopril mg
38
FRS / ∑ R/ ∑ R/
NO RUANGAN / NAMA OBAT NON ∑ R/
NFRS FRS NFRS
. POLIKLINIK FORNAS NAMA GENERIK KETERANGAN
47 Kombinasi: Ca Hydrogen
Phosphate 500 mg, cholecalciferol NFRS 1 1
Cavit D3 133 IU
48
NFRS 1 1
Cetinal Cetrizine
49 F &FRS TABLET
NFRS 1 1
Clonidin 100 mg Clonidin 0,15 mg
50
NFRS 1 1
Disflatyl Dimeticone
51 PENYAKIT
DALAM NFRS 2 2
Euthyrox 100 mcg Levothyroxine Na
52 NFRS 5 5
Gabapentin 100 mg Gabapentin
53 NFRS 9 9
Gabexal 300 mg Gabapentin
54 F &FRS TABLET
NFRS 1 1
Glibenklamid 3 mg Glibenklamid 2,5 mg & 5 mg
55 NFRS 1 1
Hp-Pro Tab Fructus Schizandrae Ectract
56 NFRS 1 1
Kafein 25 mg Kafein
39
40
41
42
GG Gliseril Guayakolat 1
Ammonia,Ammonium
1
OBH Syrup 100 ml Chloride,Liquorice
10 Elektrolit 1 1
NaCl Natrium Clorida
11 Hipertrofi Prostat 1 1
Ketosteril 630 mg Essential Ketoacids
12 Hormon, Obat Endrokin Lain 1
1
Dan Kontraseptik Lain Kolkatriol Kalsitriol
13 Hormon Dan Anti Hormon 1 1
Dexametason 3/4 Tab Dexametason
14 Hormon Tiroid Dan 2
2
Antitiroid Thyrozol Tab 20 mg Tiamazol
15 Obat Untuk Gagal Jantung 1
1
Maintate 2,5 mg Bisoprolol Hemifurat
43
Sirdalut 2 mg Tizanidine 1
18 Supplemen 3 3
Curcuma Tab Curcuma
1
Dalfarol D- Alfa Tokoferol
19 Vitamin Dan Mineral 130
Lenal Ace 3x1 Kalsium Asetat 7
44
45
46
47
48
49