ANGKATAN LXXVI
ANGKATAN LXXVI
ii
Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013
iii Universitas Indonesia
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir pada Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di PT. SOHO Industri Pharmasi.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai kelulusan
pada Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi. Penulis menyadari bahwa,
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan, laporan ini sangatlah sulit bagi Penulis untuk menyelesaikan
laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi UI.
2. Dr. Harmita, Apt., sebagai Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
UI yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan
di Farmasi
3. Ibu Dian Cahyaningtyas, S.Si., Apt. selaku Quality Assurcaen Department
Head dan pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis
untuk mengenal Departemen Quality Assurance.
4. Bapak Dr.HDarysu.n, M.Si., selaku penm
g baitm
asbbiimbingannya selama
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini.
5. Ibu Fina AlfianiA
, pSt..Fasrem
la.k,u Qualit y Control Department Head
(SOHO) dan pembimbing atas kesempatan yang telah diberikan kepada
penulis untuk mengenal Departemen Quality Control PT. SOHO Industri
Pharmasi.
6. Ibu Dra. Lily Sutedjo, Apt. selaku Quality Operation Division Head yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengenal Divisi Quality
Operation.
7. Herry Mulyadi, S.Farm.,Apt. sebagai Quality Monitoring System Sub
Departement Head atas kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah
diberikan kepada penulis.
8. Niken Permata Sari, S.Farm., Apt., sebagai Quality Monitoring Section Head
atas kesempatan, bantuan, dan bimbingan yang telah diberikan kepada
penulis.
iv Universitas Indonesia
Penulis
2013
v Universitas Indonesia
Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Lidia Romito Tambunan
NPM : 1206313305
Program Studi : Apoteker
Fakultas : Farmasi
Jenis Karya : Laporan Praktek Kerja
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. SOHO Industri Pharmasi Kawasan
Industri Pulogadung Jl. Pulogadung No. 6 Jakarta Periode 7 Januari- 28 Februari 2013
Beserta perangkat yang ada ( jika diperlukan ). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola
dalam bentuk pangkalan data ( database , merawat, dan memublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian saya buat pernyataan ini dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada Tanggal : 22 Juni 2013
Yang menyatakan
vi Universitas Indonesia
ix Universitas Indonesia
1 Universitas Indonesia
farmasi, pedoman CPOB telah direvisi sebanyak 2 (dua) kali, yaitu tahun
2001 dan 2006, untuk mengantisipasi era globalisasi dan harmonisasi
di bidang farmasi. CPOB diperbaiki secara berkesinambungan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pergeseran paradigma dalam melakukan pengawasan terhadap mutu
produk.
Pemastian mutu mencakup semua hal baik secara tersendiri maupun
secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan.
Pemastian mutu mencakup CPOB ditambah dengan faktor lain, seperti
desain dan pengembangan produk. CPOB adalah cara pembuatan obat
yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan
sesuai dengan persyaratan izin edar dan spesifikasi produk serta tujuan
penggunaannya. CPOB mencakup produksi dan pengawasan mutu.
Pengawasan mutu adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan organisasi,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa
pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan
yan belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya
dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Salah satu persyaratan dasar dari CPOB adalah tersedianya sarana
yang diperlukan dalam CPOB, termasuk personil yang terkualifikasi dan
terlatih. Operator pelaku CPOB memperoleh pelatihan untuk menjalankan
prosedur secara benar. Sumber daya manusia sebagai pelaku CPOB dalam
industri farmasi mencakup profesi apoteker. Apoteker dituntut memiliki
pengetahuan, wawasan, keterampilan yang memadai, dan kemampuan
dalam mengaplikasikan ilmunya secara profesional di lapangan yang
sebenarnya. Berbagai bidang pekerjaan yang dapat dijalankan apoteker
sehubungan dengan peran dan tanggung jawabnya, yaitu misalnya di
apotek, rumah sakit, lembaga pemerintahan, perguruan tinggi, lembaga
penelitian, laboratorium pengujian mutu, laboratorium klinis, laboratorium
forensik, berbagai jenis industri meliputi industri obat, kosmetik, jamu,
obat herbal, fitofarmaka, nutrasetikal, makanan sehat, obat veteriner dan
Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di industri farmasi bagi para
calon apoteker memiliki tujuan, yaitu :
a. Mengetahui aspek-aspek yang berhubungan dengan penerapan CPOB di
industri farmasi, khususnya di PT SOHO Industri Pharmasi.
b. Mengetahui dan memahami peran dan tanggung jawab apoteker di dalam
industri farmasi.
Universitas Indonesia
4 Universitas Indonesia
rekomendasi dari kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM).
Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri farmasi tersebut
berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Industri
farmasi yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan
persyaratan CPOB, baik untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi
wajib melapor dan mendapat persetujuan sesuai ketentuan perundangundangan.
Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat izin usaha industri wajib :
a. Menyampaikan laporan industri secara berkala mengenai kegiatan
usahanya yaitu sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai
produksi setiap obat atau bahan obat yang dihasilkan serta sekali dalam
satu tahun. Laporan industri farmasi disampaikan kepada Direktur
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
dengan tembusan kepada Kepala Badan.Laporan dapat dilaporkan secara
elektronik.
b. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam
serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap
lingkungan hidup akibat kegiatan industri farmasi yang dilakukannya.
c. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat,
bahan baku dan bahan penolong, proses serta hasil produksinya termasuk
pengangkutannya dan keselamatan kerja.
Melakukan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang berlaku bagi
jenis-jenis industri yang telah ditetapkan dan kewajiban untuk melakukannya
setelah memperoleh Izin Usaha Industri Farmasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Farmasi dan perluasan tanpa memiliki izin sesuai dengan ketentuan dalam
Surat Keputusan.
b. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri
Farmasi tidak menyampaikan informasi industri farmasi secara berturut-
turut 3 (tiga) kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak
benar.
c. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri
Farmasi melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan
tertulis terlebih dahulu dari menteri.
d. Perusahaan industri farmasi yang telah mendapat Izin Usaha Industri
Farmasi dengan sengaja memproduksi Obat Jadi atau Bahan Baku Obat
yang tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
Tidak dipenuhinya ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang ditetapkan
dalam Surat Keputusan
Universitas Indonesia
obat diatur dan dikendalikan serta memenuhi CPOB sehingga mutu obat yang
dihasilkan selalu terjamin. Aspek tersebut bisa secara tunggal atau kolektif
membentuk suatu sistem. Oleh karena itu, sistem Pemastian Mutu yang benar
dalam suatu Industri Farmasi harus dapat memastikan bahwa:
a. Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang
memerhatikan persayaratan CPOB dan Cara Berlaboratorium yang
Baik;
b. Semua langkah produksi dan pengendalian diuraikan secara jelas dan
CPOB diterapkan;
c. Tanggung jawab manajerial diruaikan dengan jelas dalam uraian
jabatan;
d. Pengaturan disiapkan untuk pembuatan pasokan dan penggunaan
bahan awal dan pengemas yang benar;
e. Dilakukannya pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan-
selama-proses lain, dan validasi;
f. Pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait dengan proses,
pengemasan, dan pengujian bets, dilakukan sebelum memberikan
pengesahan pelulusan untuk distribusi;
g. Obat tidak dijual atau dipasok sebelum kepala bagian Pemastian Mutu
menyatakan bahwa tiap bets produksi dibuat dan dikendalikan sesuai
dengan persyaratan yang tercantum;
h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa produk
disimpan dan didistribusikan secara sedemukian rupa agar mutu tetap
terjaga selama masa edar/simpan obat;
i. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu secara berkala;
j. Pemasok bahan awal dan pengemas dievaluasi dan disetujui;
k. Penyimpangan yang terjadi dilaporkan, diselidiki, dan dicatat;
l. Tersedianya sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak
pada mutu produk;
m. Prosedur pengolahan ulang dievaluasi dan disetuji; dan
n. Evaluasi mutu produk berkala dilakukan untuk verifikasi konsistensi
proses, dan memastikan perbaikan yang berkesinambungan.
Universitas Indonesia
Salah satu bagian dari pemastian mutu adalah penerapan CPOB di suatu
industri farmasi, yang berfungsi untuk memastikan bahwa obat dibuat dan
dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan
tujuan penggunaannya, yang dipersyaratkan dalam izin edar, dan spesifikasi
produk. Persyaratan dasar dari CPOB mencakup aspek:
- Proses produksi dan titik kritisnya;
- Sarana produksi (personel; bangunan; peralatan; bahan, wadah, dan
label; prosedur dan instruksi, serta tempat penyimpanan dan
transportasi);
- Sistem dokumentasi dan catatan pembuatan;
- Sistem penyimpanan dan distribusi;
- Sistem penarikan kembali; serta
- Penanganan terhadap keluhan produk yang telah beredar.
Salah satu bagian dari CPOB adalah Pengawasan Mutu (Quality
Assurance). Bagian ini berhubungan dengan pengambilan sampel, penentuan
spesifikasi, dan pengujian sampel. Selain itu, bagian ini memastikan bahwa
melalui pengujian tersebut, bahan yang belum diluluskan tidak akan digunakan
dalam proses produksi, serta produk yang belum dinilai mutunya dan dinyatakan
memenuhi syarat tidak akan diluluskan untuk dijual atau dipasok.
Pengawasan mutu juga memiliki tanggungjawab atas validitas prosedur
pengawasan mutu yang diterapkan, terjaminnya mutu baku pembanding,
kebenaran label wadah bahan dan produk, dan pemantauan stabilitas zat aktif dan
produk jadi. Selain itu, pemastian mutu juga turut ambil bagian dalam investigasi
keluhan yang terkait dengan mutu proudk, serta kegiatan pemantauan lingkungan.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh bagian Pemastian Mutu adalah
melakukan pengkajian mutu produk (Product Quality Review). Kegiatan ini
dilakukan untuk menilai konsistensi proses produksi dan kesesuaian terhadap
spesifikasi bahan dan produk jadi, melihat tren, dan mengidentifikasikan
perbaikan yang diperlukan. Pengkajian mutu produk dilakukan secara berkala,
biasanya setiap tahun. Aspek yang dibahas dalam pengkajian mutu produk
hendaknya meliputi kajian terhadap bahan awal dan bahan kemas; hasil IPC dan
pengujian terhadap obat jadi; bets-bets uang tidak memenuhi spesifikasi;
Universitas Indonesia
2.2.2 Personalia
Industri farmasi bertanggung-jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Hal
ini karena sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang
benar. Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan
dicatat. Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB dan memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang
berkaitan dengan pekerjaan. Tiap personil tidak dibebani tanggung jawab yang
berlebihan untuk menghindari risiko terhadap mutu obat. Industri farmasi harus
memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan kewenangan dari personil pada
posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan dalam uraian tugas tertulis.
Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk serta mempunyai
tingkat kualifikasi yang memadai.
Personil kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian
Pengawasan Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi
utama tersebut dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) / kepala bagian Pengawasan
Mutu harus independen satu terhadap yang lain. Masing-masing kepala bagian
Produksi, Pengawasan Mutu dan Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) memiliki
tanggung jawab bersama dalam menerapkan semua aspek yang berkaitan dengan
mutu.
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh personil
yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang penyimpanan
atau laboratorium (termasuk personil teknik, perawatan dan petugas kebersihan),
dan bagi personil lain yang kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk.
Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personil yang bekerja di area
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.2.4 Peralatan
Seluruh peralatan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaklah
didesain dan dikonstruksi, dipasang dan ditempatkan, serta dirawat dengan tepat
dan baik agar mutu obat yang dihasilkan melalui alat tersebut selalu terjamin.
Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda nomor identitas yang jelas yang akan
dicantumkan dalam perintah produksi dan catatan bets. Penggunaan suatu
peralatan utama, serta perawatannya, harus dicatatn dalam buku log alat yang
menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor bets produk.
Peralatan harus didesain dan dikonstruksi sesuai dengan tujuannya, yakni
bagian yang bersentuhan dengan produk tidak boleh bersifat reaktif, aditif atau
absortif yang dapat memengaruhi mutu produk; serta bagian yang diperlukan
untuk pengoperasian alat khusus seperti pelumas atau pendingin tidak boleh
bersentuhan dengan produk. Peralatan juga harus didesain sedemikian rupa agar
mudah dibersihkan. Peralatan yang digunakan pada bahan yang mudah terbakar,
atau ditempatkan di area di mana digunakan bahan yang mudah terbakar,
hendaklah dilengkapi dengan pelengkapan eletris yang kedap eksplosi serta
dibumikan dengan benar. Pada peralatan yang digunakan untuk menimbang,
mengukur, memeriksa, dan/atau mencatat, hendaklah ketepatannya selalu
diperiksa dan dikalibrasi.
Peralatan harus dipasang dan ditempatkan sedemikian rupa untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran silang atau campur baur
Universitas Indonesia
produk serta diberi jarak yang cukup untuk menghindari kesesakan. Secara
berkala, peralatan harus dirawat menggunakan prosedur tertulis untuk mencegah
malfungsi atau pencemaran. Jika peralatan tersebut rusak, hendaknya peralatan
tersebut dikeluarkan dari area produksi. Kegiatan perbaikan dan perawatan
hendaknya tidak menimbulkan risiko terhadap mutu produk.
Universitas Indonesia
mudah diakses dari area pembuatan dan sarana penyimpanan pakaian pribadi
maupun miliki pribadinya. Sampah tidak boleh dibiarkan menumpuk dan
hendaknya dikumpulkan dalam wadah yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat
yang sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan secara berkala.
Rodentisida, insektisida, agens fumigasi dan bahan sanitasi tidak boleh
mencemari peralatan, bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses
atau produk jadi sehingga perlu ada prosedur tertulis dalam pemakaian zat-zat
tersebut. Prosedur tertulis tersebut menunjukkan penanggung jawab untuk sanitasi
serta menguraikan jadwal, metode, peralatan dan bahan pembersih yang harus
digunakan.
Peralatan yang telah digunakan juga harus dibersihkan baik bagian luar
maupun dalam dengan prosedur yang telah ditetapkan serta dijaga dan disimpan
dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya diperiksa
untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya telah
dihilangkan. Pembersihan dan penyimpanan alat serta bahan pembersih
dilaksanakan dalam ruangan yang terpisah dari ruangan pengolahan. Prosedur
tertulis untuk pembersihan dan sanitasi peralatan serta wadah yang digunakan
dalam pembuatan obat sebaiknya dibuat, divalidasi, dan ditaati. Prosedur ini
dirancang agar pencemaran peralatan oleh agen pembersih atau sanitasi dapat
dicegah. Prosedur ini setidaknya meliputi penanggung jawab pembersihan,
jadwal, metode, peralatan dan bahan yang dipakai dalam pembersihan serta
metode pembongkaran dan perakitan kembali peralatan yang mungkin digunakan
untuk memastikan pembersihan yang benar terlaksana. Desinfektan dan deterjen
sebaiknya dipantau terhadap pencemaran mikroba.
2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Penanganan bahan dan produk
jadi, seperti penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan,
penanaan, penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi, dilakukan sesuai
Universitas Indonesia
dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Bagian yang diterima
dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik atau administratif segera
setelah diterima atau diolah sampai dinyatakan lulus untuk pemakaian atau
distribusi. Bahan yang diterima diperiksa untuk memastikan kesesuaiannya
dengan pemesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dan bilamana perlu diberi
penandaan dengan tanda yang sesuai. Produk antara dan produk ruahan yang
diterima juga ditangani seperti penerimaan bahan awal.
Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur pada
kondisi yang disarankan oleh pabrik pembuatnya dan diatur agar ada pemisahan
antar bets dan memudahkan rotasi stok. Pengolahan produk yang berbeda
hendaklah tidak dilakukan secara bersamaan atau bergantian dalam ruang yang
sama kecuali tidak ada risiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang.
Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba atau pencemaran lain. Bila bekerja dengan bahan atau
produk kering, dilakukan tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta
penyebarannya. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan,
peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah
diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan,
dan nomor bets.
Bila terjadi penyimpangan maka harus ada persetujuan tertulis dari Kepala
bagian Pemastian Mutu dan bila perlu melibatkan bagian Pengawasan Mutu.
Akses ke bangunan dan fasilitas produksi hanya untuk personil yang berwenang.
Pembuatan produk non-obat hendaklah dihindarkan dibuat di area dan dengan
peralatan khusus untuk produksi obat. Bahan awal yang digunakan harus berasal
dari pemasok yang telah disetujui dan memenuhi spesifikasi yang relevan. Semua
penerimaan, pengeluaran, dan jumlah bahan tersisa harus dicatat dan semua bahan
awal harus memenuhi spesifikasi sebelum diluluskan. Pada tiap penerimaan
hendaklah dilakukan pemeriksaan visual tentang kondisi umum, keutuhan wadah
dan segelnya, ceceran dan kemungkinan adanya kerusakan bahan dan kesesuaian
catatan pengiriman dengan label dari pemasok. Wadah tempat sampel bahan awal
diambil hendaknya diberi identifikasi. Sampel tersebut kemudian diuji
pemenuhannya terhadap spesifikasi dan selama pengujian bahan awal dikarantina
Universitas Indonesia
sampai disetujui dan diluluskan untuk pemakaian oleh kepala bagian Pengawasan
Mutu. Bahan yang mengalami sensitif panas hendaklah disimpan di dalam
ruangan yang suhu udaranya dikendalikan dengan ketat, begitu juga pada bahan
yang sensitif lembab. Semua bahan awal yang ditolak diberi penandaan dan yang
diterima diserahkan untuk produksi oleh personil yang berwenang.
Sebelum suatu Prosedur Pengolahan Induk diterapkan terdapat langkah
untuk membuktikan prosedur tersebut cocok untuk pelaksanaan produksi rutin,
dan bahwa proses yang telah diterapkam dengan menggunakan bahan dan
peralatan yang ditentukan akan senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi
persyaratan mutu. Perubahan yang berarti dalam proses, peralatan atau bahan
hendaklah disertai dengan tindakan validasi ulang. Validasi kritis terhadap proses
dan prosedur secara rutin dilakukan untuk memastikan proses atau prosedur
tersebut tetap mampu memberikan hasil yang diinginkan.
Pencemaran bahan awal atau produk oleh bahan atau produk lain harus
dihindarkan. Risiko pencemaran silang ini dapat timbul akibat tidak terkendalinya
debu, gas, uap, percikan, atau organisme dari bahan atau produk yang sedang
diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan pakaian kerja operator. Tiap tahap
proses, produk dan bahan harus dilindungi terhadap pencemaran mikroba dan
pencemaran lain. Pencemaran silang dapat dihindari dengan tindakan pengaturan
yang tepat, misalnya produksi di dalam gedung terpisah (untuk produk seperti
penisilin, hormon seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup,dan sediaan yang
mengandung bakteri hidup dan produk biologi lain serta produk darah), tersedia
ruang penyangga dan penghisap udara, memakai pakaian pelindung yang sesuai,
melaksanakan prosedur pembersihan, dan prosedur lain yang digunakan untuk
memperkecil risiko pencemaran.
Penimbangan atau penghitungan dan penyerahan bahan awal, bahan
pengemas, produk antara dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus
produksi dan memerlukan dokumentasi serta rekonsiliasi yang lengkap.
Pengendalian pengeluaran bahan dan produk untuk produksi, dari gudang, area
penyerahan, atau antar bagian produksi sangat penting. Hanya bahan awal,
pengemas, produk antara dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh
Pengawasan Mutu dan masih belum daluwarsa yang boleh diserahkan. Bahan
Universitas Indonesia
awal, produk antara dan produk ruahan yang diserahkan hendaklah diperiksa
ulang kebenarannya.
Semua bahan yang dipakai di dalam pengolahan harus diperiksa sebelum
digunakan. Kegiatan pembuatan produk yan berbeda tidak boleh dilakukan
bersamaan atau berurutan di dalam ruang yang sama kecialu tidak ada risiki
teradinya campur baur atau pencemaran silang. Kodisi lingkungan di area
pengolahan hendaklah dipantau dan dikendalikan agar selalu berada pada tingkat
yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan. Semua peralatan yang dipakai
juga harus diperiksa sebelum digunakan. Batas waktu dan kondisi penyimpanan
produk dalam pross hendaknya ditetapkan.
Untuk mengatasi masalah pengendalian debu dan pencemaran silang yang
terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus
hendaklah diberikan pada desain, pemeliharaan, serta pengunaan sarana dan
peralatan. Sistem penghisap udara harus dipasang dengan letak lubang
pembuangan sedemikian rupa untuk menghindarkan pencemaran dari produk atau
proses lain. Perhatian khsuus juga diberikan untuk melindungi produk terhadap
pencemaran serpihan logam atau gelas.
Pengadaan, penanganan, dan pengawasan bahan pengemas primer dan
bahan pengemas cetak serta bahan cetak lain hendaklah diberi perhatian yang
sama seperti terhadap bahan awal. Bahan pengemas primer, bahan pengemas
cetak atau bahan cetak lain yang tidak berlaku lagi atau obsolete harus
dimusnahkan dan pemusnahannya dicatat. Pengemasan berfungsi membagi dan
mengemas produk ruahan menjadi produk jadi. Pengemasan dilaksanakan di
bawah pengendalian ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk
akhir yang dikemas. Semua penerimaan produk ruahan, bahan pengemas, dan
bahan cetak lain harus diperiksa dan diverivikasi kebenarannya.
Untuk memastikan keseragamaan bets, dilakukanlah pengujian atau
pemeriksaan selama proses dengan metode yang telah disetujui. Pemantauan ini
dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja produksi. Prosedur
yang diterapkan harus menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi
pengambilan sampel (hendaknya pada awal, tengan dan akhir proses), jumlah
Universitas Indonesia
sampel yang diambil, spesifikasi yang harus diperiksa, dan batas penerimaan tiap
spesifikasi. Hasil pengujian akan menjadi bagian dari catatan bets.
Jika suatu bahan atau produk tidak memenuhi persyaratan dan dinyatakan
ditolak, maka barang tersebut hendaklah disimpan secara terpisah dan diberi
penandaan yang jelas. Barang tersebut dapat dikembalikan kepada pemasoknya,
diolah ulang, atau dimusnahkan sesuai dengan persetujuan kepada bagian
Pemastian Mutu. Syarat dilakukannya pengolahan ulang terhadap suatu bets
adalah kepastian bahwa mutu akhir produk tidak terpengaruh dan proses
dikerjakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Selain pengolahan
ulang, suatu bets juga dapat mengalami pemulihan ulang, yaitu penggabungan ke
dalam bets lain dari produk yang sama pada suatu tahap pembuatan obat.
Seluruh produk jadi hanya dapat dipasarkan setelah mendapatkan
persetujuan pelulusan oleh kepala Pengawasan Mutu. Selama menunggu
keputusan tersebut, produk jadi diberikan status karantina dan diletakkan dalam
tempat yang terpisah (area karantina). Produk akhir yang akan diluluskan
hendaknya memenuhi kriteria dalam aspek spesifikasi dan persyaratan mutu,
sampel pertinggal yang jumlahnya mencukupi untuk pengujian di masa
mendatang, pengemasan dan penandaan yang menenuhi syarat, dan rekonsiliasi
bahan kemasnya diterima. Setelah keputusan pelulusan diberikan, produk jadi
tersebut hendaklah dipindahkan ke gudang produk jadi dan pemasukan bets
dicatat di kartu stok. Selanjutnya, pendistribusian barang harus memenuhi konsep
first-in-first-out.
Semua bahan dan produk yang terlibat dalam proses produksi disimpan
secara rapi dan teratur pada kondisi lingkungan yang sesuai berdasarkan uji
stabilitas. Kegiatan pergudangan ini hendaklah terpisah dari kegiatan lain.
Kegiatan lain yang dilakukan oleh bagian pergudangan adalah penerimaan bahan
awal, bahan kemas, dan produk jadi, serta penyerahan ke bagian produksi atau
distributor. Bahan awal dan bahan kemas hanya dapat diterima oleh bagian
penerimaan jika telah sesuai terhadap persyaratan. Jika bahan tersebut ditolak,
hendaknya disimpan terpisah dengan bahan yang diterima. Dalam pendistribusian
bahan awal dan bahan kemas, hendaklah mengikuti prinsip FIFO dan FEFO.
Universitas Indonesia
Bahan dan obat hendaknya diangkut dengan cara tertentu sehingga tidak merusak
keutuhan dan kondisinya tetap terjaga; seperti diletakkan dalam kondisi suhu yang
terpantau dan di dalam wadar yang memberikan perlindungan yang cukup.
Pengiriman dan pengangkutan sendiri hendaknya dilaksanakan setelah ada order
pengiriman dan kegiatan tersebut didokumentasikan dalam catatan penyimpanan
yang mencakup tanggal pengiriman, nama dan alamat pelangga, uraian produk,
dan kondisi pengangkutan dan penyimpanan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
samping itu, pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali
obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan
perbaikan supaya dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Aspek-aspek dalam CPOB untuk inspeksi diri mencakup antara lain:
personalia, banguanan termasuk fasilitas untuk personil, perawatan bangunan dan
peralatan, penyiapan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, peralatan,
pengolahan dan pengawasan-selama-proses, pengawasan mutu, dokumentasi,
sanitasi dan higiene, program validasi dan re-validasi, kalibrasi alat atau sistem
pengukuran, prosedur penarikan kembali obat jadi, penanganan keluhan,
pengawasan label dan hasil inspeksi sebelumnya dan tindakan perbaikan.
Tim inspeksi diri terdiri dari paling sedikit 3 anggota yang berpengalaman dalam
bidangnya masing-masing dan memahami CPOB. Anggota tim dapat dibentuk
dari dalam atau dari luar perusahaan. Tiap anggota hendaklah independen dalam
melakukan inspeksi dan evaluasi. Inspeksi diri dapat dilakukan per bagian sesuai
dengan kebutuhan perusahaan; namun hendaklah dilakukan minimal 1 kali dalam
setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah tertulis dalam prosedur tetap inspeksi
diri.
Setelah inspeksi diri dilaksanakan hendaklah dibuat laporan inspeksi diri
yang mencakup antara lain: hasil inspeksi diri, evaluasi serta kesimpulan; dan
saran tindakan perbaikan. Hendaknlah dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu
meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen
mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkan mutu. Audit mutu umumnya
dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau tim yang dibentuk
khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas
terhadap pemasok dan penerima kontrak. Pada audit dan persetujuan pemasok,
semua pemasok hendaklah dievaluasi secara teratur.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
d. Produk Kembali
Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai
berikut :
a. produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi sehingga dapat
dikembalikan ke dalam persediaan
b. produk kembalian yang dapat diproses ulang
c. produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat
diproses ulang. Produk ini hendaklah dimusnahkan sesuai dengan
Universitas Indonesia
2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personel menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
hanya mangandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, Dokumen Produksi
Induk/Formula Pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
adalah sangat penting.
Spesifikasi menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi
produk atau bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen
ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Pengemasan Induk (Formula
Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi Pengemasan) menyatakan seluruh
bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan serta mengeuraikan semua
operasi pengolahan dan pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan
operasi tertentu misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian lingkungan,
pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian peralatan. Catatan menyajikan
riwayat tiap bets produk, termasuk distribusinya dan semua keadaan yang relevan
yang berpengaruh pada mutu produk akhir.
Isi dokumen tidak boleh berarti ganda, dimana yang dimaksud disini judul,
sifat, dan tujuan dinyatakan dengan jelas. Dokumen tidak boleh ditulis tangan,
tapi jika dokumen perlu pencatatan, penulisan tangan harus jelas, terbaca, dan
tidak dapat dihapus. Perubahan terhadap penulisan tangan ini hendaklah
ditandatangani, diberi tanggal, dan memungkinkah pembacaan informasi semula.
Catatan pembuatan hendaklah disimpan selama paling sedikit satu tahun setelah
tanggal daluwarsa produk jadi.
Spesifikasi perlu disahkan dengan benar dan diberi tanggal, atau jika perlu
spesifikasi produk antara dan produk ruahan. Selain spesifikasi, dokumen lain
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Perencanaan Validasi
Unsur utama program validasi dirinci dengan jelas dan didokumentasikan
didalam Rencana Induk Validasi (RIV) atau dokumen yang setara.
RIV mencakup :
1. Kebijakan validasi
2. Struktur organisasi kegiatan validasi
3. Ringkasan fasilitas, sistem, peralatan dan proses yang akan divalidasi
4. Format dokumen, format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan
jadwal pelaksanaan
5. Pengendalian perubahan
6. Acuan dokumen yang digunakan
c. Kualifikasi
1. Kualifikasi Desain (KD)
Universitas Indonesia
d. Validasi Proses
Validasi prosesnya umumnya dilakukan sebelum produk dipasarkan. Bila
hal tersebut tidak memungkinkan maka validasi dapat dilakukan selama proses
produksi rutin dilakukan. Proses yang telah berjalan dan metode analisis juga
dilakukan validasi. Fasilitas, sistem dan peralatan yang digunakan telah
terkualifikasi, dievaluasi secara berkala untuk verifikasi bahwa proses masih
bekerja dengan baik.
Universitas Indonesia
1. Validasi Prospektif
Validasi ini mencakup hal berikut :
- Uraian singkat suatu proses, ringkasan tahap kritis proses pembuatan yang
harus diinvestigasi
- Daftar peralatan/ fasilitas yang digunakan termasuk alat ukur, pemantau
dan pencatat serta status kalibrasinya
- Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan; daftar metode analisis yang
sesuai; usul pengawasan selama proses dan kriteria penerimaan
- Pengujian tambahan yang akan dilakukan termasuk kriteria penerimaan
dan validasi metode analisisnya bila diperlukan
- Pola pengambilan sampek; metode pencatatan dan evaluasi hasil
2. Validasi Konkuren
Validasi ini dilakukan ketika produksi rutin dapat dimulai tanpa lebih dulu
menyelesaikan program validasi. Persyaratan dokumentasi untuk validasi
konkuren sama seperti validasi prospektif.
3. Validasi Retrospektif
Validasi ini hanya dapat digunakan untuk proses yang telah mapan, tetapi
tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk, prosedur pembuatan atau
peralatan.
e. Validasi Pembersihan
Validasi ini dilakukan untuk konfirmasi efektivitas prosedur pembersihan.
Penentuan batas kandungan residu suatu produk, bahan pembersih dan
pencemaran mikroba, didasarkan pada bahan yang terkait dengan proses
pembersihan. Metode analisis yang digunakan telah tervalidasi dan memiliki
kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran. Validasi proses pembersihan
sebaiknya dilakukan pada bagian alat yang bersentuhan maupun yang tidak
bersentuhan langsung dengan produk. Prosedur validasi ini dilakukan sebanyak
tiga kali berurutan dengan hasil yang memenuhi syarat untuk membuktikan bahwa
metode tersebut telah tervalidasi.
Universitas Indonesia
f. Pengendalian Perubahan
Prosedur pengendalian perubahan memastikan bahwa data pendukung
cukup menunjukkan proses yang diperbaiki akan menghasilkan suatu produk
sesuai mutu yang diinginkan dan konsisten dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan. Kemungkinan dampak perubahan fasilitas, sistem, dan peralatan
terhadap produk dievaluasi, termasuk analisis risiko
g. Validasi Ulang
Secara berkala fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses
pembersihan dievaluasi untuk konfirmasi bahwa validasi masih absah. Jika tidak
ada perubahan yang signifikan dalam status validasinya, kajian ulang data yang
menunjukkan bahwa fasilitas, sistem, peralatan dan proses memenuhi persyaratan
untuk validasi ulang.
Universitas Indonesia
30 Universitas Indonesia
PT.Parit Padang Global didirikan pada tanggal 27 agustus 1956. Kata Parit
Padang diambil dari nama salah satu kota kecamatan di pulau Bangka merupakan
tempat kelahiran pendiri. Perusahaan ini didirikan untuk dapat mengambil alih
pendistribusian produk-produk PT.Ethica dan PT.SOHO Industri Pharmasi. PT.
Parit Padang juga bekerjasama dengan pencipal-pencipal lainnya, seperti : Astra
Zeneca Indonesia, Pfizer, Nestle, Sosro dan La Tulipe. Perusahaan ini telah
Universitas Indonesia
menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 : 2000 dan dikenal sebagai
pelopor distibusi farmasi Indonesia pertama dengan sistem “On Line”.
PT. Parit Padang memiliki 25 Cabang, yaitu Jakarta (3 cabang), Tanggerang,
Bogor, Cirebon, Bandung, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya (2 cabang),
Malang, Denpasar, Medan, Pekanbaru, Padang, Jambi, Palembang, Bandar
Lampung, Pontianak, Banjarmasin, Samarinda, Makasar, dan Manado
Logo PT. Parit Padang berupa inisial dua buah huruf P yang saling
tersambung dan berwarna hitam. Parit Padang dapat diartikan sebagai “saluran air
yang mengalir di tanah yang luas dan member kehidupan”, yang sesuai dengan
usaha distribusi produk dan jasa kesehatan yang berkualitas tinggi secara luas.
Inisial huruf P yang saling bersambung adalah gambaran dari usaha yang
berkesinambungan,saling mendukung dan bersinergi.Warna hitam mengandung
arti ketugahan hati,tegar tak mudah terpengruh, dan upaya yang tinggi dalam
mencapai tujuan
Universitas Indonesia
dalam dunia farmasi. Motto kerja Apotek Harmony adalah, “Melayani dengan
Segenap Hati”.
1. Apotek.
2. Praktek Dokter Umum .
3. Praktek Dokter Spesialis
4. Praktek Dokter Gigi
5. Laborotarium Klinik.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
proses kerja yang lebih baik lagi. Dalam nilai budaya kerja ini, karyawan juga
diharapkan proaktif untuk mengusahakan pengembangan dirinya, mencari jalan
keluar penyelesaian m,asalah yang dihadapinya tanpa harus selalu terus-menerus
diintruksikan atau diminta oleh alasannya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(trend analysis). PQR dilakukan dan didokumentasikan setiap tahun untuk setiap
produk (minimal 3 batch) sesuai jadwal yang telah disetujui.
Hal yang termasuk di dalam PQR adalah review PQR sebelumnya dan
setidaknya meliputi data laboratorium QC, data dari divisi produksi yang
termasuk data mesin, pemeriksaan IPC dan yields, data quality (pengenalan
produk, pemeriksaan analisa IPC, pemeriksaan bahan awal, pemeriksaan seluruh
OOS dan investigasinya, pemeriksaan dari seluruh penyimpangan dan kejadian,
pemeriksaan Non Conformance Product (NCP), pemeriksaan dari seluruh
pengendalian perubahan yang dilakukan, pemeriksaan hasil program pemantauan
stabilitas pada tahun tersebut dan setiap kecenderungan yang merugikan,
pemeriksaan seluruh obat kembalian yang terkait keluhan dan penarikan kembali
obat jadi (PKOJ) dan investigasi yang dilakukan terkait dengan kualitas produk,
pemeriksaan data validasi proses dan metode analisa, pemeriksaan data kalibrasi
dan kualifikasi dari mesin dan peralatan, pemeriksaan efektifitas dari tindakan
koreksi dan pencegahan yang diambil. Trend Analysis diperiksa dan dievaluasi
oleh QO Division Head dan Production Division Head agar dapat mengambil
tindakan yang sesuai bila diperlukan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
NCP merupakan penyimpangan yang terjadi sebelum proses produksi seperti saat
mengecek bahan pengemas sebelum produksi ternyata bahan pengemas
mengalami kerusakan. CAPA berasal dari laporan OOS, keluhan, NCP, audit,
inspeksi diri, PQR, dan deviasi. Hal-hal di atas bisa ditindaklanjuti dengan CAPA
apabila setelah diinvestigasi diketahui bersifat sistemik, kemungkinan berulang
sering dan membutuhkan penyelesaian jangka panjang. Terakhir adalah Quality
Release Section. Quality Release Section Head menangani kelengkapan dokumen
produk-produk yang akan dirilis ke pasaran.
Quality Release Section Head membawahi IPC (In Process Control). IPC
bekerjasama dengan bagian IPC di Divisi Produksi untuk melakukan
pengendalian proses selama produksi. In process control dilakukan terhadap
semua tahap produksi, mulai dari mixing, tableting, coating, pengemasan primer
dan pengemasan sekunder. Tujuan IPC adalah supaya proses produksi dapat
menghasilkan produk sesuai spesifikasi dan mengurangi jumlah produk yang
ditolak karena tidak masuk spesifikasi. IPC Inspector merupakan personil QA
yang memiliki akses ke area produksi untuk pengambilan sampel dan
penyelidikan yang dilakukan oleh IPC produksi. IPC itu sendiri merupakan
kegiatan pemeriksaan dan pengujian yang ditetapkan serta dilaksanakan selama
proses pembuatan produk, termasuk pemeriksaan dan pengujian terhadap
lingkungan dan peralatan
Universitas Indonesia
yang biasanya dilakukan oleh para analis yang sudah mengikuti pelatihan
kalibrasi sebelumnya. Selain itu, Quality Support Section Head juga bertanggung
jawab untuk membuat dan merevisi Standard Operating Procedure (SOP)
penggunaan dan pembersihan dan SOP kalibrasi alat-alat yang terdapat di
laboratorium QC. Setelah SOP jadi maka harus dilaksanakan pelatihan terhadap
analis agar para analis dapat menggunakan alat dengan baik dan benar.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(reanalisa) untuk mengetahui kondisi bahan baku yang akan digunakan. Frekuensi
analisa ulang bahan baku berbeda-beda tergantung dari sifat bahan baku sendiri.
Bahan baku yang berupa zat aktif waktu analisa ulang adalah setiap satu
tahun. Sedangkan bahan baku sebagai bahan tambahan waktu analisa ulang adalah
setiap dua tahun, kecuali flavour setiap enam bulan. Bahan baku tambahan yang
memerlukan pemeriksaan mikrobiologi frekuensi analisa ulang adalah setiap satu
tahun, kecuali untuk kapsul kosong setiap dua tahun. Hasil reanalisa yang masih
memenuhi syarat spesifikasi diberi label hijau (diluluskan) sehingga dapat
dipergunakan untuk produksi. Sedangkan hasil reanalisa yang tidak memenuhi
syarat spesifikasi diberi label merah (ditolak). Perlakuan terhadap bahan baku
yang ditolak ini disesuaikan dengan perjanjian yang telah dibuat dengan vendor
apakah barang dikembalikan dan diganti, atau langsung dimusnahkan.
Universitas Indonesia
analis, helper dan dibantu petugas IPC. Pengawasan mutu dari produk setengah
jadi dimulai dari pengambilan sampel di bagian produksi. Pelaksana pengambilan
sampel dilakukan oleh petugas IPC. Sampling dilakukan setelah proses produksi
selesai disertai lembar PA (Permintaan Analisis) dari produksi. Waktu sampling
tergantung dari jenis produk dan sifat fisika kimianya. Sampling untuk produk
steril dilakukan setelah proses sterilisasi. Produk aseptis sampling dilakukan
setelah proses filling selesai. Sampling produk setengah jadi nonsteril dalam
bentuk granul dilakukan pada saat proses mixing berlangsung dengan alat thief
sampler. Pengambilan sampel dilakukan pada bagian atas, tengah dan bawah dari
drum mixer.
Sampel untuk granul dilakukan untuk produk yang mengalami perubahan
atau validasi proses, seperti perubahan batch size, bahan baku, mesin, dan proses
produksi. Pengambilan sampel untuk tablet, kaplet dan kapsul diambil di bagian
awal, tengah dan akhir proses produksi, sedangkan untuk untuk tablet salut dan
dragee dilakukan di akhir proses produksi. Sampel obat jadi diambil setelah
pengemasan primer selesai. Sampel dimasukkan ke dalam wadah yang sesuai
lengkap dengan label dan ditutup rapat. Label berisi nama produk, nomor batch,
tanggal pembuatan, tanggal sampling dan paraf petugas IPC yang melakukan
sampling. Sampel yang diperoleh diletakkan di tempat penyimpanan QC. Sampel
yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan prosedur pengujian untuk
masing-masing produk dengan metode yang telah disetujui. Spesifikasi dan
prosedur pengujian untuk tiap produk setengah jadi dan produk jadi mencakup
spesifikasi dan prosedur pengujian mengenai identitas, kemurnian, mutu dan
kadar/potensi.
Prosedur pengujian mencakup hal yang seperti telah disebutkan dalam
Raw material. Hasil pengujian dilaporkan analis dalam Lembar data awal ( LDA )
berisi nama dan nomor batch dan bentuk sediaan, metode analisis yang
digunakan, pernyataan mengenai nilai yang diharapkan, pernyataan apakah
memenuhi atau tidak memenuhi syarat, tanggal dan tanda tangan analis yang
melakukan pengujian dan yang memeriksa perhitungan. Hasil pengujian (terutama
perhitungan) diperiksa oleh supervisor (Half Finished Goods Section Head)
sebelum bahan atau produk tersebut diluluskan atau ditolak.
Universitas Indonesia
4. Microbiology Section
Bagian Quality Control ini menangani pengujian mikrobiologi baik pada
bahan baku maupun bahan pengemas, produk setengah jadi dan produk jadi.
Tidak semua bahan baku maupun produk jadi dilakukan pengujian mikrobiologi,
hanya yang memiliki probabilitas terkontaminasi yang besar seperti bahan baku
yang berupa ekstrak serta produk dalam bentuk sediaan sirup dan cream.
Pengujian mikrobiologi dimulai dengan diterimanya Permintaan Analisis (PA)
dari produksi dan QC Raw Material (RM) / Packaging Material (PM). Kemudian
dilakukan sampling dengan perlakuan yang lebih khusus yaitu menggunakan
wadah sampling yang steril.
Hasil pengujian dilaporkan analis dalam Lembar Mikrobiologi yang berisi
nama dan nomor batch dan bentuk sediaan, media yang dipergunakan, pernyataan
nilai yang diharapkan pernyataan tidak atau memenuhi syarat, tanggal
pemeriksaan dan tanda tangan analis yang melakukan pengujian, tanggal dan
tanda tangan QC Microbiology Section Head. Hasil pemeriksaan mikrobiologi ini
kemudian diserahkan kepada analis bahan baku atau analis produk setengah jadi
sesuai dengan bahan yang diuji. Analis bahan baku atau produk setengah jadi
akan membuat Certificate of Analysis (CoA) untuk bahan yang memiliki
spesifikasi mikrobiologi sehingga dapat dinyatakan diluluskan (released)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. Produksi Solid
a. Seksi Pencampuran (Mixing Section)
Seksi pencampuran bertanggung jawab melakukan pencampuran bahan
baku hingga homogen dan memenuhi persyaratan untuk proses selanjutnya.
Proses utama dalam seksi pencampuran adalah pencampuran bahan untuk kempa
langsung, granulasi basah, dan granulasi kering. Proses pengempaan langsung
dilakukan untuk bahan–bahan yang memiliki sifat alir yang baik. Bahan – bahan
yang sifat alirnya tidak baik, tidak bisa diproses kempa langsung tetapi diproses
granulasi. Granulasi adalah proses pembentukan granul yaitu massa yang dibentuk
dari penyatuan beberapa partikel yang berbeda ukurannya menjadi massa dengan
ukuran yang lebih besar. Granul untuk produk farmasi memiliki rentang ukuran
0,2 – 4 mm. Proses granulasi dilakukan untuk meningkatkan sifat alir bahan.
Proses granulasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu granulasi basah dan granulasi
kering.
Proses granulasi basah adalah proses pembentukan granul basah yang
menggunakan bantuan air untuk membentuk granul. Larutan lain yang dapat
digunakan untuk granulasi basah adalah alkohol, isopropanol dan kombinasi
keduanya. Proses granulasi basah dilakukan untuk bahan–bahan yang tahan panas
dan tidak rusak karena hidrolisis air. Sedangkan proses granulasi kering adalah
proses pembentukan granul kering dengan bantuan tekanan tinggi. Proses
granulasi kering dilakukan untuk bahan – bahan yang tidak tahan panas dan
mudah rusak karena hidrolisis air, tetapi tahan terhadap tekanan tinggi. Proses
pembentukan granul dengan tekanan tinggi dibagi menjadi dua jenis yaitu
pembentukan masa kompak (slugging) dan pengempaan menggunakan rol (roller
compaction). Slugging adalah pembentukan slug yaitu massa kompak dengan
diameter 25 mm dan ketebalan 10 - 15 mm. Alat yang digunakan untuk
Universitas Indonesia
membentuk slug adalah mesin tablet jenis penekan debu besar yang berputar
(heavy duty rotary press). Slug dipecah dengan menggunakan penggiling hammer
(hammer mill) untuk membentuk granul kering. Roller compaction merupakan
proses meremas bahan diantara dua rol untuk membentuk lembaran massa yang
rapuh dan segera pecah menjadi serpihan. Serpihan diayak dengan mesh ukuran
tertentu untuk membentuk granul.
1) Proses pencampuran bahan untuk kempa langsung
Proses kempa langsung merupakan proses yang paling sederhana dan paling
cepat karena hanya dilakukan dalam satu tahap yaitu pencampuran kering.
Bahan-bahan untuk kempa langsung dicampur di dalam alat pencampur
(mixer) hingga homogen kemudain selanjutnya ditampung dalam wadah dan
diberi label. Pengawasan saat proses (IPC) tidak dilakukan pada proses
pencampuran bahan untuk kempa langsung.
Universitas Indonesia
disaring melalui pre filter dan filter akhir (HEPA) dan melewati ruang
pemanasan di belakang mesin utama (Heat Exchanger), kemudian udara akan
ditarik ke wadah mesin berisi granul yang akan dikeringkan. Udara panas
akan menghamburkan granul secara teratur dan kelembaban granul akan
ditarik keluar oleh kipas sehingga produk menjadi kering dan rata di setiap
butiran. Granul yang dikeringkan akan diperiksa kadar airnya dimana alat
yang digunakan untuk memeriksa kadar air adalah alat pengukur
keseimbangan kelembaban (Moisture Balance). Granul yang sudah memenuhi
persyaratan kadar air selanjutnya diproses dengan granulator.
Granul kering hasil granulator selanjutnya dicampur kering dengan fase luar
(bahan pelicin, lubrikan, dan disintegran) dalam alat pencampur. Pemilihan
jenis mixer tergantung dengan jumlah bahan yang akan dicampur.
Pengawasan saat proses (IPC) yang dilakukan saat granulasi basah dilakukan
hanya pada pengukuran kadar air.
3) Proses pencampuran bahan untuk granulasi kering
Zat aktif dan fase dalam dicampur dan dimasukkan dalam pembentuk granul
(granulator), didalam granulator zat aktif dan fase dalam mengalami proses
roller compaction dan kemudian diayak dengan mesh. Granul yang dihasilkan
selanjutnya akan dicampur kering dalam alat pencampur (mixer). Pengawasan
saat proses (IPC) tidak dilakukan dalam proses granulasi kering.
Hasil pencampuran kering proses granulasi basah atau granulasi kering
selanjutnya akan dibungkus dalam wadah, dilabel dan diletakkan di ruang
WIP sebelum diproses ke bagian pencetakan tablet. Ruangan WIP berfungsi
untuk menyimpan bahan-bahan hasil pencampuran sebelum masuk proses
selanjutnya karena tidak semua bahan setelah selesai proses pencampuran
langsung diproses lebih lanjut. Bahan-bahan yang tidak berhasil dicampur dan
tidak memenuhi persyaratan harus dikarantina, kemudian dilaporkan
kejadiannya ke QA untuk menunggu tindakan yang diambil.
Universitas Indonesia
untuk proses dilanjutkan dibawa ke ruang pencetakan tablet untuk dicetak. Mesin
tablet harus disiapkan sesuai catatan bets terutama tentang tekanan dan kedalaman
pengisian, karena merupakan parameter kritis untuk mencetak tablet. Ada
bermacam-macam mesin pencetak tablet yang digunakan. Secara umum, mesin
tablet memiliki bagian yang sama yaitu bagian punch, dies, turret, compression
roll, hopper, dan discharge chute, serta dilengkapi dengan uphill deduster untuk
menghilangkan debu yang menempel pada tablet dan pendeteksi logam untuk
mendeteksi adanya kandungan logam dalam tablet. Perbedaan tiap mesin pencetak
tablet yaitu pada cara pengoperasian, jumlah punch, dan jenis punch. Cara
pengoperasian terbagi menjadi manual, semi otomatis, dan otomatis
(komputerisasi). Jumlah punch bervariasi mulai 16 sampai 39 punch. Jenis punch
terdapat B-type dan D-type. Punch D-type memiliki diameter punch lebih besar
dibandingkan dengan B-type.
Pengawasan selama proses (IPC) tablet berlangsung saat pencetakan
tablet dilakukan setiap 30 menit sekali. Pengawasan selama proses (IPC) yang
dilakukan yaitu ketebalan tablet, keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan
waktu hancur. Masalah yang sering dihadapi dalam pencetakan tablet adalah
capping, laminating, lengket pada dies, dan lengket pada punch. Capping dan
laminating diatasi dengan menurunkan tekanan kempa, menambahkan jumlah
pengikat sampai optimum, dan memasukkan granul yang kekeringan ke dalam
oven dalam keadaan mati/off. Granul tersebut akan menyerap uap air sehingga
terjadi peningkatan kadar air dalam granul. Massa tablet yang lengket pada punch
dan dies terjadi karena granul terlalu basah, tekanan kempa kurang besar, dan
terlalu banyak bahan pengikat. Pengatasan massa tablet yang lengket pada punch
dan dies adalah dengan mengeringkan granul yang terlalu basah, menaikkan
tekanan kempa dan memakai bahan pengikat dalam jumlah yang optimum. Tablet
yang memenuhi syarat disimpan di ruang WIP tablet. Tablet yang tidak memenuhi
syarat dikarantina terlebih dahulu, kemudian didiskusikan dengan QA untuk
tindakan selanjutnya. Tablet yang ditolak akan dikumpulkan dan dimusnahkan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
penyalutan dapat merata. Bagian alat penyemprot (spray gun) digunakan untuk
menyemprotkan larutan penyalut. Parameter kritis saat penyalutan adalah suhu
dan putaran panci. Tablet yang sudah selesai disalut dimasukkan ke dalam panci
pemoles (polishing) untuk memoles tablet supaya mengkilat. Pengawasan selama
proses (IPC) yang dilakukan adalah pengukuran waktu hancur dan keseragaman
bobot Pengawasan selama proses (IPC) dilakukan setelah selesai penyalutan.
Tablet salut yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dikonfirmasi ke QA
untuk memastikan tindakan selanjutnya.
Masalah–masalah yang dihadapi saat penyalutan adalah sticking,
twinning, chipping dan mottled color. Sticking merupakan menempelnya bagian
tablet salut pada dinding mesin sehingga mengakibatkan tablet tidak utuh. Hal ini
disebabkan oleh pengeringan yang tidak maksimal. Permasalahan ini dapat diatasi
dengan meningkatkan efisiensi pengeringan. Twinning adalah menempelnya tablet
salut pada tablet salut yang lain. Hal ini disebabkan oleh kecepatan panci yang
lambat, dan alat penyemprot (spray gun) menyemprot larutan salut terlalu cepat.
Twinning dapat diatasi dengan mempercepat putaran pan, dan memperlambat
semprotan alat penyemprot (spray gun). Chipping adalah lepasnya bagian tablet
atau rusaknya bagian tablet. Hal ini terjadi putaran panci yang cepat dan tablet inti
yang rapuh. Chipping dapat diatasi dengan memperlambat putaran panci dan
menggunakan tablet inti yang tidak rapuh. Mottled color adalah kondisi dimana
warna tablet salut yang tidak merata disebabkan oleh pencampuran larutan salut
yang kurang homogen dan posisi alat penyemprot (spray gun) yang terlalu jauh
dari tablet. Mottled color dapat diatasi dengan pencampuran homogen larutan
penyalut dan posisi alat penyemprot (spray gun) yang lebih dekat dengan tablet.
Universitas Indonesia
pada shaft dan siap untuk ditutup. Kemudian tutup dan badan kapsul ditutup lalu
dikunci. Kapsul yang telah terkunci dikeluarkan dari mesin yang kemudian akan
masuk ke mesin pemoles. Pemolesan bertujuan untuk membersihkan debu partikel
yang menempel pada permukaan cangkang kapsul.
e. Bagian Pengemasan Primer (Primary Packaging Section)
Pengemasan primer untuk tablet dan salut dibuat dalam 2 bentuk yaitu
strip dan blister. Bahan kemasan strip adalah alufoil, sedangkan bahan kemasan
blister adalah plastik dan alufoil. Bahan pengemasan yang digunakan adalah
bahan pengemas yang sudah dinyatakan lulus oleh QC. Pemeriksaan bahan
pengemas dilakukan sebelum proses pengemasan dan yang diperiksa adalah
nomor bets dan kualitas pengemas. Pengemas yang tidak layak pakai tidak akan
digunakan untuk proses pengemasan dan selanjutnya akan dikarantina untuk
dimusnahkan. Pertimbangan pemilihan strip atau blister terletak pada stabilitas
bahan yang dikemas dan permintaan pasar. Bahan yang dikemas dengan strip
akan lebih stabil dibandingkan dikemas dengan blister, tetapi harga bahan yang
digunakan untuk strip lebih mahal dibandingkan bahan blister. Obat–obat yang
peka terhadap cahaya hanya dapat dikemas dengan strip, karena blister memiliki
bagian transparan yang dapat ditembus cahaya sehingga obat yang peka cahaya
akan rusak. Blister merupakan kemasan yang mudah dibuka yaitu dengan
didorong dari belakang (push through pack), lebih disukai konsumen
dibandingkan strip yang dibuka dengan merobeknya. Bagian mesin strip yang
kritis dalam pengemasan primer adalah bagian feeding guide, feeding chute, dan
sealing. Bagian feeding guide adalah bagian yang terdapat pada hopper mesin,
berbentuk seperti rel/jalur dan berfungsi untuk mengarahkan tablet atau kapsul
satu persatu secara berurutan ke dalam feeding chute. Bagian feeding chute adalah
bagian saluran atau jalur tablet sebelum masuk sealing. Bagian sealing berfungsi
untuk membungkus tablet/kapsul dengan cara menempelkan 2 sisi alufoil dengan
panas tinggi sehingga rapat.
Bagian mesin blister yang kritis dalam pengemasan primer adalah bagian
pembentuk lubang blister, feeding guide, dan bagian sealing. Bagian feeding
guide dan sealing memiliki prinsip yang sama dengan mesin strip. Bagian
pembentuk lubang blister berfungsi untuk membuat lubang bilster dari plastik,
Universitas Indonesia
plastik ditekan dengan cetakan panas dan segera didinginkan sehingga terbentuk
lubang-lubang blister. Bagian pembentuk blister inilah yang membedakan mesin
strip dan mesin blister.
Pengemasan tablet juga dilakukan dengan botol, bahan-bahan yang rusak
karena panas tidak boleh dikemas dengan strip atau blister, karena mesin strip dan
blister menggunakan panas tinggi. Proses pengemasan dengan botol adalah
dimulai dengan peniupan/blowing botol, pengisian tablet, dan penutupan botol
(capping). Proses peniupan/blowing botol berfungsi untuk menghilangkan
partikel/debu yang terdapat di botol. Produk sirup kering dikemas dengan botol
khusus dimana proses yang dilakukan sama dengan pengemasan botol biasa.
Pengawasan selama produksi (IPC) yang dilakukan adalah uji kebocoran
dengan larutan metilen biru dalam mesin sedot vakum, dilakukan setiap 15 menit
sekali. IPC dilakukan setiap 15 menit supaya saat ditemukan kemasan yang rusak
atau bocor dapat segera diambil tindakan perbaikan dan pencegahan sehingga
jumlah kemasan yang ditolak tidak terlalu banyak, hanya jumlah kemasan dalam
proses pengemasan selama 15 menit saja. Cara menguji kebocoran adalah dengan
memasukkan strip ke dalam larutan metilen biru (dalam mesin sedot vakum) dan
dan ditutup pintu mesin, vakum dinyalakan dan jika terjadi kebocoran maka strip
atau blister akan terisi larutan metilen biru. Sampel IPC harus dibuang dan tidak
boleh dikemas ulang setelah dibuka. Strip/blister yang mengalami kebocoran
dikarantina dan dikonfirmasi ke QA untuk melakukan pengemasan ulang.
Pengecekan penampilan juga dilakukan saat pengemasan, kemasan yang
bergaris, penyok atau tidak sempurna akan segera diperiksa penyebabnya,
kemudian dikarantina dan dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan supaya kemasan
bekas tidak disalahgunakan oleh pihak yang bertanggung jawab. Alufoil sisa
pengemasan dikembalikan ke gudang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Gudang bahan baku dan obat jadi PT. SOHO Industri Pharmasi
dikondisikan dalam tiga tingkatan suhu, yaitu suhu ruangan ambiet (<30°C) untuk
produk yang stabil terhadap panas, suhu dikondisikan dengan Air Conditioner
(15-25 °C) untuk penyimpanan produk yang stabil pada suhu kamar, serta cold
room (2-8 °C) untuk produk termolabil.
Selain bertanggung jawab terhadap penyimpanan barang, Inbound Logistic
Department juga bertanggung jawab terhadap penerimaan barang serta
pengeluaran barang dari gudang. Barang yang dinyatakan memenuhi spesifikasi
akan dilengkapi dengan Laporan Penerimaan Barang (LPB). LPB kemudian
dikirimkan ke bagian Quality Control Department dan QC Department
melakukan sampling terhadap barang yang diterima tersebut. Barang yang
dinyatakan sesuai dengan spesifikasi kemudian diberikan status diluluskan dan
dapat dimasukkan ke dalam stok gudang. Pengeluaran barang dari gudang, seperti
pendistribusian bahan awal untuk produksi, dilakukan berdasarkan picklist yang
dibuat oleh Production Planning dan dicetak oleh bagian Produksi.
Dalam menjalankan fungsi gudang sebagai tempat pemusnahan, Inbound
Logistic Department bekerja sama dengan Holcim untuk melakukan pemusnahan
obat kembalian yang berasal dari distributor. Sebagian besar penyebab kembalian
obat adalah karena produk telah mendekati waktu daluwarsa. Pemusnahan barang
juga dilakukan pada barang yang ditolak (reject).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Kegiatan lain yang dilakukan oleh departemen ini adalah validasi. Validasi
sendiri merupakan pembuktian terdokumentasi bahwa proses yang dioperasikan
menunjukkan performa yang efektif dan reprodusibel untuk menghasilkan produk
yang sesuai spesifikasi dan ketetapan GMP. Terdapat tiga macam validasi yang
dilakukan oleh Validation and Documentation Department, yakni validasi proses,
validasi pembersihan, dan validasi sistem komputer.
Validasi proses merupakan pembuktian terdokumentasi bahwa proses yang
dioperasikan menunjukkan performa yang efektif dan reprodusibel untuk
menghasilkan produk yang sesuai spesifikasi dan ketetapan GMP. Validasi
pembersihan merupakan pembuktian bahwa cara pembersihan yang diterapkan
pada equipment yang kontak dengan produk terbukti secara efektif mengurangi
tingkat kontaminasi pada batas yang dapat diterima. Validasi sistem komputer
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk membuktikan bahwa sistem
komputerisasi yang digunakan (hardware dan software) dalam proses pembuatan
produk obat sesuai dengan persyaratan CPOB yang berlaku.
Universitas Indonesia
Penanganan Limbah
Penanganan di PT. SOHO Group termasuk dalam Sub Departemen QA
Urusan Eksternal (QA External Affairs Sub Department). Jenis limbah yang
ditangani ada tiga jenis, yaitu limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), limbah
domestik, dan limbah IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah).
Limbah B3 adalah limbah baik berupa padat maupun cair, yang sifatnya
bila tidak dikelola/dimusnahkan dengan tepat dapat mencemarkan lingkungan
maupun menimbulkan efek yang tidak baik unruk makhluk hidup, atau dapat juga
membahayakan, dikarenakan sifatnya yang beracun, reaktif, mudah terbakar, dan
lain-lain. Jenis limbah B3 yang dikelola oleh GA Dept antara lain sisa analisa
padat/cair atau sampling bahan baku/obat jadi/contoh pertinggal, bahan baku
reject, obat kembalian, obat ruahan yang ditolak, obat jadi yang ditolak, lumpur
(sludge) IPAL, oli bekas, lampu TL, kemasan reagen, reagen kadaluarsa, kemasan
kontaminasi, dan limbah infeksius. Pemusnahan limbah B3 dilaksanakan oleh
perusahaan lain yang telah bekerja sama dengan PT. SOHO Group seperti PT
Holcim, PT. WASTEC, PT. Geocycle, dan PT. Tipar Nirmala Sakti.
Limbah domestik adalah limbah non B3 yang berasal dari kegiatan sehari-
hari (kegiatan kantor, kamar mandi, sampah taman, daun kering, kemasan air
minum) maupun kemasan yang tidak terkontaminasi oleh produk/bahan (kardus,
botol, stripping, alufoil, tube, ampul kosong, dan lain-lain), serta limbah herbal
hasil ekstraksi. Pengolahan limbah domestik yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dilakukan pengangkutan oleh pihak ketiga sebanyak 3 kali dalam seminggu.
Untuk limbah sisa ekstrak herbal dilakukan pengangkutan setiap seminggu sekali.
Sedangkan untuk limbah dari produk/bahan dilakukan kerja sama dengan
beberapa pihak ketiga. Limbah jenis alufoil, tube, strip dilebur di peleburan alufoil
di daerah Cakung. Limbah jenis kertas, kardus, duplex, master box dilebur di
Universitas Indonesia
pabrik peleburan kertas. Limbah jenis botol, ampul, dan limbah jenis kaca yang
tidak memiliki logo perusahaan atau merk langsung dibuang ke TPS domestik,
untuk yang memiliki merk ataupun logo perusahaan akan dipecahkan terlebih
dahulu sebelum dibuang ke TPS domestik.
Limbah IPAL PT. SOHO Industri Pharmasi berasal dari limbah domestik,
limbah herbal, dan limbah Pharma, sedangkan limbah IPAL PT. ETHICA Industri
Farmasi berasal dari limbah Betalaktam, dan non beta laktam. Pengolahan limbah
PT. SOHO Industri Pharmasi dan PT. ETHICA Industri Farmasi dilakukan secara
bersama-sama. Unit pengolahan limbahnya terdiri dari pengolahan limbah secara
aerob, pengolahan limbah secara anaerob, dan pengolahan domestik. Untuk
pengecekan baku mutu air hasil pengolahan unit IPAL dilakukan swapantau outlet
IPAL oleh pihak QC setiap 2 kali dalam seminggu, swapantau outlet STP oleh
pihak QC setiap 2 minggu sekali, dan setiap 3 bulan sekali oleh BPLHD.
Limbah dari PT. ETHICA Industri Farmasi yang merupakan limbah non
betalaktam dan limbah domestik cair akan dialirkan langsung menuju bak
ekualisasi sebelum melalui proses anaerob. Limbah betalaktam akan ditampung
dalam bak penyangga/buffer sebagai tempat penampungan sementara. Dari bak
penyangga/buffer, limbah tersebut akan dialirkan ke bak reaktor antibiotik yang
akan diproses secara kimia dengan menggunakan NaOH sampai basa (pH 10) dan
HCl untuk menetralkan kembali sampai pH 7. Proses ini dilakukan untuk
memecah cincin betalaktam. Selanjutnya limbah dialirkan ke bak ekualisasi
produksi dimana pada bak tersebut tercampur limbah dr PT ETHICA Industri
Farmasi, PT SOHO Industri Pharmasi, serta obat tradisional yang sebelumnya
telah disaring terlebih dahulu. Limbah kemudian dilarikan ke bak anaerob untuk
dibusukkan. Dengan melihat kandungan oksigen yang terlarut di dalam air dapat
ditentukan seberapa jauh tingkat pencemaran air lingkungan telah terjadi.
Limbah domestik cair akan menuju STP (Sewage Treatment Plant). PT.
SOHO Industri Pharmasi memiliki 8 STP tetapi hanya 6 yang memenuhi syarat.
Dua STP yang lainnya selalu menghasilkan profil limbah yang tidak memenuhi
syarat. STP merupakan suatu sistem perlakuan limbah berupa kolam yang tertutup
dengan tiga pipa di dalamnya. Aktivitas pengolahan limbah di STP adalah
pengadukan, oksigenasi bakteri, dan pembuangan lumpur aktif (bakteri). Tujuan
Universitas Indonesia
pengolahan limbah di STP ini adalah untuk mengurangi kadar BOD, COD, dan
pH air limbah tersebut. Di setiap STP terdapat pump pit untuk mengambil sampel
air limbah untuk ditentukan kadar BOD, COD, dan pH. Limbah yang telah
memenuhi syarat kemudian akan melalui proses selanjutnya, yaitu proses anaerob.
Limbah produksi dan herbal tidak melalui sistem STP, melainkan ditampung
dalam suatu bak penampung untuk kemudian diproses secara anaerob. Hal
tersebut dilakukan karena bakteri aerob dalam STP tidak mampu menguraikan
limbah produksi dan herbal. Limbah produksi dan herbal banyak mengandung
senyawa yang dapat membunuh bakteri, oleh karena itu limbah tersebut harus
diproses secara anaerob terlebih dahulu.
Limbah yang telah dialirkan ke bak ekualisasi anaerob kemudian akan
dialirkan ke bak anaerob. Bak anaerob berisi bakteri anaerob yang membantu
dalam proses pemecahan molekul-molekul yang terkandung dalam limbah
menjadi bentuk yang lebih sederhana. Bak anaerob tidak memerlukan aerasi
bsehingga bak tersebut dalam kondisi tertutup. Setelah melalui proses anaerob,
limbah akan menuju bak ekualisasi mixing, yaitu bak penampungan sebelum
limbah masuk ke proses selanjutnya. Dari bak ekualisasi mixing, limbah akan
dialirkan ke bak ekualisasi aerob untuk selanjutnya dialirkan ke bak aerob. Bak
aerob berisi bakteri aerob yang disebut dengan lumpur aktif yang dapat
menguraikan zat berbahaya. Keberadaan dua bak aerob dengan tujuan
mengantisipasi meluapnya limbah. Dalam bak aerob terdapat aerator untuk
mensuplai oksigen bagi bakteri. Dari bak aerob, limbah akan dialirkan menuju
bak sedimentasi untuk proses pengendapan lumpur aktif. Proses ini tidak
menggunakan koagulan, melainkan limbah murni didiamkan selama beberapa
waktu. Sehari dua kali banyaknya lumpur aktif diukur dengan cara mengukur
pengendapannya pada gelas ukur selama setengah jam. Limbah dari bak
sedimentasi kemudian dialirkan ke bak klorinasi untuk menjernihkan. Dari bak
klorinasi, limbah akan dialirkan menuju filter feed sebagai bak penampungan
sebelum masuk ke tanki penyaringan (filter tank). Tanki penyaringan (filter tank)
terdiri dari dua tangki yang terpisah. Satu tangki berisi pasir dan satu tangki lagi
berisi karbon aktif. Tanki penyaringan (filter tank) bertujuan untuk menyaring air
limbah dan mengurangi bau. Setelah melalui tanki penyaringan (filter tank),
Universitas Indonesia
limbah akan dialirkan menuju bak outlet. Dari bak outlet limbah dibagi menjadi
dua aliran, satu aliran menuju ke tanki penampungan (reservoir tank) dan aliran
satunya menuju kolam ikan (fish pond). Air limbah olahan yang disimpan dalam
tanki penampungan (reservoir tank) digunakan untuk menyiram tanaman disekitar
area industri, sedangkan limbah yang dialirkan ke kolam ikan (fish pond)
bertujuan sebagai indikator limbah yang ramah lingkungan sehingga ikan bisa
hidup di air limbah olahan tersebut. Kolam ikan (fish pond) dihubungkan dengan
outlet drain berupa bak kecil untuk tempat pengambilan sampel analisis kualitas
air limbah.
IPC yang dilakukan dalam proses pengolahan air limbah adalah
pengukuran endapan lumpur aktif dan pengecekan pH yang dilakukan setiap hari.
Pengecekan pH dilakukan pada sampel yang diambil dari outlet drain.
Pengukuran dilakukan dengan cara mengambil sampel dari bak aerob sebanyak
1000 ml, kemudian lumpur aktif dibiarkan mengendap selama setengah jam.
Endapan yang kurang dari 80 ml, menunjukkan bahwa jumlah bakteri terlalu
sedikit, sehingga akan dilakukan pembibitan (seeding) ulang, yaitu pembiakan
menggunakan bakteri yang baru. Lumpur yang mengendap lebih dari 200 ml
mengindikasikan jumlah bakteri yang terlalu banyak dan terjadi penumpukan
bakteri yang mengakibatkan bakteri mati karena kekurangan nutrisi. Lumpur
tersebut selanjutnya akan dimusnahkan. Lumpur tersebut akan dialirkan ke bak
lumpur (sludge tank) sebagai tempat penampungan lumpur mati. Lumpur tersebut
selanjutnya akan dialirkan ke pengumpul lumpur (sludge feeder) dan dipisahkan
lumpur dari air limbah dengan penyaring bertekanan (filter press). Air perasan
yang diperoleh akan diolah lagi dalam bak anaerob, sedangkan lumpur yang
diperoleh dimusnahkan bersama dengan limbah B3
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
1. Sistem HVAC
Prinsip kerja HVAC adalah udara luar (fresh air) dan udara hasil
resirkulasi di dalam ruangan masuk ke dalam pencampuran chamber yang
kemudian disaring menggunaan penyaring awal (pre filter) G4 (efisiensi 80%)
dan penyaring antara (medium filter) F7 (efisiensi 95%) untuk mengurangi jumlah
partikel. Udara kemudian didinginkan dan diturunkan kelembabannya dengan
pendinginan oleh cooling coil sebagai hasil pendinginan oleh chiller atau freon.
Udara hasil pendinginan melewati heater/steam coil untuk dipanaskan sesuai
dengan suhu udara yang dibutuhkan ruangan kemudian didorong oleh motor
menuju filter F9 (98%). Udara hasil penyaringan filter F9 akan mengalami
penyaringan akhir oleh HEPA filter H13 (99,95%) dan keluar melalui outlet untuk
selanjutnya didistribusikan melalui pipa-pipa. Udara hasil penyaringan HEPA
filter selanjutnya dijadikan udara pasokan untuk ruangan produksi yang dikenal
persediaan udara (supply air). Persediaan udara (supply air) dari AHU disalurkan
melalui saluran (ducting) menuju ke ruangan dengan melalui lubang persediaan
udara (supply air) yang terdapat di atap ruangan. Udara yang telah dikondisikan
dan disaring kemudian masuk ke ruang-ruang produksi melalui supply diffuser
baik dengan tipe swirl ataupun grill. Pada ruangan produksi menggunakan aliran
udara swirl agar aliran udara langsung menuju low return perforated. Sebelum
masuk ke pencampuran chamber, udara akan melewati sensor temperatur dan
kelembaban di mana sensor tersebut akan otomatis mengirimkan sinyal kepada
cooling coil untuk mengatur temperatur dan kelembabannya.
HEPA merupakan singkatan dari High-Efficiency Particulate Air. Efisiensi
HEPA tergantung dari jenisnya. HEPA H13 sanggup menyaring 99,95% dari
semua partikel yang lebih besar dari 0,3 mikron. Hal ini berarti untuk setiap
10.000 partikel yang berukuran lebih besar dari 3 mikron, hanya ada peluang 5
partikel yang lolos dari HEPA.
Ada empat parameter yang perlu diperhatikan dan dikendalikan dalam
sistem AHU yaitu, yang pertama temperatur ruangan yang harus diatur
sedemikian rupa agar persyaratan suhu ruangan untuk kegiatan produksi dapat
terpenuhi. Temperatur udara dikondisikan dengan bantuan chiller dan boiler.
Chiller berfungsi sebagai pensuplai air dingin pada coil, sedangkan boiler
Universitas Indonesia
berfungsi sebagai pensuplai air panas pada heater. Kedua adalah Kelembaban
relatif ruangan, kelembaban udara adalah parameter kritis bagi produk-produk
yang bersifat higroskopis, seperti sediaan effervescent yang membutuhkan RH di
bawah 30%. Tingkat kelembaban udara diatur dengan menggunakan dehumidifier.
Ketiga yaitu jumlah partikel. Jumlah partikel dalam setiap ruangan berbeda-beda
tergantung klasifikasi ruangan. Jumlah partikel dikendalikan oleh beberapa
penyaring yang terdapat pada AHU. Kemudian yang keempat adalah jumlah
sirkulasi udara dan perbedaan tekanan. Jumlah sirkulasi udara dan perbedaan
tekanan akan menentukan tingkat kebersihan ruangan. Hal ini bertujuan untuk
meminimalisasi terjadinya kontaminasi silang
Fungsi dari sistem pengolahan air murni secara umum untuk menyaring
unsurunsur logam (seperti Na, Cl, Mg, Al, dll), bakteri, dan memperkecil angka
konduktivitasnya yang ada didalam air. Oleh karena itu, pada proses produksi
obat diperlukan air yang murni agar unsur-unsur kimia dan fisika yang tidak
diperlukan yang ada didalam air tidak mempengaruhi atau mengkontaminasikan
mutu obat yang dihasilkan.
Tahapan sistem pengolahan air murni adalah sebagai berikut:
1. Osmosis
Osmosis adalah suatu proses alami dimana dua jenis larutan yang berbeda
konsentrasi dipisahkan oleh sebuah membran semi permeabel, sehingga larutan
yang lebih rendah konsentrasinya akan bergerak menembus membran semi
permeabel menuju cairan yang lebih tinggi konsentrasinya hingga terjadi
keseimbangan konsentrasi.
2. Reverse Osmosis
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabung untuk tempat membran dengan 1 titik masukan air yang akan
dilakukan proses reverse osmosis, 1 titik keluaran untuk air yang telah
bebas larutan dan 1 titik keluaran untuk air yang mengandung larutan
lebih kental dari air masukan. Kekuatan tabung tempat membran harus
mampu menerima tekanan yang diberikan melalui pompa bertekanan
tinggi.
Proses prefilter minimal yang perlu dilakukan pada air yang akan
melalui proses reverse osmosis adalah sendimen filter, pre filter 0.5
micron, SDI 0.2 micron, Fine Filter 0.5 micron dan untuk mengfilter
sendimen dan menyerap polutan yang tidak terlarut dalam air seperti
bau, rasa, warna. Proses ini dapat menurunkan kadar konduktivitas
hingga 10 Ms.
Universitas Indonesia
air murni tetap mengalir sementara ion bebas yang menempel pada kutub-kutub
muatan lawan jenisnya akan tertinggal pada kutub sumber muatan tadi.
Universitas Indonesia
mengetahui bahwa alat ukur tersebut secara konsisten manpu memberikan hasil
yang dapat dipercaya. Kalibrasi dilakukan secara berkala terhadap setiap alat
pengukuran, sedangkan verifikasi dilakukan setiap hari dan hanya dilakukan pada
timbangan saja.
Proses kalibrasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil dari alat
dengan alat lain yang sudah terkalibrasi. Suatu kalibrator memiliki akurasi dan
resolusi yang tinggi. Setiap peralatan yang digunakan untuk pengukuran hasrus
dikalibrasi dan dikalibrasi ulang secara berkala. PT. SOHO memiliki kalibrator
untuk setiap peralatan kecuali timbangan. Timbangan akan dikalibrasi ke pihak
ketiga. Kalibrator disimpan dalam kondisi sedemikian rupa dengan syarat
penyimpanan dengan suhu sebesar 25±3° C, dan RH sebesar 60±10 %. Standar
tersebut sesuai dengan standar ISO 17025 dan Komite Akreditasi Nasional
(KAN). Metode kalibrasi masing-masing alat berbeda-beda, oleh karena itu dibuat
prosedur tetap kalibrasi alat.
Universitas Indonesia
Keselamatan Kerja PT. SOHO Group. Petunjuk-petunjuk yang tertera dalam buku
tersebut bersifat tambahan dari Peraturan Perundang-Undangan tentang
Keselamatan Kerja yang ada di Republik Indonesia yang berhubungan dengan
jenis perkerjaan yang dilakukan.
Kesehatan meliputi pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pada saat
bergabung dengan perusahaan dan pemeriksaan kesehatan karyawan secara
berkala. Kesehatan sangat penting untuk diperhatikan agar tidak mengganggu
kinerja karyawan dalam bekerja yang berakibat pada mutu produk yang
dihasilkan. Aspek keselamatan kerja dilakukan dengan pelatihan yang terkait
keselamatan kerja ketika berada di area perusahaan baik pengunjung maupun
karyawan. Karyawan wajib mengikuti pedoman keselamatan pekerja. Lingkungan
berhubungan dengan dampak yang ditimbulkan proses produksi terhadap
kelestarian lingkungan. Salah satunya dengan pengolahan limbah yang bertujuan
untuk mengurangi cemaran ke lingkungan sekitar.
Prinsip dari keselamatan kerja adalah kenali lingkungan kerja, pelajari dan
resiko yang mungkin Timbul, kemudian cari cara pencegahannya. HSE
menerapkan lima hirarki control secara bertahap, yaitu eliminasi, substitusi,
pendekatan teknis, pengawasan administrasi, dan APD (Alat Pelindung Diri).
Eliminasi yaitu menghilangkan setiap bahaya dan resiko. Substitusi adalah
mengganti aktivitas pekerjaan dengan metode yang lain untuk mengurangi resiko
yang ada. Pendekatan teknis yaitu penggunaan alat-alat yang mempermudah
pekerjaan dan mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja. Pengawasan
administrasi adalah melakukan pengawasan, pendampingan, serta pembuatan
prosedur tetap. APD yaitu memperlengkapi diri dengan pelindung seperti jas lab,
kacamata (goggle), sarung tangan, masker ketika diperlukan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3.4.2 Bangunan, Fasilitas, dan Sarana Penunjang PT. SOHO Industri Pharmasi
Bangunan, fasilitas dan sarana penunjang yang terdapat di PT. SOHO
Industri Pharmasi didesain dan dibuat sedemikian rupa agar dapat memenuhi
ketentuan yang tercantum dalam CPOB serta cGMP dan menjamin terjaganya
kualitas produk.
Universitas Indonesia
proses awal untuk mengolah potable water sehingga dapat memenuhi persyaratan
untuk proses pengolahan selanjutnya.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Mutu suatu produk obat tidak ditentukan pada hasil akhirnya saja,
tetapijuga harus dilakukan pemantauan di setiap tahapan proses sehingga sesuai
dengantujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam izin
edar, dan tidak menimbulkan risiko pada penggunaan dari segi mutu,
83 Universitas Indonesia
4.2 Personalia
Personalia PT. SOHO Group sudah memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh CPOB dimana Personil Kunci yaitu Kepala Bagian Pengawasan
Mutu, Kepala Bagian Manajemen Mutu, dan Kepala Bagian Produksi dipimpin
oleh seorang Apoteker dan bersifat independen satu sama lain.
Di dalam menjalankan kegiatannya, industri farmasi harus memiliki
struktur organisasi yang jelas dan deskripsi tugas yang jelas pula. Untuk kegiatan
manufaktur, PT. SOHO Industri Pharmasi terbagi dalam beberapa
divisi/departemen, yaitu Quality Operation Divison, Production Division,
Technical Division, Validation and Documentation Department, Supply Chain
Division, Finance Department, dan Human Resource Department.
PT. SOHO Group juga menerapkan sistem BSC (Balance Score Card), dimana
terdapat tahap pembelajaran dan perkembangan (learning and growth) yang
memiliki makna bahwa PT. SOHO Group berusaha untuk mengembangkan dan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan oleh PT. SOHO Industri Pharmasi telah
memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Petunjuk CPOB. Peralatan yang
bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau produk jadi memiliki
permukaan yang tidak menimbulkan reaksi, adisi, atau absorbsi. Bahan yang
digunakan dalam peralatan tersebut juga dipastikan tidak bersentuhan dengan
bahan yang sedang diolah sehingga mutu produk tidak berubah. Seluruh peralatan
juga telah terkualifikasi sebelum digunakan. Peralatan yang digunakan untuk
menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat telah terkalibrasi oleh bagian
Quality Support Section (Quality Assurance).
Setiap peralatan memiliki identitas yang jelas (nomor) dan prosedur
tertulis untuk menggunakan dan mengoperasikan peralatan tersebut. Seluruh
personel yang akan memakai alat tersebut, terlebih dahulu mendapatkan pelatihan
dalam menggunakan alat tersebut. Setiap peralatan juga memiliki prosedur
pembersihan dan sebelum digunakan harus dipastikan terlebih dahulu validitas
pembersihannya. Mesin yang telah dibersihkan diberikan stiker berwarna hijau.
Pembersihan mesin menggunakan metode pembersihan yang telah divalidasi.
Universitas Indonesia
dapat merugikan mutu produk dilarang menangani bahan awal, bahan pengemas,
bahan yang sedang diproses jadi sampel sampai dia sembuh kembali.
Proses sanitasi dilakukan pada bangunan dan fasilitas. Salah satu contoh
penerapan sanitasi di PT SOHO Industri Pharmasi adalah fasilitas toiletnya. PT
SOHO Industri Pharmasi menyediakan toilet dalam jumlah yang memadai dan
terpisah dari area kerja karyawan.Toilet selalu dilengkapi dengan tisu, sabun, dan
pengering tangan. Setiap karyawan yang menggunakan toilet wajib mencuci
tangannya terlebih dahulu sebelum kembali beraktivitas. Sanitasi fasilitas produksi
juga diperhatikan. Setelah proses produksi selesai, operator wajib membersihkan
alat atau mesin sesuai dengan protap pembersihan dan melakukan sanitasi
ruangan. Sanitasi ruangan meliputi pembersihan debu, membersihkan lantai,
dinding atap, dan sudut-sudut ruangan produksi sesuai dengan SOP yang berlaku.
Setiap personil yang telah selesai mengunakan alat wajib mencuci dan
membersihkan alat tersebut sesuai dengan SOP yang berlaku. Peralatan biasanya
dibersihkan dengan air kran kemudian dilanjutkan dengan aqua purificata dan
alkohol 70%. Peralatan juga dapat dicuci dengan agen pembersih, namun ada
tidaknya pengaruh terhadap bahan yang diproses harus dipastikan terlebih dahulu.
4.6 Produksi
PT. SOHO Industri Pharmasi memproduksi sediaan solid, liquid, dan semi
solid yang tidak bersifat steril.Semua kegiatan produksi tersebut dilengkapi
dengan fasilitas-fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan produksinya seperti yang
dipersyaratkan oleh CPOB. Dinding, lantai dan atap ruangan produksi dilapisi oleh
epoksisehingga memudahkan pembersihan dan mencegah perembesan air.Selain
itu, setiap sudut ruangan produksi dibuat melengkung (tidak bersudut) sehingga
mudah untuk dibersihkan dan tidak menimbulkan penimbunan debu. Ruangan
produksi pun dilengkapi dengan sistem AHU (Air Handling Unit) yang berfungsi
untuk mengatur kondisi udara, suhu, tekanan, kelembaban, dan sirkulasi udara
agar sesuai untuk proses produksi. Pada ruangan produksi steril pun telah
digunakan sistem tersebut dan pembagian kelas sesuai dengan proses produksi
masing-masing produk.
Universitas Indonesia
Setiap memasuki area produksi, terdapat tata cara berpakaian yang harus
dilakukan oleh karyawan dan tamu termasuk cara memakai APD (alat pelindung
diri). Saat memasuki ruang ganti, setiap personil wajib menggunakan sepatu black
area atau menggunakan penutup sepatu (shoes cover)dan menggunakan baju
black area. Jika ingin memasuki ruangan produksi grey area personil wajib
mengenakan pakaian khusus (coverall), penutup kepala, sepatu khusus atau
menggunakan penutup sepatu, dan masker. Selanjutnya, personil wajib mencuci
tangan dan menggunakan desinfektan. Prosedur ini dilakukan untuk mencegah
adanya kontaminasi dari luar terhadap ruang produksi dan produk yang
dihasilkan.
Ruang produksi di PT. SOHO Industri Pharmasi dikelompokkan
berdasarkan proses pengerjaan yang dilakukan, seperti ruang penimbangan, ruang
mixing, dan lain-lain. Ruangan produksi tersebut berada in-line tujuannya untuk
mempermudah proses produksi dan biasanya ruangan-ruangan tersebut berisi alat
yang in-line misalnya ada satu ruangan yang berisikan supermixer, FBD, dan
granulator. Peralatan tersebut dibuat secara in-line untuk mempercepat proses
produksi sehingga memperlancar proses produksi. Masing-masing ruangan
produksi tidak memproduksi 2 produk yang berbeda. Dipintu bagian depan
ruangan tersebut terdapat kertas yang bertuliskan nama produk yang sedang
diproduksi. Jika produk yang berbeda tetapi diproduksi dengan menggunakan
mesin yang sama maka akan diproduksi secara bergantian yaitu setelah satu
produk selesai, mesin dan ruangan harus dibersihkan dahulu dan dicek oleh
supervisor baru kemudian dilanjutkan dengan produk yang lain. Selain itu,
ruangan produksi memiliki airlock sebagai ruang antara, yang membatasi ruang
produksi dan lingkungan luar. Pada setiap proses produksi terdapat tahap-tahap
yang harus diperiksa untuk menguji apakah produk yang dihasilkan sesuai dengan
spesifikasi yang telah dipersyaratkan, atau yang disebut dengan In Process
Control (IPC). IPC dilakukan pada tahap awal, tengah, dan akhir proses produksi.
Untuk sediaan solid IPC yang dilakukan umunya meliputi: pemerian, kode
penandaan, bobot, kekerasan, diameter, ketebalan, keregasan, dan waktu
hancur. Untuk sediaan liquid, IPC yang dilakukan meliputi: pemerian, berat jenis,
dan pH. Selain IPC, operator dari produksi juga mengirimkan sampel untuk diuji
Universitas Indonesia
oleh bagian Quality Control. Apabila semua hasil uji telah memenuhi syarat,
maka produk tersebut dapat di-release ke pasaran.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
yang menerima Toll Manufacturer dan Analisa Bahan Baku atau produk dari
SOHO Group telah memenuhi persyaratan GMP maupun GLP, melakukan
penilaian terhadap distributor telah memenuhi persyaratan GDP, serta melakukan
penlaian terhadap penyimpangan selama proses produksi, analisa, dan distribusi,
sehingga produk yang didistribusikan masih memenuhi persyaratan ke konsumen.
Audit dilakukan secara rutin setiap 3 tahun sekali atau lebih bila dibutuhkan.Audit
juga dilakukan untuk menentukan toll manufacturer, laboratorium eksternal baru,
pabrik baru, serta lokasi pabrik baru. Penilaian yang dilakukan pada audit
eksternal adalah menggunakan checklist pada nilai (skala 1-4) yang sesuai dengan
kondisi aktual. Nilai akhir yang didapatkan menjadi acuan tindakan yang akan
dilakukan pada objek audit tersebut.
4.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu. PT.
SOHO Industri Pharmasi memiliki departemen sendiri yang bertugas mengelola
dokumen yang terdapat di SOHO Group, yaitu Validation andDocumentation
Department (VDD). VDD merupakan departemen yang bertanggungjawab dalam
mengelola dan menjaga dokumen. VDD merupakan pusat segaladokumen, VDD
menyimpan master batch record, semua SOP, mendata semuanomor surat yang
keluar PT. SOHO Industri Pharmasi, dan lain-lain.
Universitas Indonesia
- Setiap bagian dokumen yang tidak memungkinkan untuk diisi ditulis N.A;
- Koreksi dilakukan dengan mencoret tulisan yang salah dengan satu garis
lurus, diberi paraf, diberi tanggal, dan ditulis data yang benar tepat
disampingdata yang salah;
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Validasi yang dilakukan adalah validasi proses, validasi proses aseptis dan
validasi pembersihan. Secara umum cara melakukan validasi proses di industri farmasi
Soho adalah dengan melakukan simulasi pada parameter-parameter produksi dan
dikerjakan oleh tenaga yang telah mendapatkan training mengenai validasi. Berikut
adalah tahapan pengerjaannya :
1. Melakukan penimbangan bahan baku
2. Proses mixing ( dilakukan pengambilan sampel > 3 titik )
3. Melakukan pemeriksaan apakah terdapat deviasi
4. Dilakukan penilaian misalnya untuk tablet waktu hancur, keregasan, dll
5. Data hasil uji dibandingkan lalu di review dan di analisa
6. Hasil analisa dituang dalam suatu laporan yang terdiri dari kesimpulan dan
saran
Validasi proses aseptis yaitu validasi terhadap sediaan steril yang proses produksinya
dilakukan secara aseptis ( proses sterilisasi dilakukan sebelum sediaan dikemas
dalam kemasan primer ).
Cleaning Validation menjadi hal penting untuk menjamin bahwa produk tidak
terkontaminasi dengan pencemar maupun terjadi mix up atau ketercampuran dengan
produk lain yang menggunakan alat, wadah, mesin, ruangan yang sama. Departemen
VDD PT. SOHO Industri Pharmasi telah menetapkan suatu kebijakan mengenai
urutan pembersihan produk berdasarkan toksisitas, kelarutan dalam air, dan tingkat
kesulitan dalam pembersihan, dengan rumus :
Toxic D ose
=
K elarutan x in cleaning
Dari rumus diatas dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi risk rating
maka produk tersebut menjadi produk marker.
Universitas Indonesia
Laporan praktek…., Lidia Romito Tambunan , FF, 2013
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. PT SOHO Industri Farmasi telah menerapkan pedoman CPOB dengan
baik pada semua proses baik dalam proses produksi, pengawasan dan
pengendalian mutu, serta kegiatan lain yang terkai dimana aspek-aspek
CPOB tersebut telah diimplementasikan dan didokumentasikan dengan
baik dan teratur.
5.2 Saran
a. Tetap menjaga dan mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas dari
produksi sediaan obat sesuai dengan pedoman CPOB.
b. Peningkatan kerja sama dan komunikasi antar divisi sehingga dapat
dihasilkan kinerja dan hasil yang lebih baik.
97 Universitas Indonesia
Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2006). Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1799 Tentang Industri Farmasi.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
PT. SOHO Group. (2012). Orientation Program SOHO Group Value For Health.
Jakarta: PT. SOHO Group
98 Universitas Indonesia
Lampiran 3. (lanjutan)
Lampiran 4. (lanjutan)
Lampiran 5. (lanjutan)
Lampiran 6. (lanjutan)
Lampiran 6. (lanjutan)
Keterangan: Struktur Organisasi Fixed Asset & Spare Part Procurement Department
ANGKATAN LXXVI
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI APOTEKER
DEPOK
MARET 2013
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... 1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Universitas Indonesia
2. Tujuan
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen
izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan
penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen
bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui “Kebijakan Mutu”, yang
memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran di semua departemen di
dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan
mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan manajemen mutu yang
didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar. Unsur dasar manajemen
mutu antara lain ;
1. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses, dan sumber daya
2. Pemastian mutu, yaitu berupa tindakan sistematis untuk mendapatkan kepastian
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk yang dihasilkan akan
selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari obat
yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai
dengan tujuan pemakaiannya. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah
bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan
dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan
tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk.
Oleh karena itu, CPOB mensyaratkan industri farmasi melakukan pengkajian
mutu produk dalam periode waktu tertentu sebagai bukti pengendalian secara
konsisten terhadap standar mutu.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
j. Kajian terhadap komitmen pasca pemasaran dilakukan pada obat yang baru
mendapatkan persetujuan dan obat dengan persetujuan pendaftaran variasi
k. Status kualifikasi peralatan dan sarana yang relevan, misalnya sistem tata
udara (HVAC), air, gas bertekanan, dan lain-lain
l. Kajian terhadap kesepakatan teknis untuk memastikan selalu up to date.
Universitas Indonesia
6. Untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh badan regulasi yang ada
seperti BPOM
Menurut PIC/s Guide to GMP for Medicinal Products part II, hasil
pengkajian yang dievaluasi akan menentukan apakah membutuhkan suatu
tindakan corrective action. Salah satu contoh output dari hasil pengkajian mutu
produk adalah revalidasi. Akan tetapi, bila tidak ada perubahan yang signifikan
yang dilakukan terhadap sistem atau proses, dan pengkajian terhadap kualitas
mengkonfirmasi bahwa sistem atau proses secara konsisten menghasilkan produk
yang memenuhi spesifikasi, maka tidak diperlukan adanya revalidasi ( ICH Q7
Section 12.6 ). PQR yang baik akan mendatangkan keuntungan bagi industri
farmasi yang menjalankannya. Keuntungan tersebut diantaranya dapat menetukan
apakah dibutuhkan perubahan spesifikasi, perubahan dari proses produksi dan
Universitas Indonesia
menentukan apakah validasi atu revalidasi dibutuhkan. Selain itu, PQR dapat
mengidentifikasi apakah mutu produk dapat ditingkatkan lagi (product
improvement ) atau dapat dilakukan pengurangan biaya ( cost reduction ), serta
dapat mengomunikasikan kondisi produk dan proses produksi kepada manajemen
(Eldon, 2006)
Universitas Indonesia
alami dari proses tersebut. Biasanya plot control charts terdiri dari garis yang
menunjukkan under control limit ( UCL ), Center Line ( CL ), lower control limit
( LCL ), serta mean sampel (µ), dirumuskan sebagai berikut :
UCL = µ + 3σ
CL = µ
LCL = µ - 3σ
Keterangan : σ = Standar deviasi
Garis kontrol atau control limit dalam control chart merupakan alat yang efektif
untuk mendeteksi dan mengidentifikasi gejala penyimpangan suatu proses. Dalam
pengendalian proses secara statistikal menggunakan control chart ini, jenis variasi
khusus ditandai dengan titik-titik data yang melewati atau keluar dari batas-batas
pengendalian yang didefinisikan. Sedangkan jenis variasi umum atau alami
ditandai dengan variasi letak titik-titik dari data yang berada dalam batas-batas
pengendalian yang didefinisikan ( Gaspersz, 2002 )
Jika terdapat titik-titik diluar garis kontrol, maka akan diindikasikan bahwa proses
berada di luar kontrol dan tindakan koreksi harus dilakukan. Control charts tidak
menunjukkan berapa banyak dari produk yang berada dalam spesifikasi tetapi
lebih kepada bagaimana pola suatu proses produksi berjalan, berapa banyak
variabilitas yang ditunjukkan, dan apakah proses produksi tersebut bersifat stabil.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Untuk data yang hanya memiliki satu sisi spesifikasi ( one sided spesification )
atau spesifikasi batas, nilai Cpk hanya dihitung berdasarkan salah satu spesifikasi
saja, yaitu nilai Cpk sama dengan Cpu saat hanya terdapat USL atau sama dengan
Cpl saat hanya terdapat LSL, sedangkan nilai Cp tidak ditentukan.
Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI
Pengambilan data dan penulisan dilakukan selama dua bulan dari tanggal 07
Januari sampai 28 Maret 2013 di Divisi Operasi Mutu (Quality Operation) PT.
SOHO Industri Pharmasi.
3.2. Metode
Metode yang digunakan dalam mengkaji sistem dan pembuatan product quality
review di PT. SOHO Industri Pharmasi adalah melalui penelusuran literatur (studi
pustaka). Berikut adalah beberapa tahapan pengerjaannya :
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
10. Untuk otorisasi pemasaran yang baru dan variasi, serta tinjauan komitmen
pasca-pemasaran.
11. Status kualifikasi peralatan dan utilitas yang relevan, misalnya HVAC, air, gas
terkompresi, dll.
12. Tinjauan dari setiap pengaturan kontrak untuk memastikan bahwa mereka up
to date.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
4.3.3 Review hasil analisis produk setengah jadi dan produk jadi
Review ini didapatkan dari departemen QC melalui hasil pengujian
laboratorium dan terdapat dalam data QC laboratory dan data kualitas. Review ini
mencakup rangkuman hasil pengujian laboratorium seperti penampilan,
identifikasi, pH, berat jenis, disolusi, dll. Data mengenai hasil pengujian juga
direview dan dianalisis menggunakan kapabilitas proses dan peta kendali.
4.3.6 Review perubahan yang dilakukan dalam formulasi, proses produksi dan
metode analisis
Review ini mencakup rangkuman dari perubahan yang dilakukan maupun
diusulkan dalam proses produksi, metode analisis, dan formulasi produk.
Kemudian dari data dibuat tren mengenai kategori perubahan yang paling sering
dilakukan. Review ini dilakukan untuk mengontrol perubahan-perubahan yang
Universitas Indonesia
4.3.8 Review hasil program pemantauan stabilitas dan segala tren yang tidak
diinginkan
Review ini mencakup rangkuman hasil stabilitas produk seperti OOS yang
ditemukan dari setiap kondisi. Studi stabilitas yang direview merupakan data
stabilitas dari batch-batch produk yang diuji selama periode PQR dibuat.
4.3.9 Review produk kembalian, keluhan, dan penarikan kembali terkait dengan
kualitas produk
Review ini mencakup rangkuman dari deskripsi keluhan seluruh batch
yang terkait dengan kecacatan dan kualitas produk, keluhan yang terjadi di
pasaran dan lingkungan, serta rangkuman dari penarikan kembali obat jadi dan
dilengkapi dengan hasil investigasi dari keluhan dan kembalian serta nomor
CAPA sehingga dapat ditelusuri tindakan korektif yang dilakukan.
Universitas Indonesia
4.3.11 Review status kualifikasi mesin, alat, dan validasi yang terkait dengan
produk
Review ini mencakup rangkuman dari seluruh mesin, alat, dan instrument
yang kritikal dan digunakan dalam proses produksi maupun analisis seperti
HPLC, mesin mixing, timbangan, sistem Heating Ventilating Air Conditioning
(HVAC ) , dan air. Review juga dilengkapi dengan status kualifikasi dan jangka
waktu dimana dibutuhkan proses rekualifikasi selanjutnya.
Cp = (USL-LSL) / 6σ
Universitas Indonesia
Nilai yang menentukan bahwa proses telah sesuai atau tidak terhadap
karakteristik proses adalah nilai dari Cpk (performance index) yaitu sebuah indeks
kemampuan yang mencerminkan jumlah rentang toleransi alami (3σ) yang dapat
diserap di antara nilai mean dan batas spesifikasi terdekat. Indeks Cpk mengukur
seberapa dekat suatu proses berjalan dengan batas spesifikasi terkaitan persebaran
proses.
Kedua nilai ini harus dilakukan secara bersama, untuk menghasilkan standar
proses yang diinginkan.
Secara jelasnya dapat dilihat melalui gambar :
Universitas Indonesia
Nilai Cpk < 1.33 menunjukkan bahwa proses menghasilkan produk yang tidak
memenuhi lower spesification level (LSL).
Beberapa contoh tindakan korektif dan preventif yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan process capabilitynya adalah:
Melakukan inspeksi terhadap raw material yang masuk ke gudang
penyimpanan.
Memeriksa ulang secara keseluruhan kondisi gudang yang layak untuk
penyimpanan raw material.
Melakukan perawatan secara berkala terhadap peralatan. Bila diperlukan
dilakukan pergantian dengan yang baru.
Perlunya pengawasan yang ketat kepada operator dari pihak manajemen,
supaya proses dapat terkendali.
Berikut adalah contoh perhitungan untuk mendapatkan nilai Cp dan Cpk.
Parameter yang dinilai adalah kadar air granul X.
No. No. Batch Kadar air granul X
(%)
1. B12301 8.16
2. D23670 8.96
3. H23236 8.43
4. J67898 8.99
Universitas Indonesia
Rata-rata = 8.63
Max = 8.99
Min = 8.16
SD = 0.405329
USL = 10
LSL =8
Cp = (USL-LSL) / 6σ
= ( 10-8 ) / 6 x 0.405329
= 0.822377042
Dari hasil perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses kurang mampu
memenuhi persyaratan kadar air granul, dimana hasil perhitungan Cpk
menunjukkan bahwa kadar air lebih cenderung mengarah ke batas bawah. Oleh
karena itu perlu dilakukan penelusuran lebih lanjut mengenai hal-hal yang dapat
menyebabkan terjadinya hal tersebut.
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Salah satu bagian yang di uraikan dalam PQR adalah tentang penanganan CAPA.
Dalam PQR perihal tentang CAPA perlu dibahas lebih mendalam untuk
meningkatkan keefektifan CAPA dalam mengatasi akar permasalahan yang terjadi
dalam PQR serta untuk memudahkan pemantauan apakah tindakan pencegahan
dan perbaikan tersebut diselesaikan secara efektif dan tepat waktu.
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat
yang Baik. Jakarta.
Bass,L., (2007). Six Sigma Statistics with Exel and Minitab. The McGraw-Hill
Companies,Inc.,Amerika,Hal 145-150
Siregar, Khawarita. 2006. Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 7, No. 4 : Studi
Penerapan Progres Capability dan Acceptability Sampling Plans Berdasarkan
Mil-STD 1916 untuk Mengendalikan Kualitas Produk pada PT X. Medan.
Universitas Indonesia