ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
ii
vi
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala
kritik dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Tak ada yang penulis
harapkan selain sebuah keinginan agar laporan PKPA ini dapat bermanfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmasi pada
khususnya.
Penulis
2014
vii
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
xi
DAFTAR ACUAN............................................................................................. 63
LAMPIRAN ....................................................................................................... 64
xii
xiii
xiv
1 Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia Farma
No. 1 adalah:
a. Agar mahasiswa mampu mengetahui gambaran umum kegiatan rutin
pelayanan kefarmasian di apotek dan dapat menerapkannya saat bekerja.
b. Agar mahasiswa mampu memahami peran dan fungsi apoteker di apotek
terutama dalam hal pelayanan kefarmasian.
c. Agar mahasiswa mampu memahami peran dan fungsi apoteker di apotek
terutama dalam aspek manajerial yang mencakup pengelolaan sumber daya
manusia kesehatan, pengelolaan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan,
pengelolaan administrasi keuangan apotek.
Universitas Indonesia
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
V E N
A VA EA NA
B VB EB NB
C VC EC NC
Universitas Indonesia
yaitu reorder point (titik pemesanan) merupakan titik dimana harus diadakan
pemesanan kembali untuk menghindari terjadinya kekosongan barang.
2.8.3 Pengelolaan Administrasi dan Perundang-undangan
Pengelolaan Administrasi dan Perundang-undangan di Apotek berupa
aspek legal pendirian apotek, administrasi pembelian, administrasi penjualan,
administrasi pajak, serta administrasi pelayanan di Apotek.
Universitas Indonesia
jelas, nomor Surat Izin Apotek, dan stempel Apotek. Segala zat atau bahan yang
termasuk narkotika di Apotek wajib disimpan khusus sesuai dengan ketentuan
yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Pasal 14 ayat (1) UU No. 35 Tahun 2009.
Tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No.28/MENKES/Per/V/1978. Dalam Peraturan tersebut dinyatakan bahwa
Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika. Tempat
penyimpanan narkotika di Apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
b. Harus mempunyai kunci yang kuat.
c. Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama
digunakan untuk menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta
persediaan narkotika. Bagian kedua digunakan untuk menyimpan narkotika
yang digunakan sehari-hari.
d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran kurang dari
40x80x100 cm maka lemari tersebut harus dilekatkan pada tembok atau lantai.
e. Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain
narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
f. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh pegawai yang diberi kuasa.
g. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh
umum.
2.10.3 Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika
Ketentuan-ketentuan peresepan obat narkotika sebagai berikut:
a. Hanya dapat diserahkan dengan resep Dokter.
b. Resep tidak boleh diulang, tiap kali harus ada resep baru.
c. Resep yang mengandung narkotika diberi garis merah.
d. Nama dan alamat pasien dicatat di belakang resep.
e. Penyimpanan resep dipisahkan dari resep-resep yang lain.
Selain itu berdasarkan atas Surat Edaran Direktrorat Jenderal POM RI
(sekarang Badan POM RI) No. 336/E/SE/1997 disebutkan :
a. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali,
Apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh
dilayani oleh Apotek yang menyimpan resep asli.
Universitas Indonesia
b. Salinan resep dan resep narkotika dengan iter tidak boleh dilayani sama sekali.
Oleh karena itu, Dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada resep-resep
yang mengandung narkotika.
2.10.4 Pelaporan Narkotika
Dalam Undang-undang No. 35 Tahun 2009 Pasal 14 ayat (2) disebutkan
bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan
farmasi pemerintah, Apotek, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, Dokter
dan lembaga ilmu pengetahuan, wajib membuat, menyampaikan, dan menyimpan
laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada
dalam penguasaannya. Laporan narkotika diberikan kepada instansi yang
berwenang dibidangnya. Apotek berkewajiban menyusun dan mengirim laporan
bulanan yang ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek.
2.10.5 Pemusnahan Narkotika
Apoteker Pengelola Apotek yang memusnahkan narkotika harus
membuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika, yang sekurang-kurangnya
memuat:
a. Nama, jenis dan jumlah.
b. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun dilakukan pemusnahan
c. Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang menyaksikan
pemusnahan.
d. Berita acara Pemusnahan Narkotika dikirim kepada Suku Dinas Pelayanan
Kesehatan dengan tembusan kepada Balai Besar POM.
keamanan, khasiat dan kualitasnya, serta membutuhkan pemilihan obat yang tepat
sesuai dengan indikasi penyakit dan kondisi pasien.
Sebagai seorang profesional kesehatan dalam bidang kefarmasian,
Apoteker mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan dan
petunjuk kepada masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi. Apoteker harus
dapat menekankan kepada pasien, bahwa walaupun dapat diperoleh tanpa resep
Dokter, namun penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas tetap dapat
menimbulkan bahaya dan efek samping yang tidak dikehendaki jika dipergunakan
secara tidak semestinya.
Dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, Apoteker
memiliki dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang
sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi
yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada pasien (dan keluarganya) agar
obat digunakan secara aman, tepat dan rasional, terutama dalam hal :
a. Ketepatan penentuan indikasi/penyakit
b. Ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis), serta
c. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.
Satu hal yang sangat penting dalam swamedikasi adalah meyakinkan
agar produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan produk-produk
yang sedang digunakan atau dikonsumsi pasien. Di samping itu Apoteker juga
diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memonitor
penyakitnya, serta kapan harus menghentikan pengobatannya atau kapan harus
berkonsultasi kepada Dokter.
Informasi tentang obat dan penggunaannya pada pasien saat swamedikasi
pada dasarnya lebih ditekankan pada informasi farmakoterapi yang disesuaikan
dengan kebutuhan serta pertanyaan pasien. Informasi yang perlu antara lain:
a. Khasiat obat.
Apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat yang bersangkutan,
sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami
pasien.
Universitas Indonesia
b. Kontraindikasi.
Pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra indikasi dari obat yang
diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi dimaksud.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
27 Universitas Indonesia
BUMN No. S-59/M-PM. BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT. Kimia Farma
(Persero), Tbk., diprivatisasi. Pada tanggal 4 Juli tahun 2000 PT. Kimia Farma
(Persero), Tbk. resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek
Surabaya (BES) sebagai perusahaan publik. Pada tanggal 4 Januari 2002 didirikan
2 anak perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia Farma Trading
& Distribution untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah dan berkembang
dengan cepat.
PT. Kimia Farma (Persero), Tbk memiliki simbol yaittu matahari terbit
berwarna orange dan tulisan Kimia Farma dengan jenis huruf italic berwarna biru
di bawahnya (Gambar 3.1). Maksud dari simbol tersebut adalah:
a. Paradigma baru
Matahari terbit adalah tanda memasuki babak baru dalam kehidupan yanglebih
baik.
b. Optimis
Matahari memiliki cahaya sebagai sumber energi, cahaya tersebut
adalahpenggambaran optimisme Kimia Farma dalam menjalankan bisnisnya.
c. Komitmen
Matahari selalu terbit dari timur dan tenggelam di barat secara teratur dan terus
menerus, memiliki makna adanya komitmen dan konsistensi dalam
menjalankan segala tugas yang diemban oleh Kimia Farma dalam bidang
farmasi dan kesehatan.
d. Sumber energi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Farma Distribusi, Kimia Farma Klinik dan Kimia Farma Optik. Direktur
Keuangan membawahi Manajer Akuntansi, Keuangan dan IT dan Manajer Apotek
Bisnis (Unit Bisnis). Direktur SDM & Umum membawahi Manajer Human
Capital &General Affair.
Ada 2 (dua) jenis Apotek Kimia Farma, yaitu apotekadministrator yang
sekarang disebuat Business Manager (BM) dan apotek pelayanan. Business
Manager membawahi beberapa apotek pelayanan yang berada dalam suatu
wilayah. Business Manager bertugas menangani pembelian, penyimpanan barang
dan administrasi apotek pelayanan yang berada di bawahnya. Dengan adanya
konsep unit BM, diharapkan pengelolaan aset dan keuangan dari apotek dalam
suatu area menjadi lebih efektif dan efisien, demikian juga kemudahan dalam
pengambilan keputusan- keputusan yang menyangkut antisipasi dan penyelesaian
masalah. Secara umum keuntungan yang diperoleh melalui konsep BM adalah:
a. Koordinasi modal kerja menjadi lebih mudah.
b. Apotek pelayanan akan lebih fokus kepada kualitas pelayanan, sehinggamutu
pelayanan akan meningkat dan diharapkan akan berdampak pada peningkatan
penjualan.
c. Merasionalkan jumlah SDM terutama tenaga administrasi yang
diharapkanberimbas pada efisiensi biaya administrasi.
d. Meningkatkan bargaining dengan pemasok untuk memperoleh sumberbarang
dagangan yang lebih murah, dengan maksud agar dapatmemperbesar range
margin atau HPP rendah.
Untuk wilayah Jadebotabek terdapat 5 Unit BM, yakni:
a. Business Manager Jaya I, membawahi wilayah Jakarta Selatan dan
JakartaBarat dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 42, Kebayoran Baru.
b. Business Manager Jaya II, membawahi wilayah Jakarta Pusat, JakartaUtara
dan Jakarta Timur dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 48, di Matraman.
c. Business Manager Bogor, membawahi wilayah Bogor, Depok dan Sukabumi
dengan BM di Apotek Kimia Farma No. 7, Bogor.
d. Business Manager Tanggerang, membawahi wilayah Provinsi Banten dengan
BM di Apotek Kimia Farma No. 78, Tanggerang.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
kasir. Terdapat satu perangkat komputer yang terletak di meja Apoteker dan
monitor yang menampilkan gambar yang diambil dari kamera pengawas di
apotek. Ruangan ini juga digunakan untuk keperluan administrasi apotek.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2) Pengadaan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
siang pukul 14.30-21.00 WIB dan shift malam pukul 21.00-08.00. Kegiatan utama
yang dilakukan meliputi kegiatan teknis kefarmasian maupun kegiatan nonteknis
kefarmasian.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ke BM Jaya II. Perbekalan farmasi yang akan di by pass tidak boleh terdapat
pada daftar BPBA minggu tersebut karena jumlah perminyaan akan menjadi
ganda. Selain itu, apotek dapat juga melakukan dropping antar apotek, yaitu
permintaan barang antar apotek (pembelian intern antar Apotek Kimia Farma).
Permintaan barang antar Apotek Kimia Farma duajukan dengan menggunakan
BPBA, sehingga apotek yang meminta akan menambah pembelian dan apotek
yang memberikan barang akan menambah penjualan.
c) Pembelian tunai
Pembelian tunai dilakukan berdasarkan kebutuhan dengan persetujuan ke
apoteker, kemudian faktur atau nota yang ada di-entry dan dilaporkan ke BM.
d) Konsinyasi
Konsinyasi merupakan bentuk kerjasama yang biasanya dilakukan untuk
produk atau obat-obat baru, barang promosi, alat kesehatan, food supplement.
Konsinyasi dilakukan dengan cara menitipkan produk dari perusahaan kepada
Kimia Farma, kemudian setiap bulannya dilakukan pengecekan dari pihak
perusahaan untuk mengetahui jumlah produk yang terjual. Barang konsinyasi
ini apabila tidak laku, dapat diretur dan yang difakturkan untuk dibayar adalah
yang terjual saja. Pemilihan pemasok dilakukan oleh BM dengan
mempertimbangkan mutu barang yang ditawarkan, ketepatan waktu
pengiriman, masa kredit yang panjang, harga yang bersaing serta potongan
harga yang diberikan, serta pemasok tersebut merupakan agen resmi yang
ditunjuk oleh industri farmasi. Pemesanan barang hanya dilakukan kepada
pemasok yang telah mempunyai ikatan kerjasama dengan Kimia Farma
sehingga masuknya obat palsu dapat dicegah. Penggantian produk yang sudah
tidak kompeten harus melalui BM Kimia Farma. Alur pengadaan barang di
Apotek Kimia Farma No. 1 dapat dilihat di Lampiran 3.
Universitas Indonesia
dengan SP dan faktur. Jika barang telah sesuai maka faktur diberi nomor unit
penerimaan, ditandatangani dan distempel, kemudian didokumentasikan ke dalam
buku penerimaan barang.
Jika barang datang tidak sesuai dengan SP atau terdapat kerusakan fisik
maka bagian pembelian akan membuat nota pengembalian barang atau retur dan
mengembalikan barang tersebut ke PBF yang bersangkutan untuk ditukar dengan
barang yang sesuai.
Perbekalan farmasi yang telah diterima disimpang dalam rak-rak obat di
ruang peracikan secara alfabetis dan kartu stok langsung diisi. Penyimpanan obat
dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan kecepatan keluar masuknya obat.
Lemari tempat penyimpanan obat-obat ethical merupakan rak yang dapat diputar,
yang dimaksudkan agar dapat menampung lebih banyak jenis obat, sehingga
pemakaian space menjadi efisien dan mempermudah proses penyiapan dan
pembuatan obat. Hal tersebut dikarenakan obat-obat ethical memiliki merek yang
jumlahnya sangat banyak. Untuk mencegah obat kadaluarsa yang tidak terkontrol,
selain diterapkan sistem FEFO, di apotek juga dibuat stiker kertas berwarna yang
ditempelkan di kotak obat yang menandakan tahun kadaluarsa obat.
Penempatan obat generik dipisahkan dengan obat-obat paten. Obat-obat
psikotropika dan narkotika dipisah tempat penyimpanannya yaitu dalam lemari
khusus. Obat-obat lain yang tidak stabil pada suhu kamar disimpan di lemari
pendingin. Masing-masing kotak penyimpanan obat dilengkapi dengan kartu stok
obat yang berfugsi sebagai dokumentasi keluar masuknya obat dan berfungsi
sebagai control. Penulisan kartu stok dilakukan berdasaran nomor transaksi dan
nomor tersebut berbeda antara jenis penjualannya, yaitu resep dokter, resep kredit,
obat OTC dan UPDS.
Obat-obat OTC diletakkan pada rak yang diatur sedemikian rupa agar
memudahkan pelanggan untuk memilih produk yang diinginkan. Produk yang
dijual antara lain obat bebas terbatas, obat bebas, alat kesehatan, vitamin, susu,
produk bayi, kosmetika, jamu, makanan dan minuman kesehatan. Obat OTC yang
diletakan secukupnya pada rak untuk menghindari barang terlalu penuh di rak.
Universitas Indonesia
Sisa obat OTC diletakan dalam lemari penyimpanan di ruang peracikan. Untuk
melakukan pengawasan dan kontrol terhadap persediaan barang maka tiap 3 bulan
dilakukan stock opname yaitu dengan mencocokan jumlah barang yang ada
dengan catatan kartu stok. Format kartu stok dapat dilihat pada Lampiran 9.
Universitas Indonesia
d) Pemeriksaan obat
Universitas Indonesia
Pemeriksaan kebenaran obat dengan resep meliputi nomor resep, nama obat
dan dosis, jumlah obat, aturan pakai, waktu kadaluarsa dan harga. Obat
dikemas, dan resep disatukan dengan obat yang dimita dan diserahkan ke
petugas penyerahan obat.
Universitas Indonesia
e) Penyerahan obat
Sebelum menyerahkan obat, dilakukan pemeriksaan kembali antara resep, struk
harga, dan obat yang telah dipersiapkan, untuk memastikan obat akan diberikan
kepada orang yang tepat, kemudian struk pada pasien diberi paraf. Pada saat
penyerahan, pasien perlu diberi informasi mengenai obat dan cara pemakaian
terutama untuk obat yang memerlukan perhatian khusus.
Penjualan dengan cara kredit obat dengan resep dokter adalah penjualan
obat dengan resep berdasarkan perjanjian kerjasama yang telah disepakati oleh
suatu perusahaan/instansi dengan apotek yang sering disebut Ikatan Kerja Sama
(IKS). Instansi yang bekerja sama dengan Apotek Kimia Farma No. 1 antara lain
PLN (Perusahaan Listrik Negara), PT. Persero Gas Negara, PT. Indosat, dan PT.
Angkasa Pura I.
Pelayanan resep kredit dapat dilakukan melalui faksimili ataupun telepon
dan selanjutnya asisten apoteker akan membuat salinan resep atau pasien yang
akan datang dengan membawa resep yang telah diberikan oleh dokter perusahaan.
Pembayaran dilakukan secara menurut kontrak kerjasama dengan instansi tempat
pasien atau keluarga pasien tersebut bekerja.
Prosedur pelayanan resep kredit pada dasarnya sama dengan pelayanan
resep tunai, hanya saja pada pelayanan resep kredit terdapat beberapa perbedaan
yaitu:
a) Setelah penerimaan dan pemeriksaan resep maka tidak dilakukan penetapan
harga dan pembayaran oleh pasien tetapi langung dikerjakan oleh petugas
apotek.
b) Perbedaan penomoran resep kredit dengan resep tunai. Resep diberi nomor urut
resep dalam lembar pemeriksaan proses resep/ lembar skrining resep
(Lampiran 13).
c) Pada saat peyerahan obat, petugas akan meminta tanda tangan pasien pada
lembar terima tanda obat.
d) Penyusunan dan penyimpanan resep kredit dipisah dari resep tunai yang akan
dikumpulkan dan dijumlahkan nilai rupiahnya berdasarkan tiapinstansinya dan
dibuatkan lebnar atau surat penagihan sesuai dengan format yang diminta.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b) Penerimaan narkotika
Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh Manager Apotek
Pelayanan atau dilakukan dengan sepengetahuan Manager Apotek Pelayanan.
Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah dilakukan pencocokan
dengan surat pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan yang meliputi
jenis dan jumlah narkotika yang dipesan.
c) Penyimpanan narkotika
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika disimpan dalam lemari
yangterbuat dari kayu yang kuat dan mempunyai kunci yang dipegang oleh
Asisten Apoteker sebagai penanggung jawab yang diberi kuasa oleh Apoteker.
d) Pelayanan narkotika
Apotek hanya melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan resep yang
dibuat sendiri oleh apotek tersebut yang obatnya belum diambil sama
sekaliatau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat
narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain.
Universitas Indonesia
e) Pelaporan narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika dibuat setiap bulan dan selambat-
lambatnyatanggal 10 setiap bulannya. Laporan narkotika dibuat rangkap empat
dan ditandatangani oleh Manajer Apotek Pelayanan dengan mencantumkan
nama jelas, alamat apotek, dan stempel apotek. Form pelaporan narkotika
(SIPNAP) di apotek dapat dilihat pada Lampiran 17. Laporan yang kemudian
dikirimkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada:
a. Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta
b. Penanggung Jawab Narkotika PT. Kimia Farma (Persero), Tbk.
c. Arsip apotek
f) Pemusnahan narkotika
Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut:
a. Manager Apotek Pelayanan membuat dan menandatangani
suratpermohonan untuk pemusnahan narkotika yang berisiantara lain, jenis
dan jumlah narkotika yang rusak atau tidak memenuhisyarat.
b. Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh Manager
ApotekPelayanan dikirimkan ke Balai Besar POM DKI Jakarta. Balai
Besar POMDKI Jakarta akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan.
c. Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari Manajer
Apotekpelayanan, Asisten Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala
KantorDepkes Kota Madya Jakarta Pusat.
d. Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita
AcaraPemusnahan yang berisi:
(1) Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnahan.
(2) Nama pemegang izin khusus, apoteker pimpinan apotek atau
dokterpemilik narkotika.
(3) Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
(4) Cara pemusnahan.
(5) Tanda tangan penanggung jawab apotek/pemegang izin khusus, dokter
pemilik narkotika dan saksi-saksi.
Universitas Indonesia
b) Penyimpanan psikotropika
Penyimpanan obat psikotropika di Apotek Kimia Farma No. 1 ada dalamlemari
narkotika tetapi terpisah dengan obat narkotika. Pemasukan dan pengeluaran
psikotropika dicatat dalam kartu stok psikotropika.
c) Pelayanan psikotropika
Apotek hanya melayani resep psikotropika dari resep asli atau salinanresep
yang dibuat sendiri yang obatnya belum diambil sama sekali atau baru diambil
sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat psikotropika tanpa resep atau
pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain.
d) Pelaporan psikotropika
Laporan penggunaan psikotropika (Lampiran 17) dikirimkan melaluiperangkat
lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika(SIPNAP)
setiap bulannya. Laporan psikotropika memuat nama apotek, nama obat, nama
Universitas Indonesia
e) Pemusnahan psikotropika
Tata cara pemusnahan psikotropika sama dengan tata cara pemusnahan
narkotika. Dalam pelaksanaannya pemusnahan psikotropika dapat dilakukan
bersamaan dengan pemusnahan narkotika. Pemusnahan psikotropika wajib
dibuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam waktu 7
hari setelahmendapat kepastian. Berita acara pemusnahan tersebut memuat:
(a) Hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan
(b) Nama pemegang izin khusus atau APA
(c) Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi lain dari apotek
tersebut.
(d) Nama dan jumlah psikotropika yang akan dimusnahkan.
(e) Cara pemusnahan.
(f) Tanda tangan penanggung jawab apotek dan saksi-saksi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
50 Universitas Indonesia
dan dipegang oleh asisten apoteker penanggung jawab narkotika dan psikotropika.
Lemari khusus ini sudah memenuhi syarat dari perundang-undangan pemerintah
dimana terdapat dua daun pintu dengan kunci ganda. Hanya saja, kedua daun
pintu dibuka saat pengambilan obat yang seharusnya hanya boleh satu daun pintu
yang terbuka.Hal ini membuat pengawasan obat menjadi lebih renggang. Lemari
narkotika juga belum sepenuhnya dikunci setiap selesai digunakan. Hal tersebut
disebabkan oleh salah satu faktor yaitu adanya kesulitan petugas untuk mengunci
dan menutup lemari saat harus menyiapkan resep ketika pasien ramai dan karena
letak lemari berada jauh darijangkauan petugas sehingga butuh waktu untuk
mengambil obat tersebut.
Apotek Kimia Farma No.1 memiliki personalia yang cukup banyak, yaitu
1 orang APA, 1 orang Apoteker pendamping, 1 orang supervisor, 4 orang juru
racik, 5 asisten apoteker, dan 2 orang kasir. Dalam melaksanakan fungsi apoteker,
beberapa kali jadwal apoteker pendamping yang tidak terpenuhi sehingga
adamasa dimana tidak ada apoteker pendamping melakukan kegiatan
penyerahanobat, PIO, serta konseling.Oleh karena itu, tugas tersebut digantikan
olehbeberapa asisten apoteker yang sudah senior. Setiap AA mendapatkan
tanggung jawabdalam menjalankan tugas administrasi seperti laporan narkotika,
laporanpsikotropika, laporan barang rusak dan kadaluarsa, laporan penjualan
bebas, danrekapitulasi tagihan resep kredit ke beberapa instalasi. Hal ini
memudahkan dalam pengawasan pengelolaan obat yang ada.
Kegiatan yang terjadi di Kimia Farma No.1 meliputi proses kegiatan
perencanaan perbekalan farmasi yang akan dibeli, pengadaan, pembelian, dan
penyaluran obat. Kegiatan perencanaan dilakukan untuk mencegah terjadinya
kelebihan perbekalan farmasi yang tersimpan lama serta untuk meningkatkan
penggunaan perbekalan farmasi secara efektif dan efisien. Perencanaan di Apotek
Kimia Farma No.1 dilakukan berdasarkan analisa pareto pada periode sebelumnya
dan berdasarkan buku defekta yang dipegang oleh masing-masing pegawai.
Perencanaan dengan cara kombinasi ini dilakukan dengan harapan perencanaan
yang dilakukan lebih valid. Selain itu, ada beberapa kelemahan jika menggunakan
satu metode saja. Pada metode analisis pareto, sistem komputerisasi yang
diterapkan di Apotek Kimia Farma no 1 untuk melakukan analisa pareto ini belum
Universitas Indonesia
stok obat dilemari penyimpanan (penyimpanan yang tidak rapi, tercecer ditempat
lain atau persediaan rusak atau hilang). Perencanaan yang baik dapat mencegah
kekosongan maupun kelebihan persediaan. Oleh karena itu, jumlah stok barang di
komputer diharapkan dapat sama dengan stok fisik.
Khusus untuk obat dalam golongan narkotika dan psikotropika, pengadaan
dilakukan dengan cara melakukan pemesanan langsung dengan lembar Surat
Pemesanan (SP) khusus. SP Narkotika dan SP psikotropika yang telah dibuat
harus dibuat dengan mencantumkan nama dan SIPA Apoteker Pengelola Apotek
(APA). SP narkotika dengan SP psikotropika sedikit berbeda dengan pemesanan
narkotika hanya boleh satu obat satu SP sedangkan pada psikotropika
diperbolehkan satu SP dengan beberapa obat, maksimal 3 obat untuk 1 PBF yang
sama.Untukpemesanan narkotika, pemesanan dilakukan ke PBF Kimia Farma
selaku distributor tunggal tetapi tidak untuk psikotropik dimana dapat dipesan
melalui BM.
Perbekalan farmasi yang telah diterima bersama dropping, dilakukan
pemeriksaan kesesuaian antara barang yang diterima dengan dropping lalu
disesuaikan antara dropping dengan BPBA yang dibuat.Ketika melakukan
pemeriksaan, barang-barang yang diterima juga diperiksa jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, tanggal kadaluarsa, dan harga yang tertera. Apabila ditemukan
ketidaksesuaian, maka petugas apotekdapat langsung mengkonfirmasikan kepada
petugas DC.Pendistribusian barang dari gudang DC ke apotek dilakukan 10 hari
sekali setelah dilakukan defekta terlebih dahulu.
Penyimpanan obat sebaiknya menerapkan prinsip First In First Out
(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO) serta didukung dengan catatan
penyimpanan yang untuk mengontrol sediaan farmasi baik secara manual maupun
komputerisasi. Prinsip FIFO dilakukan secara baik di Apotek ini dikarenakan
perputaran obat di Apotek sangat cepat.Namum pada saat dilakukan stock
opname, jika ditemukan barang yang mendekati kadaluarsa, barang tersebut akan
dipisahkan dengan memasukkannya ke kantong plastic dan memberi label
kadaluarsanya agar barang tersebut menjadi paling cepat dikeluarkan.Setiap
petugas apotek yang diberi tanggung jawab untuk mengontrol stok obat yang ada
di lemari penyimpanan sebaiknya lebihdapat mengoptimalisasi kerjanya agar
Universitas Indonesia
Setelah pasien membayar, maka resep dapat disiapkan oleh petugas yang
berbeda. Petugas yang berbeda diharapkan terjadibeberapa kali pengecekan dari
awal resep diterima sampai obat akan diserahkan kepada pasien sehingga dapat
menghindari kesalahan dalam dispensing obat.Ketika melakukan dispensing obat,
salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah pengambilan obat yang tepat dan
pembuatan etiket obat.Etiket obat harus mencantumkan nama pasien, tanggal
pemberian resep, nama obat,jumlah obat, dan tanggal kadaluarsa disamping aturan
pakai obat. Hal ini sesuai dengan GPP dan bertujuan untukmenjamin keamanan
pasien dalam menggunakan obat. Dalam penulisan etiket,terkadang dokter tidak
menulis waktu pemakaian obat (sebelum/ sesudah makan,pagi/ siang/ sore/
malam), sehingga apoteker tidak mencantumkannya dalam etiket. Namun,
sebaiknya apoteker dapat mengetahui dan memberikan informasiwaktu pemakaian
obat yang lebih efektif dan menuliskannya di etiket. Untuk pemakaian obat
antibiotik, apotek telah menyediakan stiker khusus yang berisi perhatian untuk
meminum habis obat antibiotik tersebut serta peringatan untuk sirup kering
antibiotik penggunaannya maksimal 7 hari setelah direkontitusi.
Penyerahan obat kepada pasien dilakukan oleh Apoteker yang sedang
bertugas saat itu. Penyerahan obat kepada pasien disertai dengan pemberian
informasi obat yang meliputi nama obat dan indikasi atau kegunaannya, cara
penggunaan obat, aturan pakai dari obat dan menunjukkan waktu kadaluarsa obat
ke pasien (jika pasien bertanya). Selain itu, pasien juga diberikan beberapa
informasi penting lainnya seperti jika obat berupa antibiotik maka obat tersebut
harus dihabiskan, untuk beberapa obat-obatan yang harus diminum saat perut
kosong maka pasien harus duberitahu waktu minum obatnya dapat 1 jam sebelum
makan atau 2 jam sesudah makan dan jika obat-obatan menyebabkan kantuk maka
pasien harus menghindari berkendara sesudah mengkonsumsi obat tersebut. Di
Apotek Kimia Farma no 1, penjelasan mengenai informasi seperti ini selain
diberitahukan secara lisan juga di kantong obat diberikan stiker mengenai
penjelasan ini (Lampiran 15). Informasi yang diberikan kepada pasien ini harus
dipastikan tersampaikan dengan jelas kepada pasien dan pasien memahami apa
yang disampaikan oleh Apoteker.
Universitas Indonesia
tanggal, bulan, dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan ditempat yang telah
ditentukan. Penyimpanan resep secara berurutan danteratur dimaksudkan untuk
memudahkan petugas jika sewaktu-waktu diperlukan dalam penelusuran
resep.Resep narkotika dan psikotropika disimpan terpisah untuk memudahkan
penyusunan laporan ke Dinas Kesehatan wilayah setempat. Penyimpanan
disatukan bersama dengan arsip laporan bulanan narkotika dan psikotropika.
Semua resep disimpan selama 3 tahun sebelum dimusnahkan. Pelaporan
penggunaan narkotika dan psikotropika dilakukan sebulan sekali dengan
menyerahkan Laporan Penggunaan Sediaan jadi Narkotika dan Laporan
Penggunaan Sediaan Jadi Psikotropika ke Kepala Dinas Kesehatan Jakarta, Balai
POM, danarsip untuk apotek. Penyusunan laporan dilakukan oleh asisten apoteker
yang diberikan tanggung jawab olehAPA.
Untuk pengelolaan kegiatan administrasi dan keuangan di Kimia Farma,
digunakanKomputer Informasi Sistem (KIS) untuk seluruh Apotek Kimia Farma
yang ada di Indonesia.Denganadanya KIS maka kegiatan yang berhubungan
dengan administrasi apotek dapat dilakukan dengan cepat dan terkontrol. Petugas
kasir kecil (kasir di apotek) dapat menyetorkan uang hasil penjualan setiap shift
dengan menyertakan bukti setorankasir.Bukti setoran kasir akan dicocokkan
terlebih dahulu jumlahnya denganLaporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH) oleh
supervisorsebelum diserahkan kepada kasir besar di BM. Jumlah fisik uang
dengan jumlah penjualan yangada di LIPH harus sama, jika terjadi
ketidakcocokan maka harus dicaripenyebabnya apakah ada transaksi yang belum
dimasukkan atau ada penyebablainnya. Untuk menghindari kemungkinan
terjadinya penyimpangan uang, kasir kecil tidak bisa membuka LIPH. LIPH
hanya dapat dibuka oleh petugas-petugas tertentu seperti supervisor dan petugas
administrasi kas bank sehingga mekanisme pengontrolan uang dapat dilakukan
dengan baik untuk mencegah kehilangan uang. Secara umum, fungsi keuangan di
apotek ini telah berjalan dengan baiksesuai dengan standar prosedur operasional
yang ditetapkan.
Penilaian terhadap pelayanan apotek dapat dilihat dari dua indikator, yaitu
omset penjualan dan tingkat keluhan pasien.Jika omset tahun ini lebih besar dari
pada tahun sebelumnya dan tingkat keluhan pasien 0%, maka fungsi pelayanan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
a. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang berjalan rutin di Apotek Kimia
Farma no. 1 meliputi pelayanan resep kredit, pelayanan resep tunai,
pelayanan swamedikasi, pelayanan swalayan obat, pelayanan alat
kesehatan dan menajemen perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan.
b. Peran dan fungsi apoteker di apotek, terutama dalam aspek profesional
yang mencakup ilmu kefarmasian dan pelayanan kefarmasian di Apotek
adalah memberikan pelayanan informasi obat, konseling mengenai
pengobatan kepada pasien dan memberikan rekomendasi atas obat kepada
pasien swamedikasi.
c. Peran dan fungsi apoteker dalam aspek manajerial adalah melakukan
proses pengelolaan barang di Apotek mulai dari perencanaan dan
pengadaan barang di Apotek, penerimaan barang di Apotek, penyimpanan
barang dan penyalurannya hingga penanganannya ketika terjadi
pemusnahanan barang dan resep. Selain itu, Apoteker juga harus tetap
melakukan pengawasan agar kegiatan pelayanan kefarmasian di Apotek
tetap berjalan dengan standar. Apoteker juga berperan dalam pengelolaan
keuangan di Apotek.
5.2 Saran
a. Apotek Kimia Farma no 1 harus mulai disiplin dalam melaksanakan kartu
stok ketika mengambil barang agar stok barang dapat dipantau dengan
menggunakan kartu stok manual atau stok di komputer.
b. Penataan barang-barang di gudang stok harus mulai ditata dengan baik
karena ada beberapa kejadian dimana petugas tidak menemukan barang
yang dicari karena penataan gudang yang kurang rapi. Barang harus mulai
dipikirkan ditata menurut abjad atau menurut kelas terapi seperti yang
dilakukan pada barang yang didisplay.
61 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
63 Universitas Indonesia
Manajer Apotek
pelayanan
(APA)
Apoteker
Pendamping
Supervisor
Juru Racik
Kasir Cleaning
Service
Satpam
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Penerimaan Resep
Dispensing obat
Pemberian etiket
Penyerahan obat
Universitas Indonesia
Nomor BPBA :
Tanggal :
Jml.
No Nama Obat Ktgr Stock Avg. Jual Jumlah Kemasan Jml Beri Hrg. Satuan Permintaan
No Lokasi Nama Obat QTY DROP BONUS Kms Hrg Satuan Hrg Utuh Disc 1 Disc 2 Total
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
(a)
(b)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Lampiran 22. Kasir, Tempat Penyerahan Resep dan Tempat Pengambilan Obat
Universitas Indonesia
Lampiran 23. Lemari Obat Berdasarkan Alfabetis, Farmakologis dan Kondisi Penyimpanan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
ANGKATAN LXXVIII
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM PROFESI APOTEKER
DEPOK
JUNI 2014
ii
Laporan praktek, Dyah Ayuwati Waluyo, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI
iii
Laporan praktek, Dyah Ayuwati Waluyo, FFar UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
iv
Laporan praktek, Dyah Ayuwati Waluyo, FFar UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Data Sepuluh Besar Pola Penyakit Berdasarkan Resep di Kimia
Farma No 1 pada bulan Februari 2014 ..................................................................... 14
v
Laporan praktek, Dyah Ayuwati Waluyo, FFar UI, 2014
DAFTAR RUMUS
vi
Laporan praktek, Dyah Ayuwati Waluyo, FFar UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
vii
Laporan praktek, Dyah Ayuwati Waluyo, FFar UI, 2014
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Berdasarkan Kepmenkes RI 1027 tahun 2014, Apotek adalah tempat
tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,
perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Berdasarkan PP 51 tahun 2009,
pekerjaan kefarmasian meliputi pembuatan, termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengelolaan, penyimpanan, dan distribusi obat atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atau resep dokter, pemberian informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. Untuk menjalankan
pekerjaan kefarmasian, baik ketika melakukan pelayanan resep maupun
menyediakan perbekalan yang bermutu, apotek sebagai tempat pelayanan
kesehatan memerlukan suatu perencanaan yang baik dalam melakukan
pengelolaan barang di apotek.
1. 2 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apoteker
Universtas Indonesia di Apotek Kimia Farma No. 1 adalah :
a. Mengetahui dan menganalisa pola penyakit di Apotek Kimia Farma No.
1 pada bulan Februari 2014
b. Mengetahui dan merencanakan pengelolaan obat-obatan berdasarkan
pola penyakit
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
c) Kombinasi VEN-ABC
Analisis ABC mengkategorikan item berdasarkan volume dan nilai
penggunaannya selama periode waktu tertentu, biasanya 1 tahun. Analisis
VEN-ABC menggabungkan analisis PARETO dan VEN dalam suatu matrik
Universitas Indonesia
sehingga analisisnya menjadi lebih tajam. Matrik dapat dijadikan dasar dalam
menetapkan prioritas untuk menyesuaikan anggaran atau perhatian dalam
pengelolaan persediaan. Jenis barang yang bersifat vital (VA, VB, VC)
merupakan pilihan utama untuk dibeli. Demikian pula dengan barang yang non
essensial tetapi menyerap banyak anggaran (NA, NB) juga dijadikan prioritas
untuk dibelanjakan, sedangkan barang Non Esensial dan bernilai kecil (NC)
dibelanjakan bila ada sisa anggaran.
V E N
A VA EA NA
B VB EB NB
C VC EC NC
Universitas Indonesia
BAB 3
DESKRIPSI KEGIATAN
(3.1)
Keterangan:
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
= Tingkat Kepercayaan ( = 0,05)
10 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
12 Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Tabel 4.1 Data Sepuluh Besar Pola Penyakit Berdasarkan Resep di Kimia
Farma No 1 pada Bulan Februari 2014
No Nama Penyakit Jumlah Presentase
Gangguan
1 saluran cerna 54 17.70%
2 ISPA, asma 48 15.74%
Flu, demam,
3 pilek 23 7.54%
4 Alergi 19 6.23%
Hipertensi dan
penyakit
5 jantung lainnya 17 5.57%
6 OA/RA 14 4.59%
7 Infeksi 13 4.26%
8 Kolesterol 13 4.26%
9 Nyeri 12 3.93%
10 Ibu hamil 10 3.28%
Universitas Indonesia
obat-obatan yang dapat disediakan pada bulan selanjutnya atau bulan lain dengan
kondisi sama adalah obat-obat gangguan saluran pencernaan, obat untuk saluran
napas, antibiotik, obat-obat antihipertensi, obat anti alergi, analgesik dan beberapa
multivitamin yang sering diresepkan. Akan tetapi, data dari analisa pola penyakit
pada bulan Februari ini belum dapat menggambarkan kebutuhan dari Apotek
Kimia Farma No 1. Untuk itu Apotek Kimia Farma No 1 perlu melakukan analisa
pola penyakit ini setiap bulannya selama 1 tahun untuk dapat menggmbarkan pola
kebutuhan obat di apotek.
Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Pada Bulan Februari 2014, penyakit yang sering terjadi di Kimia Farma
No.1 yaitu Gangguan saluran cerna (17.70%), Infeksi saluran pernapasan
atas (15.74%), Flu (7.54%), Alergi (6.23%) dan Hipertensi dan penyakit
jantung lainnya (5.57%).
b. Pengadaan barang untuk bulan selanjutnya dapat berdasarkan penyakit
yang sering muncul tadi, seperti obat-obat gangguan saluran pencernaan,
obat untuk saluran napas, antibiotik, obat-obat antihipertensi, obat anti
alergi, analgesik dan beberapa multivitamin yang sering diresepkan.
Selain pola pengadaan berdasarkan data penyakit tadi dapat digunakan
untuk bulan berikutnya, pengadaan seperti disebutkan sebelumnya juga
dapat digunakan pada bulan-bulan yang memiliki kondisi cuaca sama
atau mirip dengan bulan Februari tahun 2014 ini.
5.2 Saran
a. Pelaksanaan analisa pola penyakit berdasarkan resep di Apotek Kimia
Farma No. 1 ini harus dilaksanakan tiap bulannya dan direkapitulasi
selama setahun atau dilaksanakan tiap tahun untuk lebih menggambarkan
penggunaan obat-obatan yang diperlukan di Apotek Kimia Farma No 1
sehingga data dari analisa pola penyakit selama 1 tahun tersebut dapat
dijadikan dasar perencanaan obat di tahun selanutnya.
17 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Universitas Indonesia
18
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
33 Hiperlipidemia 1 0.33%
34 Batu empedu 1 0.33%
Terapi pasca
35 operasi 1 0.33%
36 TBC 1 0.33%
Jumlah 305 100.00%
Universitas Indonesia