Anda di halaman 1dari 17

Asma Bronkial

Catatan Kuliah
MEP ISMKI
Wilayah 3 2020

&

Himpunan Mahasiswa Pendidikan Dokter


Universitas Gadjah Mada
#CINTAISMKI

POKOK BAHASAN : Sistem Respirasi


SUB POKOK BAHASAN : Asma Bronkial

1.1 PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat mengenai Sub Pokok Bahasan

Asma bronkial merupakan gangguan inflamasi kronis yang ditandai dengan


wheezing, sesak napas, dada sesak, batuk, dan terjadi berulang. Asma disebabkan oleh
predisposisi gen serta berbagai faktor lingkungan.
B. Penulis

Nama : Ivan Zain

Organisasi : Himpunan Mahasiswa Pendidikan Dokter

Universitas : Gadjah Mada


C. Kompetensi

Menurut SKDI 2012, Asma Bronkial termasuk dalam Tingkat Kemampuan 4:


mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas. 4A. Kompetensi
yang dicapai saat lulus dokter.

D. Petunjuk Belajar

Mahasiswa diharapkan sudah memahami anatomi, histologi, dan fisiologi tractus


respiratorius serta imunologi dasar.

1.2 ISI
A. Definisi
Gangguan inflamasi kronis saluran pernapasan yang ditandai dengan wheezing, sesak
napas, dada sesak, batuk, dan terjadi berulang. Asma disebabkan oleh inflamasi kronis
saluran napas yang kemudian menyebabkan kontraksi bronkus sehingga aliran udara
menjadi terbatas termasuk juga dengan penumpukan mukus dan proses inflamasi yang

2
#CINTAISMKI

diperantarai sel inflamasi. Asma umumnya bersifat reversibel dengan terapi maupun tanpa
terapi. Asma bersifat fluktuatif tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat
hingga mengakibatkan kematian.
B. Epidemiologi
Data CDC (2001-2003) prevalensi asma sebesar 6,7% pada dewasa dan 8,5% pada
anak-anak. Sebelum pubertas, prevalensi asma lebih tinggi pada laki-laki daripada
perempuan. Prevalensi menjadi seimbang antara laki-laki dan perempuan pada remaja.
Riskesdas 2013 melaporkan prevalensi asma di Indonesia sebanyak 4,5% dari populasi
dengan jumlah kumulatif kasus asma sekitar 11.179.032. Asma menyebabkan disabilitas
dan kematian dini pada anak usia 10-14 tahun dan orang tua usia 75-79 tahun.
C. Etiologi
- Pajanan terhadap faktor pencetus seperti alergen dan virus
- Cuaca dingin
- Aktivitas fisik
- Refluks gastroesofageal
- Ketidakstabilan emosi
D. Faktor Resiko
Faktor genetik:
- Ras
- Jenis kelamin
- Atopi/alergi bronkus
- Hipereaktivitas saluran pernapasan
- Predisposisi genetik

Faktor lingkungan:

- Alergen di dalam ruangan (tungau, debu rumah, bulu kucing, dll)


- Alergen di luar rumah (serbuk sari)
- Iritasi pekerjaan
- Asap rokok

3
#CINTAISMKI

- Infeksi virus respirasi


- Emosi
- Aktivitas fisik
- Iritasi bahan kimia
- Polusi udara
- Olahraga (exercise induced asthma).
- Perubahan cuaca
- Penggunaan obat-obatan (aspirin, NSAID, dan beta-blocker)
E. Patofisiologi/Patomekanisme
Penyempitan saluran napas disebabkan karena lepasnya mediator inflamasi dari sel
mast yang banyak terdapat pada mukosa bronkus, lumen jalan napas, dan membran basal.
Selain itu terdapat juga bebagai sel yang dapat melepaskan mediator yaitu makrofag
alveolar, eosinofil, neutrofil, platelet, limfosit, dan monosit. Pelepasan mediator inflamasi
disebabkan oleh berbagai faktor pencetus yang telah disebutkan diatas.
Mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel-sel tersbebut berupa leukotriens,
tromboksans, PAF, histamin, prostaglandin, dan protein sitotoksis yang menyebabkan
inflamasi dan kontraksi otot polos sehingga akan terjadi hipereaktivitas bronkus. Selain
itu juga mediator ini akan menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, peningkatan
sekreksi mukus, dan kontraksi otot polos bronkial.
Nervus vagus dan epitel jalan napas dapat berperan pada reaksi asma. Peregangan
vagus menyebabkan reflek bronkus. Mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan
makrofag membuat jalan napas lebih permeable dan memudahkan alergen masuk ke
tunica submucosa sehingga memperbesar reaksi.
F. Manifestasi Klinis
- Pada dewasa tanpa serangan

Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru

Intermitten Bulanan APE ≥ 80%

4
#CINTAISMKI

- Gejala < ≤ 2 kali sebulan - VEP1 ≥ 80%


1x/minggu nilai prediksi
- Tanpa gejala APE ≥ 80%
diluar nilai terbaik
serangan - Variabiliti
- Serangan APE < 20%
singkat
Mingguan APE > 80%

- Gejala > > 2 kali sebulan - VEP1 ≥ 80%


1x/minggu nilai prediksi
tetapi < 1x/ APE ≥ 80%
Persisten ringan hari nilai terbaik
- Serangan - Variabiliti
mengganggu APE 20-30%
aktivitas dan
tidur

Harian APE 60-80%

- Gejala setiap > 2 kali sebulan - VEP1 60-


hari 80% nilai
- Serangan prediksi APE

Persisten sedang mengganggu 60-80% nilai


aktivitas dan terbaik
tidur - Variabiliti
- Membutuhkan APE >30%
bronkodilator
setiap hari

Persisten berat Kontinyu APE ≤ 60%

5
#CINTAISMKI

- Gejala terus Sering - VEP1 ≤ 60%


menerus nilai prediksi
- Sering kambuh APE ≤ 60%
- Aktivitas fisik nilai terbaik.
terbatas - Variabiliti
APE >30%

- Pada anak-anak tanpa serangan


Parameter klinis,
Asma episodik Asma episodik Asma persisten
kebutuhan obat,
jarang sering (asma berat)
dan faal paru
(asma ringan) (asma sedang)
asma
Frekuensi < 1x/bulan > 1x/bulan Sering
serangan
< 1 minggu > 1 minggu Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
Lama serangan periode bebas
serangan

Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat

Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan


Diantara serangan malam

Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu

Normal (tidak Mungkin Tidak pernah


Pemeriksaan fisik ditemukan terganggu normal
diluar serangan kelainan) (ditemukan
kelainan)

6
#CINTAISMKI

Obat pengendali Tidak perlu Perlu Perlu


(anti inflamasi)

Uji faal paru PEF atau FEV1 PEF atau FEV1 PEF atau FEV1

(diluar serangan) >80% <60-80% <60%

Variabilitas faal Variabilitas >15% Variabilitas >30% Variabilitas 20-

paru (bila ada 30%. Variabilitas

serangan) >50%

- Asma saat serangan


Parameter
klinis, faal Ancaman
Ringan Sedang Berat henti napas
paru,
laboratorium
Berjalan Berbicara Istirahat
Bayi: Bayi: Bayi:
- Menangis - Tangis - Tidak
keras pendek dan mau
Sesak
lemah. makan
(breathless)
- Kesulitan atau
menetek minum
atau
makan.
Bisa Lebih suka Duduk
Posisi berbaring duduk bertopang
lengan
Kalimat Penggal Kata-kata
Bicara
kaliamat

7
#CINTAISMKI

Mungkin Biasanya Biasanya Kebingungan


Kesadaran
iritabel iritabel iritabel

Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata

Sedang, Nyaring, Sangat Sulit atau


sering hanya sepanjang nyaring, tidak
Wheezing pada akhir ekspirasi ± terdengar terdengar
ekspirasi inspirasi tanpa
stetoskop
Biasanya Biasanya ya ya Gerakan
Penggunaan tidak paradoks
otot bantu torako-
respirasi abdominal

Dangkal, Sedang, Dalam, Dangkal atau


retraksi ditambah ditambah hilang
Retraksi
interkostal retraksi napas cuping
suprasternal hidung
Takipneu Takipneu Takipneu Bradipneu

Frekuensi napas pada anak:


Frekuensi - < 2 bulan (< 60)
napas - 2-12 bulan (< 50)
- 1-2 tahun (< 40)
- 6-8 tahun (< 30)

Normal Takikardi Takikardi Bradikardi

Frekuensi nadi Frekuensi nadi pada anak:


- 2-12 bulan (< 160)
- 1-2 tahun (< 120)

8
#CINTAISMKI

- 6-8 tahun (< 110)

Tidak ada (< Ada (10-20 Ada (>20 Tidak ada,

Pulsus 10 mmHg) mmHg) mmHg) tanda

paradoksus kelelahan otot


respiratorik

PEFR atau > 60% 40-60% <40%


FEV1 pra
bronkodilator
PEFR atau > 80% 60-80% < 60%,
FEV1 pasca respons < 2
bronkodilator jam
SaO2 % >95% 91-95% ≤ 90%
Normal > 60 mmHg < 60 mmHg
(biasanya
PaO2
tidak perlu
diperiksa)
PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg

G. Diagnosis
Anamnesis:
- Terdapat lebih dari satu gejala (mengi, sesak, dada terasa berat) pada dewasa muda
- Gejala memberat pada malam hari atau pagi dini hari
- Gejala bervariasi waktu dan intensitasnya
- Gejala dipicu oleh infeksi, virus, aktivitas fisik, pajanan alergen, perubahan cuaca,
tertawa, iritan seperti asap kendaraan, rokok, atau bau yang menyengat

Pemeriksaan fisik:

- Hiperinflasi dada

9
#CINTAISMKI

- Chest indrawing
- Ekspirasi memanjang dengan mengi saat pemeriksaan auskultasi
- Mengi dapat tidak terdengar pada pasien dengan eksaserbasi asma berat karena
penurunan aliran napas (silent chest)
- Penggunaan otot bantu napas (retraksi otot sternokleidomastoideus) sebagai indikator
obstruksi berat
- Peningkatan laju napas (RR), takikardi, dan pulsus paradoksus pada serangan berat
- Pasien tampak gelisah dan sianosi

Pemeriksaan penunjang:

- Pemeriksaan puncak ekspirasi menggunakan peak flowmeter


- Pemeriksaan faal paru dengan spirometer
- Analisis gas darah dapat menunjukkan asidosis metabolik pada asma berat
- Darah lengkap dan elektrolit dapat digunakan untuk memeriksa kadar eosinophil
dalam darah serta menyingkirkan etiologi lain)
- Foto rontgen thorax pada pasien asma yang tidak merespon terapi setelah 6—12 jam
- Monitor irama jantung pada pasien lansia dan penderita asma disertai penyakit
jantung
- Pengukuran saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximetry
- Pemeriksaan skin prick untuk mengetahui resiko alergen pada penderita
H. Diagnosis Banding
Pada anak-anak:
- Rhinosinusitis
- Refluks gastroesofageal
- Infeksi respiratorik bawah viral yang berulang
- Displasia bronkopulmoner
- Tubekulosis
- Malformasi kongenital yang menyebabkan penyempitan saluran respiratorik
intratorakal

10
#CINTAISMKI

- Aspirasi benda asing


- Defisiensi imun
- Penyakit jantung kongenital.

Pada orang dewasa:

- Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)


- Bronkitis kronik
- Gagal jantung kongestif
- Batuk kronis akibat penyebab lain-lain
- Disfungsi laring
- Obstruksi mekanis
- Emboli paru
I. Penatalaksanaan
Tatalaksana non farmakologis:
- Identifikasi serta pengendalian faktor pencetus asma
- Menjaga kebugaran
- Edukasi pasien

Tatalaksana farmakologis:

- Obat Pereda atau reliever (mengatasi eksaserbasi)

Salbutamol
- Oral
0,1-0,15 mg/KgBB/kali setiap 6 jam
Golongan β agonis kerja pendek atau
- Inhalasi
short acting β-2 agonist (SABA).
0,1-0,15 mg/KgBB (maksimum 5
mg/kali), interval 20 menit
- Subkutan
0,20 μg/KgBB/kali

11
#CINTAISMKI

Terbutalin
- Oral
0,05-0,1 mg/KgBB/kali, setiap 6
jam
- Inhalasi
2,5 mg/kali
- Subkutan
5-10 μg/KgBB/kali

Aminofilin
- Dosis inisial
Jika belum mendapatkan aminofilin
Golongan methyl-xanthine (teofilin 6-8 mg/KgBB dilarutakan dalam 20
kerja cepat) mL dektrosa 5%/NS diberikan
Diberikan pada serangan asma berat dalam 20-30 menit. Jika sudah
yang tidak merespon dengan pemberian mendapatkan aminofilin berikan
kombinasi SABA, antikolinergik, serta setengah dosis.
steroid. - Dosis rumatan
0,5-1 mg/KgBB/jam. Dosis
maksimal 16-20 mg/KgBB/hari

Golongan antikolinergik Ipratropium bromida


Penggunaan SABA dan ipratropium Nebulisasi 0,1 mL/KgBB setiap 4 jam
bromida memberikan efek yang lebih
baik daripada penggunaan terpisah.
Metilprednisonolon IV
Golongan kortikosteroid sistemik
Dosis 1 mg/KgBB setiap 4-6 jam
Diberikan apabila terapi inisiasi SABA
gagal mencapai perbaikan klinis atau Hidrokortison IV
serangan asma tetap terjadi walaupun Dosis 4 mg/KgBB setiap 4-6 jam

12
#CINTAISMKI

sudah menggunakan kortikosteroid Deksametason IV


inhalasi atau serangan asma ringan Bolus 0,5-1 mg/KgBB dilanjutkan 1
dengan riwayat serangan asma berat. mg/KgBB/hari diberikan setiap 6-8 jam

Prednison, predinisolon, triamsinolon


oral
Dosis 1-2 mg/KgBB/hari 2-3 kali/hari
selama 3-5 hari.

- obat pengendali atau controller (mencegah kekambuhan)


Obat β agonis kerja Panjang atau Salmeterol inhalasi
long action β agonist (LABA) Dosis untuk > 4 tahun 50 μg/inhalasi 2
Kombinasi steroid inhalasi dengan kali sehari
LABA memberikan hasil yang lebih
Formoterol inhalasi
baik daripada meningkatkan dosis
Dosis untuk > 5 tahun 12 μg/inhalasi 2
steroid inhalasi. Kombinasi tersedia
kali sehari
dalam satu paket.
Budesonide (asma episodik sering)
- usia < 12 tahun 100-200 μg
- usia > 12 tahun 200-400 μg

Budesonide (asma persisten)


- usia < 12 tahun 200-400 μg
Golongan anti inflamasi steroid - usia > 12 tahun 400-600 μg

Fluticasone (asma episodik sering)


- usia < 12 tahun 50-100 μg
- usia > 12 tahun 100-200 μg

Fluticasone (asma persisten)

13
#CINTAISMKI

- usia < 12 tahun 100-200 μg


- usia > 12 tahun 200-300 μg

Prednison
Dosis 1-2 mg/KgBB/hari kemudian
diturunkan hingga dosis terkecil yang
diberikan selang sehari pada pagi hari

Zafirlukast
Golongan antileukotrien - usia < 5 tahun tidak digunakan
Kontraindikasi pada gangguan fungsi - usia 5-11 tahun 2 x 10 mg/hari po ac
hati. - usia > 12 tahun 2 x 20 mg/hari po ac

Golongan teofilin lepas lambat Kurang dianjurkan

Golongan anti inflamasi nonstreoid Sudah tidak digunakan


(sodium kromogilat, nedokromil)

J. Komplikasi
- Pneumotoraks
- Pneumomediastinum
- Gagal napas
- Asma resisten terhadap steroid
K. Pencegahan
- Memberikan infromasi dan edukasi kepada individu dan keluarga mengenai seluk
beluk penyakit, sifat penyakit, perubahan penyakit, jenis dan mekanisme kerja obat-
obatan dan mengetahui kapan harus meminta pertolongan dokter
- Kontrol teratus untuk memonitor berat asma secara berkala
- Menerapkan pola hidup sehat

14
#CINTAISMKI

- Menjelaskan pentingnya melakukan pencegahan dengan menghindari setiap pencetus


dan menggunakan bronkodilator atau steroid inhalasi sebelum melakukan aktivitas
fisik
L. Prognosis
Prognosis asma bronkial umumnya bonam. Mortalitas terjadi lebih banyak pada
pasien dewasa daripada anak-anak.

1.3 PENUTUP
A. Rangkuman
Asma bronkial merupakan suatu gejala hiperaktivitas bronkus yang ditandai dengan
wheezing, sesak napas, dada sesak, batuk, dan terjadi berulang. Hiperaktivitas pada
saluran napas ini terjadi karena pajanan alergen, suhu dingin, aktivitas fisik, dan emosi.
Pajanan alergen kemudian menyebabkan sel mast menjadi tersensitisasi dan
mengeluarkan berbagai mediator inflamasi. Asma bronkial dapat didiagnosis berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun penunjang. Pemeriksaan penunjang yang
dianjurkan adalah yang digunakan untuk mengecek faal paru. Terdapat dua jenis
pengobatan yang dilakukan untuk penderita asma. Pengobatan ini berupa obat pereda dan
obat pengendali. Menemukan faktor penyebab asma serta edukasi pasien merupakan
langkah penting untuk mencegah asma kambuh.
B. Tes Formatif (boleh berupa MCQ atau Isian)
Tn. Aditya berumur 30 tahun datang ke IGD RSUP Sardjito dengan keluhan sesak napas
sejak 2 jam yang lalu. Pasien memiliki riwayat asma sejak kecil. Keluhan sesak napas
telah dirasakan pasien 3 kali dalam minggu ini. TD 120/65 mmHg, nadi 100 kali/menit,
frekuensi napas 29 kali/menit. Didapatkan wheezing di kedua lapang paru. Tatalaksana
yang tepat untuk pasien ini adalah?
a. Inhalasi β-2 agonis dan kortikosteroid
b. Inhalasi kortikosteroid
c. Inhalasi β-2 agonis dan kortikosteroid sistemik
d. Inhalasi β-2 agonis

15
#CINTAISMKI

e. Inhalasi β-2 agonis dan antikolinergik


C. Kunci Jawaban Tes Formatif
Inhalasi β-2 agonis dan kortikosteroid (A)

1.4 DAFTAR PUSTAKA


1. Arifputera A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 4. Jakarta: Media
Aesculapius. 2014.
2. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer Edisi 2. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia: 2014.
3. Menteri Kesehatan RI. PERMENKES No. 1023 Tahun 2008 Tentang Pedoman
Pengendalian Penyakit Asma. 2008.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2014.

16
#CINTAISMKI

BIOGRAFI PENULIS

Nama Lengkap : Ivan Zain


Alamat : Kota Malang
Riwayat Pendidikan :
- SD : Negeri Lowokwaru 3 Malang
- SMP : Negeri 20 Malang
- SMA : Negeri 3 Malang
Riwayat Organisasi : HMPD FK-KMK UGM
Kontak
• Email : ivan.zain@mail.ugm.ac.id
• Instagram : ivan.zain

17

Anda mungkin juga menyukai