ASMA BRONKIAL
Oleh :
Pembimbing:
1
BAB 1
PENDAHULUAN
2
memberikan kontribusi faktor pencetus serangan asma. Hal inilah yang dapat
menyebabkan terjadinya inflamasi kronis pada serangan asma.4
BAB 2
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
Tabel 2.1 Derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis (sebelum pengobatan) berdasarkan Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaa Asma
di Indonesia.
7
Derajat asma Gejala Gejala malam Faal paru
1. Intermitten Bulanan <2x sebulan - VEP1 ≥80% nilai
- gejala <1x/minggu prediksi
- tanpa gejala diluar - APE ≥80% nilai
serangan terbaik
- serangan singkat - Variasi APE
≤20%
- APE ≥80%
Tabel 2.2 Klasifikasi berat serangan asma akut berdasarkan Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia.
7
Gejala dan Berat serangan akut Keadaan
Tanda Ringan Sedang Berat mengancam jiwa
Sesak napas Berjalan Bicara Istirahat
Posisi Dapat tidur Duduk Duduk
terlentang membungkuk
Cara Satu kalimat Beberapa kata Kata demi
berbicara kata
5
Kesadaran Mungkin Gelisah Gelisah Mengantuk,
gelisah gelisah,kesadaran
menurun
Frekuensi <20/menit 20-30/menit >30/menit
napas
Nadi <100/menit 100-200/menit >120/menit Bradikardi
Pulsus - -/+ + -
Paradoksus 10 mmHg 10-20 mmHg >25 mmHg Kelelahan otot
Otot bantu - + + Torakoabdominal
napas dan paradoksal
retraksi
suprasternal
Mengi Akhir Akhir ekspirasi Silent chest
ekspirasi Inspirasi dan
paksa ekspirasi
APE >80% 60-80% <60%
PaO2 >80 mmHg 60-80 mmHg <60 mmHg
PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg
SaO2 >95% 90-95% <90%
7
akibat asma pada ras kulit hitam juga lebih tinggi, yaitu 3,34 per 1000
berbanding 0,65 per 1000 pada anak kulit putih.
5. Berat Badan Lahir
Berat badan lahir rendah berhubungan dengan fungsi pernapasan yang
lebih buruk. Terdapat proses perkembangan inutero yang tidak dapat digantikan
pada lingkungan pasca natal, hal ini menyebabkan fungsi respirasi yang lebih
rendah dan peningkatan kecenderungan asma hingga dewasa. Pada penelitian
analisis multivariate subjek yang memiliki berat badan lahir rendah memiliki
risiko 4,87 kali lebih besar untuk menderita asma dibandingkan subjek yang
lahir dengan berat badan cukup atau lebih.
b. Faktor Pencetus
1. Lingkungan
Adanya alergen di lingkungan hidup anak meningkatkan risiko penyakit
asma, alergen yang sering mencetuskan penyakit asma antara lain adalah
serpihan kulit binatang peliharaan, tungau debu rumah, jamur, dan kecoa.
2. Asap rokok
Prevalens asma pada anak yang terpajan asap rokok lebih tinggi daripada anak
yang tidak terpajan asap rokok. Risiko terhadap asap rokok sudah dimulai sejak
janin dalam kandungan, umumnya berlangsung terus setelah anak dilahirkan,
dan menyebabkan meningkatnya risiko. Pada anak yang terpajan asap rokok,
kejadian eksaserbasi lebih tinggi, anak lebih sering tidak masuk sekolah, dan
umumnya fungsi faal parunya lebih buruk daripada anak yang tidak terpajan.8
9
Gambar 2.1 Anatomy of Asthma Attack (Encyclopedia Britannica, 2001)
10
dengan bronkodilator dan anti inflamasi, dan faktor-faktor yang dapat mencetuskan
asma dan atopi dalam keluarga.13
2. Pemeriksaan fisik
Hasil yang didapat tergantung stadium serangan, lamanya serangan serta jenis
asmanya. Pada asma yang ringan dan sedang, tidak ditemukan kelainan fisik di luar
serangan. Kadang-kadang dapat ditemukan penyakit lain sebagai penyakit penyerta
berupa otitis media, konjungtivitis, rinitis, polip hidung, sinusitis atau hiperplasia
tonsil.
Pada inspeksi terlihat pernafasan yang cepat dan sukar, disertai batuk-batuk
paroksismal, dan ekspirium memanjang. Saat inspirasi terlihat retraksi daerah
supra klavikular, suprasternal, epigastrium, dan sela iga. Pada asma kronik, terlihat
bentuk toraks emfisematus, bongkok ke depan, sela iga melebar, dan diameter
anteroposterior toraks bertambah. Saat serangan berat terlihat tanda-tanda
kegelisahan sampai penurunan kesadaran, kesukaran berbicara, takikardi,
penggunaan otot bantu nafas, sianosis, hiperinflasi, dan pulsus paradoksus. Pada
perkusi terdengar hipersonor di seluruh toraks, terutama bagian bawah posterior.
Daerah pekak jantung dan hati mengecil.13
Pada auskultasi, awalnya terdengar bunyi nafas kasar/mengeras. Bila penyakit
makin berat, mengi dapat terdengar baik saat ekspirasi maupun inspirasi. Dalam
keadaan normal, fase ekspirasi 1/3-1/2 dari fase inspirasi. Saat serangan, fase
ekspirasi memanjang. Terdengar juga ronki kering dan ronki basah serta suara
lendir bila banyak sekresi bronkus.13
3. Uji faal paru
Uji faal paru yang paling sederhana adalah pemeriksaan arus puncak ekspirasi
(APE) dengan alat Mini Wright Peak Flow Meter. Pemeriksaan ini memiliki arti
bila dilakukan secara serial. Variabilitas nilai APE sebesar 20% atau lebih antara
pagi dan sore merupakan diagnostik asma. Pemeriksaan paru yang lebih akurat
adalah dengan spirometri, yaitu menentukan volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP1/Volume Ekspirasi Paksa detik pertama) dan rasio VEP1 terhadap kapasitas
vital paksa (KVP). Reversibilitas asma dapat dilihat dengan pengukuran faal paru
(APE atau VEP1) sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator, misalnya inhalasi
11
agonis β-2. Peningkatan APE atau VEP1 sebesar 15% atau lebih sesudah inhalasi
bronkodilator menunjukkan adanya reversibilitas penyakit.14
4. Pemeriksaan laboratorium
Pada penderita asma sering ditemukan eosinofilia. Uji kulit dengan alergen
merupakan pemeriksaan diagnostik pada asma alergi. Pemeriksaan IgE spesifik
dalam serum juga berguna dalam diagnostik asma alergi.
5. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan foto toraks tidak begitu penting untuk diagnosis asma.
Pemeriksaan ini berguna untuk menyingkirkan penyakit lain yang mempunyai
gejala mirip asma atau untuk melihat komplikasi penyakit seperti atelektasis,
pneumotoraks, pneumonia, dan fraktur iga. 7
6. Uji provokasi bronkus
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memperlihatkan dan mengukur derajat
hipereaktivitas bronkus yang terdapat pada penderita asma. Selain itu juga
dilakukan bila ada kecurigaan asma namun tidak ditemukan kelainan pada
pemeriksaan fisik dan faal paru. Uji provokasi ini dapat dilakukan dengan beban
kerja, hiperventilasi isokapnik, udara dingin, maupun dengan inhalasi spesifik atau
nonspesifik.7
7. Analisa gas darah
Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma yang berat.
Riwayat penyakit
Pemeriksaan fisik
12
Uji Tuberkulin
Patut diduga asma: Tidak jelas asma:
- Episodik - Timbul pada masa neonatus
- Nokturnal/morning drip - Gagal tumbuh
- Musiman - Infeksi kronik
- Pasca-aktivitas fisik berat - Muntah/tersedak
- Riwayat atopi pasien/keluarga - Kelainan fokal paru
- Kelainan sistem kardiovaskular
Berhasil
15
hipereaktivitas bronkus (HBR), contohnya asap rokok, bau-bauan merangsang,
exercise dan inducer, yang dapat menimbulkan inflamasi sehingga meningkatkan
HBR, contohnya alergen, infeksi pernafasan, bahan kimia.5
Identifikasi faktor pencetus dapat dilakukan oleh penderita, keluarga
penderita dengan bantuan dokter. Untuk pencetus berupa alergen dapat dilakukan
uji kulit (prick test). Identifikasi pencetus mutlak dilakukan dengan tujuan untuk
mencegah serangan dan mengurangi pemakaian obat-obatan.
2.9 Prognosa
Asma tidak dapat disembuhkan akan tetapi asma dapat dikontrol dan
penatalaksanaan asma bermaksud untuk memperbaiki kualitas hidup penderita
seoptimal mungkin sehingga penderita dapat hidup normal dalam menjalankan
kehidupannya sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
16
2. Dinas Kesehatan Kota Padang. 2014. Profil Kesehatan Tahun 2013. Diakses
dari www.dinkeskotapadang1.wordpress.com pada tanggal 20 Januari 2018
pukul 20.00 WIB
3. GINA. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. 2014 Diakses
dari www.ginasthma.org/local/uploads/files/GINA_Report_2014_Aug12.pdf
tanggal 20 Januari 2018 pukul 21.00
5. National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI). Guidelines for the
Diagnosis and Management of Asthma. 2007. hlm 213-252. Diakses dari
http://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/asthgdln.pdf pada tanggal 20
Januari 2018 pukul 20.25 WIB
8. Maitra, A & Kumar, V. Dalam (Kumar,V., Cotran, RS., Robbins, SL. Eds.)
Paru dan Saluran Napas Atas. Dalam: Buku Ajar Patologi Robbins vol 2. Edisi
7. Jakarta: ECG, 2007. hlm 511-514
9. Mitchell, RN & Kumar, V. Dalam: (Kumar,V., Cotran, RS., Robbin, SL. Eds.)
Penyakit Imunitas. Dalam: Buku Ajar Patologi Robbins. Vol.1. Edisi 7. Jakarta:
ECG. 2007. hlm 123-126
10. Global Burden of Disease Study (GBD). Global Burden Of Disease Due To
Asthma. 2014. Diakses dari www.globalasthmareport.org pada tanggal 20
Januari 2018 pukul 16.45 WIB
11. Busse,W & Lemanske, RF. Asthma. In: The New England Journal of Medicine.
Vol.344. No.5, 350-362. 2001. Diakses dari www.nejm.org tanggal 10 Januari
2015 pukul 17.15 WIB
12. Centers for Disease Control and Prevention’s (CDC’s) National Asthma
Control Program (NACP). An Investment in America’s Health. 2013. Diakses
dari www.cdc.gov/asthma/pdfs/investment_americas_health.pdf tanggal 20
Januari 2015 pukul 16.00 WIB
17
14. Fishman, AP., Elias, JA., Fishman, JA., Grippi, MA., Senior, RM., & Pack, AI.
Fishman’s Pulmonary Diseases and Dissorders. Vol.1. 4th Ed. China: The
McGraw-Hill Companies,Inc. 2008.
15. Holgate,S & Riccardo, P. Treatment strategies for allergy and asthma. In:
Nature Reviews Immunology 8, 218-230. 2008. Diakses dari
www.nature.com/nri/journal/v8/n3/fig_tab/nri2262_F1.html pada tanggal 20
Januari 2018 pukul 20.35 WIB
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
18
a. Nama/Kelamin/Umur : Hanifatul/Perempuan/5 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : Belum Bekerja/TK
c. Nomor Rekam Medis : 06-60
2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga
a. Status Perkawinan : Belum Menikah
b. Jumlah Saudara : 2 orang bersaudara
c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup
d. Kondisi Rumah :
-
Rumah semi permanen, perkarangan cukup luas, luas bangunan 45 m2
-
Ventilasi dan sirkulasi udara baik
-
Listrik ada
-
Sumber air : sumur
-
Kamar mandi/WC ada 1 buah, di dalam rumah
-
Sampah dibuang ke TPA
Kesan : hygiene dan sanitasi cukup baik
e. Kondisi Lingkungan Keluarga
-
Pasien tinggal bersama orang tua.
-
Tinggal di lingkungan pinggiran kota.
3. Aspek Psikologis di keluarga
-
Hubungan dengan keluarga baik
-
Faktor stress dalam keluarga tidak ada
4. Keluhan Utama : Sesak napas sejak 2 hari yang lalu
5. Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak nafas sejak 2 hari yang lalu, berbunyi menciut. sesak nafas
dipengaruhi oleh debu dan makanan yang manis seperti coklat.
Kadang-kadang mempengaruhi aktivitas pasien.
Sesak napas tidak dirasakan setiap hari. Sesak napas terutama pada
malam hari. Dalam waktu sebulan ini telah 2x pasien merasakan
sesak napas pada malam hari.
Riwayat demam tidak ada
Batuk ada sejak 2 hari yang lalu, berdahak dan berwarna putih
kental.
19
Riwayat nyeri dada tidak ada
Riwayat sering berkeringat pada malam hari tidak ada
Riwayat alergi kulit, kulit merah dan eksim (-)
Riwayat sering pilek, flu yang dipengaruhi cuaca dingin, disertai
bersin-bersin lebih dari 5x
6. Riwayat Penyakit dahulu / Penyakit Keluarga
-
Riwayat menderita penyakit asma sejak berusia 4 tahun tetapi tidak
terlalu menggangu aktivitas harian
-
Ibu pasien menderita penyakit asma seperti yang dialami pasien
7. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CMC
Nadi : 90 x/ menit
Nafas : 24 x/menit
Suhu : 36,7 0C
BB : 14 kg
TB : 120 cm
Status Internus
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Kulit : Turgor kulit normal
Dada :
Paru
Inspeksi : gerakan dinding dada simetris kiri = kanan saat statis dan
dinamis
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : ekspirasi memanjang, wheezing (+/+), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
20
Perkusi : Kiri : 1 jari medial LMCS RIC V
Kanan : LSD
Atas : RIC II
Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit
Palpasi : Nyeri tekan (-). Nyeri lepas (-), Hati dan lien tidak teraba,
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) N
Punggung
Inspeksi : gerakan dinding punggung simetris kiri = kanan
Palpasi : fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : ekspirasi memanjang, wheezing (+/+), ronkhi (-/-)
Anggota gerak : reflex fisiologis +/+, reflex patologis -/-, Oedem tungkai -/-
21
b. Promotif :
- Edukasi kepada orang tua pasien tentang tata cara menghindari faktor
pencetus
- Edukasi kepada orang tua pasien tentang penyakit dan penatalaksanaan
penyakit apabila dalam serangan.
c. Kuratif :
- Salbutamol tablet 2 mg (3 x 1 tab/hari)
- Prednison tablet 5 mg (3x1 tab/hari)
d. Rehabilitatif :
- Jika serangan asma semakin bertambah berat, maka segera konsulkan ke
puskesmas atau RS terdekat.
Dinas Kesehatan
Rumah Sakit
Dokter :
Tanggal :
Pro : Hanifatul
Umur : 5 tahun
Alamat :
22
BAB 4
DISKUSI
23
Seorang pasien perempuan usia 5 tahun datang ke RS pada tanggal 16
Januari 2018 dengan keluhan utama sesak napas sejak 2 hari yang lalu berbunyi
menciut. sesak nafas dipengaruhi oleh debu dan makanan yang manis seperti
coklat. Kadang-kadang mempengaruhi aktivitas pasien. Ini merupakan gejala asma.
Asma merupakan penyakit yang heterogen dengan kharakteristik adanya inflamasi
kronis saluran napas. Hal ini ditandai dengan adanya riwayat gejala saluran napas
berupa wheezing, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk yang bervariasi dari
waktu ke waktu serta intensitasnya, disertai adanya keterbatasan aliran udara
ekspirasi.
Sesak napas tidak dirasakan setiap hari. Sesak napas terutama pada malam
hari. Dalam waktu sebulan ini telah 2x pasien merasakan sesak napas pada malam
hari. Berdasarkan klasifikasi derajat asma berdasarkan gambaran klinis dalam
pedoman diagnosis dan penatalaksanaan asma di Indonesia, pasien ini termasuk
kedalam klasifikasi asma persisten ringan. Karena gejala sesak yang timbul pada
malam hari telah berlangsung ≥2x sebulan dan dapat mengganggu tidurnya.
Faktor pencetus asma dapat bermacam-macam, pada pasien ini
kemungkinan faktor pencetusnya adalah debu dan makanan yang manis seperti
coklat. Pasien juga tidak terdapat adanya demam, sehingga pada pasien ini
diklasifikasikan sebagai asma ekstrinsik yang dicetuskan oleh alergen dari luar
tubuh. Pada pasien terdapat batuk sejak 2 hari yang lalu. Pada asma ekstrinsik,
alergen menimbulkan reaksi yang hebat pada mukosa bronkus yang mengakibatkan
konstriksi otot polos, hiperemia, serta sekresi lendir yang tebal.
Penderita yang telah disensitisasi terhadap satu bentuk alergen yang
spesifik, akan membuat antibodi terhadap alergen yang dihirup itu. Antibodi ini
merupakan imunoglobulin jenis IgE. Antibodi ini melekat pada permukaan sel mast
pada mukosa bronkus. Bila satu molekul IgE yang terdapat pada permukaan sel
mast menangkap satu molekul alergen, sel mast tersebut akan memisahkan diri dan
melepaskan sejumlah bahan yang menyebabkan konstriksi bronkus. Salah satu
contohnya yaitu histamin dan prostaglandin. Hal ini juga menyebabkan sekresi
mukus yang berlebihan pada saluran napas. Hal ini dapat menimbulkan terjadinya
batuk.
24
Pasien memiliki riwayat sering pilek dan bersin-bersin lebih dari 5 kali
terutama pada cuaca dingin. Pasien juga mengalami sesak napas seperti ini saat usia
4 tahun dan ibu pasien memiliki riwayat asma. Hal ini menandakan pasien memiliki
riwayat atopi. Adanya atopi berhubungan dengan meningkatnya risiko asma
persisten dan beratnya asma. Predisposisi keluarga untuk mendapatkan penyakit
asma yaitu kalau anak dengan satu orangtua yang terkena mempunyai risiko
menderita asma 25%, risiko bertambah menjadi sekitar 50% jika kedua orangtua
menderita asma.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan ekspirasi memanjang dan wheezing. Hal
ini diakibatkan karena adanya konstriksi otot polos pada saluran napas yang
memiliki diameter yang kecil seperti bronkus dan bronkiolus dan sekresi lender
yang berlebihan. Untuk memastikan diagnosis asma diperlukan pemeriksaan
spirometri dan tes bronkodilator. Pasien diberikan pengobatan salbutamol yang
berperan dalam menghambat pelepasan histamin dan berperan sebagai
bronkodilator. Prednisone diberikan sebagai antiinflamasi.
Pasien diberikan edukasi dalam mengenali faktor pencetus timbulnya
serangan asma. Pada pasien ini kemungkinan faktor pencetusnya adalah debu dan
makanan manis seperti coklat, maka peran dari orang tua adalah menghindari faktor
pencetus tersebut. Meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terserang
flu dengan cara makan makanan yang bergizi secara teratur dan cukup istirahat.
Mencuci sarung bantal, sprei 1 minggu sekali. Di anjurkan untuk memakai kasur
busa, untuk menghindari debu.
25