PENDAHULUAN
1
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) bertujuan untuk menganalisis
kinerja BPOM, dengan menganalisis sistem maka akan akan mengetahui
Performance, Information, Economy, Control, Eficiency and Service dari sistem.
Menganalisis sistem informasi ini juga untuk mengidentifikasikan dan
mengevaluasi permasalahan, hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang
diharapkan dapat diusulkan perbaikan dari sistem informasi tersebut. Setelah
menganalisis diharapkan akan lebih mengembangkan daya kerja sistem,
memperkecil resiko sistem, dan menjadi nilai tersendiri untuk Badan Pengawas
Obat dan Makanan (Budi, 2018).
1. Visi SMK :
Terwujudnya SMK Negeri 1 Amuntai menjadi layanan Pendidikan yang
menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang terampil, mendidik,
professional dan berdaya saing sesuai dengan tuntunan Dunia Industri.
2. Misi SMK :
1. Mencapai tenaga kerja yang berkualitas professional sehingga mampu
berperan sebagai faktor keunggulan bagi industri Indonesia.
2. Memberikan keahlian tamatan, yang dapat diandalkan sebagai bekal
membuat dirinya menjadi produktif, meningkatkan taraf hidupnya, dan
mampu menjadi bekal keahlian profesi untuk martabat dirinya.
3. Memberi bekal kepada tamatan untuk mengembangkan dirinya secara
berkelanjutan.
1.2. Tujuan
2.1.1. Tujuan Umum
Praktik Kerja Lapangan di dunia usaha/industri bertujuan agar
siswa berwawasan serta beradaptasi dengan keadaan/tuntutan pada
lingkungan kerja secara luas :
a. Siswa dapat membandingkan antara teori yang didapat dari sekolah
dengan kenyataan pelaksanaan di lapangan.
b. Siswa dapat menambah pengetahuan yang tidak didapatkan di
sekolah.
2
c. Salah satu peran, fungsi dan kompetensi farmasi yaitu pelayanan
kefarmasian meliputi identifikasi resep, merencanakan dan
melaksanakan peracikan obat yang tepat.
d. Memberikan kesempatan untuk beradaptasi langsung pada iklim kerja
kefarmasian sebenarnya.
e. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian professional
(dengan tingkat pengetahuan dan etos kerja yang sesuai dengan
tuntutan lapangan sebenarnya).
f. Meningkatkan proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja tang
berkualitas dan professional.
3
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan praktik kerja industri yang telah
singkat laksanakan adalah sebagai berikut :
a. Keahlian professional yang diperoleh dari praktik kerja industri, dapat
meningkatkan rasa percaya diri, yang selanjutnya akan mendorong untuk
meningkatkan keahlian professional pada tingkat yang lebih tinggi.
b. Waktu tempuh untuk mencapai keahlian pofessional menjadi lebih singkat.
Setelah lulus sekolah dengan praktik kerja industri, tidak memerlukan lagi
waktu latihan lanjutan untuk mencapai tingkat keahlian siap pakai.
c. Melatih disiplin, tanggung jawab, inisiatif kreatifitas, motivasi kerja, kerja
sama tingkatan laku emosi dan etikat.
d. Menambah pengetahuan tentang pelayanan kefarmasian kepada
masyarakat secara langsung.
e. Menambah wawasan kami mengenai nama , jenis obat yang sering beredar
di masyarakat.
f. Mengetahui bagaimana Loka Pom mengawasi Obat dan Makanan yang
beredar di masyarakat
g. Mengetahui bagaimana cara memeriksa Obat dan Makanan.
h. Kami dapat membandingkan antara teori yang dapat di sekolah dengan
PKL (Praktik Kerja Lapangan) yang sederhananya di Loka Pom.
i. Kami dapat belajar bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain yang
lebih berpengalaman dari pada kami seperti para pegawai di Loka Pom.
j. Kami dapat berinteraksi langsung baik kepada masyarakat secara langsung
yang bertentangan seperti penyampaian obat, cara pakai obat sendiri,
mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan oleh masyarakat dan
lain-lainnya.
k. Dapat merasakan bagaimana sulitnya bekerja menjadi Tenaga Teknis
Kefarmasian kedepannya.
4
l. Menambah pengalaman kefarmasian serta aspek-aspek yang terkait di
dalam pekerjaan di Loka Pom.
m. Memperoleh wawasan tentang sosialisasi interaksi terhadap tenaga
kesehatan khususnya masyarakat pada umumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
29 Tahun 2019 (perubahan atas PerBPOM No. 12 Tahun 2018) tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan
Pengawas Obat dan Makanan, Loka POM di Kabupaten Hulu Sungai Utara
ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM yang melaksanakan
tugas di bidang pengawasan Obat dan Makanan di tiga wilayah kerja yang
ada di Provinsi Kalimantan Selatan (BPOM, 2019).
6
9. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Kemanan, Mutu,
dan Gizi Pangan
10. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
11. Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 2010 tentang Prekursor
12. Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.04.1.23.01.11.00847
tanggal 31 Januari 2011 Tentang Pembentukan Satuan Tugas
Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal
13. Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.04.1.23.01.11.04105
tanggal 6 Mei 2011 Tentang Perubahan Keputusan Kepala Badan
POM RI No. HK.04.1.23.01.11.00847 tanggal 31 Januari 2011
Tentang Pembentukan Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan
Makanan Ilegal
14. Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.04.1.23.09.11.07609
tanggal 5 September 2011 Tentang Pembentukan Tim Pelaksana
Penegakan Hukum Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan Makanan
Ilegal
7
a. penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
b. pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
c. penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar;
d. pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama
Beredar;
e. koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan instansi
pemerintah pusat dan daerah;
f. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan Obat
dan Makanan;
g. pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
h. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM;
i. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab BPOM;
j. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM; dan
k. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan BPOM.
2. Pengawasan Sebelum Beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar sebagai tindakan
pencegahan untuk menjamin Obat dan Makanan yang beredar memenuhi
standar dan persyaratan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk yang
ditetapkan.
3. Pengawasan Selama Beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pengawasan Obat dan Makanan selama beredar untuk memastikan Obat
dan Makanan yang beredar memenuhi standar dan persyaratan keamanan,
khasiat/ manfaat, dan mutu produk yang ditetapkan serta tindakan
penegakan hukum.
8
2.3. Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN), mengamanatkan setiap
Kementerian/Lembaga (K/L) diwajibkan menyusun Rencana Strategis
untuk periode 5 tahun mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) periode tahun 2015-2019. Sebagai
pelaksanaan amanat tersebut Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) menyusun Rencana Strategis BPOM periode tahun 2015-2019
berdasarkan kewenangan, tugas, dan fungsi dari BPOM.
Telah disusun Rencana Strategis Biro Umum periode tahun 2015-2019
yang dibuat mengacu kepada Rencana Strategis Sekretariat Utama.
Namun, sesuai dengan perkembangan organisasi Badan POM, maka
berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM Nomor 26 Tahun
2017tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan, maka perlu dilakukan
revisi terhadap Rencana Strategis 2015-1019, dengan perubahan nama
unit Eselon II menjadi Biro Umum dan Sumber Daya Manusia (Biro
Umum dan SDM.
Biro Umum dan Sumber Daya Manusia (Biro Umum dan SDM)
telah menyusun revisiRencana Strategismengacu kepada revisi Rencana
Strategis Sekretariat Utama periode tahun 2015-2019. Biro Umum dan
SDM BPOM memiliki peran strategis dalam mendukung tugas-tugas
utama BPOM sebagai pengawas obat dan makanan melalui pemberian
layanan yang lebih baik kepada seluruh unit organisasidi lingkungan
BPOM, baik di tingkat Pusat maupunBalai Besar/Balai POM dalam
rangka mewujudkan kesehatan masyarakat. Biro Umum dan SDM
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pengelolaan Barang
Milik Negara, kerumahtanggaan, perencanaan dan pengelolaan karier
sertakinerja sumber daya manusia, dan urusan persuratan dan kearsipan.
9
Rencana Strategis Biro Umum dan SDM periode tahun
2015-2019 mempunyai nilai strategis dalam memberikan arah dan
kebijakan dalam pengelolaan sumber daya yang dimilikiBPOM, yang
terdiri dari sumber daya manusia dansarana prasarana penunjang kinerja.
Peranstrategis Biro Umum dan SDM ini merupakan komponen penting
dalam pelaksanaan reformasi birokrasi dan revolusi mental di BPOM,
mengingat duaaset utama suatu organisasi berada di bawah pengelolaan
Biro Umum dan SDM yaitu Sumber Daya Manusia (SDM)
dansaranaprasaranapenunjang kinerja.
Untuk menindak lanjuti amanat tersebut di atas dan dalam
rangka mendukung pencapaian program-program prioritas BPOM, Biro
Umum danSDM sesuai kewenangan, tugas, dan fungsinya
menyusunRencanaStrategis Biro Umum dan SDM Tahun2015-2019
yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakansertaprogram dan
kegiatan Biro Umum dan SDM untuk tahun 2015-2019. Proses
penyusunan Rencana Strategis Biro Umum dan 2019 dilakukan sesuai
dengan amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku,dimulai dari
hasil evaluasipencapaian kinerja tahun 2010-2014 serta
menghimpunmasukan-masukan pemangku kepentingan yang menjadi
mitra Biro Umum dan SDM, serta melihat tantangan ke depan dalam
pengelolaan SDM dan membangun institusi yang ramah lingkungan dengan
bangunan dan area hijau. Rencana Strategis Biro Umum dan SDM
diharapkan dapat menjadi acuan Bagian-Bagian di Biro Umum dan SDM
untukmeningkatkan kinerja pada masa yang akan datang sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan (BPOM 2019).
Lihat lagi, banyak yang antar kata nya tegabung (kdd spasinya)
10
a. Standardisasi yang merupakan fungsi penyusunan standar, regulasi, dan
kebijakan terkait dengan pengawasan Obat dan Makanan. Standardisasi
dilakukan terpusat, dimaksudkan untuk menghindari perbedaan standar
yang mungkin terjadi akibat setiap provinsi membuat standar tersendiri.
b. Penilaian (pre-market evaluation) yang merupakan evaluasi produk
sebelum memperoleh nomor izin edar dan akhirnya dapat diproduksi dan
diedarkan kepada konsumen. Penilaian dilakukan terpusat, dimaksudkan
agar produk yang memiliki izin edar berlaku secara nasional.
c. Pengawasan setelah beredar (post-market control) untuk melihat
konsistensi mutu produk, keamanan dan informasi produk yang dilakukan
dengan melakukan sampling produk Obat dan Makanan yang beredar,
serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan,
pemantauan farmakovigilan dan pengawasan label/penandaan dan iklan.
Pengawasan post-market dilakukan secara nasional dan terpadu,
konsisten, dan terstandar. Pengawasan post-market dilakukan secara
nasional dan terpadu, konsisten, dan terstandar. Pengawasan ini
melibatkan Balai Besar/Balai POM di 33 provinsi dan wilayah yang sulit
terjangkau/perbatasan dilakukan oleh Pos Pengawasan Obat dan Makanan
(Pos POM).
d. Pengujian laboratorium. Produk yang disampling berdasarkan risiko
kemudian diuji melalui laboratorium guna mengetahui apakah Obat dan
Makanan tersebut telah memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat dan
mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang digunakan
sebagai untuk menetapkan produk tidak memenuhi syarat yang digunakan
untuk ditarik dari peredaran.
e. Penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Penegakan
hukum didasarkan pada bukti hasil pengujian, pemeriksaan, maupun
investigasi awal. Proses penegakan hukum sampai dengan projusticia
dapat berakhir dengan pemberian sanksi administratif seperti dilarang
untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar, disita untuk
dimusnahkan. Jika pelanggaran masuk pada ranah pidana, maka terhadap
pelanggaran Obat dan Makanan dapat diproses secara hukum pidana
11
(BPOM, 2021)
BAB III
PEMBAHASAN
12
3.2. Tinjauan Khusus Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
13
Pengawas Obat dan Makanan Nomor 12 Tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Sejarah LOKA POM HSU nya mana? Kalo kdd sumber tertulis, coba
wawancara lawan orang di LOKA POM lah…kd usah rinci banar kdpp
3.2.2. Visi Misi BPOM
a. Visi
Obat dan Makanan aman, bermutu, dan berdaya saing untuk
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong.
b. Misi
14
1. Membangun SDM unggul terkait Obat dan Makanan dengan
mengembangkan kemitraan bersama seluruh komponen bangsa
dalam rangka peningkatan kualitas manusia Indonesia.
2. Memfasilitasi percepatan pengembangan dunia usaha Obat dan
Makanan dengan keberpihakan terhadap UMKM dalam rangka
membangun struktur ekonomi yang produktif dan berdaya saing
untuk kemandirian bangsa.
3. Meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan serta
penindakan kejahatan Obat dan Makanan melalui sinergi
pemerintah pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan
guna perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga;
4. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya
untuk memberikan pelayanan publik yang prima di bidang Obat
dan Makanan.
15
proses registrasi, agar penerbitan izin edar bisa lebih cepat dan tentunya
praktek percaloan lebih diminimalisir.
Badan POM juga secara khusus memberi perhatian dalam upaya
peningkatan daya saing Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dengan
terus memangkas sistem birokrasi perizinan dengan tetap mengacu pada
scientific based (keamanan, manfaat, dan mutu produk), sehingga proses
perizinan tidak memerlukan waktu lama agar produk IKM/UMKM dapat
segera dipasarkan dan memiliki daya saing tinggi. Deregulasi dan
debirokratisasi persyaratan termasuk pemotongan biaya pendaftaran pangan
olahan dengan tarif 50% dari Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)
untuk UMKM pangan olahan. Atas upaya berkesinambungan ini,
berdasarkan evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
Reformasi Birokrasi (PAN RB) tahun 2019, Badan POM memperoleh nilai
Indeks Pelayanan Publik (IPP) tertinggi dari 51 K/L (4,52 dari skala 5)
dengan Predikat Pelayanan Prima.
“Sementara itu, merespon perkembangan di era industri 4.0, Badan
POM memperkuat sistem pengawasan Obat dan Makanan dengan
intensifikasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pelayanan publik pre-market ataupun pengawasan post-market dan
penindakan. Upaya ini dilakukan untuk mendukung kemudahan berusaha
(ease of doing business) dalam penyediaan Obat dan Makanan berkualitas
dan berdaya saing,” ungkap Kepala Badan POM.
Hal ini salah satunya dilakukan dengan penerepan 2D barcode.
Melalui gawai (gadget) di tangan, masyarakat dapat dengan mudah
melakukan identifikasi dan otentikasi produk dengan memindai, untuk
mengidentifikasi izin edar, cek tanggal kadaluwarsa, nama produsen, jenis
produk, komposisi, dan lain-lain. Masyarakat juga dapat menyampaikan
infomasi atau pengaduan ke Badan POM menggunakan aplikasi ini agar
cepat ditindaklanjuti. Bagi pelaku usaha, sistem ini dapat menghindarkan
terjadinya pemalsuan atau diversi. Bagi industri, bisa lebih mudah
mengontrol distribusi produknya dan bisa memperoleh informasi segera jika
ada pemalsuan,” ungkap Penny K. Lukito.
16
Penny K. Lukito menjelaskan bahwa pengawasan Obat dan Makanan
yang kuat di lingkungan strategis dan sangat dinamis memerlukan
kontribusi SDM dengan multi disiplin ilmu dan kompetensi,” ujar Penny K.
Lukito. “Karena itu Badan POM sudah lebih terbuka dengan menerima
pegawai dari beragam latar belakang pendidikan Saat ini sudah sekitar 30
latar belakang pendidikan berbeda yang bisa diterima di Badan POM,”
ujarnya. Beberapa terobosan juga dilakukan Badan POM untuk mendukung
pengembangan UMK jamu dan usaha jamu gendong diantaranya
menginisasi industri obat tradisional menjadi Bapak Angkat bagi UMKM
Jamu/Usaha Jamu Gendong, memperkenalkan sistem penjualan jamu online
kepada para pelaku UMKM Jamu/Usaha Jamu Gendong dan generasi
milenial, serta memasyarakatkan minum jamu dengan membudayakan
“Minum Jamu Bersama” pada setiap acara-acara resmi.
Untuk kemandirian sebagai institusi pengendali keamanan dan mutu
Obat dan Makanan dan sebagai payung hukum landasan bagi pelaksanaan
pengawasan Obat dan Makanan yang efektif dalam rangka perlindungan
masyarakat, Badan POM perlu mempunyai Undang-Undang yang
khusus/spesifik. Rancangan UndangUndang (RUU) Pengawasan Obat dan
Makanan yang merupakan inisiatif DPR RI periode 2014-2019 akan
dilanjutkan pembahasannya (carry over) oleh DPR RI periode 2019-2024.
Tujuan pengaturan RUU ini adalah menjamin standar dan persyaratan
Obat dan Makanan yang beredar, melindungi masyarakat dari penggunaan
Obat dan Makanan yang tidak memenuhi standar dan persyaratan,
mencegah penggunaan Obat dan Makanan yang salah, mencegah
penyalahgunaan Obat dan Makanan, memberikan kepastian hukum, dan
menciptakan iklim usaha yang sehat dalam rangka membuat dan
mengedarkan Obat dan Makanan.
“Badan POM terus semangat melakukan berbagai terobosan untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, terutama dalam
menghadapi tantangan pengawasan Obat dan Makanan di era digitalisasi.
Saya tak henti mengajak seluruh jajaran Badan POM untuk bersama
memberikan pelayanan dan perlindungan terbaik kepada masyarakat
17
Indonesia. Marilah kita berkarya demi Indonesia Maju, Sehat, dan
Sejahtera.” pungkas Kepala Badan POM. “Badan POM terus semangat
melakukan berbagai terobosan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat, terutama dalam menghadapi tantangan pengawasan Obat dan
Makanan di era digitalisasi. Saya tak henti mengajak seluruh jajaran Badan
POM untuk bersama memberikan pelayanan dan perlindungan terbaik
kepada masyarakat Indonesia. Marilah kita berkarya demi Indonesia Maju,
Sehat, dan Sejahtera.” pungkas Kepala Badan POM.
(BPOM, 2019)
Isinya nie sesuaikan lawan pelayanan di LOKA POM HSU, jangan dari
sumber lain, BAB III kan isinya sesuai tempat magang, tidak sesuai
sumber teori lagi
3.4. Uraian Tugas Harian Siswa/i Selama Kerja Lapangan
1. Input Formulir hasil sampel mobil laboratorium keliling
2. Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang fasilitasi
kemudahan perizinan usaha mikro dengan tema: fasilitasi kemudahan
perizinan BPOM, Halal, IUMK, HKI.
3. Pemeriksaan produksi gula semut aren
4. Pemeriksaan di tempat produksi cookies
5. Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang Bimtek
Penyuluhan Keamanan Pangan di Kabupaten Hulu Sungai Utara
18
a. Nama Kegiatan : Pemeriksaan Produksi Cookies
b. Tujuan Kegiatan : untuk memastikan bahwa di setiap
tahap
produksi Cookies tersebut terjaga
hingga
sampai ditangan konsumen dan sesuai
peruntukannya.
c. Sasaran Kegiatan : UMKM
d. Waktu dan Tempat Kegiatan : Rabu, 22 Oktober 2021 di Kecamatan
Banjang
e. Isi Kegiatan : Penyuluhan tentang cara Produksi
Pangan yang baik
f. Hasil Kegiatan : Memenuhi Syarat Perizinan BPOM
19
c. Sasaran Kegiatan : UMKM
d. Waktu dan Tempat Kegiatan : Kamis, 28 Oktober 2021 di Dinas
Kesehatan Sungai Malang
e. Isi Kegiatan : Memberikan Penyuluhan kepada pelaku
UMKM tentang Pangan yang baik dan
benar
f. Hasil Kegiatan : Telah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan Badan POM
20
f. Hasil Kegiatan : Ada yang belum memenuhi syarat
BPOM
21
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai kegiatan magang yang dilaksanakan
di Loka Pom Hulu Sungai Utara pada tanggal 20 September – 18 Desember
2021 maka dapat disimpulkan bahwa Loka Pom di Hulu Sungai Utara
meruoakan salah satu Unit Layanan Pengaduan (ULP) Badan POM di
Provinsi Kaimantan Selatan yang mempunyai peranan penting dalam
melaksanakan kebijakan di Bidang Pengawasan Obat dan Makanan. Dalam
Pelaksanaan kegiatan magang ini, penulis di tempatkan di Bagian Tata Usaha
(TU). Penulis banyak mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru, seperti
pengembangan kompentensi, disiplin PNS, Manajemen ASN, Manajemen
PNS, penilaian presentasi kerja dam cuti. Selain, itu penulis juga dapat
menjalin hubungan yang baik terhadap para pegawai sehingga nantinya
penulis mampu mempersiapkan diri dalam memenuhi tuntutan persaingan
dalam dunia kerja yang semakin ketat.
Buat per poin, hubungkan dengan tujuan yang ditulis di depan
4.2. Saran
Berasarkan pengamatan penulis selama berlangsungnya kegiatan
magang, terdapat beberapa saran yang mungkin dapat memberikan dampak
baik bagi Loka POM di Hulu Sungai Utara yaitu meningkatkan tingkat
kedisiplinan pegawai dalam bekerja, seperti datang ke kantor tepat waktu dan
mewajibkan kegiatan senam pagi setiap pegawai untuk menunjang hidup
sehat.
22