Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merupakan salah satu


Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK) yang melakukan layanan publik
kepada masyarakat, sebagai oraganisasi yang terbuka (open-organization) dan
sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada public (publick accountable).
Berdasarkan Pasal 67 Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001,
BPOM melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan
Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang - Undangan yang berlaku,
sedangkan tugas Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Bandar
Lampung Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014,
Unit Pelaksana Teknis di lingkungan BPOM mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan dibidang pengawasan obat dan makanan, yang meliputi pengawasan
atas produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional,
kosmetik, produk komplemen serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan
berbahaya.
BPOM salah satu Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang telah
memakai sistem informasi di mana sistem ini digunakan untuk menjalankan
aktivitas kerjanya, sehingga lebih teratur dan terarah dengan waktu yang lebih
efisien.
Kegiatan impor dan ekspor telah menjadi bagian dari perusahaan, namun
memerlukan adanya surat keterangan impor maupun ekspor. BPOM memberikan
pelayanan tersebut untuk keperluan surat keterangan impor maupun ekspor yang
di butuhkan perusahaan yaitu sertifikat kesehatan. Sistem informasi yang
digunakan yaitu “APLIKASI ONLINE E-BPOM”. Aplikasi EBPOM adalah
aplikasi untuk memfasilitasi layanan publik dalam proses perizinan importasi
obat jadi, bahan baku obat, bahan baku dan produk obat 2 tradisional, kosmetika,
produk komplemen, bahan baku pangan, bahan tambahan pangan dan produk
pangan di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

1
Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) bertujuan untuk menganalisis
kinerja BPOM, dengan menganalisis sistem maka akan akan mengetahui
Performance, Information, Economy, Control, Eficiency and Service dari sistem.
Menganalisis sistem informasi ini juga untuk mengidentifikasikan dan
mengevaluasi permasalahan, hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang
diharapkan dapat diusulkan perbaikan dari sistem informasi tersebut. Setelah
menganalisis diharapkan akan lebih mengembangkan daya kerja sistem,
memperkecil resiko sistem, dan menjadi nilai tersendiri untuk Badan Pengawas
Obat dan Makanan (Budi, 2018).

1. Visi SMK :
Terwujudnya SMK Negeri 1 Amuntai menjadi layanan Pendidikan yang
menyiapkan tenaga kerja tingkat menengah yang terampil, mendidik,
professional dan berdaya saing sesuai dengan tuntunan Dunia Industri.
2. Misi SMK :
1. Mencapai tenaga kerja yang berkualitas professional sehingga mampu
berperan sebagai faktor keunggulan bagi industri Indonesia.
2. Memberikan keahlian tamatan, yang dapat diandalkan sebagai bekal
membuat dirinya menjadi produktif, meningkatkan taraf hidupnya, dan
mampu menjadi bekal keahlian profesi untuk martabat dirinya.
3. Memberi bekal kepada tamatan untuk mengembangkan dirinya secara
berkelanjutan.

1.2. Tujuan
2.1.1. Tujuan Umum
Praktik Kerja Lapangan di dunia usaha/industri bertujuan agar
siswa berwawasan serta beradaptasi dengan keadaan/tuntutan pada
lingkungan kerja secara luas :
a. Siswa dapat membandingkan antara teori yang didapat dari sekolah
dengan kenyataan pelaksanaan di lapangan.
b. Siswa dapat menambah pengetahuan yang tidak didapatkan di
sekolah.

2
c. Salah satu peran, fungsi dan kompetensi farmasi yaitu pelayanan
kefarmasian meliputi identifikasi resep, merencanakan dan
melaksanakan peracikan obat yang tepat.
d. Memberikan kesempatan untuk beradaptasi langsung pada iklim kerja
kefarmasian sebenarnya.
e. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian professional
(dengan tingkat pengetahuan dan etos kerja yang sesuai dengan
tuntutan lapangan sebenarnya).
f. Meningkatkan proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja tang
berkualitas dan professional.

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Mengenal dan memahami tata tertib secara nyata dari mekanisme
kerja pada dunia industri atau perusahaan.
b. Menumbuhkan semangat jiwa untuk berwirausaha.
c. Mengetahui manajemen pada dunia industri, mengenai struktur
industri dan deskripsi tugas yang ada.
d. Mempelajari dan ikut membantu melaksanakan tugas-tugas dan
kegiatan di Loka Pom.
e. Siswa dapat mengenal tentang informasi kerja.
f. Menemukan suatu kasus pada waktu melaksanakan PKL dan
menganalisanya secara mendalam yang dituangkan dalam laporan
Praktik Kerja Lapangan (PKL). Agar peserta didik mampu
memahami, memanfaatkan dan mengembangkan pelajaran yang
diperoleh disekolah dan diterapkan dilapangan kerja.
g. Menghasilkan tamatan/lulusan sebagai angkatan kerja yang
memiliki kemampuan professional dengan tingkat pengetahuan,
keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntunan kerja di
dunia usaha/industri.

3
1.3. Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan praktik kerja industri yang telah
singkat laksanakan adalah sebagai berikut :
a. Keahlian professional yang diperoleh dari praktik kerja industri, dapat
meningkatkan rasa percaya diri, yang selanjutnya akan mendorong untuk
meningkatkan keahlian professional pada tingkat yang lebih tinggi.
b. Waktu tempuh untuk mencapai keahlian pofessional menjadi lebih singkat.
Setelah lulus sekolah dengan praktik kerja industri, tidak memerlukan lagi
waktu latihan lanjutan untuk mencapai tingkat keahlian siap pakai.
c. Melatih disiplin, tanggung jawab, inisiatif kreatifitas, motivasi kerja, kerja
sama tingkatan laku emosi dan etikat.
d. Menambah pengetahuan tentang pelayanan kefarmasian kepada
masyarakat secara langsung.
e. Menambah wawasan kami mengenai nama , jenis obat yang sering beredar
di masyarakat.
f. Mengetahui bagaimana Loka Pom mengawasi Obat dan Makanan yang
beredar di masyarakat
g. Mengetahui bagaimana cara memeriksa Obat dan Makanan.
h. Kami dapat membandingkan antara teori yang dapat di sekolah dengan
PKL (Praktik Kerja Lapangan) yang sederhananya di Loka Pom.
i. Kami dapat belajar bersosialisasi atau berinteraksi dengan orang lain yang
lebih berpengalaman dari pada kami seperti para pegawai di Loka Pom.
j. Kami dapat berinteraksi langsung baik kepada masyarakat secara langsung
yang bertentangan seperti penyampaian obat, cara pakai obat sendiri,
mendengarkan keluhan-keluhan yang disampaikan oleh masyarakat dan
lain-lainnya.
k. Dapat merasakan bagaimana sulitnya bekerja menjadi Tenaga Teknis
Kefarmasian kedepannya.

4
l. Menambah pengalaman kefarmasian serta aspek-aspek yang terkait di
dalam pekerjaan di Loka Pom.
m. Memperoleh wawasan tentang sosialisasi interaksi terhadap tenaga
kesehatan khususnya masyarakat pada umumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ketentuan Umum BPOM


Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM
RI) sudah terbentuk sejak zaman Belanda dahulu dengan nama De Dient van
De Valks Gezonheid (DVG) di bawah naungan perusahaan farmasi milik
Belanda. DVG sendiri berperan sebagai lembaga yang bertugas memproduksi
obat-obatan kimia sekaligus sebagai pusat penelitian farmasi kala itu. Pada
tahun 1964, DVG resmi menjadi milik pemerintah Indonesia dan berubah
nama menjadi Inspektorat Farmasi. Setelah tiga tahun, Inspektorat Farmasi
berubah nama menjadi Inspektorat Urusan Farmasi.
Pada tahun 1975, Inspektorat Urusan Farmasi kembali mengalami
perombakan secara keseluruhan dengan nama baru menjadi Direktorat
Jenderal Farmasi yang merupakan lembaga khusus yang bertugas mengawasi
dan meneliti peredaran obat dan makanan di Indonesia. Selanjutnya Dirjen
Farmasi berubah menjadi Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan
yang bertanggung jawab kepada Departemen Kesehatan (sekarang
Kementerian Kesehatan).
Pada tahun 2001, untuk mengoptimalkan pengawasan terhadap obat
dan makanan maka pemerintah mengambil kebijakan dengan mengadakan
perubahan dimana dahulu Dirjen POM bertanggung jawab kepada
Departemen Kesehatan, sekarang berubah menjadi Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia (Badan POM RI) yang bertanggung jawab
langsung kepada Presiden sesuai Keputusan Presiden No. 103 tahun 2001
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND).

5
Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
29 Tahun 2019 (perubahan atas PerBPOM No. 12 Tahun 2018) tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan
Pengawas Obat dan Makanan, Loka POM di Kabupaten Hulu Sungai Utara
ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis Badan POM yang melaksanakan
tugas di bidang pengawasan Obat dan Makanan di tiga wilayah kerja yang
ada di Provinsi Kalimantan Selatan (BPOM, 2019).

Tabel 1. Wilayah Kerja Loka POM di Kabupaten Hulu Sungai Utara


WILAYAH KERJA LUAS WILAYAH KERJA
(Km²)
Kabupaten Hulu Sungai 892,7 km²
Utara
Kabupaten Balangan 1.878 km²
Kabupaten Tabalong 3.767 km²
Sumber: BPOM 2019 iyakah ini dari BPOM 2019? Berarti ini membahas
loka POM HSU lah isinya? Atau dari sumber lain? Tapi kalau memang dari
sini, biarkan aja

2.1.1. Landasan Hukum BPOM


Pelaksanaan penyidikan terhadap tindak pidana obat dan makanan
yang dilakukan Badan POM, diamanatkan dalam peraturan sebagai
berikut:
1. Undang-undang RI No. 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
2. Undang-undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
3. Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
4. Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
5. Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
6. Undang-undang No. 18 tahun 2012 tentang Pangan
7. Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1998 tentang Label dan Iklan
Pangan
8. Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

6
9. Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 2004 tentang Kemanan, Mutu,
dan Gizi Pangan
10. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian
11. Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 2010 tentang Prekursor
12. Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.04.1.23.01.11.00847
tanggal 31 Januari 2011 Tentang Pembentukan Satuan Tugas
Pemberantasan Obat dan Makanan Ilegal
13. Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.04.1.23.01.11.04105
tanggal 6 Mei 2011 Tentang Perubahan Keputusan Kepala Badan
POM RI No. HK.04.1.23.01.11.00847 tanggal 31 Januari 2011
Tentang Pembentukan Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan
Makanan Ilegal
14. Keputusan Kepala Badan POM RI No. HK.04.1.23.09.11.07609
tanggal 5 September 2011 Tentang Pembentukan Tim Pelaksana
Penegakan Hukum Satuan Tugas Pemberantasan Obat dan Makanan
Ilegal

2.2. Tugas dan Fungsi BPOM


Berdasarkan pasal 2 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017
tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan:
1. BPOM mempunyai tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang
pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas obat,
bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat tradisional,
suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan.

Berdasarkan pasal 3 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017


tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan, BPOM mempunyai fungsi:
1. Dalam melaksanakan tugas pengawasan Obat dan Makanan, BPOM
menyelenggarakan fungsi:

7
a. penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
b. pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan
Makanan;
c. penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar;
d. pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama
Beredar;
e. koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan instansi
pemerintah pusat dan daerah;
f. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan Obat
dan Makanan;
g. pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
h. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM;
i. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab BPOM;
j. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPOM; dan
k. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan BPOM.
2. Pengawasan Sebelum Beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pengawasan Obat dan Makanan sebelum beredar sebagai tindakan
pencegahan untuk menjamin Obat dan Makanan yang beredar memenuhi
standar dan persyaratan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk yang
ditetapkan.
3. Pengawasan Selama Beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pengawasan Obat dan Makanan selama beredar untuk memastikan Obat
dan Makanan yang beredar memenuhi standar dan persyaratan keamanan,
khasiat/ manfaat, dan mutu produk yang ditetapkan serta tindakan
penegakan hukum.

8
2.3. Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN), mengamanatkan setiap
Kementerian/Lembaga (K/L) diwajibkan menyusun Rencana Strategis
untuk periode 5 tahun mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) periode tahun 2015-2019. Sebagai
pelaksanaan amanat tersebut Badan Pengawas Obat dan Makanan
(BPOM) menyusun Rencana Strategis BPOM periode tahun 2015-2019
berdasarkan kewenangan, tugas, dan fungsi dari BPOM.
Telah disusun Rencana Strategis Biro Umum periode tahun 2015-2019
yang dibuat mengacu kepada Rencana Strategis Sekretariat Utama.
Namun, sesuai dengan perkembangan organisasi Badan POM, maka
berdasarkan Peraturan Kepala Badan POM Nomor 26 Tahun
2017tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan, maka perlu dilakukan
revisi terhadap Rencana Strategis 2015-1019, dengan perubahan nama
unit Eselon II menjadi Biro Umum dan Sumber Daya Manusia (Biro
Umum dan SDM.
Biro Umum dan Sumber Daya Manusia (Biro Umum dan SDM)
telah menyusun revisiRencana Strategismengacu kepada revisi Rencana
Strategis Sekretariat Utama periode tahun 2015-2019. Biro Umum dan
SDM BPOM memiliki peran strategis dalam mendukung tugas-tugas
utama BPOM sebagai pengawas obat dan makanan melalui pemberian
layanan yang lebih baik kepada seluruh unit organisasidi lingkungan
BPOM, baik di tingkat Pusat maupunBalai Besar/Balai POM dalam
rangka mewujudkan kesehatan masyarakat. Biro Umum dan SDM
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pengelolaan Barang
Milik Negara, kerumahtanggaan, perencanaan dan pengelolaan karier
sertakinerja sumber daya manusia, dan urusan persuratan dan kearsipan.

9
Rencana Strategis Biro Umum dan SDM periode tahun
2015-2019 mempunyai nilai strategis dalam memberikan arah dan
kebijakan dalam pengelolaan sumber daya yang dimilikiBPOM, yang
terdiri dari sumber daya manusia dansarana prasarana penunjang kinerja.
Peranstrategis Biro Umum dan SDM ini merupakan komponen penting
dalam pelaksanaan reformasi birokrasi dan revolusi mental di BPOM,
mengingat duaaset utama suatu organisasi berada di bawah pengelolaan
Biro Umum dan SDM yaitu Sumber Daya Manusia (SDM)
dansaranaprasaranapenunjang kinerja.
Untuk menindak lanjuti amanat tersebut di atas dan dalam
rangka mendukung pencapaian program-program prioritas BPOM, Biro
Umum danSDM sesuai kewenangan, tugas, dan fungsinya
menyusunRencanaStrategis Biro Umum dan SDM Tahun2015-2019
yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakansertaprogram dan
kegiatan Biro Umum dan SDM untuk tahun 2015-2019. Proses
penyusunan Rencana Strategis Biro Umum dan 2019 dilakukan sesuai
dengan amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku,dimulai dari
hasil evaluasipencapaian kinerja tahun 2010-2014 serta
menghimpunmasukan-masukan pemangku kepentingan yang menjadi
mitra Biro Umum dan SDM, serta melihat tantangan ke depan dalam
pengelolaan SDM dan membangun institusi yang ramah lingkungan dengan
bangunan dan area hijau. Rencana Strategis Biro Umum dan SDM
diharapkan dapat menjadi acuan Bagian-Bagian di Biro Umum dan SDM
untukmeningkatkan kinerja pada masa yang akan datang sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan (BPOM 2019).
Lihat lagi, banyak yang antar kata nya tegabung (kdd spasinya)

2.4. Pengawasan Obat dan Makanan di BPOM lihat warnanya, kayanya


kd hitam ini

Sistem pengawasan Obat dan Makanan yang diselenggarakan oleh


BPOM merupakan suatu proses yang komprehensif, mencakup pengawasan
pre-market dan post-market. Sistem itu terdiri dari:

10
a. Standardisasi yang merupakan fungsi penyusunan standar, regulasi, dan
kebijakan terkait dengan pengawasan Obat dan Makanan. Standardisasi
dilakukan terpusat, dimaksudkan untuk menghindari perbedaan standar
yang mungkin terjadi akibat setiap provinsi membuat standar tersendiri.
b. Penilaian (pre-market evaluation) yang merupakan evaluasi produk
sebelum memperoleh nomor izin edar dan akhirnya dapat diproduksi dan
diedarkan kepada konsumen. Penilaian dilakukan terpusat, dimaksudkan
agar produk yang memiliki izin edar berlaku secara nasional.
c. Pengawasan setelah beredar (post-market control) untuk melihat
konsistensi mutu produk, keamanan dan informasi produk yang dilakukan
dengan melakukan sampling produk Obat dan Makanan yang beredar,
serta pemeriksaan sarana produksi dan distribusi Obat dan Makanan,
pemantauan farmakovigilan dan pengawasan label/penandaan dan iklan.
Pengawasan post-market dilakukan secara nasional dan terpadu,
konsisten, dan terstandar. Pengawasan post-market dilakukan secara
nasional dan terpadu, konsisten, dan terstandar. Pengawasan ini
melibatkan Balai Besar/Balai POM di 33 provinsi dan wilayah yang sulit
terjangkau/perbatasan dilakukan oleh Pos Pengawasan Obat dan Makanan
(Pos POM).
d. Pengujian laboratorium. Produk yang disampling berdasarkan risiko
kemudian diuji melalui laboratorium guna mengetahui apakah Obat dan
Makanan tersebut telah memenuhi syarat keamanan, khasiat/manfaat dan
mutu. Hasil uji laboratorium ini merupakan dasar ilmiah yang digunakan
sebagai untuk menetapkan produk tidak memenuhi syarat yang digunakan
untuk ditarik dari peredaran.
e. Penegakan hukum di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Penegakan
hukum didasarkan pada bukti hasil pengujian, pemeriksaan, maupun
investigasi awal. Proses penegakan hukum sampai dengan projusticia
dapat berakhir dengan pemberian sanksi administratif seperti dilarang
untuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar, disita untuk
dimusnahkan. Jika pelanggaran masuk pada ranah pidana, maka terhadap
pelanggaran Obat dan Makanan dapat diproses secara hukum pidana

11
(BPOM, 2021)

BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Waktu, Tempat, dan Teknis Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan


Waktu, Tempat dan Pelaksanaan PKL (Praktik Kerja Lapangan)
pada LOKA POM Hulu Sungai Utara dimulai dari tanggal 20 September
2021 sampai dengan tanggal 18 Desember 2021.
Tabel 1. Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

Hari Kerja Jam Masuk Jam Istirahat Jam Pulang


Senin 08.00 WITA 12.00 WITA 16.30 WITA
Selasa 08.00 WITA 12.00 WITA 16.30 WITA
Rabu 08.00 WITA 12.00 WITA 16.30 WITA
Kamis 08.00 WITA 12.00 WITA 16.30 WITA
Jum’at 08.00 WITA 12.00 WITA 16.00 WITA

Data Tempat PKL ( Praktek Kerja Lapangan )


Nama Tempat : Loka POM Hulu Sungai Utara
Bagian : Pengawas Obat dan Makanan
Alamat : Jl. H. Saberan Effendi No.70 Kecamatan Amuntai
Tengah Kabupaten Hulu Sungai Utara Provini
Kalimantan Selatan
Nama Kepala/Pimpinan: Bambang Hery Purwanto, S.Farm, Apt.
Nama Instruktur : Achmad Azka Nasrullah, A. Md
Nama Pembimbing : Inda Listiani, S.Farm

12
3.2. Tinjauan Khusus Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan

3.2.1. Sejarah BPOM


Badan POM dipimpin oleh Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP selaku
Kepala Badan. Berdasarkan pasal 4 pada Peraturan Presiden Nomor 80
Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan, dalam
melaksanakan tugas pengawasan Obat dan Makanan, BPOM
mempunyai kewenangan:
1. menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar
dan persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu, serta
pengujian obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
2. melakukan intelijen dan penyidikan di bidang pengawasan Obat dan
Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan
3. pemberian sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPOM sesuai


dengan amanah dari pasal 34 Peraturan Presiden No. 80 Tahun 2017
tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan. Unit Pelaksana Teknis
di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (UPT BPOM)
adalah satuan kerja yang bersifat mandiri yang melaksanakan
tugas teknis operasional tertentu dan/atau tugas teknis penunjang
tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan. UPT BPOM
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan,
yang secara teknis dibina oleh Deputi dan secara administratif dibina
oleh Sekretaris Utama. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Badan

13
Pengawas Obat dan Makanan Nomor 12 Tahun 2018 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan
Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Pada Provinsi Kalimantan Selatan, terdapat tiga UPT Badan POM


antara lain, Balai Besar POM di Banjarmasin, Loka POM di Kabupaten
Hulu Sungai Utara dan Loka POM di Kabupaten Tanah Bumbu.

Adapun Struktur Organisasi pada Loka POM di Kabupaten Hulu


Sungai Utara adalah sebagai berikut :

Beri judul gambar

Jumlah SDM yang dimiliki Loka POM di Kabupaten Hulu Sungai


Utara sebanyak 13 Pegawai ASN dan 8 Pegawai Non ASN. Wilayah
kerja Loka POM di Kabupaten Hulu Sungai Utara dalah :

1. Kabupaten Hulu Sungai Utara


2. Kabupaten Balangan
3. Kabupaten Tabalong

Sejarah LOKA POM HSU nya mana? Kalo kdd sumber tertulis, coba
wawancara lawan orang di LOKA POM lah…kd usah rinci banar kdpp
3.2.2. Visi Misi BPOM
a. Visi
Obat dan Makanan aman, bermutu, dan berdaya saing untuk
mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong.
b. Misi

14
1. Membangun SDM unggul terkait Obat dan Makanan dengan
mengembangkan kemitraan bersama seluruh komponen bangsa
dalam rangka peningkatan kualitas manusia Indonesia.
2. Memfasilitasi percepatan pengembangan dunia usaha Obat dan
Makanan dengan keberpihakan terhadap UMKM dalam rangka
membangun struktur ekonomi yang produktif dan berdaya saing
untuk kemandirian bangsa.
3. Meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan serta
penindakan kejahatan Obat dan Makanan melalui sinergi
pemerintah pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan
guna perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga;
4. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya
untuk memberikan pelayanan publik yang prima di bidang Obat
dan Makanan.

3.3. Pelayanan di BPOM


Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito menyampaikan bahwa
Badan POM terus melakukan pembenahan di semua lini pelayanan publik.
Setidaknya terdapat tiga poin penting pengembangan pelayanan publik
Badan POM. Pertama, percepatan izin edar produk Obat dan Makanan,
kedua digitalisasi pengawasan Obat dan Makanan melalui penggunaan 2D
barcode, dan ketiga terkait SDM pengawasan Obat dan Makanan.
Peningkatan kualitas pelayanan publik Badan POM yang merupakan
bagian dari komitmen perbaikan tata kelola yang bersih, efektif, efisien,
transparan, dan terpercaya, melalui (1) Debirokratisasi dan Simplifikasi
bisnis proses pelayanan publik, (2) Deregulasi peraturan dalam mendukung
peningkatan daya saing, serta (3) Digitalisasi pelayanan publik antara lain
dengan penambahan variasi layanan, pelayanan on site, dan coaching clinic,
serta pemanfaatan teknologi informasi dalam sistem pendaftaran (online
registration) dan database, dashboard tracking layanan publik, dan
pengawasan berbasis digital sehingga pelaku usaha dapat memonitor sendiri

15
proses registrasi, agar penerbitan izin edar bisa lebih cepat dan tentunya
praktek percaloan lebih diminimalisir.
Badan POM juga secara khusus memberi perhatian dalam upaya
peningkatan daya saing Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dengan
terus memangkas sistem birokrasi perizinan dengan tetap mengacu pada
scientific based (keamanan, manfaat, dan mutu produk), sehingga proses
perizinan tidak memerlukan waktu lama agar produk IKM/UMKM dapat
segera dipasarkan dan memiliki daya saing tinggi. Deregulasi dan
debirokratisasi persyaratan termasuk pemotongan biaya pendaftaran pangan
olahan dengan tarif 50% dari Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)
untuk UMKM pangan olahan. Atas upaya berkesinambungan ini,
berdasarkan evaluasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
Reformasi Birokrasi (PAN RB) tahun 2019, Badan POM memperoleh nilai
Indeks Pelayanan Publik (IPP) tertinggi dari 51 K/L (4,52 dari skala 5)
dengan Predikat Pelayanan Prima.
“Sementara itu, merespon perkembangan di era industri 4.0, Badan
POM memperkuat sistem pengawasan Obat dan Makanan dengan
intensifikasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pelayanan publik pre-market ataupun pengawasan post-market dan
penindakan. Upaya ini dilakukan untuk mendukung kemudahan berusaha
(ease of doing business) dalam penyediaan Obat dan Makanan berkualitas
dan berdaya saing,” ungkap Kepala Badan POM.
Hal ini salah satunya dilakukan dengan penerepan 2D barcode.
Melalui gawai (gadget) di tangan, masyarakat dapat dengan mudah
melakukan identifikasi dan otentikasi produk dengan memindai, untuk
mengidentifikasi izin edar, cek tanggal kadaluwarsa, nama produsen, jenis
produk, komposisi, dan lain-lain. Masyarakat juga dapat menyampaikan
infomasi atau pengaduan ke Badan POM menggunakan aplikasi ini agar
cepat ditindaklanjuti. Bagi pelaku usaha, sistem ini dapat menghindarkan
terjadinya pemalsuan atau diversi. Bagi industri, bisa lebih mudah
mengontrol distribusi produknya dan bisa memperoleh informasi segera jika
ada pemalsuan,” ungkap Penny K. Lukito.

16
Penny K. Lukito menjelaskan bahwa pengawasan Obat dan Makanan
yang kuat di lingkungan strategis dan sangat dinamis memerlukan
kontribusi SDM dengan multi disiplin ilmu dan kompetensi,” ujar Penny K.
Lukito. “Karena itu Badan POM sudah lebih terbuka dengan menerima
pegawai dari beragam latar belakang pendidikan Saat ini sudah sekitar 30
latar belakang pendidikan berbeda yang bisa diterima di Badan POM,”
ujarnya. Beberapa terobosan juga dilakukan Badan POM untuk mendukung
pengembangan UMK jamu dan usaha jamu gendong diantaranya
menginisasi industri obat tradisional menjadi Bapak Angkat bagi UMKM
Jamu/Usaha Jamu Gendong, memperkenalkan sistem penjualan jamu online
kepada para pelaku UMKM Jamu/Usaha Jamu Gendong dan generasi
milenial, serta memasyarakatkan minum jamu dengan membudayakan
“Minum Jamu Bersama” pada setiap acara-acara resmi.
Untuk kemandirian sebagai institusi pengendali keamanan dan mutu
Obat dan Makanan dan sebagai payung hukum landasan bagi pelaksanaan
pengawasan Obat dan Makanan yang efektif dalam rangka perlindungan
masyarakat, Badan POM perlu mempunyai Undang-Undang yang
khusus/spesifik. Rancangan UndangUndang (RUU) Pengawasan Obat dan
Makanan yang merupakan inisiatif DPR RI periode 2014-2019 akan
dilanjutkan pembahasannya (carry over) oleh DPR RI periode 2019-2024.
Tujuan pengaturan RUU ini adalah menjamin standar dan persyaratan
Obat dan Makanan yang beredar, melindungi masyarakat dari penggunaan
Obat dan Makanan yang tidak memenuhi standar dan persyaratan,
mencegah penggunaan Obat dan Makanan yang salah, mencegah
penyalahgunaan Obat dan Makanan, memberikan kepastian hukum, dan
menciptakan iklim usaha yang sehat dalam rangka membuat dan
mengedarkan Obat dan Makanan.
“Badan POM terus semangat melakukan berbagai terobosan untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, terutama dalam
menghadapi tantangan pengawasan Obat dan Makanan di era digitalisasi.
Saya tak henti mengajak seluruh jajaran Badan POM untuk bersama
memberikan pelayanan dan perlindungan terbaik kepada masyarakat

17
Indonesia. Marilah kita berkarya demi Indonesia Maju, Sehat, dan
Sejahtera.” pungkas Kepala Badan POM. “Badan POM terus semangat
melakukan berbagai terobosan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat, terutama dalam menghadapi tantangan pengawasan Obat dan
Makanan di era digitalisasi. Saya tak henti mengajak seluruh jajaran Badan
POM untuk bersama memberikan pelayanan dan perlindungan terbaik
kepada masyarakat Indonesia. Marilah kita berkarya demi Indonesia Maju,
Sehat, dan Sejahtera.” pungkas Kepala Badan POM.
(BPOM, 2019)

Isinya nie sesuaikan lawan pelayanan di LOKA POM HSU, jangan dari
sumber lain, BAB III kan isinya sesuai tempat magang, tidak sesuai
sumber teori lagi
3.4. Uraian Tugas Harian Siswa/i Selama Kerja Lapangan
1. Input Formulir hasil sampel mobil laboratorium keliling
2. Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang fasilitasi
kemudahan perizinan usaha mikro dengan tema: fasilitasi kemudahan
perizinan BPOM, Halal, IUMK, HKI.
3. Pemeriksaan produksi gula semut aren
4. Pemeriksaan di tempat produksi cookies
5. Kegiatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) tentang Bimtek
Penyuluhan Keamanan Pangan di Kabupaten Hulu Sungai Utara

3.5. Pelaporan Kegiatan Magang


1. Kegiatan Pemeriksaan di Tempat Produksi Cookies

Gambar 1: Foto Kegiatan 1

18
a. Nama Kegiatan : Pemeriksaan Produksi Cookies
b. Tujuan Kegiatan : untuk memastikan bahwa di setiap
tahap
produksi Cookies tersebut terjaga
hingga
sampai ditangan konsumen dan sesuai
peruntukannya.
c. Sasaran Kegiatan : UMKM
d. Waktu dan Tempat Kegiatan : Rabu, 22 Oktober 2021 di Kecamatan
Banjang
e. Isi Kegiatan : Penyuluhan tentang cara Produksi
Pangan yang baik
f. Hasil Kegiatan : Memenuhi Syarat Perizinan BPOM

2. Kegiatan Sosialisasi di Dinas Kesahatan

Gambar 2 : Foto Kegiatan 2

a. Nama Kegiatan : Bimtek Penyuluhan Keamanan Pangan


di Kabupaten Hulu Sungai Utara
b. Tujuan Kegiatan : meningkatkan pemahaman dan
penerimaan masyarakat terhadap
Program KKBPK, yang pada akhirnya
mau berpartisipasi.

19
c. Sasaran Kegiatan : UMKM
d. Waktu dan Tempat Kegiatan : Kamis, 28 Oktober 2021 di Dinas
Kesehatan Sungai Malang
e. Isi Kegiatan : Memberikan Penyuluhan kepada pelaku
UMKM tentang Pangan yang baik dan
benar
f. Hasil Kegiatan : Telah memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan Badan POM

3. Pemeriksaan Produksi Gula Semut Aren

Gambar 3 : Foto Kegiatan 3 ukuran font nya?

a. Nama Kegiatan : Pemeriksaan Produksi Gula Semut Aren


b. Tujuan Kegiatan : untuk memastikan bahwa di setiap tahap
produksi Cookies tersebut terjaga
hingga
sampai ditangan konsumen dan sesuai
peruntukannya.
c. Sasaran Kegiatan : UMKM
d. Waktu dan Tempat Kegiatan : Rabu, 10 September 2021 di Desa
Bihara Hilir Kecamatan Awayan
Kabupaten Balangan Rt 01
e. Isi Kegiatan : Memberikan Penyuluhan bagaimana
tempat produksi Pangan yang memenuhi
syarat BPOM

20
f. Hasil Kegiatan : Ada yang belum memenuhi syarat
BPOM

4. Kegiatan Sosialisasi di Kantor Kepala Desa

Gambar 4 : Foto Kegiatan 4

a. Nama Kegiatan : Kegiatan Fasilitasi Kemudahan Perizinan


Usaha Mikro dengan Tema : Fasilitasi
kemudahan Perizinan BPOM, HALAL,
IUMK, dan HKI
b. Tujuan Kegiatan : meningkatkan pemahaman dan
penerimaan masyarakat terhadap Program
KKBPK, yang pada akhirnya mau
berpartisipasi.
c. Sasaran Kegiatan : Masyarakat
d. Waktu dan Tempat Kegiatan : 17 November 2021 di Kantor Kepala
Desa Palampitan Hilir
e. Isi Kegiatan : Memberikan Penyeluhan Obat dan
Makanan yang berizin dan tidak berizin
BPOM.
f. Hasil Kegiatan : Tidak memenuhi Syarat Penyuluhan

21
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai kegiatan magang yang dilaksanakan
di Loka Pom Hulu Sungai Utara pada tanggal 20 September – 18 Desember
2021 maka dapat disimpulkan bahwa Loka Pom di Hulu Sungai Utara
meruoakan salah satu Unit Layanan Pengaduan (ULP) Badan POM di
Provinsi Kaimantan Selatan yang mempunyai peranan penting dalam
melaksanakan kebijakan di Bidang Pengawasan Obat dan Makanan. Dalam
Pelaksanaan kegiatan magang ini, penulis di tempatkan di Bagian Tata Usaha
(TU). Penulis banyak mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru, seperti
pengembangan kompentensi, disiplin PNS, Manajemen ASN, Manajemen
PNS, penilaian presentasi kerja dam cuti. Selain, itu penulis juga dapat
menjalin hubungan yang baik terhadap para pegawai sehingga nantinya
penulis mampu mempersiapkan diri dalam memenuhi tuntutan persaingan
dalam dunia kerja yang semakin ketat.
Buat per poin, hubungkan dengan tujuan yang ditulis di depan
4.2. Saran
Berasarkan pengamatan penulis selama berlangsungnya kegiatan
magang, terdapat beberapa saran yang mungkin dapat memberikan dampak
baik bagi Loka POM di Hulu Sungai Utara yaitu meningkatkan tingkat
kedisiplinan pegawai dalam bekerja, seperti datang ke kantor tepat waktu dan
mewajibkan kegiatan senam pagi setiap pegawai untuk menunjang hidup
sehat.

22

Anda mungkin juga menyukai