PENDAHULUAN
1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.4. DEFINISI APOTEKER DAN ASISTEN APOTEKER
Peran dan fungsi apoteker di apotek yang melayani langsung pasien adalah
sebagai :
1. Pelayan
a. Membaca resep dengan teliti, meracik obat dengan cepat, membungkus
dan menempatkan obat dalam wadah/bungkus yang cocok dan memeriksa
serta memberi etiket dengan teliti.
b. Memberikan informasi/konsultasi tentang obat kepada pasien, tenaga
kesehatan masyarakat.
Tugas apoteker dalam bidang pelayanan :
a. Sebagai pelayan resep melakukan :
- Skrining/pembacaan resep seperti : Nama Dokter, Alamat, SIP,
Tanggal Penulisan, Paraf, Tanda Tangan, Dll.
b. Sebagai tenaga promosi dan edukasi, melakukan :
- Swa medikasi (dengan medication record)
- Penyebaran brosur, poster tentang kesehatan
c. Sebagai tenaga pelayanan residensi (home care)
- Untuk penyakit kronis (dengan medication record)
2. Manajer
Sebagai manajer adalah :
- Menyusun prosedur tetap.
- Mengelola obat, sumber daya manusia, peralatan dan uang di apotek.
- Mengelola sumber daya (resources) di apotek secara efektif dan efisien.
Sementara itu aoteker dibantu oleh :
a. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping
Apoteker Pengelola Apotek atau menggantikannya pada jam-jam tertentu
pada hari buka apotek.
b. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan Apoteker
Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak
7
berada di tempat lebih dari 3 bulan secara terus menerus, telah memiliki
Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek
lain.
Dalam hal ini obat bebas dan obat bebas terbatas harus di distribusikan ke
sarana-sarana pelayanan farmasi yang telah memiliki ijin untuk menyimpan obat-
obatan untuk dijual secara eceran ditempat tertentu dan telah mempekerjakan
seorang tenaga farmasi seperti apoteker ataupun asisten apoteker sebagai
penanggung jawab teknis farmasi (Keputusan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia) Nomor. 1331/MENKES/SK/X/2002). Tujuannya adalah untuk
memberikan perlindungan terhadap konsumen (pasien) mengenai terjaminnya
mutu obat yang sampai ke tangan pasien,serta dapat melakukan advokasi terhadap
pasien dengan memberikan segala informasi terkait obat yang di konsumsi (cara
pemberian, efek samping, interaksi obat, dll).
13
2.7 DISTRIBUSI OBAT NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA
1. Obat Narkotika
Menurut Undang-undang RI No. 35 tahun 2009, Narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam
golongan I, II dan III. Penandaan obat narkotika berdasarkan peraturan
yang dapat dalam ordonisasi obat bius adalah "Palang Medali Merah".
Logo Obat Narkotika
14
- PBF tertentu hanya dapat menyalurkan narkotika kepada PBF lainnya,
apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi.
- Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu hanya dapat
menyalurkan narkotika kepada rumah sakit pemerintah, puskesmas
dan balai pengobatan pemerintah tertentu.
- Narkotika golongan 1 hanya dapat disalurkan kepada pabrik obat
tertentu untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Obat Psikotropika
Menurut Undang-undang RI No. 5 Tahun 1997, Psikotropika adalah zat
atau obat baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Menurut
Undang-undang RI No.5 tahun 1997, Psikotropika yang mempunyai
potensi sindroma ketergantungan dibagi dalam golongan I, II, III, dan IV.
Penandaan untuk psikotropika sama dengan penandaan obat keras, hal ini
mungkin karena pengaruh ordonisasi, sehingga psikotropika memiliki
tanda berupa "lingkaran bulat berwarna merah dengan huruf K berwarna
hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam."
Logo Obat Psikotropika
16
Pemusnahan dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya
memuat :
17
tersebut. ( Di Apotek Citra Farma tidak terdapat Obat Narkotika dan
Psikotropika).
18
BAB III
APOTEK
3.1 Sejarah Apotek
Apotek Citra Farma didirikan pada tanggal 6 Maret 2014 oleh
BapakHendro Sulistiono SH,S.IP,ST,M.PD. yang bertempat di Jl.Raya Banjaran
No. 108 A dengan berdasarkan Surat Izin Apotek yang dikeluarkan oleh Dinas
Kesehatan Bandung No. 449/006-Apt/11-15-DINKES dan Apoteker Sofyan
Setiawan,S Farm.,Apt. dengan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) No. 440/041-
11-17/Apt/DINKES. Apotek tersebut diberi nama Citra oleh pemilik apotek, nama
Citradiambil dari nama istri Pemilik Sarana Apotek, sehingga apotek tersebut
diresmikan dengan nama Citra Farma.
3.2 Struktur Organisasi Apotek Citra Farma
Apoteker
Ilma Aliyah,S.Farm.,Apt
Asisten Apoteker 2
Lina Deliyanti
19
3.3 Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan
1. Penyimpanan Obat
Ada beberapa sistem atau tata cara penyimpanan obat yang di terapkan di
apotek, instalansi farmasi, gudang farmasi diantaranya adalah :
1. FIFO dan FEFO
FIFO adalah kependekan dari First in first out yang artinya barang yang
datang terlebih dahulu, dikeluarkan pertama. Biasanya penyimpanan obat
dengan menggunakan sistem FIFO ini digunakan untuk menyimpan obat
tanpa memperhatikan tanggal kadaluarsa. FEFO adalah kependekan dari
First expire first out yang artinya barang yang lebih dahulu kadaluarsa
(ED), yang akan dikeluarkan terlebih dahulu. Tempatkan obat dengan
tanggal kadaluarsa yang lebih pendek di depan obat yang berkadaluarsa
lebih lama. Bila obat mempunyai tanggal kadaluarsa sama, tempatkan obat
yang baru diterima dibelakang obat yang sudah berada diatas rak.
Penggabungan dua sistem tersebut yaitu FIFO dan FEFO adalah hal yang
paling ideal dilakukan.
2. Berdasarkan alphabet
Penyimpanan obat berdasarkan abjad bertujuan untuk mempermudah
pengambilan obat dan untuk penyimpanan berdasarkan abjad ini juga harus
berdasarkan bentuk sediaan. Misal sediaan salep kita urutkan dari huruf B
(betamethason), C (chloramphecort), D (dermatic) dan seterusnya.
3. Berdasarkan kelas terapi obat
Obat ini di kelompokkan berdasarkan khasiat atau indikasi obat tersebut,
misal golongan antibiotika dikelompokkan jadi satu dengan golongan
antibiotika, golongan analgetik-antipiretik dan lain sebagainya.
4. Berdasarkan bentuk sediaan
20
Dikarena kan ada macam-macam bentuk sediaan obat yang mempunyai
kesamaan bentuk sediaan disimpan secara bersamaan diatas rak. Misal
untuk obat oral di simpan di rak yang sama namun agar mudah
penyimpanannya obat oral dengan sediaan tablet atau kapsul bisa kita
pisahkan dengan bentuk sediaan suspensi dll.
21
Penyimpanan alat kesehatan di Apotek Citra Farma sesuai dengan
penggunaan.
3.4 Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika
1. Obat Narkotika
Narkotika yang berada di apotek wajib disimpan secara khusus sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Mentri Kesehatan dalam UU
No.35 tahun 2009 pasal 14 ayat 1.
Adapun tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam PerMenkes
No.28/Menkes/Per/1987 tentang tata cara penyimpanan narkotika pasal 5
dan 6 menyebutkan bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk
menyimpan narkotika yang memenuhi persyaratan yaitu :
1) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat
2) Harus mempunyai kunci ganda yang berlainan.
3) Dibagi 2 masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian 1
digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya
serta persediaan narkotika. Bagian 2 digunakan untuk menyimpan
narkotika yang digunakan sehari-hari.
4) Lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang
40×80×100 cm3, lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.
5) Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain
narkotika, kecuali ditentukan oleh Menkes.
6) Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang diberi
kuasa.
7) Lemari khusus harus diletakkan di tempat yang aman dan tidak
diketahui oleh umum.(di Apotek Citra Farma tidak terdapat Obat
Narkotika).
2. Obat Psikotropika
Sampai saat ini penyimpanan untuk obat-obatan golongan
psikotropika belum diatur oleh undang-undang. Namun karena obat-
obatan psikotropika ini cenderung untuk di salah gunakan, maka
disarankan agar penyimpanan obat-obatan psikotropika tersebut dalam rak
22
atau lemari khusus yang dipisah dengan obat-obatan yang lain, harus
dikunci, tidak terlihat dari pasien dan membuat kartu stok psikotropika. (di
Apotek Citra Farma tidak terdapat obat Psikotropika).
3.5 Pembelian Obat Bebas, Bebas Terbatas dan Obat Keras
Pada dasarnya sebelum apotek membuat surat pesanan terlebih dahulu
dilakukan pengecekan obat yang habis dan kemudian dicatat dalam buku
defecta. Biasanya Apotek Citra Farma melalukan pengadaan atau
pembelian barang kepada distributor yang telah menjadi langganan.
Pembelian barang dilakukan baik secara tunai maupun kredit.
3.6 Pembelian Obat Narkotika dan Psikotropika
1. Pembelian Narkotika
Pemesanan Narkotika hanya dapat dilakukan oleh Pedagang Besar
Farmasi (PBF) Kimia Farma. Pesanan Narkotika bagi apotek di tanda
tangani oleh APA dengan menggunakan surat pesanan rangkap empat,
dimana tiap jenis pemesanan narkotika menggunakan satu surat pesanan
yang dilengkapi dengan SIPA apoteker dan stempel apotek.
2. Pembelian Psikotropika
Tata cara pembelian obat-obat Psikotropika sama dengan pemesanan
obat lainnya dengan surat pemesanan yang sudah ditandatangani oleh
APA yang mempunyai SIPA, yang dikirim ke pedagang besar farmasi.
Pemesanan Psikotropika tidak memerlukan surat pemesanan khusus dan
dapat dapat dipesan apotek dari PBF atau pabrik obat. Penyaluran
psikotropika tersebut diatur dalam Undang-undang No.5 tahun 1997 pasal
12 ayat 2 dinyatakan bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek hanya
dapat dilakukan kepada apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek
lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pelayanan
resep. Satu lembar surat pesanan psikotropika dapat terdiri dari beberapa
jenis obat psikotropika.
3.7 Penjualan Obat Non Resep
Penjualan obat no resep adalah penjualan obat dan perbekalan
farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat OTC
23
(over the counter) baik obat bebas maupun obat bebas terbatas. Pelayanan
penjualan obat dan alat kesehatan yang dijual bebas di counter swalayan
farmasi termasuk kosmetik, dilakukan terhadap pasien yang memerlukan
obat dan alat kesehatan tanpa resep dari dokter. Pada pelayanan obat OTC
pembayarannya dilakukan secara tunai.
25
BAB IV
PEMBAHASAN
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Apotek Citra Farma merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakuin praktek kefarmasian oleh Apoteker dan Asisten apoteker. Hasil yang
diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah diselesaikan selama
kurang lebih 2 (dua) bulan adalah penulis telah mendapatkan berbagai macam
ilmu pengetahuan di bidang farmasi antara lain pengalaman baru di dunia kerja
yang sebelumnya tidak pernah saya alami, kemudian mengetahui lebih banyak
indikasi dan berbagai macam informasi tentang obat-obatan yang ada di Apotek
Citra Farma tersebut, serta membentuk penulis sendiri untuk lebih mempunyai
28
karakter dan menjadi pribadi yang kompeten dalam dunia kerja dengan pelatihan
mental sehari-hari sehingga mendidik kamu untuk memiliki sifat mandiri, percaya
diri, pekerja keras, tekun, ulet, cepat tanggap, disiplin, selalu menerapkan
kejujuran serta mampu mengatasi atau memecahkan berbagai macam
permasalahan pelayanan terhadap masyarakat, juga mendapatkan kemampuan
berinteraksi dengan banyak orang yang memiliki sifat dan watak yang berbeda.
Sehingga penulis dan para siswa/i lain mampu membawa pengalaman yang telah
di dapatkan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Citra Farma untuk
diterapkan di sekolah.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Pihak Instansi
a. Pengadaan obat yang teratur dan terkontrol untuk kelangsungan
pelayanan kesehatan di apotek yang baik.
b. Perluasan etalase obat agar obat-obatan yang ada dapat tertata dengan
rapi.
c. Melengkapi stok obat, serta hendaknya menampilkan bagian etalase
perlu diperhatikan dengan cara :
d. Penataan barang/obat pada lemari.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
30
LAMPIRAN 2
Surat pesanan Obat Prekursor
31
LAMPIRAN 3
Contoh Etiket Luar
32
LAMPIRAN 4
Faktur Distributor
LAMPIRAN 5
Obat Bebas, Bebas Terbatas dan Obat Keras
33
34
LAMPIRAN 6
Salep
35
LAMPIRAN 7
Stok obat
LAMPIRAN 8
Alat Kontrasepsi
36
LAMPIRAN 9
Alat Kesehatan
LAMPIRAN 10
Struktur Organisasi Apotek Citra Farma
Apoteker
Ilma Aliyah,S.Farm.Apt
Asisten Apoteker 1
Pemilik Apotek
Hendro Sulistiono, S.H.,S.Ip.,ST,M.PD
Radella Vania Rachmy
Asisten Apoteker 2
Lina Deliyanti
37
LAMPIRAN 11
Apotek Citra Farma
38
DAFTAR PUSTAKA
39
RIWAYAT HIDUP
40