Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kegiatan praktek kerja lapangan merupakan metode pembelajaran siswa
SMK untuk mengenal dunia usaha sebelum mereka terjun ke dunia usaha yang
sebenernya, kegiatan praktek kerja lapangan merupakan pendidikan sistem ganda
yang memberikan pengalaman bagi siswa SMK tentang dunia usaha atau dunia
industri.
Dengan demikian, kegiatan praktek kerja lapangan sejalan dengan
kebijakan bahwa pendidikan bagian integral dari kehidupan masyarakat, dan juga
dunia usaha atau dunia industri turut adil untuk memajukan pendidikan dalam
mencerdaskan anak bangsa yang menjadi bagian yang sangat diharapkan.
Sehingga pendidikan menengah kejuruan itu sangat menguntungkan dan
mempersiapkan siswa/siswi untuk memasuki lapangan kerja serta
mengembangkan sikap yang profesional untuk dapat bekerja dalam bidang
tertentu.
Praktek kerja lapangan, yaitu praktek kerja yang dilakukan oleh pihak
sekolah dengan instansi pemerintah misalnya apotek, rumah sakit, klinik, industri
danaun sebagainya. Program praktek kerja lapangan ini merupakan salah satu cara
yang paling efektif untuk memadukan antara praktek dan teori yang diterima
disekolah dengan praktek kerja nyata di instansi tertentu. Dengan harapan utama
dari kegiatan praktik kerja lapangan yaitu dapat meningkatkan kualitas,
kemampuan, motifasi, disiplin, tangung jawab, dan kreatif. Serta siswa siswi
mampu bekerja sebagai tenaga kefarmasian dalam produksi dan distribusi,
membantu kegiatan administrasi, pengawasan dan penyuluhan kepada masyarakat
maka dengan itu untuk menghasilkan tenaga farmasi yang sesuai dengan yang
diharapkan.

1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

1.2.1 Tujuan Praktek Kerja Lapangan


a. Untuk menjadikan farmasi yang jujur, profesional, disiplin, dan
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya serta mampu bekerja dalam
sistem pelayanan kesehatan masyarakat khususnya pada bidang farmasi.
b. Untuk meningkatkan pengetahuan dan memperluas mengetahui dan
memahami pengelolaan perbekalan farmasi.
c. Mengetahui dan memahami pengelolaan perbekalan farmasi.
d. Memberikan kemudahan kesempatan kerja bagi lulusan SMK.
e. Mengetahui dan memberikan kesempatan untuk beradaptasi dengan
lingkungan kerja yang sebenernya untuk mendapat ilmu baru yang
terjadi pada saat praktek kerja lapangan dan menerapkannya di sekolah,
meningkatkan efesiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerj
yang berkualitas profesional.

1.2.2 Manfaat Praktek Kerja Lapangan


a. Manfaat Bagi Sekolah
Tujuan pendidikan untuk memberikan keahlian profesional bagi peserta
didik lebih terjamin pencapaiannya. Terdapat kesesuaian yang lebih pas
antara program pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja (kesesuaian
dengan prinsip Link Match) Memberikan kepuasan bagi penyelenggara
pendidikan kesekolah karena lulusnya lebih terjamin memperolehnya
bekal yang bermanfaat, baik untuk kepentingan dunia kerja, maupun
kepentingan bangsa.

b. Manfaat Bagi Peserta Didik


Menambah ilmu dari dunia kerja yang sesungguhnya, karena setelah
lulus akan betul-betul memiliki keahlian profesional sebagai bekal untuk
2
meningkatkan taraf hidupnya dan sebagai bekal untuk pengembangan
dirinya secara berkelanjutan.

1.3 WAKTU DAN TEMPAT PRAKTEK KERJA LAPANGAN

1.3.1 Waktu Praktek Kerja Lapangan


Praktek kerja lapangan dilaksanakan dari 02 Juni s/d Juli 2023 dengan
waktu kerja selama 6jam dan dibagi atas 2 shift, diantaranya :
• Shift pagi ke-1 dari pukul 08.00 s/d 13.00
• Shift siang ke-2 dari pukul 13.00 s/d 18.00

1.3.2 Tempat Praktek Kerja Lapangan


Pelaksanaan praktek kerja lapangan dilaksanakan Apotek Citra Farma
Banjaran No. 108, Kp.Muara RT 01/01, Desa Banjaran Wetan, Kecamatan
Banjaran.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI UMUM APOTEK


Menurut peraturan pemerintah Indonesia nomor 51 tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Yang di maksud pekerjaan
kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional.

2.2 TUGAS DAN FUNGSI APOTEK


Berdasarkan peraturan pemerintah no 51 tahun 2009, tentang tugas dan
fungsi apotek adalah :
1. Pengabdian profesi seorang apoteker yang mengucapkan sumpah
jabatan apoteker.
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan
farmasi,antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional dan
kosmetik.
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sedia anfarmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau
penyaluran obat, pengelolaan obat pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan obat, bahan obat dan obat tradisional.

2.3 PERSYARATAN APOTEK


Menurut KepMenkes RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, disebutkan bahwa
persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan izin apotek, apotek atau apoteker yang bekerja
sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus
4
siap dengan tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan
perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik
pihak lain.
2. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan
pelayanan komiditi lain di luar sediaan farmasi.
Beberapa persyaratan yang harus di perhatikan dalam pendirian apotek adalah :
1. Lokasi dan Tempat, jarak antara apotek tidak lagi di persyaratkan,
namun sebaiknya tetap mempertimbangkan segi penyebaran dan
pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dan kemampuan
daya beli penduduk di sekitar lokasi apotek, kesehatan lingkungan,
keamanan dan mudah di jangkau masyarakat dengan kendaraan.
2. Bangunan dan kelengkapan, bangunan apotek harus mempunyai luas
dan memenuhi persyaratan yang cukup, serta memiliki persyaratan
teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan
fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang
farmasi. Bangunan apotek sekurang kurangnya terdiri dari :Ruang
tunggu, ruang administrasi, dan ruang kerja apoteker, ruang peracikan
dan penyerahan obat, tempat pencucian obat, kamar mandi dan toilet.
Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan : Sumber air yang
memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik dan memenuhi
syarat higienis, papan nama yang memuat nama apotek, nama APA,
nomor SIA, alamat apotek, nomor telepon apotek.
3. Perlengkapan Apotek, apotek harus memiliki perlengkapan antara lain :
- Alat pembuang, pengolahan dan peracikan seperti timbangan,
mortir,gelas ukur dll.
- Perlengkapan dan penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti
lemari obat dan lemari pendingin.
- Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pembungkus
- Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan
beracun.

5
2.4. DEFINISI APOTEKER DAN ASISTEN APOTEKER

2.4.1 Pengertian Apoteker


Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (berdasarkan peraturan pemerintah
No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian). Pendidikan apoteker dimulai
dari pendidikan sarjana (S-1), yang umumnya ditempuh selama empat tahun, di
tambah satu tahun untuk pendidikan profesi apoteker. Apoteker di Indonesia
bergabung dalam organisasi profesi apoteker yang disebut Ikatan Apoteker
Indonesia (IAI). Apoteker di Indonesia kurang di akui keberadaannya tidak seperti
halnya di negara lain.
Banyak yang mengatakan kesejahteraan apoteker sekarang ini di Indonesia
sangat memprihatinkan dibanding 10 tahun yang lalu.
Secara umum, pekerjaan kefarmasian yang dilakukan oleh seorang apoteker
adalah di bidang pengadaa, produksi, distribusi, dan pelayanan sediaan farmasi.
Apoteker dapat bekerja pada instansi pemerintah, institusi pendidikan, industri
farmasi/kosmetik/pangan/alat kesehatan, pedagang besar farmasi, penyalur alat
kesehatan, rumah sakit, apotek. dsb.
Seorang apoteker yang baru lulus juga di sumpah seperti dokter. Sumpah
itu di maksudkan agar seorang apoteker bersungguh-sungguh dalam
mengaplikasikan ilmu kefarmasiannya demi kebaikan manusia. Seorang apoteker
di larang menggunakan pengetahuannya untuk merugikan orang lain. Nama gelar
kesarjanaan dan keprofesian seorang apoteker adalah S,Farm.,APT atau S.Si.,Apt.

2.4.2 Peranan, Fungsi dan Tugas Apoteker


Dalam undang-undang (UU) kesehatan nomor 21 tahun 1992 telah diatur
tentang peranan profesi apoteker, yakni pembuatan, termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi,pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat,
6
pengelolaan obat, pelayanan obat atau resep dokter, pelayanan iformasi obat serta
pengembangan obat dan obat tradisional.

Peran dan fungsi apoteker di apotek yang melayani langsung pasien adalah
sebagai :
1. Pelayan
a. Membaca resep dengan teliti, meracik obat dengan cepat, membungkus
dan menempatkan obat dalam wadah/bungkus yang cocok dan memeriksa
serta memberi etiket dengan teliti.
b. Memberikan informasi/konsultasi tentang obat kepada pasien, tenaga
kesehatan masyarakat.
Tugas apoteker dalam bidang pelayanan :
a. Sebagai pelayan resep melakukan :
- Skrining/pembacaan resep seperti : Nama Dokter, Alamat, SIP,
Tanggal Penulisan, Paraf, Tanda Tangan, Dll.
b. Sebagai tenaga promosi dan edukasi, melakukan :
- Swa medikasi (dengan medication record)
- Penyebaran brosur, poster tentang kesehatan
c. Sebagai tenaga pelayanan residensi (home care)
- Untuk penyakit kronis (dengan medication record)
2. Manajer
Sebagai manajer adalah :
- Menyusun prosedur tetap.
- Mengelola obat, sumber daya manusia, peralatan dan uang di apotek.
- Mengelola sumber daya (resources) di apotek secara efektif dan efisien.
Sementara itu aoteker dibantu oleh :
a. Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping
Apoteker Pengelola Apotek atau menggantikannya pada jam-jam tertentu
pada hari buka apotek.
b. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan Apoteker
Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak
7
berada di tempat lebih dari 3 bulan secara terus menerus, telah memiliki
Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek
lain.

2.5 ASISTEN APOTEKER

2.5.1 Pengertian Asisten Apoteker


Asisten apoteker yang dimuat dalam keputusan mentri kesehatan RI No.
1332/MENKES/SK/X 2002 adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian
sebagai asisten apoteker. Sedangkan asisten apoteker menurut pasal I keputusan
mentri kesehatan RI No. asisten apoteker menyebutkan bahwa "asisten apoteker
adalah tenaga yang berijazah sekolah menengah farmasi, akademi farmasi dan
farmasi politeknik kesehatan, akademi analisis farmasi dan makanan jurusan
analisis farmasi dan makanan politeknik kesehatan sesuai dengan peraturan
perundang undangan yang berlaku. Tempat kerja asisten apoteker tenaga
kefarmasian bekerja pada sarana kefarmasian yaitu tempat yang digunakan untuk
Melaka pekerjaan kefarmasian antara lain industri farmasi termasuk obat
tradisional dan kosmetik, instalasi farmasi, apotek, dan toko obat.
Hak dan kewajiban asisten apoteker sebagai salah satu tenaga kefarmasian yang
selalu bekerjasama dibawah pengawasan seorang apoteker yang memiliki SIA
(Surat Izin Apotek). Apoteker pengelola apotek (APA) merupakan orang yang
bertanggung jawab di apotek dalam melakukan pekerjaan kefarmasian. Pelayanan
kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker dan asisten apoteker di apotek
haruslah sesuai dengan standar profesi yang dimilikinya. Dimana seorang
apoteker dan seorang asisten apoteker di tuntut oleh masyarakat pengguna obat
(pasien) harus bersifat profesional dan baik. Hak yang dimiliki oleh asisten
apoteker menurut keputusan mentri kesehatan RI No.
1332/MENKES/SK/X/2002, yaitu :
8
1. Mendapatkan gaji dan tunjangan selama bekerja.
2. Mendapatkan keuntungan yang diperoleh apotek berdasarkan atas
kesepakatan dengan pemilik sarana apotek (PSA).
3. Mendapatkan tunjangan kesehatan.
4. Mendapatkan libur dan cuti tahunan.
5. Mendapatkan jaminan keselamatan pada waktu bekerja.
6. Memilih apotek dan pindah ke apotek lain sesuai dengan keinginan.

2.5.2 Tugas dan Tanggung Jawab Asisten Apoteker


Kewajiban yang dimiliki asisten apoteker menurut keputusan mentri
kesehatan RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 adalah sebagai berikut :
1. Melayani resep dokter sesuai dengan tanggung jawab dan standar profesinya
yang dilandasi pada kepentingan masyarakat serta melayani penjualan obat
yang dapat dibeli tanpa resep dokter.
2. Memberi informasi :
a. Yang berkaitan dengan penggunaan/pemakaian obat yang diserahkan
kepada pasien.
b. Penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional atas permintaan
masyarakat informasi yang diberikan harus benar, jelas dan mudah di
mengerti secara penyampaiannya disesuaikan dengan kebutuhan,selektif,
etika, bijaksana dan hati-hati.
Informasi yang diberikan kepada pasien sekurang kurangnya meliputi : cara
pemakaian obat, cara penyimpanan obat, makanan/minuman/aktifitas yang hendak
nya dihindari selama terapi dan informasi lain yang diperlukan.
1. Menghormati hak pasien dan menjaga kerahasiaan indentitas serta data
kesehatan pribadi pasien.
2. Melakukan pengelolaan apotek meliputi :
a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan, pencampuran,
penyimpanan, dan penyerahan obat dan bahan obat.
b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan sediaan farmasi
lainnya.
9
c. Pelayanan informasi mengenai sediaan farmasi
Sistem distribusi obat bebas dan obat bebas terbatas yang ideal menurut SK
Menkes No. 3987/A/SK/73 adalah distribusi dari :
1. Distributor ke sarana penyaluran/pedagang besar farmasi (PBF), kemudian
2. Dari PBF akan di distribusikan kesarana pelayanan pelayanan seperti
apotek, instalasi farmasi, praktek bersama dan toko obat.

Dalam hal ini obat bebas dan obat bebas terbatas harus di distribusikan ke
sarana-sarana pelayanan farmasi yang telah memiliki ijin untuk menyimpan obat-
obatan untuk dijual secara eceran ditempat tertentu dan telah mempekerjakan
seorang tenaga farmasi seperti apoteker ataupun asisten apoteker sebagai
penanggung jawab teknis farmasi (Keputusan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia) Nomor. 1331/MENKES/SK/X/2002). Tujuannya adalah untuk
memberikan perlindungan terhadap konsumen (pasien) mengenai terjaminnya
mutu obat yang sampai ke tangan pasien,serta dapat melakukan advokasi terhadap
pasien dengan memberikan segala informasi terkait obat yang di konsumsi (cara
pemberian, efek samping, interaksi obat, dll).

2.6 DISTRIBUSI OBAT BEBAS, BEBAS TERBATAS DAN OBAT


KERAS

2.6.1 Distribusi Obat Bebas dan Bebas Terbatas


a. Obat Bebas
Obat bebas yaitu obat yang boleh dijual bebas dan tidak berbahaya.
Masyarakat dapat menggunakannya sendiri tanpa pengawas dokter.
Obat ini pada kemasannya terdapat lingkaran berwarna hijau dengan
garis tepi berwarna hitam, sesuai dengan SK MENKES No
2380/A/SK/VI/183 tentang tanda khusus untuk Obat
Bebas dan Obat Bebas Terbatas.Sistem distribusi obat bebas dan
bebas terbatas yang ideal menurut SK MENKES No.3987/A/SK/73
adalah distribusi dari :
10
1. Distribusi ke sarana penyaluran/pedagang besar farmasi (PBF),
kemudian
2. Dari PBF akan di distribusikan ke sarana pelayanan seperti
apotek,instalasi farmasi, praktek bersama dan toko obat.

Logo Obat Bebas

Contoh obat bebas yaitu :


• Vitacimin
• Biogesic
b. Obat Bebas Terbatas
Menurut keputusan mentri kesehatan republik indonesia Obat Bebas
Terbatas "W" (waarchuwing) adalah obat yang dapat diserahkan
kepada pemakainya tanpa resep dokter, tetapi dalam penyerahannya
harus memenuhi persyaratan berikut :
1. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkus asli dari pabrik
atau pembuatnya
2. Pada penyerahannya, oleh pembuat atau penjual harus
mencantumkan tanda peringatan yang tercetak sesuai contoh.
Tanda peringatan tersebut berwarna hitam berukuran panjang
5cm, dan lebar 2 cm dan memuat pemberitahuan sebagai berikut :
P No. 1 : Awas! Obat keras Bacalah aturan memakainya
Contoh : Antimo, Fatigon.
P No. 2 : Awas! Obat keras Hanya untuk kumur jangan di
telan Contoh : Enkasari, Listerin
P No. 3 : Awas! Obat keras Hanya untuk bagian luar badan
Contoh : Betadine, Neo Ultrasiline
11
P No. 4 : Awas! Obat keras Hanya untuk dibakar Contoh :
Sigaret astma
P No. 5 : Awas! Obat keras Tidak boleh di telan Contoh :
Bufacetin, Bravoderm
P No. 6 : Awas! Obat keras Obat wasir jangan ditelan
Contoh : Dulcolax, Suppositoria.
Penandaan obat bebas terbatas diatur berdasarkan Keputusan
Mentri Kesehatan RI No. 2380/A/SK/1983 tanda khusus untuk
Obat Bebas Terbatas berupa "lingkaran biru dengan garis tepi
berwarna hitam".

Logo Obat Bebas Terbatas

Contoh obat bebas terbatas yaitu :


• Termorex
• Mixagrip
• Hufagrip
• Antimo
c. Obat Keras Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa belanda
"G" singkatan dari "Gevaarlijk" artinya berbahaya, maksudnya
obat yang dalam penyerahannya harus dengan resep dokter.
Menurut Keputusan Mentri Kesehatan RI Obat Keras adalah :
1. Semua obat yang pada bungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata
dipergunakan secara parenteral, baik dengan cara suntikan maupun
dengan cara pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli
dari jaringan.
12
2. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan
telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak
membahayakan kesehatan manusia.
3. Semua obat yang tercantum daftar obat keras.
Contoh :
• Lerzin
• Amoxicillin
• Amlodipine
• Neuralgin
Alur distribusi obat keras :
a. Industri farmasi - PBF - Apotek - Pasien
b. Industri farmasi - Toko obat berizin - Pasien
c. Industri farmasi - Warung obat - Pasien
Penandaan obat keras diatur berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan
RI No. 02396/A/SK/VIII/1986 tanda khusus obat keras datar G adalah
"lingkaran bulat berwarna merah garis tepi berwarna hitam dengan
huruf K yang menyentuh garis tepi".
Logo Obat Keras

Contoh obat keras yaitu :


• Yusimox
• Allopurinol
• Vesperum
• Meloxicam

13
2.7 DISTRIBUSI OBAT NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA
1. Obat Narkotika
Menurut Undang-undang RI No. 35 tahun 2009, Narkotika adalah zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
dan dapat menimbulkan ketergantungan yang dibedakan kedalam
golongan I, II dan III. Penandaan obat narkotika berdasarkan peraturan
yang dapat dalam ordonisasi obat bius adalah "Palang Medali Merah".
Logo Obat Narkotika

Contoh obat narkotika yaitu :


• Codein
• Morfin
• Petidin
• Opium
a. Penyaluran
Importir, eksportir, pabrik obat, pedagang besar farmasi, dan sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah dapat melakukan kegiatan
penyaluran narkotika sesuai dengan ketentuan dalam UU.
- Importir hanya dapat menyalurkan narkotika kepada pihak obat
tertentu atau PBF tertentu.
- Pabrik obat tertentu hanya dapat menyalurkan narkotika kepada
eksportir, PBF apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi
pemerintah tertentu, rumah sakit dan lembaga ilmu pengetahuan
tertentu.

14
- PBF tertentu hanya dapat menyalurkan narkotika kepada PBF lainnya,
apotek, sarana penyimpanan sediaan farmasi.
- Sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah tertentu hanya dapat
menyalurkan narkotika kepada rumah sakit pemerintah, puskesmas
dan balai pengobatan pemerintah tertentu.
- Narkotika golongan 1 hanya dapat disalurkan kepada pabrik obat
tertentu untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Obat Psikotropika
Menurut Undang-undang RI No. 5 Tahun 1997, Psikotropika adalah zat
atau obat baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Menurut
Undang-undang RI No.5 tahun 1997, Psikotropika yang mempunyai
potensi sindroma ketergantungan dibagi dalam golongan I, II, III, dan IV.
Penandaan untuk psikotropika sama dengan penandaan obat keras, hal ini
mungkin karena pengaruh ordonisasi, sehingga psikotropika memiliki
tanda berupa "lingkaran bulat berwarna merah dengan huruf K berwarna
hitam yang menyentuh garis tepi yang berwarna hitam."
Logo Obat Psikotropika

Contoh obat psikotropika :


• Phenobarbital
• Diazepam
• Sabu-sabu
• Librium
Peredaran psikotropika terdiri dari penyaluran dan penyerahan
psikotropika yang berupa obat hanya diedarkan setelah terdaftar di Depkes
15
RI (Badan POM). Adapun penyaluran psikotropika adalah sebagai
berikut :
1. Penyaluran psikotropika hanya dapat dilakukan oleh pabrik obat, PBF,
Sarana penyimpanan Sediaan Farmasi Pemerintah (SPSFP).
2. PBF hanya dapat menyalurkan psikotropika kepada PBF lain, apotek,
SPSFP, rumah sakit, lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan.
3. SPSFP hanya dapat menyalurkan psikotropika kepada rumah sakit
pemerintah, puskesmas, BP pemerintah.
4. Psikotropika golongan I hanya dapat di salurkan oleh pabrik obat dan
PBF kepada lembaga penelitian dan atau lembaga pendidikan guna
kepentingan ilmu pengetahuan.
5. Psikotropika dapat digunakan untuk ilmu pengetahuan hanya dapat :
a. Disalurkan oleh pabrik obat dan PBF kepada lembaga penelitian
dan atau lembaga pendidikan.
b. Di impor langsung oleh lembaga penelitian dan atau Lembaga
pendidikan.
c. Di impor langsung oleh lembaga penelitian dan atau Lembaga
pendidikan.
2.8 Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika
Penyimpanan narkotika diatur dala Permenkes RI No.
28/MENKES/PER/I/1987, yaitu bahwa narkotika disimpan dalam lemari khusus
yang terbuat dari kayu dengan ukuran 40×80×100cm. Jika ukurannya kurang dari
ketentuan diatas, maka lemari tersebut harus menempel pada dinding atau alasnya
ditanam di lantai. Lemari tersebut mempunyai dua sekat dan masing-masing sekat
harus mempunyai kunci tersendiri, bagian pertama untuk menyimpan Morin,
Petidin dan Garam- garamnya, sedangkan pada bagian kedua untuk menyimpan
obat narkotika lain dan untuk pemakaian sehari-hari. Apabila narkotika tersebut
sudah tidak memenuhi standar untuk digunakan dalam pelayanan kesehatan atau
berkaitan dengan tindak pidana maka dilakukan pemusnahan. Pemusnahan ini
dilakukan oleh pihak apotek dengan di saksikan oleh petugas Dinas Kesehatan II.

16
Pemusnahan dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya
memuat :

1) Nama, jenis dan jumlah obat


2) Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dilakukannya
pemusnahan.
3) Tanda tangan dan identitas lengkap pelaksana dan pejabat yang
menyaksikan pemusnahan.
Berita acara pemusnahan tersebut kemudian dikirimkan kepada Balai
POM dan Dinas Kesehatan Daerah tingkat II setempat, dengan tembusan
kepada Dinas Kesehatan tingkat provinsi, Balai POM tingkat provinsi
dan PBF Kimia Farma sebagai distributor tunggal untuk sediaan
narkotika. Penyimpanan obat Psikotropika di tempatkan pada tempat
tersendiri. Obat yang tidak memenuhi persyaratan untuk digunakan
dalam pelayanan kesehatan, kadaluarsa atau karena berkaitan dengan
tindak pidana harus di musnahkan. Pemusnahan dilakukan oleh
pemerintah, orang atau badan yang bertanggung jawab atas produksi dan
atau peredaran psikotropika, sarana kesehatan tertentu, serta lembaga
ilmu pengetahuan tertentu dengan disaksikan oleh pejabat departemen
yang bertanggung jawab di bidang kesehatan. Setiap pemusnahan
psikotropika wajib dibuatkan berita acara pemusnahan.

2.9. PENANGANAN RESEP OBAT NARKOTIKA DAN


PSIKOTROPIKA
Biasanya jika dalam suatu resep terdapat Obat Narkotika maka obat
tersebut akan diberi garis berwarna merah atau diberi tanda lain. Obat golongan
ini hanya dapat diberikan kepada pasien apabila pasien tersebut menyerahkan
resep asli dari dokter, bukan dengan salinan resep. Dalam penyerahannya
Apoteker atau Tenaga Kefarmasian harus menjelaskan cara penggunaan efek
samping, khasiat dan dosis yang tepat kepada pasien yang menerima resep

17
tersebut. ( Di Apotek Citra Farma tidak terdapat Obat Narkotika dan
Psikotropika).

2.10 PELAPORAN OBAT NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA


2.10.1 Pelaporan Obat Narkotika
Berdasarkan Undang-undang No.35 tahun 2009 pasal 14 ayat 2 dinyatakan
bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan sediaan
farmasi pemerintah apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai
pengobatan dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat,
menyampaikan dan laporan pemakaian morfin dan petidin. Laporan harus di tanda
tangani oleh apoteker pengelola apotek dengan mencantumkan SIPA, SIA, nama
jelas dan stempel stempel apotek, kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas
Kesehatan RI Provinsi setempat dengan tembusan kepada :
• Kepala Balai POM
• Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
• Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung
• Arsip Apotek
2.10.2 Pelaporan Obat Psikotropika
Penjualan/pengeluaran obat psikotropika berdasarkan pelayanan resep
dokter setiap suatu laporan yang dibuat untuk mencatat pembelian/pemasukan dan
bulannya yang di tunjukkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota dengan
tembusan :
• Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
• Kepala Balai POM
• Arsip yang di tanda tangan oleh apoteker penanggungjawab disertai nama
terang, SIK, dan cap apotek. Pelaporan psikotropika dibuat satu bulan sekali
tetapi dilaporkan satu tahun sekali (awal Januari sampai Desember).

18
BAB III
APOTEK
3.1 Sejarah Apotek
Apotek Citra Farma didirikan pada tanggal 6 Maret 2014 oleh
BapakHendro Sulistiono SH,S.IP,ST,M.PD. yang bertempat di Jl.Raya Banjaran
No. 108 A dengan berdasarkan Surat Izin Apotek yang dikeluarkan oleh Dinas
Kesehatan Bandung No. 449/006-Apt/11-15-DINKES dan Apoteker Sofyan
Setiawan,S Farm.,Apt. dengan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) No. 440/041-
11-17/Apt/DINKES. Apotek tersebut diberi nama Citra oleh pemilik apotek, nama
Citradiambil dari nama istri Pemilik Sarana Apotek, sehingga apotek tersebut
diresmikan dengan nama Citra Farma.
3.2 Struktur Organisasi Apotek Citra Farma

Apoteker

Ilma Aliyah,S.Farm.,Apt

Pemilik Apotek Asisten Apoteker 1

Hendro Sulistiono Della Vania Rachmy


SH,S.IP,ST,M.PD

Asisten Apoteker 2

Lina Deliyanti

19
3.3 Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan
1. Penyimpanan Obat
Ada beberapa sistem atau tata cara penyimpanan obat yang di terapkan di
apotek, instalansi farmasi, gudang farmasi diantaranya adalah :
1. FIFO dan FEFO
FIFO adalah kependekan dari First in first out yang artinya barang yang
datang terlebih dahulu, dikeluarkan pertama. Biasanya penyimpanan obat
dengan menggunakan sistem FIFO ini digunakan untuk menyimpan obat
tanpa memperhatikan tanggal kadaluarsa. FEFO adalah kependekan dari
First expire first out yang artinya barang yang lebih dahulu kadaluarsa
(ED), yang akan dikeluarkan terlebih dahulu. Tempatkan obat dengan
tanggal kadaluarsa yang lebih pendek di depan obat yang berkadaluarsa
lebih lama. Bila obat mempunyai tanggal kadaluarsa sama, tempatkan obat
yang baru diterima dibelakang obat yang sudah berada diatas rak.
Penggabungan dua sistem tersebut yaitu FIFO dan FEFO adalah hal yang
paling ideal dilakukan.
2. Berdasarkan alphabet
Penyimpanan obat berdasarkan abjad bertujuan untuk mempermudah
pengambilan obat dan untuk penyimpanan berdasarkan abjad ini juga harus
berdasarkan bentuk sediaan. Misal sediaan salep kita urutkan dari huruf B
(betamethason), C (chloramphecort), D (dermatic) dan seterusnya.
3. Berdasarkan kelas terapi obat
Obat ini di kelompokkan berdasarkan khasiat atau indikasi obat tersebut,
misal golongan antibiotika dikelompokkan jadi satu dengan golongan
antibiotika, golongan analgetik-antipiretik dan lain sebagainya.
4. Berdasarkan bentuk sediaan
20
Dikarena kan ada macam-macam bentuk sediaan obat yang mempunyai
kesamaan bentuk sediaan disimpan secara bersamaan diatas rak. Misal
untuk obat oral di simpan di rak yang sama namun agar mudah
penyimpanannya obat oral dengan sediaan tablet atau kapsul bisa kita
pisahkan dengan bentuk sediaan suspensi dll.

5. Berdasarkan stabilitas obat


Di karena kan obat-obat yang kita simpan bias mengalami kerusakan
karena stabilitas obatnya terganggu, maka dalam penyimpanan kita juga
harus memperhatikan dalam penyimpanan kita juga harus memperhatikan
unsur-unsur kestabilan obat diantaranya :
1) Suhu
Obat yang membutuhkan penyimpanan dengan suhu tertentu harus
disimpan sesuai dengan instruksi yang sesuai dengan yang tertulis
pada label atau box obat.
2) Cahaya
Hampir semua obat kestabilan nya akan terpengaruh oleh sinar cahaya,
sehingga untuk obat-obat tersebut biasanya dikemas dalam kemasan
tahan cahaya di simpan dalam wadah gelap.
3) Kelembaban
Karena obat bersifat menghisap uap air udara sehingga menjadi
lembab maka banyak obat dalam kemasan di sertai pengering (silica
gel) agar tidak lembek. Contohnya obat dalam bentuk kapsul yang
dalam kemasan seperti botol biasanya disertai dengan silica gel agar
tidak lembek dan lengket.
6. Berdasarkan undang-undang
Poin terpenting pada penyimpanan obat ini adalah penyimpanan
berdasarkan undang-undang yang berhubungan dengan narkotika dan
psikotropika.
2. Penyimpanan Alat Kesehatan

21
Penyimpanan alat kesehatan di Apotek Citra Farma sesuai dengan
penggunaan.
3.4 Penyimpanan Obat Narkotika dan Psikotropika
1. Obat Narkotika
Narkotika yang berada di apotek wajib disimpan secara khusus sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Mentri Kesehatan dalam UU
No.35 tahun 2009 pasal 14 ayat 1.
Adapun tata cara penyimpanan narkotika diatur dalam PerMenkes
No.28/Menkes/Per/1987 tentang tata cara penyimpanan narkotika pasal 5
dan 6 menyebutkan bahwa apotek harus memiliki tempat khusus untuk
menyimpan narkotika yang memenuhi persyaratan yaitu :
1) Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat
2) Harus mempunyai kunci ganda yang berlainan.
3) Dibagi 2 masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian 1
digunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya
serta persediaan narkotika. Bagian 2 digunakan untuk menyimpan
narkotika yang digunakan sehari-hari.
4) Lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang
40×80×100 cm3, lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.
5) Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain
narkotika, kecuali ditentukan oleh Menkes.
6) Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang diberi
kuasa.
7) Lemari khusus harus diletakkan di tempat yang aman dan tidak
diketahui oleh umum.(di Apotek Citra Farma tidak terdapat Obat
Narkotika).
2. Obat Psikotropika
Sampai saat ini penyimpanan untuk obat-obatan golongan
psikotropika belum diatur oleh undang-undang. Namun karena obat-
obatan psikotropika ini cenderung untuk di salah gunakan, maka
disarankan agar penyimpanan obat-obatan psikotropika tersebut dalam rak
22
atau lemari khusus yang dipisah dengan obat-obatan yang lain, harus
dikunci, tidak terlihat dari pasien dan membuat kartu stok psikotropika. (di
Apotek Citra Farma tidak terdapat obat Psikotropika).
3.5 Pembelian Obat Bebas, Bebas Terbatas dan Obat Keras
Pada dasarnya sebelum apotek membuat surat pesanan terlebih dahulu
dilakukan pengecekan obat yang habis dan kemudian dicatat dalam buku
defecta. Biasanya Apotek Citra Farma melalukan pengadaan atau
pembelian barang kepada distributor yang telah menjadi langganan.
Pembelian barang dilakukan baik secara tunai maupun kredit.
3.6 Pembelian Obat Narkotika dan Psikotropika
1. Pembelian Narkotika
Pemesanan Narkotika hanya dapat dilakukan oleh Pedagang Besar
Farmasi (PBF) Kimia Farma. Pesanan Narkotika bagi apotek di tanda
tangani oleh APA dengan menggunakan surat pesanan rangkap empat,
dimana tiap jenis pemesanan narkotika menggunakan satu surat pesanan
yang dilengkapi dengan SIPA apoteker dan stempel apotek.
2. Pembelian Psikotropika
Tata cara pembelian obat-obat Psikotropika sama dengan pemesanan
obat lainnya dengan surat pemesanan yang sudah ditandatangani oleh
APA yang mempunyai SIPA, yang dikirim ke pedagang besar farmasi.
Pemesanan Psikotropika tidak memerlukan surat pemesanan khusus dan
dapat dapat dipesan apotek dari PBF atau pabrik obat. Penyaluran
psikotropika tersebut diatur dalam Undang-undang No.5 tahun 1997 pasal
12 ayat 2 dinyatakan bahwa penyerahan psikotropika oleh apotek hanya
dapat dilakukan kepada apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek
lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pelayanan
resep. Satu lembar surat pesanan psikotropika dapat terdiri dari beberapa
jenis obat psikotropika.
3.7 Penjualan Obat Non Resep
Penjualan obat no resep adalah penjualan obat dan perbekalan
farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dari dokter seperti obat OTC
23
(over the counter) baik obat bebas maupun obat bebas terbatas. Pelayanan
penjualan obat dan alat kesehatan yang dijual bebas di counter swalayan
farmasi termasuk kosmetik, dilakukan terhadap pasien yang memerlukan
obat dan alat kesehatan tanpa resep dari dokter. Pada pelayanan obat OTC
pembayarannya dilakukan secara tunai.

3.8 Penjualan Resep Secara Tunai


Penjualan obat dengan resep tunai dilakukan terhadap pasien yang
langsung datang ke apotek untuk menebus obat yang dibutuhkan dan
dibayar secara tunai adalah sebagai berikut :
1) Asisten apoteker menerima resep dari pasien, lalu memeriksa
kelengkapan resep tersebut.
2) Asisten apoteker dan memeriksa ada atau tidaknya obat dalam
persediaan. Bila obat yang dibutuhkan tersedia, kemudian dilakukan
pemberian harga dan memberitahukannya ke pasien. Setelah pasien
setuju segera dilakukan pembayaran atas obat yang telah disetujui.
3.9 Pelaporan Obat Narkotika dan Psikotropika
3.9.1 Pelaporan Obat Narkotika
Berdasarkan Undang-undang No. 35 tahun 2009 pasal 14 ayat 2
dinyatakan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat
kesehatan masyarakat, balai pengobatan, dokter , dan lembaga ilmu
pengetahuan wajib membuat, menyampaikan dan laporan pemakaian
morfin dan petidin. Laporan harus ditanda tangani oleh apoteker pengelola
apotek dengan mencantumkan SIPA, SIA, nama jelas dan stempel apotek,
kemudian dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan RI Provinsi
setempat dengan tembusan kepada :
1) Kepala Balai POM
2) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
3) Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung
24
4) Arsip Apotek
3.9.2 Pelaporan Obat Psikotropika
Penjualan atau pengeluaran obat psikotropika berdasarkan pelayanan
resep dokter setiap suatu laporan yang dibuat untuk mencatat
pembelian/pemasukan dan bukannya yang ditunjukkan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kota dengan tembusan :
• Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
• Kepala Balai POM
• Arsip yang ditanda tangani oleh apoteker penanggung jawab disertai
nama terang, SIK, dan cap apotek. Pelaporan psikotropika dibuat satu
bulan sekali tetapi
dilaporkan satu tahun sekali (awal Januari sampai Desember).

25
BAB IV
PEMBAHASAN

Pekerjaan kefarmasian di Apotek Citra Farma terdiri dari


perencanaan,pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian atau
penyaluran obat, pelayanan obat, berdasarkan swamedikasi dan pelayanan
informasi obat. Semua pekerjaan kefarmasian di Apotek Citra Farma dilakukan
oleh pihak apotek.
Perencanaan obat di Apotek Citra Farma tidak dilihat dari kartu stock
karena belum ada kartu stock tapi dilihat stock obat yang kosong, lalu ditulis
dibuku defecta untuk memesan obat yang kosong kepada Pedagang Besar Farmasi
(PBF)
atau distributor. Perencanaan obat di Apotek Citra Farma dilakukan oleh pihak
apotek.
Pengadaan obat yaitu dengan cara mendefecta obat yang kosong atau
hamper habis stock, selanjutnya pihak apotek memesan obat yang kosong tersebut
kepada Pedagang Besar Farmasi (PBF). Pihak apotek menulis barang yang
kosong di surat pesanan. Surat Pesanan ada dua macam, yaitu Surat Pesanan obat
bebas,bebas terbatas, keras dan Surat Pesanan Prekursor. Surat pesanan prekursor
yaitu untuk memesan obat yang apabila dikonsumsi dalam dosis tinggi dan tidak
sesuai dengan aturan akan mengakibatkan efek narkotika. Penerimaan obat di
Apotek Citra Farma apabila obat datang dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) obat
di periksa kelengkapannya dengan faktur lalu dilihat tanggal kadaluarsanya,
diskon dari setiap obat, lalu jumlah uang yang harus dibayar kepada Pedagang
26
Besar Farmasi (PBF). Setelah itu pihak Apotek Citra Farma menghitung harga
setiap obat yang baru datang tersebut untuk dijual kepada pasien, obat tersebut
diberi harga agar tidak terjadi kesalahan harga saat menjual.
Penyimpanan merupakan kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
cara menempatkan perbekalan farmasi yang dinilai aman. Penyimpanan obat di
Apotek Citra Farma disusun berdasarkan alphabet, golongan, bentuk sediaan dan
juga dengan prinsip First in first out (FIFO) yaitu dimana obat yang lebih dulu
datang dikeluarkan lebih awal dan yang baru masuk disimpan di stock atau
diletakkan dibelakang obat yang lebih dulu keluar.
Pendistribusian atau penyaluran obat di Apotek Citra Farma dilakukan
agar kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar serta mempermudah
penyampaian produk dan jasa dari produsen kepada konsumen. Dengan
pendistribusian yang benar maka stock obat akan terkendali. Apotek Citra Farma
melayani obat berdasarkan resep atau dijual tanpa resep dengan hati-hati agar
tidak disalah gunakan.
Pelayanan informasi obat (PIO) di Apotek Citra Farma diberikan kepada
pasien oleh Asisten Tenaga Kesehatan dan siswa yang sedang melakukan Praktek
Kerja Lapangan (PKL) dengan benar. Pelayanan informasi obat meliputi
kegunaan
obat, aturan pemakaian, efek samping dan harga obat tersebut.
Dalam pelayanan resep dokter, Apotek Citra Farma tidak menerima resep
dengan sediaan racikan. Apotek Citra Farma hanya menerima resep dengan
sediaan
racikan. Apotek Citra Farma hanya menerima resep dengan sediaan jadi. Dalam
melayani pasien swamedikasi, pihak apotek bertindak tegas dan selalu
memperhatikan bagaimana kondisi pasien dan supaya tidak terjadi kesalahan
dalam memberikan obat. Salah satunya yaitu pasien datang ke apotek dengan
menyampaikan keluhan kepada pihak apotek lalu pihak apotek memberikan solusi
untuk membeli obat yang sesuai dengan keluhan pasien tersebut.

27
BAB V
PENUTUP

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah penulis panjatkan syukur


kehadirat Allah SWT, yang mana atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis
dapat menyelesaikan laporan praktek kerja lapangan ini, dan tidak lupa pula
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung penulis baik moral maupun materi dan penulis juga berterima kasih
kepada pihak apotek atas bimbingannya selama melaksanakan praktek kerja
lapangan dan juga atas diberikannya kesempatan untuk melaksanakan praktek
kerja lapangan. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
pembimbing yang telah membimbing hingga penulis menyelesaikan laporan ini.
Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang telah diperbuat baik di sengaja
maupun tidak di sengaja, kami disini masih dalam tahap belajar, jadi harap di
maklumi.

5.1 Kesimpulan
Apotek Citra Farma merupakan sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakuin praktek kefarmasian oleh Apoteker dan Asisten apoteker. Hasil yang
diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang telah diselesaikan selama
kurang lebih 2 (dua) bulan adalah penulis telah mendapatkan berbagai macam
ilmu pengetahuan di bidang farmasi antara lain pengalaman baru di dunia kerja
yang sebelumnya tidak pernah saya alami, kemudian mengetahui lebih banyak
indikasi dan berbagai macam informasi tentang obat-obatan yang ada di Apotek
Citra Farma tersebut, serta membentuk penulis sendiri untuk lebih mempunyai
28
karakter dan menjadi pribadi yang kompeten dalam dunia kerja dengan pelatihan
mental sehari-hari sehingga mendidik kamu untuk memiliki sifat mandiri, percaya
diri, pekerja keras, tekun, ulet, cepat tanggap, disiplin, selalu menerapkan
kejujuran serta mampu mengatasi atau memecahkan berbagai macam
permasalahan pelayanan terhadap masyarakat, juga mendapatkan kemampuan
berinteraksi dengan banyak orang yang memiliki sifat dan watak yang berbeda.
Sehingga penulis dan para siswa/i lain mampu membawa pengalaman yang telah
di dapatkan selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Citra Farma untuk
diterapkan di sekolah.

5.2 Saran
5.2.1 Untuk Pihak Instansi
a. Pengadaan obat yang teratur dan terkontrol untuk kelangsungan
pelayanan kesehatan di apotek yang baik.
b. Perluasan etalase obat agar obat-obatan yang ada dapat tertata dengan
rapi.
c. Melengkapi stok obat, serta hendaknya menampilkan bagian etalase
perlu diperhatikan dengan cara :
d. Penataan barang/obat pada lemari.

5.2.2. Untuk Pihak Sekolah


a. Setiap pembimbing yang telah ditugaskan untuk membimbing para
siswa dan siswi agar melakukan bimbingan secara berkala.
b. Memberikan informasi tentang data-data siswa-siswi yang akan
melakukan Praktek Kerja Lapangan di Apotek terkait.
c. Dimohon untuk pihak sekolah agar memberi informasi yang lebih detail
tentang prosedur pembuatan laporan sehingga tidak menyulitkan para
siswa dan siswi dalam pembuatan laporan tersebut.

5.2.3 Untuk Adik Kelas


a. Jaga nama baik diri sendiri dan sekolah.
29
b. Utamakan keselamatan kerja.
c. Gunakan waktu sebaik-baiknya.
d. Tetap semangat dan jangan putus asa.

LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1

Surat Pesanan Obat OTC

30
LAMPIRAN 2
Surat pesanan Obat Prekursor

31
LAMPIRAN 3
Contoh Etiket Luar

32
LAMPIRAN 4
Faktur Distributor

LAMPIRAN 5
Obat Bebas, Bebas Terbatas dan Obat Keras

33
34
LAMPIRAN 6
Salep

35
LAMPIRAN 7
Stok obat

LAMPIRAN 8
Alat Kontrasepsi

36
LAMPIRAN 9
Alat Kesehatan

LAMPIRAN 10
Struktur Organisasi Apotek Citra Farma

Apoteker
Ilma Aliyah,S.Farm.Apt

Asisten Apoteker 1
Pemilik Apotek
Hendro Sulistiono, S.H.,S.Ip.,ST,M.PD
Radella Vania Rachmy

Asisten Apoteker 2

Lina Deliyanti

37
LAMPIRAN 11
Apotek Citra Farma

38
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan pemerintah No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan kefarmasian, Menkes


No.1027/Menkes/SK/IX/2014, Menkes RI No.1332/MENKES/SK/X/2002,
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar
Pelayanan.

39
RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Ivan Taufik Rohman Hermawan


Tempat Tanggal Lahir : Bandung,28 Desember 2005
Agama : Islam
Alamat : Ciparingga RT 01/ RW 14
Sekolah Dasar : SDN Citere Pangalengan
Sekolah Menengah Pertama : SMP Al-Falah

40

Anda mungkin juga menyukai