Anda di halaman 1dari 56

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktek kerja lapangan (PKL) merupakan bagian dari kurikulum program
studi Strata 1 Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(MIPA) Univeritas Tulang Bawang (UTB) Lampung yang dilaksanakan oleh
mahasiswa semester VII. Kegiatan PKL dilaksanakan dalam waktu yang
sudah dijadwalkan oleh jurusan dan di bawah bimbingan dosen dari Jurusan
Farmasi F.MIPA UTB Lampung dan apoteker maupun staf dari tempat
mahasiswa PKL. Kegiatan ini dilakukan untuk menunjang kompetensi jurusan
sarjana mahasiswa Jurusan Farmasi F.MIPA UTB Lampung. Penguasaan mata
kuliah teori dan pratikum yang dilaksanakan di dalam kampus belum dapat
melengkapi kompetensi mahasiswa untuk siap menjadi lulusan yang
mempunyai kompetensi keahlian di bidang kefarmasian.
Kegiatan PKL ini yang berguna untuk melengkapi dan memberikan
pengalaman kepada mahasiswa tentang bagaimana penerapan pengetahuan
yang telah diperoleh di ruang kuliah tersebut dapat diamati / dilakukan di
berbagai tempat. Tempat PKL dipilih sesuai dengan analisa pengguna lulusan
yang sebagian besar berkerja pada bidang pelayanan yaitu Apotek,
Puskesmas, dan Rumah sakit. Dalam PKL ini mahasiswa diharapkan dapat
menambah pengetahuannya melalui observasi dan praktek pada dunia kerja
baik itu di Apotek, Puskemas, ataupun Rumah sakit.
Setelah kegiatan PKL telah dilaksanakan maka mahasiswa akan
melanjutkan dengan menulis laporan PKL. Laporan PKL disusun dan ditulis
oleh suatu kelompok mahasiswa di bawah bimbingan dosen pembimbing
lapangan (DPL) dari fakultas dan 1 orang praktisi kefarmasian dari tempat
melakukan PKL.
Dalam hal ini PKL merupakan suatu proses pembelajaran pada unit kerja
nyata sehingga peserta didik mendapat gambaran dan pengalaman kerja secara
langsung dan menyeluruh, salah satu tempat yang dapat dijadikan sebagai
sarana pelaksanaan kegiatan PKL adalah apotek. Oleh karena itu, kegiatan
2

PKL di apotek bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui dan melaksanakan


tugas dan wewenang tenaga teknis kefarmasian di Apotek.

1.2 Tujuan PKL


1. Memperkenalkan mahasiswa pada berbagai jenis pelayanan kefarmasian
menejemen logistik dan pelayanan farmasi klinik baik di apotek,
puskesmas atau pun rumah sakit.
2. Memberikan gambaran mengenai struktur organisasi, tugas dan fungsi
tenaga kefarmasian, situasi dan kondisi di apotek dan instalasi kefarmasian
rumah sakit.
3. Mahasiswa mampu berfikir kritis untuk melihat “jeda” antara teori dan
praktik.
4. Mempersiapkan para calon sarjana farmasi menjalaninya prosesnya secara
profesional, handal dan mandiri serta mampu menjawab tantangan.

1.3 Manfaat PKL


Ada nya PKL diharapkan dapat mencapai beberapa manfaat yaitu :
1. Bagi mahasiswa : dapat meningkatkan wawasan keilmuan mahasiswa
tentang situasi dalam dunia kerja bidang ke farmasian.
2. Bagi program studi :
a. Dapat menjadi tolak ukur mencapai kinerja program studi khusus nya
untuk mengevaluasi hasil pembelajaran oleh instansi tempat PKL
apakah kemampuan mahasiswa sesuai dengan target kompetensi
lulusan.
b. Dapat menjalin kerjasama dengan instansi tempat PKL
3. Bagi instansi tempat PKL
a. Dapat menjadi bahan masukan bagi instansi untuk menentukan
kebijakan sarana pelayanan kefarmasian (Apotek/Puskesmas/Rumah
Sakit) dimasa yang akan datang berdasarkan hasil pengkajian dan
analisis yang dilakukan mahasiswa selama PKL.
3

1.4 Waktu dan Pelaksanaan PKL


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Senin, 02 September 2019 – Sabtu, 21 September 2019.
Tempat : Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar Bandar Lampung.
Jl.Teuku Umar 24F Kedaton, Bandar Lampung.
4

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Pengertian Apotek


Pengertian Apotek menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 51 tahun 2009 tentang Apotek yaitu, Apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh Apoteker. Dan
tidak jauh berbeda menurut Peraturan Menteri Kesehatn Republik Indonesia
No. 73 tahun 2016 serta Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 9 tahun 2017 yaitu, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker.
Sedangkan, menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
(Kepmenkes RI) No. 1332 tahun 2002 tentang Apotek, Apotek adalah suatu
tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran
perbekalan farmasi kepada masyarakat. Perbekalan kesehatan adalah semua
bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya
kesehatan.

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek


Berdasarkan peraturan perundangan-undangan Nomor 51 tahun 2009,
tugas dan fungsi Apotek adalah :
1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucap
sumpah jabatan Apoteker.
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian .
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusi sediaan
farmasi antar lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetik.
4. Sarana penyaluran pembekalan farmasi dan harus menyebar secara
meluas dan merata.
5

2.3 Tujuan Apotek

Apotek berdasarkan peraturan perundanga-undangan maupun digariskan


dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) merupakan mata rantai terakhir dari
pelayanan kesehatan dibidang obat, alat-alat kesehatan dan kefarmasian
lainnya kepada masyarakat. Usaha apotek merupakan gabungan antara usaha
sosial dan usaha dagang yaitu tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian
(tempat pengabdian profesi Apoteker) dan tempat mencari laba. Dalam
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2017 yang
ditentukan sebagai berikut :
1. Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat melakukan pekerjaan
kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, pembekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat.
2. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan
telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan yang berlaku dan
berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di indonesia sebagai Apoteker.
3. Sediaan farmasi adalah obat,bahan obat, obat asli indonesia, alat
kesehatan dan kosmetik.
4. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan obat dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
5. Alat kesehatan adalah bahan, instrument apparatus, mesin, implant yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan untuk membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
6. Resep adalah permintaan tertulis dari Dokter, Dokter Gigi, dan Dokter
Hewan kepada Apoteker pengelola Apotek untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi penderita sesuai peraturan perundangan-
undangan yang berlaku.
7. Perlengkapan Apotek adalah semua peralatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di Apotek.
6

8. Pelayanan kefarmasiaan (pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan


dan pertanggung jawaban profesi Apoteker dalam pekerjaan kefarmasian
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
9. Medicatoin record adalah catatan pengobatan setiap pasien.
10. Medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat
pemakaian obat selama dalam penangan tenaga kesehatan yang
sebetulnya dapat dicegah.
11. Konseling adalah suatu proses komunikasi sistematik antara Apoteker
dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan obat dan pengobatan.
12. Pelayanan residensial (home care) adalah pelayanan Apoteker sebagai
care giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah khususnya
untuk kelompok lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis
lainnya.

2.4 Persyaratan Apotek


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek
BAB II Persyaratan Pendirian, disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan
apotek adalah sebagai berikut :
1. Lokasi
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat mengatur persebaran Apotek
di wilayahnya dengan memperhatikan akses masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kefarmasian.

2. Bangunan
a. Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan,
dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anakanak, dan orang lanjut usia.
b. Bangunan Apotek harus bersifat permanen.
c. Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud dapat
merupakan bagian dan /atau terpisah dari pusat perbelanjaan,
7

apartemen, rumah toko, rumah kantor, rumah susun, dan bangunan


yang sejenis.

3. Sarana, prasarana, dan peralatan


Sarana di dalam Apotek meliputi :
a. Penerimaan resep
b. Pelayanan resep dan peracikan (produksi sediaan secara terbatas)
c. Penyerahan sediaan farmasi dan alat kesehatan
d. Konseling
e. Penyimpanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
f. Arsip
Prasarana Apotek paling sedikit terdiri atas :
a. Instalasi air bersih
b. Instalasi listrik
c. Sistem tata udara
d. Sistem proteksi kebakaran.
Peralatan Apotek meliputi semua peralatan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pelayanan kefarmasian. Peralatan sebagaimana dimaksud
antara lain meliputi rak obat, alat peracikan, bahan pengemas obat, lemari
pendingin, meja, kursi, komputer, sistem pencatatan mutasi obat,
formulir catatan pengobatan pasien dan peralatan lain sesuai dengan
kebutuhan.

4. Sumber Daya Manusia


a. Apoteker pemegang SIA dalam menyelenggarakan Apotek dapat
dibantu oleh Apoteker lain, Tenaga Teknis Kefarmasian dan/atau
tenaga administrasi.
b. Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian sebagaimana dimaksud
wajib memiliki surat izin praktik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
8

2.5 Pelayanan Kefarmasian di Apotek


Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi pelayanan atas resep, pelayanan
OTR, OWA, Obat Keras, Psikotropika dan Narkotika, dan terhadap
masyarakat serta monitoring penggunaan obat.
Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan
Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/2017 yang meliputi :
1. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan
dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas dasar tanggung jawab
Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang
dilandasi pada kepentingan masyarakat.
2. Apotek wajib menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan perbekalan
yang bermutu baik dan absah.
3. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep
dengan obat paten, namun resep dengan obat paten boleh diganti dengan
obat generik.
4. Apotek wajib memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak memenuhi
syarat mengikuti ketentuan yang berlaku, dengan membuat berita acara.
Pemusnahan ini dilakukan dengan cara dibakar atau dengan ditanam atau
dengan cara lain yang ditetapkan oleh Balai Besar POM.
5. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, Apoteker
wajib berkonsultasi dengan Dokter penulis resep untuk pemilihan obat
yang lebih tepat.
6. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan
penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan
masyarakat.
7. Apabila Apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan
atau penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan
kepada Dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu Dokter
penulis resep tetap pada pendiriannya, Dokter wajib melaksanakan secara
tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep.
8. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker.
9. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di Apotek dengan baik dalam
9

jangka waktu tigatahun.


10. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada Dokter penulis
resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas
kesehatan.

2.6 Pengelolahan Obat di Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 tahun


2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasiaan di apotek bahwa pengelolahan
obat meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian, pencatatan, dan pelaporan.
1. Perencanaan
Dalam membuat perencaanan pengadaan sediaan farmasi, alat
kesehataan, dan bahan medis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola
konsumsi, budaya, dan kemampuan.

2. Pengadaan
Untuk Menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan maka pengadaan
sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundangaan-undangan.

3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan, dan harga yang tertera dalam
surat persatuaan dengan kondisi fisik yang diterima.

4. Penyimpanan
a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dipindahkan dalam wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang
jelas pada wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor
bacth, dan tanggal kadaluarsa.
10

b. Semua obat atau bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi obat, serta disusun secara alfabetis.
d. Penjualan obat menggunakan sustem FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expire First Out).
e. Penyimpanan narkotika dan psikotropika menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No. 3 tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan,
pemusnahan dan pelaporan narkotika, psikotropika, dan prekusor
farmasi. Tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika dapat berupa
gudang, ruangan, atau lemari khusus apotek, instalasi farmasi, rumah
dakit, puskesmas, instalasi farmasi klinik, dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan harus memiliki tempat penyimpanan narkotika dan
psikotropika berupa lemari khusus, adapaun syarat khusus untuk
menyimpan narkotika dan psikotropika senagai berikut :
1) Terbuat dari bahan yang kuat.
2) Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 ( dua) buah kunci
yang berbeda.
3) Harus diletakkan dalam ruang khusus disudut gudang, untuk
instalasi farmasi pemerintah.
4) Diletakkan ditempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum,
untuk apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, instalasi
farmasi klinik, dan lembaga pengetahuan, dan
5) Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penaggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang
dikuasakan.

5. Pemusnahan
a. Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat
11

selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan


disaksikan oleh Tenaga Kefarmasian lain yang memiliki Surat Izin
Praktik atau Surat Izin Kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita
acara pemusnahan menggunakan Formulir 1 sebagaimana terlampir.
b. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan oleh Apoteker
disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan
cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2
sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.

6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan
atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau
elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.

7. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat
pesanan, faktur), penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk
penjualan), dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek,
meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi
12

pelaporan narkotika (menggunakan Formulir 3 sebagaimana terlampir),


psikotropika (menggunakan Formulir 4 sebagaimana terlampir) dan
pelaporan lainnya.

2.7 Pelayanan farmasi klinis Di Apotek


Pelayanan farmasi klinis di Apotek merupakan bagian dari pelayanan
kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab pada pasien berkaitan
dengan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas
pasien.
Pelayanan farmasi klinik menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 73 tahun 2016, meliputi :
1. Pengkajian dan pelayanan resep
Kegiatan pengkajian resep meliputi administrasi, kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis.
Kajian administratif meliputi :
a. Nama pasien, umur, jenis kelamin, dan berat badan.
b. Nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telpon
dan paraf, dan tanggal penulisan resep.
Kajian kesesuaiaan Farmasetik meliputi :
a. Bentuk dan kekuatan sediaan.
b. Stabilitas.
c. Kompatibilitas (ketercampuran obat).
Pertimbangan klinis meliputi :
a. Ketepatan indikasi dan dosis obat.
b. Aturan, cara dan lama penggunaan obat.
c. Duplikasi dan atau polifarmasi.
d. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek amping obat,
manifestasi klinis lain).
e. Kontraindikasi.
f. Interaksi.
13

2. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan, dan pemberian
informai Obat. Setelah dilakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai
berikut :
a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep :
1) Menghitung jumlah kebutuhan obat sesuai dengan resep.
2) Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan
fisik obat.
b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan.
c. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi :
1) Warna putih untuk obat dalam atau oral.
2) Warna biru untuk obat luar dan suntik.
3) Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi.
d. Memasukan obat kedalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
penggunaan yang salah. Penyiapan obat dilakukan hal sebagai
berikut :
1) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat.
2) Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.
3) Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
4) Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.
5) Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang
terkait dengan obat.
6) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan
cara yang baik.
7) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya.
14

8) Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan di paraf


oleh Apoteker.
9) Menyimpan resep pada tempatnya.

3. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker. Informasi mengenai obat termasuk obat resep, obat bebas dan
herbal. Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute
dan metode pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terpeutik, dan
alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui,
efek samping, interaksi, stabilitas, harga, sifat fisika atau kimia dari obat.
Kegiatan pelayanan informasi obat di apotek meliputi :
a. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan.
b. Membuat dan meyebarkan buletin/ brosur/ leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan).
c. Memberikan Informasi dan Edukasi kepada pasien.
d. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada mahasiswa
farmasi yang sedang praktik profesi.
e. Melakukan penelitian penggunaan obat.
f. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum ilmiah.
g. Melakukan program jaminan mutu
Pelayanan informasi obat harus di dokumentasikan untuk membantu
penelusuran kembali dalam waktu yang relatif singkat.

4. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien
atau keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran
dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan
obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Kriteria pasien
atau keluarga pasien yang perlu diberi konseling :
b. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fugsi hati dan
ginjal, ibu hamil dan menyusui).
15

c. Pasien dengan terapi jangka panjang atau penyakit kronis (misalnya :


TB, DM, AIDS, Epilepsi).
d. Pasien yang menggunakan obat instruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tappring down/off).
e. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
(digoxin, fenitoin, teofilin).
f. Pasien dengan polifarmasi (pasien menerima beberapa obat untuk
indikasi penyakit yang sama).
g. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Tahap kegiatan konseling :
a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien.
b. Menilai pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui three
prime questions, yaitu :
1) Apa yang disampaikan dokter tentang obat anda ?
2) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang cara pemakaian obat
anda ?
3) Apa yang dijelaskan oleh dokter tentang hasil yang diharapkan
setelah anda menerima terapi obat tersebut?
c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat.
d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan obat.
e. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien.

5. Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home pharmacy care)


Jenis pelayanan kefarmasian di rumah khususnya untuk kelompok
lansia dan pasien dengan pengobatan penyakit kronis yang dapat
dilakukan oleh Apoteker, meliputi :
b. Penilaian (assessment) masalah yang berhubungan dengan
pengobatan.
c. Identifikasi kepatuhan pasien.
d. Pendampingan pengelolaan obat atau alat kesehatan dirumah.
16

e. Konsultasi masalah obat atau kesehatan secara umum.


f. Monitoring pelaksanaan, efektifitas dan keamanan penggunaan obat
berdasarkan catatan pengobatan pasien.
g. Dokumentasi.

5. Pemantauan Terapi Obat (PTO)


Merupakan proses yang memastikan bahwa seorang pasien
mendapatkan terapi obat yang efektif dan terjangkau dengan
memaksimalkan efikasi dan meminimalkan efek samping.
Kriteria pasien :
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b. Menerima obat lebih dari 5 jenis .
c. Adanya multidiagnosis.
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e. Menerima obat dengan indeks terapi sempit.
f. Menerima obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi obat yang
merugikan.
Kegiatan :
a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
b. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien
melalui wawancara dengan pasien atau keluarga pasien.
c. Melakukan identifikasi masalah terkait obat.
d. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan
menentukan apakah masalah tersebut sudah atau berpotensi akan
terjadi.
e. Memberikan rekomendasi.

6. Monitoring Efek Samping Obat


Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
atau memodifikasi fungsi fisiologis.
17

Kegiatan :
a. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat.
b. Mengisi formulir Monitoring Efek samping Obat (MESO)
c. Melaporkan ke pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan :
a. Kerjasama dengan tim kesehatan lain
b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

2.8 Peraturan Perundang-undangan Apotek

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat


yang berlandaskan pada :
1) Undang - Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
2) Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1980 tentang Perubahan dan
Tambahan atas Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1965 tentang
Apotek.
3) Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker
dan Izin Kerja Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan No. 184/Menkes/Per/II/1995.
4) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332
Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan RI No.922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pemberian Izin Apotek.
5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
6) Undang - Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
7) Undang - Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
8) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.889/MENKES/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin
Kerja Tenaga Kefarmasian.
18

9) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun 2014


tentang Standar Pelayanan Kefarmasiaan di Apotek.
10) Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 3 tahun 2015 tentang peredaran,
penyimpanan, pemusnahan dan pelaporan narkotika, psikotropika, dan
prekusor farmasi.
11) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
12) Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 9 Tahun 2017
tentangApotek.
19

BAB III

APOTEK KIMIA FARMA 647 TEUKU UMAR

3.1 Sejarah PT. Kimia Farma Tbk

Sejarah Kimia Farma (KF) dimulai sekitar tahun 1957, pada saat
pengambilalihan perusahaan milik Belanda yang bergerak di bidang farmasi
oleh Pemerintah Republik Indonesia (Pengenalan Perusahaan PT. Kimia
Farma (Persero), Tbk., 2010). Perusahaan- perusahaan yang mengalami
nasionalisasi antara lain N.V. Pharmaceutische Hendel vereneging J. Van
Gorkom (Jakarta), N.V. Chemicalier Handle Rathcamp & Co (Jakarta), N.V.
Bavosta (Jakarta), N.V. Bandoengsche Kinine Fabriek (Bandung) dan N.V
Jodium Onderneming Watoedakon (Mojokerto).

Berdasarkan Undang-Undang No. 19 tahun 1960 tentang Perusahaan


Negara dan PP No. 69 tahun 1961 Kementerian Kesehatan mengganti Bapphar
menjadi BPU (Badan Pimpinan Umum) Farmasi Negara dan membentuk
Perusahaan Negara Farmasi (PNF). Perusahaan Negara Farmasi tersebut
adalah PNF Radja Farma, PNF Nurani Farma, PNF Nakula Farma, PNF Bio
Farma, PNF Bhinneka Kimia Farma, PNF Kasa Husada dan PNF Sari Husada.

Pada tanggal 23 Januari 1969, berdasarkan PP No. 3 Tahun 1969


perusahaan-perusahaan negara tersebut digabung menjadi PNF Bhinneka
Kimia Farma dengan tujuan penertiban dan penyederhanaan perusahaan-
perusahaan Negara. Selanjutnya pada tanggal 16 agustus 1971, Perusahaan
Negara Farmasi Kimia Farma mengalami peralihan bentuk hukum menjadi
Badan Usaha Milik Negara dengan status sebagai Perseroan Terbatas,
sehingga selanjutnya disebut PT. Kimia Farma (Persero), Tbk.

Pada tahun 1998, terjadi krisis ekonomi di ASEAN yang mengakibatkan


APBN mengalami defisit anggaran, dan hutang negara semakin besar. Untuk
mengurangi beban hutang, Pemerintah mengeluarkan kebijakan privatisasi
20

BUMN. Berdasarkan Surat Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan


BUMN No.S-59/M-PM. BUMN/2000 tanggal 7 Maret 2000, PT. Kimia
Farma (Persero), Tbk., diprivatisasi. Pada tanggal 4 Juli tahun 2000 PT. Kimia
Farma (Persero), Tbk. resmi terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa
Efek Surabaya (BES) sebagai perusahaan publik. Pada tanggal 4 Januari 2002
didirikan dua anak perusahaan yaitu PT. Kimia Farma Apotek dan PT. Kimia
Farma Trading & Distribution untuk dapat mengelola perusahaan lebih terarah
dan berkembang dengan cepat.

1. Budaya perusahaan

Perseroan telah menetapkan budaya perusahaan yang merupakan nilai-


nilai inti Perseroan (corporate values) yaitu I C A R E yang menjadi acuan/
pedoman bagi Perseroan dalam menjalankan usahanya, untuk berkarya
meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Berikut adalah
budaya perusahaan (corporate culture) perseroan :

Innovative : Think without the box


Collaborative : Working together is the key to success
Agile : Adapt & move quickly
Responsible : Committed to excellence
Enthusiastic : Be Energetic!
21

2. Ada 5 As sebagai Ruh Budaya Perusahaan yaitu yang terdiri dari:

 Kerja Ikhlas: Siap bekerja dengan tulus tanpa pamrih untuk kepentingan
bersama.
 Kerja Cerdas: Kemampuan dalam belajar cepat (fast learner) dan
memberikan solusi yang tepat.
 Kerja Keras: Menyelesaikan pekerjaan dengan mengerahkan segenap
kemampuan untuk mendapatkan hasil terbaik.
 Kerja Antusias: Keinginan kuat dalam bertindak dengan gairah dan
semangat untuk mencapai tujuan bersama.
 Kerja Tuntas: Melakukan pekerjaan secara teratur dan selesai untuk
menghasilkan output maskimal yang sesuai dengan harapan.

3.2 Profil Kimia Farma Apotek


PT. Kimia Farma Apotek (KFA) merupakan anak perusahaan dari PT.
Kimia Farma (Persero), Tbk. yang didirikan pada tanggal 4 Januari 2002. PT.
Kimia Farma Apotek adalah bagian dari bidang usaha farmasi yang bergerak
di bidang ritel produk-produk farmasi. PT. Kimia Farma Apotek telah
memiliki kurang lebih ratusan Apotek atas puluhan unit bisnis yang tersebar
di seluruh Indonesia.
Visi dan Misi PT. Kimia Farma Apotek :
VISI
 Menjadi perusahaan Healthcare pilihan utama yang terintegrasi dan
menghasilkan nilai yang berkesinambungan.
MISI

 Melakukan aktivitas usaha di bidang-bidang industri kimia dan farmasi,


perdagangan dan jaringan distribusi, ritel farmasi dan layanan kesehatan
serta optimalisasi aset.
 Mengelola perusahaan secara Good Corporate Governance dan
operational excellence didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM)
profesional.
22

 Memberikan nilai tambah dan manfaat bagi seluruh stakeholder.

Struktur perusahaan

3.1 gambar Struktur Prusahaan

3.3 Lokasi dan Fasilitas Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar
Apotek Kimia Farma 647 terletak di Jl. Teuku Umar 24F Kedaton,
Kota Bandar lampung, Lampung. . Letak apotek sangat strategis karena
terletak di pinggir jalan raya sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat
sekitar ataupun dari masyarakat umum . Berikut merupakan tata ruang dan
fasilitas yang ada di Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar .
1) Tata Ruang Apotek
Tata ruang Apotek Kimia Farma diatur dengan baik agar memudahkan
aktivitas pelayanan di apotek, dan memberikan kenyamanan bagi
pelanggan , pasien dan pegawai apotek. Setiap ruangan di Apotek Kimia
Farma dilengkapi dengan fasilitas yaitu seperti :
A. Area Apotek
Area Apotek terdiri dari beberapa bagian :
a) Tempat Pelayanan Resep
23

Tempat pelayanan resep berfungsi sebagai tempat penerimaan


Resep dan alur proses pelayanan resep, mulai dari diterimanya resep,
kalkulasi harga melalui sistem dan pembayaran untuk semua transaksi
pembelian, sampai penyerahan obat kepada pasien.

b) Tempat Penyiapan Obat


Tempat penyiapan obat berada di belakang tempat penyerahan
obat. Disana terdapat rak yang menyimpan perlengkapan penyiapan
obat seperti etiket, plastik pengemas, copy resep, nota, kwitansi,
stempel, dan lain-lain.

c) Tempat Peracikan Obat


Tempat peracikan obat terletak di bagian belakang penyimpanan
obat ethical dan pasien tidak dapat melihat proses peracikan.
Diruangan ini dilakukan penimbangan, peracikan, pencampuran dan
pengemasan obat-obat yang dilayani berdasarkan resep dokter.
Tempat peracikan dilengkapi dengan blender, mortar & stemper, gelas
ukur, kertas perkamen, pot obat, bahan baku dan wastafel yang
berguna untuk mencuci alat yang sudah digunakan.

d) Tempat Penyimpanan Obat


Obat disimpan diseluruh area Apotek, dimana obat yang disimpan
berupa rak-rak yang penyusunannya berdasarkan farmakologi, abjad,
bentuk sediaan, dan sifat stabilitas obat (misal: suppositoria dan
insulin di simpan dalam lemari pendingin). Kemudian obat dalam
kelompok yang sama disusun berdasarkan :
- Rak penyimpanan obat ethical.
- Rak penyimpanan obat generik.
- Rak penyimpanan sediaan sirup atau suspensi.
- Rak penyimpanan obat tetes/drops, salep dan tetes mata.
- Lemari penyimpanan obat psikotropika.
24

- Obat narkotika disimpan dalam lemari khusus (lemari dua pintu)


yang terkunci.
- Lemari es untuk penyimpanan obat yang termolabil seperti
suppositoria dan insulin.

B. Area Swalayan Farmasi


Ruangan swalayan berada tepat di depan pintu masuk apotek dan
mudah terlihat oleh pasien yang sedang menunggu di ruang tunggu.
Ruangan ini terdiri dari lemari pendingin yang berisi air mineral dan
minuman ringan. Area swalayan farmasi menggunakan konsep swalayan
dimana barang-barang yang dijual di swalayan farmasi disusun
berdasarkan kategori produk antara lain alat kesehatan, household, first
aid, traditional medicine, skin care, personal care, oral care, medicine
care, topical, vitamin dan mineral, supplement, paper product and
diapers.

C. Ruang Tunggu Pasien


Ruangan ini dilengkapi dengan beberapa kursi dan pendingin ruangan
sehingga pasien yang menunggu obat mendapatkan kenyamanan.

D. Tempat Parkir
Tempat parkir yang disediakan cukup luas dan terdapat di depan area
apotek, yang dikhususkan untuk pelanggan apotek.

E. Kamar Mandi
Kamar mandi terletak di dibagian paling belakang ruangan .

3.4 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar

1. Struktur Organisasi Apotek


Struktur organisasi sangat berpengaruh agar kegiatan di Apotek berjalan
dengan lancar sehingga memudahkan dalam pembagian tugas dan tanggung
25

jawab masing-masing. Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar dibawah


pengawasan pimpinan Bisnis Managemen (BM) Apotek Kimia Farma
Kartini. Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar dipimpin oleh seorang
Apoteker Pengelola Apotek (APA). Pelayanan kefarmasian seperti pemberian
informasi obat dan konseling dilaksanakan oleh APA. Tenaga kerja di Apotek
Kimia Farma 647 Teuku Umar berjumlah 5 orang, yang terdiri dari satu
orang APA, 4 orang Tenaga Teknis Kefarmasian, dan 2 orang SPG (Sales
Promotion Girl) mobile. Dengan adanya struktur organisasi di apotek dapat
memfokuskan kinerja dalam meningkatkan pelayanan kefarmasian di apotek.

Apoteker penanggung jawab (APA)

Koordinator apotek

Asisten Apoteker ( AA ) Non Asisten Apoteker ( AA )

Tabel 3.1 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar

3.5 Pengelolahan obat di Apotek


1. Perencanaan
Perencanaan adalah proses pemilihan item, perhitungan jumlah
kebutuhan serta penghitungan obat yang diadakan. Di Apotek kimia farma
647 Teuku Umar setiap hari dilakukan pengecekkan tehadap obat-obatan
yang fast moving. Perencanaan barang obat yang akan diadakan harus
dicatat terlebih dahulu dibuku Defecta. Biasanya metode yang dipakai
dengan melihat pola konsumsi masyarakat.
26

2. Pengadaan
Pihak Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar akan membuat permintaan
obat yang dikenal dengan BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek).
Pengadaan BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek).

3. Penerimaan Barang
Pada saat penerimaan barang pesanan kemudian dilakukan pengecekkan
barang kesesuain dengan surat pesanan. Pengecekan meliputi : nama
barang, dosis, nomor bacth, tanggal kadarluarsa, dan keutuhan sediaan.
Setelah semuanya sesuai, faktur pembelian dicatat dibuku penyerahan faktur
lalu yang asli di serahkan kebagian gudang sedangkan fotokopi faktur
disimpan di Apotek.

4. Penyimpanan
Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar yaitu
obat yang sudah diterima dari pihak PBF disimpan pada masing-masing
lemari atau rak berdasarkan abjad, kelas terapi dan jenis sediaannya. Khusus
sediaan serta ovula dan supositoria disimpan didalam lemasi es. Serta untuk
tiap-tiap item obat terdapat kartu stoknya, obat-obatan yang didistribusikan
berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First
Out). Sedangkan obat-obat narkotik dan psikotropika disimpan pada lemari
khusus.

3.6 Pengelolahan Resep di Apotek

Pengelolaan resep di Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar disesuaikan


dengan sejenisnya, tempat obat BPJS dan obat generik sudah dibedakan
dengan susunan yang rapi dan sesuai dengan alfabetis. Untuk pasien BPJS
harus melakukan persyaratan yang ada di Apotek seperti fotokopi kartu BPJS,
27

Resep asli paskes pertama, surat eligibilitas, Surat rujukan rumah sakit , surat
rujukan balik masing-masing difotocopy sebanyak 2 (dua) rangkap, sedangkan
untuk pasien umum pasien hanya membawa resep dari dokter atau salinan
resep, dan resep narkotik dan psikotropik. Berikut merupakan alur pelayanan
resep yang diterapkan di Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar yaitu:

Pasien
Membawa resep

Apoteker / Asisten Apoteker


Cek kelengkapan Resep

Apoteker / Asisten Apoteker


Hitung harga resep

Kasir
Konfirmasi kepasien terkait
pembayaran

Apoteker /Asisten Apoteker


penyiapan obat

Obat jadi Obat racikan

Pengambilan obat, sampai Perhitungan dosis, pengambilan


Dengan etiket obat, peracikan sampai dengan
etiket
28

Asisten Apoteker
Menulis etiket dan pengecekan obat

Apoteker
Pengecekan akhir

Apoteker
Penyerahan obat dan memberi informasi obat
kepada pasien

Asisten apoteker
Penyimpanan resep

Tabel 3.2 Alur Pelayanan Resep di Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar

3.7 Pelayanan Farmasi Klinik


1. Pengkajian Resep dan Dispensing
Setiap pelayanan yang dilakukan oleh karyawan Apotek Kimia Farma
sangat baik, untuk obat resep misalnya, pelayanannya dilakukan secara
menyeluruh dari awal penerimaan resep dari pasien sampai penyerahan obat
disertai informasinya.
Pelayanan obat di Apotek Kimia Farma dilakukan dengan sistem
pembayaran tunai dan kredit. Adapun pelayanan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :

a. Pelayanan atau penjualan dengan resep diberikan kepada pasien yang


membeli obat dengan resep dokter secara tunai. Proses pelayanan secara tunai
adalah :
29

a) Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian menerima resep dari pasien,


kemudian diperiksa kelengkapan resepnya dan diberi harga.
b) Setelah pasien setuju dan langsung membayar pada kasir, lalu kasir akan
mencatat alamat dan nomor telepon pasien.
c) Kemudian obat disiapkan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian. Obat yang
telah selesai dibuat, diberi etiket kemudian diperiksa oleh apoteker untuk
mengecek kesesuaian obat dengan resep baik nama obat, bentuk sediaan,
nama pasien, aturan pakai, dan jumlah obat.
d) Obat diberikan kepada pasien dengan pemberian informasi tentang obat
yang diterimanya.

b. Proses pelayanan resep secara kredit (seperti BPJS & inhealt, pln, dan lain-
lain) adalah sebagai berikut :
a) Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian menerima resep dari pasien
BPJS kemudian memeriksa kelengkapan berkas dan persyaratan yang
dibawa oleh pasien.
b) Resep diterima kemudian obat disiapkan oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian.
c) Obat yang telah selesai diberi etiket kemudian diperiksa kesesuaian obat
dengan resep oleh apoteker baik bentuk sediaan, nama pasien, aturan
pakai, dan jumlah obat.
d) Pasien menandatangani resep bahwa sudah menerima obat. Obat
diberikan kepada pasien dengan pemberian informasi tentang obat yang
diterimanya. Apotek Kima Farma 647 Teuku Umar bekerjasama dengan
BPJS.

2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Apoteker sangat bertanggung jawab dalam membantu pasien memperoleh
informasi obat yang tepat dan dapat dipercaya untuk menuju pengobatan yang
lebih aman, tepat, rasional, dan ekonomis serta mengatasi masalah yang terjadi
saat penggunaan obat.
30

Apotek Kimia Farma melaksanakan fungsi pelayanan kesehatan berupa


pelayanan informasi obat untuk memantau, mengawasi dan ikut serta dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pada setiap transaksi obat di
apotek, selalu dilengkapi dengan pemberian informasi tentang obat yang akan
digunakan, secara jelas dan lengkap.

3. Konseling
Tujuan dari konseling tidak hanya memberitahukan aturan dan cara pakai
obat, tetapi mempunyai tujuan yang lebih luas yang secara umum bertujuan
untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengikuti instruksi pengobatan,
diantaranya :
a. Merubah tingkah laku pasien ke arah yang lebih baik.
b. Mengajak pasien untuk ikut aktif dalam terapi yang dijalaninya
c. Menjamin keselamatan melalui penggunaan obat yang tepat, aman, dan
rasional.
Apotek Kimia Farma secara umum telah melakukan konseling kepada
pasien, namun masih belum menyediakan ruang khusus untuk konseling,
hanya sebatas berupa meja dan kursi di ruang terbuka, tidak dalam suatu
ruangan khusus.

4. Pengobatan Mandiri / Swamedikasi


Pengobatan mandiri dapat dilakukan oleh pasien yang menderita sakit
ringan. Obat-obat yang dapat digunakan untuk pengobatan mandiri antara lain
adalah obat bebas, obat bebas terbatas dan obat wajib apotek (OWA). Ketiga
jenis obat ini dapat dibeli pasien tanpa menggunakan resep dokter, namun
perlu diberikan informasi yang tepat untuk pemakaiannya.
Di Apotek Kimia Farma pengobatan mandiri ini disebut Upaya Pengobatan
Diri Sendiri (UPDS). Apotek juga melakukan pengobatan mandiri ini kepada
pasien-pasien yang membutuhkan. Dalam pelaksanaannya sesuai persyaratan
peraturan yang berlaku, diantaranya rutin membuat catatan pengobatan pasien:
nama, alamat, nomor telepon, dan obat yang diserahkan, serta pemberian
informasi tentang obat yang akan digunakan.
31

3.8 Kegiatan yang dilakukan selama PKL


Praktik kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan di Apotek Kimia Farma 647
Teuku Umar selama 1 (satu) bulan dari tanggal 2 September 2019 sampai 23
september 2019. Dalam melaksanakan pelayanan apotek dilakukan setiap hari
selama 16 jam dengan pembagian jam kerja apotek menjadi 2 shift yaitu shift
pagi : Pukul 07.00-14.00 WIB, shift siang : Pukul 14.00-21.00 WIB.
Selama melakukan Praktik Kerja Lapangan di Apotek Kimia Farma 647
Teuku Umar melayani obat sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang
sudah berlaku. Ada beberapa pelayanan obat yang harus dibedakan yaitu resep
pasien kredit dan pasien umum. Pelayanan resep kredit di Apotek Kimia
Farma 647 Teuku Umar meliputi pelayanan resep kredit BPJS dan resep
kredit dari instansi atau perusahaan yang bekerjasama dengan Apotek Kimia
Farma. Berkaitan dengan pasien atau peserta BPJS ada syarat-syarat yang
harus di berikan pada saat penebusan di Apotek Kimia Farma 647 Teuku
Umar yaitu resep asli dari Puskesmas, klinik atau dokter keluarga, fotocopy
resep dua lembar, fotocopy kartu peserta BPJS dua lembar, fotocopy surat
khusus rujuk balik dua lembar, fotocopy elegibilitas dua lembar serta
menunjukkan persyaratan yang asli.untuk pasien atau peserta selain BPJS
menyesuaikan aturan dari masing-masing instalasi.
Kegiatan yang dilakukan setiap hari selama PKL, melayani obat yang
meliputi peracikan obat, pengemasan obat, pencatatan resep BPJS, mengecek
keadaan dan jumlah obat, menulis buku keluar masuknya obat, memberikan
obat ke pasien dan menyampaikan pelayanan informasi obat kepada pasien
serta menulis salinan resep jika pasien meminta.
32

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan kesehatan lainnya

Adapun Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya di


Apotek Kimia Farma Teuku Umar adalah sebagai berikut :
A. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan sediaan farmasi di Apotek Kimia
Farma dapat diperhatikan berdasarkan :
a. Pola Konsumsi Masyarakat
Perencanaan sediaan farmasi berdasarkan Pola konsumsi
masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara
yaitu :
1. Secara Manual
Dalam melakukan perencanaan sediaan farmasi
berdasarkan pola konsumsi masyarakat secara manual
dapat dilihat berdasarkan pemakaian obat 3 (tiga) bulan
sebelumnya, misalkan rata-rata pemakaian obat tersebut
terjual 25 botol, maka untuk bulan selanjutnya dapat
memesan sekitar 25 botol.
2. Secara Komputerisasi
Dalam melakukan perencanaan sediaan farmasi
berdasarkan pola konsumsi masyarakat secara
komputerisasi dapat dilihat berdasarkan Aplikasi. Di
dalam aplikasi tersebut secara otomatis terbantuk obat-
obatan yang habis dan dapat dilihat berdasarkan Pareto.
Pareto Apotek kimia Farma :
Kelompok Jumlah item Jumlah Contoh
nilai
A 20% 75% Viagra
33

B 30% 20% Cefat


syrup
C 50% 5% Lelap

Tabel 4.1 pareto

b. Pola Penyakit
Perencanaan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya dapat
dilihat juga berdasarkan pola penyakit yang sedang terjadi atau
sering muncul di masyarakat dan memperhatikan waktu (musim
hujan atau musim kemarau).

B. Pengadaan
Pengadaan di Apotek Kimia Farma dilakukan 2(dua) kali dalam
1 (satu) bulan. Pada minggu ke-1 (satu) dan minggu ke-3 (tiga).
Prosedur pengadaan yang dapat dilakukan yaitu :
1. Pencatatan stok obat-obatan yang kosong di buku defekta.
2. Pengadaan dilakukan dengan menginput barang kosong
secara komputerisasi, pemesan barang menggunakan jumlah
satuan box.
3. Dikirim secara online ke bagian pengadaan di BM.
4. Setelah itu bagian BM akan memproses. Bagian pengadaan
akan memilah barang berdasarkan PBF-nya.
5. Setelah itu dikirimkan ke Apotek dalam bentuk SP (Surat
pesanan).
6. Surat pesanan akan di cetak dan ditandatangani oleh
Apoteker.
7. Sales datang untuk mengambil surat pesanan di Apotek,
kemudian pesanan akan diantar ke Apotek.
34

Untuk pengadaan obat narkotika, psikotropika, prekursor dan


OOT, pemesanan dilakukan oleh Apoteker masing-masing Apotek.
Prosedur yang dapat dilakukan yaitu :

1. Apoteker akan membuatkan SP untuk obat yang akan


dipesan.
2. Sales akan datang ke Apotek untuk mengambil SP tersebut.
3. Kemudian pesanan akan diantar ke Apotek.

Surat Pemesanan (SP) obat narkotika dibuat 5 (lima) rangkap , 2


(dua) lembar untuk arsip Apotek dan 3 (tiga) lembar untuk PBF
KFTD. Surat pemesanan obat psikotropika dibuat 3 rangkap , 1
(satu) lembar untuk arsip dan 2 (dua) lembar untuk PBF yang
bersangkutan. SP narkotika hanya untuk satu item obat sedangkan
untuk psikotropik memuat lebih dari satu item obat.

C. Penerimaan
Adapun prosedur penerimaan barang di Apotek Kimia Farma
adalah sebagai berikut :
1. Pengantar barang datang membawa barang.
2. Petugas akan mengecek barang tersebut, disesuaikan dengan
SP, Faktur dan keadaan fisik barang.
3. Setelah pengecekan selesai petugas akan memberi stampel
pada faktur.
4. Kemudian sales akan meminta surat pemesanan yang di
tanda tangani oleh Apoteker.
5. Setelah itu barang yang sudah datang ditempatkan sesuai
dengan kelas terapinya.

D. Penyimpanan
Penyimpanan obat dilakukan dengan memasukkan obat kedalam
kotak yang telah disusun secara alfabetis dalam rak penyimpanan
obat. Tiap kotak diberi identitas berupa nama obat, dosis obat,
35

bentuk sediaan atau nama pabrik, dilengkapi dengan kartu stock


untuk mencatat keluar masuknya barang.
Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma dikelompokkan
berdasarkan : Kelas Farmakologi, bentuk sediaan, stabilitas,
Narkotik, Psikotropik dan disusun secara alfabetis.
Penyimpanan di Apotek Kimia Farma terdiri dari beberapa rak
penyimpanan,yaitu : rak generik, rak khusus pasien BPJS, rak salep
atau topikal lainnya dan rak golongan ISPA, HJK, alergi serta rak
khusus produk Kimia Farma.
Obat atau barang swalayan merupakan barang yang dapat dibeli
secara bebas. Produk disusun berdasarkan kegunaan atau bentuk
sediaan misalnya, vitamin tablet, vitamin syrup, herbal medicine
lainnya dan sisusun berdasarkan FEFO (first expired first out ) dan
FIFO (first in first out).

E. Penyimpanan Dokumen
Dokumen sebagai arsip apotek disimpan dalam jangka waktu
lima tahun. Untuk penyimpanan resep umum disimpan berdasarkan
tanggal, untuk mempermudah pencarian ketika dibutuhkan. Untuk
penympanan resep narkotika, disimpan secara terpisah, hal ini
bertujuan untuk mempermudah dalam pembuatan laporan
penggunaan narkotika. Resep disimpan selama lima tahun, setelah
lima tahun dimusnahkan dengan cara dibakar dan dibuatkan berita
acara pemusnahan resep.

F. Pemusnahan
Untuk saat ini di Apotek kimia Farma Teuku Umar belum pernah
melakukan pemusnahan obat, karena barang yang mendekati atau
sudah expire date akan di retur.
36

G. Administrasi
1. Admistrasi Resep
Administrasi ini berupa pencatatan data pasien, pembuatan
kwitansi dan salinan resep.
2. Admisitrasi Non Resep
a. Admisitrasi keuangan
Secara berkala Apotek Kimia Farma mempunyai kewajiban
untuk melaporkan :
1) Bukti setoran kas (BSK)
Dibuat oleh kasir sebagai tanda terima atas hasil penjualan
tunai pada tiap shift.
2) Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH)
Laporan ini dibuat pada akhir transaksi hari berjalan untuk
pembayaran tunai. Laporan ini memberikan informasi
penjualan resep tunai, resep kredit, UPDS, dan obat bebas.
3) Laporan Realisasi Penggunaan Dana Kas Kecil
(LRPDKK)
Laporan ini merupakan laporan mengenai penggunaan kas
kecil untuk keperluan operasional apotek, misalnya untuk
pembayaran listrik, air, bensin, dan lain-lain.

b. Admistrasi Barang
Kegiatan meliputi pembuatan dan pengarsipan dokumen
pembelian, defekta, bon permintaan barang apotek, surat
pemesanan (terutama narkotika dan psikotropika) dan kartu
stok .

c. Admintrasi SDM
Kegiatan meliputi tata tertib pegawai, peraturan jadwal kerja.
absensi, lembur pegawai, perhitungan hari kerja, cuti dan
lain-lain. Kegiatan administrasi umum dan personalia ini
terdapat di Business Manager.
37

4.2 Penjualan
Apotek Kimia Farma 647 melayani penjualan obat dengan resep tunai
maupun resep kredit,serta melayani penjualan obat UPDS (upaya
pengobatan diri sendiri) /swamedikasi serta penjualan obat-obatan bebas .
A. Penjualan Obat dengan Resep Tunai
Penjualan obat dengan resep tunai merupakan penjualan obat
berdasarkan resep dokter kepada pasien dan untuk pembayaran
dilakukan langsung oleh pasien tersebut.
Adapun prosedur pelayanan resep tunai di apotek kimia farma
adalah sebagai berikut :
1. Pasien datang membawa resep .
2. Petugas apotek mengecek kelengkapan resep tersebut.
3. Setelah itu petugas akan mengecek ketersediaan obat dan
harga obat tersebut.
4. Petugas menginformasikan kepada pasien tentang harga obat
tersebut, setelah setuju dilakukan transaksi obat dan obat
disiapkan.
5. Setelah itu obat akan diserahkan kepada pasien oleh apoteker
/ asisten apoteker disertai dengan informasi obatnya.
6. Resep akan disimpan sesuai tempatnya, untuk resep
narkotika dan psikotropika akan disimpan ditempat yang
terpisah.
Di dalam penjualan obat dengan resep tunai pada obat
narkotika dan psikotropika , harus menggunakan resep yang
asli. Diperbolehkan menggunaan copy resep apabila
sebelumnya pasien telah menebus setengah atau sejumlah
obat dari resep asli tersebut. Obat narkotik atau psikotropik
ditebus hanya berdasarkan nama obat yang tertulis di resep,
tidak bisa ditebus dengan mengganti merek obat lain
walaupun kandungan dan dosis obat sama. Resep narkotika
yang masuk dipisahkan dari resep lainnya
38

B. Pelayanan Obat UPDS (upaya pengobatan diri sendiri) /


Swamedikasi
Pelayanan UPDS adalah penjualan obat bebas atau sediaan
farmasi yang dapat dibeli tanpa resep dokter, seperti OTC (Over the
counter ) baik obat bebas dan obat bebas terbatas maupun sediaan
lainnya. Adapun obat keras yang boleh diberikan kepada pasien
yang ingin melakukan UPDS yaitu obat-obatan yang tertera dalah
Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA).
Prosedur pelayanan UPDS yaitu petugas menerima permintaan
barang dari pasien dan langsung menginformasikan ketersediaan
obat, setelah disetujui oleh pembeli, pembeli langsung membayar ke
kasir. Bagian kasir menerima uang pembayaran dan obat akan
diberikan kepada pasien disertai informasi obat tersebut.

C. Pelayanan Resep Kredit


Apotek kimia farma melayani resep untuk pasien BPJS, PRB (Pasien
Rujuk Balik ), Mandiri Inhealth, PLN, Aqua, Tirta Investama dll.
Adapun prosedur pelayanan resep BPJS adalah sbb :
1. Pasien datang membawa resep asli dan kartu keanggotaan.
Petugas akan mengecek kelengkapan berkas dari pasien yang
terdiri dari :
a. Resep asli
b. Fotocopy kartu BPJS
c. Surat rujuk balik
d. Surat khusu rujuk balik
e. Surat egibilitas
f. Nomor kunjungan
2. Setelah semuanya lengkap petugas juga mengecek data
online.
3. Petugas akan menyiapkan obat .
4. Obat akan diserahkan oleh Apoteker/Asisten Apoteker
disertai dengan informasi obat.
39

D. Penjualan Obat Bebas


Penjualan obat bebas yang dimaksud adalah penjualan obat dan
perbekalan farmasi lainnya yang dapat dibeli tanpa resep dokter
seperti obat OTC (Over The Counter) baik obat bebas maupun obat
bebas terbatas, obat herbal, vitamin dan suplemen, kosmetika, alat
kesehatan, perawatan tubuh, perawatan bayi, makanan dan minuman
kesehatan serta produk susu. Penjualan ini dikenal sebagai pelayanan
HV (Hand Verkoop). Konsumen dapat memilih dan mengambil
sendiri produk yang diperlukannya. Konsumen juga dapat meminta
bantuan petugas penjualan bebas jika tidak menemukan produk yang
diperlukan. Adapun prosedur penjualan bebas adalah sbb :
1. Pasien (konsumen) mengajukan barang yang akan dibeli
tanpa resep dokter.
2. Petugas melayani permintaan barang dari pasien dan
langsung meninformasikan harga.
3. Setelah harga disetujui, pasien langsung membayar ke
kasir.
4. Bagian kasir menerima uang pembayaran dan membuat
bukti pembayaran struk penjualan bebas.
5. Barang beserta bukti pembayaran struk pembayaran obat
bebas diserahkan kepada pasien.
6. Bukti pembyaran dikumpulkan.

4.3 Evaluasi Mutu Pelayanan


untuk menjamin mutu pelayanan kefarmasian di apotek,perlu dilakukan
evaluasi mutu pelayanan kefarmasian. Evaluasi tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai metode, diantaranya adalah sbb :
40

A. Audit
Audit merupakan penilaian kinerja yang dibandingkan dengan
standar yang ada.

B. Review
Review merupaka kajian terhadap pelaksanaan kegiatan tanpa
dibandingkan dengan standar.

C. Observasi
Observasi merupakan pengamatan terhadap suatu objek berdasarkan
monitoring.

D. Survei
Survei merupakan pengumpulan data dengan atau tanpa alat bantu
kuesioner.

4.4 Pengendalian
Dalam hal pengendalian barang, apotek menyediakan kartu stok untuk
masing-masing obat. Setiap penerimaan dan pengeluaran barang selain
dimasukkan dalam sistem data komputer, juga ditulis dalam kartu stok
masing-masing obat. Dari dua data tersebut dapat dicek kecepatan
perputaran barang dan jika ada barang hilang. Pada setiap kotak
penyimpanan obat juga diberikan penandaan dalam bentuk stiker berwarna
untuk mengetahui waktu kadaluarsa obat dan dilakukan stock opname setiap
tiga bulan sekali dengan cara menghitung jumlah fisik obat untuk masing-
masing item kemudian dicek kesesuaiannya dengan data yang ada. Hal ini
dilakukan untuk mengontrol stok obat serta pengawasan terhadap kualitas,
kehilangan barang, barang kadaluarsa, barang fast moving atau slow moving,
demikian juga barang yang tidak laku.
41

4.5 Strategi Pengembangan


Dalam melakaukan strategi pengembangan, kimia farma apotek
melakukan berbagai cara seperti selalu menawarkan dan menjelaskan
keunggulan produk yang ditawarkan, kemudian apotek juga melakukan
cara lain seperti diskon barang , sehingga banyak menarik konsumen.
42

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah hari kerja kami melakukan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) di


apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar, dapat kami simpulkan bahwa :

A. Apotek kimia farma merupakan apotek yang melayani pasien BPJS


dan pasien umum.
B. Pengelolaan perbekalan farmasi di apotek kmia farma meliputi
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pencatatan dan
pelaporan.
C. Pengelolaan obat di apotek kimia farma berjalan dengan baik.
D. Evaluasi mutu pelayanan dilakukan dengan 4 (empat) cara yaitu,
audit, review, observasi dan survei.
E. Strategi pengembangan terus dilakukan dengan berbagai cara .
F. Menambah wawasan bagi kami mahasiswi Universitas Tulang
Bawang Lampung.

5.2 Saran

1. Untuk penyediaan obat-obatan masih belum lengkap.


2. Penambahan alat meracik obat.
3. Tetap mempertahankan pelayanan kepada pasien,baik pasien umum
maupun BPJS .
4. Cepat dan tanggap dalam menangani stok obat yang mulai menipis
sehingga tidak terjadi kekosongan obat.
43

DAFTAR PUSTAKA

 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016, Tentang Standar


Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta.

 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017


Tentang Apotek, Jakarta.

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 Tentang


Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta.

 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002, Tentang


Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta : Menteri
Kesehatan RI.

 Kimia Farma. Website Resmi Kimia Farma Tbk, htttp://kimiafarma.co.id


(akses pada hari rabu tanggal 25 september 2019, pukul 20.00 WIB).
44

LAMPIRAN

 Meja peracikan

 Lemari obat Generik


45

 Lemari obat Topikal

 Lemari obat Tetes Mata


46

 Lemari obat Analgetik

 Lemari obat BPJS


47

 Lemari obat Cerna

 Obat lain-lain
48

 Lemari Narkotika dan Psikotropik


49

 Penyimpanan berdasarkan suhu penyimpan

 Lemari Sediaan Sirup


50

 Lemari Arsip
51

 Gondola swalayan
52
53

 Surat pesanan
54

 Resep Narkotik
55

 Resep BPJS

 Etiket
56

 foto Bersama

Anda mungkin juga menyukai