BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN UMUM
2. Bangunan
a. Bangunan Apotek harus memiliki fungsi keamanan, kenyamanan,
dan kemudahan dalam pemberian pelayanan kepada pasien serta
perlindungan dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anakanak, dan orang lanjut usia.
b. Bangunan Apotek harus bersifat permanen.
c. Bangunan bersifat permanen sebagaimana dimaksud dapat
merupakan bagian dan /atau terpisah dari pusat perbelanjaan,
7
2. Pengadaan
Untuk Menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan maka pengadaan
sediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundangaan-undangan.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan, dan harga yang tertera dalam
surat persatuaan dengan kondisi fisik yang diterima.
4. Penyimpanan
a. Obat/bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam
hal pengecualian atau darurat dipindahkan dalam wadah lain, maka
harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang
jelas pada wadah sekurang-kurangnya memuat nama obat, nomor
bacth, dan tanggal kadaluarsa.
10
b. Semua obat atau bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
c. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi obat, serta disusun secara alfabetis.
d. Penjualan obat menggunakan sustem FIFO (First In First Out) dan
FEFO (First Expire First Out).
e. Penyimpanan narkotika dan psikotropika menurut Peraturan Menteri
Kesehatan No. 3 tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan,
pemusnahan dan pelaporan narkotika, psikotropika, dan prekusor
farmasi. Tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika dapat berupa
gudang, ruangan, atau lemari khusus apotek, instalasi farmasi, rumah
dakit, puskesmas, instalasi farmasi klinik, dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan harus memiliki tempat penyimpanan narkotika dan
psikotropika berupa lemari khusus, adapaun syarat khusus untuk
menyimpan narkotika dan psikotropika senagai berikut :
1) Terbuat dari bahan yang kuat.
2) Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 ( dua) buah kunci
yang berbeda.
3) Harus diletakkan dalam ruang khusus disudut gudang, untuk
instalasi farmasi pemerintah.
4) Diletakkan ditempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum,
untuk apotek, instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, instalasi
farmasi klinik, dan lembaga pengetahuan, dan
5) Kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penaggung
jawab/Apoteker yang ditunjuk dan pegawai lain yang
dikuasakan.
5. Pemusnahan
a. Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan. Pemusnahan obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan obat
11
6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah
persediaan sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan
atau pengadaan, penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau
elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
2. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan, dan pemberian
informai Obat. Setelah dilakukan pengkajian resep dilakukan hal sebagai
berikut :
a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep :
1) Menghitung jumlah kebutuhan obat sesuai dengan resep.
2) Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan
fisik obat.
b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan.
c. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi :
1) Warna putih untuk obat dalam atau oral.
2) Warna biru untuk obat luar dan suntik.
3) Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk
suspensi atau emulsi.
d. Memasukan obat kedalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari
penggunaan yang salah. Penyiapan obat dilakukan hal sebagai
berikut :
1) Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan
pemeriksaan kembali mengenai penulisan nama pasien pada
etiket cara penggunaan serta jenis dan jumlah obat.
2) Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.
3) Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
4) Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.
5) Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang
terkait dengan obat.
6) Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan
cara yang baik.
7) Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau
keluarganya.
14
4. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien
atau keluarga untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran
dan kepatuhan sehingga terjadi perubahan perilaku dalam penggunaan
obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pasien. Kriteria pasien
atau keluarga pasien yang perlu diberi konseling :
b. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fugsi hati dan
ginjal, ibu hamil dan menyusui).
15
Kegiatan :
a. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping obat.
b. Mengisi formulir Monitoring Efek samping Obat (MESO)
c. Melaporkan ke pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan :
a. Kerjasama dengan tim kesehatan lain
b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
BAB III
Sejarah Kimia Farma (KF) dimulai sekitar tahun 1957, pada saat
pengambilalihan perusahaan milik Belanda yang bergerak di bidang farmasi
oleh Pemerintah Republik Indonesia (Pengenalan Perusahaan PT. Kimia
Farma (Persero), Tbk., 2010). Perusahaan- perusahaan yang mengalami
nasionalisasi antara lain N.V. Pharmaceutische Hendel vereneging J. Van
Gorkom (Jakarta), N.V. Chemicalier Handle Rathcamp & Co (Jakarta), N.V.
Bavosta (Jakarta), N.V. Bandoengsche Kinine Fabriek (Bandung) dan N.V
Jodium Onderneming Watoedakon (Mojokerto).
1. Budaya perusahaan
Kerja Ikhlas: Siap bekerja dengan tulus tanpa pamrih untuk kepentingan
bersama.
Kerja Cerdas: Kemampuan dalam belajar cepat (fast learner) dan
memberikan solusi yang tepat.
Kerja Keras: Menyelesaikan pekerjaan dengan mengerahkan segenap
kemampuan untuk mendapatkan hasil terbaik.
Kerja Antusias: Keinginan kuat dalam bertindak dengan gairah dan
semangat untuk mencapai tujuan bersama.
Kerja Tuntas: Melakukan pekerjaan secara teratur dan selesai untuk
menghasilkan output maskimal yang sesuai dengan harapan.
Struktur perusahaan
3.3 Lokasi dan Fasilitas Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar
Apotek Kimia Farma 647 terletak di Jl. Teuku Umar 24F Kedaton,
Kota Bandar lampung, Lampung. . Letak apotek sangat strategis karena
terletak di pinggir jalan raya sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat
sekitar ataupun dari masyarakat umum . Berikut merupakan tata ruang dan
fasilitas yang ada di Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar .
1) Tata Ruang Apotek
Tata ruang Apotek Kimia Farma diatur dengan baik agar memudahkan
aktivitas pelayanan di apotek, dan memberikan kenyamanan bagi
pelanggan , pasien dan pegawai apotek. Setiap ruangan di Apotek Kimia
Farma dilengkapi dengan fasilitas yaitu seperti :
A. Area Apotek
Area Apotek terdiri dari beberapa bagian :
a) Tempat Pelayanan Resep
23
D. Tempat Parkir
Tempat parkir yang disediakan cukup luas dan terdapat di depan area
apotek, yang dikhususkan untuk pelanggan apotek.
E. Kamar Mandi
Kamar mandi terletak di dibagian paling belakang ruangan .
Koordinator apotek
Tabel 3.1 Struktur Organisasi Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar
2. Pengadaan
Pihak Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar akan membuat permintaan
obat yang dikenal dengan BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek).
Pengadaan BPBA (Bon Permintaan Barang Apotek).
3. Penerimaan Barang
Pada saat penerimaan barang pesanan kemudian dilakukan pengecekkan
barang kesesuain dengan surat pesanan. Pengecekan meliputi : nama
barang, dosis, nomor bacth, tanggal kadarluarsa, dan keutuhan sediaan.
Setelah semuanya sesuai, faktur pembelian dicatat dibuku penyerahan faktur
lalu yang asli di serahkan kebagian gudang sedangkan fotokopi faktur
disimpan di Apotek.
4. Penyimpanan
Penyimpanan obat di Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar yaitu
obat yang sudah diterima dari pihak PBF disimpan pada masing-masing
lemari atau rak berdasarkan abjad, kelas terapi dan jenis sediaannya. Khusus
sediaan serta ovula dan supositoria disimpan didalam lemasi es. Serta untuk
tiap-tiap item obat terdapat kartu stoknya, obat-obatan yang didistribusikan
berdasarkan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First
Out). Sedangkan obat-obat narkotik dan psikotropika disimpan pada lemari
khusus.
Resep asli paskes pertama, surat eligibilitas, Surat rujukan rumah sakit , surat
rujukan balik masing-masing difotocopy sebanyak 2 (dua) rangkap, sedangkan
untuk pasien umum pasien hanya membawa resep dari dokter atau salinan
resep, dan resep narkotik dan psikotropik. Berikut merupakan alur pelayanan
resep yang diterapkan di Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar yaitu:
Pasien
Membawa resep
Kasir
Konfirmasi kepasien terkait
pembayaran
Asisten Apoteker
Menulis etiket dan pengecekan obat
Apoteker
Pengecekan akhir
Apoteker
Penyerahan obat dan memberi informasi obat
kepada pasien
Asisten apoteker
Penyimpanan resep
Tabel 3.2 Alur Pelayanan Resep di Apotek Kimia Farma 647 Teuku Umar
b. Proses pelayanan resep secara kredit (seperti BPJS & inhealt, pln, dan lain-
lain) adalah sebagai berikut :
a) Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian menerima resep dari pasien
BPJS kemudian memeriksa kelengkapan berkas dan persyaratan yang
dibawa oleh pasien.
b) Resep diterima kemudian obat disiapkan oleh Tenaga Teknis
Kefarmasian.
c) Obat yang telah selesai diberi etiket kemudian diperiksa kesesuaian obat
dengan resep oleh apoteker baik bentuk sediaan, nama pasien, aturan
pakai, dan jumlah obat.
d) Pasien menandatangani resep bahwa sudah menerima obat. Obat
diberikan kepada pasien dengan pemberian informasi tentang obat yang
diterimanya. Apotek Kima Farma 647 Teuku Umar bekerjasama dengan
BPJS.
3. Konseling
Tujuan dari konseling tidak hanya memberitahukan aturan dan cara pakai
obat, tetapi mempunyai tujuan yang lebih luas yang secara umum bertujuan
untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengikuti instruksi pengobatan,
diantaranya :
a. Merubah tingkah laku pasien ke arah yang lebih baik.
b. Mengajak pasien untuk ikut aktif dalam terapi yang dijalaninya
c. Menjamin keselamatan melalui penggunaan obat yang tepat, aman, dan
rasional.
Apotek Kimia Farma secara umum telah melakukan konseling kepada
pasien, namun masih belum menyediakan ruang khusus untuk konseling,
hanya sebatas berupa meja dan kursi di ruang terbuka, tidak dalam suatu
ruangan khusus.
BAB IV
PEMBAHASAN
b. Pola Penyakit
Perencanaan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya dapat
dilihat juga berdasarkan pola penyakit yang sedang terjadi atau
sering muncul di masyarakat dan memperhatikan waktu (musim
hujan atau musim kemarau).
B. Pengadaan
Pengadaan di Apotek Kimia Farma dilakukan 2(dua) kali dalam
1 (satu) bulan. Pada minggu ke-1 (satu) dan minggu ke-3 (tiga).
Prosedur pengadaan yang dapat dilakukan yaitu :
1. Pencatatan stok obat-obatan yang kosong di buku defekta.
2. Pengadaan dilakukan dengan menginput barang kosong
secara komputerisasi, pemesan barang menggunakan jumlah
satuan box.
3. Dikirim secara online ke bagian pengadaan di BM.
4. Setelah itu bagian BM akan memproses. Bagian pengadaan
akan memilah barang berdasarkan PBF-nya.
5. Setelah itu dikirimkan ke Apotek dalam bentuk SP (Surat
pesanan).
6. Surat pesanan akan di cetak dan ditandatangani oleh
Apoteker.
7. Sales datang untuk mengambil surat pesanan di Apotek,
kemudian pesanan akan diantar ke Apotek.
34
C. Penerimaan
Adapun prosedur penerimaan barang di Apotek Kimia Farma
adalah sebagai berikut :
1. Pengantar barang datang membawa barang.
2. Petugas akan mengecek barang tersebut, disesuaikan dengan
SP, Faktur dan keadaan fisik barang.
3. Setelah pengecekan selesai petugas akan memberi stampel
pada faktur.
4. Kemudian sales akan meminta surat pemesanan yang di
tanda tangani oleh Apoteker.
5. Setelah itu barang yang sudah datang ditempatkan sesuai
dengan kelas terapinya.
D. Penyimpanan
Penyimpanan obat dilakukan dengan memasukkan obat kedalam
kotak yang telah disusun secara alfabetis dalam rak penyimpanan
obat. Tiap kotak diberi identitas berupa nama obat, dosis obat,
35
E. Penyimpanan Dokumen
Dokumen sebagai arsip apotek disimpan dalam jangka waktu
lima tahun. Untuk penyimpanan resep umum disimpan berdasarkan
tanggal, untuk mempermudah pencarian ketika dibutuhkan. Untuk
penympanan resep narkotika, disimpan secara terpisah, hal ini
bertujuan untuk mempermudah dalam pembuatan laporan
penggunaan narkotika. Resep disimpan selama lima tahun, setelah
lima tahun dimusnahkan dengan cara dibakar dan dibuatkan berita
acara pemusnahan resep.
F. Pemusnahan
Untuk saat ini di Apotek kimia Farma Teuku Umar belum pernah
melakukan pemusnahan obat, karena barang yang mendekati atau
sudah expire date akan di retur.
36
G. Administrasi
1. Admistrasi Resep
Administrasi ini berupa pencatatan data pasien, pembuatan
kwitansi dan salinan resep.
2. Admisitrasi Non Resep
a. Admisitrasi keuangan
Secara berkala Apotek Kimia Farma mempunyai kewajiban
untuk melaporkan :
1) Bukti setoran kas (BSK)
Dibuat oleh kasir sebagai tanda terima atas hasil penjualan
tunai pada tiap shift.
2) Laporan Ikhtisar Penjualan Harian (LIPH)
Laporan ini dibuat pada akhir transaksi hari berjalan untuk
pembayaran tunai. Laporan ini memberikan informasi
penjualan resep tunai, resep kredit, UPDS, dan obat bebas.
3) Laporan Realisasi Penggunaan Dana Kas Kecil
(LRPDKK)
Laporan ini merupakan laporan mengenai penggunaan kas
kecil untuk keperluan operasional apotek, misalnya untuk
pembayaran listrik, air, bensin, dan lain-lain.
b. Admistrasi Barang
Kegiatan meliputi pembuatan dan pengarsipan dokumen
pembelian, defekta, bon permintaan barang apotek, surat
pemesanan (terutama narkotika dan psikotropika) dan kartu
stok .
c. Admintrasi SDM
Kegiatan meliputi tata tertib pegawai, peraturan jadwal kerja.
absensi, lembur pegawai, perhitungan hari kerja, cuti dan
lain-lain. Kegiatan administrasi umum dan personalia ini
terdapat di Business Manager.
37
4.2 Penjualan
Apotek Kimia Farma 647 melayani penjualan obat dengan resep tunai
maupun resep kredit,serta melayani penjualan obat UPDS (upaya
pengobatan diri sendiri) /swamedikasi serta penjualan obat-obatan bebas .
A. Penjualan Obat dengan Resep Tunai
Penjualan obat dengan resep tunai merupakan penjualan obat
berdasarkan resep dokter kepada pasien dan untuk pembayaran
dilakukan langsung oleh pasien tersebut.
Adapun prosedur pelayanan resep tunai di apotek kimia farma
adalah sebagai berikut :
1. Pasien datang membawa resep .
2. Petugas apotek mengecek kelengkapan resep tersebut.
3. Setelah itu petugas akan mengecek ketersediaan obat dan
harga obat tersebut.
4. Petugas menginformasikan kepada pasien tentang harga obat
tersebut, setelah setuju dilakukan transaksi obat dan obat
disiapkan.
5. Setelah itu obat akan diserahkan kepada pasien oleh apoteker
/ asisten apoteker disertai dengan informasi obatnya.
6. Resep akan disimpan sesuai tempatnya, untuk resep
narkotika dan psikotropika akan disimpan ditempat yang
terpisah.
Di dalam penjualan obat dengan resep tunai pada obat
narkotika dan psikotropika , harus menggunakan resep yang
asli. Diperbolehkan menggunaan copy resep apabila
sebelumnya pasien telah menebus setengah atau sejumlah
obat dari resep asli tersebut. Obat narkotik atau psikotropik
ditebus hanya berdasarkan nama obat yang tertulis di resep,
tidak bisa ditebus dengan mengganti merek obat lain
walaupun kandungan dan dosis obat sama. Resep narkotika
yang masuk dipisahkan dari resep lainnya
38
A. Audit
Audit merupakan penilaian kinerja yang dibandingkan dengan
standar yang ada.
B. Review
Review merupaka kajian terhadap pelaksanaan kegiatan tanpa
dibandingkan dengan standar.
C. Observasi
Observasi merupakan pengamatan terhadap suatu objek berdasarkan
monitoring.
D. Survei
Survei merupakan pengumpulan data dengan atau tanpa alat bantu
kuesioner.
4.4 Pengendalian
Dalam hal pengendalian barang, apotek menyediakan kartu stok untuk
masing-masing obat. Setiap penerimaan dan pengeluaran barang selain
dimasukkan dalam sistem data komputer, juga ditulis dalam kartu stok
masing-masing obat. Dari dua data tersebut dapat dicek kecepatan
perputaran barang dan jika ada barang hilang. Pada setiap kotak
penyimpanan obat juga diberikan penandaan dalam bentuk stiker berwarna
untuk mengetahui waktu kadaluarsa obat dan dilakukan stock opname setiap
tiga bulan sekali dengan cara menghitung jumlah fisik obat untuk masing-
masing item kemudian dicek kesesuaiannya dengan data yang ada. Hal ini
dilakukan untuk mengontrol stok obat serta pengawasan terhadap kualitas,
kehilangan barang, barang kadaluarsa, barang fast moving atau slow moving,
demikian juga barang yang tidak laku.
41
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Meja peracikan
Obat lain-lain
48
Lemari Arsip
51
Gondola swalayan
52
53
Surat pesanan
54
Resep Narkotik
55
Resep BPJS
Etiket
56
foto Bersama