PENDAHULUAN
1
Dalam pelaksanaan pendidikan, proses pembelajaran yang terjadi tidak terbatas
di dalam kelas saja. Pengajaran yang berlangsung pada pendidikan ini lebih di
tekankan pada pengajaran yang menerobos di luar kelas, bahkan di luar institusi
pendidikan seperti lingkungan kerja atau kehidupan masyarakat. Dalam hal ini
praktek kerja industri merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
program pengajaran serta merupakan wadah yang tepat untuk mengaplikasikan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh pada proses belajat
mengajar.Menurut Undang-Undang RI NO.36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan
peraturan pemerintah No.51 Tahun 2009 tentang praktek kefarmasian.
2
1.3.1 Manfaat Bagi Siswa
Hasil belajar peserta prakerin akan lebih bermakna, karena setelah tamat
akan betul-betul memiliki keahlian profesional sebagai bekal untuk meningkatkan
taraf hidupnya dan sebagai bekal untuk pengembangan dirinya secara
berkelanjutan.
Keahlian profesional yang diperoleh dapat mengangkat harga diri dan rasa
percaya diri tamatan, yang selanjutnya akan mendorong mereka untuk
meningkatkan keahlian profesionalnya padatingkat yang lebih tinggi. Peserta
Prakerin akan menambah wawasan yang diperoleh dari dunia kerja di Apotek.
1.3.2 Manfaat Bagi Sekolah
Tujuan pendidikan untuk memberi keahlian profesional bagi peserta didik
lebih terjamin pencapaiannya. Terdapat kesesuaian yang lebih pas antara program
pendidikan dengan kebutuhan Industri kerja. Memberi kepuasan bagi
penyelenggaraan pendidikan sekolah karena tamatannya lebih terjamin
memperoleh bekal yang bermanfaat, baik untuk kepentingan tamatan, kepentingan
dunia dan kepentingan bangsa.
1.3.3 Manfaat Bagi Apotek
Penyelenggaraan prakerin memberi keuntungan nyata bagi Apotek antara lain:
a. Apotek dapat mengenal kualitas peserta prakerin yang belajar dan bekerja
ditempat dilaksanakannya prakerin.
b. Umumnya peserta prakerin telah ikut dalam proses pelayanan secara aktif
sehingga pada pengertian tertentu peserta prakerin adalah tenaga kerja
yang memberi keuntungan.
c. Apotek dapat memberi tugas kepada peserta Prakerin untuk kepentingan
pelayanan sesuai kompetensi dan kemampuan yang dimiliki.
d. Selama proses pendidikan melalui kerja Industri, peserta Prakerin lebih
mudah diatur dalam hal disiplin berupa kepatuhan terhadap peraturan yang
berlaku di Apotek. Karena itu,sikap peserta Prakerin dapat dibentuk sesuai
dengan ciri khas kerja di Apotek.
e. Memberi kepuasan bagi Apotek karena diakui ikut serta menentukan masa
depan anak bangsa melalui Praktek kerja Industri (Prakerin)
3
BAB II
TINJAUAN UMUM APOTEK
4
4. Data Penanggung Jawab Teknis meliputi KTP, STRA dan SIPA
5. Bukti Pembayaran Pendapatan Anggaran Daerah (PAD).
6. Durasi pemenuhan persyaratan paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sejak pelaku usaha mengajukan permohonan
7. Durasi pemberian izin Apotek paling lama 9(sembilan) hari sejak
dokumen dinyatakan lengkap
8. Izin apotek berlaku mengikuti masa berlaku SIPA penanggung jawab,
maksimal 5 (lima) tahun
9. Persyaratan perpanjangan/perubahan Izin Apotek, jika terjadi
Perubahan Apoteker penanggung jawab, perubahan nama Apotek,
perubahan alamat/lokasi, perubahan nama pelaku usaha:
a) Dokumen Izin Apotek yang berlaku;
b) Data dokumen yang mengalami perubahan;
c) Self assesment penyelenggaraan Apotek; dan
d) Pelaporan terakhir
10. Persyaratan perpanjangan Izin Apotek:
a) Dokumen izin Apotek yang berlaku;
b) Seluruh dokumen persyaratan umum dan khusus;
c) Self assesment penyelenggaraan Apotek; dan
d) Pelaporan terakhir
b. Persyaratan Khusus
1. Peta lokasi
2. Denah bangunan
3. Daftar SDM
4. Daftar sarana, prasarana dan peralatan.
5
Sesuai dengan keputusan Permenkes RI No. 14 tahun 2021 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yaitu :
1. Penerbitan NIB(Nomor Induk Berusaha)
NIB adalah Identitas Pelaku usaha yang diterbitkan oleh lembaga OSS.
Sebelum melakukan kegiatan usaha pelaku usaha wajib memiliki NIB
yang diterbitkan oleh OSS. Setelah itu pelaku usaha melakukan tahapan
persiapan.
2. Penyimpanan persyaratan izin
Pelaku usaha wajib memenuhi dan menyampaikan pemenuhan persyaratan
izin (standar usaha) ke sistem OSS.
3. Verifikasi
Sistem OSS meneruskan kepada DPMPTSP kabupaten / kota untuk
melakukan verifikasi. DPMPTSP meneruskan ke Dinkes kab / kota untuk
melakukan verifikasi.
4. Sertifikasi
Dinkes kab / kota menerbitkan sertifikasi standar jika memenuhi syarat
dan menyampaikan hasil verifikasi kepada DPMPTSP apakah memenuhi
atau tidak memenuhi syarat
5. Notifikasi
DPMPTSP melakukan notifikasi hasil verifikasi kepada sistem OSS
berupa memenuhi atau tidak memenuhi persyaratan
6. Penerbitan izin
1. Notifikasi “memenuhi persyaratan” sistem OSS menerbitkan izin
2. Notifkasi “tidak memenuhi persyaratan”, pelaku usaha memenuhi
kelengkapan persyaratan izin melalui sistem OSS
3. DPMPTSP provinsi, DPMPTSP kab/kota tidak memberikan notifikasi
hasil verifikasi, sistem OSS menerbitkan izin.
6
2.5 Pencabutan izin Apotek
Menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 2017 tentang Apotek, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
dapat mencabut Surat Izin Apotek, apabila:
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai APA.
b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan,
menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan
keabsahannya terjamin.
c. APA berhalang melakukan tugasnya lebih dari 2 Tahun secara terus
menerus.
d. Terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang Narkotika,Undang-Undang
Psikotropika, Undang-Undang Kesehatan dan ketentuan perundang-
undangan lainnya.
e. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) tersebut dicabut.
f. Pemilik sarana Apotek tersebut terbukti terlibat dalam pelanggaran
perundang-undangan dibidang obat.
g. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat
pendirian Apotek serta kelengkapan sediaan Farmasi dan pembekalan
lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/kota sebelum melakukan pencabutan
surat izin Apotek berkoordinasi dengan Kepala Balai BPOM
setempat.Pelaksanaan pencabutan surat Izin Apotek dilaksanakan setelah
dikeluarkan:
a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3(tiga) kali berturut-turut
dengan tenggang waktu masing-masing 2(dua) bulan.
b. Pembekuan Izin Apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 (enam)
bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek.
Pembekuan Izin Apotek dapat dicairkan kembali apabila Apotek telah
membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan
dalam peraturan ini.Pencairan izin Apotek dilakuka setelah menerima
laporan pemeriksaan dari tim pemeriksaan Dinas Kesehatan 9
Kabupaten/Kota setempat. Apabila SIA diacbut,APA atau Apoteker
7
pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
8
d. Penyimpanan
1) Obat/Bahan obat yang harus disimpan dalam wadah asli dari pihak
Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada
wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus
ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-
kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.
2) Semua Obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
3) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi.
4) Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi obat serta disusun secara alafabetis.
5) Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (first expired first out) dan
FIFO (first in first out).
e. Pemusnahan dan Penarikan
1. Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan
bentuk sediaan.Pemusnahan obat kadaluarsa atau rusak yang
mengandung narkotik atau psikotropik dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Pemusnahan obat
selain narkotik atau psikotropik dilakukan oleh Apoteker dan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin
praktek atau surat izin kerja.Pemusnahan dibuktikan dengan berita
acara pemusnahan dengan menggunakan Formulir 1.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5(lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan
oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar
atau cara pemusnahan lain yang dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2 dan selanjutnya
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
3. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.
9
4. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar atau ketentuan
Perundang-Undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan
perintah penarikan oleh BPOM (Mandatory recall) atau berdasarkan
inisiasi sukarela pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap
memberikan kepada kepala BPOM.
5. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.
f. Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis persediaan sesuai
kebutuhan pelayanan, melalui pengatur sistem pesanan atau pengadaan
penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya kelebihan, kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluarsa,
kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian peserdiaan
menggunakan kartu stok baik secara manual atau elektronik. Kartu stok
sekurang kurangnya memuat nama obat tanggal kadaluarsa, jumlah
pemasukan, pengeluaran dan sisa persediaan.
g. Pencatatan dan pelaporan dilakukan pada setiap proses pengelolaan sediaan
Farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi pengadaan
(Surat pesanan,faktur), penyimpanan (Kartu stock), penyerahan (nota atau
struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal. Pelaporan internal
merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan
narkotik,psikotropik dan pelaporan akan diatur lebih lanjut oleh Direktur
Jendral. Pelaporan dilakukan sebulan sekali menggunakan SIPNAP.
10
Penggolongan obat itu terdiri dari:
a) Obat Bebas
Obat Bebas adalah obat yang bisa dibeli bebas di Apotek dan toko
Obat. Obat bebas ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam.
Contoh obat bebas adalah Paracetamol, Antasida dan obat batuk hitam.
Penandaan obat Bebas diatur berdasarkan SK Menkes RI
No,2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan bebas
terbatas.
11
P No 5: Amonia 10% kebawah
P No 6: Borraginol N Suppositoria
12
bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis,yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran,hilangnya rasa nyeri,mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri,dan dapat menimbulkan ketergantungan,penandaan
obat narkotika yaitu palang medali merah.
Logo Narkotika
Gambar 5. Logo Narkotika
1) Narkotika Golongan I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya digunakan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak untuk terapi,serta mempunyai
potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh obat narkotika
golongan 1 yaitu Opium,Ganja,Heroin.
2) Narkotika Golongan II
Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau pengembangan ilmu
pengetahuan serta berpotensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh
obat Narkotika golongan II adalah Morfin,Petidin,Tebakon.
3) Narkotika Golongan III
Narkotika golongan III adalah obat narkotika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi atau pengembangan ilmu
pengetahuan serta berpotensi ringan menimbulkan ketergantungan. Contoh
obat narkotika golongan III adalah Codein,Nikodin,Etil Morfin.
e) Obat Psikotropika
Menurut UU No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, yang dimaksud
Psikotropika adalah zat/obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika
yang berkhasiat Psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Penandaan obat Psikotropika hampir sama dengan penandaan obat Keras
13
yaitu lingkaran merah dan garis tepi merah dengan huruf “K” yang
menyentuh garis tepi. Obat psikotropika dibagi menjadi 4 Golongan:
1. Psikotropika Golongan I
Menurut PERMENKES No.3 Tahun 2017 Psikotropika golongan I
sudah dipindahkan ke Narkotika golongan I.
2. Psikotropika Golongan II
Psikotropika Golongan II adalah Psikotropika yang berkhasiat
untuk pengobatan dan digunakan dalam terapi atau tujuan pengetahuan
serta mempunyai potensi kuat untuk menimbulkan sindrom
ketergantungan. Contoh Psikotropika Golongan II adalah Amfetamin,
Mefamfetamin, Metahualon.
3. Psikotropika Golongan III
Psikotropika Golongan III adalah Psikotropika yang berkhasiat
untuk pengobatan dan digunakan dalam terapi atau tujuan pengetahuan
serta mempunyai potensi sedang untuk menimbulkan sindrom
ketergantungan. Contoh Psikotropika Golongan III adalah Amobarbital,
Pentobarbital, Fenobarbital
4. Psikotropika Golongan IV
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat
untuk pengobatan dan digunakan dalam terapi atau tujuan ilmu
pengetahuan serta mempunyai rendah untuk menimbulkan sindrom
ketergantungan. Contoh Psikotropika golongan IV adalah Klobazam,
Klorazepam, Diazepam.
Logo Psikotropika
Gambar 6. Logo Psikotropika
f) Obat Wajib Apotek (OWA)
Obat Wajib Apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh
Apoteker kepada pasien di Apotek tanpa Resep dokter, tetapi harus
14
diserahkan langsung oleh Apoteker kepada seorang pasien disertai
informasi lengkap tentang penggunaan obat. Contoh Obat Wajib Apotek
adalah Asam mefenamat, Bromhexin, Ranitidine.
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan No.
347/Menkes/SK/VII/1993 menyatakan bahwa:
a) Obat Wajib Apotek wajib diserahkan tanpa Resep Dokter
b) Peningkatan peran Apoteker di Apotek dalam pelayanan
komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
c) Peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk
swemedikasi.
Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) terbagi menjadi tiga daftar yaitu:
1. DOWA No.1 Berdasarkan Kepmenkes RI No.347 Tahun 1990
a) Obat Kontrasepsi : Pil KB Andalan
b) Obat Saluran Cerna: Metoklopramid
c) Obat Topikal: Hidrokortison dan Miconazole
2. DOWA No.2 Berdasarkan Permenkes RI No.924 Tahun 1993
a) Dexamethasone
b) Omeprazole
c) Albendazol
3. DOWA No.3 Berdasarkan Kepmenkes RI No.1176 Tahun 1999
a) Allopurinol
b) Diclofenac natrium
c) Ranitidin
g) Prekursor
Prekursor adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan didalam pembuatan Narkotika dan Psikotropika. Menurut UU RI
No.35 Tahun 2009 Prekursor Narkotika terbagai atas:
Tabel 1:
Acetic anhidrine
Ephedrine
Norepedrina
15
Pseudoephedrine
Ergometrine
Isosaflore
Lisergid acid
3,4-methylendioxyphenil 2-propanane
1-phenyl-2-propanon
Piperonal
Pottasium permanganat
Tabel 2:
Acetone
Antranilic acid
Hidrocloric acid
Phenilacetic acid
Sulphuric acid
Methyl ethyl kotone
Piperidine
Toluen
2.7.1 Alat Kesehatan (alkes)
Menurut UU RI No.23 Tahun 1992 tentang Alat Kesehatan (ALKES),Alat
Kesehatan adalah Instrument,Apparatus,Alat,Mesin,dan Implan yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk meringankan penyakit,mendiagnosa
penyakit,menyembuhkan penyakit,serta memulihkan kesehatan pada manusia atau
untuk memperbaiki fungsi tubuh.
2.7.2 Pemusnahan Obat
1. Obat dapat dimusnahkan harus memenuhi kriteria: rusak,terjadi
perubahan warna,aroma,dan bentuk. Lewat ED (Expired Date) dan
adanya pencabutan atau larangan dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM). Atau adanya ketentua dari pihak yang berwenang
untuk dimusnahkan.
2. Sebelum pemusnahan diminta izin dari Apoteker sesuai hirarki disertai
usulan tim/panitia pemusnahan obat.
16
3. Sebelum pemusnahan Apoteker membuat kebijakan atas izin dari
pihak DKK (Dinas Kesehatan Kota) dengan adanya berita acara
disertai usulan tim/panitia pemusnahan obat.
4. Pemusnahan obat dilakukan dengan cara:
Dihancurkan : Obat sirup,injeksi vial,dan ampul/flacon.
Dilarutkan : Tablet,Kapsul,dan Puyer
Dibakar : Obat dalam bentuk tablet atau sediaan padat
5. Dibuat Berita Acara pemusnahan yang ditanda tangani oleh saksi dari
pihak Apotek maupun Dinas Kesehatan.
6. Melaporkan berita acara pelaksaan pemusnahan obat kepada Dinas
Kesehatan.
a) Pengelolaan Obat Rusak dan Kadaluarsa
1. Mengumpulkan obat-obat yang rusak dan kadaluarsa.
2. Mencatat jenis dan jumlah obat yang rusak dan kadaluarsa
tersebut dalam kolom pengeluaran.
3. Mengisi format laporan.
4. Melaporkan dan mengirim obat tersebut ke Instalasi Farmasi
Kabupaten/Kota.
b) Manfaat informasi laporan obat rusak dan kadaluarsa
1. Untuk memperbarui catatan mutasi obat dalam kartu stock
pada satuan kerja yang melaporkan dan menerima kembali
obat rusak dan kadaluarsa.
2. Untuk mengetahui persediaan obat yang benar-benar dapat
dipakai.
3. Sebagai informasi awal untuk menelusuri penyebab kerusakan
obat.
17
BAB III
TINJAUAN KHUSUS APOTEK
18
Apotek Landbouw dikelola oleh beberapa anggota yang terdiri dari:
a. Apotek Pengelola Apotek (APA) apt, Ririnda Dayanti, S.Farm
b. Apoteker Pendamping (APING) apt, Richa Tahira Pratiwi, S.Farm
c. Tenaga Teknis Kefarmasian (AA)
- Nova Juwita S.Farm.
- Tiara Lestari Amd.Farm
d. Dan 3 (tiga) orang staff lainnya.
19
penyimpanan kapsul,Meja racik,Lemari Narkotika dan Psikotropika, serta meja
informasi. Dan dilantai Kedua terdapat: Gudang,Ruang Administrasi,Meja
komputer,Meja penyimpanan faktur, dan lemari Display obat maupun Tempat
penyimpanan Alat Kesehatan (ALKES).
20
pemeriksaan serta pemesanan barang secara berkala setiap satu minggu dua kali
yaitu pada hari Rabu dan Kamis, sebelum dilakukan pemesanan barang/obat yang
dilakukan oleh petugas khusus bagian gudang atau AA (Tenaga Teknis
Kefarmasian). Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari kekosongan barang atau
obat yang ada di Apotek.
3.5.2 Pengadaan
Pengadaan adalah suatu proses untuk pengadaan obat yang dibutuhkan di
unit pelayanan kesehatan atau dapat pula dikatakan sebagai kegiatan untuk
merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan. Tujuan dari pengadaan adalah
supaya tersedianya obat sejenis dalam jumlah yang tepat dengan mutu yang
tinggi. Dan dapat diperoleh dalam waktu yang tepat. Proses pengadaan di Apotek
Landbouw terlebih dahulu dilakukan pengecekan barang. Pengecekan barang
dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian dan Tenaga Teknis Kefarmasian yang
telah disetujui oleh Apoteker. Apabila barang tersebut hampir habis atau telah
habis, maka Tenaga Teknis Kefarmasian atau Tenaga Teknis Kefarmasian akan
mencatatnya dalam Surat Pesanan (SP). Kemudian dipesankan ke PBF yang
datang langsuang ke Apotek dengan memberikan surat pesanan yang telah di
tanda tangani oleh Apoteker.
Selanjutnya pemesanan obat di Apotek Landbouw dilakukan secara
langsung kepada Distributor (PBF) atau dapat pula dipesan melalui telepon untuk
obat yang dibutuhkan cito. Surat pesanan Narkotika dan Psikotropika mempunyai
format yang berbeda dengan surat pesanan yang biasa digunakan untuk
pemesanan obat yang non Narkotika dan non Psikotropika. Surat pesanan
Narkotika dan Psikotropika berisi nama Apoteker, Alamat rumah Apoteker,
Jumlah dan jenis obat yang dipesan. Surat pesanan obat Narkotika berjumlah 4
(empat) Rangkap. Lembar pertama berwarna putih diperuntukan untuk PBF,
lembar kedua berwarna biru diperuntukan untuk Dinas Kesehatan
setempat,lembar ketiga berwarna Pink diperuntukan untuk BPOM setempat, dan
terakhir warna kuning diperuntukan untuk Arsip Apotek. Beda halnya dengan
surat pesanan obat Psikotropika dipesan dengan surat pesanan khusus terdiri dari
2 Rangkap. Dalam satu surat pesanan dapat dipesan beberapa jenis obat
Psikotropika.
21
Adapun kegiatan pembelian barang atau obat di Apotek Landbouw
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pembelian rutin
Pembelian Rutin adalah pembelian yang biasa dilakukan Apotek
Landbouw kepada Distributor (PBF) setiap dua kali dalam seminggu.
b. Pembelian Mendesak (MB-Mohon Beli)
Pembelian Mendesak dilakukan apabila obat yang dibutuhkan oleh
pasien tidak tersedia/kosong di Apotek Landbouw,sedangkan kebutuhan
obat tersebut harus tersedia dengan segera.
c. Konsinyasi
Konsinyasi merupakan barang yang dititipkan oleh perusahaan
tertentu kepada Apotek Landbouw untuk dijualkan, apabila terdapat
barang yang terjual atau laku maka Apotek Landbouw harus membayar
barang tersebut ke PBF, apabila barang tersebut tidak laku terjual maka
barang tersebut dikembalikan lagi ke distributor dan Apotek tidak perlu
membayar barang tersebut. Pengadaan sangat penting dilakukan demi
ketersediaan barang barang atau obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai
dan bermutu tinggi pada saat akan diperlukan. Konsinyasi biasanya
dilakukan untuk obat-obatan yang masih promosi.
3.5.3 Penerimaan
Penerimaan barang yang datang dari Distributor akan diperiksa dahulu
oleh petugas atau Tenaga Teknis Kefarmasian(AA). Pemeriksaan tersebut
meliputi pemeriksaan faktur kemudian untuk disesuaikan dengan surat pesanan
(sp) dan barang yang datang. Faktur terdiri dari 4 (empat) rangkap, 2 (dua)
rangkap sebagai Arsip Apotek, dan 2 (dua) rangkap lagi termasuk faktur asli yang
telah ditanda tangani dan diberi stempel untuk dikembalikan kepada Distributor
(PBF) sebagai tanda terima dan faktur asli akan digunakan sebagai tagihan. Untuk
pembayar faktur di Apotek Lamdbouw dilaksanakan pada setiap hari rabu dan
kamis. Seluruh bayaran yang sudah diterima disimpan dalam tempat dan
disesuaikan kemudian dimasukkan ke dalam data Komputer. Apabila terdapat
barang yang tidak sesuai dengan surat pesanan, maka barang akan dikembalikan
22
atau di retur ke Distributor (PBF) yang bersangkutan dengan bukti surat pesanan
yang ada.
3.5.4 Penyimpanan
Sesudah barang diterima dari PBF, maka barang atau obat tersebut di input
oleh Tenaga Teknis Kefarmasian atau Tenaga Teknis Kefarmasian (AA) bagian
Administrasi kemudian disimpan sesuai dengan tempatnya, yaitu gudang, ruang
racikan, dan tempat penjualan bebas. Penyimpanan obat atau barang di Apotek
Landbouw dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, golongan dan diurutkan secara
alfabetis. Hal ini penting untuk mempermudah di dalam proses pencarian obat.
Untuk penyimpanan obat generik dan antubiotik disimpan di rak tersendiri
untuk memudahkan pengambilan. Untuk obat yang bersifat termolabil disimpan
dalam lemari pendingin, untuk bebas dan obat bebas terbatas disimpan di etalase
berdasarkan farmakologi dan bentuk sediaan serta di tata dengan rapi. Sedangkan,
untuk obat-obatan yang termasuk ke dalam golongan Narkotika dan Psikotropika
disimpan secara terpisah dari obat yang lainnya yaitu di dalam lemari khusus,
mempunyai dua pintu yang dilengakapi dengan dua kunci yang berbeda. Orang
yang mempunyai wewenang memegang kunci lemari Narkotika adalah Apoteker
dan Tenaga Teknis Kefarmasian atau Tenaga Teknis Kefarmasian (AA) yang
dipercaya.
3.5.5 Pendistribusian
Pendistribusian di Apotek Landbouw menggunkan sistem FIFO (first in
first out). Setiap pengeluaran barang dicatat atau di input ke dalam komputer,
sehingga dapat memudahkan dalam pemeriksaan barang bila terjadi kehilangan.
Kemudian, barang yang sudah mendekati expire dipisahkan ditempat tertentu.
a. Pelayanan non Resep
Pelayanan Obat Non Resep merupakan pelayanan kepada pasien
yang ingin melakukan pengobatan sendiri, dikenal dengan swamedikasi.
Obat untuk swamedikasi meliputi obat-obat yang dapat digunakan tanpa
resep yang meliputi: Obat Wajib Apotek (OWA), Obat Bebas Terbatas,
dan Obat Bebas. Obat Wajib Apotek (OWA): terdiri dari kelas terapi oral
kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran
23
nafas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuscular, anti parasit, dan
obat kulit topical.
b. Pelayanan Resep
Pelayanan resep sepenuhnya tanggung jawab APA (Apoteker
Pengelola Apotek). Apoteker tidak diizinkan untuk mengganti obat yang
ditulis dalam resep dengan obat lain. Dalam hal pasien tidak mampu
menebus obat yang ditulis dalam resep, Apoteker wajib berkonsultasi
dengan Dokter untuk pemilihan obat yang lebih terjangkau. Pelayanan
resep didahului proses skrining resep yang meliputi pemeriksaan
kelengkapan resep, ke absahan dan tinjauan kerasionalan obat. Resep yang
lengkap harus ada nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, tempat dan
tanggal resep, tanda R/ pada bagian kiri untuk tiap penulisan resep, nama
obat dan jumlahnya, kadang-kadang cara pembuatan atau keterangan lain (
liter, prn,cito) yang dibutuhkan, aturan pakai, nama pasien, serta tanda
tangan atau paraf dokter. Tinjauan kerasional obat meliputi pemeriksaan
dosis, frekuensi pemberian, adanya medikasi lengkap, interaksi obat,
karakteristik penderita atau kondisi penyakit yang menyebabkan pasien
menjadi kontra indikasi dengan obat yang diberikan.
3.5.6 Pelaporan
Adapun kegiatan Administrasi yang berhubungan dengan kegiatan di
Apotek Landbouw, yaitu:
a. Pengarsipan
Pada kegiatan pengarsipan resep, dilakukan supaya suatu saat pada
pasien yang membutuhkan data mengenai resep pasien secara mendesak,
maka pihak Apotek Lanbouw sudah menyediakan data tersebut yang
dibutuhkan oleh pasien yang bersangkutan. Selain pengarsipan resep,
Apotek Landbouw juga melakukan pengarsipan faktur-faktur pembelian
dari Distributor dan pengarsipan faktur-faktur pembelian dari Distributor
dan pengarsipan Surat Pesanan (SP).
b. Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
Laporan Narkotika dan Psikotropika dilakukan dengan cara online
setiap bulannya, namun sebelum aturan tersebut diberlakukan, laporan
24
Narkotika dan Psikotropika diberika kepada Dinas Kesehatan Kota
Bukittinggi pada setiap bulan laporan dibuat dalam dua (2) rangkap,
rangkap pertama diserahkan kepada BPOM ( Badan Pengawasan Obat dan
Makanan).
25
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL
4.1 Pembahasan
Apotek adalah suatu tempat tertentu, dimana dilakukan pekerjaan
Kefarmasian yaitu penyaluran obat, Alat Kesehatan dan Perbekalan Farmasi
kepada masyarakat, sekaligus membantu pemerintah dalam pengawasan dan
pengendalian obat yang beredar di masyarakat, karena disamping fungsinya
sebagai sarana untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, obat dapat pula
membahayakan kesehatan apabila penggunaan obat tidak tepat. Dalam pemberian
Pelayanan Kefarmasian, Apotek senantiasa berpegang teguh pada peraturan
pemerintah, disamping adanya tanggung jawab moral untuk senantiasa
mengutamakan kepentingan sosial daripada sekedar memperoleh keuntungan.
Praektek Kerja Industri (PRAKERIN) Apotek telah berlangsung dari 27
Februari sampai 31 Maret 2023, bertempat di Apotek Landbouw yang
beradadijalan Prof Dr. Hamka No. 46B Kelurahan Pekan Kurai Kecamatan Guguk
Panjang Bukittinggi maupun masyarakat Kabupaten Agam merupakan Apotek
yang melayani pembelian tanpa resep dan pembelian dengan resep. Perencanaan
atau pemesanan obat di Apotek Landbouw dilakukan dengan mempertimbangkan
obat-obat yang sering di resepkan Dokter, data dari pola penyakit, pola konsumsi
serta data dari hasil penjualan.
Pelayanan yang cepat merupakan salah satu pertimbangan pengunjung
untuk memilih Apotek untuk menembus resepnya. Maka untuk mempercepat
pelayanan, susunan atau penyimpanan obat dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan pengambilan dan pengontrolan.
Dalam hal penyusunan dan penyimpanan obat Apotek Landbouw
berdasarkan bentuk sediaan, kestabilan sediaan, farmakologi, yang diurutkan
berdasarkan abjad yang didistribusikan berdasarkan sistem FIFO (first in first out)
dan FEFO (first expired first out), disamping itu untuk obat-obat yang
memerlukan penyimpanan khusu seperti suppossitoria,ovula didalam lemari es.
Dilihat dari sarana dan prasarana Apotek Landbouw mempunyai fasilitas
yang lengkap, dari tat ruang maupun sarana penunjang lainnya. Apotek Landbouw
26
memiliki ruang tunggu, tempat pelayanan obat bebas, tempat peracikan, tempat
sholat, tempat swalayan farmasi, toilet dll. Tata ruang tersebut ditata sedemikian
rupa untuk memudahkan, mempersingkat dan mengaktifkan ruang gerak dalam
bekerja.
Pengorganisasian tugas dan wewenang di Apotek Landbouw saat ini sudah
berjalan dengan baik. Pembagian tugas telah jelas sehingga setiap karyawan
bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing walaupun begitu sistem
kerja sama yang bersifat dinamis tetap berjalan sehingga pekerjaan tidak
menumpuk hanya satu orang saja. Hal ini dapat terlihat dari sistem kerja yang
dilakukan dalam ruang peracikan, pekerjaan membuat etiket, serta petugas yang
memeriksa kembali hasil akhir obat yang telah disiapkan dapat dilakukan cetakan
oleh semua karyawan.
Harus disadari bahwa setiap obat dapat menjadi racun yang berbahaya bila
mana pemakaiannya tidak didukung oleh infotmasi penggunaan obat yang
benar.Oleh sebab itu, pasien perlu diberi informasi obat yang jelas dalam usaha
memperoleh pengobatan obat yang optimal Apotek Landbouw telah menjalankan
KIE (konseling informasi dan edukasi) dengan baik, yaitu dengan memberikan
informasi tentang obat kepada pasien seperti cara pemakaian obat, aturan pakai,
indikasi obat serta penyimpanan obat, untuk obat-obat dengan pemakaian khusus
seperti suppositoria, ovula petugas Apotek Landbuw memberikan informasi
secara khusus
4.2 Hasil
Hasil yang didapatkan selama di Apotek :
1. Mampu membaca Resep Dokter.
2. Mampu menyiapkan sediaan farmasi.
3. Mampu menulis Etiket dan menempelkannya pada kemasan sediaan
farmasi.
4. Mampu menulis Copy Resep.
5. Mampu menghitung/kalkulasi biaya obat dan perbekalan kesehatan.
6. Dapat memberikan pelayanan obat bebas,obat benas terbatas dan
perbekalan kesehatan.
27
7. Mampu mencatat kebutuhan Farmasi dan perbekalan kesehatan.
8. Melakukan penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
9. Mampu menyiapkan keperluan sediaan non steril di RS sederhana
10. Dapat mendistribusikan sediaan Farmasi dan perbekelan kesehatan dari
Gudang Apotek
11. Melakukan administrasi dokumen-dokumen sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan.
12. Mampu berkomunikasi dengan orang lain yang ada di Apotek
13. Memahami penggunaan,khasiat dan efek samping obat.
14. Mampu mengindentifikasi Alat Kesehatan.
15. Memahami perundang-undangan yang mengatur pekerjaan Kefarmasian
28
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Apotek Landbouw merupakan suatu strategi yang memberi peluang
kepada kami, mengalami proses belajar, dan mencari wawasan melalui bekerja
langsung pada pekerjaan sesungguhnya. Dengan adanya Praktek Kerja Industri di
Apotek Landbouw, dapat merasakan bagaimana pelaksanaan praktek langsung
dilingkungan dunia kerja yang langsung di bimbing oleh pembimbing kami di
Apotek, bahkan kami dapat mengukur sejauh mana penguasaan ilmu yang dapat
didapatkan di sekolah.
5.2 Saran-Saran
Pada kesempatan ini, izinkan penulis untuk memberikan beberapa saran
kepada pihak sekolah yang sekiranya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
guna kemajuan di masa mendatang, saran-saran itu adalah:
Saran untuk Sekolah:
1. Meningkatkan mutu pembelajaran disekolah sesuai dengan perkembangan
dunia kesehatan, khususnya di bidang Farmasi.
2. Waktu prakerin sebaiknya di perpanjang untuk menetapkan pengalaman
kerja.
3. Semoga SMK Gema Nusantara Bukittinggi dapat menjadi SMK kesehatan
bertaraf Nasional.
4. Sebaiknya Apotek tempat Prakerin diperluas daerahnya.
5. Semoga menjalin silaturrahmi yang panjang antara SMK Gema Nusantara
dengan Apotek Landbouw.
Saran untuk Apotek:
1. Sebaiknya Apotek Landbouw memberikan pembatas kaca antara pasien
dengan Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK).
2. Semoga pelayanan Kefarmasian di Apotek Landbouw menjadi lebih baik
untuk kedepannya.
3. Semoga kerja sama antara Apotek Landbouw dan SMK Gema Nusantara
Bukittinggi tetap berlanjut kedepannya.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN
31
Rak Obat Generik
32
Copy Resep Apotek Landbouw
33
Contoh Alkes Apotek Landbouw (kursi Roda)
34
Etiket untuk Obat pemakaian Luar
Lemari Alkes 1
35
Lemari Alkes 2
36
Kartu stock Apotek Landbouw
37
contoh Surat pesanan Obat Prekursor
38
Contoh Surat pesanan Obat-Obat Tertentu (OOT)
39
Contoh Sediaan yang di disimpan di Lemari Pendingin
40
contoh sediaan Sirup di Apotek Landbouw
41
STRUKTUR ORGANISASI APOTEK LANDBOUW
Apoteker Pendamping(APING)
Apt. Richa Tahira Pratiwi, S.Farm
TTK TTK
Nova Juwita, S.Farm Tiara Lestari, Amd, Farm
42