PENDAHULUAN
Masalah kesehatan di Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang menjadi prioritas
utama program pemerintah menuju masyarakat yang sehat dan sejahtera. Untuk mencapai
tujuam tersebut pembangunan kesehatan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah,
namun peran serta dan dukungan dari masyarakat serta pihak swasta sangat dibutuhkan,
terlebih lagi mengingat akan keterbatasan dari kemampuan pemerintah baik dari sumber
dana maupun sumber daya manusia.
Kesehatan merupakan nikmat yang harus disyukuri sebagaia anugerah kehidupan. Namun
kondisi lingkungan, kesalahan pola hidup ataupun serangan wabah dari lingkungan sekitar
membuat manusia dapat mengalami sakit. Manusia diberikan akal dan potensi alam sekitar
untuk mengatasi penyakitnya. Oleh karena itu, Islam mewajibkan umatnya untuk
berusaha/berikhtiar dan mengobati penyakitnya bukan sekedar pasrah dan tidak berusaha
mengatasinya.
1
konsistensi farmasi muslim yang taat pada peraturan pemerintah, peraturan islam dan kode
etik.
Dalam praktiknya, ada beberapa pelanggaran yang beberapa kali dilakukan oleh apotek
maupun petugas dan pegawai yang bekerja di apotek. Beberapa pelanggaran yang biasanya
dijumpai antara lain: menjual obat dengan harga relative lebih tinggi disbanding apotek
competitor bahkan lebih tinggi disbanding harga ecer tertinggi yang telah ditetapkan.
Penjualan beberapa obat yang tidak semestinya, misalkan obat-obatan keras yang bebas
diperjual beikan sertatidak ada batasan dalam pembeliannya, serta masih banyak lagi
kecurangan yang dilakukan oleh suatu oknum dari apotek tersebut. Hal tersebut semata-mata
dilakukan untuk mendapat keuntungan dan profit yang besar, walaupun harus melanggar
ketentuan yang berlaku.
Dari sisi kode etik maupun dalam pandangan Islam, hal itu sangat tidak dibenarkan Islam
tidak membatasi umatnya untuk mencari harta sebanyak-banyaknya, dengan catatan
diperoleh dengan cara yang benar serta tidak merugikan suatu pihak. Islam sendiri
memberikan penghargaan yang besar terhadap pebisnis yang shaleh, karena baik secara
makro maupun mikro pebisis yang shaleh akan memberikan kontribusi positif terhadap
perekonomian suatu Negara yang secara langsung atau tidak akan membawa keselamatan
bagi umat Islam (Wasito,2008).
Manfaat pembuatan makalah ini adalah agar dapat diguakan sebagai bahan pengajaran di
bidang pendidikan serta untuk menambah ilmu pengetahuan di dalam berprofesi dengan
tuntunan islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dalam peraturan pemerintah yang dimaksud dengan pekerjaan kefarmasian adalah
termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan
perindustri / penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Adapun surat izin yang harus dimiliki oleh seorang farmasis, antara lain : Surat tanda
registrasi apoteker selanjutnya disingkat RSTA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Menteri kepada apoteker yang telah diregistrasi. Surat tanda registrasi tenaga teknis
kefarmasian selanjutnya disingkat STRTTK adalah bukti tertulis yang diberikan oleh menteri
kepada tenaga teknis kefarmasian yang telah diregistrasi. Surat izin praktek apoteker
selanjutnya disingkat dengan SIPA adalah surat izin yang diberikan oleh apoteker untuk
dapat melaksakan pekerjaan kefarmasian kepada apotek atau instalasi farmasi rumah sakit
dan surat izin selanjutnya disingkat SIK adalah surat izin yang diberikan pada apoteker dan
tenaga teknis kefarmasian untuk dapat melaksakan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas
produksi dan fasilitas distribusi atau penyaluran.
4
2.2 Konsistensi Farmasi Muslim yang Taat pada Peraturan Islam
“Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit beserta obatnya dan Dia telah menjadikan
setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian dan jangan berobat dengan barang
yang haram”. (HR.Abu Dawud)
Pencapaian umat Islam yang begitu gemilang dalam bidang kedokteran dan kesehatan
di masa keemasan tak lepas dari keberhasilan di bidang farmakologi dan farmasi. Di masa itu
para dokter dan ahli kimia Muslim sudah berhasil melakukan penelitian ilmiah mengenai
komposisi, dosis, penggunaan dan efek dari obat-obat sederhana serta campuran.
Tingkat kehalalam dan keharaman dalam dunia farmasi belu terpetakan dengan jelas.
Hal ini sangat disayangkan karena Indonesia adalah Negara degan mayoritas penduduknya
beragama Islam. Oleh karena itu, konsumen obatyang beragama Islam memerlukan suatu
perlidungan kehalalan obat yang mereka konsumsi. Dalam hal ini maka keilmuan farmasi
memegang peranan penting. Maka obat yang akan dimakan untuk pengobatan harus benar-
benar yang baik dan bermanfaat untuk dikonsumsi dalam penggolongan dan dijamin oleh
seorang apoteker ahli farmasi sebagai penjaga jalur distribusi obat.
Kenyataan dalam dunia farmasi saat ini terdapat beberapa sediaan farmasi yang
dipertanyakan halal dan haramnya, di antaranya:
1. Sediaan topical berbahan najis seperti sediaan losio, krim atau plester. Para ulama
sepakat bahwa benda yang haram hukumnya adalah najis ketika digunakan.
2. Penggunaan bahan dari babi dalam kefarmasian. Sesuai dengan nash Al-Quran pada
tahun 1994 komisi Fatma MUI telah menfatwakan bahwa babi dan komponen-
komponennya haram untuk dikonsumsi baik sebagai pangan maupun obat dan
kosmetika.
5
3. Penggunaan alcohol dalam kefarmasian. Sebagian ulama mengqiyaskan alcohol
dengan khamr dan sama sekali menolak penggunaan alcohol dalam berbagai produk
baik obat, kosmetik, maupun antiseptic.
4. Bahan memabukkan lainnya seperti morfin, opium dan obat psikotropika.
5. Penggunaan plasenta dan cairan amniotic dalam kefarmasian. Plasena sebagai
kosmetik mengagumkan dalam meningkatkan pembaharuan sel (regenerasi sel)
(Dirjen, 1996).
1. Kurma
“Rasulullah Saw berbuka puasa dengan beberapa biji buah kurma sebelum salat.
Sekiranya tidak terdapat kurma, maka Rasulullah Saw akan berbuka dengan
beberapa biji anggur. Sekiranya tiada anggur, maka Baginda meminum beberapa
teguk air” (H.R Ahmad).
2. Habbatus Saudah
Rasulullah Saw bersabda: “Hendaklah kamu menggunakan habatussaudah karena
sesungguhnya padanya terdapat penyembuhan bagi segala penyakit kecuali mati”
(H.R Abi Salamah dari Abu Hurairah).
3. Madu
Allah berfirman: “Dari perut lebah ini keluar minuman (madu) yang bermacam-
macam warnanya, didalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah)
bagi orang-orang yang berfikir” (Q.S An Nahl:69).
4. Zaitun
Rasulullah bersabda: “Makanlah minyak zaitun dan lumurla minyaknya karena ia
berasal dari pohon yang penuh berkah” (H.R.At Tirmizi dan Ibu Majah).
6
2.3 Kode Etik Farmasis
Setiap apoteker dalam melakukan pengabdian dan pengamalan ilmunya harus didasari
oleh sebuah niat luhur untuk kepentingan makhluk lain sesuai dengan tuntunan Tuhan Yang
Maha Esa.
Sumpah dan janji Apoteker adalah komitmen seorang apoteker yang harus dijadikan
landasan moral dalam pengabdian profesinya.
Kode etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip harus diikuti oleh apoteker sebagai
pedoman dan petunjuk serta standar perilaku dalam bertindak dan mengambil keputusan.
7
iii. Asisten Apoteker senantiasa harus melakukan pekerjaan profesinya sesudai
dengan standar operasional prosedur, standar profesi yang berlaku dan kode
etik profesi.
iv. Seorang Asisten Apoteker senantiasa harus menjaga profesionalisme dalam
memenuhi panggillan tugas dan kewajiban profesi.
8
iv. Seorang ahli Farmasi Indonesia harus selalu melibatkan diri dalam usaha-
usaha pembangunan nasional khusunya di bidang kesehatan.
v. Seorang ahli Farmasi harus mampu sebagai pusat informasi sesuai bidang
profesinya kepada masyarakat dalam pelayanan kesehatan.
vi. Seorang ahli Farmasi Indonesia harus menghindarkan diri dari usaha-usaha
yang mementingkan diri sendiri serta bertentangan dengan jabatan Farmasian.
9
BAB III
PENUTUP
Seseorang yang sakit dapat menggunakan obat yang haram jika saat itu tidak terdapat
alternatif lain setelah keadaan darurat dinilai oleh tenaga ahli yang memiliki kompetensi dan
mengetahui persis kondisi pasien, dan pemerintah berwenang untuk kondisi darurat yang
menyangkut kepentingan umum.
10
DAFTAR PUSTAKA
ISFI. 2009. Kode Etik Apoteker Indonesia, Keputusan Kongres Nasional XVIII : Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia. Jawa Barat
11