Etika: disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya
suatu sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat
dari moralitas.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami:
• Etika deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis
dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh
manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika
deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
• Etika normative, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai
sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia
dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif
memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan
kerangka tindakan yang akan diputuskan.
• Terdapat dua teori etika yang paling banyak dianut orang:
1. Deontologi mengajarkan bahwa baik-buruknya suatu perbuatan
harus dilihat dari perbuatannya itu sendiri
2. Teleologi mengajarkan untuk menilai baik-buruk tindakan dengan
melihat hasil atau akibatnya.
Pasal 47
(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik dokter, dokter
gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya
oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Menteri.
Pasal 48
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia
kedokteran.
(2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum,
permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan Menteri.
Tujuan Kode Etik Profesi:
Secara umum bentuk persetujuan yang diberikan pengguna jasa tindakan medis
(pasien) kepada pihak pelaksana jasa tindakan medis (dokter) untuk melakukan
tindakan medis dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
• Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung
resiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No.
585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 butir 3,
yaitu intinya setiap tindakan medis yang mengandung resiko cukup besar,
mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah sebelumnya pihak pasien
memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis serta resiko
yang berkaitan dengannya (telah terjadi informed consent);
• Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-
invasif dan tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan oleh pihak pasien;
• Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien yang
akan disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan lengannya
sebagai tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.
Aspek Hukum Informed Consent
Dalam masalah “informed consent” dokter sebagai pelaksana jasa
tindakan medis, disamping terikat oleh KODEKI (Kode Etik Kedokteran
Indonesia) bagi dokter, juga tetap tidak dapat melepaskan diri dari
ketentuan-ketentuan hukun perdata, hukum pidana maupun hukum
administrasi, sepanjang hal itu dapat diterapkan.
• Aspek Hukum Perdata, suatu tindakan medis yang dilakukan oleh
pelaksana jasa tindakan medis (dokter) tanpa adanya persetujuan
dari pihak pengguna jasa tindakan medis (pasien), sedangkan pasien
dalam keadaan sadar penuh dan mampu memberikan persetujuan,
maka dokter sebagai pelaksana tindakan medis dapat dipersalahkan
dan digugat telah melakukan suatu perbuatan melawan hukum
(onrechtmatige daad) berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (KUHPer).
• Hal ini karena pasien mempunyai hak atas tubuhnya, sehingga
dokter dan harus menghormatinya; Aspek Hukum Pidana, “informed
consent” mutlak harus dipenuhi dengan adanya pasal 351 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang penganiayaan.
Rahasia Kedokteran
Rahasia kedokteran dibagi :
1. Rahasia pekerjaan dokter, adalah segala sesuatu yang diketahui
dan harus dirahasiakan berdasarkan sumpah atau janji yang
diucapkan setelah menyelesaikan pendidikannya
2. Rahasia jabatan dokter, adalah rahasia dokter sebagai pejabat
struktural
• Dalam Sumpah Dokter Indonesia, salah satunya berbunyi : “Saya
akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
keprofesian saya”, sedangkan Kode Etik Kedokteran Indonesia
merumuskannya sebagai “Setiap dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia.”
• Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1966 yang mengatur tentang
wajib simpan rahasia kedokteran mewajibkan seluruh tenaga
kesehatan untuk menyimpan segala sesuatu yang diketahuinya
selama melakukan pekerjaan di bidang kedokteran sebagai rahasia.
Dampak hukum
Setiap tindakan medis mempunyai indikasi, resiko, keuntungan dan
kerugiannya tersendiri. Dalam tindakan pengobatan pasien
penderita gonorrhea (GO), penting untuk diketahui
• Riwayat hubungan seksual
• Sudah menikah belum
• Apakah melakukan persetubuhan dengan lebih dari satu orang
Virus walaupun sudah ada Penderita yang sudah Tes darah untuk
di dalam darah tidak menunjukkan gejala AIDS mendeteksi virus HIV : Elisa
menunjukkan gejala sama nampak gejala yang sangat dan Western Blood
sekali kompleks, yang sulit
dibedakan dengan
penderita kanker stadium
lanjut
Penyakit Menular Seksual (PMS)
1. Karena salah satu proses penularan HIV adalah sama dengan
proses penularan gonorrhea, yaitu melalui hubungan seksual
atau persetubuhan.
2. Penting pada kasus ini untuk melakukan tes skrining untuk
kemungkinan terjadinya infeksi HIV agar dapat cepat
mendapatkan pengobatan.
3. Jika pada kasus tersebut pasien datang dan terdiagnosa
menderita AIDS,penting bagi dokter untuk cepat memberikan
pengobatan dan menjelaskan kepada pasien pentingnya
melakukan tes skrining HIV.
4. Dokter juga menjelaskan kepada pasien untuk memberi tahu
pada istri dan keluarganya.
Edukasi
• Bila kebetulan yang menderita GO adalah pasangan suami istri dan
selama menderita GO mereka melakukan hubungan seksual aktif maka
keduanya harus berobat meskipun sang istri tidak menimbulkan gejala
apapun. Hal ini untuk mencegah terjadinya ‘fenomena pingpong’ yaitu
bila hanya suami yang diobati maka ia akan dapat tertular kembali oleh
istrinya demikian sebaliknya.
Disini yang harus dijaga oleh seorang dokter adalah untuk tetap menjaga rahasia kedokteran ialah pertama-
tama dokter harus menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan penyakit tersebut sebenarnya tidak sulit, tetapi karena
ia telah berhubungan juga dengan istrinya, maka kemungkinan istrinya juga sudah tertular dan harus diobati. Dokter juga
menjelaskan adanya kemungkinan-kemungkinan dimana AIDS bisa saja tertular melalui hubungan seksual yang tidak
sehat,karena dokter memegang prinsip rahasia kedokteran pasien, maka dokter tidak boleh membocorkan apapun yang
dialami pasien kepada siapapun termasuk kepada sang istri. Dokter seharusnya hanya bisa menyarankan agar pasien
berusaha jujur dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan nya, tetapi semua keputusan tetap di tangan pasien
tersebut, karena dokter tidak bisa memaksa sesuai hak Autonomy seorang pasien dan sesuai rahasia jabatan kedokteran.
Dimana dalam pembukaan rahasia rekam medis pasien, harus berdasarkan izin dari pasien yang bersangkutan, dan dalam
pelayanan kesahatan harus berdasarkan kepada etika serta peraturan yang berlaku.
THANK
YOU