Anda di halaman 1dari 17

Etika Kedokteran

Etika: disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya
suatu sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat
dari moralitas.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami:
• Etika deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis
dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh
manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika
deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
• Etika normative, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai
sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia
dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif
memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan
kerangka tindakan yang akan diputuskan.
• Terdapat dua teori etika yang paling banyak dianut orang:
1. Deontologi mengajarkan bahwa baik-buruknya suatu perbuatan
harus dilihat dari perbuatannya itu sendiri
2. Teleologi mengajarkan untuk menilai baik-buruk tindakan dengan
melihat hasil atau akibatnya.

Deontologi lebih mendasarkan kepada ajaran agama, tradisi dan


budaya, sedangkan teleologi lebih kearah penalaran (reasoning) dan
pembenaran (justifikasi) kepada azas manfaat.

Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika


kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia
mengacu kepada 4 kaidah dasar moral (sering disebut kaidah dasar
etika kedokteran atau bioetika), juga prima facie dalam penerapan
praktiknya.
Prinsip-Prinsip Etika Profesi
• Prinsip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan
tindakan yang ditunjukan kepada kebaikan pasien. Dokter harus
mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan
kesehatannya. Pengertian berbuat baik di sini adalah bersikap
ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajibannya.
• Prinsip non-maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang
tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal
sebagai ‘primum non nocere’ atau ‘do not harm’.
• Prinsip autonomy, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak
pasien (the rights to self determinations). Maksudnya tiap individu
harus diperlakukan sebagai makhluk hidup yang memiliki otonomi
(hak untuk menentukan nasibnya sendiri).
• Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan
keadilan dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice).
Maksudnya adalah memperlakukan semua pasien sama dalam
kondisi yang sama.
Etika Kedokteran dalam UU No.29 tahun
2004 tentang praktek kedokteran
• Pasal 36
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik kedokteran di Indonesia wajib
memiliki surat izin praktik.
• Pasal 37
(1) Surat izin praktik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dikeluarkan oleh pejabat
kesehatan yang berwenang di kabupaten/kota tempat praktik kedokteran atau
kedokteran gigi dilaksanakan.
(2) Surat izin praktik dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat. (3) Satu surat izin praktik hanya
berlaku untuk 1 (satu) tempat praktik.
• Pasal 39
Praktik kedokteran diselenggarakan berdasarkan pada kesepakatan antara dokter atau
dokter gigi dengan pasien dalam upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.
• Pasal 44
(1) Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib
mengikuti standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.
(2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibedakan menurut jenis
dan strata sarana pelayanan kesehatan.
(3) Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Etika Kedokteran dalam UU No.29 tahun
2004 tentang praktek kedokteran
Pasal 46
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam
medis.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera dilengkapi setelah pasien
selesai menerima pelayanan kesehatan.
(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas yang
memberikan pelayanan atau tindakan.

Pasal 47
(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 merupakan milik dokter, dokter
gigi, atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis merupakan milik pasien.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disimpan dan dijaga kerahasiaannya
oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana pelayanan kesehatan.
(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Menteri.

Pasal 48
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia
kedokteran.
(2) Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan kesehatan pasien,
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum,
permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kedokteran diatur dengan Peraturan Menteri.
Tujuan Kode Etik Profesi:

• Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.


• Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
• Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
• Untuk meningkatkan mutu profesi.
• Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
• Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
• Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
Informed Consent
Informed Consent terdiri dari dua kata yaitu: informed yang berarti telah mendapat
penjelasan atau keterangan (informasi), dan consent yang berarti persetujuan atau
memberi izin.
Jadi informed consent mengandung pengertian suatu persetujuan yang diberikan
setelah mendapat informasi.

Secara umum bentuk persetujuan yang diberikan pengguna jasa tindakan medis
(pasien) kepada pihak pelaksana jasa tindakan medis (dokter) untuk melakukan
tindakan medis dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:
• Persetujuan Tertulis, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang mengandung
resiko besar, sebagaimana ditegaskan dalam PerMenKes No.
585/Men.Kes/Per/IX/1989 Pasal 3 ayat (1) dan SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 butir 3,
yaitu intinya setiap tindakan medis yang mengandung resiko cukup besar,
mengharuskan adanya persetujuan tertulis, setelah sebelumnya pihak pasien
memperoleh informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medis serta resiko
yang berkaitan dengannya (telah terjadi informed consent);
• Persetujuan Lisan, biasanya diperlukan untuk tindakan medis yang bersifat non-
invasif dan tidak mengandung resiko tinggi, yang diberikan oleh pihak pasien;
• Persetujuan dengan isyarat, dilakukan pasien melalui isyarat, misalnya pasien yang
akan disuntik atau diperiksa tekanan darahnya, langsung menyodorkan lengannya
sebagai tanda menyetujui tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.
Aspek Hukum Informed Consent
Dalam masalah “informed consent” dokter sebagai pelaksana jasa
tindakan medis, disamping terikat oleh KODEKI (Kode Etik Kedokteran
Indonesia) bagi dokter, juga tetap tidak dapat melepaskan diri dari
ketentuan-ketentuan hukun perdata, hukum pidana maupun hukum
administrasi, sepanjang hal itu dapat diterapkan.
• Aspek Hukum Perdata, suatu tindakan medis yang dilakukan oleh
pelaksana jasa tindakan medis (dokter) tanpa adanya persetujuan
dari pihak pengguna jasa tindakan medis (pasien), sedangkan pasien
dalam keadaan sadar penuh dan mampu memberikan persetujuan,
maka dokter sebagai pelaksana tindakan medis dapat dipersalahkan
dan digugat telah melakukan suatu perbuatan melawan hukum
(onrechtmatige daad) berdasarkan Pasal 1365 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (KUHPer).
• Hal ini karena pasien mempunyai hak atas tubuhnya, sehingga
dokter dan harus menghormatinya; Aspek Hukum Pidana, “informed
consent” mutlak harus dipenuhi dengan adanya pasal 351 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tentang penganiayaan.
Rahasia Kedokteran
Rahasia kedokteran dibagi :
1. Rahasia pekerjaan dokter, adalah segala sesuatu yang diketahui
dan harus dirahasiakan berdasarkan sumpah atau janji yang
diucapkan setelah menyelesaikan pendidikannya
2. Rahasia jabatan dokter, adalah rahasia dokter sebagai pejabat
struktural
• Dalam Sumpah Dokter Indonesia, salah satunya berbunyi : “Saya
akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
keprofesian saya”, sedangkan Kode Etik Kedokteran Indonesia
merumuskannya sebagai “Setiap dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia.”
• Peraturan Pemerintah No.10 tahun 1966 yang mengatur tentang
wajib simpan rahasia kedokteran mewajibkan seluruh tenaga
kesehatan untuk menyimpan segala sesuatu yang diketahuinya
selama melakukan pekerjaan di bidang kedokteran sebagai rahasia.
Dampak hukum
Setiap tindakan medis mempunyai indikasi, resiko, keuntungan dan
kerugiannya tersendiri. Dalam tindakan pengobatan pasien
penderita gonorrhea (GO), penting untuk diketahui
• Riwayat hubungan seksual
• Sudah menikah belum
• Apakah melakukan persetubuhan dengan lebih dari satu orang

Penting bagi dokter untuk mengingat bahwa ‘ping-pong


phenomene’ dapat terjadi pada kasus gonorrhea, maka penting
untuk mengobati kedua orang yang sudah berhubugan seksual,
khususnya jika sudah menikah.
Kewajiban Dokter – Penjelasan
Tindakan Medis ( Edukasi )
Pada kasus tersebut, pasien laki-laki harus dijelaskan mengenai:
• Keuntungan dan kerugian jika ia menjalani pengobatan tanpa
mengobati juga sang istri yang kemungkinan sudah terkena
gonorrhea.
• Jika dokter tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu,
dokter tersebut tidak memenuhi kewajiban dokter yang
tercantum dalam Pasal 4 dan Pasal 5 Permenkes No
585/MenKes/Per/IX/1989, yang menuntut dokter untuk
menjelaskan atau memberikan informasi yang adekuat kepada
pasien sebelum melakukan tindakan medis.
Apabila Dokter Melanggar Rahasia
Kedokteran
• Di lain pihak, jika dokter tidak menjelaskan kepada pasien bahwa penting
untuk memberitahu kepada istri pasien untuk menjalani pengobatan,
tetapi dokter tersebut yang menyampaikan informasi secara langsung
kepada istri pasien tanpa persetujuan dari pasien, dokter telah melanggar
hak pasien atas rahasia rekam medis pasien.
Pasal 322 KUHP
(1) Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya
karena jabatan atau pencariannya, baik yang sekarang maupun yang
dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau
pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
(2) Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu
hanya dapat dituntut atas pengaduan orang itu.

KUH Perdata 1365


“Setiap perbuatan melanggar hukum yang mengakibatkan kerugian bagi
orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannnya menyebabkan
kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.
Nama Penyakit Gejala Umum Gejala Khusus Jenis Tes

Nyeri yang sangat saat Tampak cairan berupa Pemeriksaan nanah


kencing nanah kental pada
kemaluan. Cairan juga bisa
keluar dari dubur

Virus walaupun sudah ada Penderita yang sudah Tes darah untuk
di dalam darah tidak menunjukkan gejala AIDS mendeteksi virus HIV : Elisa
menunjukkan gejala sama nampak gejala yang sangat dan Western Blood
sekali kompleks, yang sulit
dibedakan dengan
penderita kanker stadium
lanjut
Penyakit Menular Seksual (PMS)
1. Karena salah satu proses penularan HIV adalah sama dengan
proses penularan gonorrhea, yaitu melalui hubungan seksual
atau persetubuhan.
2. Penting pada kasus ini untuk melakukan tes skrining untuk
kemungkinan terjadinya infeksi HIV agar dapat cepat
mendapatkan pengobatan.
3. Jika pada kasus tersebut pasien datang dan terdiagnosa
menderita AIDS,penting bagi dokter untuk cepat memberikan
pengobatan dan menjelaskan kepada pasien pentingnya
melakukan tes skrining HIV.
4. Dokter juga menjelaskan kepada pasien untuk memberi tahu
pada istri dan keluarganya.
Edukasi
• Bila kebetulan yang menderita GO adalah pasangan suami istri dan
selama menderita GO mereka melakukan hubungan seksual aktif maka
keduanya harus berobat meskipun sang istri tidak menimbulkan gejala
apapun. Hal ini untuk mencegah terjadinya ‘fenomena pingpong’ yaitu
bila hanya suami yang diobati maka ia akan dapat tertular kembali oleh
istrinya demikian sebaliknya.

Cara Mencegah Penularan Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah :


1. Hindari hubungan seks berganti-ganti pasangan
2. Bersikap saling setia
3. Cegah dengan menggunakan kondom
4. Dihindari pemakaian narkotika suntik
5. Education
6. Pendidikan dan penyuluhan tentang HIV / AIDS
Kesimpulan
Pasien laki-laki yang datang ke praktek dokter keluarganya mengeluh dua hari terakhir bahwa alat
kemaluannya mengeluarkan nanah dan terasa nyeri, yang didapatkannya akibat perselingkuhan dengan wanita lain,pasien
tidak ingin diketahui istrinya tahu, karena bisa terjadi pertengkaran diantara keduanya, dan mungkin istrinya juga sudah
tertular.

Disini yang harus dijaga oleh seorang dokter adalah untuk tetap menjaga rahasia kedokteran ialah pertama-
tama dokter harus menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan penyakit tersebut sebenarnya tidak sulit, tetapi karena
ia telah berhubungan juga dengan istrinya, maka kemungkinan istrinya juga sudah tertular dan harus diobati. Dokter juga
menjelaskan adanya kemungkinan-kemungkinan dimana AIDS bisa saja tertular melalui hubungan seksual yang tidak
sehat,karena dokter memegang prinsip rahasia kedokteran pasien, maka dokter tidak boleh membocorkan apapun yang
dialami pasien kepada siapapun termasuk kepada sang istri. Dokter seharusnya hanya bisa menyarankan agar pasien
berusaha jujur dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan nya, tetapi semua keputusan tetap di tangan pasien
tersebut, karena dokter tidak bisa memaksa sesuai hak Autonomy seorang pasien dan sesuai rahasia jabatan kedokteran.
Dimana dalam pembukaan rahasia rekam medis pasien, harus berdasarkan izin dari pasien yang bersangkutan, dan dalam
pelayanan kesahatan harus berdasarkan kepada etika serta peraturan yang berlaku.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai