MANAJEMEN FARMASI
NOVI ARIFANI
201210410311022
Farmasi A
SOAL STUDI KASUS (1)
Di KOTA SURABAYA terdapat apotik B yang
merupakan kerjasama antara Apoteker pengelola apotik
(APA) dengan Pemilik Saham Apotik (PSA) apotek
membeli obat dari jalur tidak resmi.
pengelola apotik (APA) dengan Pemilik Saham Apotik (PSA) dan apotek membeli obat dari jalur
mengatur secara jelas, sesuai yang tertera pada Bagian kelima belas pasal 98 ayat (2) setiap orang
yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan, dan mengolah,
Sementara itu pada pasal 98 ayat (3) juga dijelaskan bahwa Ketentuan mengenai
pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi, pengedaran sediaan farmasi dan alat kesehatan
harus memenuhi standar mutu pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan Peraturan.
Kemudian pada pasal 106 ayat (1) dijelaskan bahwa sedian farmasi dan alat
kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar. Jika kita melihat
dari kasus diatas jelas bahwa apoteker pengelola apotik (APA) dan pemilik
saham apotik (PSA) membeli obat secara ilegal yang notabene tidak diketahui
asal usulnya, serta tidak jelas standar dan mutunya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Sanksi bagi apoteker pengelola apotik (APA) dan pemilik saham apotik (PSA)
yang membeli obat secara ilegal jelas tertera pada:
Pasal 106 ayat (3) bahwa Pemerintah berwenang mencabut izin edar dan
memerintahkan penarikan dari peredaran sediaan farmasi dan alat kesehatan
yang telah memperoleh izin edar, yang kemudian terbukti tidak memenuhi
persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/atau kemanfaatan, dapat disita dan
dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 196 Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau
mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang
tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan,
khasiat atau kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 197 Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau
mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang
tidak memiliki izin edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal
106 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan denda paling banyak
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
Peraturan Pemerintah Nomer 72 Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sedian
Farmasi dan Alat Kesehatan juga telah mengatur bahwa :
Pasal 3 Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diproduksi oleh badan
usaha yang teleh memiliki izin usaha industri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 9 sedian farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah
memperoleh izin edar dari menteri.
Pasal 72 ayat (1) Menteri dapat mengambil tindakan administratif terhadap
sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang melanggar hukum di bidang sediaan
farmasi dan alat kesehatan.
Pasal 72 ayat (2) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat berupa :
a. Peringatan secara tertulis.
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah
untuk menarik produk sediaan farmasi dan alat kesehatan dari
peredaran yang tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan
kemanfaatan.
c. Perintah pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan, jika terbukti
tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan.
Pasal 9
(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah
memperolah izin edar dari Menteri.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bagi
sediaan farmasi yang berupa obat tradisional yang diproduksi oleh
perorangan.
Sedangkan terkait kemasan jamu yang dijual harusnya memenuhi
ketentuan sebagaimana dijelaskan pada Peraturan Pemerintah Nomer 72
Tahun 1998 pasal 24 dan pasal 25 dimana kemasan jamu yang diedarkan
harus aman tidak membahayakan kesehatan manusia dan/atau dapat
mempengaruhi berubahnya persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan
sediaan farmasi dan alat kesehatan. Dan jelas bahwa sediaan farmasi yang
mengalami kerusakan kemasan yang langsung bersentuhan dengan
produk sediian farmasi dan alat kesehatan dilarang untuk diedarkan.