Anda di halaman 1dari 38

TUGAS UU DAN ETIKA

Kasus Pertemuan N
Dosen: Fauzi Kasim, Drs.M.Kes,Apt

Disusun Oleh Kelompok 6 :

1. Khairatul Banat 21340042


2. Diah Pitaloka 21340043
3. Atika Putri Kesuma 21340044
4. Eva Fitri Ramadhan 21340045
5. Richi Andika Saputra 21340046
6. Ramadhani Putri 21340047
7. Putri Ella Agustina 21340048
8. Ayu Putri Lestari 21340049
9. Risman Zarkasi 21340050

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021
1. Apoteker Penanggung Jawab Produksi Industri manufaktur obat yang memiliki Sertifikat CPOB untuk sediaan kapsul antibiotik, kemudian
memproduksi sediaan dengan bahan aktif yang sama dalam bentuk injeksi
Kata kunci : Apoteker Penanggung Jawab, produksi, Industri, CPOB, Injeksi
(KHAIRATUL, DIAH, ATIKA)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an UU No 36 tahun 2009 • Menurut 36 tahun 2009 Pasal 98 : • Sertifikat CPOB sesuai
dengan sediaan,
Pasal 98 Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) sehingga industri harus
(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman, dipidana dengan pidana penjara paling memiliki sertifikat
berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau. lama 10 (sepuluh) tahun dan denda CPOB untuk sediaan
paling banyak Rp.1.000.000.000,00 yang akan diproduksi
(2) Setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan (satu miliar rupiah) • Industri harus
kewenangan dilarang mengadakan, menyimpan, mengolah, melakukan registrasi
mempromosikan, dan mengedarkan obat dan bahan yang • Menurut PP No. 72 tahun 19998 :
berkhasiat obat. Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) huruf a, baru untuk sediaan
dipidana dengan pidana penjara paling injeksi yang akan
(3) Ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, lama 15 (lima belas) tahun dan pidana diproduksi
pengolahan, promosi, pengedaran sediaan farmasi dan alat denda paling banyak Rp.300.000.000,-
kesehatan harus memenuhi standar mutu pelayanan farmasi (tiga ratus juta rupiah) sesuai dengan
yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. ketentuan dalam dalam Pasal 80 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
PP No 72 Tahun 1998
tentang kesehatan.
Pasal 2
• Menurut PMK No. 1010 / MENKES /
(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diproduksi PER / XI / 2008 Dengan tidak
dan/atau diedarkan harus memenuhi persyaratan mutu, mengurangi ancaman pidana
keamanan, dan kemanfaatan sebagaimana diatur dalam Undang-
Pasal 3 undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan, bahwa :
Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diproduksi Kepala Badan dapat memberikan
oleh badan usaha yang teleh memiliki izin usaha industri sanksi administratif berupa pembatalan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang izin edar.
berlaku.
• Menurut PerKaBPOM RI No
Pasal 9
HK.04.1.33.12.11.09937 Tahun 2011
(1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan Tentang Tata Cara Sertifikasi Cara
setelah memperolah izin edar dari Menteri. Pembuatan Obat Yang Baik:
a. peringatan;
PMK No 1010/MENKES/PER/XI/2008 b. peringatan keras;
Pasal 4 c. penghentian sementara kegiatan;
d. pembekuan Sertifikat
Obat yang memiliki izin edar harus memenuhi kriteria berikut: CPOB/CPBBAOB;
Mutu yang memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi e. Pencabutan Sertifikat
sesuai Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB), spesifikasi CPOB/CPBBAOB; dan/atau
dan metoda pengujian terhadap semua bahan yang digunakan f. rekomendasi pencabutan izin industri
serta produk jadi dengan bukti yang sahih. farmasi;
• Menurut PerKaBPOM RI
PerKaBPOM No HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011 HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun 2011
tentang Kriteria dan Tata Laksana Registrasi Obat tentang Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Obat:
Pasal 8 Ayat 1
a. Peringatan tertulis
Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri dilakukan oleh b. Pembatalan proses registrasi obat
Pendaftar yang harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: c. Pembekuan izin edar obat yang
bersangkutan
a. Memiliki izin industri farmasi; dan d. Pembatalan izin edar obat yang
b. Memiliki sertifikat CPOB yang masih berlaku sesuai bersangkutan
dengan jenis dan bentuk sediaan yang diregistrasi

PD-IAI

KEIAI
2. Apoteker di Industri manufaktur obat yang telah memiliki sertifikat CPOB untuk sediaan krim non antbiotik, juga membuat kosmetika krim
pelembut
Kata kunci : Industri memiliki sertifikat CPOB untuk sediaan non antibiotik, tetapi membuat pula sediaan kosmetik.
(KHAIRATUL, DIAH, ATIKA)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an PMK Nomor 1175/Menkes/PER/VIII/2010 Tentang Izin Dapat berupa sanksi administrasi antara lain Pengurusan sertifikat dan
Produksi Kosmetika : izin Cara Pembuatan
Pasal 4 dan 7 : a. peringatan secara tertulis; Obat yang Baik (CPKB)
• 4 : Industri kosmetika yang akan membuat kosmetika harus b. larangan mengedarkan untuk sesuai aturan dan
memiliki izin produksi sementara waktu dan/atau perintah ketentuan yang berlaku
• 7 : Industri kosmetika dalam membuat kosmetika wajib untuk penarikan kembali produk dari sebelum industry tersebut
menerapkan CPKB peredaran bagi kosmetika yang tidak memulai produksi krim
memenuhi standar dan persyaratan pelembab. Atau
mutu, keamanan, dan kemanfaatan; mendaftarkan CPOB
c. perintah pemusnahan produk, jika industry tersebut ke
terbukti tidak memenuhi persyaratan BPOM untuk
mutu, keamanan, dan kemanfaatan; mendapatakan izin
d. penghentian sementara kegiatan; tentang penggunaan
e. pembekuan izin produksi; atau Fasilitas Bersama.
f. pencabutan izin produksi

PD-IAI - -

KEIAI - -
3. Apoteker Pananggung Jawab Apotik X membeli obat dari suatu PBF dengan penanggung jawab Apoteker Y, ternyata merupakan obat palsu
Kata kunci : Apoteker Penanggung Jawab, PBF, Obat Palsu
(KHAIRATUL, DIAH, ATIKA)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Apoteker di PBF harus
Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk Pasal 106 ayat (1) lebih memahami dan
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, Dipidana dengan pidana penjara paling lama mengerti tentang cara
penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas 15 (lima belas) tahun dan denda paling penyaluran sediaan
resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan banyak Rp 1.500.000.000,00 (satu miliar farmasi yang baik agar
obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh lima ratus juta rupiah). tidak sampai terjadi obat
tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan palsu yang masuk di PBF.
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Apoteker di apotek
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 hendaknya lebih teliti
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999. Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), dalam memilih PBF yang
Pasal 8 Ayat (1) Pasal 15, Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf berizin untuk
Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau b, huruf c, huruf e, ayat (2), dan Pasal 18 menghindari terjadinya
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang : a. tidak Dipidana dengan pidana penjara paling lama kesalahan dalam
memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang 5 (lima) tahun atau pidana denda paling pembelian obat.
dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan; banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar
rupiah).

PD-IAI - - -

KEIAI - - -
4. Apoteker di Pabrik kosmetika yang memiliki sertifikat CPKB memproduksi dan mengedarkan Krim pemutih mengandung Hidrokuinon
Kata kunci : Kosmetika, CPKB, mengedarkan Hidrokuinon
(EVA, RICHI, RAMADHANI PUTRI)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an • UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen Sanksi Menurut UU No.8 tahun 1999 : • Mengganti bahan
Pasal 7, point d menjamin mutu barang dan/atau jasa yang Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pemutih dengan bahan
diproduksi dan/ atau diperdagangkan berdasarkan dilarang memperdagangkan barang dan/atau selain hidrokinon yang
ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang jasa tersebut serta wajib menariknya dari diizinkan (contoh :
berlaku” Pasal 8, point a “pelaku usaha dilarang peredaran AHA, vitamin C &
memproduksi dana tau memperdagangkan barang derivatnya).
dan/atau jasa: Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan Sanksi Menurut PerKBPOM tahun 2003 • Mengikuti peraturan
standard yang dipersyaratan dan peraturan perundang- tentang Kosmetik : perundang-undangan di
undangan. a. Peringatan tertulis, bidang kosmetik
• PerKBPOM tahun 2008 tentang bahan kosmetik b. penarikan kosmetik dari peredaran
disebutkan bahwa hidrokinon hanya diperbolehkan untuk termasuk penarikan iklan,
sediaan pewarnaan rambut dan artifisial kuku c. pemusnahan kosmetik,
d. penghentian sementara kegiatan produksi,
impor, distribusi, penyimpanan,
pengangkutan, dan penyerahan kosmetik
e. pencabutan seritifikat dan/atau izin edar

PD-IAI PD poin 8 Pemberian peringatan tertulis, rekomendasi


Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat pembekuan/pencabutan STRA/SIPA,
dan / atau bahan baku obat , tanpa prosedur yang berlaku, kewajiban mengikuti pendidikan atau
sehingga berpotensi menimbulkan tidak terjaminnya mutu, pelatihan di institusi apoteker
khasiat obat.
KEIAI Pelanggaran kode etik: Sanksi dapat berupa pembinaan, peringatan,
Butir 5 pencabutan keanggotaan sementara, dan
Di dalam menjalankan tugasnya seorang Apoteker harus pencabutan keanggotaan tetap
menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata
yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan
kefarmasian.

5. Apoteker yang bekerja di UKOT memproduksi jamu pegal linu dalam bentuk sediaan effervescen
Kata kunci : UKOT, effervescent
(EVA, RICHI, RAMADHANI PUTRI)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an PMK No. 06 Tahun 2012 Tentang Industri dan Usaha • PMK06 /12 Pasal 45 Pencegahan yang dapat
Obat Tradisional Pelanggaran terhadap ketentuan dalam dilakukan pada kasus ini
Pasal 1 Ayat 5: Peraturan Menteri ini dapat dikenakan adalah:
Usaha Kecil Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UKOT sanksi administrasi berupa: Apoteker sebelumnya
adalah usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat a. peringatan; mempelajari mengenai
tradisional, kecuali bentuk sediaan tablet dan efervescen b. peringatan keras; peraturan-peraturan
c. perintah penarikan produk dari tentang Industri dan
PP No.007 Tahun 2012 Tentang Registrasi Obat peredaran; Usaha Obat Tradisional
Tradsional d. penghentian sementara kegiatan; atau agar dapat membedakan
Pasal 1 ayat 7 e. pencabutan izin industri atau izin usaha. hak dan kewajiban ketika
Usaha yang dapat membuat sediaan tradisional, bekerja di UKOT yang
kecuali dalam bentuk tablet dan efervesen. PP No.007 Tahun 2012 Tentang jelas berbeda dengan
Registrasi Obat Tradsional IOT.
Kepala Badan dapat memberikan sanksi
berupa perintah penarikan dari peredaran
dan/atau pemusnahan obat tradisional
PD-IAI Pedoman Disiplin Apoteker Surat peringatan tertulis dari MEDAI
Butir ke-8:
Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat
dan/atau bahan baku obat, tanpa prosedur yang berlaku,
sehingga berpotensi menimbulkan tidak terjaminnya mutu,
khasiat obat.

KEIAI

6. Apoteker penanggung jawab Industri Kosmetika Golongan B membuat dan mengedarkan krim tabir surya dan pencerah kulit
Kata kunci : kosmetika gol B, tabir surya dan pencerah kulit
(EVA, RICHI, RAMADHANI PUTRI)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an PMK RI No. 1175/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin HK.03.1.23.12.11.10689 Tahun 2011 Pengecekan kosmetika
Produksi Kosmetika tentang jenis dan bentuk sediaan industri secara teliti ketika sedang
Izin produksi sebagaimana dibedakan atas 2 (dua) golongan golongan B pasal 4: dilakukan surveillanc
sebagai berikut: Pasal 5
a. golongan A yaitu izin produksi untuk industri kosmetika Dikenakan sanksi administratif sebagaimana
yang dapat membuat semua bentuk dan jenis sediaan dimaksud dalam Peraturan Menteri
kosmetika; Kesehatan no.
b. golongan B yaitu izin produksi untuk industri kosmetika 1175/Menkes/Per/VIII/2010 tahun 2010
yang dapat membuat bentuk dan jenis sediaan kosmetika tentang izin produksi kosmetika
tertentu dengan menggunakan teknologi sederhana. a. Peringatan secara tertulis
b. Larangan mengedarkan untuk sementara
PerKa BPOM RI No HK.03.1.23.12.11.10689 Tahun 2011 waktu dan/atau perintah untuk penarikan
kembali produk dari peredaran bagi
kosmetika yang tidak memenuhi standard
Industri Kosmetika yang memiliki Izin Produksi Kosmetika an persyaratan mutu, keamanan, dan
golongan B sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) kemanfaatan
dilarang memproduksi kosmetika: c. Perintah pemusnahan produk, jika
a. jenis sediaan untuk bayi; terbukti tidak memenuhi persyaratan
b. mengandung bahan antiseptik, anti ketombe, pencerah mutu, keamanan, dan kemanfaatan
kulit, dan tabir surya. d. Penghentian sementara kegiatan
e. Pembekuan izin produksi, atau
f. Pencabutan izin produksi

PD-IAI Pedoman disiplin Surat peringatan tertulis dari MEDAI


Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang
seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab
profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga
dapat membahayakan pasien.

KEIAI Kode etik


Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus
menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata
yang bertentangan denganmartabat dan tradisi luhur jabatan
kefarmasian.

7. Apoteker di IOT memproduksi Jamu dengan bahan kurkumin murni


Kata kumci : IOT, jamu kurkumin murni
(PUTRI ELLA, AYU, RISMAN)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an Tidak ada pelanggaran - -


PD-IAI - - -

KEIAI - - -

8. Apoteker yang telah memiliki STRA dan SIP utk RS bekerja di Industri manufaktur obat
Kata kunci : STRA dan SIP, manufaktur obat
(PUTRI ELLA, AYU, RISMAN)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an PP 51/2009 Pasal 39 1. Setiap Tenaga Kefarmasian yang - Apoteker menjadi


melakukan Pekerjaan Kefarmasian di Indonesia wajib penanggung jawab sesuai
memiliki surat tanda registrasi. dengan wewenangnya
2. Surat tanda registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperuntukkan bagi Apoteker berupa STRA;

PMK 31/2016 tentang Perubahan Atas PMK 889/2011 Pasal 1


1. Nomenklatur yang berbunyi Surat Izin Kerja harus dibaca
dan dimaknai sebagai Surat Izin Praktik. PMK 889/2011
tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga
Kefarmasian

PD-IAI

KEIAI
9.Apoteker Penanggung Jawab Penilaian Keamanan Kosmetik (Safety Assessor) diam – diam menjadi Apoteker Pengelola Apotek
Kata kunci : APJ, APA, diam-diam
(PUTRI ELLA, AYU, RISMAN)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an Permenkes 31 Tahun 2016 : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ kota • Setiap industri
(1) SIPA bagi Apoteker di fasilitas kefarmasian hanya dapat mencabut SIPA atau SIKA bila farmasi wajib
diberikan untuk 1 tempat fasilitas kefarmasian melakukan pelanggaran disiplin tenaga mengawasi
(2) Dikecualikan, SIPA bagi Apoteker di fasilitas pelayanan kefarmasian berdasarkan rekomendasi dari karyawanya terkait
kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak 3 tempat KFN (PMK no 889 tahun 2011 pasal 23) dengan pekerjaan
pelayanan kefarmasian lain yang tidak boleh
(3) Apoteker yang bekerja di industri farmasi seharusnya dilakukan. Jika
tidak bisa menjadi APA di Apotek swasta Tersebut melanggar diberikan
sanksi yang tegas
UU 36 Tahun 2009, BAB V : Sumber Daya di Bidang hingga pemecatan.
Kesehatan, Pasal 23 (4) : selama memberikan pelayanan • Apotek harus
kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilarang memberi persyaratan
mengutamakan kepentingan yang bernilai materi kepada calon APA
nya bahwa tidak
boleh memiliki dua
pekerjaan antara
pelayanan dengan
industri serta dengan
sanksi yang tegas
jika terbukti
melanggar.

PD-IAI PD poin 17 : - -
Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya ( untuk meraup
banyak materi dengan memiliki pekerjaan tanpa izin dengan
mendayagunakan
surat kompetensi, STRA dll yang dimilikinya

KEIAI BAB 1: Kewajiban - -


Umum, Pasal 5 : Didalam menjalankan tugasnya, seorang
Apoteker harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan
dengan martabat dan tradisi luhur jabatan
kefarmasian

10.Apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik di Klinik menjadi penanggung jawab PBF Bahan Baku
Kata kunci : Surat Izin Praktik, Penaggung jawab PBF, Bahan baku
(KHAIRATUL, DIAH, ATIKA)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an 1. Hukum PERMENKES NO.31 Tahun 2016 pasal 17 (1) Pemberian peringatan tertulis, Rekomendasi Apoteker memilih salah
setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pembekuan dan/atau pencabutan STR satu tempat kerja yang
pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai Apoteker, atau SIPA (sementara atau sesuai denga SIP yang
tempat tenaga kefarmasian bekerja. (2) Surat izin selamanya) : bersangkutan &
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa : a. SIPA bagi 1. Dilakukan pembinaan khusus Mengikuti perkembangan
apoteker atau, b. SIPTTK bagi tenaga teknis kefarmasian 2. Pencabutan SIPA peraturan perUU tentang
2. PERMENKES NO. 1148 Th. 2011 pasal 7 - persyaratan kefarmasian
administratif pemohon izin PBF : a. Fotokopi
KTP direktur/ketua b. Susunan direksi/pengurus c.
pernyataan komisaris/dewan pengawas dan direksi
pengurus tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan
perUUan di bidang farmasi d. Akta pendirian badan
hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan perUUan e.
Surat Tanda Daftar Perusahaan f. Fotokopi SIUP g.
Fotokopi NPWP h. Surat bukti penguasaan bangunan dan
gudang i. Perlu lokasi dan denah bangunan j. Surat
pernyataan kesediaan bekerja penuh apoteker PJ dan k.
Fotokopi STR Apoteker PJ

PD-IAI Butir 12 : Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, - -


melakukan yang seharusnya tidak dilakukan atau tidak
melakukan yang seharusnya dilakukan sesuai dengan
tanggung jawab profesionalnya tanpa alasan pembenar yang
sah sehingga dapat membahayakan pasien
Butir 17 : menyalahgunakan kompetensi Apoteker

KEIAI Pasal 3 : seorang apoteker harus senantiasa menjalankan - -


profesinya sesuai kompetensi serta selalu mengutamakan dan
berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam
menjalankan kewajibannya.

11.Apoteker di PBF tidak mau melayani pesanan obat bebas terbatas dari Apotik, karena Surat Pesanan tidak ditandatangani oleh Apoteker
Pengelola Apotik
Kata kunci : PBF, tidak melayani obat bebas terbatas, APA
(KHAIRATUL, DIAH, ATIKA)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an PERMENKES No. 1148/MENKES/PER/VI/201 1 Tentang Pembinaan dan peringatan Apoteker harus
Pedagang Besar Farmasi. mengetahui peraturan
Pada bagian Penyelenggaraan , perundang-undangan
Pasal 20 yang berlaku tentang
PBF dan PBF cabang hanya melaksanakan penyaluran pemesanan dan
obat berupa obat keras berdasarkan surat pesanan yang pengadaan jenis serta
ditandatangani apoteker pengelola apotek atau apoteker golongan obat.
penanggung jawab.
Pasal 21
(1) PBF dan PBF cabang hanya dapat menyalurkan bahan obat
kepada industri farmasi, PBF dan PBF cabang lain, apotek,
instalasi farmasi rumah sakit dan lembaga ilmu
pengetahuan.
(2) Penyaluran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan surat pesanan yang ditandatangani apoteker
pengelola apotek atau apoteker penanggung jawab.
(3) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana pada ayat (2)
surat pesanan untuk lembaga ilmu pengetahuan ditandatangani
oleh pimpinan lembaga

PD-IAI

KEIAI Pelanggaran Kode Etik Apoteker :


Pasal 10 Seorang Apoteker harus memperlakukan teman
Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
12. Apoteker Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit memproduksi sediaan farmasi tidak memiliki izin edar, tetapi hanya digunakan untuk
lingkungan rumah sakitnya saja
Kata kunci : tidak memiliki izin edar, hanya digunakan untuk lingkungan rumah sakit
(KHAIRATUL, DIAH, ATIKA)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an 1799 tahun 2010 pasal 2 Diberikan teguran dan surat peringatan. • Dilakukan pengawasan
PMK No. 58 Tahun 2014 terhadap proses
BAB 2 poin (3b) tentang produksi sediaan farmasi produksi di Instalasi
Instalasi farmasi rumah sakit dapat memproduksi sediaan Farmasi Rumah Sakit
tertentu apabila • Diberlakukan aturan
1) Sediaan farmasi tidak ada di pasaran secara ketat dan sanksi
2) Sediaan farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri yang tegas bagi yang
3) Sediaan farmasi dengan formula khusus melanggar.
4) Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil atau re-
packing
5) Sediaan farmasi untuk penelitian dan
6) Sediaan farmasi yang tidak stabil dalam
penyimpanan/harus dibuat baru. Sediaan yang dibuat di RS
harus memenuhi persyaratan mutu dan terbatas hanya
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di RS tersebut

PD-IAI

KEIAI
13.Apoteker pegawai negeri sipil sebagai Penanggjung jawab terkait Kefarmasian di Dinas Kesehatan Kab/Kota juga berperan sebagai
Apoteker Pengelola Apotek Swasta
Kata kunci : pegawai negeri, Apoteker Pengelola Apotek Swasta
(EVA, RICHI, RAMADHANI PUTRI)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an - - -

PD-IAI Butir 2. Surat Izin Praktik yang dimaksud dapat memastikan tidak terjadi
“Membiarkan berlangsungnya berupa: Rekomendasi pencabutan Surat perangkapan jabatan
praktek kefarmasian yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik oleh apoteker
kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker penggantidan/ atau sementara selama-lamanya
Apoteker pendamping yang sah” Ketika seorang apoteker 1 (satu) tahun, atau Rekomendasi
telah menjadi pegawai negeri sipil maka kesempatan pencabutan Surat Tanda Registrasi atau
apoteker untuk mempunyai waktu luang dalam mengelola Surat Izin Praktik tetap
apotek akan minimal. Hal
ini dapat membuat kehadirannya pada apotek swasta tersebu
akan sangat jarang.

KEIAI Pasal 3
“Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya
sesuai kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu
mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya”
14.Apoteker pegawai negeri sipil di Balai POM juga berperan sebagai Apoteker Pengelola Apotek Swasta
Kata kunci : pegawai negeri sipil, BPOM, Apotek, Swasta
(EVA, RICHI, RAMADHANI PUTRI)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an PP No. 51 Tahun 2009, Pasal 54 1.Pemberian peringatan tertulis; Pemberian - Perketat peraturan yang
“SIPA bagi Apoteker yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian peringatan tertulis; mengatur persyaratan
di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit” 2.. Rekomendasi pembekuan Rekomendasi untuk menjadi APA
Pasal 52 ayat (2). pembekuan dan/atau pencabutan Surat Izin - Perketat pengawasan
“Apoteker sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) dan/atau pencabutan terhadap kerja PNS
huruf a hanya dapat melaksanakan praktik di 1 (satu) Apotik, oleh pihak pemerintah.
atau puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit.” Pasal 54

PMK No. 889 tahun 2011, Pasal 18


SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas
pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk
1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian. Apoteker
penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian
berupa puskesmas dapat menjadi Apoteker pendamping
di luar jam kerja.

PD-IAI PD poin 2 :
Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian yang
menjadi tanggung jawabnya, tanpa kehadirannya, ataupun
tanpa Apoteker pengganti dan/atau Apoteker pendamping
yang sah

KEIAI
15.Apoteker mengganti obat paten/nama dagang yang tertulis dalam resep dokter dan menyerahkan obat generik dengan kandungan yang sama
kepada pasien
Kata kunci : obat paten, obat generik
(EVA, RICHI, RAMADHANI PUTRI)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an PP 51 tahun 2009 tentang pekerjan kefarmasian Pasal 24 : Sanksi organisasi, berupa: pembinaan, - Memastikan alasan
mengganti obat merek dagang dengan obat generic yang sama peringatan, pencabutan keanggotaan kenapa obat tidak dapat
komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas sementara, dan pencabutan keanggotaan dilayani (stok kosong,
persetujuan dokter dan/atau pasien tetap (untuk pelanggaran kode etik terhadap keterlambatan, produk
pasien dan tenaga kesehatan lain) baru, atau penyebab
lain.
- Mengupayakan
melayani sesuai dengan
permintaan
- Mengkomunikasika n
kepada pasien (dan
dokter bila perlu)
tentang penggantian
obat beserta alasannya.
- Pilihkan obat dengan
harga dan kualitas yang
sebanding

PD-IAI -

KEIAI Kode Etik Apoteker Pasal 13 : Seorang apoteker harus


mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,
menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan lain.
Pasal 14 Seorang apotekr harus menjauhkan dir dari tindakn
atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkuranya atu
hilangnya kepercayaan masyarakt kepada sejawat petugas
kesehatan lain.

16.Petugas Apotik bukan Apoteker, mengganti allopurinol 100 mg yang tertulis dalam resep dokter dengan Zyloric 300 mg
dan menyerahkannya kepada pasien
Kata kunci : nama generik, nama dagang
(PUTRI ELLA, AYU, RISMAN)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an 1. PMK no 9 tahun 2017 pasal 21 (2) dalam hal obat yang PMK no 9 tahun 2017 pasal 31 (1) Apoteker harus stand by
diresepkan terdapat obat merk dagang, maka apoteker dapat pelanggaran terhadap ketentuan dan di apotek tempat ia
mengganti obat merk dagang dengan obat generik yang peraturan menteri ini dapat di kenai sanksi bekerja sebagai apoteker
sama komponen aktifnya atau obat merk dagang lain atas administrative. (2) sanksi administrative penanggung jawab guna
persetujuan dokter dan atau pasien. Dalam kasus ini yang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 menghindari kejadian
menyerahkan obat bukan apoteker tapi petugas apotek biasa dapatberupa : a. peringatan tertulis, b. yang sama. Serta
yang mungkin bukan tenaga tehnis kefarmasian juga dan penghentian sementara kegiatan, c. melakukan penyerah
mengganti obat generik dengan obat paten dengan dosis pencabutan izin SIA. obat, mempersembahkan
yang berbeda tanpa persetujuan pasien, ini jelas melanggar. informasi mengenai obat
2. UU no 8 Tahun 1999 BAB 3 hak dan kewajiban pasal 4 hak yang akan diberikan
konsumen (a) hak atas kenyamanan, keamanan, dan kepada pasien.
keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa.
Dalam kasus ini obat yang diganti dosisnya lebih besar dari
peresepan dokter sehingga bias membahayakan keselamatan
pasien.

PD-IAI Sanksi pelanggaran disiplin :


1. Pemberian peringatan tertulis,
2. Rekomendasi pembekuan dan atau
pencabutan STRA

KEIAI Pelanggaran kode etik Sanksi pelanggaran etik, usulan oleh


Pasal 3 MEDAI untuk: pembinaan khusus untuk
Seorang apoteker harus menjalankan profesinya sesuai dengan penyadaran, penundaan sementara ijin
kompetensi Apoteker indonesia serta selalu mengutamakan kerja/praktek apoteker, pencabutan
dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip kemanusiaan dalam rekomendasiuntuk ijinkerja/praktek
menjalankan kewajibannya apoteker.

17.Apoteker mengajukan izin dan membuka Apotek baru persis disebelah Apotek yang sudah ada, tanpa berkonsultasi dengan / sepengetahuan
Apoteker Pengelola Apotek yang sudah ada tersebut
Kata kunci : apotek, tanpa konsultasi, APA
(PUTRI ELLA, AYU, RISMAN)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an - - -

PD-IAI - - -

KEIAI Pelanggaran Kode Etik Pembinaan dan peringatan Seorang apoteker harus
Pasal 10 memahami bahwa,
Apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya membuat apotek yang
sebagaimana mestinya. melanggar kode etik
apoteker dan menasehati
jika ada yang ingin
membangun apotek di
sebelah apoteknya adalah
pelanggaran kode etik
apoteker.

18. Apoteker menjual obat keras Ranitidin 150 mg sebanyak 20 tablet tanpa resep dokter
Kata kunci : Obat Keras, tanpa resep dokter
(PUTRI ELLA, AYU, RISMAN)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an PP No. 51 Tahun 2009 Sanksi administratif Apoteker melakukan


Pasal 24 Butir C berupa peringatan tertulis, penghentian pekerjaan kefarmasian
menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada sementara kegiatan atau pencabutan SIA sesuai dengan
masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan Sanksi dari organisasi profesi farmasi Kompetensi profesi yang
peraturan perundang-undangan. yang dapat berupa pembinaan, peringatan, berlaku. Meyerahkan
pencabutan keanggotaan sementara, dan golongan obat keras
PMK No. 9 Tahun 2017 pencabutan keanggotaan tetap.karena tidak harus dengan resep
Pasal 19 mentaati dan melaksanakan Kode Etik dokter yang diterima oleh
Setiap Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian harus Apoteker Indonesia pasien. Memberikan
bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur penjelasan kepada pasien
operasional, standar pelayanan, etika profesi, menghormati kalau obat antidiabetes
hak pasien dan mengutamakan kepentingan pasien. yang digunakannya tidak
boleh dibeli tanpa resep
dokter. Menyadari bahwa
menyerahkan obat keras
kepada pasien justru
dapat membahayakan
pasien itu sendiri.
Mengingatkan dan
menyarankan kepada
pasien untuk cek up ke
dokter secara rutin.

PD-IAI Pedoman Disiplin Sanksi disiplin


Poin 1 yang dapat dikenakan oleh MEDAI karena
Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten. melanggar Pedoman Disiplin Apoteker
Identifikasi : Apoteker melakukan praktik kefarmasian dengan Indonesia.
tidak kompeten karena menyerahkan obat antidiabetes yang
merupakan obat keras kepada pasien.
Poin 6
Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Standar Prosedur
Operasional sebagai Pedoman Kerja bagi seluruh personil di
sarana pekerjaan/pelayanan kefarmasian, sesuai dengan
kewenangannya.
Poin 12
Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang
seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang
seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab
profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga
dapat membahayakan pasien.. Poin 13
Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan
praktik swa-medikasi (self medication) yang tidak sesuai
dengan kaidah pelayanan kefarmasian. Identifikasi :
Seharusnya untuk swamedikasi apoteker tidak boleh
menyerahkan obat keras kepada pasien, artinya apoteker telah
melakukan swamedikasi yang tidak sesuai dengan kaidah
pelayanan kefarmasian.

KEIAI Kode Etik


Pasal1
Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan Sumpah Janji Apoteker.
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus
mengutamakan kepentingan masyarakat. menghormati hak
azasi pasien dan melindungi makhluk hidup insani. Identifikasi
: Dengan menyerahkan obat keras tanpa resep dokter berarti
apoteker telah membahayakan keselamatan pasien, karena bisa
saja pasien lupa cara menggunakannya dan juga rentan
disalahgunakan.

19. Apoteker melayani pembelian diazepam injeksi oleh bidan praktik mandiri
Kata kunci : obat psikotropika injeksi, praktik bidan mandiri
(KHAIRATUL, DIAH, ATIKA)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an Undang undang No 5 / 1997 pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun Upaya nya dengan tidak
Pasal 14 tentang psikotropika dan pidana denda paling banyak menerima pelayanan obat
Penyerahan psikotropika dalam rangka peredaran Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). tersebut.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 hanya dapat
dilakukan oleh apotek, rumah sakit, Puskesmas, balai
pengobatan, dan dokter
1. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan
kepada apotek lainnya, rumah sakit, Puskesmas, balai
pengobatan, dokter dan kepada pengguna/pasien.
2. Penyerahan psikotropika oleh rumah sakit, balai
pengobatan, Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan kepada pengguna/pasien.
3. Penyerahan psikotropika oleh apotek, rumah sakit,
Puskesmas, dan balai pengobatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan resep dokter.
4. Penyerahan psikotropika oleh dokter sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan dalam hal:
a. menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada
apotek.
b. menjalankan praktek terapi dan diberikan melalui suntikan;
c. menolong orang sakit dalam keadaan darurat.

PD-IAI PD Poin 12 : Sanksi Disiplin Sanksi disiplin yang dapat


Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang dikenakan oleh MEDAI berdasarkan PerUU
seharusnya tidak dilakukan atau tidak melakukan yang yang berlaku: Pemberian peringatan tertulis
seharusnya dilakukan, sesuai dengan tanggung jawab Rekomendasi pembekuan dan/atau
profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga pencabutan Surat Tanda Registrasi Apoteker,
dapat membahayakan pasien. atau Surat Izin Praktek, atau Surat Izin Kerja
Apoteker Kewajiban mengikuti pendidikan
atau pelatihan di institusi pendidikan
apoteker

KEIAI Kode Etik Apoteker Pasal 5 Sanksi Kode Etik Pembinaan dan peringatan
Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus tertulis dari organisasi profesi
menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata
yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan
kefarmasian
Demi keuntungan semata, apoteker memberikan injeksi
diazepam dengan jumlah banyak tanpa memperhatikan
keperluan dalam hal medis. Selain itu, apoteker tidak meminta
nomor kontak yang bisa dihubungi dan alamat lengkap bidan
tersebut padahal diazepam termasuk golongan benzodiazepim
yang potensi penyalahgunaan tinggi

20. Apoteker melayani penjualan triheksipenidil kepada seorang pasien tetangganya


Kata kunci : psikotropika, penjualan
(KHAIRATUL, DIAH, ATIKA)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an PP 51 Tahun 2009 Pasal 21 ayat 2 Penyerahan dan pelayanan Sanksi yang diberikan berupa peringatan Pembinaan dan
obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker. tertulis, rekomendasi pembekuan / peringatan serta Tidak
pencabutan STRA, SIPA dan SIKA, menerima pelayanan obat
kewajiban mengikuti pelatihan /pendidikan tersebut
di instansi pendidikan apoteker

PD-IAI Pedoman disiplin apoteker no.5 dan pada pelanggaran


pedoman disiplin no.12. Karena apoteker melaksanakan
praktik kefarmasian pada PP 51 yang salah satunya yaitu
pelayanan obat yang seharusnya pelayanan obat tertentu harus
menggunakan resep dokter, namun apoteker tersebut menjual
obat tertentu tanpa resep dari dokter, obat triheksipenedil
merupakan golongan obat tertentu yang pembeliannya harus
menggunakan resep dari dokter

KEIAI - - -
21.Apoteker menyarankan dan menjual tablet Levonorgestrel-etinil estradiol kepada seorang pasien yang telah dikenalnya dan mengalami
oedem / pembengkakan pada pergelangan kaki karena gangguan ginjal
Kata kunci : menjual obat keras
(KHAIRATUL, DIAH, ATIKA)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an KepMenkes No. 02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda Sanksi asosiasi dan pemerintah, tindakan Tidak menyarankan
khusus obat keras Daftar G. hukum menjual obat-obat yang
Dijelaskan bahwa obat keras hanya boleh diberikan oleh seharusnya dengan resep
dengan resep dokter . Kemudian mengenai obat yang dapat dokter, sekalipun kepada
diserahkan tanpa resep, dalam Permenkes 919/1993, diatur orang yang kita kenal.
mengenai obat tersebut harus memenuhi kriteria :
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita
hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65
tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak
memberikan risiko pada kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat
khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang
prevalensinya tinggi di Indonesia.
e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Jadi pada dasarnya obat harus diberikan obat dengan resep

PD-IAI - - -

KEIAI - - -
22.Apoteker pengelola apotek melakukan peracikan kosmetik yang mengandung Hidrokuinon dan arbutin untuk pasien dalam rangka pelayanan
swamedikasi.
Kata kunci : kosmetik, hidrokuinon, arbutin
(EVA, RICHI, RAMADHANI PUTRI)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an 1. UU th 2009 Tentang “Kesehatan”. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 1. tidak memproduks
Pasal 196 / 98 ayat (2) dan (3) dipidana i/mengedarkan sediaan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 Tentang dengan pidana penjara paling lama 10 farmasi yang tidak
“Pengaman Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan”. (sepuluh) tahun dan denda paling banyak memenuhi standar
3. Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Rp. 1.000.000.000,00 (Satu Milyar Rupiah) dan/atau persyaratn
“Perlindungan Konsumen”. Pasal 197 / 106 ayat (1) dipidana dengan
mutu
2. Tidak memproduksi
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor pidana penjara paling lama 15 (lima belas) dan mengedarkan
919 Tahun 1993 Tentang “Kriteria Obat Yang Diserahkan tahun dan denda paling banyak Rp. sediaan farmasi berupa
Tanpa Resep”. 1.500.000.000,00 (Satu Milyar Lima Ratus kosmetik uang tidak
Juta Rupiah) 2. Peraturan Pemerintah Nomor memenuhi persyaratan
72 Tahun 1998 Pasal 76 dipidana dengan 3. Menjamin sediaan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun obat atau kosmetik
dan/atau pidana denda paling banyak tidak membahaya
Rp.100.000.000 (seratus juta rupiah). 3. kan/merugik an
Undang – Undang Perlindungan Konsumen konsumen (memberian
Nomor 8 Tahun 1999 perlindungan pada
konsumen
4. Memberikan
obat/kosmetik yang
bisa diberikan
langsung tanpa resep
(swamedikasi) dengan
mengacu pada
peraturan dan
ketentuan yang berlaku
(Peraturan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 919
Tahun 1993 Tentang
“Kriteria Obat Yang
Diserahkan Tanpa
Resep”.)

PD-IAI PD Poin 7 : Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh


Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin „mutu‟, MEDAI berdasarkan Peraturan per-Undang-
‟keamanan‟, dan ‟khasiat/ Undang an yang berlaku adalah:
manfaat‟ kepada pasien. 1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan dan/atau
pencabutan Surat Tanda Registrasi
Apoteker, atau Surat Izin Praktik Apoteker,
atau Surat Izin Kerja Apoteker;
dan/atau
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau
pelatihan di institusi pendidikan apoteker.

KEIAI Pasal 3 :
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya
sesuai kompetensi Apoteker
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh
pada prinsip kemanusiaan
dalam melaksanakan kewajibannya.
23.Apoteker berada di apotek, pelayanan resep obat keras dilayani oleh tenaga teknis kefarmasian.
Kata kunci : apotek, pelayanan obat keras, TTK
(EVA, RICHI, RAMADHANI PUTRI)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an Pelanggaran Hukum menurut PP 55 Tahun 2009 Pasal 21 ayat Ketika Apoteker melanggar Disiplin Apoteker harus
2 “Penyerahan dan Pelayanan obat berdasarkan esep dokter Apoteker maka BAB V sanksi disiplin yang memahami peraturan
dilakukan oleh Apoteker” dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan tentang Pelayanan
peraturan perUU yang berlaku : Kefarmasian, Kode Etik
- Pemberian peringatan tertulis maupun disiplin
- Rekomendasi pembekuan atau pencabutan Apoteker agar tidak
STRA, SIPA, atau SIK terjadi pelanggaran yang
- Kewajiban mengikuti pendidikan atau dapat merugikan orang
pelatihan di institusi pendidikan Apoteker. lain maupun diri sendiri.
Ketika Apoteker melanggar Kode Etik
Apoteker maka pada BAB V sanksi yang
dapat diterima yaitu berupa pembinaan,
peringatan, pencabutan keanggotaan
sementra dan pencabutan keanggotaan
tetap.

PD-IAI PD Poin 2 : Ketika Apoteker melanggar Disiplin


Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian yang Apoteker maka BAB V sanksi disiplin yang
menjadi tanggung dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan
jawabnya, tanpa kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker peraturan perUU yang berlaku :
pengganti dan/ atau
Apoteker pendamping yang sah. Pemberian peringatan tertulis
Rekomendasi pembekuan atau pencabutan
STRA, SIPA, atau SIK Kewajiban
mengikuti pendidikan atau pelatihan di
institusi pendidikan Apoteker.

KEIAI Pasal 3 : Ketika Apoteker melanggar Kode Etik


Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya Apoteker maka pada BAB V sanksi yang
sesuai kompetensi Apoteker dapat diterima yaitu berupa pembinaan,
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh peringatan, pencabutan keanggotaan
pada prinsip kemanusiaan sementra dan pencabutan keanggotaan tetap.
dalam melaksanakan kewajibannya.

24.Apoteker yang sedang menderita flu berat datang ke Apotek, namun mendelegasikan tugas kepada Tenaga Teknis Kefarmasian untuk
melayani resep obat keras
Kata kunci : sakit, mendelegasikan tugas pelayanan obat keras, TTK
(EVA, RICHI, RAMADHANI PUTRI)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an a) Undang-Undang Obat Keras Pasal 3 (St. No.419) Hukum dan disiplin .Agar setiap apoteker
yang berbunyi, “Penyerahan persediaan untuk penyerahan dan Pasal 12 Undang-Undang Obat Keras: berusaha dengan sungguh-
penawaran untuk penjualan dari bahan- bahan G , demikian hukuman penjara setinggi-tingginya 6 bulan sungguh dalam menjaga
demikian pula memiliki memiliki bahan-bahan bahan-bahan ini atau denda uang setinggi-tingginya 5000 kondisi fisiknya dalam segi
dalam jumlah sedemikian rupa sehingga secara normal tidak gulden. kesehatan agar tetap mampu
dapat diterima bahwa bahan-bahan ini hanya diperuntukkan dalam melakukan pekerjaan
pemakaian pribadi adalah dilarang. Larangan ini tidak secara profesional.
berlaku untuk pedagang-pedagang besar yang diakui, diakui,
Apoteker-Apoteker, yang memimpin Apotek dan Dokter
hewan.” Identifikasi : Dari pernyataan pasal tersebut terkait 2. Jika memang masih
kasus ini yang berhak menyerahkan obat keras dari daftar G memungkinkan untuk
adalah Apoteker, bukan Tenaga Teknnis Kefarmasian. melakukan pelayanan
kefarmasiaan, agar
b) PP Nomor 51 Tahun 2009 menggunakan masker saat
Tentang Pekerjaan Kefarmasian Pasal 51 ayat 1 , berbunyi, berhadapan dengan pasien
“Pelayanan “Pelayanan Kefarmasian di apotek, puskesmas, karena dikhawatirkan
atau instalasi farmasi Rumah Sakit hanya dapat dilakuk an oleh menularkan penyakit
Apoteker”, dan Pasal 24 ayat c yang berbunyi, “Dalam kepasien.
melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker dapat menyerahkan obat keras,
narkotika dan psikotropika kepada mas narkotika dan 3. Jika sama sekali tidak
psikotropika kepada masyarakat atas r yarakat atas resep dari dapat melakukan aktifitas,
dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- agar apoteker izin tidak
undangan.” masuk pada hari tersebut
dari pekerjaan
kefarmasiaannya dan
istirahat demi
memulihkan kesehatan
dan agar mengamanatkan
kepada TTK nya untuk
tidak melayani resep obat
keras, melainkan hanya
obat bebas dan bebas
terbatas saja.

PD-IAI Poin 2 : Sanksi dapat berupa pembinaan, peringatan, Apabila apoteker sedang
Membiarkan berlangsungnya praktik kefarmasian yang pencabutan keanggotaan sementara, atau dalam keadaan sakit yang
menjadi tanggung jawab, tanpa kehadirannya, ataupun tanpa pencabutan keanggotaan tetap. dapat mengganggu
apoteker pengganti dan/atau apoteker lain yang sah praktik kefarmasian maka
Poin 3 : apoteker tersebut
seharusnya tidak datang
Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu ke apotek dan apabila
dan/ atau tenaga- APA berhalangan
tenaga lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk melakukan tugasnya APA
melaksanakan pekerjaan harus menunjuk apoteker
tersebut. pengganti/pendamping.
Poin 11 :
Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat
kesehatan fisik ataupun mental yang sedang terganggu shg
merugikan kualitas pelayanan profesi

KEIAI Pelanggaran Kode Etik : Ketika Apoteker melanggar Kode Etik


Apoteker maka pada BAB V sanksi yang
Pasal 1 “Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, dapat diterima yaitu berupa pembinaan,
menghayati dan mengamalkan sumpah/janji Apoteker” peringatan, pencabutan keanggotaan
Pasal 9 “Seorang Apoteker dalam melakukan Praktik sementra dan pencabutan keanggotaan tetap.
Kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat,
menghormati hak asasi pasien dan melindungi makhluk hidup

25.Apoteker yang telah memiliki SIP sebagai Apoteker Pengelola Apotek dan SIA utk satu Apotek di Kab X, mengajukan kembali menjadi
APA di Kab. tetangganya.
Kata kunci : SIP, SIA, APA
(PUTRI ELLA, AYU, RISMAN)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI
yg
dilanggar

Per-UU-an PP 51 TAHUN 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Sanksi administratif yang diberikan menurut Bahwasanya Apoteker
pasal 53 dan 54 Pasal 53 : Keputusan Menteri Kesehatan hanya bisa praktek di tiga
Surat izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 dikeluarkan RINo.1332/MENKES/SK/X/2002 dan tempat jadi APA disatu
oleh pejabat kesehatan yang berwenang di Kabupaten/Kota Permenkes tempat dan yang lainnya
tempat Pekerjaan Kefarmasian dilakukan Tata cara pemberian No.922/MENKES/PER/X/1993 adalah : a. menjadi Apoteker
surat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan Peringatan secara tertulis kepada APA pendamping.
berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri. secara 3 kali berturut-turut dengan
Pasal 54 : tenggang waktu masing- masing 2 bulan.
Apoteker sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) huruf b. Pembekuan izin apotek untuk jangka
a hanya dapat melaksanakan praktik di 1 (satu) Apotik, atau waktu selama-lamanya 6 bulan sejak
puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit. Apoteker dikeluarkannya penetapan pembekuan izin
pendamping sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) apotek. Keputusan pencabutan SIA
huruf b hanya dapat melaksanakan praktik paling banyak di 3 disampaikan langsung oleh Kepala Dinas
(tiga) Apotek, atau puskesmas atau instalasi farmasi rumah Kesehatan Kabupaten/Kota dengan
sakit. tembusan kepada Menteri Kesehatan dan
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Pembekuan izin apotek tersebut dapat
Nomor 31 Tahun 2016 (Perubahan Atas Peraturan Menteri dicairkan kembali apabila apotek tersebut
Kesehatan Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 Tentang Registrasi, dapat membuktikan bahwa seluruh
Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian) persyaratan yang ditentukan dalam
keputusan Menteri Kesehatan RI dan
SIPA bagi Apoteker di fasilitas kefarmasian hanya diberikan Permenkes tersebut telah dipenuhi
untuk 1 (satu) tempat fasilitas kefarmasian.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) SIPA bagi Apoteker di fasilitas pelayanan kefarmasian dapat Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
diberikan untuk paling banyak 3 (tiga) tempat fasilitas pelayanan Republik Indonesia Nomor
kefarmasian. 889/Menkes/Per/V/201 1 Tentang Registrasi,
Izin Praktik, Dan Izin Kerja Tenaga
(3) Dalam hal Apoteker telah memiliki Surat Izin Apotek, maka Kefarmasian
Apoteker yang bersangkutan hanya dapat memiliki 2 (dua) SIPA
pada fasilitas pelayanan kefarmasian lain Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dapat mencabut SIPA, SIKA atau SIKTTK
karena:
a. atas permintaan yang bersangkutan;
b. STRA atau STRTTK tidak berlaku lagi;
c. yang bersangkutan tidak bekerja pada
tempat yang tercantum dalam surat izin;
d. yang bersangkutan tidak lagi memenuhi
persyaratan fisik dan mental untuk
menjalankan pekerjaan kefarmasian
berdasarkan pembinaan dan pengawasan dan
ditetapkan dengan surat keterangan dokter;
e. melakukan pelanggaran disiplin tenaga
kefarmasian berdasarkan rekomendasi KFN;
atau
f. melakukan pelanggaran hukum di bidang
kefarmasian yang dibuktikan dengan putusan
pengadilan.
(2) Pencabutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikirimkan kepada pemilik SIPA,
SIKA, atau SIKTTK dengan tembusan
kepada Direktur Jenderal, Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi, dan organisasi profesi
atau organisasi yang menghimpun Tenaga
Teknis Kefarmasian

PD-IAI - - -

KEIAI - - -
26.Apoteker memberikan informasi obat yang banyak dijual di apotiknya kepada Medical Representative
Kata kunci : informasi Obat, medical representative
(PUTRI ELLA, AYU, RISMAN)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI
yg dilanggar

Per-UU-an Tidak ada yang dilanggar - Apoteker bisa menjadi


Hukum sumber informasi dan
Lampiran PMK 73 tahun 2016 tentang standar pelayanan harus dapat
di Apotik mempertanggung
Pelayanan Informasi Obat (PIO) Pelayanan Informasi Obat jawabkannya.
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker dalam
pemberian informasi mengenai Obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam
segala aspek penggunaan Obat kepada profesi kesehatan lain,
pasien atau masyarakat. Informasi mengenai Obat termasuk
Obat Resep, Obat bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus,
rute dan metoda pemberian, farmakokinetik, farmakologi,
terapeutik dan alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada
ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas,
ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan lain-
lain.
Kegiatan Pelayanan Informasi Obat di Apotek meliputi:
1. Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan;
2. Membuat dan menyebarkan
buletin/brosur/leaflet,pemberdayan masyarakat
(penyuluhan);
3. Memberikan informasi dan edukasi kepada pasien;
4. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada
mahasiswa farmasi yang sedang praktik profesi;
5. Melakukan penelitian penggunaan Obat;
6. Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum
ilmiah;
Melakukan program jaminan mutu.

PD-IAI - - -

KEIAI - - -

27.Seorang Dokter datang ke Apotik, bermaksud membeli Amlodipin sebanyak 10 tablet untuk dirinya sendiri. Setelah bertanya tentang
identitas dokter tersebut, Apoteker menyerahkan obat tersebut.
Kata kunci : obat keras, apoteker, penyerahan
(PUTRI ELLA, AYU, RISMAN)
Per-UU/PD Butir yg dilanggar Sanksi Upaya Pencegahan
IAI/KEAI yg
dilanggar

Per-UU-an PP 51 Tahun 2009 “Pekerjaan Kefarmasian” Pasal 21 ayat (2) 1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam 1. Melayani obat Keras,
Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter Peraturan Menteri ini dapat dikenai sanksi psikotropik, narkotik dan
dilaksanakan oleh Apoteker. 2. PERMENKES NO. administratif. precursor harus dengan
919/MENKES/PER/X/1993 „‟Tentang Kriteria oabat yang resep dokter
(2) Sanksi administratif sebagaimana
dapat diserahkan‟‟ Pasal 2 Obat yang dapat diserahkan tanpa
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: 2. Pelayanan
resep harus memenuhi kriteria : a. Tidak dikontraindikasikan
swamedikasi hanya
untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 a. peringatan tertulis;

tahun dan orang tua di atas 65tahun b. Pengobatan sendiri


dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada b. penghentian sementara kegiatan; dan c. demam, batuk, flu, nyeri,
kelanjutan penyakit. c. Penggunaannya tidak memerlukan pencabutan SIA. diare.
cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
Pasal 32 (1) Pencabutan SIA sebagaimana
kesehatan. d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang
dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf c
prevalensinya tinggi di Indonesia e. Obat yang dimaksud
dilakukan oleh pemerintah daerah
memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
kabupaten/kota berdasarkan: a. hasil
dipertanggungjawabkan
pengawasan; dan/atau b. rekomendasi
Kepala Balai POM. (2) Pelaksanaan
pencabutan SIA sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan setelah dikeluarkan
teguran tertulis berturut-turu sebanyak 3
(tiga) kali dengan tenggang waktu masing-
masing 1 (satu) bulan dengan menggunakan
Formulir 8. (3) Dalam hal Apotek
melakukan pelanggaran berat yang
membahayakan jiwa, SIA dapat dicabut
tanpa peringatan terlebih dahulu. (4)
Keputusan Pencabutan SIA oleh pemerintah
daera kabupaten/kota disampaikan langsung
kepada Apoteker dengan tembusan kepada
Direktur Jenderal, kepala dinas kesehatan
provinsi, dan Kepala Badan dengan
menggunakan Formulir 9 sebagaiman
terlampir. (5) Dalam hal SIA dicabut selain
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, selain
ditembuskan kepada sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), juga ditembuskan kepada
dinas kabupaten/kota.

PD-IAI - - -

KEIAI - - -

Anda mungkin juga menyukai