Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK 2 Undang-undang Etika Kefarmasian

1. Esterlita Farida Onim 21340102


2. Fajriyatur Rizqi Ramadanti 21340115
3. Shofwan Anggatra 21340130
4. Cenda Wirdatul Janna 21340144

KELAS C / KELOMPOK 2
Dosen Pengampu :Drs. Fauzi Kasim M.Kes. Apt

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA, 2021

“PERBANDINGAN PERSYARATAN PROSES PERIZINAN


SESUAI PER-UU-AN INDUSTRI OBAT DAN OBAT TRADISIONAL”

NO. ASPEK OBAT TRADISIONAL OBAT


1. PER-UU-  UU 36 tahun 2009 tentang  Pasal 1 UU No. 36 Tahun 2009
AN YANG Kesehatan tentang Kesehatan
DIPAKAI  PMK 007 tahun 2012 tentang  Pasal 1 PP No.72 Tahun1989 tentang
Registrasi Obat Tradisional Pengamanan Sediaan Farmasi dan
 PMK 006 tahun 2012 tentang Alat Kesehatan
Industri Dan Usaha Obat  Permenkes
Tradisional No:1010/MENKES/PER/XI/2008
 PerKa BPOM RI NOMOR tentang Registrasi Obat
HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun  Perka BPOM No 24 Tahun 2017
2012 tentang Kriteria dan Tatalaksana
Registrasi Obat
2. DEFINISI  UU 36 tahun 2009 tentang  UU 36 tahun 2009 tentang
KATA Kesehatan Kesehatan
KUNCI Obat tradisional adalah bahan atau Obat adalah bahan atau paduan bahan,
ramuan bahan yang berupa bahan termasuk produk biologi yang digunakan
tumbuhan, bahan hewan, bahan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
mineral, sediaan sarian (galenik), sistem fisiologi atau keadaan patologi
atau campuran dari bahan tersebut dalam rangka penetapan diagnosis,
yang secara turun temurun telah pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
digunakan untuk pengobatan, dan peningkatan kesehatan dan kontrasepsi,
dapat diterapkan sesuai dengan untuk manusia
norma yang berlaku di  Permenkes
masyarakat. No:1010/MENKES/PER/XI/2008
 PMK 007 tahun 2012 tentang tentang Registrasi Obat
Registrasi Obat Tradisional Obat adalah obat jadi yang merupakan
Industri Obat Tradisional yang sediaan atau paduan bahan-bahan
selanjutnya disebut IOT adalah termasuk produk biologi dan
industri yang dapat membuat kontrasepsi, yang siap digunakan
semua bentuk sediaan obat untuk mempengaruhi atau menyelidiki
tradisional. sistem fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosa,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan
dan peningkatan kesehatan
3. PERSYAR  PMK 006 tahun 2012 tentang PMK 1799 THN 2010
ATAN Industri Dan Usaha Obat Pasal 5
DAN Tradisional (1) Persyaratan untuk memperoleh izin
PROSES Pasal 17 industri farmasi sebagaimana dimaksud
PERIZINA (1) Persyaratan izin IOT dan izin dalam Pasal 4 ayat (1) terdiri atas:
N ATAU IEBA terdiri dari: a. berbadan usaha berupa perseroan
SERTIFIK a. surat permohonan; terbatas;
ASI b. persetujuan prinsip; b. memiliki rencana investasi dan
c. daftar peralatan dan mesin- kegiatan pembuatan obat;
mesin yang digunakan; c. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
d. daftar jumlah tenaga kerja d. memiliki secara tetap paling sedikit 3
beserta tempat penugasannya; (tiga) orang apoteker Warga Negara
e. diagram/alur proses produksi Indonesia masing-masing sebagai
masing-masing bentuk sediaan penanggung jawab pemastian mutu,
obat tradisional dan ekstrak yang produksi, dan pengawasan mutu; dan
akan dibuat; e. komisaris dan direksi tidak pernah
f. fotokopi sertifikat Upaya terlibat, baik langsung atau tidak
Pengelolaan Lingkungan Hidup langsung dalam pelanggaran peraturan
dan Upaya Pemantauan perundang-undangan di bidang
Lingkungan Hidup/Analisis kefarmasian.
MengenaiDampak Lingkungan (2) Dikecualikan dari persyaratan
Hidup; sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
g. rekomendasi pemenuhan huruf a dan huruf b, bagi pemohon izin
CPOTB dari Kepala Badan industri farmasi milik Tentara Nasional
dengan melampirkan Berita Acara Indonesia dan Kepolisian Negara
Pemeriksaan dari Kepala Balai Republik Indonesia.
setempat; dan
h. rekomendasi dari Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.

(2) Dalam hal terjadi perubahan


data setelah persetujuan
prinsip diterbitkan, maka
perubahan data tersebut harus
disetujui oleh Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi atau
Kepala Badan yang berkaitan
dengan Rencana Induk
Pembangunan (RIP).

Pasal 20
Permohonan izin IOT dan izin
IEBA:
a. ditolak apabila ternyata tidak
sesuai dengan persetujuan
sebagaimana tercantum dalam
persetujuan prinsip; atau
b. ditunda apabila belum
memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17.

Pasal 21
Dalam hal pemberian izin IOT dan
izin IEBA ditunda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 huruf b,
kepada pemohon diberi
kesempatan untuk melengkapi
persyaratan yang belum dipenuhi
paling lama 6 (enam) bulan sejak
diterimanya Surat Penundaan.

4. SDM 1 (satu) orang Apoteker Warga 


UU No: 36 Tahun 2009 tentang
YANG DI Negara Indonesia sebagai Kesehatan
PERLUKA Penanggung Jawab Menteri yang bertanggung jawab di
N Bidang Kesehatan
 Permenkes
No:1010/MENKES/PER/XI/2008
tentang Registrasi Obat
Kepala Badan yang bertanggung jawab
dibidang Pengawasan Obat dan Makanan.
5. SARANA/P PerKa BPOM RI NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012
RASARAN  Bangunan dan fasilitas
A YANG  Peralatan
DIPERLUK  Sanitasi dan Higine
AN  Bahan
 Wadah
 Label
 Prosedur dan instruksi
6. TAHAPAN  PMK 006 tahun 2012 tentang PMK 1799 thn 2010
KEGIATA Industri Dan Usaha Obat Pasal 15
N YANG Tradisional Industri Farmasi mempunyai fungsí:
HARUS Pasal 3 a. pembuatan obat dan/atau bahan obat;
ADA (1) IOT dapat melakukan kegiatan b. pendidikan dan pelatihan; dan
proses pembuatan obat  c. penelitian dan pengembangan
tradisional untuk:
a. semua tahapan; dan/atau
b. sebagian tahapan.
(2) IOT yang melakukan kegiatan
proses pembuatan obat
tradisional untuk sebagian
tahapan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b
harus mendapat persetujuan
dari Kepala Badan.
7. PENCATA Perka BPOM Permohonan praregistrasi dan registrasi
TAN HK.03.1.23.06.11.5629/2011 diajukan oleh Pendaftar secara tertulis
YANG  Penanganan bahan dan kepada Kepala Badan dengan
HARUS produk jadi, seperti melampirkan dokumen praregistrasi dan
ADA penerimaan dan karantina, dokumen registrasi. Permohonan
pengambilan sampel, diajukan dengan mengisi Formulir
penyimpanan, penandaan,
penimbangan, pengolahan,
pengemasan dan distribusi
hendaklah dilakukan
sesuai dengan prosedur
atau instruksi tertulis dan
bila perlu dicatat.
 Kerusakan wadah dan
masalah lain yang dapat
berdampak merugikan
terhadap mutu bahan
hendaklah diselidiki,
dicatat dan dilaporkan
kepada bagian pengawasan
mutu.
 Semua penerimaan,
pengeluaran dan jumlah
bahan tersisa hendaklah
dicatat. Catatan hendaklah
berisi keterangan
mengenai pasokan, nomor
bets/lot/QC, tanggal
penerimaan atau
penyerahan, tanggal
pelulusan dan tanggal
kadaluwarsa bila ada.
 Pada tiap penerimaan
hendaklah dilakukan
pemeriksaan visual tentang
kondisi umum, keutuhan
wadah dan segelnya,
ceceran dan kemungkinan
ada kerusakan bahan, dan
tentang kesesuaian catatan
pengiriman dengan label
dari pemasok. Sampel
diambil oleh personil dan
dengan metode yang telah
disetujui oleh kepala
bagian Pengawasan Mutu.
 Penyerahan bahan awal
untuk produksi hendaklah
dilakukan hanya oleh
personil yang berwenang
sesuai dengan prosedur
yang telah disetujui.
Catatan persediaan bahan
hendaklah disimpan
dengan baik agar
rekonsiliasi persediaan
dapat dilakukan.
 Alokasi nomor bets/lot
hendaklah segera dicatat
dalam suatu buku log.
Catatan tersebut hendaklah
mencakup tanggal
pemberian nomor, identitas
produk dan ukuran bets/lot
yang bersangkutan.
 Cara penanganan,
penimbangan,
penghitungan dan
penyerahan bahan awal,
bahan pengemas, produk
antara dan produk ruahan
hendaklah tercakup dalam
prosedur tertulis.
 Untuk tiap penimbangan
atau pengukuran
hendaklah dilakukan
pembuktian kebenaran
identitas dan jumlah bahan
yang ditimbang atau
diukur oleh dua orang
personil yang independen,
dan pembuktian tersebut
dicatat.
 Semua kegiatan
pengolahan hendaklah
dilaksanakan mengikuti
prosedur yang tertulis.
Tiap penyimpangan
hendaklah dijustifikasi dan
dilaporkan.
 Semua pengawasan
selama-proses yang
dipersyaratkan hendaklah
dicatat dengan akurat pada
saat pelaksanaannya.
 Hasil nyata tiap tahap
pengolahan bets hendaklah
dicatat dan diperiksa serta
dibandingkan dengan hasil
teoritis.
8. PELAPOR  PMK 006 tahun 2012 tentang Industri Farmasi
AN YANG Industri Dan Usaha Obat PMK 1799 THN 2010
HARUS Tradisional Pasal 23
DILAKSA Pasal 42 (1) Industri Farmasi wajib
NAKAN (1) IOT, IEBA, UKOT, dan menyampaikan laporan industri secara
UMOT wajib menyampaikan berkala mengenai kegiatan usahanya:
laporan secara berkala setiap 6 a. sekali dalam 6 (enam) bulan, meliputi
(enam) bulan meliputi jenis dan jumlah dan nilai produksi setiap obat atau
jumlah bahan baku yang bahan obat yang dihasilkan dengan
digunakan serta jenis, jumlah, dan menggunakan contoh sebagaimana
nilai hasil produksi. tercantum dalam Formulir 13 terlampir;
(2) Laporan IOT dan IEBA dan
disampaikan kepada Direktur b. sekali dalam 1 (satu) tahun dengan
Jenderal dengan tembusan kepada menggunakan contoh sebagaimana
Kepala Badan dan Kepala Dinas tercantum dalam Formulir 14 terlampir.
Kesehatan Provinsi. (2) Laporan Industri Farmasi
(3) Laporan UKOT disampaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada Kepala Dinas Kesehatan disampaikan kepada Direktur Jenderal
Provinsi dengan tembusan kepada dengan tembusan kepada Kepala Badan.
Kepala Balai setempat. (3) Laporan Industri Farmasi
(4) Laporan UMOT disampaikan Sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada Kepala Dinas Kesehatan huruf a disampaikan paling lambat
Kabupaten/kota dengan tembusan tanggal 15 Januari dan tanggal 15 Juli.
kepada Kepala Balai setempat. (4) Industri Farmasi sebagaimana
(5) Ketentuan lebih lanjut dimaksud pada ayat (1) huruf b
mengenai pelaporan ditetapkan disampaikan paling lambat tanggal 15
dengan Peraturan Direktur Januari.
Jenderal. (5) Laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilaporkan secara
elektronik.
(6) Direktur Jenderal dapat mengubah
bentuk dan isi formulir laporan sesuai

9. ASPEK DEFINISI DEFINISI


YANG Obat tradisional adalah bahan atau Obat adalah bahan atau paduan bahan,
BERBEDA ramuan bahan yang berupa bahan termasuk produk biologi yang digunakan
tumbuhan, bahan hewan, bahan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
mineral, sediaan sarian (galenik), sistem fisiologi atau keadaan patologi
atau campuran dari bahan tersebut dalam rangka penetapan diagnosis,
yang secara turun temurun telah pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
digunakan untuk pengobatan, dan peningkatan kesehatan dan kontrasepsi,
dapat diterapkan sesuai dengan untuk manusia.
norma yang berlaku di
masyarakat.
PERSYARATAN DAN PERSYARATAN DAN PROSES
PROSES PERIZINAN ATAU PERIZINAN ATAU SERTIFIKASI
SERTIFIKASI PMK 1799 THN 2010
PMK 006 tahun 2012 tentang Pasal 5
Industri Dan Usaha Obat (1) Persyaratan untuk memperoleh izin
Tradisional Pasal 17, pasal 20 dan industri farmasi sebagaimana dimaksud
pasal 21 dalam Pasal 4 ayat (1) terdiri atas:
Pasal 17 a. berbadan usaha berupa perseroan
(1) Persyaratan izin IOT dan izin terbatas;
IEBA terdiri dari: b. memiliki rencana investasi dan
a. surat permohonan; kegiatan pembuatan obat;
b. persetujuan prinsip; c. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
c. daftar peralatan dan mesin- d. memiliki secara tetap paling sedikit 3
mesin yang digunakan; (tiga) orang apoteker Warga Negara
d. daftar jumlah tenaga kerja Indonesia masing-masing sebagai
beserta tempat penugasannya; penanggung jawab pemastian mutu,
e. diagram/alur proses produksi produksi, dan pengawasan mutu; dan
masing-masing bentuk sediaan e. komisaris dan direksi tidak pernah
obat tradisional dan ekstrak yang terlibat, baik langsung atau tidak
akan dibuat; langsung dalam pelanggaran peraturan
f. fotokopi sertifikat Upaya perundang-undangan di bidang
Pengelolaan Lingkungan Hidup kefarmasian.
dan Upaya Pemantauan (2) Dikecualikan dari persyaratan
Lingkungan Hidup/Analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
MengenaiDampak Lingkungan huruf a dan huruf b, bagi pemohon izin
Hidup; industri farmasi milik Tentara Nasional
g. rekomendasi pemenuhan Indonesia dan Kepolisian Negara
CPOTB dari Kepala Badan Republik Indonesia.
dengan melampirkan Berita Acara
Pemeriksaan dari Kepala Balai
setempat; dan
h. rekomendasi dari Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.
(2) Dalam hal terjadi perubahan
data setelah persetujuan prinsip
diterbitkan, maka perubahan data
tersebut harus disetujui oleh
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
atau Kepala Badan yang berkaitan
dengan Rencana Induk
Pembangunan (RIP).
Pasal 20
Permohonan izin IOT dan izin
IEBA:
a. ditolak apabila ternyata tidak
sesuai dengan persetujuan
sebagaimana tercantum dalam
persetujuan prinsip; atau
b. ditunda apabila belum
memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17.
Pasal 21
Dalam hal pemberian izin IOT dan
izin IEBA ditunda sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 huruf b,
kepada pemohon diberi
kesempatan untuk melengkapi
persyaratan yang belum dipenuhi
paling lama 6 (enam) bulan sejak
diterimanya Surat Penundaan.
SDM YANG DI PERLUKAN SDM YANG DI PERLUKAN
1 (satu) orang Apoteker Warga 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara
Negara Indonesia sebagai Indonesia masing-masing sebagai
Penanggung Jawab penanggung jawab pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu
TAHAPAN KEGIATAN YANG TAHAPAN KEGIATAN YANG
HARUS ADA HARUS ADA

PMK 006 tahun 2012 tentang PMK 1799 thn 2010 Pasal 15
Industri Dan Usaha Obat Industri Farmasi mempunyai fungsí:
Tradisional Pasal 3 a. pembuatan obat dan/atau bahan obat;
Pasal 3 b. pendidikan dan pelatihan; dan
c. penelitian dan pengembangan
(1) IOT dapat melakukan kegiatan
proses pembuatan obat tradisional
untuk:
a. semua tahapan; dan/atau
b. sebagian tahapan.

(2) IOT yang melakukan kegiatan


proses pembuatan obat tradisional
untuk sebagian tahapan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b harus mendapat
persetujuan dari Kepala Badan.
PENCATATAN YANG HARUS PENCATATAN YANG HARUS ADA
ADA PMK No. 13 tahun 2015
Perka BPOM
HK.03.1.23.06.11.5629/2011 Industri farmasi , PBF dan Instalasi
Farmasi Pemerintah, yang
 Penanganan bahan dan melakukan produksi, Penyaluran,
produk jadi, seperti Penyerahan Narkotika,Psikotropika,dan
penerimaan dan karantina, Prekursor Farmasi wajib membuat
pengambilan sampel, pencatatan pengenai
penyimpanan, penandaan, pemasukan dan/atau pengeluaran
penimbangan, pengolahan, Narkotika, Psikotropika, dan
pengemasan dan distribusi Prekursor Farmasi.
hendaklah dilakukan
sesuai dengan prosedur
atau instruksi tertulis dan
bila perlu dicatat.
 Kerusakan wadah dan
masalah lain yang dapat
berdampak merugikan
terhadap mutu bahan
hendaklah diselidiki,
dicatat dan dilaporkan
kepada bagian pengawasan
mutu.
 Semua penerimaan,
pengeluaran dan jumlah
bahan tersisa hendaklah
dicatat. Catatan hendaklah
berisi keterangan
mengenai pasokan, nomor
bets/lot/QC, tanggal
penerimaan atau
penyerahan, tanggal
pelulusan dan tanggal
kadaluwarsa bila ada.
 Pada tiap penerimaan
hendaklah dilakukan
pemeriksaan visual tentang
kondisi umum, keutuhan
wadah dan segelnya,
ceceran dan kemungkinan
ada kerusakan bahan, dan
tentang kesesuaian catatan
pengiriman dengan label
dari pemasok. Sampel
diambil oleh personil dan
dengan metode yang telah
disetujui oleh kepala
bagian Pengawasan Mutu.
 Penyerahan bahan awal
untuk produksi hendaklah
dilakukan hanya oleh
personil yang berwenang
sesuai dengan prosedur
yang telah disetujui.
Catatan persediaan bahan
hendaklah disimpan
dengan baik agar
rekonsiliasi persediaan
dapat dilakukan.
 Alokasi nomor bets/lot
hendaklah segera dicatat
dalam suatu buku log.
Catatan tersebut hendaklah
mencakup tanggal
pemberian nomor, identitas
produk dan ukuran bets/lot
yang bersangkutan.
 Cara penanganan,
penimbangan,
penghitungan dan
penyerahan bahan awal,
bahan pengemas, produk
antara dan produk ruahan
hendaklah tercakup dalam
prosedur tertulis.
 Untuk tiap penimbangan
atau pengukuran
hendaklah dilakukan
pembuktian kebenaran
identitas dan jumlah bahan
yang ditimbang atau
diukur oleh dua orang
personil yang independen,
dan pembuktian tersebut
dicatat.
 Semua kegiatan
pengolahan hendaklah
dilaksanakan mengikuti
prosedur yang tertulis.
Tiap penyimpangan
hendaklah dijustifikasi dan
dilaporkan.
 Semua pengawasan
selama-proses yang
dipersyaratkan hendaklah
dicatat dengan akurat pada
saat pelaksanaannya.
Hasil nyata tiap tahap pengolahan
bets hendaklah dicatat dan
diperiksa serta dibandingkan
dengan hasil teoritis.
PELAPORAN YANG HARUS PELAPORAN YANG HARUS
DILAKSANAKAN DILAKSANAKAN
PMK 006 tahun 2012 tentang PMK 1799 TAHUN 2010
Industri Dan Usaha Obat Pasal 23
Tradisional Pasal 42 (1) Industri Farmasi wajib
(1) IOT, IEBA, UKOT, dan menyampaikan laporan industri
UMOT wajib menyampaikan secara berkala mengenai kegiatan
laporan secara berkala setiap 6 usahanya:
(enam) bulan meliputi jenis dan
jumlah bahan baku yang a. sekali dalam 6 (enam) bulan, meliputi
digunakan serta jenis, jumlah, dan jumlah dan nilai produksi setiap obat atau
nilai hasil produksi. bahan obat yang dihasilkan dengan
(2) Laporan IOT dan IEBA menggunakan contoh sebagaimana
disampaikan kepada Direktur tercantum dalam Formulir 13 terlampir;
Jenderal dengan tembusan kepada dan
Kepala Badan dan Kepala Dinas b. sekali dalam 1 (satu) tahun dengan
Kesehatan Provinsi. menggunakan contoh sebagaimana
(3) Laporan UKOT disampaikan tercantum dalam Formulir 14 terlampir.
kepada Kepala Dinas Kesehatan (2) Laporan Industri Farmasi
Provinsi dengan tembusan kepada sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Kepala Balai setempat. disampaikan kepada Direktur
(4) Laporan UMOT disampaikan Jenderal dengan tembusan kepada
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kepala Badan.
Kabupaten/kota dengan tembusan (3) Laporan Industri Farmasi
kepada Kepala Balai setempat. Sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(5) Ketentuan lebih lanjut huruf a disampaikan paling lambat
mengenai pelaporan ditetapkan tanggal 15 Januari dan tanggal 15
dengan Peraturan Direktur Juli.
Jenderal. (4) Industri Farmasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b
disampaikan paling lambat tanggal
15 Januari.
(5) Laporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilaporkan secara
elektronik.
(6) Direktur Jenderal dapat mengubah
bentuk dan isi formulir laporan sesuai
10. ASPEK PER-UU-AN YANG DIPAKAI
YANG  UU 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
SAMA  PerKa BPOM RI NOMOR HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012

Anda mungkin juga menyukai