Kasus Kata Kunci dan Judul dan Pasal UU/Butir Sanksi Upaya Pencegahan
Peluang Pelanggaran Pedoman Disiplin/Kode Etik
yang dilanggar +
IDENTIFIKASI
1) Industri manufaktur obat Kata kunci: UU No 36 tahun 2009 tentang Sanksi terhadap - Sertifikat CPOB
memiliki Sertifikat CPOB Sertifikat CPOB Kesehatan pelanggaran menurut UU No. 36 sesuai dengan sediaan,
untuk sediaan kapsul sediaan kapsul antibiotik Pasal 98 tahun 2009 Pasal 98: sehingga industri
antibiotik, kemudian Produksi sediaan injeksi (1) Sediaan farmasi dan alat Setiap orang yang harus memiliki
memproduksi sediaan kesehatan harus aman,
dengan sengaja memproduksi sertifikat CPOB untuk
dengan bahan aktif yang Peluang Pelanggaran: berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan
atau mengedarkan sediaan sediaan yang akan
sama dalam bentuk injeksi Industri memproduksi terjangkau. farmasi dan/atau alat kesehatan diproduksi
sediaan antibiotik steril (2) Setiap orang yang tidak memiliki
yang tidak memenuhi standar - Industri harus
Industri memproduksi keahlian dan kewenangan dilarang
dan/atau persyaratan keamanan, melakukan registrasi
sediaan non steril mengadakan, menyimpan, mengolah,
khasiat atau kemanfaatan, dan baru untuk sediaan
mempromosikan, dan mengedarkan
mutu sebagaimana dimaksud injeksi yang akan
obat dan bahan yang berkhasiat obat.
dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat diproduksi
(3) Ketentuan mengenai pengadaan,
(3) dipidana dengan pidana
penyimpanan, pengolahan, promosi,
penjara paling lama 10 (sepuluh)
pengedaran sediaan farmasi dan alat
tahun dan denda paling banyak
kesehatan harus memenuhi standar
Rp.1.000.000.000,00 (satu
mutu pelayanan farmasi yang miliar rupiah).
ditetapkan dengan Peraturan Sanksi terhadap
Pemerintah. pelanggaran menurut PP No. 72
tahun 19998 Pasal 2:
PP No 72 Tahun 1998 Barangsiapa dengan
tentang Pengamanan Sediaan sengaja memproduksi dan/atau
Farmasi Dan Alat Kesehatan mengedarkan sediaan farmasi
Pasal 2 berupa obat atau bahan obat
(1) Sediaan farmasi dan alat yang tidak memenuhi
kesehatan yang diproduksi dan/atau persyaratan sebagaimana
diedarkan harus memenuhi dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
persyaratan mutu, keamanan, dan dan ayat (2) huruf a, dipidana
kemanfaatan dengan pidana penjara paling
Pasal 3 lama 15 (lima belas) tahun dan
Sediaan farmasi dan alat kesehatan pidana denda paling banyak
hanya dapat diproduksi oleh badan Rp.300.000.000,- (tiga ratus juta
usaha yang teleh memiliki izin usaha rupiah) sesuai dengan ketentuan
industri sesuai dengan ketentuan dalam dalam Pasal 80 ayat (4)
peraturan perundang-undangan yang Undang-Undang Nomor 23
berlaku. Tahun 1992 tentang kesehatan.
Pasal 9 Sanksi terhadap
(1) Sediaan farmasi dan alat pelanggaran menurut PMK No.
kesehatan hanya dapat diedarkan 1010/MENKES/PER/XI/2008
setelah memperolah izin edar dari Dengan tidak mengurangi
Menteri. ancaman pidana sebagaimana
diatur dalam Undang-undang
PMK No Nomor 23 Tahun 1992
1010/MENKES/PER/XI/2008 tentang Kesehatan, Kepala
tentang Registrasi Obat Badan dapat memberikan sanksi
Pasal 4 administratif berupa
Obat yang memiliki izin edar harus pembatalan izin edar apabila
memenuhi kriteria berikut: terjadi salah satu dari hal-hal
Mutu yang memenuhi syarat yang berikut:
dinilai dari proses produksi sesuai a. Tidak memenuhi kriteria
Cara Pembuatan Obat Yang Baik sebagaimana dimaksud
(CPOB), spesifikasi dan metoda dalam pasal 4 berdasarkan
pengujian terhadap semua bahan data terkini.
yang digunakan serta produk jadi b. Penandaan dan promosi
dengan bukti yang sahih. menyimpang dari
persetujuan izin edar
c. Tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana
PerKaBPOM No dimaksud dalam Pasal 21.
HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011 d. Selama 12 (dua belas) bulan
tentang Kriteria dan Tata Laksana berturut-turut obat yang
Registrasi Obat bersangkutan tidak
Pasal 8 Ayat 1 diproduksi, diimpor atau
Registrasi Obat Produksi Dalam diedarkan.
Negeri dilakukan oleh Pendaftar yang e. lzin lndustri Farmasi, yang
harus memenuhi persyaratan sebagai mendaftarkan, memproduksi
berikut: atau mengedarkan dicabut.
a. Memiliki izin industri farmasi; f. Pemilik izin edar melakukan
dan pelanggaran di bidang
b. Memiliki sertifikat CPOB yang produksi dan/atau peredaran
masih berlaku sesuai dengan obat.
jenis dan bentuk sediaan yang Sanksi terhadap
diregistrasi pelanggaran menurut
PerKaBPOM RI No
HK.04.1.33.12.11.09937 Tahun
2011 Tentang Tata Cara
Sertifikasi Cara Pembuatan
Obat Yang Baik:
a. peringatan;
b. peringatan keras;
c. penghentian sementara
kegiatan;
d. pembekuan Sertifikat
CPOB/CPBBAOB;
e. Pencabutan Sertifikat
CPOB/CPBBAOB;
dan/atau
f. rekomendasi pencabutan
izin industri farmasi;
Sedangkan menurut
PerKaBPOM RI
HK.03.1.23.10.11.08481 Tahun
2011 tentang Kriteria dan Tata
Laksana Registrasi Obat:
a. Peringatan tertulis
b. Pembatalan proses
registrasi obat
c. Pembekuan izin edar
obat yang bersangkutan
d. Pembatalan izin edar
obat yang bersangkutan
Sanksi administratif lain sesuai
ketentuan peraturan perundang-
undangan
2) Apoteker Pimpinan Industri Kata Kunci: PP 51 Tahun 2009 Tentang Sanksi menurut PMK 1. Sarjana kimia dan atau
manufaktur obat Mempekerjakan sarjana Pekerjaan Kefarmasian RI No sarjana biologi di
memperkerjakan sarjana kimia dan atau sarjana Pasal 9 ayat 1 : Industri farmasi 1799/MENKES/PER/XII/2010 bagian pengawasan
kimia dan atau sarjana biologi di bagian harus memiliki 3 orang Apoteker tentang Industri Farmasi mutu tidak boleh
biologi di bagian pengawasan mutu sebagai penanggung jawab masing- a. Peringatan secara tertulis dijadikan penanggung
pengawasan mutu masing pada bidang pemastian mutu, b. Larangan mengedarkan jawab, namun dapat
produksi, dan pengawasan mutu untuk sementara waktu dipekerjakan pada
setiap produksi Sediaan Farmasi dan/atau perintah untuk posisi lain selain
penarikan kembali obat penanggung jawab.
Pelanggaran Pedoman Disiplin atau bahan obat dari 2. Apoteker Pimpinan
Butir ke-3: Mendelegasikan peredaran bagi obat atau Industri
pekerjaan kepada tenaga kesehatan bahan obat yang tidak memperkerjakan satu
tertentu dan/ atau tenaga-tenaga memenuhi standar dan orang apoteker yang
lainnya yang tidak memiliki persyaratan keamanan, ditunjuk sebagai
kompetensi untuk melaksanakan khasiat/kemanfaatan, peanggung jawab pada
pekerjaan tersebut atau mutu; bagian pengawasan
c. Perintah pemusnahan mutu
Butir ke-12: Dalam penatalaksanaan obat atau bahan obat,
praktik kefarmasian, melakukan yang jika terbukti tidak
seharusnya tidak dilakukan atau tidak memenuhi persyaratan
melakukan yang seharusnya keamanan,
dilakukan, sesuai dengan tanggung khasiat/kemanfaatan,
jawab profesionalnya, tanpa alasan atau mutu;
pembenar yang sah, sehingga dapat d. Penghentian sementara
membahayakan pasien kegiatan
e. Pembekuan izin industri
Identifikasi : Menurut PP 51/2009 farmasi;
tentang Pekerjaan Kefarmasian, f. Pencabutan izin industri
Penanggung jawab bidang farmasi.
pengawasan mutu setiap produksi
Sediaan Farmasi adalah apoteker,
sehingga jika Apoteker Pimpinan
Industri manufaktur obat
memperkerjakan sarjana kimia dan
atau sarjana biologi di bagian
pengawasan mutu untuk menjadi
Penanggung jawab adalah suatu
pelanggaran.
3) Apoteker di Industri Memiliki sertifikat CPOB UU 36 Tahun 2009 tentang Dapat dikenakan sanksi Pengurusan sertifikat dan
manufaktur obat yang telah untuk sediaan kapsul kesehatan administratif berupa: izin Cara Pembuatan
memiliki sertifikat CPOB antibiotik tetapi juga Pasal 105 ayat 1 1. Peringatan; Bahan Baku Aktif Obat
untuk sediaan kapsul membuat cangkang kapsul Sediaan farmasi yang berupa obat 2. Peringatan keras; yang baik (CPBBAOB)
antibiotik, juga membuat keras (bahan baku) dan bahan baku obat harus 3. Penghentian sesuai aturan dan
cangkang kapsul keras. memenuhi syarat sementara kegiatan; ketentuan yang berlaku.
farmakope Indonesia atau 4. Pembekuan Sertifikat Berdasarkan
buku standar lainnya. CPOB/CPBBAOB; NOMOR
5. Pencabutan Sertifikat HK.04.1.33.12.11.09937
PerKaBPOM No. CPOB/CPBBAOB; dan TAHUN 2011 tentang tata
HK.04.1.33.12.11.09937/2011 pasal 6. Rekomendasi cara sertifikasi cara
2 (2), 4 pencabutan izin industri farmasi. pembuatan obat yang baik
Selain ketentuan sebagaimana pasal 6
dimaksud pada ayat (1), Industri
Farmasi yang membuat Bahan Baku
Aktif Obat wajib memenuhi Berdasarkan kajian dan
persyaratan pada Pedoman inspeksi, Kepala Badan
CPBBAOB yang berlaku dapat menerbitkan
karena membuat cangkang Sertifikat CPBBAOB bagi
kapsul (bahan baku) tanpa memiliki industri yang membuat
sertifikat CPBBAOB bahan tidak berkhasiat
yang digunakan dalam
pengolahan obat dengan
standar mutu sesuai
dengan Farmakope
Penjelasan
Apabila pembuatan sirup kering
amoksisilin bertujuan untuk
diedarkan dan belum
mendapatkan izin edar,
kemungkinan produk belum
memenuhi mutu, khasiat,
manfaat, dan keamanan yang
sesuai dengan aturan yang
ditetapkan. Sehingga, dapat
menyalahi UU perlindungan
konsumen.
Pasal 20
SIPA, SIKA, atau SIKTTK masih
tetap berlaku sepanjang:
STRA atau STRTTK masih berlaku
;dan
Tempat praktik/bekerja masih sesuai
dengan yang tercantum dalam SIPA,
SIKA,
atau SIKTTK.
Kode Etik
Pasal 1
Sumpah/janji Apoteker, setiap
Apoteker harus menjujung tinggi,
meng-hayati dan mengamalkan
sumpah Apoteker
Pedoman Pelaksanaan:
Sumpah/janji Apoteker yang
diucapkan seorang Apoteker untuk
dapat diamalkan dalam
pengabdiannya, harus dihayati
dengan baik dan dijadikan landasan
moral dalam setiap tindakan dan
prilaku
Dalam sumpah Apoteker ada
beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Melaksanakan asuhan
kefarmasian
2. Merahasiakan kondisi pasien,
resep dan “medication record”
untuk pasien
3. Melaksanakan praktik profesi
sesuai landasan praktik profesi
yaitu ilmu, hukum dan etik
Identifikasi:
Butir 17:
Menyalahgunakan kompetensi
Apotekernya.
C. Kode Etik
Pasal 3:
Seorang apoteker harus senantiasa
menjalankan profesinya sesuai
kompetensi serta selalu
mengutamakan dan berpegang teguh
pada prinsip kemanusiaan dalam
menjalankan kewajibannya.
9) Apoteker / Kepala Instalasi Kata Kunci: PMK No.58 Tahun 2014 Standar Diberikan teguran dan surat Dilakukan pengawasan
Farmasi Rumah Sakit - Memproduksi sediaan Pelayanan Kefarmasian di Rumah peringatan. terhadap proses produksi
memproduksi sediaan farmasi farmasi Sakit. di Instalasi Farmasi
yang akan dipakai dalam - Untuk pelayanan di Rumah Sakit
pelayanan di rumah sakit dan rumah sakit. BAB 2 poin (3b) tentang produksi
untuk penelitian khasiat obat - Untuk penelitian khasiat sediaan farmasi Diberlakukan aturan
dirumah sakit obat secara ketat dan sanksi
Instalasi farmasi rumah sakit dapat yang tegas bagi yang
Peluang Terjadinya memproduksi sediaan tertentu melanggar.
apabila
Apoteker/Kepala Instalasi 1) Sediaan farmasi tidak ada di
Farmasi Rumah Sakit pasaran
memproduksi sediaan 2) Sediaan farmasi lebih murah jika
farmasi yang tidak diproduksi sendiri
digunakan untuk pelayanan 3) Sediaan farmasi dengan formula
di rumah sakit dan tidak khusus
untuk penelitian khasiat obat 4) Sediaan farmasi dengan kemasan
dirumah sakit yang lebih kecil atau re-packing
5) Sediaan farmasi untuk penelitian
dan
6) Sediaan farmasi yang tidak stabil
dalam penyimpanan/harus dibuat
baru
Sediaan yang dibuat di RS harus
memenuhi persyaratan mutu dan
terbatas hanya untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan di RS
tersebut
Identifikasi:
UKOT dapat membuat semua
bentuk sediaan obat tradisional,
kecuali bentuk sediaan tablet dan
efervesen, sedangkan IOT dapat
membuat semua bentuk sediaan obat
tradisional. Sehingga jika Apoteker
yang bekerja di UKOT
memproduksi jamu dalam bentuk
sediaan efervesen, maka hal tersebut
adalah suatu pelanggaran karena
UKOT melakukan kegiatan
sebagaimana IOT tanpa
mengajukan izin IOT. Izin IOT
yang tidak dipenuhi oleh UKOT
adalah memiliki Apoteker sebagai
penanggung jawab yang bekerja
penuh dan memenuhi persyaratan
CPOTB.
12) Apoteker penanggung Kata Kunci: - PMK RI No. Sanksi melanggar - Pengecekan kosmetika secara
1175/MENKES/PER/VIII/2010 teliti ketika sedang dilakukan
jawab industri kosmetik APA, Kosmetik, Krim, HK.03.1.23.12.11.10689 Tahun
tentang Izin Produksi Kosmetika surveillanc
golongan B membuat dan Industri golongan B, Izin produksi sebagaimana 2011 tentang jenis dan bentuk
mengedarkan krim tabir dibedakan atas 2 (dua) golongan sediaan industri golongan B pasal
surya dan pencerah kulit Pelanggaran yang sebagai berikut: 4:
mungkin terjadi : a. golongan A yaitu izin produksi Pasal 5
melanggar ketiga untuk industri kosmetika yang Dikenakan sanksi administratif
Aspek yang menjadi dapat membuat semua bentuk sebagaimana dimaksud dalam
pedoman seorang dan jenis sediaan kosmetika; Peraturan Menteri Kesehatan no.
apoteker yaitu kode b. golongan B yaitu izin produksi 1175/Menkes/Per/VIII/2010 tahun
Etik, pedoman disiplin untuk industri kosmetika yang 2010 tentang izin produksi
dan aturan hukum dapat membuat bentuk dan kosmetika
jenis sediaan kosmetika a. Peringatan secara tertulis
tertentu dengan b. Larangan mengedarkan untuk
sementara waktu dan/atau
menggunakan teknologi perintah untuk penarikan
sederhana. kembali produk dari peredaran
bagi kosmetika yang tidak
- PerKa BPOM RI No memenuhi standard an
HK.03.1.23.12.11.10689 Tahun persyaratan mutu, keamanan,
2011 dan kemanfaatan
Industri Kosmetika yang memiliki c. Perintah pemusnahan produk,
Izin Produksi Kosmetika jika terbukti tidak memenuhi
golongan B sebagaimana persyaratan mutu, keamanan,
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dan kemanfaatan
dilarang memproduksi d. Penghentian sementara kegiatan
kosmetika: e. Pembekuan izin produksi, atau
a. jenis sediaan untuk bayi; f. Pencabutan izin produksi
b. mengandung bahan
antiseptik, anti ketombe, pencerah
kulit, dan tabir surya.
- Kode etik
Di dalam menjalankan tugasnya
setiap Apoteker harus menjauhkan
diri dari usaha mencari
keuntungan diri semata yang
bertentangan denganmartabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.
- Pedoman disiplin
Dalam penatalaksanaan praktik
kefarmasian, melakukan yang
seharusnya tidak dilakukan atau
tidak melakukan yang seharusnya
dilakukan, sesuai dengan
tanggung jawab profesionalnya,
tanpa alasan pembenar yang sah,
sehingga dapat membahayakan
pasien.
Tidak Terjadi
Pelanggaran
14) Apoteker Pegawai Kata kunci : 1. Pemberian peringatan tertulis; 1. Perketat peraturan yang
1. PP 47 tahun 2005 pasal 2
Negeri Sipil di BPOM 2. Rekomendasi pembekuan
juga berperan sebagai Apoteker Pegawai Negeri Sipil
dan/atau pencabutan Surat Izin
mengatur persyaratan untuk
apoteker pengelola di PNS dilarang menduduki jabatan Praktik Apoteker, dan atau, menjadi APA
apotek swasta BPOM Rekomendasi pencabutan Surat
Apoteker Pengelola rangkap 2. IAI diharapkan melakukan
Tanda Registrasi atau Surat
Apotek Swasta 2. PP 53 tahun 2010 pasal 4 Izin Praktik yang dimaksud pemeriksaan secara berkala
(1) Tanpa izin Pemerintah dapat berupa:
terhadap anggotanya. Jika ada
Pelanggaran yang a. Rekomendasi pencabutan
menjadi pegawai atau
Surat Tanda Registrasi atau anggotanya yang memiliki
mungkin terjadi : bekerja untuk negara lain Surat Izin Praktik sementara
pekerjaan rangkap dapat
Kemungkinan pada selama-lamanya 1 (satu)
dan/atau lembaga atau
tahun, atau dilakukan
apotek swasta, organisasi internasional b. Rekomendasi pencabutan
penundaan/pencabutan
Apoteker tersebut Surat Tanda Registrasi atau
(2) Melakukan kegiatan
Surat Izin Praktik tetap atau rekomendasi untuk
jarang visite bersama dengan atasan, selamanya;
mendapatkan/memperpanjang
teman sejawat, bawahan,
SIPA
atau orang lain di dalam
3. Perketat pengawasan
maupun di luar lingkungan
terhadap kerja PNS oleh
kerjanya dengan tujuan
pihak pemerintah.
untuk keuntungan
4. Peningkatan imbal jasa
pribadi, golongan, atau
pekerjaan apoteker sehingga
pihak lain, yang secara
tidak ada apoteker yang
langsung atau tidak
memiliki kerja sampingan
langsung merugikan untuk mendapatkan
negara penghasilan tambahan
Melakukan praktek
kefarmasian tidak dengan
standar praktek profesi/ standar
kompetensi yang benar,
apoteker tidak menjalankan
tugasnya sesuai dengan
kewajibannya
15) Apoteker pegawai Kata kunci : 1. Butir Pedoman Disiplin 1. Pemberian peringatan tertulis; Pemerintah rutin
negeri sipil sebagai Apoteker Indonesia 2. Rekomendasi pembekuan
Penanggung jawab Apoteker dan/atau pencabutan Surat
melakukan penyidikan mendadak
terkait Kefarmasian di PNS Identifikasi:
Izin Praktik Apoteker, dan terkait kelengkapan surat izin dari
Dinas Kesehatan Dinkes atauRekomendasi pencabutan
Butir 2. apoteker ke setiap apotek, serta
Kab/Kota juga Surat Tanda Registrasi atau
berperan sebagai Apoteker Pengelola “Membiarkan Surat Izin Praktik yang memastikan tidak terjadi
berlangsungnya
Apoteker Pengelola Apotek Swasta dimaksud dapat berupa:
praktek kefarmasian yang menjadi Rekomendasi pencabutan Surat perangkapan jabatan oleh
Apotek Swasta.
Pelanggaran yang tanggung jawabnya, tanpa Tanda Registrasi atau Surat Izin apoteker.
mungkin terjadi : kehadirannya, ataupun tanpa Praktik sementara selama-lamanya
Kemungkinan pada Apoteker penggantidan/ atau 1 (satu) tahun, atau Rekomendasi
apotek swasta, Apoteker pendamping yang sah” pencabutan Surat Tanda Registrasi
Apoteker tersebut Ketika seorang apoteker telah atau Surat Izin Praktik tetap atau
jarang visite. menjadi pegawai negeri sipil maka selam
kesempatan apoteker untuk
mempunyai waktu luang dalam
mengelola apotek akan minimal. Hal
ini dapat membuat kehadirannya
pada apotek swasta tersebu akan
sangat jarang.
-
UU/36/2009/Kesehatan/Pas
al 98
(1) Sediaan farmasi dan alat
kesehatan harus aman,
berkhasiat/bermanfaat, bermutu,
dan terjangkau.
- PP/51/2009/Pekerjaan
Kefarmasian/Pasal 24 Dalam
melakukan Pekerjaan
Kefarmasian pada Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian,
Apoteker dapat: b. mengganti
obat merek dagang dengan obat
generik yang sama komponen
aktifnya atau obat merek dagang
lain atas persetujuan dokter
dan/atau pasien;
- PMK/68/2010/Kewajiban
Menggunakan Obat Generik Di
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan/Pasal 7
Apoteker dapat mengganti obat
merek dagang/obat paten dengan
obat generik yang sama
komponen aktifnya atau obat
merek dagang lain atas
persetujuan dokter dan/atau
pasien
2. Kode Etik Apoteker
Indonesia
- Kode Etik Apoteker/ Pasal 9
Seorang apoteker dalam
melakukan praktik kefarmasian
harus mengutamakan
kepentingan masyarakat,
menghormati hak asasi pasien
dan melindungi makhluk hidup
insani
Kode Etik Apoteker
/Implementasi/ Pasal 9
Dalam hal seorang apoteker akan
mengambil kebijakan yang
berbeda dengan permintaan
seorang dokter, maka apoteker
harus melakukan kounikasi
dengan dokter tersebut, kecuali
peraturan perundangan
membolehkan apoteker
mengambil keputusan demi
kepentingan pasien
Namun, berdasarkan peraturan
perundangan, disiplin, ataupun
kode etik, apoteker harus
melakukan komunikasi untuk
meminta persetujuan dokter
dan/atau pasien
17) Petugas apotek bukan Kata kunci : 1. Pelanggaran Disiplin 1.Pemberian Peringatantertulis Pencegahan yang dapat dilakukan
apoteker mengganti Poin 3. Mendelegasikan pekerjaan
Apotek oleh MEDAI pada kasus ini adalah
allopurinol 100 mg
yang tertulis dalam Dosis kepada tenaga kesehatan tertentu
- Apoteker harus selalu ada
resep dokter dengan Allopurinol dan/ atau tenaga-tenaga lainnya di apotek untuk dapat
Zyloric 300 mg dan mengawasi semua aktivitas
yang tidak memiliki kompetensi
menyerahkan kepada 2.UU36/14 Pasal 83 di apotek
pasien untuk melaksanakan - Dibuat SOP yang jelas dan
Pelanggaran yang Setiap orang yang bukan Tenaga
tegas mengenai jobdesk
pekerjaantersebut.
mungkin terjadi : Kesehatan melakukan dari masing-masing tenaga
kefarmasian yang ada di
- Petugas apotek praktik seolah-olah sebagai Tenaga
apotek
yang bukan 2. Pelanggaran Hukum Kesehatan yang telah
apoteker mengganti UU no. 36 tahun 2014 tentang
Obat generik Tenaga Kesehatan memiliki izin sebagaimana
diganti dengan dimaksud dalam Pasal 64
merek dagang Apabila petugas apotek yang
- Dosis obat generik dimaksud bukan merupakan tenaga
yang diganti tidak
sama dengan dosis kesehatan seperti yang tertera dalam dipidana dengan pidana penjara
obat generiknya
UU no. 36 tahun 2014 tentang paling lama 5 (lima) tahun.
Tenaga Kesehatan, maka ia
dianggap melanggar hukum.
Berdasarkan pasal 64 UU no 36
tahun 2014, “Setiap orang yang
bukan Tenaga Kesehatan dilarang
melakukan praktik seolah-olah
sebagai Tenaga Kesehatan.”
Berdasarkan pasal 10 ayat 2
UU no. 36 tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan, “Asisten Tenaga
Kesehatan hanya dapat bekerja di
bawah supervisi Tenaga
Kesehatan.” Apabila petugas apotek
yang dimaksud merupakan asisten 3. UU 8/99
apoteker, maka segala tindakan Pasal 62
yang dilakukannya harus (1) Pelaku usaha yang melanggar
sepengetahuan apoteker yang ketentuan sebagaimana dimaksud
menjadi penanggung jawab apotek. dalam Pasal 8,dipidana dengan
Apabila tindakan tersebut tidak
diketahui oleh apoteker penanggung pidana penjara paling lama 5 (lima)
jawab apotek, maka asisten tahun atau
apoteker dianggap melanggar pidana denda paling banyak Rp
hukum berdasarkan UU no. 36 2.000.000.000,00 (dua milyar
tahun 2014. rupiah).
PD poin 17 :
Menyalahgunakan kompetensi
Apotekernya untuk meraup
banyak materi dengan memiliki 1
pekerjaan tanpa izin dengan
mendayagunakan surat kompetensi,
STRA dll yang dimilikinya
20) Apoteker Penanggung Kata kunci : Permenkes 31 Tahun 2016 : Kepala Dinas Kesehatan Setiap industri farmasi
wajib mengawasi
Jawab Penilaian Apoteker (1) SIPA bagi Apoteker di fasilitas Kabupaten/ kota dapat mencabut
karyawanya terkait dengan
Keamanan Kosmetik Safety Assessor kefarmasian hanya diberikan untuk SIPA atau SIKA bila melakukan pekerjaan lain yang tidak
Kosmetik boleh dilakukan. Jika
(Safety Assessor) diam – APA 1 tempat fasilitas kefarmasian (2) pelanggaran disiplin tenaga
melanggar diberikan
diam menjadi Apoteker Dikecualikan, SIPA bagi Apoteker kefarmasian berdasarkan sanksi yang tegas hingga
pemecatan.
Pengelola Apotek di fasilitas pelayanan kefarmasian rekomendasi dari KFN (PMK no
Apotek harus memberi
Pelanggaran yang dapat diberikan untuk paling banyak 889 tahun 2011 pasal 23) persyaratan kepada calon
mungkin terjadi : 3 tempat pelayanan kefarmasian ( APA nya bahwa tidak
boleh memiliki dua
Apoteker memiliki 2 Apoteker yang bekerja di industri pekerjaan antara pelayanan
pekerjaan tanpa izin farmasi seharusnya tidak bisa dengan industri serta
dengan sanksi yang tegas
menjadi APA di Apotek swasta jika terbukti melanggar.
tersebut
PD poin 17 :
Menyalahgunakan kompetensi
Apotekernya ( untuk meraup banyak
materi dengan memiliki 1 pekerjaan
tanpa izin dengan mendayagunakan
surat kompetensi, STRA dll yang
dimilikinya
Permenkes No 31 tahun
2016
PASAL 18
(1) SIPA bagi Apoteker di
fasilitas kefarmasian
hanya diberikan untuk (
satu ) tempat fasilitas
kefarmasian
(2) Dikecualikan dari
ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat ( 1 )
SIPA bagi Apoteker di
fasilitas pelayanan
kefarmasian dapat
diberikan untuk paling
banyak 3 ( tiga ) tempat
fasilitas pelayanan
kefarmasian
(3) Dalam hal Apoteker telah
memiliki Surat Izin
Apotek , maka Apoteker
yang bersangkutan
hanya dapat memiliki 2
(dua) SIPA pada fasilitas
pelayanan kefarmasian
lain.
(4) SIPTTK dapat
diberikan untuk paling
banyak 3 ( tiga ) tempat
fasilitas kefarmasian.
Kasus Kata Kunci dan Judul dan Pasal UU/Butir Pedoman Sanksi Upaya Pencegahan
Peluang Disiplin/Kode Etik yang dilanggar +
Pelanggaran IDENTIFIKASI
31) PSA suatu Apotek Pengajuan Apoteker tidak melakukan pelanggaran Tidak dijelaskan Perlu perjanjian kontrak yang jelas dan
menulis surat penutupan apotek dalam kasus ini yang melakukan pelanggaran mengikat secara hukum antara PSA dan
kepada Dinkes oleh PSA adalah PSA karena sebetulnya PSA tidak Apoteker. Didalam kontrak harus
KabKota dengan berwenang untuk melakukan pengajuan terdapat hal-hal yang menjadi wewenang
tembusan kepada permohonan apotek. PSA dan hal-hal yang menjadi wewenang
APA, untuk Hal ini dijelaskan dalam peraturan apoteker.
menutup berikut:
Apoteknya, lalu PP 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Perlu pemahaman yang mendalam
menutup Apotek Kefarmasian Pasal 25 ayat 1 dan 2 mengenai peraturan perundang-
tersebut (1) Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan undangan.
modal sendiri dan/atau modal dari pemilik
modal baik perorangan maupun
perusahaan.
(2) Dalam hal Apoteker yang mendirikan
Apotek bekerja sama dengan pemilik modal
maka pekerjaan kefarmasian harus tetap
dilakukan sepenuhnya oleh Apoteker yang
bersangkutan
Pasal 1 ayat 3
Surat izin apotek atau SIA adalah Surat izin
yang diberikan oleh Menteri kepada
apoteker atau apoteker bekerjasama dengan
pemilik sarana untuk menyelenggarakan
apotik di suatu tempat tertentu
Pasal 25
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat
mencabut surat izin apotik
apabila:
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi
ketentuan yang dimaksud pasal 5 dan
atau;
b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban
dimaksud dalam Pasal 12 dan Pasal 15
ayat (2) dan atau;
c. Apoteker Pengelola Apotik terkena
ketentuan dimaksud dalam pasal 19 ayat
(5) dan atau;
d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan
peraturan perundang-undangan,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dan
atau;
e. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola
Apotik dicabut dan atau;
f. Pemilik sarana Apotik terbukti terlibat
dalam pelanggaran Perundangundangan
di bidang obat, dan atau;
g. Apotik tidak lagi memenuhi persyaratan
dimaksud dalam pasal 6.
Identifikasi
Dalam peraturan ini disebutkan bahwa apoteker
dapat mendirikan apotek dengan bekerja sama
dengan PSA. PSA disini hanya bertindak
sebagai investor terhadap pendirian apotek dan
yang mengelola apotek tetap adalah seorang
apoteker.
Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap
kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan hubungan profesi, saling
mempercayai, menghargai dan menghormati
sejawat petugas kesehatan lain
Identifikasi:
Sesuai pasal ini seharusnya APA menghormati
dan menghargai Apoteker lain sebagai teman
sejawat bukan diperlakukan sebagai TTK.
33) Apoteker yang Kata kunci : Berdasarkan, PMK No. 31 tahun 2016, Menurut PMK 31/16’ Pencegahan yang dapat dilakukan pada
bekerja di Rumah Apoteker yang Apoteker yang bekerja di rumah sakit dapat SIPA berlaku untuk kasus ini adalah
Sakit mengajukan diri bekerja di Rumah mengajukan diri sebagai Apoteker Pengelola paling banyak 3 (tiga) - Apoteker membuat time
management agar dapat mengatur
sebagai Apoteker Sakit ingin Apotek dengan persyaratan sebagai berikut : tempat pelayanan
waktu kapan Apoteker bekerja di
Pengelola Apotek mengajukan diri Pasal 18 kefarmasian. Tetapi RS dan kapan Apoteker bekerja di
Apotek
sebagai Apoteker a. SIPA bagi Apoteker di fasilitas sanksi ini berlaku bagi
- Jika Apoteker tidak bisa konsiste
kefarmasian hanya diberikan untuk 1
Pengelola Apotek apoteker yang melanggar makan Apoteker tersebut harus
(satu) tempat fasilitas kefarmasian
memilih salah satu tempat praktik
b. Dikecualikan dari ketentuan pedoman disiplin apabila
kefarmasiannya.
sebagaimana yang dimaksud pada ayat
Peluang melalaikan tugas dan
1 SIPA bagi Apoteker di fasilitas
terjadinya pelayanan kefarmasian dapat diberikan kewajiban di salah satu
untuk paling banyak 3 (tiga) tempat
pelanggaran tempat pelayanannya.
pelayanan kefarmasian
1. Apoteker dapat c. Dalam hal Apoteker telah memiliki
Surat Izin Apotek, maka Apoteker yang
kehilangan tanggung 1. Teguran Lisan
bersangkutan hanya dapat memiliki 2
jawab dalam (dua) SIPA pada fasilitas kefarmasian 2. Peringatan
lain
menjalankan praktek tertulis dari MEDAI
d. SIPTTK dapat diberikan untuk paling
kefarmasian dengan banyak 3 (tiga) tempat fasilitas 3. PMK 889/11
kefarmasian
sering tidak hadir di Pasal 23
apotek atau rumah Berdasarkan, PMK No. 993 tentang Tata Kepala Dinas
sakit cara pendirian Apotek, persyaratan Apoteker Kesehatan
Pengelolah Apotek, meliputi : Kabupaten/Kota dapat
2. Apoteker Pasal 5 mencabut SIPA,
memiliki niat a. Ijazahnya telah terdaftar pada karena:
Departemen Kesehatan.
mencari keuntungan c. yang
b. Telah mengucapkan
diri sendiri tanpa bersangkutan tidak
Sumpah/Janji sebagai Apoteker.
memikirkan pasien bekerja pada tempat yang
c. Memiliki Surat izin Kerja dari Menteri.
d. Memenuhi syarat-syarat tercantum dalam surat
kesehatan fisik dan mental untuk
izin;
meiaksanakan tugasnya, sebagai
e. melakukan
Apoteker.
pelanggaran disiplin
e. Tidak bekerja di suatu Perusahaan
tenaga kefarmasian
farmasi dan tidak menjadi Apoteker
Pengelola Apotik di Apotik iain. berdasarkan
rekomendasi KFN; atau
1. Pelanggaran disiplin
Poin 2 : Membiarkan berlangsungnya
praktek kefarmasian tanpa tanggung jawab,
tanpa kehadiran, ataupun tanpa apoteker
pengganti/ tanpa apoteker pendamping yang sah
Identifikasi : Apoteker tersebut dapat
kehilangan tanggung jawab dalam
melaksanakan praktek kefarmasian yang berupa
sering tidak hadirnya di apotek atau rumah sakit,
maka apoteker tersebut melanggar pedoman
disiplin apoteker
Pasal 8
Segala tindakan atau perbuatan yang
dilakukan oleh Pihak kedua tanpa
sepengetahuan dan persetujuan dari Pihak
Pertama menjadi tanggungan dan resiko Pihak
Kedua sendiri, demikian pula sebaliknya segala
tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh
Pihak Pertama tanpa sepengetahuan dan
persetujuan dari pihak Kedua menjadi
tanggungan dan resiko Pihak Pertama sendiri.
Pasal 9
a. Perjanjian ini dimulai pada saat akta ini
ditandatangani dan masing-masing pihak
berhak untuk membatalkan perjanjian kerja
sama ini secara sepihak dengan tidak
merugikan pihak lain, dengan cara salah satu
pihak memberitahukan maksudnya tersebut
secara tertulis kepada pihak lainnya 3 (tiga)
bulan sebelumnya..
38) seorang Dokter Menyerahkan obat Pelanggaran pedoman disiplin Sanksi jika apoteker Perlu adanya resep untuk dapat
tidak berada di apotek:
datang ke Apotik, Amlodipin sebanyak Dalam penatalaksanaan praktek kefarmasian, menyerahkan obat Amlodipin kepada
Peringatan secara
bermaksud membeli 10 tablet kepada melakukan yang seharusnya tidak dilakukan tertulis. dokter tersebut
Amlodipin sebanyak Dokter untuk dirinya atau tidak melakukan yang seharusnya Pembekuan izin a
potek.
10 tablet untuk dirinya sendiri dilakukan, sesuai dengan, sesuai dengan Rekomendasi Perlu pemahaman yang mendalam
sendiri. Setelah tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembekuan mengenai peraturan perundang-
dan/atau
bertanya tentang pembenar yang sah, sehingga dapat pencabutan Surat undangan.
identitas dokter membahayakan pasien Tanda Registrasi
Apoteker atau
tersebut, Apoteker Surat Izin Praktik
Kode etik apoteker Apoteker.
menyerahkan obat Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri
tersebut. dari tindakan atau perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada sejawat
petugas kesehatan lainnya.