Anda di halaman 1dari 5

UU NO 36 TAHUN 2009 YANG MENERANGKAN TENTANG

FARMASI

I.PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
di wujudkan sesuai dengan cita cita bangsa sebagaimana di maksud dalam Pancasila dan
Undang Undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945.
Bahwa undang undang no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan ,tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga
perlu dicabut dan di ganti dengan undang undang Kesehatan yang baru.
I. SI UU NO 36 TAHUN 2009

Ada 22 bab yang tercantum dalam undang undang ini ;


1. Bab I;KETENTUAN UMUM
2. Bab II;ASAS DAN TUJUAN
3. Bab III;HAK DAN KEWAJIBAN
4. Bab IV;TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
5. Bab V;SUMBER DAYA DI BIDANG KESEHATAN
6. Bab VI;UPAYA KESEHATAN
7. Bab VII;KESEHATAN IBU,BAYI,ANAK,REMAJA,LANJUT USIA,DAN PENYANDANG CACAT .
8. Bab VIII;GIZI
9. Bab IX;KESEHATAN JIWA
10. Bab X;PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR
11. Bab XI;KESEHATAN LINGKUNGAN
12. Bab XII;KESEHATAN KERJA
13. Bab XIII;PENGELOLAAN KESEHATAN
14. Bab XIV;INFORMASI KESEHATAN
15. Bab XV;PEMBIAYAAN KESEHATAN
16. Bab XVI;PERAN SERTA MASYARAKAT
17. Bab XVII;BADAN PERTIMBANGAN KESEHATAN
18. Bab XVIII;PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
19. Bab XIX; PENYIDIKAN
20. Bab XX;KETENTUAN PIDANA
21. Bab XXI;KETENTUAN PERALIHAN
22. Bab XXII;KETENTUAN PENUTUP
III.PASAL PASAL YANG MEMBAHAS TENTANG FARMASI DI UU NO 36 TAHUN 2009

Dari bab bab yang di jelaskan dalam undang undang no 36 tahun 2009 yang
membahahas tentang farmasi adalah;

[1].Dalam bab I Ketentuan umum dalam pasal 1 ayat 4 membahas tentang sediaan
farmasi,Di ayat 8 membahas tentang pengertian obat dan penggunaanya ,Di ayat 9
membahas tentang obat tradisional .

[2].Dalam bab V bagian ke 3 tentang Perbekalan Kesehatan pasal 36 ayat 1 Pemerintah


menjamin ketersediaan ,pemerataan,dan keterjangkauan perbekalan Kesehatan
terutama obat esensial .Dalam pasal 36 ayat 2 Dalam menjamin ketersediaan obat
keadaan darurat ,pemerintah dapat melakukan kebijakan khusus untuk pengadaan dan
pemanfaatan obat dan bahan yang berkhasiat obat.Pasal 38 pengembangan perbekalan
Kesehatan diarahkan terutama ntuk obat dan vaksin baru serta bahan alam yang
berkhasiat obat .Dalam pasal 40 ayat 1 pemerintah menyusun daftar dan jenis obat yang
secara esensial harus tersedia bagi kepentingan masyarakat. Dalam ayat 2 menjelaskan
tentang daftar dan jenis obat ditinjau atau di sempurnakan paling lama 2 tahun sesuai
dengan perkembangan kebutuhan dan teknologi. Dalam ayat 3 pemerintah menjamin
agar obat tersedia secara merata dan terjangkau oleh masyarakat .

[3].Dalam bab VI Bagian kelima belas tentang Kesehatan tentang pengamanan dan
penggunaan sediaan farmasi dan alat Kesehatan pasal 98 ayat 1 sediaan farmasi dan alat
Kesehatan harus aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu dan terjangkau. Dalam ayat 2
menjelaskan tentang setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan
dilarang menyimpan, mengolah, mendistribusikan obat dan bahan yang berkhasiat obat.
Dalam ayat 3 ketentuan mengenai pengadaan, penyimpanan, distribusi sediaan farmasi
dan alat Kesehatan harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan pemerintah. Dalam
pasal 99 ayat 1 mengenai sumber sediaan farmasi yang berasal dari alam dan sudah
terbukti berkhasiat dan aman digunakan, serta pemeliharaan Kesehatan tetap harus
terjaga kelestariannya. Dalam ayat 2 masyarakat diberi Kesempatan untuk
memproduksi, mendistribusikan, dan menggunakan sediaan farmasi yang dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya. Dalam ayat 3 pemerintah
menjamin pengembangan dan pemeliharaan bahan baku obat tradisional. Dalam pasal
100 ayat 1 sumber obat tradisional ysng sudah terbukti berkhasiat tetap dijaga
kelestariannya. Dalam ayat 2 pemerintah menjamin pengembangan dan pemeliharaan
bahan baku obat tradisional. Dalam pasal 101 ayat 2 mengenai ketentuan
memproduksi,mendistribusikan dan menggunakan obat tradisional di atur dengan
peraturan pemerintah. Dalam pasal 102 ayat 1penggunaan sedian farmasi yang berupa
narkotika dan psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan resep dari dokter dan
dilarang untuk disalah gunakan. Dalam ayat
2 ketentuan mengenai narkotika dan psikotropika dilaksanakan sesuai perundang
undangan . Dalam pasal 103 ayat 1 mengenai penggunaan sediaan farmasi yang berupa
narkotika dan psikotropika wajib memenuhi standar persyaratan tertentu. Dalam ayat 2
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang
undangan. Pada pasal 104 ayat 1 menjelaskan mengenai pengamanan sediaan farmasi
dan alat Kesehatan untuk melindungi masyarakat. Dalam ayat 2 menjelaskan tentang
penggunaan obat dan obat tradisional harus dilakukan secara rasional. Dalam pasal 105
ayat 1 menjelaskan tentang sediaan farmasi yang berupa obat dan bahan baku harus
memenuhi syarat farmakope Indonesia atau buku standar lainnya. Pada ayat 2 sediaan
farmasi yang berupa obat tradisional dan kosmetika harus memenuhi standar yang di
tentukan. Dalam pasal 106 ayat 1 menjelaskan tentang sediaan farmasi dapat di edarkan
setelah mendapat izin edar. Pada ayat 2 penandaan dan informasi sediaan farmasi harus
memenuhi persyaratan objektifitas dan kelengkapan serta tidak menyesatkan,. Dalam
ayat 3 pemerintah berwenang mencabut ijin edar dan memerintahkan penarikan dari
peredaran sediaan farmasi bila terbukti tidak memenuhi persyaratan atau standar mutu
dapat disita dan dimusnahkan sesuai dengan ketentuan perundang undangan.Dalam
pasal 108 ayat 1 praktik kefarmasian yng meliputi pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi ,pengamanan,penyimpanan,dan pendistribusian obat ,pelayanan
obat atas resep dokter ,dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga Kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan perundang
undangan
.Dalam ayat 2 mengenai ketentuan pelaksanaan praktek kefarmasian sebagaimana di
maksud pada ayat 1 di tetapkan dengan peraturan pemerintah.

[4]Pada bab XX dalam pasal 198 menyatakan bahwa setiap orang yang tidak memiliki
keahlian dan kewenangan untuk melakukan praktik kefarmasian sebagaimana di
maksud dalam pasal 108 di pidana dengan pidana denda paling banyak
Rp.100.000.000,00 (serratus juta rupiah).

Perbedaan UU No. 23 Tahun 1992 dan UU No.36Tahun 2009

UU No. 36 Tahun 2009

Pasal 27 ayat (2) Tenaga kesehatan


dalammelaksanakan tugasnyaberkewajiban
mengembangkandan
meningkatkanpengetahuan dan
keterampilanyang dimiliki.
UU NO 23 TAHUN 1992
Pasal 53 ayat (2)Tenaga kesehatan dalammelakukan tugasnya
berkewajiban untuk
mematuhi standardprofesi dan menghormati hakpasien

UU NO 36 TAHUN 2009
Pasal 29Dalam hal tenaga kesehatandiduga melakukan
kelalaiandalam menjalankan profesinya,kelalaian tersebut
harusdiselesaikan terlebih dahulumelalui
medias
UU NO 23 TAHUN 1992
Pasal 54 ayat (2)Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)ditentukan oleh
Majelis DisiplinTenaga Kesehatan.

UU NO 36 TAHUN 2009
Pasal 30 ayat (3)fasilitas pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan oleh pihak
Pemerintah,pemerintah daerah, dan swasta.

UU NO 23 TAHUN 1992
Pasal 56 ayat (2)sarana kesehatan sebagaimana di maksud dalam ayat
(1) dapat di selenggarakan oleh
pemerintahdan atau masyarakat.

UU NO 36 TAHUN 2009
Pasal 37 ayat (2)Pengelolaan perbekalan kesehatan yang berupa obat
esensial dan alat kesehatan dasar tertentu dilaksanakan dengan
memperhatikan kemanfaatan, harga, dan faktor yang berkaitan dengan
pemerataan
UU NO 23 TAHUN 1992
Pasal 61 ayat (2)Pengelolaan perbekalan kesehatan yang berupa sediaan farmasi
dan alat kesehatan dasar tertentu dilaksanakan dengan memperhatikan
pemenuhan kebutuhan
,kemanfaatan, harga, dan faktor yang berkaitan dengan pemerataan

UU N0 36 TAHUN 2009
Pasal 39 ketentuan mengenai perbekalan kesehatan ditetapkan dengan
Peraturan Menteri

UU NO 23 TAHUN 1992
Pasal 64 ketentuan mengenai perbekalan Kesehatan ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah

Anda mungkin juga menyukai