PENDAHULUAN
Apalagi kebutuhan akan kosmetik dan menjadi cantik merupakan dua hal yang
sulit dipisahkan bagi kaum wanita sejak dahulu kala bahkan sekarang lelaki pun
sudah mulai menggunakan produk kosmetik. Penggunaan kosmetik pada saat ini
tidak menjadi sesuatu yang mewah lagi bahkan suatu hal yang wajib bagi umat
membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak
kosmetik ini disebut dengan Konsumen. Konsumen adalah setiap orang pemakai
atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga,
orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. (Ahmadi
saat ini sudah diperjualbelikan secara online via internet. Kegiatan bisnis
1
(e-commerce) merupakan suatu kegiatan yang banyak dilakukan saat ini, karena
transaksi jual beli secara elektronik dapat dilakukan secara cepat, efektif dan
efesien serta kini menjadi alternatif dalam melaksanakan transaksi jual beli
ekonomi rendah, menengah hingga atas. Tetapi yang menjadi sasarannya adalah
masyarakat golongan menengah yang ingin terlihat cantik seperti kalangan atas
yang tidak sanggup membeli merek terkenal dengan harga yang mahal hingga
mereka seperti memasarkan produk kosmetik yang tidak memiliki nomor BPOM
membuat harga produk lebih murah bukan karena produk tersebut palsu. Tidak
memiliki register izin edar atau nomor izin edar dari Badan Pengawas Obat dan
Makan, tidak adanya label bahan baku kosmetik serta tanggal expired produk.
pemutih wajah. Hal ini dikarenakan demi keinginan mendapatkan kulit wajah
yang putih, para wanita menggunakan cara-cara instan yaitu dengan pemakaian
produk pemutih berupa cream pemutih wajah. Banyak cream pemutih wajah
yang tidak aman dikonsumsi beredar dipasaran, produk cream pemutih ini rata-
rata tidak memiliki izin dari Balai Pengawasan Obat Dan Makanan (BPOM) dan
tanpa adanya izin BPOM seperti kosmetik mengandung merkuri pada krim
pemutih (yang mungkin tercantum pada label) bisa menimbulkan keracunan dan
2
berdampak buruk bagi tubuh jika penggunaannya dalam kurun jangka waktu
lama.
Pembangunan nasional Indonesia, bahwa semua bidang kehidupan termasuk
kebijakan pada bidang kesehatan menjadi salah satu rangkaian pembangunan yang
masyarakat ataupun individu. Oleh sebab itu, kegiatan yang sengaja memproduksi
atau mengedarkan sedian farmasi dan alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar
ini adalah bentuk suatu kejahatan. Kejahatan ini adalah suatu delik dolus , artinya
menyimpang yang selalu ada dan melekat pada tiap bentuk masyarakat, salah satu
kosmetik ilegal.
Dinamika kekuasaan negara haruslah diimbangi dengan prinsip keadilan,
nomokrasi, atau the rule of law (Jimly Asshiddiqie, 2005). Salah cara
Rahdiansyah, 2018: 1)
Negara memandang semakin maraknya peredaran produk ilegal, maka
3
Pemerintah Non Departemen. Pada pasal 67 Peraturan Presiden Republik
Penindakan BPOM RI juga diperkuat dengan adanya tiga lembaga yaitu BIN,
Kejaksaan dan Polri. Dengan adanya penambahan personel dari unsur Polri
sebagai bentuk kerjasama antar instansi untuk memperkuat kinerja lembaga yang
Obat dan Makanan yang beredar memenuhi standar dan persyaratan keamanan,
Lembaga BPOM yang dibantu oleh aparat kepolisian sebagai deputi bidang
PTUN. Oleh sebab itu, peranan fungsi aparat sebagai pelengkap dari
terlaksananya proses penegakan hukum yang baik sesuai dengan tujuan hukum
4
Rumusan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, terdapat sejumlah pasal
yang secara umum mengatur peredaran kosmetik illegal secara konteks yang
spesifik diatur didalam pasal Pasal 386 ayat (1) dan (2) khusus dirumuskan untuk
Sedangkan lapangan pengaturan yang paling khusus dan luas terdapat pada
dijatuhi pidana yang memperhatikan pasal 197 jo pasal 106 ayat (1) Undang-
Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dengan pidana
5
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
dan denda paling banyak Rp. 1.500.000.000.00 (satu miliar lima
ratus juta rupiah)”.
Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
menyatakan :
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Rumusan seperti ini berlaku
untuk semua pengadilan dalam semua lingkungan peradilan. Hal ini mengadung
batal demi hukum. Artinya, eksistensi dari putusan pengadilan itu tidak diakui
ketidaksikronan antara isi Pasal 197 Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009
pidana pada putusan tersebut tidak sesuai dengan ancaman maksimal yang ada
pada pasal 197 yakni dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda
paling banyak Rp. 1.500.000.000.00 (satu miliar lima ratus juta rupiah) . Serta
bersama-sama pada ancaman pidana yang dikenakan tidak sesuai dengan kerugian
6
serta imbas yang dirasakan [ CITATION Ren13 \p 83 \l 1033 ] mereka sebagai
konsumen dari efek buruk yang terdapat pada produk kosmetik berbahaya yang
Negeri Pekanbaru).”
B. Perumusan Masalah
197 jo pasal 106 ayat (1) Undang-Undang no.36 tahun 2009 tentang
pasal 197 jo pasal 106 ayat (1) Undang-Undang no.36 tahun 2009
7
tentang kesehatan pada perkara kasus nomor 235/ Pid.Sus/ 2015/
PN.Pbr.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menambah ilmu
pembaca pada bagian kekhususan hukum pidana, serta merupakan salah satu
Riau.
D. Tinjauan Pustaka
Bentuk penulisan pada skripsi ini menggunakan Teori tentang Hukuman dan
8
permasalahan pada judul skripsi Penulis yang berjudul “Analisis Yuridis Terhadap
Negeri Pekanbaru).”
1. Teori Tentang Hukuman
Secara sepintas bahwa hukuman ditujukan terhadap pribadi orang yang
pergaulan hidup yang teratur. Yang menjadi polemik para pakar adalah dasar
9
pelaku kejahatan harus diberi hukuman sehingga masyarakat
merasa puas.
4) Stahl
Pakar ini mengajarkan bahwa hukum adalah suatu yang diciptakan
oleh Tuhan. Karena kejahatan itu merupakan pelanggaran terhadap
peri keadilan Tuhan, untuk penindakannya Negara diberi kekuasaan
sehingga dapat melenyapkan atau memberi penderitaan bagi pelaku
kejahatan.
5) Jean Jacques Rousseau
Pokok pangkal pemikiran Rousseau adalah bahwa manusia
dilahirkan dengan memiliki hak dan kemerdekaan penuh. Akan
tetapi, manusia didalam hidupnya memerlukan pergaulan. Didalam
pergaulan itu jika setiap orang ingin mempergunakan hak dan
kemerdekaannya secara penuh, akan timbul kekacauan. Untuk
menghindari kekacauan itu, setiap orang dibarasi hak dan
kemerdekaannya. Artinya, setiap orang menyerahkan sebagian dari
hak dan kemerdekaannya kepada Negara. Dengan diperolehnya
hak-hak itu, Negara harus dapat mengancam setiap orang yang
melanggar peraturan. Jadi, setiap hukuman telah disetujui setiap
orang termasuk pelaku kejahatan.
b. Teori maksud atau tujuan ( relatieve/doeltheorie)
Berdasarkan teori ini, hukuman dijatuhkan untuk melaksanakan maksud
sebagai akibat kejahatan itu. Tujuan hukuman harus dipandang secara ideal.
10
Selain itu, timbul perbedaan pendapat mengenai cara mencegah
Muncullah teori lain yakni teori relatif modern yang antara lain
diutarakan oleh beberapa tokoh yakni Frans Von Liszt, Van Hamel dan D.
mereka dapat hidup aman dan tenteram. Untuk itu, negara menjamin agar
11
para pakar. Sebagian negara memang telah menghapuskan hukuman mati,
keinginan dalam hukum agar menjadi kewajiban dan ditaati oleh masyarakat.
hukum ini dapat berjalan secara normal, damai dan tidak dapat dipungkiri
masih ada pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar
harus ditegakkan. Oleh sebab itu, bentuk nyata yang terlihat dari terciptanya
Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang selalu harus diperhatikan
12
pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum
tersebut.
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempunyai arti yang netral, sehingga
dampak negatif atau positifnya terletak pada isi-isi faktor yang mempunyai
hal yang saling berkaitan erat serta merupakan dasar serta tolak ukur dari
1. Hukum (Undang-Undang)
Praktek menyelenggarakan penegakan hukum di lapangan seringkali
13
kebijakan yang tidak sepenuhnya berdasarkan hukum merupakan suatu
diaktulisasikan.
3. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum
Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang
14
rendah tingkat kesadaran hukum masyarakat, maka akan semakin sukar
hukum tidak hanya sebagai alat kontrol sosial atau sarana untuk menjaga
politik hukum pidana (kebijakan hukum pidana) sebagai salah satu usaha
rasional. Penegakan Hukum Pidana yang rasional tersebut terdiri dari tiga
tahap, yaitu tahap formulasi, tahap aplikasi, dan tahap eksekusi yaitu :
15
keadaan dan situasi masa kini dan yang akan datang, kemudian
keadilan dan daya guna. Tahap ini disebut Tahap Kebijakan Legislatif.
2. Tahap Aplikasi, yaitu tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan
keadilan dan daya guna tahap ini dapat disebut sebagai tahap yudikatif.
3. Tahap Eksekusi, yaitu tahap penegakan (pelaksanaan) hukum secara
perbuatan apa yang dapat dipidana dan sanksi apa yang dapat apa yang dapat
16
pada hakekatnya merupakan sistem kewenangan atau kekuasaan menjatuhkan
pidana. Yang kedua adalah kekuasaan yudikatif pada tahap aplikasi dalam
dalam hal melaksanakan hukum pidana. (Barda Nawawi Arif, 2005: 30)
Kesimpulan penegakan hukum pidana ini merupakan suatu upaya yang
diterapkan guna mencapai tujuan dari hukum itu sendiri. Tujuan pembentukan
hukum tidak terlepas dari politik hukum pidana yang terdiri dari tiga tahap,
yaitu tahap formulasi, tahap aplikasi, dan tahap eksekusi. Tahap formulasi
nilai yang sesuai dengan keadaan dan situasi masa kini dan masa yang akan
paling baik dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Setelah
dalam tahap aplikasi, yaitu tahap penegakan hukum pidana (tahap penerapan
hukum pidana) oleh aparat Kepolisian sampai Pengadilan. Dalam tahap ini
Dalam melaksanakan tugas ini aparat penegak hukum harus berpegang teguh
17
perundang-undangan pidana yang telah dibuat pembuat undang-undang
sama.
2. Nilai kebenaran, yang berarti bahwa kebenaran itu benar dengan benar.
3. Nilai kemerdekaan, yang berarti bahwa sesuatu hal itu hanya merdeka
dengan merdeka.
Penegakan Hukum dapat menjamin kepastian hukum. Sebagai proses
yang merupakan kumpulan dalam arti yang berkaitan, dengan istilah yang akan
terdapat dalam judul dan ruang lingkup penelitian. (Syafrinaldi, 2017: 12)
Kita ketahui bahwa disekitar kita banyak pelaku usaha yang mengedarkan
produk kosmetik illegal bahkan beberapa kasus yang dibawa ke Pengadilan untuk
diselesaikan secara hukum serta ada yang penyelesaiannya hanya dilakukan oleh
Badan Pengawas Obat dan Makanan melalui beberapa tahap peringatan secara
administrasi. Tetapi yang menarik perhatian penulis dari beberapa kasus peredaran
produk kosmetik illegal, penulis hanya mengangkat sebuah kasus yang ingin
18
didalami yakni perkara nomor 235/Pid.Sus/2015/PN.Pbr mengenai Penerapan
pasal 197 jo 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 tentang Kesehatan beserta
perbuatan seseorang telah memenuhi unsur dari salah satu pasal dari suatu
235/Pid.Sus/2015/PN.Pbr .
b. Pertimbangan Hakim adalah Pertimbangan hukum diartikan suatu tahapan
19
235/Pid.Sus/2015/PN.Pbr agar menjawab rumusan masalah yang pertama
barang gelap, liar ataupun tidak ada izin dari pihak yang bersangkutan.
kosmetika yang merupakan barang gelap serta liar yang tidak memiliki
konstruksi terhadap data yang telah diolah. Oleh karena itu, metode penelitian
yang diterapkan harus sesuai dengan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya.
Hal ini berarti metode penelitian yang digunakan berbagai disiplin ilmu
Metode penelitian yang digunakan pada skripsi ini adalah sebagai berikut :
pembahasan skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif yaitu mengacu kepada
20
norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan
yang berlaku, serta memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam
masyarakat yang berkenaan dengan objek penelitian. (Ali Zainudin, 2014: 139)
2. Bahan – Bahan Hukum
Penulisan skripsi ini akan menganalisis objek penelitian dengan
hukum primer. Bahan hukum sekunder berupa semua terdiri dari peraturan
hukum yang terkait dengan objek penelitian ini. Dapat berupa publikasi
21
tentang hukum yang bukan merupakan dokumen - dokumen resmi.
yang dikaji, hasil-hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, jurnal-
jurnal hukum.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun
terhadap data bahan primer dan bahan sekunder. Analisis secara kualitatif
ahli hukum. Tahapan analisis mulai dari pengumpulan data, pengelolahan data
BAB II
TINJAUAN UMUM
A. Tinjauan Umum Tentang Mengedarkan Sediaan Farmasi
1. Pengertian Kosmetik
Kita dapat memperhatikan bahwa Sediaan Farmasi yang dibahas
22
yang terjadi antara sediaan farmasi dengan produk kosmetik, dapat kita lihat
pada pengertian Sediaan farmasi terlebih dahulu. Kosmetik berawal dari bahasa
Jadi, Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.
merupakan bahan yang mengandung sesuatu zat yang memiliki banyak manfaat
bagi seluruh tubuh (rambut, kulit, kuku, dan anggota tubuh lainnya) guna untuk
merawat anggota tubuh yang mengalami masalah, misalnya pada muka yang
timbul jerawat agar meredakan nyeri serta tidak menimbulkan bekas jerawat
maupun melindungi tubuh, misalnya agar kulit tetap terjaga dari paparan sinar
matahari agar tidak mengalami kulit rusak ,oleh sebab itu ruang lingkupnya untuk
23
Produk Kosmetika ini memiliki beberapa golongan yang diatur didalam
Bersumber pada bahan dan pemakaiannya serta untuk maksud penilaian produk
dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan
baik dalam bernegara. Oleh sebab itu, pemerintah juga harus menciptakan
digital dan salah satu dampak negatifnya adalah dengan kemajuan teknologi
yang semakin canggih. Hal tersebut merupakan tantangan bagi aparat penegak
24
hukum untuk menciptakan Penaggulangannya. (Shilvirichiyanti dan Alsar Andri ,
2018:1)
dan efisien maka budaya organisasi Badan POM dikembangkan dengan nilai-nilai
yang tinggi. Badan Pengawasan Obat dan Makanan mengutamakan kerjasama tim
dalam sistem kerjanya dengan prinsip dasar sistem pengawasan obat dan makanan
bermutu dan terjangkau. Untuk itu pemerintah juga memproduksi obat generik
serta sediaan farmasi lainnya yang pada prinsipnya mempunyai khasiat dan mutu
atas hak dan pekerjaan dan pengidupan layak, kemerdekaan berserikat dan
berkumpul, dan sebagainya (UUD 1945 Pasal 27 dan 28). Akan tetapi secara tegas
25
Perdagangan bebas telah membuka jalur bagi banyak Negara untuk saling
berghubungan satu sama lainnyaa termasuk dalam hal hubungan dagang yang
Indonesia maupun sebaliknya, produk obat tradisional salah satu contoh produk
bagi konsumen indonesia, oleh karena itu berbagai Balai POM ada di Indonesia
sebagai perpanjangan tugas dari Badan Pengawas Obat dan Makan berusaha
(1) Penapisan produk dalam rangka pengawasan obat dan Makanan Sebelum
beredar (pre-market) melalui:
26
b) Peningkatan cakupan pengawasa sarana produksi dan distribusi Obat dan
Makanan diseluruh Indonesia oleh 33 Balai Besar (BB)/ Balai POM,
termasuk pasar aman dari bahan berbahaya;
a) Public warning;
Pengamatan yang dilaksanakan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan. Segala
sediaan farmasi yang ingin diedarkan kemasyarakat harus diperiksa dan diseleksi
Operasi Nasional.
Aturan yang mengatur tentang persyaratan Izin edar Kosmetika ini menurut
sebagai berikut :
27
Kosmetik yang diproduksi dan atau diedarkan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
c. terdaftar pada dan mendapat izin edar dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan.
dalam Wilayah Indonesia Pasal 1 Angka (14), izin edar adalah bentuk persetujuan
pendaftaran obat dan makanan yang diberikan oleh Kepala Badan untuk dapat
ditegakkannya aturan oleh aparatur Negara, oleh masyarakat dan oleh undang-
undang atau hukum itu sendiri, penegakan hukum berlaku tanpa terkecuali atau
data disebut dengan equality before the law , hukum berisikan tentang tata tertib
dan aturan yang memuat sanksi, tujuannya adalah untuk mentertibkan masyarakat
agar terwujud keadaan yang damai sehingga penegakan hukuman harus terlaksana
BPOM. BPOM adalah badan resmi yang dibentuk oleh pemerintah untuk
28
suatu produk berdasarkan hasil survei, penelitian dan pengujian Badan Pengawas
Obat dan Makanan terhadap suatu produk. Di Indonesia, setiap produk obat,
Pemberian Izin Edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan yang
registrasi produk harus dilalui untuk mendapatkan nomor izin edar BPOM. Proses
produk.
untuk kulit dan rambut, hanya boleh untuk sediaan pengeras kuku), asam
retinoat/tretinoin/retinoic acid, bahan pewarna merah K.3 (CI 15585), merah K.10
(Rhodamin B) dan jingga K.1 (CI 12075) dan diethylene glycol (DEG) . Untuk
hal ini, Badan POM RI dengan 31 Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia
kegiatan:
29
3. Sampling kosmetika yang beredar di masyarakat dan pengujian di
laboratorium untuk mengetahui apakah kosmetika yang beredar tersebut
aman dan bermutu.
Proses yang panjang ini juga ditambah dengan biaya administrasi yang
harus dikeluarkan pihak produsen dalam mengajukan pendaftaran nomor izin edar
Badan Pengawas Obat dan Makanan membuat beberapa produsen mencoba nakal
untuk mendapatkan nomor izin edar dari BPOM yang membuat produsen mencari
jalan lain guna memuluskan usahanya dengan mencantumkan nomor izin edar
BPOM yang palsu. Nomor izin edar BPOM yang palsu ini merupakan nomor izin
edar yang tidak dikeluarkan atau diterbitkan dari persetujuan pendaftaran oleh
Kepala BPOM .
Produsen nakal ini pada umumnya mencantumkan nomor izin edar BPOM
palsu yang memnuat nomor izin edar yang mereka buat sendiri dan dicantumkan
berwenang, yaitu BPOM. Nomor izin edar BPOM Palsu banyak dijumpai di
Pencantuman nomor izin edar BPOM palsu ini dilakukan para produsen untuk
dengan mencantumkan nomor izin edar BPOM palsu para calon konsumen akan
semakin yakin dan tertarik untuk membeli setiap produk mereka, karena
konsumen meyakini produk tersebut aman karena sudah ada nomor izin edar
30
Terhadap temuan yang ada maka dilakukan penanganan sesuai dengan
pelanggaran yaitu antara lain dengan penarikan dan pemusnahan produk serta
proses pengadilan untuk tindak pidana bagi pelanggar ketentuan pidana. Oleh
sebab itu, mengedarkan kosmetika tanpa izin edar baik dengan sengaja maupun
membahayakan orang atau warga negara pada pasal 106 ayat (1) Undang-Undang
“Sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat
izin edar.”
Mengenai sanksi pidana terhadap pelaku peredaran sediaan farmasi dan alat
Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan yang
secara spesifik dapat dilihat pada pasal 197 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009
keahlian dan kewenangan adalah tindakan atau perbuatan yang melanggar hukum
yang telah dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang karena
melakukan distribusi obat tanpa keahlian dan kewenangan dimana tindakan itu
31
dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya karena telah ditentukan oleh
a. Pengertian BPOM
pengetahuan yang minim untuk dapat memilih dan memilah produk secara
32
badan ini menyerupai fungsi dan tugas Food and Drugs Administration
Produk yang diawasi oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Pengawas_Obat_dan_Makanan ,12
Februari 2019 )
33
strategis berkaitan dengan tugas utama pemerintah dalam memberikan
(Stb No. 50) tanggal 28 Januari 1923 dan No. 45 (Stb. No. 392) tanggal
dalam Surat Keputusan Kepala DVG No. 8512/ F tanggal 16 Maret 1933
34
September 1936 dan No. 11161/ F tanggal 6 April 1939. Dalam peraturan
nama Yakugaku sebagai bagian dari Jakarta Ika Daigaku. Pada tahun
apoteker mulai bertambah dalam jumlah yang relatif besar. Namun pada
apotek boleh dilakukan dimana saja dan tidak memerlukan izin dari
pemerintah.
35
daerahdaerah yang belum ada atau belum memadai jumlah apoteknya.
hambatan dan kesulitan yang cukup berat, antara lain kekurangan devisa
dan terjadinya sistem penjatahan bahan baku obat sehingga industri yang
dapat bertahan hanyalah industri yang mendapat jatah atau mereka yang
mempunyai relasi dengan luar negeri. Oleh karena itu, penyediaan obat
banyak terjadi kasus bahan baku maupun obat jadi yang tidak memenuhi
standar.
36
Hal penting yang patut dicatat dalam sejarah kefarmasian Indonesia,
Keputusan Menteri Kesehatan No. 33148/ Kab/ 176 tanggal 8 Juni 1962,
antara lain:
Menteri Kesehatan No. 770/ Ph/ 63/ b tanggal 29 Oktober 1963 yang
37
Pada masa orde baru stabilitas politik, ekonomi dan keamanan telah
mutu pelayanan yang semakin baik serta jangkauan yang semakin luas.
38
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, yang mana dahulu
Keputusan Presiden No. 103 tahun 2000 dan telah mengalami perubahan
https://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Pengawas_Obat_dan_Makanan, 12
Februari 2019)
https://www.pom.go.id/new/ , 2017)
pemangku kepentingan.
39
d. Tugas Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan serta Balai
Tugas utama BPOM dapat kita lihat pada pasal 2 Peraturan Presiden
2) Obat dan Makanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas
obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat adiktif, obat
tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan.
40
1) penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan
Makanan.
41
standar dan persyaratan keamanan, khasiat/manfaat, dan mutu produk yang
ditetapkan.
42
9) Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama di bidang pengawasan Obat
dan Makanan.
1) menerbitkan izin edar produk dan sertifikat sesuai dengan standar dan
persyaratan keamanan, khasiat/manfaat dan mutu, serta pengujian obat
dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
berkarsa dan berkarya. Berikut ini budaya organisasi BPOM yaitu : (BPOM,
https://www.pom.go.id/new/view/direct/culture , 2017)
43
1) Profesional
2) Integritas
3) Kredibilitas
4) Kerjasama Tim
5) Inovatif
Umum
44
(1) Barang siapa menjual, menawarkan atau menyerahkan
barang makanan, minuman atau obat-obatan yang
diketahui bahwa itu dipalsu, dan menyembunyikan hal itu,
diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
manfaatnya, atau bahkan nilai atau manfaat barang tersebut menjadi lenyap.
Oleh sebab itu, tidak menjadi kasus pidana apabila setelah dicampur tidak
berkurang atau lenyap nilai dan manfaatnya, maka tidak melanggar pasal
ini.
b) Unsur-unsur subjektif:
45
Produsen yang meracik tersebut mengetahui bahwa benda-benda
itu adalah palsu. Dalam hal ini produsen tidak dijerat hukuman apabila
Kesehatan
menyatakan :
1) Unsur-unsur objektif :
kewajiban hukum ini dijadikan tindak pidana oleh Pasal 106 ayat (1)
46
diancam pidana. Oleh karena diancam pidana maka pelanggaran
tersebut. Ada tiga macam kesengajaan dalam teori hukum pidana, yaitu
Indonesia, 1999:8 )
47
pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4) Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) tidak menghapus kemungkinan adanya tuntutan pidana
berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur
kesalahan.
5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
berlaku apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan
tersebut merupakan kesalahan konsumen.
1. Identitas Terdakwa
48
2. Posisi Kasus
Februari 2015 sekira pukul 14.00 WIB, atau setidak-tidaknya pada suatu waktu
setidak-tidaknya pada suatu tempat yang masih termasuk dalam daera hukum
mengedarkan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak memiliki izin edar,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1), perbuatan tersebut dilakukan
oleh terdakwa GIMAN HASLIM BIN KARDI, dengan cara sebagai berikut :
Pada hari Selasa tanggal 03 Februari 2015 sekira pukul 14.00 WIB, saksi
Herry Yusman, bersama team Dit Reskrimsus Polda Riau dengan berdasarkan
Surat Perintah Tugas yang ditandatangani oleh DIR RESKRIMSUS POLDA
RIAU Nomor : Sprin.Gas/31/II/2015 tanggal 03 Februari 2015, telah
melakukan pemeriksaan dan penggeledahan didalam Ruko Jl. Pemuda I No. 21
B RT 001 RW 002 Kelurahan Tampan Kecamatan Payung Sekaki Kota
Pekanbaru, milik terdakwa yang menjual / mengedarkan berupa produk
kosmetika untuk salon rambut berbagai jenis dan merk tidak memiliki izin
edar, yang diperolah terdakwa dari penjualnya Daniel (belum tertangkap) di
Komplek Penguin Top 100 Batam Center-Batam , lalu terdakwa jual/ edarkan
kepada konsumen keberbagai daerah dengan menggunakan internet melalui
website “Bukalapak.com”, pada saat dilakuka pemeriksaan dan penggeledahan
oleh saksi Herry Yusman bersama team, tepatnya didalam Ruko, ditemukan
barang bukti sebanyak 11 (sebelas) item/ macam produk kosmetika untuk
salom rambut berbagai jenis dan merk yang terdakwa jual/ edarkan kepada
masyarakat umum , tanpa memiliki izin edar dari Badan POM RI di Jakarta,
49
lalu saksi Herry Yusman bersama dengan team yang disaksikan oleh saksi Asep
Sudrajat (Ketua RT 001 tempat tinggal terdakwa) mengumpulkan dan mendata
produk kosmetika untuk salon rambut berbagai jenis dan merk, yang tidak
memiliki izin edar , berdasarkan nama produk, jumlah serta harganya,
sebagaimana tertera dalam tabel sebagai berikut :
50
menjual/mengedarkan produk Kosmetika untuk salon rambut berbagai jenis
dan merk, yang tidak memiliki izin edar pada usaha didalam ruko nya itu,
selanjutnya saksi Herry Yusman bersama team membawa terdakwa beserta
barang bukti untuk diserahkan ke Kantor Dit Reskrimsus Polda Riau guna
pengusutan lebih lanjut.
dan diancam Pidana melanggar pasal 197 Jo Pasal 106 ayat (1) Undang-
Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dakwaan pada kasus ini
bersifat dakwaan tunggal, pada dakwaan yang dilanggar oleh terdakwa yaitu
pasal 197 Jo Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009
1) Barang Siapa;
3) Yang tidak memiliki Izin edar sebagaimana dimaksud dalam pasal 106
ayat (1)
saksi dan terdakwa serta memperhatikan barang bukti yang diajukan selama
51
Hakim Pengadilan Negeri Pekanbaru yang memeriksa dan mengadili perkara
ini memutuskan :
1) H2O Kotak besar sebanyak ± 127 (seratus dua puluh tujuh) pcs.
3) H2O kotak kecil sebanyak ± 2041 (dua ribu empat puluh satu) pcs.
4) Entir botol besar sebanyak ± 320 (tiga ratus dua puluh) pcs.
5) Entir botol kecil sebanyak ± 2304 (dua ribu tiga ratus empat) pcs.
52
8) Cuenic sebanyak ±72 (tujuh puluh dua) pcs.
5. Amar Putusan
Berikut ini yang menjadi amar putusan pada perkara putusan nomor 235/
1. Barang Siapa;
3. Yang tidak memiliki Izin edar sebagaimana dimaksud dalam pasal 106
ayat (1)
53
Memperhatikan, bahwa seorang terdakwa baru dapat dinyatakan bersalah
melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan kepadanya apabila
seluruh unsur-unsur dari pasal yang didakwakan dapat dibuktikan dalam
perbuatan terdakwa. Lalu mempertimbangkan Pasal 197 Jo 106 ayat (1)
Undang-Undang RI No. 31 tahun 2009 tentang kesehatan, Undang-Undang No.
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-
undangan lain yang bersangkutan .
Mengadili
1) H2O Kotak besar sebanyak ± 127 (seratus dua puluh tujuh) pcs.
3) H2O kotak kecil sebanyak ± 2041 (dua ribu empat puluh satu) pcs.
4) Entir botol besar sebanyak ± 320 (tiga ratus dua puluh) pcs.
5) Entir botol kecil sebanyak ± 2304 (dua ribu tiga ratus empat) pcs.
54
9) Paket siap kirim sebanyak 11 (sebelas) kardus.
55
BAB III
235/Pid.sus/2015/Pn.Pbr.
Kebebasan hakim dalam memeriksa dan mengadili suatu kasus merupakan
Kekuasaan bahi hakim yang harus tetap diawasi dan dihormati oleh semua pihak
tanpa pengecualian guna tidak satupun pihak yang dapat ikut campur tangan
banyak hal dalam menjatuhkan putusan yang berkaitan dengan kasus yang sedang
56
menentukan secara awal suatu perbuatan seseorang telah memenuhi unsur dari
salah satu pasal dari suatu tindak pidana terutama tindak pidana mengedarkan
sediaan farmasi illegal sehingga dapat dinyatakan bahwa sosok hakim sangat
dengan “surat dakwaan”, dan surat dakwaan sebagaimana yang diatur dalam
persidangan dan memiliki pendirian serta menjadi salah satu dasar pertimbangan
dalam hal penjatuhan pidana oleh hakim atas tindak pidana mengedarkan sediaan
“batal demi hukum”. Berarti disamping dakwaan menyebutkan tempat dan waktu
tindak pidana dilakukan, surat dakwaan harus menguraikan secara jelas dan
perkara di sidang pengadilan, mesti didasari dari isi surat dakwaan. Atas landasan
57
surat dakwaan inilah ketua sidang memimpin mengarahkan jalannya seluruh
berkenan dengan barang bukti. Jika penuntut umum, terdakwa, atau penasihat
berwenang untuk meluruskan kembali kearah yang sesuai dengan surat dakwaan.
Akan tetapi, supaya ketua sendiri dapat menguasai jalan pemeriksaan yang
sesuai dengan surat dakwaan, harus lebih dahulu memahami secara tepat segala
sesuatu unsur-unsur konstitutif yang terkandung dalam pasal tindak pidana yang
yang bersangkutan.
Dalam praktik hukum, untuk dapatnya dinyatakan sebagai telah
terwujudnya suatu tindak pidana tertentu yang didakwakan dan dalam rangka
hakim menjatuhkan pidana, setiap unsur yang dicantumkan dalam rumusan tindak
pidana haruslah dimuat dalam surat dakwaan dan harus pula dapat dibuktikan
dalam persidangan termasuk unsur melawan hukum yang dicantumkan. Jika unsur
melawan hukum ini tidak disebutkan dalam rumusan delik pidana, maka tidak
pasal 182 ayat (1), tahap proses persidangan selanjutnya adalah penuntutan,
pembelaan dan jawaban. Dan apabila pada tahap proses penuntutan, pembelaan
dijatuhkan pengadilan.
58
Mempertegas tentang wewenang dari pengadilan begitu juga dengan Hakim
yang dapat kita lihat pada Pasal 193 ayat (1) KUHAP menyatakan bahwa:
terbukti melakukan kesalahan yang ada padanya maka dia harus menerima
yang terjadi dalam persidangan, serta berpegang teguh pada apa yang gambaran
rumusan surat dakwaan oleh penuntut umum. Oleh sebab itu Lilik Mulyadi
pemidanaan, maka hakim telah yakin berdasarkan alat-alat bukti yang sah serta
Alat-alat bukti yang diatur dalam KUHAP berada dalam ketentuan Pasal
1. Keterangan Saksi
2. Keterangan Ahli
3. Alat Bukti Tertulis
4. Pengakuan
5. Keterangan Terdakwa.
Ketentuan mengenai alat-alat bukti diatas menunjukan bahwa sesuai dengan
adanya ketentuan Pasal 183 KUHAP yang menyatakan bahwa sebagai berikut:
59
“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan
melakukannya”.
Kita perhatikan menurut posisi kasus yang telah dipaparkan diatas, bila
memberi kesimpulan yang harus sesuai dengan ketentuan hukum pidan formil
maupun materil serta melihat syarat dapat dipidananya seseorang. Hal ini
dikarenakan landasan pada fakta saat pemeriksaan di persidangan saat alat bukti
diajukan oleh Jaksa Penuntut umum serta keterangan ahli yang diungkapkan,
hakim harus memperhatikan hal-hal yang harus dimuat dalam putusan disetiap
tingkat peradilan tersebut. Ketentuan ini dapat dilihat didalam Pasal 197 ayat (1)
60
6. Pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau
tindakan dan pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar
hukum dari putusan, disertai keadaan yang memberatkan dan yang
meringankan terdakwa
7. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara
diperiksa oleh hakim tunggal; Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan
telah terpenuhi semua unsur dalam rumusan tindak pidana disertai dengan
kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan
8. Ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan
jumlahnya yang pasti dan ketentuan mengenai barang bukti
9. Keterangan bahwa seluruh, surat pernyataan palsu atau keterangan dimana
letaknya kepalsuan itu, jika terdapat surat otentik dianggap palsu
10. Perintah supaya terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau
dibebaskan
11. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang
memutus dan nama panitera.
Surat Terdakwa yakni GIMAN HASLIM Bin KARDI dikenakan pasal 197
jo. 106 ayat (1) Undang-Undang no.36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Oleh
perbuatan terdakwa telah bersesuaian dengan rumusan delik yang terdapat dalam
dakwaan tunggal yaitu Pasal 197 jo 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36
tunggal dikarenakan adanya asas Lex Specialis derogat Lex Generalis. Karena
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan lebih dianjurkan dengan alasan pengkajian
atas unsur-unsur dalam sebuah tindak kejahatan lebih spesifik daripada Undang-
Undang umum seperti KUHP yang umum serta pengkajian penafsiran pasalnya
61
Adapun unsur - unsur tindak pidana mengedarkan sediaan farmasi illegal
yang diatur dalam Pasal 197 Jo Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Republik
berikut :
dalam hal ini adalah orang sebagai subjek hukum selaku pendukung hak dan
perkara ini orang sebagai subyek yang didakwa telah melakukan suatu perbuatan
pidana adalah GIMAN HASLIM Bin KARDI sesuai dengan identitas yang telah
depan persidangan;
maka penulis berkesimpulan bahwa unsur pertama barang siapa telah dapat
62
2. Unsur Yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan
63
No Nama Produk Jumlah Harga
1 H2O Kotak besar 127 pcs Rp. 89.000,-/pcs
2 H2O kotak sedang 88 pcs Rp. 60.000,-/pcs
2
3 H O kotak kecil 2041 pcs Rp. 18.000,-/pcs
4 Entir botol besar 320 pcs Rp. 65.000,-/pcs
5 Entir botol kecil 2304 pcs Rp. 20.000,-/pcs
6 W Pro Rebounding 480 pcs Rp.68.000,-/pcs
7 Rebounding W 186 pcs Rp. 65.000,-/pcs
8 Hair Spa W Propesional 78 pcs Rp. 60.000,-/pcs
9 Cuenic 72 pcs Rp. 98.000,-/pcs
Dan paket siap kirim sebanyak 11 (sebelas) kardus, 39 (tiga puluh
Sembilan) lembar surat jalan pengirim barang, 1 (satu) buku data orderan barang
serta 2 (dua) lembar Nomor BPOM NA untuk tempelan.
diatas, Majelis Hakim dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa unsur Yang
64
merk tidak memiliki izin edar, yang diperolah terdakwa dari penjualnya Daniel
(belum tertangkap) di Komplek Penguin Top 100 Batam Center-Batam , lalu
terdakwa jual/ edarkan kepada konsumen keberbagai daerah dengan
menggunakan internet melalui website “Bukalapak com”, pada saat dilakuka
pemeriksaan dan penggeledahan oleh saksi Herry Yusman bersama team, tepatnya
didalam Ruko, ditemukan barang bukti sebanyak 11 (sebelas) item/macam produk
kosmetika untuk salom rambut berbagai jenis dan merk yang terdakwa
jual/edarkan kepada masyarakat umum , tanpa memiliki izin edar dari Badan
POM RI di Jakarta, lalu saksi Herry Yusman bersama dengan team yang
disaksikan oleh saksi Asep Sudrajat (Ketua RT 001 tempat tinggal terdakwa)
mengumpulkan dan mendata produk kosmetika untuk salon rambut berbagai jenis
dan merk, yang tidak memiliki izin edar , berdasarkan nama produk, jumlah serta
harganya, sebagaimana tertera dalam tabel sebagai berikut :
lembar surat jalan pengirim barang, 1 (satu) buku data orderan barang serta 2
diatas, Majelis Hakim mengambil suatu kesimpulan bahwa unsur Yang tidak
Memiliki Izin Edar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) telah
65
penerapan pasal dalam proses penjatuhan pidana untuk terdakwa dirasa sudah
tepat.
2019 dengan salah seorang Hakim yang memutuskan perkara ini yang kebetulan
dilakukan dengan bapak Martin Ginting, S.H., M.H. (wawancara Kamis tanggal
“Salah satu alasan menerapkan pasal 197 jo 106 ayat (1) pada putusan
nomor 235/Pid.sus/ 2015/ Pn.Pbr ini adalah karna Hakim menjadikan surat
dakwaan oleh Jaksa Penuntut Umum sebagai acuan karna hanya memberikan
dakwaan tunggal kepada si terdakwa. Oleh sebab itu, hakim tidak diperbolehkan
menggunakan pasal lain dan hal ini sudah diatur didalam ketentuan pidana pasal
182 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.”
3. Apakah dakwaan dapat diterima atau tidak, hal ini berkenaan dengan ne
bis in idem dan verjaring.
66
Setelah hak formil itu dilanjut dengan materi perkara misalnya :
3. Apakah hukuman yang patut dan adil yang dijatuhkan kepada terdakwa.
mengedarkan sediaan farmasi illegal, jadi menurut bapak Martin Ginting, S.H.,
67
235/pid.sus/2015/pn.pbr menurut bapak Martin Ginting, S.H., M.H. (wawancara
menurut bapak Martin Ginting S.H., M.H. (wawancara Kamis tanggal 14 Maret
Undang no. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan ini menurut bapak Martin Ginting
S.H., M.H. (wawancara Kamis tanggal 14 Maret 2019) yang menyatakan bahwa:
68
“ Hadirnya Undang-Undang Kesehatan ini sangat bagus dengan tujuannya
melindungi masyarakat, publik dan industri dari peredaran produk kosmetika yang
dapat merugikan masyarakat. Artinya semua ini terlebih dahulu harus dilakukan
pengujian guna disisi lain untuk kepentingan pengusaha karena pengusaha apabila
ingin berbisnis sediaan farmasi produk kosmetika terlebih dahulu harus memiliki
izin edar, biaya serta pajak sebagai sesuatu yang harus disetor kenegara. Karena
apabila pengusaha tidak memiliki izin edar maupun izin ingin mendirikan
perusahaan maka dia akan bebas dari pungutan sehingga nanti ada pihak-pihak
lain yang ikut-ikutan tidak mengurus izinnya dan hanya mengedarkan saja.
Sehingga apabila terjadi sesuatu pada penggunaan sediaan farmasi tersebut
mengalami sesuatu pada penggunanya, maka tidak diketahui pihak mana yang
akan diminta pertanggungjawabannya. Lain halnya apabila sebuah perusaha
mengurus segala perizinannya saat mengedarkan sediaan farmasi, selain Negara
mendapatkan pemasukan dan juga Negara tahu pihak-pihak yang dapat diminta
pertanggungjawabannya bila terjadi sesuatu hal yang merugikan masyarakat.”
Oleh sebab itu, proses pemidanaan ini merupakan suatu hasil dari
keputusan yang dijatuhkan oleh pihak majelis Hakim yang bertanggung jawab
bersesuaian dengan fakta yang terjadi pada saat dilakukan pemeriksaan dan
keterangan sang terdakwa. Dengan harapan agar sanksi pidana yang dijatuhkan
bagi masyarakat umum yang merasa dampak atau efek buruk dan dirugikan serta
dapat menyelesaikan konflik atau pertentangan yang timbul dari sebuah perkara.
69
pemeriksaan barang bukti. Ketika proses pembuktian dinyatakan selesai oleh
hakim, tiba saatnya hakim mengambil keputusan. (Rusli Muhamad, 2018 : 34)
Rancangan Undang-Undang KUHP sudah merancang petunjuk yang wajib
tindak pidana, motif dan tujuan melakukan tindak pidana, sikap batin pembuat
tindak pidana, apakah tindak pidana dilakukan secara berencana, cara melakukan
tindak pidana, sikap dan tindakan pelaku setelah melakukan tindak pidana,
riwayat hidup dan keadaan sosial ekonomi pelaku, pengaruh pidana terhadap masa
depan pelaku, pengaruh pidana terhadap masa depan korban atau keluarga korban,
maaf dari korban atau keluarga dan pandangan masyarakat terhadap tindak pidana
yang dilakukannya.
Mengenai putusan apa yang dijatuhkan pengadilan, tergantung hasil
mufakat musyawarah hakim berdasarkan penilaian yang mereka peroleh dari surat
disidang pengadilan. Ada beberapa jenis bentuk putusan yang dapat mereka
jatuhkan sesuai dengan hasil penilaian mereka mufakati. Oleh karena itu, dalam
ketentuan yang harus dipenuhi setiap putusan. (M Yahya Harahap, 2008: 346-347)
adalah apakah unsur delik yang didakwakan kepada terdakwa terbukti atau tidak
berdasarkan alat bukti dan keyakinan hakim yang konsekuensi yuridisnya adalah
70
Proses pengambilan keputusan ini merupakan sesuatu yang terkadang sulit
berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan oleh pihak penyidik dan penyelidik guna
membantu Jaksa Penuntut Umum untuk merumuskan surat dakwaan yang sesuai
dengan penemuan barang bukti oleh pihak penyidik serta penyelidik. Segala
runtutan proses yang sudah dilakukan oleh pihak yang berwajib diatas, yang
selanjutnya akan dilakukan pelimpahan berkas kepada Majelis Hakim yang sudah
harus teliti dalam menelaah setiap barang bukti atau keterangan setiap saksi
terhadap kasus dan juga memberikan rasa keadilan yang sesuai dengan takaran
maka dari itu seorang hakim adalah seseorang yang terpilih untuk mengemban
Selain terpenuhinya unsur -unsur tindak pidana oleh terdakwa, Hakim juga
mecermati serta memandang berbagai aspek seperti sosial, yuridis dan filosifis.
perkara ini memutuskan terdakwa yang oleh Jaksa Penuntut umum dan Dakwaan
71
Jaksa Penuntut Umum yaitu melanggar Pasal 197 jo 106 ayat (1) Undang-Undang
yang bersangkutan.
penulis membagi kedua jenis dasar pertimbangan hakim didalam putusan ini,
Menurut ketentuan Penjelasan Pasal 197 ayat (1) huruf c KUHAP yang
menyatakan bahwa :
Dasar dakwaan diatas adalah penting adanya dalam sidang pengadilan, itulah
www.Mahkamah Agung.go.id)
Berdasarkan hal diatas maka melihat kepada data yang penulis peroleh
oleh Jaksa Penuntut Umum yaitu melanggar Pasal 197 jo 106 ayat (1) Undang-
tunggal ini sesuai dengan fakta hukum yang ditemukan dalam persidangan,
72
a. Unsur Barang Siapa
Maksud yang terkandung dari unsur “barang siapa” dalam hal ini adalah
orang sebagai subjek hukum selaku pendukung hak dan kewajiban yang dapat
subyek yang didakwa telah melakukan suatu perbuatan pidana adalah GIMAN
HASLIM Bin KARDI sesuai dengan identitas yang telah dibacakan didepan
dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum dan tidak ada orang lain yang mirip
dengan Terdakwa sehingga tidak ada alasan error in persona dan menurut
Majelis Hakim sudah jelas bahwa yang dimaksud dengan barang siapa dalam
73
perbuatan tersebut disadari oleh pelaku begitu juga dengan perbuatannya
dikehendaki untuk dilakukan oleh si Pelaku. Unsur pasal ini dapat dilihat dari
fakta-fakta persidangan, baik dari keterangan saksi-saksi, barang bukti dan juga
keterangan terdakwa sebagai berikut dan pada tahun 2014 terdakwa melakukan
Pengedaran dan Penjualan Sediaan Farmasi berupa Kosmetik untuk Salon Rambut
tersebut di Jl. Pemuda I No. 21 B Kel. Tampan Kec. Payung Sekaki – kota
Pekanbaru tepatnya di Ruko lantai (tiga) yang terdakwa sewa dari Sdr. UCOK
dan penjualan Sediaan Farmasi berupa Kosmetika untuk Salon rambut tersebut
tidak memiliki Izin dari pihak yang berwenang karena sedang melakukan
tempat usaha dan penjualannya sebagian besar diluar kota Pekanbaru ini. Hal ini
tersebut tidak ada izin edar dan juga tidak memiliki nomor BPOM RI. Beberapa
jenis maupun merk Sedian farmasi berupa Kosmetika untuk Salon Rambut yang
74
6) Entir Rebounding Step 1,2, 3 berguna untuk pelurus rambut.
terdakwa peroleh dan beli dari Sdr. DANIEL (DPO) yang beralamat di Komplek
Penguin Top 100 Batam Center- Kota Batam. Barang-barang sediaan farmasi
berupa Kosmetika untuk Salon Rambut tersebut dikirim melalui Adminnya sdri.
SAFITRI dan dikirim melalui jalur Laut menggunakan Kapal Kayu dan kemudian
barang yang tidak memiliki izin edar dan sebagian ada juga yang dikirim melalui
jasa expedisi seperti JNE untuk barang-barang yang sudah memiliki izin edar.
untuk Salon Rambut ini dilakukan tersangka sendiri dengan cara pembelian secara
75
berupa Kosmetika untuk Salon Rambut tersebut diperoleh Sdr. DANIEL (DPO)
dan tersangka juga tidak mengetahui apakah Sdr. DANIEL (DPO) ada memiliki
Kosmetika untuk Salon Rambut tersebut, namun dari label yang ada di produk
tersebut sebagian berasal dari Luar Negeri, dan untuk kota Pekanbaru sendiri
tersebut, tersangka hanya membelinya dari Sdr. DANIEL (DPO) dibatam dan
kemudian memperdagangkannya. Oleh sebab itu, unsur ini terbukti dan terpenuhi.
salah satu keterangan saksi ahli ALEX SANDER, S.FARM, APT, saksi dan
Februari 2015 sekira pukul 14.00 Wib, saksi Herry Yusman, bersama team Dit
Tampan Kecamatan Payung Sekaki Kota Pekanbaru, milik terdakwa yang menjual
/ mengedarkan berupa produk kosmetika untuk salon rambut berbagai jenis dan
merk tidak memiliki izin edar, yang diperolah terdakwa dari penjualnya Daniel
76
terdakwa jual/ edarkan kepada konsumen keberbagai daerah dengan
pemeriksaan dan penggeledahan oleh saksi Herry Yusman bersama team, tepatnya
kosmetika untuk salom rambut berbagai jenis dan merk yang terdakwa
jual/edarkan kepada masyarakat umum , tanpa memiliki izin edar dari Badan
POM RI di Jakarta, lalu saksi Herry Yusman bersama dengan team yang
disaksikan oleh saksi Asep Sudrajat (Ketua RT 001 tempat tinggal terdakwa)
mengumpulkan dan mendata produk kosmetika untuk salon rambut berbagai jenis
dan merk, yang tidak memiliki izin edar , berdasarkan nama produk, jumlah serta
lembar surat jalan pengirim barang, 1 (satu) buku data orderan barang serta 2
(dua) lembar Nomor BPOM NA untuk tempelan dan dengan demikian unsur ini
77
Pengadilan adalah tempat yang terpenting bagi pencari keadilan termasuk
demi tegaknya sebuah hukum dan pencari kepastian hukum. Maka dalam perkara
tersebut sebelum sampai pada putusannya terlebih dahulu harus melihat alat
dan membebankan terdakwa dalam pertimbangan hukum yang adil dan sehat yang
yang diajukan ada 4 (empat) orang saksi dan 1 (satu) orang saksi ahli
penglihatan sendiri dan yang dialaminya sendiri dengan menyebutkan alasan dari
pengetahuan, perkara ini selaras dengan pasal 227 Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana. Yang mana pada pokoknya saksi-saksi tersebut diatas menerangkan
bahwa telah terjadi perbuatan pidana mengedarkan sediaan farmasi dan GIMAN
78
yang sah. Hakim dalam menilai kebenaran-kebenaran keterangan saksi harus
memperhatikan hal-hal yang terdapat didalam Pasal 185 ayat (6) KUHAP yaitu :
keterangan tertentu.
d. Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada
asing-masing. Hal ini sesuai dengan pasal 160 ayat (3) KUHP yang berbunyi
Alat bukti harus memiliki kekuatan pembuktian yang kuat dan sah
Kita dapat mellihatnya didalam pasal 160 ayat (3) KUHP, yang berbunyi
79
masing. Hal ini sesuai dengan pasal 160 ayat (3) KUHP yang berbunyi keterangan
adalah keterangan saksi yang di lihat sendiri, mendengar sendiri, dan alami sendiri
serta menyebutkan alasan dari pengetahuan itu. Karena hal ini sangat berkaitan
dengan saksi de auditu, yaitu keterangan yang diperoleh dari orang lain, bukanlah
merupakan alat bukti yang sah karena keterangan saksi yang hanya mendengar
dari orang lain tidak menjamin kebenarannya. Hal ini tercantum dalam pasal 185
ayat 5 KUHP.
Keterangan seorang saksi saja tidak cukup sebagai alat bukti karena
pengaturan ini diatur didalam pasal 185 ayat (2) KUHP yang menyatakan bahwa
bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.” Oleh sebab itu supaya
upaya pembuktian yang dilakukan JPU harus mendapatkan lebih dari satu
keterangan saksi untuk dinilai kesesuaian antara yang satu dengan yang lain. Hal
ini dikarenakan pasal 185 ayat (4) sendiri dalam persidangan, tanpa adanya
hubungan antara yang satu dengan yang lain serta dapat mewujudkan suatu
kebenaran akan adanya kejadian atau keadaan tertentu sangatlah tidak berguna.
80
3. Pertimbangan Hakim Terhadap Keterangan Terdakwa
permufakatan bulat (pasal 182 ayat (2) KUHAP). Akan tetapi, jika mufakat bulat
tidak diperoleh maka putusan diambil dengan suara terbanyak. Adakalanya para
pun tidak dapat diperoleh. Jika hal tersebut terjadi maka putusan yang dipilih
adalah pendapat Hakim yang paling menguntungkan terdakwa yang dapat kita
b. Jika ketentuan tersebut huruf a tidak juga dapat diperoleh, putusan yang
dipilih adalah pendapat hakim yang paling menguntungkan bagi terdakwa.”
Putusan yang disediakan secara khusus untuk itu yang sifatnya rahasia.
dan tanpa adanya tekanan yang memberikan keterangan sebagai berikut : “ Bahwa
Kosmetik untuk Salon Rambut tersebut di Jl. Pemuda I No. 21 B Kel. Tampan
Kec. Payung Sekaki – kota Pekanbaru tepatnya di Ruko lantai (tiga) yang
81
terdakwa sewa dari Sdr. UCOK GULTOM selaku pemilik Ruko. Pengedaran dan
Penjualan produk kosmetika ini tidak memiliki Izin dari pihak yang berwenang,
karena saat ini terdakwa sedang melakukan pengurusan izin usaha di Kantor BPT
papan reklame tempat usaha dan penjualannya sebagian besar diluar kota
terdakwa jual tersebut tidak ada izin edar dan juga tidak memiliki nomor BPOM
RI. Beberapa jenis maupun merk Sedian farmasi berupa Kosmetika untuk Salon
82
12) W Profesional Rebounding 1000 ml berguna untuk Obat Pelurus.
Sediaan farmasi berupa Kosmetika untuk Salon Rambut ini diperoleh dan
beli dari Sdr. DANIEL (DPO) yang beralamat di Komplek Penguin Top 100
untuk Salon Rambut tersebut dikirim melalui Adminnya sdri. SAFITRI dan
dikirim melalui jalur Laut menggunakan Kapal Kayu dan kemudian terdakwa
tidak memiliki izin edar dan sebagian ada juga yang dikirim melalui jasa expedisi
seperti JNE untuk barang-barang yang sudah memiliki izin edar. Oleh sebab itu
Salon Rambuttersebut diperoleh Sdr. DANIEL (DPO) dan tersangka juga tidak
mengetahui apakah Sdr. DANIEL (DPO) ada memiliki Izin untuk melakukan
Rambut tersebut, namun dari label yang ada di produk tersebut sebagian berasal
dari Luar Negeri, dan untuk kota Pekanbaru sendiri sepengetahuan terdakwa tidak
ada pabriknya. Terdakwa tidak selaku distributor maupun agen terhadap barang-
Menurut Pasal 189 ayat (1) KUHAP keterangan terdakwa adalah apa yang
ketahui sendiri atau dialaminya. Adanya keterangan terdakwa ini diberikan dalam
83
keadaan bebas dan tanpa adanya tekanan, maka hal ini telah terpenuhinya unsure
Keterangan terdakwa ini akan dijadikan pertimbangan hukum oleh majelis hakim
Pengaturan yang ada dalam pasal 1 angka (28) KUHAP yang menyatakan:
“Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membantu kejelasan suatu
perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. Hal ini dikarenakan laporan atau
surat keterangan dari keterangan ahli adalah serupa nilainya dengan sebuah
pembuktian. Hal ini sama sekaligus menyentuh sisi alat bukti yang sah neburut
surat. Karena ini tergantung pada hakim untuk menggunakan nama alat bukti apa
yang diberikannya. Hakim dapat menilai dan menyebutkan keterangan ahli atau
Selanjutnya adalah mengenai barang bukti yang diajukan oleh JPU dimuka
persidangan berupa :
84
7 Rebounding W 186 pcs Rp. 65.000,-/pcs
8 Hair Spa W Propesional 78 pcs Rp. 60.000,-/pcs
9 Cuenic 72 pcs Rp. 98.000,-/pcs
Dan paket siap kirim sebanyak 11 (sebelas) kardus, 39 (tiga puluh
Sembilan) lembar surat jalan pengirim barang, 1 (satu) buku data orderan barang
barang bukti dalam persidangan sangat penting bagi hakim untuk mencari dan
diperoleh penyidik sebagai instansi pertama dalam proses peradilan. Barang bukti
b. Penggeledahan
e. Barang temuan.
pertimbangan hakim lainnya. Dan juga barang bukti ini memiliki kekuatan hukum
yang kuat yang berkaitan dengan suatu perkara pada saat proses pemeriksaan di
85
Dasar putusan hakim pada huku materil yaitu aturan pidana yang dilanggar
terdakwa yaitu pasal 197 jo pasal 106 ayat (1) Undang-undang nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan, dimana unsure-unsur yang dikehendaki dari padal ini
telah terpenuhi serta telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak
penulis membagi kedua jenis dasar pertimbangan hakim didalam putusan ini,
a. Pertimbangan Yuridis
yang dipakai oleh hakim sebagai pertimbangan hukum yang menjadi dasar
dibuktikan, maka hakim terlebih dahulu akan menarik fakta-fakta yang terungkap
pada saat dipersidangan berdasarkan keterangan saksi beserta barang bukti yang
diatas, Majelis Hakim mencari hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan tentang
86
delik yang didakwakan oleh Penuntut Umum (dictum putusan hakim). Jadi
Semua unsur Pasal 197 jo. 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 tahun
2009 tentang Kesehatan yang didakwakan kepada terdakwa telah terpenuhi dan
kesimpulan majelis hakim yang menyatakan terdakwa telah terbukti secara sah
dalam dakwaan tunggal Jaksa Penuntut Umum menurut Penulis sudah tepat.
kepada terdakwa, tetapi penggunaan pasal tersebut sudah tepat dan tidak ada
yang harus dimuat di dalam putusan misalnya Dakwaan jaksa penuntut umum,
dilihat dari latar belakang, akibat perbuatan terdakwa, kondisi diri terdakwa , dan
agama terdakwa.”
87
Majelis hakim yang memutuskan perkara nomor 235/Pid.Sus/2015/PN.Pbr
yuridis guna terpenuhinya Hukum Beracara pada Hukum Pidana serta agar
Majelis hakim tidak salah pertimbangan dalam member putusan akhir pada
terdakwa.
waktu kejadian serta modus operandi tentang cara melakukan tindak pidana
tersebut. Selain itu bila diperhatikan akibat langsung atau tidak langsung yang
timbul dari perbuatan terdakwa, jenis-jenis barang bukti yang digunakan, serta
b. Pertimbangan Sosiologis
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 5 ayat (1)
yang menyatakan bahwa Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-
nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Ketentuan ini
88
dimaksudkan agar terciptanya putusan hakim sesuai dengan hukum dan rasa
merasakan dan mampu mendalami perasaan hukum dan rasa keadilan yang
senantiasa melihat tradisi peradilan hanya sekedar tradisi hukum belaka yang
peradilan yang sifatnya sangat ideal dan normative. Tetapi dalam kenyataannya
justru berbeda sama sekali dengan penggunaan kajian moral dan kajian ilmu
hukum (nomatif), apabila terjadi keadaan benturan bunyi hukum antara yang
oleh hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap suatu perkara yakni sebagai
berikut :
b) Memperhatikan sifat baik dan buruk dari terdakwa serta nilai-nilai yang
meringankan maupun hal-hal yang memberatkan terdakwa.
89
e) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang
didasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan hidup.
cara hakim dalam menentukan suatu hukuman kepada si terdakwa, yaitu “sebagai
masyarakat dan oleh si terdakwa sebagai suatu hukuman yang setimpal dan adil.”
a) Sifat pelanggaran pidana (apakah itu suatu pelanggaran pidana yang berat
atau ringan).
90
hukum dan kepastian terhadap perkembangan hukum sebagai alat evolusi
sosial.
1) Kesalahan terdakwa
2) Motif dan tujuan melakukan tindak pidana
91
3) Cara melakukan tindak pidana
4) Sikap batin membuat tindak pidana
5) Riwayat hidup dan keadaan sosial ekonomi pelaku
6) Sikap dan tindakan pembuat setelah melakukan tindak pidana
7) Pengaruh tindak pidana terhadap masa depan pelaku
8) Pandangan masyarakat terhadap tindak pidana, terhadap korban atau
keluarga.
Sebelum menjatuhkan hukuman kepada para terdakwa, majelis hakim
terdakwa seperti yang tertera dalam surat putusan yaitu sebagai berikut:
Tidak ada;
dijatuhkan terhadap para terdakwa sudah sesuai dengan kesalahan para terdakwa.
dengan pidana penjara selama 4 (empat) bulan, denda sebesar Rp. 800.000.000,-
92
Berkaitan dengan masalah di atas penulis melakukan wawancara untuk
berikut :
mengenai barang bukti yang berbeda, lama pelaku memasarkan produk serta
93
farmasi berupa produk kosmetika untuk rambut ini berada di Batam dan si
terdakwa hanya sekedar menjual produk. Artinya, penanggung jawab utamanya
adalah sipemilik utama yaitu Pemilik barang. Makanya hal ini bersifat kasustis
dan tidak bisa ditentukan adanya kesamaan pada setiap kasus pada penjatuhan
hukumannya serta kita tidak bisa membanding-bandingkannya karna Hakim
terlebih dahulu memperhatikan hal yang memberatkan atau meringankankannya
melalui kacamata Hakim. Dan juga alasan penjatuhan hukuman ini karena Pelaku
juga memiliki pengetahuan yang minim terhadap produk yang dipasarkannya dan
juga pendidikan terdakwa hanya kelas 4 (empat) sd. Pertimbangan hakim akan
memberatkan apabila pelau ada kaum yang berintelektual.”
tindak pidana yang sama. Jadi yang terjadi dari perbedaan penerapan putusan
pidana yang sama. Salah satu penyebab dari timbulnya disparitas pidana adalah
yang dibuat oleh pembentuk Undang-Undang yang memuat asas-asas yang perlu
diperhatikan oleh hakim dalam menjatuhkan pidana, yang ada hanya aturan
terkandung didalam penulisan skripsi semakin jelas. Majelis hakim tidak hanya
94
penggunaan sebuah pasal tetapi juga mempertimbangankan kajian sosiologis
secara luas.
pertimbangan lain berupa keterangan saksi-saksi, terdakwa dan alat bukti yang
dapat berpengaruh terhadap proses membuat putusan akhir agar terciptanya rasa
menyatakan bahwa terdakwa atas nama GIMAN HASLIN Bin KARDI telah
dinyatakan secara terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
atau kesehatan yang tidak memiliki izin edar ” dengan menjatuhkan pidana
kepada terdakwa dengan pidana penjara selama 4 (empat) bulan, denda sebesar
Rp. 800.000.000,- (delapan ratus juta rupiah), subsidair 2 (dua) bulan penjara.
perbuatan yang melawan hukum. Menurut hukum bahwa terdakwa juga adalah
produk yang dipasarkannya tersebut adalah produk illegal yang tidak memiliki
izin edar dari BPOM. Dengan demikian putusan hakim yang menjatuhkan sanksi
95
berikan untuk memberikan efek jera, agar terdakwa menyesali perbuatannya,
memberi rasa takut terhadap penjual yang memasarkan produk illegal seperti
terdakwa.
penjara 4 (empat) bulan, denda sebesar Rp. 800.000.000,- (delapan ratus juta
rupiah), subsidair 2 (dua) bulan penjara , karena dalam 197 Jo 106 ayat (1)
maksimal penjatuhan penjara 15 (lima belas) tahun dan tidak mengatur minimal
sanksi pidana penjara selama 4 (empat) bulan dari dakwaan jaksa penuntut umum
dengan sanksi pidana penjara 6 (enam) bulan beserta denda sebesar Rp.
hanya duduk dibangku kelas 4 (empat) sekolah dasar, kondisi kesehatan terdakwa
yang tidak baik karena terdakwa menderita Hernia, lalu terdakwa baru
memasarkan produknya selama ± 1 (satu) tahun serta terdakwa hanya pihak kedua
yang menjadi perantara dalam memasarkan produk, hal ini dikarenakan terdakwa
mendapatkan pasokan produk tersebut dari seseorang yang bernama sdr. DANIEL
96
mempertimbangkannya. Seorang hakim dalam memutuskan perkara tidak hanya
wewenang.
fakta-fakta yang ada didalam sebuah perkara. Terutama Hakim yang menangani
perkara pidana yang lebih aktif saat dipersidangan guna mencari sebuah
kebenaran serta Hakim tidak hanya berfokus dari surat dakwaan yang dirangkai
menyesuaikan antara keterangan dari para saksi dengan surat dakwaan tersebut.
97
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilitian “Analisis Yuridis Terhadap Tindak Pidana
Hukum telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
dari atau kesehatan yang tidak memiliki izin edar” yang diatur dalam Pasal
98
kesehatan serta terpenuhinya unsur - unsur materil dan formil. Hal ini juga
penggeledahan. Begitu juga Majelis Hakim yakin serta telah sesuai dengan
dasar yang ada pada fakta-fakta dipersidangan seperti alat bukti yang sah
ahli dan alat bukti yang didapat selama dilakukan penggeledahan dan
terus terang perbuatannya dan terdakwa dalam keadaan sakit serta status
99
jenjang pendidikan yang tinggi, maka kemungkinan pertimbangan hukum
B. SARAN
1. Bagi BPOM diharapkan agar lebih memperkuat kinerjanya dibidang
produk kosmetika yang ada disekitar masyarakat, baik itu pada pusat
korban yang sudah merasakan efek buruk dari produk yang sudah
100
dipasarkan oleh terdakwa. Majelis Hakim yang mendapatkan perkara
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Hamzah Ahmad & Ananda Santoso. Kamus Pintar Bahasa Indonesia. Fajar
Mulya, Surabaya,1996.
Muhammad Erwin. Filsafat Hukum, Refleksi Kritis Terhadap Hukum. PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2011.
Muladi & Barda Nawawi. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1999.
101
M Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan
KUHAP:Pemeriksaan sidang pengadilan, Banding, Kasasi dan
Peninjauan Kembali Edisi Kedua. Sinar Grafika, Jakarta, 2008.
Lilik Mulyadi. Kompilasi Hukum Pidana Dalam Perspektif Teoritis Dan Paktik
Peradilan. CV. Mandar Maju, Bandung, 2010.
Sri Siswanti. Etika dan Hukum Kesehatan . Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015.
B. Karya Ilmiah
102
Avis Sartika, Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Usaha Kosmetik Yang
Mengandung Bahan Berbahaya Di Provinsi Lampung , Universitas
Lampung, Bandar Lampung, 2017.
Ilyas Indra, Akibat Hukum Terhadap Produk Kosmetik Kecantikan Yang Tidak
Didaftarkan Menurut Ketentuan Badan Pengawas Obat Dan Makanan
(BPOM), http://lppm.stih-painan.ac.id (accessed Juli 21, 2018).
Nur Anisa, Tinjauan Penerapan Pasal 187 ayat ke -1 KUHP dalam perkara pidana
nomor : 46/pid.sus/2010/pn.bjb, Fakultas Hukum Universitas Islam
Riau , Pekanbaru, 2012.
Sri Arlina, Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Jual Beli Online Produk
Kosmetik (Pemutih Wajah) Yang Mengandung Zat Berbahaya
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999, UIR Law
Review, 2018.
103
Shilvirichiyanti, & Alsar Andri, PERANAN PENYIDIK DALAM
PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI WILAYAH
HUKUM POLISI RESORT KUANTAN SINGINGI, UIR Law
Review, April 2018. http://
journal.uir.ac.id/index.php/uirlawreview/article/view/970/922( accesse
d April 22, 2019 ).
Yuldianti, Analisis Yuridis Penerapan Pasal 385 Jo. Pasal 55 ayat (1) KUHP dalam
Perkara Nomor 635/Pid.B.2015/ PN.PBR, Fakultas Hukum
Universitas Islam Riau, Pekanbaru, 2018.
C. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan
Makanan .
D. Internet
Badan Pengawas Obat dan Makanan. Profil Badan Pengawasan Obat dan
Makanan. 2017. https://www.pom.go.id/new/view/direct/background
(accessed April 5, 2019).
104
________________________________. Fungsi Utama BPOM. 2017. https:
//www .pom .go.id/new/view/direct/function (accessed April 8, 2019).
https://contohpunyaku.wordpress.com/2011/01/13/penerapan-pasal-pidana dalam
-penyidikan/.(accessed Mey 13, 2019).
105
106