1
Bunga Rampai Advokasi
Cetakan Pertama
November 2019
Penerbit
Biro Advokasi
Sekretariat jenderal
Kementerian Keuangan RI
Bunga Rampai
Advokasi
BUKU 3
Penanganan Perkara Perdata
Pada Tingkat Pertama
3
Bunga Rampai Advokasi
Sambutan
Kepala
Biro Advokasi
4
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
5
Bunga Rampai Advokasi
advokasi hukum, termasuk menangani berbagai 1. Seri Pertama: Strategi Pelaksanaan Lelang
jenis perkara yaitu perkara perdata, pidana, Tata Barang Milik Negara (“BMN”) Berupa Inventaris
Usaha Negara, Uji Materiil di Mahkamah Konstitusi Kantor, membahas langkah yang dapat
dan Mahkamah Agung serta pendampingan dijadikan acuan bagi para pejabat lelang BMN
terhadap saksi atau ahli. Mengingat beragamnya berupa inventaris kantor;
penanganan litigasi dan advokasi yang dilakukan
2. Seri Kedua, Buku Pintar Pendampingan, akan
oleh Biro Advokasi, maka perlu menyusun strategi
mengupas tuntas hal yang diperlukan terkait
dan pedoman yang kami tuangkan dalam Bunga
pemeriksaan dugaan tindak pidana mulai dari
Rampai Advokasi, sehingga pelaksanaan advokasi
pemanggilan oleh Penyelidik/Penyidik sampai
hukum dapat berjalan dengan lebih baik lagi.
kepada hak dan kewajiban saksi/ahli yang
Adapun penyusunan Bunga Rampai Advokasi ini dipanggil;
adalah salah satu perwujudan komitmen Biro
3. Seri Ketiga, Penanganan Perkara Perdata
Advokasi terhadap Program Perlindungan Hukum
Pada Tingkat Pertama, mengulas proses
Terhadap Aparatur Sipil Negara. Selain itu, Undang-
penyelesaian perkara perdata di pengadilan
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
mulai dari penyusunan gugatan sampai
Negara semakin menegaskan adanya kewajiban
dengan putusan pengadilan, dan menguraikan
bagi negara untuk memberikan perlindungan,
tantangan dan strategi dalam penanganan
pendampingan dan bantuan hukum bagi ASN.
perkara perdata tingkat pertama di Biro
Bunga Rampai Advokasi yang diterbitkan tahun Advokasi.
2019 ini terdiri dari 6 seri, yaitu:
6
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
4. Seri Keempat, Pedoman Teknis Penanganan pembaca akan sangat bermanfaat dalam
Sengketa Tata Usaha Negara Tingkat Pertama penyempurnaannya.
pada Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Akhir kata, semoga Bunga Rampai Advokasi ini
5. Seri Kelima, Pedoman Penanganan Perkara membawa manfaat dan dapat menginspirasi tidak
Hak Uji Materiil di Mahkamah Agung berisi hanya di lingkungan Biro Advokasi, tetapi juga lebih
acuan dalam menangani Hak Uji Materiil di luas, untuk Kementerian Keuangan yang lebih baik.
Mahkamah Agung;
Selamat membaca!
6. Seri Keenam, Penanganan Permohonan
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Uji Materiil di Mahkamah Konstitusi berisi
pedoman dan strategi dalam menangani
Permohonan Uji Materiil Undang-Undang di
Mahkamah Konstitusi;
Daftar Isi
8
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
Pertama d. Mediasi 28
13
a. Pemanggilan para pihak 13 e. Jawaban 29
e. Replik 20 i. Putusan 31
Pendahuluan
10
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
Penanganan
Perkara Perdata
Pada Tingkat
Pertama
12
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
Berdasarkan Pasal 121 ayat (1) HIR dan Pasal 1 Rv, relaas panggilan sidang, hadir di persidangan.
surat panggilan /relas panggilan berisi: Selanjutnya, majelis hakim akan memeriksa Surat
Kuasa Khusus para pihak.
1. nama yang dipanggil;
2. hari, jam dan tempat sidang; Surat Kuasa Khusus merupakan syarat formal
3. membawa saksi-saksi yang diperlukan; sehingga bilamana tidak sah, maka berdampak
4. membawa segala surat-surat yang segala proses pemeriksaan tidak sah atas dasar
hendak digunakan; dan pemeriksaan dihadiri oleh kuasa yang tidak
5. penegasan, dapat menjawab gugatan didukung oleh Surat Kuasa Khusus yang memenuhi
dengan surat. syarat.
Relaas disesuaikan dengan agenda sidang Dalam hal gugatan ditujukan kepada Kementerian
sehingga tidak mutlak mencantumkan kelima poin Keuangan dan gugatan tersebut mengandung
di atas namun hanya pihak yang dipanggil, hari/ tuntutan ganti rugi, maka Surat Kuasa Khusus
tanggal serta tempat sidang. Selain relaas, juru sita untuk beracara di persidangan ditandatangani oleh
juga menyampaikan salinan surat gugatan kepada Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Keuangan.
(para) tergugat/turut tergugat. Hal utama yang perlu digaris bawahi mengenai
Surat Kuasa Khusus adalah penerima kuasa
B. Pemeriksaan
B. Pemeriksaan ParaPara
PihakPihak akan secara langsung berkapasitas sebagai
wakil pemberi kuasa dan bertindak untuk dan
Pada tahap ini, para pihak yang telah mendapat atas nama pemberi kuasa terhadap pihak ketiga
14
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
Khusus merupakan
dilimpahkan pemberi kuasa kepadanya).
C. C. Mediasi
maka berdampak
Mediasi
15
Bunga Rampai Advokasi
Menerapkan Lembaga Damai, yang kemudian perdamaian dengan bantuan mediator (pasal
disempurnakan melalui PERMA No. 2 Tahun 2003 3 ayat (1)).
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan (PERMA
2/2003). Dengan demikian, penyelesaian melalui litigasi
tidak boleh dilakukan di pengadilan sebelum
Dengan berlakunya PERMA 2/2003, maka proses adanya pernyataan tertulis dari mediator yang
mediasi diintegrasikan ke dalam sistem peradilan, menyatakan proses mediasi gagal mencapai
sehingga agenda tersebut bersifat memaksa kesepakatan perdamaian.
(compulsory) karena mediasi dianggap salah satu
instrumen yang paling efektif dalam mengatasi Selanjutnya, agar proses mediasi dapat
penumpukan perkara di pengadilan. berlangsung efektif, Pasal 9 ayat (2) PERMA
2/2003 mengatur bahwa dalam proses mediasi
Adapun pengintegrasian mediasi dalam sistem harus dihadiri oleh para pihak, dan mereka dapat
peradilan dalam PERMA 2/2003 tersebut melalui: didampingi oleh kuasa hukum. Sehingga principal
atau pihak materiil diwajibkan hadir dalam setiap
1) keterlibatan mediator yang secara aktif mediasi. Pertemuan mediasi yang hanya dihadiri
membantu para pihak untuk menyelesaikan oleh kuasa tanpa melibatkan pihak principal akan
sengketa melalui proses perundingan (Pasal 1 menyebabkan mediasi tersebut tidak sah dan tidak
angka 5); dan mengikat.
2) adanya kewajiban pada setiap perkara yang Dalam hal terjadi kesepakatan dalam mediasi,
diajukan ke pengadilan tingkat pertama maka Pasal 11 ayat (1) PERMA 2/2003 mengatur
untuk terlebih dahulu diselesaikan melalui
16
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
bahwa para pihak wajib merumuskan kesepakatan atas hal-hal yang menyangkut syarat-syarat
tersebut secara tertulis, yang mana perumusan atau formalitas gugatan tanpa menyinggung
tersebut dibantu oleh mediator dan ditandatangani bantahan terhadap pokok perkara (verweer ten
para pihak. Selain itu, kesepakatan tertulis tersebut principale).
wajib mencantumkan klausul pencabutan perkara
atau pernyataan perkara telah selesai (Pasal 11 Tujuan dari pengajuan eksepsi adalah agar
ayat (2) PERMA 2/2003). pengadilan mengakhiri proses pemeriksaan
tanpa memeriksa materi pokok perkara, dan
Sebaliknya, dalam hal proses mediasi gagal agar pengadilan menjatuhkan putusan negatif
mencapai kesepakatan, mediator membuat yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima
pemberitahuan secara tertulis kepada hakim dan (niet ontvankelijk).
hakim wajib segera melanjutkan pemeriksaan
perkara. Cara pengajuan eksepsi diatur dalam beberapa
pasal antara lain pasal 125 ayat (2), pasal 133,
D. Jawaban pasal 134 dan pasal 136 HIR. Merujuk pada
pasal-pasal tersebut terdapat perbedaan tata
1) Eksepsi cara dalam pengajuan eksepsi yaitu sebagai
Eksepsi, dalam konteks hukum acara, berikut:
bermakna tangkisan atau bantahan (objection) a) Eksepsi Kewenangan Absolut
yang diajukan Tergugat terhadap materi
pokok gugatan penggugat. Eksepsi ditujukan Menurut pasal 134 HIR maupun pasal
17
Bunga Rampai Advokasi
18
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
1. Jawaban penggugat diserta alasan-alasan Replik berasal dari dua kata yaitu re (kembali)
yang rasional dan objektif (Vide Pasal 113 dan pliek (menjawab), jadi replik berarti kembali
Rv); menjawab. Replik adalah jawaban balasan atas
2. Membenarkan sebagian atau seluruh dalil- jawaban tergugat dalam perkara perdata. Replik
dalil gugata penggugat (Vide Pasal 164 harus disesuaikan dengan kualitas dan kuantitas
HIR dan Pasal 1866 KUH Perdata); jawaban tergugat. Oleh karena itu, replik adalah
respons Penggugat atas jawaban yang diajukan
3. Membantah dalil gugatan atau bantahan tergugat. Bahkan tidak tertutup kemungkinan
terhadap pokok perkara (verweer ten membuka peluang kepada penggugat untuk
principale) atau melumpuhkan kekuatan mengajukan rereplik. Replik Penggugat ini
pembuktian tergugat, yang disertai dengan dapat berisi pembenaran terhadap jawaban
alasan-alasan kebenaran dalil gugatan Tergugat atau boleh jadi penggugat menambah
atau peristiwa hukum yang terjadi (Vide keterangannya denga tujuan untuk memperjelas
Pasal 113 Rv); dalil yang diajukan penggugat dalam gugatannya.
Sebagaimana halnya jawaban, maka replik juga
4. Tidak memberi pengakuan maupun
tidak diatur di dalam H.I.R/R.Bg, akan tetapi
bantahan dengan menyerahkan
dalam Pasal 142 Reglemen Acara Perdata,
sepenuhnya kepada hakim (referte aan het
replik biasanya berisi dalil-dalil atau hak-hak
oordel des rechters) dalam jawaban.
tambahan untuk menguatkan dalil-dalil gugatan
20
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
penggugat. Penggugat dalam replik ini dapat dan menambah keterangan yang dianggap
mengemukakan sumber sumber kepustakaan, perlu untuk memperjelas dalil-dalilnya.
pendapat-pendapat para ahli, doktrin, kebiasaan,
dan sebagainya. Peranan yurisprudensi sangat F. Duplik
penting dalam replik, mengigat kedudukannya
adalah salah satu dari sumber hukum. Untuk Duplik adalah jawaban tergugat atas replik yang
menyusun replik biasanya cukup dengan diajukan penggugat. Duplik diajukan tergugat
mengikuti poin-poin jawaban tergugat. untuk meneguhkan jawabannya yang lazimnya
Replik yaitu jawaban penggugat baik tertulis berisi penolakan terhadap gugatan dan replik
maupun lisan terhadap jawaban tergugat atas penggugat. Pasal 142 Rv memberikan hak
gugatannya. Replik diajukan penggugat untuk kepada tergugat untuk menyampaikan jawaban
meneguhkan gugatannya, dengan mematahkan atas replik penggugat. Untuk menjunjung asas
alasan-alasan penolakan yang dikemukakan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
tergugat dalam jawabannya. Replik merupakan ringan, maka berdasarkan Pasal 117 Rv tahap
lanjutan dari pemeriksaan perkara perdata di proses jawab-menjawab para pihak diberikan
pengadilan negeri setelah tergugat mengajukan kesempatan menyampaikan replik-duplik sekali
jawaban. Setelah tergugat menyampaikan saja. Meskipun tidak ada larangan, namun
jawabannya, kemudian si penggugat diberi pengajuan replik-duplik berulang kali akan
kesempatan untuk menanggapinya sesuai membuat pemeriksaan tidak efektif dan tidak
dengan pendapatnya. Dalam tahap ini mungkin efisien.
penggugat tetap mempertahankan gugatannya
21
Bunga Rampai Advokasi
Setelah tahap duplik, maka pemeriksaan menyingkirkan keyakinan itu, dengan menolak
ditingkatkan pada tahap pembuktian. kebenaran dalil gugatan.
22
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
maupun dalam Rbg, akan tetapi mengajukan Kesimpulan ini sangat membantu dalam
kesimpulan ini timbul dalam praktek merumuskan pertimbangan hukum Majelis
persidangan. Dengan demikian pengajuan Hakim, yang selanjutnya akan dijadikan bahan
kesimpulan adalah hak para pihak. Bahkan pertimbangan dalam dalam putusan bilamana
terkadang para pihak menyatakan secara analisis tersebut cukup rasional dan beralasan
tegas tidak akan mengajukan kesimpulan hukum. Bahkan penemuan hukum oleh Hakim
dan memohon kebijaksanaan hakim untuk dalam putusannya berawal dari kesimpulan
memutus dengan seadil-adilnya. yang dibuat oleh kuasa hukum.
23
Bunga Rampai Advokasi
I. Putusan
I. Putusan
Agar putusan yang dijatuhkan tidak 1) memuat secara ringkas dan jelas pokok
mengandung cacat, maka putusan harus perkara, jawaban, pertimbangan dan amar
memenuhi unsur sebagai berikut: putusan; dan
2) mencantumkan biaya perkara.
1) Memuat dasar alasan yang jelas dan rinci;
2) wajib mengadili seluruh bagian gugatan;
3) tidak boleh mengabulkan melebihi
tuntutan; dan
4) diucapkan di muka umum.
Selain itu, formulasi putusan perkara perdata
juga harus merujuk pada sistematika yang
diatur dalam Pasal 184 ayat (1) HIR atau
Pasal 195 RBG. Apabila sistematika putusan
tidak mengikuti susunan perumusan pada
pasal tersebut, maka putusan tidak sah dan
harus dibatalkan. Unsur-unsur yang harus
dicantumkan dalam putusan adalah:
24
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
Tidak
Penggugat boleh
mengajukan gugatan
yang sama sekali lagi
Hakim membuka Penggugat (dan Ya Gugatan gugur (124 (124 HIR)
Sidang I Hakim boleh kuasanya) tidak hadir Telah dipanggil HIR)
memanggil sekali dengan patut?
lagi
Hakim menentukan
tanggal sidang (126
HIR)
Tidak Tergugat (dan Verstek
Telah dipanggil Syarat formil telah Gugatan tidak dapat
kuasanya) tidak hadir dengan patut? dipenuhi? diterima
Para pihak
hadir?
Ya Tidak
Tidak Ya
Perjanjian
Ya Perdamaian Verstek
Syarat formil telah
dipenuhi? Gugatan ditolak
Tidak
Mediasi Ya
Ya
Verstek
Apa kasus Gugatan seluruhnya/sebagian dikabulkan
selesai lewat (125 (1) HIR)
mediasi?
Hakim menunda
sidang berikutnya
untuk jangka waktu
Tidak
Sidang
akan dilanjutkan
dengan agenda Pemeriksaan para
pembacaan tuntutan saksi, tergugat, dan
Replik dan Duplik Kesimpulan Putusan Hakim
hukum oleh berbagai bukti lain dari
Penggugat dan kedua belah pihak
pemberian jawaban
dari Tergugat
25
Bunga Rampai Advokasi
Proses
Penanganan
Perkara Perdata
Di Biro Advokasi
26
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
3. Proses Penanganan
3. Proses Perkara
Penanganan Perdata
Perkara Perdata di Biro 2) Dalam penyusunan Surat Kuasa Khusus,
di BiroAdvokasi
Advokasi Biro Advokasi berkoordinasi dengan
unit pemohon dan Pushaka dalam hal
Salah satu pemberian layanan bantuan hukum diperlukan percepatan proses Surat Kuasa
oleh Biro Advokasi adalah penanganan bantuan Khusus.
hukum yang sedang dalam proses pengadilan.
Berdasarkan data perkara masuk tahun 2018, 3) Setelah Surat Kuasa Khusus mendapat
sebanyak 90% perkara yang ditangani oleh Biro tandatangan Sekretaris Jenderal atas
Advokasi adalah lingkup perdata. nama Menteri Keuangan, Biro Advokasi
berkoordinasi dengan unit pemohon untuk
Adapun alur penanganan perkara perdata di Biro penandatanganan penerima kuasa yang
Advokasi adalah sebagai berikut: ada dalam Surat Kuasa Khusus.
a. Penyusunan Surat Kuasa Khusus
1) Terkait gugatan yang mengandung unsur b. Pendaftaran Surat Kuasa Khusus kepada
ganti rugi, Unit Eselon II mengajukan nota Kepaniteraan Pengadilan Negeri
dinas permohonan bantuan penanganan Surat Kuasa Khusus yang telah ditandatangani
perkara kepada Biro Advokasi, berikut oleh para penerima kuasa (baik Biro Advokasi
nama-nama calon penerima kuasa maupun unit pemohon), akan didaftarkan ke
dari unit pemohon dan melampirkan Kepaniteraan Pengadilan Negeri.
dokumen-dokumen yang diperlukan guna
penyusunan Jawaban.
27
Bunga Rampai Advokasi
c. Persidangan agenda Pemeriksaan Para Pihak mengoptimalkan mediasi agar didapat win-
win solution sehingga penyelesaian perkara
1) pada tahap ini, penangan perkara menjadi lebih efektif dan efisien, namun harus
berkoordinasi dengan Panitera perkara tetap sesuai dengan ketentuan.
dimaksud sehubungan dengan kehadiran di
pengadilan dan kelengkapan administratif; Dalam hal mediasi tidak tercapai, maka
persidangan dilanjutkan dengan agenda
2) menyerahkan surat kuasa khusus yang pembacaan gugatan.
telah ditandatangani para penerima
kuasa dan diregistrasi ke Kepaniteraan Dalam rangka penataan administrasi yang
Pengadilan Negeri kepada Majelis Hakim. lebih teratur, setiap menghadiri persidangan
maka akan dibuat laporan sidang oleh para
d. Mediasi penangan perkara, sekaligus kewajiban bagi
Hakim akan mewajibkan para pihak untuk penangan perkara untuk memperbarui progress
melakukan mediasi sebelum masuk ke penanganan perkara di aplikasi e-advokasi.
tahap pemeriksaan perkara. Untuk itu, dalam
menghadiri mediasi, penangan perkara e. Jawaban
membawa Surat Tugas dan membawa proposal
perdamaian dalam mediasi. 1) Dalam penyusunan Jawaban, Biro Advokasi
melakukan koordinasi dengan unit yang
Para penangan perkara diharapkan dapat digugat, khususnya untuk memperoleh
28
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
3) Konsep Jawaban final yang telah disetujui 2) Setelah menerima replik Penggugat,
oleh pimpinan, akan ditandatangani oleh penangan perkara mempelajari replik
para penerima kuasa, untuk selanjutnya tersebut untuk selanjutnya disusun duplik.
disampaikan kepada Majelis Hakim dan
para pihak di persidangan. 3) Duplik yang telah disusun akan diperiksa
mendapat persetujuan minimal oleh
4) Dalam rangka menghadiri sidang Jawaban, pimpinan eselon III, dan kemudian di
diperlukan Surat Tugas dan Jawaban yang tandatangani oleh para penerima kuasa.
telah ditandatangani oleh para penerima
kuasa. 4) Dokumen yang diperlukan dalam agenda
sidang replik dan duplik adalah Surat Tugas
5) Setelah menghadiri persidangan Jawaban, untuk menghadiri sidang.
penangan perkara memperbarui progres
sidang pada e-advokasi dan membuat 5) Setelah menghadiri sidang replik dan duplik,
laporan sidang. penangan perkara memperbarui progres
29
Bunga Rampai Advokasi
30
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
i. Putusan
31
Bunga Rampai Advokasi
Tantangan
Dan Strategi
Penanganan
Perkara Perdata
32
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
4.4. Tantangan
TantanganDan
DanStrategi
StrategiPenanganan
PenangananPerkara
Perkara b. Koordinasi dengan unit pemohon
Perdata
Perdata
Melakukan koordinasi dengan unit pemohon
Dalam menangani perkara perdata, terdapat
tidak hanya dilakukan dalam hal pengumpulan
beberapa tantangan antara lain:
data dan informasi saja, namun juga harus
a. Pengumpulan data dan informasi dilakukan sampai dengan ada putusan
pengadilan.
Pengumpulan data dan informasi adalah hal
pertama yang dilakukan penangan perkara Adapun tantangan dalam berkoordinasi
guna penyusunan jawaban, duplik dan daftar dengan unit pemohon adalah pengiriman
bukti. Untuk itu, penangan perkara melakukan dokumen yang memakan waktu lama yang
koordinasi secara intensif dengan unit terkait disebabkan oleh kurir pengiriman. Tantangan
guna pengumpulan data dan informasi. lainnya adalah permohonan bantuan hukum
dikirim kepada Biro Advokasi sangat terlambat.
Dalam pengumpulan data dan informasi, Dalam beberapa kasus perdata ditemukan
keterbukaan dari unit terkait kepada para unit pemohon terlambat menyampaikan
penangan perkara sangat diperlukan, terutama permohonan bantuan hukum bahkan
dalam hal terdapat data atau dokumen yang permohonan tersebut disampaikan kepada Biro
kurang lengkap atau terdapat celah. Dengan Advokasi ketika sidang pemeriksaan sudah
demikian bilamana ditemukan data yang sampai tahap Jawaban.
kurang lengkap atau terdapat celah, maka
dapat sesegera mungkin untuk mengantisipasi Guna mengantisipasi lamanya pengiriman
dan mencari strategi penanganannya.
33
Bunga Rampai Advokasi
penyampaian
untuk mempercepat penyampaian permohonan
bantuan hukum dan konsultasi hukum. Unit
pemohon, selaku pemegang kepentingan
(stakeholders) Biro Advokasi,
menyampaikan permohonan bantuan hukum
dapat permohonan
dan dokumen-dokumennya secara langsung
melalui situs http://e-advokasi.kemenkeu.
bantuan hukum
go.id, maupun melalui aplikasi e-PRiMe yang
tersedia di perangkat berbasis Android dan iOS.
dan konsultasi
Selanjutnya, dalam rangka mengantisipasi hukum”
adanya keterlambatan penyampaian
permohonan bantuan hukum, kerjasama yang
baik dari unit pemohon untuk mengirimkan
sesegara mungkin penyampaian permohonan
bantuan hukum sangat diperlukan dalam
penyelesaian penanganan perkara perdata.
34
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
35
Bunga Rampai Advokasi
Keberhasilan pemberian bantuan hukum dan Berdasarkan data perkara yang diterima di
penanganan perkara bersama unit pemohon Biro Advokasi, rata-rata sebanyak 300 perkara
tidak dapat terlepas dari peran sumber daya perdata (yang mengandung unsur tuntutan ganti
manusia (SDM). Dalam rangka optimalisasi rugi) per tahun adalah terkait pelaksanaan lelang
layanan yang berkualitas, peningkatan hak tanggungan yang dilakukan melalui Kantor
kualitas SDM sangat perlu dilakukan secara Pelayananan Kekayaan Negara dan Lelang.
berkesinambungan. Untuk itu, guna menghindari penumpukan
perkara dan mempercepat penanganan perkara,
Adapun peningkatan SDM ini dapat dilakukan tahap mediasi dapat dioptimalkan sebagai cara
melalui mengikutsertakan penangan perkara yang efisien dilakukan. Optimalisasi tahap
baik di Biro Advokasi maupun di unit pemohon mediasi dapat diupayakan dengan meyakinkan
pendidikan dan pelatihan, turut serta aktif pihak penggugat/principal bahwa upaya
mengikuti seminar, dan mengikuti magang perdamaian lebih baik ditempuh daripada
(internship) di kantor konsultan hukum. melanjutkan perkara sehingga dapat mencapai
win-win solution.
36
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
37
Bunga Rampai Advokasi
Matriks Proses
Penanganan
Perkara Perdata
di Biro Advokasi
38
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
Tingkat Pertama
39
Bunga Rampai Advokasi
9. Pengumuman Lelang
10. Surat Pernyataan Kelengkapan Berkas Permohonan
Lelang
2. Penelitian, penelaahan konsep nota a. nota dinas permohonan bantuan hukum dari unit pemohon;
dinas, surat kuasa khusus oleh
b. gugatan perkara
Kepala Subbagian
c. konsep nota dinas dan konsep surat kuasa khusus dari
a. meneliti konsep nota dinas, pelaksana.
surat kuasa khusus;
40
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
3. Penelitian, penelaahan konsep nota a. nota dinas permohonan bantuan hukum dari unit pemohon;
dinas, surat kuasa khusus oleh
b. gugatan perkara
Kepala Bagian
c. konsep nota dinas dan konsep surat kuasa khusus dari
a. meneliti konsep nota dinas, pelaksana.
surat kuasa khusus;
41
Bunga Rampai Advokasi
4. Penelitian, penelaahan, serta konsep nota dinas dan konsep surat kuasa khusus dari Kepala
penyampaian konsep nota dinas Bagian
dan konsep surat kuasa khusus
oleh Kepala Biro kepada Sekretaris
Jenderal
b. menyetujui dan
menandatangani nota dinas
pengantar konsep surat kuasa
khusus;
42
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
5. Pendaftaran surat kuasa khusus Surat kuasa khusus yang telah ditandatangani Para Penerima
kepada Kepaniteraan Pengadilan Kuasa
Negeri
b. berkoordinasi dengan
Kepaniteraan Pengadilan Negeri
untuk mendaftarkan surat kuasa
khusus.
43
Bunga Rampai Advokasi
44
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
Mediasi
45
Bunga Rampai Advokasi
b. mendengarkan pembacaan
Gugatan dari Penggugat.
46
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
Jawaban
47
Bunga Rampai Advokasi
c. menyampaikan konsep
Jawaban kepada Kepala
Bagian.
c. menyampaikan konsep
Jawaban kepada Kepala Biro.
48
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
c. mendisposisikan kembali
konsep Jawaban kepada
Kepala Bagian untuk diproses
lebih lanjut.
b. menyampaikan Jawaban
kepada Majelis Hakim dan Para
Pihak.
50
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
51
Bunga Rampai Advokasi
52
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
21. Penyusunan Daftar Bukti a. data-data yang diberikan oleh instansi vertikal, terdiri dari:
1. Risalah lelang
a. menyusun dan mempersiapkan 2. Perjanjian kredit;
konsep Daftar Bukti; dan 3. Akta Pembebanan Hak Tanggungan;
53
Bunga Rampai Advokasi
22. Penelitian, penelaahan konsep Konsep Daftar Bukti dari Penangan Perkara
Daftar Bukti oleh Kepala Subbagian
54
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
23. Penelitian, penelaahan konsep Konsep Daftar Bukti dari Kepala Subbagian
Daftar Bukti oleh Kepala Bagian
55
Bunga Rampai Advokasi
Kesimpulan
56
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
c. menyampaikan konsep
Kesimpulan kepada Kepala
Bagian.
57
Bunga Rampai Advokasi
c. menyampaikan konsep
Kesimpulan kepada Kepala
Biro.
c. mendisposisikan kembali
konsep Kesimpulan kepada
Kepala Bagian untuk diproses
lebih lanjut.
58
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
b. meminta tandatangan
penerima kuasa lain dari
unit yang digugat apabila
diperlukan.
59
Bunga Rampai Advokasi
b. menyampaikan Kesimpulan
kepada Majelis Hakim dan Para
Pihak.
Putusan
60
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama
61
Bunga Rampai Advokasi
62