Anda di halaman 1dari 62

Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

1
Bunga Rampai Advokasi

Cetakan Pertama
November 2019

Penerbit
Biro Advokasi
Sekretariat jenderal
Kementerian Keuangan RI

Gd. Djuanda I Lantai 15


Jl. DR Wahidin Raya No. 1 Jakarta
Pusat 10710
Telp. (021) 3862539;
Fax. (021) 3842894
2
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

Bunga Rampai
Advokasi

BUKU 3
Penanganan Perkara Perdata
Pada Tingkat Pertama
3
Bunga Rampai Advokasi

Sambutan
Kepala
Biro Advokasi

4
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena


berkat rahmat-Nya, Bunga Rampai Advokasi ini dapat
dihadirkan ke hadapan pembaca sekalian.

Pembaca yang budiman,

Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai bagian dari


warga negara memiliki hak untuk mendapatkan
perlindungan hukum dalam menjalankan tugasnya
sebagai pelayan publik. Perlindungan hukum tersebut
akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi ASN
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sehari-
hari sehingga dapat meningkatkan profesionalisme
dan memperkuat integritas.
Beranjak dari kebutuhan akan perlindungan
hukum terhadap ASN, Biro Advokasi menjalankan
amanat Peraturan Menteri Keuangan Nomor 158/
PMK.01/2012 tentang Bantuan Hukum di Lingkungan
Kementerian Keuangan dengan memberikan

5
Bunga Rampai Advokasi

advokasi hukum, termasuk menangani berbagai 1. Seri Pertama: Strategi Pelaksanaan Lelang
jenis perkara yaitu perkara perdata, pidana, Tata Barang Milik Negara (“BMN”) Berupa Inventaris
Usaha Negara, Uji Materiil di Mahkamah Konstitusi Kantor, membahas langkah yang dapat
dan Mahkamah Agung serta pendampingan dijadikan acuan bagi para pejabat lelang BMN
terhadap saksi atau ahli. Mengingat beragamnya berupa inventaris kantor;
penanganan litigasi dan advokasi yang dilakukan
2. Seri Kedua, Buku Pintar Pendampingan, akan
oleh Biro Advokasi, maka perlu menyusun strategi
mengupas tuntas hal yang diperlukan terkait
dan pedoman yang kami tuangkan dalam Bunga
pemeriksaan dugaan tindak pidana mulai dari
Rampai Advokasi, sehingga pelaksanaan advokasi
pemanggilan oleh Penyelidik/Penyidik sampai
hukum dapat berjalan dengan lebih baik lagi.
kepada hak dan kewajiban saksi/ahli yang
Adapun penyusunan Bunga Rampai Advokasi ini dipanggil;
adalah salah satu perwujudan komitmen Biro
3. Seri Ketiga, Penanganan Perkara Perdata
Advokasi terhadap Program Perlindungan Hukum
Pada Tingkat Pertama, mengulas proses
Terhadap Aparatur Sipil Negara. Selain itu, Undang-
penyelesaian perkara perdata di pengadilan
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
mulai dari penyusunan gugatan sampai
Negara semakin menegaskan adanya kewajiban
dengan putusan pengadilan, dan menguraikan
bagi negara untuk memberikan perlindungan,
tantangan dan strategi dalam penanganan
pendampingan dan bantuan hukum bagi ASN.
perkara perdata tingkat pertama di Biro
Bunga Rampai Advokasi yang diterbitkan tahun Advokasi.
2019 ini terdiri dari 6 seri, yaitu:

6
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

4. Seri Keempat, Pedoman Teknis Penanganan pembaca akan sangat bermanfaat dalam
Sengketa Tata Usaha Negara Tingkat Pertama penyempurnaannya.
pada Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN)
Akhir kata, semoga Bunga Rampai Advokasi ini
5. Seri Kelima, Pedoman Penanganan Perkara membawa manfaat dan dapat menginspirasi tidak
Hak Uji Materiil di Mahkamah Agung berisi hanya di lingkungan Biro Advokasi, tetapi juga lebih
acuan dalam menangani Hak Uji Materiil di luas, untuk Kementerian Keuangan yang lebih baik.
Mahkamah Agung;
Selamat membaca!
6. Seri Keenam, Penanganan Permohonan
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Uji Materiil di Mahkamah Konstitusi berisi
pedoman dan strategi dalam menangani
Permohonan Uji Materiil Undang-Undang di
Mahkamah Konstitusi;

Kami juga menyampaikan ucapan terima kasih


kepada seluruh stakeholders di lingkungan
Jakarta, November 2019
Kementerian Keuangan, yang telah memberikan
masukan berharganya dalam penulisan buku ini. Kepala Biro Advokasi,
Tentu saja, “there is always room for improvement.”
Kami menyadari bahwa Bunga Rampai Advokasi
edisi perdana ini tentu masih memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu, kritik dan saran dari Tio Serepina Siahaan
7
Bunga Rampai Advokasi

Daftar Isi

8
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

Pendahuluan 11 c. Persidangan agenda Pemeriksaan 28


Penanganan Perkara Perdata Tingkat Para Pihak

Pertama d. Mediasi 28
13
a. Pemanggilan para pihak 13 e. Jawaban 29

b. Pemeriksaan Para Pihak 14 f. Replik dan Duplik


g. Pembuktian dan Saksi 30
c. Mediasi 15
d. Jawaban 17 h. Kesimpulan 30

e. Replik 20 i. Putusan 31

f. Duplik 21 Tantangan Dan Strategi Penanganan


Perkara Perdata 33
g. Pembuktian 22
Matriks Proses Penanganan Perkara
h. Kesimpulan 23
Perdata 38
i. Putusan 24
Proses Penanganan Perkara Perdata
Di Biro Advokasi 27
a. Penyusunan Surat Kuasa Khusus 27
b. Pendaftaran Surat Kuasa Khusus
kepada Kepaniteraan Pengadilan
Negeri 28
9
Bunga Rampai Advokasi

Pendahuluan

10
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

1. Pendahuluan hukum kepada Unit, Menteri/Wamen, pejabat,


pegawai, pensiunan dan mantan pegawai dalam
Hukum Perdata merupakan sekumpulan aturan penanganan perkara.
yang memuat ketentuan bagaimana seseorang
bertingkah laku baik di keluarga maupun di Adapun penanganan gugatan perdata yang diajukan
masyarakat sekitar. Orang yang merasa bahwa terhadap Pemerintah ini tunduk pada hukum acara
haknya dilanggar dapat mengajukan gugatan perdata. Secara umum hukum acara perdata
perdata terhadap orang/pihak yang dianggap mengatur proses penyelesaian perkara perdata
melanggar hak seseorang atau beberapa orang melalui hakim di pengadilan mulai dari penyusunan
tersebut. Termasuk dalam hal ini, tidak menutup gugatan, pengajuan gugatan, pemeriksaan perkara,
kemungkinan adanya pengajuan gugatan terhadap putusan pengadilan sampai dengan eksekusi
Pemerintah/Aparatur Sipil Negara (ASN) secara atau pelaksanaan putusan pengadilan. Mengingat
pribadi di ranah hukum perdata. hukum acara perdata mencakup bahasan yang
cukup luas, maka terkait upaya hukum, gugatan
Meskipun ASN telah menjalankan tugas sesuai rekonpensi, eksekusi akan dibahas pada buku edisi
dengan prosedur yang telah ditetapkan, namun berikutnya.
dalam praktiknya kerap memicu lahirnya gugatan,
baik itu yang menuntut ganti kerugian maupun tidak Pada bab ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai
terdapat ganti rugi. Berdasarkan Peraturan Menteri prosedur penanganan perkara perdata pada tingkat
Keuangan Nomor 158/PMK.01/2012 tentang pertama, proses penanganan perkara perdata
Bantuan Hukum Di Lingkungan Kementerian di Biro Advokasi, serta tantangan dan strategi
Keuangan, Biro Advokasi memberikan bantuan penanganan perkara perdata.
11
Bunga Rampai Advokasi

Penanganan
Perkara Perdata
Pada Tingkat
Pertama

12
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

2. Penanganan Perkara Perdata Tingkat Pertama e. Jawaban;


f. Replik;
Proses persidangan adalah salah satu aspek g. Duplik;
hukum formil yang harus dilakukan oleh Majelis h. Tahap Pembuktian;
Hakim sebelum memberikan putusan dalam i. Kesimpulan.
perkara perdata. Dalam setiap putusan perkara j. Putusan
perdata yang diputuskan oleh Majelis Hakim,
terlebih dahulu melalui proses dan tahapan A. Pemanggilan para pihak
pemeriksaan di persidangan. Di tahapan ini,
para pihak (baik penggugat dan tergugat), Sebelum suatu perkara diperiksa dan
memiliki hak yang sama untuk mengajukan diputus melalui proses persidangan, akan
fakta di persidangan dan mengemukakan diawali dengan tahapan pemanggilan yaitu
argumentasinya. penyampaian secara resmi kepada pihak-pihak
yang berperkara. Menurut ketentuan pasal 338
Adapun secara garis besar alur penanganan dan pasal 390 ayat (1) HIR, yang berfungsi
perkara perdata tingkat pertama adalah melakukan panggilan adalah juru sita atas
sebagai berikut: perintah Majelis Hakim.
a. Pemanggilan para pihak;
b. Pemeriksaan para pihak; Surat Panggilan untuk hadir di depan sidang
c. Mediasi; pengadilan pada waktu yang telah ditentukan
d. Pembacaan gugatan; lazim dikenal dengan relas panggilan atau
berita acara panggilan.
13
Bunga Rampai Advokasi

Berdasarkan Pasal 121 ayat (1) HIR dan Pasal 1 Rv, relaas panggilan sidang, hadir di persidangan.
surat panggilan /relas panggilan berisi: Selanjutnya, majelis hakim akan memeriksa Surat
Kuasa Khusus para pihak.
1. nama yang dipanggil;
2. hari, jam dan tempat sidang; Surat Kuasa Khusus merupakan syarat formal
3. membawa saksi-saksi yang diperlukan; sehingga bilamana tidak sah, maka berdampak
4. membawa segala surat-surat yang segala proses pemeriksaan tidak sah atas dasar
hendak digunakan; dan pemeriksaan dihadiri oleh kuasa yang tidak
5. penegasan, dapat menjawab gugatan didukung oleh Surat Kuasa Khusus yang memenuhi
dengan surat. syarat.

Relaas disesuaikan dengan agenda sidang Dalam hal gugatan ditujukan kepada Kementerian
sehingga tidak mutlak mencantumkan kelima poin Keuangan dan gugatan tersebut mengandung
di atas namun hanya pihak yang dipanggil, hari/ tuntutan ganti rugi, maka Surat Kuasa Khusus
tanggal serta tempat sidang. Selain relaas, juru sita untuk beracara di persidangan ditandatangani oleh
juga menyampaikan salinan surat gugatan kepada Sekretaris Jenderal atas nama Menteri Keuangan.
(para) tergugat/turut tergugat. Hal utama yang perlu digaris bawahi mengenai
Surat Kuasa Khusus adalah penerima kuasa
B. Pemeriksaan
B. Pemeriksaan ParaPara
PihakPihak akan secara langsung berkapasitas sebagai
wakil pemberi kuasa dan bertindak untuk dan
Pada tahap ini, para pihak yang telah mendapat atas nama pemberi kuasa terhadap pihak ketiga
14
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

“Surat Kuasa (sepanjang tindakan yang dilakukan penerima


kuasa tidak melampaui batas kewenangan yang

Khusus merupakan
dilimpahkan pemberi kuasa kepadanya).

Dalam praktiknya, Surat Kuasa Khusus terlebih

syarat formal dahulu didaftarkan ke panitera Pengadilan


Negeri, untuk kemudian diserahkan kepada

sehingga bilamana Majelis Hakim di persidangan. Dalam hal Majelis


Hakim telah menyatakan Surat Kuasa Khusus

Surat Kuasa para pihak telah memenuhi syarat, maka Majelis


Hakim akan melanjutkan proses persidangan ke

Khusus tidak sah tahap mediasi.

C. C. Mediasi
maka berdampak
Mediasi

Landasan mediasi dalam sistem peradilan


segala proses diatur dalam Pasal 130 HIR dan Pasal 145
RBG. Namun, mengingat pelaksanaan mediasi

pemeriksaan tidak dalam praktiknya menjadi kurang optimal, maka


diterbitkan SEMA No 1 Tahun 2002 tentang

sah.” Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama

15
Bunga Rampai Advokasi

Menerapkan Lembaga Damai, yang kemudian perdamaian dengan bantuan mediator (pasal
disempurnakan melalui PERMA No. 2 Tahun 2003 3 ayat (1)).
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan (PERMA
2/2003). Dengan demikian, penyelesaian melalui litigasi
tidak boleh dilakukan di pengadilan sebelum
Dengan berlakunya PERMA 2/2003, maka proses adanya pernyataan tertulis dari mediator yang
mediasi diintegrasikan ke dalam sistem peradilan, menyatakan proses mediasi gagal mencapai
sehingga agenda tersebut bersifat memaksa kesepakatan perdamaian.
(compulsory) karena mediasi dianggap salah satu
instrumen yang paling efektif dalam mengatasi Selanjutnya, agar proses mediasi dapat
penumpukan perkara di pengadilan. berlangsung efektif, Pasal 9 ayat (2) PERMA
2/2003 mengatur bahwa dalam proses mediasi
Adapun pengintegrasian mediasi dalam sistem harus dihadiri oleh para pihak, dan mereka dapat
peradilan dalam PERMA 2/2003 tersebut melalui: didampingi oleh kuasa hukum. Sehingga principal
atau pihak materiil diwajibkan hadir dalam setiap
1) keterlibatan mediator yang secara aktif mediasi. Pertemuan mediasi yang hanya dihadiri
membantu para pihak untuk menyelesaikan oleh kuasa tanpa melibatkan pihak principal akan
sengketa melalui proses perundingan (Pasal 1 menyebabkan mediasi tersebut tidak sah dan tidak
angka 5); dan mengikat.
2) adanya kewajiban pada setiap perkara yang Dalam hal terjadi kesepakatan dalam mediasi,
diajukan ke pengadilan tingkat pertama maka Pasal 11 ayat (1) PERMA 2/2003 mengatur
untuk terlebih dahulu diselesaikan melalui
16
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

bahwa para pihak wajib merumuskan kesepakatan atas hal-hal yang menyangkut syarat-syarat
tersebut secara tertulis, yang mana perumusan atau formalitas gugatan tanpa menyinggung
tersebut dibantu oleh mediator dan ditandatangani bantahan terhadap pokok perkara (verweer ten
para pihak. Selain itu, kesepakatan tertulis tersebut principale).
wajib mencantumkan klausul pencabutan perkara
atau pernyataan perkara telah selesai (Pasal 11 Tujuan dari pengajuan eksepsi adalah agar
ayat (2) PERMA 2/2003). pengadilan mengakhiri proses pemeriksaan
tanpa memeriksa materi pokok perkara, dan
Sebaliknya, dalam hal proses mediasi gagal agar pengadilan menjatuhkan putusan negatif
mencapai kesepakatan, mediator membuat yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima
pemberitahuan secara tertulis kepada hakim dan (niet ontvankelijk).
hakim wajib segera melanjutkan pemeriksaan
perkara. Cara pengajuan eksepsi diatur dalam beberapa
pasal antara lain pasal 125 ayat (2), pasal 133,
D. Jawaban pasal 134 dan pasal 136 HIR. Merujuk pada
pasal-pasal tersebut terdapat perbedaan tata
1) Eksepsi cara dalam pengajuan eksepsi yaitu sebagai
Eksepsi, dalam konteks hukum acara, berikut:
bermakna tangkisan atau bantahan (objection) a) Eksepsi Kewenangan Absolut
yang diajukan Tergugat terhadap materi
pokok gugatan penggugat. Eksepsi ditujukan Menurut pasal 134 HIR maupun pasal

17
Bunga Rampai Advokasi

132 Rv, eksepsi Kewenangan Absolut Berbeda dengan eksepsi kompetensi


dapat diajukan oleh Tergugat setiap saat. absolut yang dapat diajukan kapan saja,
Tergugat dapat dan berhak mengajukannya pada Eksepsi Kompetensi Relatif dan
sejak proses pemeriksaan dimulai sampai Eksepsi lainnya pengajuannya harus
sebelum putusan hakim dijatuhkan. Hal disampaikan pada sidang pertama dan
ini tidak terbatas hanya pada pengadilan diajukan bersama dengan jawaban
tingkat pertama, namun tergugat juga pertama terhadap materi pokok perkara.
dapat mengajukan eksepsi ini pada tingkat Bilamana tergugat tidak mengajukan
banding dan kasasi. eksepsi tersebut pada saat penyerahan
jawaban, maka hilang hak tergugat untuk
Selain itu, meskipun tergugat tidak mengajukannya pada sidang dan jawaban
mengajukan eksepsi Kewenangan Absolut, berikutnya.
hakim secara ex officio wajib menyatakan
tidak berwenang mengadili secara absolut Selanjutnya, terhadap Eksepsi Kompetensi
bilamana perkara yang diajukan memang yang diajukan oleh Tergugat, secara teori
secara absolut berada di luar yurisdiksinya hakim wajib menunda pemeriksaan pokok
atau termasuk lingkup kewenangan perkara dan memeriksa serta memutus
peradilan lain. eksepsi terlebih dahulu. Dalam hal eksepsi
kompetensi ditolak, maka hakim akan
b) Eksepsi Kompetensi Relatif dan Eksepsi menuangkan dalam putusan sela dan
lainnya memerintahkan para pihak melanjutkan

18
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

pemeriksaan pokok perkara. Sebaliknya, pembelaan yang diajukan tergugat terhadap


dalam hal eksepsi kompetensi dikabulkan pokok perkara. Esensi dari bantahan terhadap
oleh majelis hakim, maka akan dijatuhkan pokok perkara, berisi alasan dan penegasan
putusan yang berbentuk putusan akhir yang sengaja dibuat dan dikemukakan
dengan amar putusan: tergugat, baik dengan lisan atau tulisan untuk
melumpuhkan kebenaran dalil gugatan yang
• mengabulkan eksepsi tergugat, serta dituangkan tergugat dalam jawaban. Sangkalan
• menyatakan PN tidak berwenang disampaikan dalam jawaban berdasarkan
mengadili perkara a quo ketentuan Pasal 121 Ayat (2) HIR, jawaban
Dengan demikian pemeriksaan perkara tergugat berisi bantahan yang diajukan baik
dianggap selesai pada peradilan tingkat secara lisan dan tertulis untuk menyangkal
pertama. Namun bagi pihak yang tidak semua fakta dan dalil hukum penggugat.
puas terhadap putusan akhir tersebut Proses pengajuan bantahan yang merupakan
dapat mengajukan banding sesuai proses jawab-menjawab digariskan dalam
ketentuan Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Pasal 142 dan Pasal 117 Rv, yang memberikan
No. 20 Tahun 1947. kesempatan para pihak untuk menyampaikan
surat jawaban, replik dan duplik dan sebagai
2) Bantahan atas pokok perkara konsekuensi asas audi et alteram partem dan
process doelmatigheid. Suatu bantahan dalam
Bantahan terhadap pokok perkara disebut juga sebuah jawaban berisi tentang ketidakbenaran
verweer ten principale, yaitu tangkisan atau dan/atau kebenaran dalil penggugat. Isi dari
19
Bunga Rampai Advokasi

jawaban penggugat dapat berupa: E. Replik

1. Jawaban penggugat diserta alasan-alasan Replik berasal dari dua kata yaitu re (kembali)
yang rasional dan objektif (Vide Pasal 113 dan pliek (menjawab), jadi replik berarti kembali
Rv); menjawab. Replik adalah jawaban balasan atas
2. Membenarkan sebagian atau seluruh dalil- jawaban tergugat dalam perkara perdata. Replik
dalil gugata penggugat (Vide Pasal 164 harus disesuaikan dengan kualitas dan kuantitas
HIR dan Pasal 1866 KUH Perdata); jawaban tergugat. Oleh karena itu, replik adalah
respons Penggugat atas jawaban yang diajukan
3. Membantah dalil gugatan atau bantahan tergugat. Bahkan tidak tertutup kemungkinan
terhadap pokok perkara (verweer ten membuka peluang kepada penggugat untuk
principale) atau melumpuhkan kekuatan mengajukan rereplik. Replik Penggugat ini
pembuktian tergugat, yang disertai dengan dapat berisi pembenaran terhadap jawaban
alasan-alasan kebenaran dalil gugatan Tergugat atau boleh jadi penggugat menambah
atau peristiwa hukum yang terjadi (Vide keterangannya denga tujuan untuk memperjelas
Pasal 113 Rv); dalil yang diajukan penggugat dalam gugatannya.
Sebagaimana halnya jawaban, maka replik juga
4. Tidak memberi pengakuan maupun
tidak diatur di dalam H.I.R/R.Bg, akan tetapi
bantahan dengan menyerahkan
dalam Pasal 142 Reglemen Acara Perdata,
sepenuhnya kepada hakim (referte aan het
replik biasanya berisi dalil-dalil atau hak-hak
oordel des rechters) dalam jawaban.
tambahan untuk menguatkan dalil-dalil gugatan
20
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

penggugat. Penggugat dalam replik ini dapat dan menambah keterangan yang dianggap
mengemukakan sumber sumber kepustakaan, perlu untuk memperjelas dalil-dalilnya.
pendapat-pendapat para ahli, doktrin, kebiasaan,
dan sebagainya. Peranan yurisprudensi sangat F. Duplik
penting dalam replik, mengigat kedudukannya
adalah salah satu dari sumber hukum. Untuk Duplik adalah jawaban tergugat atas replik yang
menyusun replik biasanya cukup dengan diajukan penggugat. Duplik diajukan tergugat
mengikuti poin-poin jawaban tergugat. untuk meneguhkan jawabannya yang lazimnya
Replik yaitu jawaban penggugat baik tertulis berisi penolakan terhadap gugatan dan replik
maupun lisan terhadap jawaban tergugat atas penggugat. Pasal 142 Rv memberikan hak
gugatannya. Replik diajukan penggugat untuk kepada tergugat untuk menyampaikan jawaban
meneguhkan gugatannya, dengan mematahkan atas replik penggugat. Untuk menjunjung asas
alasan-alasan penolakan yang dikemukakan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
tergugat dalam jawabannya. Replik merupakan ringan, maka berdasarkan Pasal 117 Rv tahap
lanjutan dari pemeriksaan perkara perdata di proses jawab-menjawab para pihak diberikan
pengadilan negeri setelah tergugat mengajukan kesempatan menyampaikan replik-duplik sekali
jawaban. Setelah tergugat menyampaikan saja. Meskipun tidak ada larangan, namun
jawabannya, kemudian si penggugat diberi pengajuan replik-duplik berulang kali akan
kesempatan untuk menanggapinya sesuai membuat pemeriksaan tidak efektif dan tidak
dengan pendapatnya. Dalam tahap ini mungkin efisien.
penggugat tetap mempertahankan gugatannya
21
Bunga Rampai Advokasi

Setelah tahap duplik, maka pemeriksaan menyingkirkan keyakinan itu, dengan menolak
ditingkatkan pada tahap pembuktian. kebenaran dalil gugatan.

G. Pembuktian Hakim juga tidak diperbolehkan meminta para


pihak untuk menambah pembuktian yang
Pembuktian dalam Hukum Acara Perdata adalah diperlukan dan pemeriksaan serta putusan
untuk mencari dan mewujudkan kebenaran hakim hanya terbatas pada tuntutan yang
formil, artinya meskipun para pihak mengajukan diajukan penggugat dalam gugatan.
bukti palsu, namun fakta yang demikian harus
diterima oleh hakim untuk melindungi dan Selanjutnya, pembuktian dalam hukum
mempertahankan hak perorangan atau hak acara perdata harus berdasarkan fakta yang
perdata pihak yang bersangkutan. Pembuktian mendukungnya. Bilamana hakim menemukan
dapat berupa tertulis seperti dokumen, fakta lain bersumber dari surat kabar atau
surat-surat dan sebagainya, dan dapat juga majalah yang mana fakta tersebut diperoleh
menghadirkan saksi/ahli. bukan di persidangan, maka hal tersebut tidak
boleh dijadikan fakta guna membuktikan
Selain itu, dalam agenda pembuktian hakim kebenaran yang didalilkan oleh salah satu pihak.
bersifat pasif. Dalam hal hakim yakin apa yang
digugat dan diminta penggugat adalah benar H. Kesimpulan
namun penggugat gagal mengajukan bukti Pengajuan kesimpulan oleh para pihak setelah
tentang kebenaran tersebut, maka hakim harus selesai acara pembuktian tidak diatur dalam HIR

22
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

maupun dalam Rbg, akan tetapi mengajukan Kesimpulan ini sangat membantu dalam
kesimpulan ini timbul dalam praktek merumuskan pertimbangan hukum Majelis
persidangan. Dengan demikian pengajuan Hakim, yang selanjutnya akan dijadikan bahan
kesimpulan adalah hak para pihak. Bahkan pertimbangan dalam dalam putusan bilamana
terkadang para pihak menyatakan secara analisis tersebut cukup rasional dan beralasan
tegas tidak akan mengajukan kesimpulan hukum. Bahkan penemuan hukum oleh Hakim
dan memohon kebijaksanaan hakim untuk dalam putusannya berawal dari kesimpulan
memutus dengan seadil-adilnya. yang dibuat oleh kuasa hukum.

Kesempatan pengajuan kesimpulan ini sangat


perlu digunakan oleh kuasa hukum para pihak,
karena melalui kesimpulan itulah seorang kuasa
hukum akan menganalisis dalil-dalil gugatannya
atau dalil-dalil jawabannya melalui pembuktian
yang didapatkan selama persidangan. Dari
analisis yang dilakukan itu akan mendapatkan
suatu kesimpulan apakah dalil gugatan terbukti
atau tidak, dan kuasa penggugat memohon
kepada Majelis Hakim agar gugatan dikabulkan.
Sebaliknya kuasa tergugat memohon kepada
Majelis Hakim agar gugatan penggugat ditolak.

23
Bunga Rampai Advokasi

I. Putusan
I. Putusan

Agar putusan yang dijatuhkan tidak 1) memuat secara ringkas dan jelas pokok
mengandung cacat, maka putusan harus perkara, jawaban, pertimbangan dan amar
memenuhi unsur sebagai berikut: putusan; dan
2) mencantumkan biaya perkara.
1) Memuat dasar alasan yang jelas dan rinci;
2) wajib mengadili seluruh bagian gugatan;
3) tidak boleh mengabulkan melebihi
tuntutan; dan
4) diucapkan di muka umum.
Selain itu, formulasi putusan perkara perdata
juga harus merujuk pada sistematika yang
diatur dalam Pasal 184 ayat (1) HIR atau
Pasal 195 RBG. Apabila sistematika putusan
tidak mengikuti susunan perumusan pada
pasal tersebut, maka putusan tidak sah dan
harus dibatalkan. Unsur-unsur yang harus
dicantumkan dalam putusan adalah:

24
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA – ALUR PERSIDANGAN

Tidak
Penggugat boleh
mengajukan gugatan
yang sama sekali lagi
Hakim membuka Penggugat (dan Ya Gugatan gugur (124 (124 HIR)
Sidang I Hakim boleh kuasanya) tidak hadir Telah dipanggil HIR)
memanggil sekali dengan patut?
lagi
Hakim menentukan
tanggal sidang (126
HIR)
Tidak Tergugat (dan Verstek
Telah dipanggil Syarat formil telah Gugatan tidak dapat
kuasanya) tidak hadir dengan patut? dipenuhi? diterima
Para pihak
hadir?
Ya Tidak

Tidak Ya
Perjanjian
Ya Perdamaian Verstek
Syarat formil telah
dipenuhi? Gugatan ditolak

Tidak
Mediasi Ya
Ya
Verstek
Apa kasus Gugatan seluruhnya/sebagian dikabulkan
selesai lewat (125 (1) HIR)
mediasi?
Hakim menunda
sidang berikutnya
untuk jangka waktu
Tidak
Sidang
akan dilanjutkan
dengan agenda Pemeriksaan para
pembacaan tuntutan saksi, tergugat, dan
Replik dan Duplik Kesimpulan Putusan Hakim
hukum oleh berbagai bukti lain dari
Penggugat dan kedua belah pihak
pemberian jawaban
dari Tergugat

25
Bunga Rampai Advokasi

Proses
Penanganan
Perkara Perdata
Di Biro Advokasi

26
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

3. Proses Penanganan
3. Proses Perkara
Penanganan Perdata
Perkara Perdata di Biro 2) Dalam penyusunan Surat Kuasa Khusus,
di BiroAdvokasi
Advokasi Biro Advokasi berkoordinasi dengan
unit pemohon dan Pushaka dalam hal
Salah satu pemberian layanan bantuan hukum diperlukan percepatan proses Surat Kuasa
oleh Biro Advokasi adalah penanganan bantuan Khusus.
hukum yang sedang dalam proses pengadilan.
Berdasarkan data perkara masuk tahun 2018, 3) Setelah Surat Kuasa Khusus mendapat
sebanyak 90% perkara yang ditangani oleh Biro tandatangan Sekretaris Jenderal atas
Advokasi adalah lingkup perdata. nama Menteri Keuangan, Biro Advokasi
berkoordinasi dengan unit pemohon untuk
Adapun alur penanganan perkara perdata di Biro penandatanganan penerima kuasa yang
Advokasi adalah sebagai berikut: ada dalam Surat Kuasa Khusus.
a. Penyusunan Surat Kuasa Khusus

1) Terkait gugatan yang mengandung unsur b. Pendaftaran Surat Kuasa Khusus kepada
ganti rugi, Unit Eselon II mengajukan nota Kepaniteraan Pengadilan Negeri
dinas permohonan bantuan penanganan Surat Kuasa Khusus yang telah ditandatangani
perkara kepada Biro Advokasi, berikut oleh para penerima kuasa (baik Biro Advokasi
nama-nama calon penerima kuasa maupun unit pemohon), akan didaftarkan ke
dari unit pemohon dan melampirkan Kepaniteraan Pengadilan Negeri.
dokumen-dokumen yang diperlukan guna
penyusunan Jawaban.
27
Bunga Rampai Advokasi

c. Persidangan agenda Pemeriksaan Para Pihak mengoptimalkan mediasi agar didapat win-
win solution sehingga penyelesaian perkara
1) pada tahap ini, penangan perkara menjadi lebih efektif dan efisien, namun harus
berkoordinasi dengan Panitera perkara tetap sesuai dengan ketentuan.
dimaksud sehubungan dengan kehadiran di
pengadilan dan kelengkapan administratif; Dalam hal mediasi tidak tercapai, maka
persidangan dilanjutkan dengan agenda
2) menyerahkan surat kuasa khusus yang pembacaan gugatan.
telah ditandatangani para penerima
kuasa dan diregistrasi ke Kepaniteraan Dalam rangka penataan administrasi yang
Pengadilan Negeri kepada Majelis Hakim. lebih teratur, setiap menghadiri persidangan
maka akan dibuat laporan sidang oleh para
d. Mediasi penangan perkara, sekaligus kewajiban bagi
Hakim akan mewajibkan para pihak untuk penangan perkara untuk memperbarui progress
melakukan mediasi sebelum masuk ke penanganan perkara di aplikasi e-advokasi.
tahap pemeriksaan perkara. Untuk itu, dalam
menghadiri mediasi, penangan perkara e. Jawaban
membawa Surat Tugas dan membawa proposal
perdamaian dalam mediasi. 1) Dalam penyusunan Jawaban, Biro Advokasi
melakukan koordinasi dengan unit yang
Para penangan perkara diharapkan dapat digugat, khususnya untuk memperoleh

28
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

data, informasi dan kronologis terkait f. Replik dan Duplik


perkara dimaksud;
1) Dalam persidangan agenda replik,
2) Konsep Jawaban yang telah disusun penangan perkara berkoordinasi dengan
tersebut akan diteliti dan ditelaah oleh panitera terkait dengan kehadiran di
pimpinan. pengadilan dan kelengkapan administratif;

3) Konsep Jawaban final yang telah disetujui 2) Setelah menerima replik Penggugat,
oleh pimpinan, akan ditandatangani oleh penangan perkara mempelajari replik
para penerima kuasa, untuk selanjutnya tersebut untuk selanjutnya disusun duplik.
disampaikan kepada Majelis Hakim dan
para pihak di persidangan. 3) Duplik yang telah disusun akan diperiksa
mendapat persetujuan minimal oleh
4) Dalam rangka menghadiri sidang Jawaban, pimpinan eselon III, dan kemudian di
diperlukan Surat Tugas dan Jawaban yang tandatangani oleh para penerima kuasa.
telah ditandatangani oleh para penerima
kuasa. 4) Dokumen yang diperlukan dalam agenda
sidang replik dan duplik adalah Surat Tugas
5) Setelah menghadiri persidangan Jawaban, untuk menghadiri sidang.
penangan perkara memperbarui progres
sidang pada e-advokasi dan membuat 5) Setelah menghadiri sidang replik dan duplik,
laporan sidang. penangan perkara memperbarui progres

29
Bunga Rampai Advokasi

sidang pada e-advokasi dan membuat 5) Dalam rangka menghadiri sidang


laporan sidang. pembuktian, diperlukan Surat Tugas dan
daftar bukti yang telah ditandatangani oleh
g. Pembuktian dan Saksi para penerima kuasa.
1) Setelah tahap jawab menjawab, tahap 6) Setelah menghadiri persidangan bukti dan/
pemeriksaan ditingkatkan ke tahapan atau saksi, penangan perkara memperbarui
pembuktian dan saksi. progres sidang pada e-advokasi dan
2) Untuk persiapan sidang pembuktian, Biro membuat laporan sidang.
Advokasi berkoordinasi dengan unit kerja h. Kesimpulan
yang digugat untuk menyusun konsep
daftar bukti dan menyiapkan bukti-bukti 1) Penangan Perkara menyusun Kesimpulan
untuk di leges. berdasarkan Jawaban, Replik, Duplik
sampai dengan daftar bukti dan/atau saksi
3) Selain bukti tertulis, Biro Advokasi juga di persidangan
berkoordinasi dengan unit yang digugat
terkait saksi/ahli bilamana diperlukan. 2) Konsep Kesimpulan yang telah disusun
oleh penangan perkara akan diperiksa dan
4) Adapun daftar bukti yang telah diperiksa ditandatangani oleh pimpinan.
dan disetujui oleh pimpinan tersebut akan
ditandatangani oleh para penerima kuasa. 3) Selanjutnya para penerima kuasa juga

30
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

menandatangani konsep Kesimpulan . 2) Dalam rangka menghadiri sidang Putusan,


diperlukan Surat Tugas.
4) Dalam rangka menghadiri sidang
Kesimpulan, diperlukan Surat Tugas dan 3) Setelah menghadiri persidangan Putusan,
Kesimpulan yang telah ditandatangani oleh penangan perkara memperbarui progres
para penerima kuasa. sidang pada e-advokasi dan membuat
laporan sidang.
5)
Setelah menghadiri persidangan
Kesimpulan, penangan perkara
memperbarui progres sidang pada
e-advokasi dan membuat laporan sidang.

i. Putusan

1) Dalam persidangan dengan acara


pembacaan putusan atau menerima
pemberitahuan putusan tingkat pertama,
bilamana putusannya tidak merugikan
Kementerian Keuangan, maka menunggu
sikap pihak lawan. Sebaliknya, bilamana
putusan merugikan Kementerian Keuangan
maka akan diajukan banding.

31
Bunga Rampai Advokasi

Tantangan
Dan Strategi
Penanganan
Perkara Perdata

32
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

4.4. Tantangan
TantanganDan
DanStrategi
StrategiPenanganan
PenangananPerkara
Perkara b. Koordinasi dengan unit pemohon
Perdata
Perdata
Melakukan koordinasi dengan unit pemohon
Dalam menangani perkara perdata, terdapat
tidak hanya dilakukan dalam hal pengumpulan
beberapa tantangan antara lain:
data dan informasi saja, namun juga harus
a. Pengumpulan data dan informasi dilakukan sampai dengan ada putusan
pengadilan.
Pengumpulan data dan informasi adalah hal
pertama yang dilakukan penangan perkara Adapun tantangan dalam berkoordinasi
guna penyusunan jawaban, duplik dan daftar dengan unit pemohon adalah pengiriman
bukti. Untuk itu, penangan perkara melakukan dokumen yang memakan waktu lama yang
koordinasi secara intensif dengan unit terkait disebabkan oleh kurir pengiriman. Tantangan
guna pengumpulan data dan informasi. lainnya adalah permohonan bantuan hukum
dikirim kepada Biro Advokasi sangat terlambat.
Dalam pengumpulan data dan informasi, Dalam beberapa kasus perdata ditemukan
keterbukaan dari unit terkait kepada para unit pemohon terlambat menyampaikan
penangan perkara sangat diperlukan, terutama permohonan bantuan hukum bahkan
dalam hal terdapat data atau dokumen yang permohonan tersebut disampaikan kepada Biro
kurang lengkap atau terdapat celah. Dengan Advokasi ketika sidang pemeriksaan sudah
demikian bilamana ditemukan data yang sampai tahap Jawaban.
kurang lengkap atau terdapat celah, maka
dapat sesegera mungkin untuk mengantisipasi Guna mengantisipasi lamanya pengiriman
dan mencari strategi penanganannya.
33
Bunga Rampai Advokasi

dokumen, Biro Advokasi telah meluncurkan


aplikasi e-advokasi pada tanggal 2 Maret “E-Advokasi dapat
mempercepat
2018. E-Advokasi adalah layanan elektronik
yang terintegrasi dalam e-PRiME yang berguna

penyampaian
untuk mempercepat penyampaian permohonan
bantuan hukum dan konsultasi hukum. Unit
pemohon, selaku pemegang kepentingan
(stakeholders) Biro Advokasi,
menyampaikan permohonan bantuan hukum
dapat permohonan
dan dokumen-dokumennya secara langsung
melalui situs http://e-advokasi.kemenkeu.
bantuan hukum
go.id, maupun melalui aplikasi e-PRiMe yang
tersedia di perangkat berbasis Android dan iOS.
dan konsultasi
Selanjutnya, dalam rangka mengantisipasi hukum”
adanya keterlambatan penyampaian
permohonan bantuan hukum, kerjasama yang
baik dari unit pemohon untuk mengirimkan
sesegara mungkin penyampaian permohonan
bantuan hukum sangat diperlukan dalam
penyelesaian penanganan perkara perdata.

34
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

35
Bunga Rampai Advokasi

c. Sumber Daya Manusia d. Mediasi

Keberhasilan pemberian bantuan hukum dan Berdasarkan data perkara yang diterima di
penanganan perkara bersama unit pemohon Biro Advokasi, rata-rata sebanyak 300 perkara
tidak dapat terlepas dari peran sumber daya perdata (yang mengandung unsur tuntutan ganti
manusia (SDM). Dalam rangka optimalisasi rugi) per tahun adalah terkait pelaksanaan lelang
layanan yang berkualitas, peningkatan hak tanggungan yang dilakukan melalui Kantor
kualitas SDM sangat perlu dilakukan secara Pelayananan Kekayaan Negara dan Lelang.
berkesinambungan. Untuk itu, guna menghindari penumpukan
perkara dan mempercepat penanganan perkara,
Adapun peningkatan SDM ini dapat dilakukan tahap mediasi dapat dioptimalkan sebagai cara
melalui mengikutsertakan penangan perkara yang efisien dilakukan. Optimalisasi tahap
baik di Biro Advokasi maupun di unit pemohon mediasi dapat diupayakan dengan meyakinkan
pendidikan dan pelatihan, turut serta aktif pihak penggugat/principal bahwa upaya
mengikuti seminar, dan mengikuti magang perdamaian lebih baik ditempuh daripada
(internship) di kantor konsultan hukum. melanjutkan perkara sehingga dapat mencapai
win-win solution.

36
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

37
Bunga Rampai Advokasi

Matriks Proses
Penanganan
Perkara Perdata
di Biro Advokasi

38
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

Tingkat Pertama

Penerbitan Surat Kuasa Khusus

Kegiatan Dokumen yang diperlukan

1. Penyusunan Surat Kuasa Khusus a. gugatan perkara;


b. nota dinas permohonan bantuan penanganan perkara dari
unit pemohon yang telah berisi nama-nama calon penerima
a. mempelajari gugatan;
kuasa dari unit pemohon
b. berkoordinasi dengan unit c. data-data yang diberikan oleh instansi vertikal, terdiri dari:
terkait. 1. Risalah lelang
2. Perjanjian kredit;
3. Akta Pembebanan Hak Tanggungan;
4. Permohonan lelang dari penjual;
5. Surat Keterangan Pendaftaran Tanah;
6. Surat Peringatan I
7. Surat Peringatan II
8. Surat Peringatan III

39
Bunga Rampai Advokasi

9. Pengumuman Lelang
10. Surat Pernyataan Kelengkapan Berkas Permohonan
Lelang

2. Penelitian, penelaahan konsep nota a. nota dinas permohonan bantuan hukum dari unit pemohon;
dinas, surat kuasa khusus oleh
b. gugatan perkara
Kepala Subbagian
c. konsep nota dinas dan konsep surat kuasa khusus dari
a. meneliti konsep nota dinas, pelaksana.
surat kuasa khusus;

b. menyetujui dan memberi paraf


pada konsep nota dinas serta
surat kuasa khusus;

c. menyampaikan konsep nota


dinas serta surat kuasa khusus
kepada Kepala Bagian.

40
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

3. Penelitian, penelaahan konsep nota a. nota dinas permohonan bantuan hukum dari unit pemohon;
dinas, surat kuasa khusus oleh
b. gugatan perkara
Kepala Bagian
c. konsep nota dinas dan konsep surat kuasa khusus dari
a. meneliti konsep nota dinas, pelaksana.
surat kuasa khusus;

b. menyetujui dan memberi paraf


pada konsep nota dinas serta
surat kuasa khusus;

c. menyampaikan konsep nota


dinas serta surat kuasa khusus
kepada Kepala Biro.

41
Bunga Rampai Advokasi

4. Penelitian, penelaahan, serta konsep nota dinas dan konsep surat kuasa khusus dari Kepala
penyampaian konsep nota dinas Bagian
dan konsep surat kuasa khusus
oleh Kepala Biro kepada Sekretaris
Jenderal

a. meneliti konsep nota dinas,


surat kuasa khusus;

b. menyetujui dan
menandatangani nota dinas
pengantar konsep surat kuasa
khusus;

c. memberi paraf pada konsep


surat kuasa khusus serta
menyampaikannya kepada
Sekretaris Jenderal.

42
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

5. Pendaftaran surat kuasa khusus Surat kuasa khusus yang telah ditandatangani Para Penerima
kepada Kepaniteraan Pengadilan Kuasa
Negeri

a. berkoordinasi dengan unit


terkait untuk meminta tanda
tangan penerima kuasa;

b. berkoordinasi dengan
Kepaniteraan Pengadilan Negeri
untuk mendaftarkan surat kuasa
khusus.

43
Bunga Rampai Advokasi

6. Persidangan dengan agenda a. Surat Tugas


pemeriksaan para pihak:
b. Surat kuasa khusus yang telah ditandatangani Para Penerima
a. berkoordinasi dengan Panitera
Kuasa
perkara dimaksud sehubungan
dengan kehadiran di pengadilan
dan kelengkapan administratif;
b. berkoordinasi dengan para pihak
sehubungan dengan kehadiran
di pengadilan dan kelengkapan
administratif;
c. menghadiri persidangan
pertama dengan agenda
pemeriksaan administrasi para
pihak;
d. menyerahkan surat kuasa khusus
yang telah ditandatangani para
penerima kuasa kepada Majelis
Hakim

44
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

Mediasi

Kegiatan Dokumen yang diperlukan

7. a. Persidangan dengan agenda a. Surat Tugas


mediasi:
b. Proposal perdamaian dalam mediasi
b. berkoordinasi dengan Panitera
perkara dimaksud sehubungan
dengan kehadiran di pengadilan
dan kelengkapan administratif;

c. berkoordinasi dengan para


pihak sehubungan dengan
kehadiran di pengadilan dan
kelengkapan administratif;

d. menghadiri mediasi antara para


pihak yang bersengketa;

45
Bunga Rampai Advokasi

a. jika mediasi berhasil,


maka dilanjutkan dengan
penandatanganan akta
perdamaian,

b. jika tidak berhasil, maka


persidangan dilanjutkan dengan
agenda pembacaan gugatan
Penggugat.

8. Persidangan dengan agenda Surat Tugas


pembacaan Gugatan

a. berkoordinasi dengan para


pihak dan panitera sehubungan
dengan kehadiran di pengadilan
dan kelengkapan administratif;

b. mendengarkan pembacaan
Gugatan dari Penggugat.

46
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

Jawaban

Kegiatan Dokumen yang diperlukan

9. Penyusunan Jawaban a. Gugatan Penggugat;

b. Data, informasi, dan kronologis perkara.


a. mempelajari gugatan
Penggugat; c. data-data yang diberikan oleh instansi vertikal, terdiri dari:

b. berkoordinasi dengan unit yang 1. Risalah lelang


digugat untuk memperoleh 2. Perjanjian kredit;
data, informasi, dan kronologis 3. Akta Pembebanan Hak Tanggungan;
terkait perkara dimaksud; 4. Permohonan lelang dari penjual;
5. Surat Keterangan Pendaftaran Tanah;
c. mempelajari data, informasi,
6. Surat Peringatan I
dan kronologis pelaksanaan
7. Surat Peringatan II
lelang yang diperkarakan;
8. Surat Peringatan III
d. menyusun konsep Jawaban 9. Pengumuman Lelang
dan menyampaikannya kepada 10. Surat Pernyataan Kelengkapan Berkas Permohonan
Kepala Subbagian. Lelang

47
Bunga Rampai Advokasi

10. Penelitian, penelaahan konsep a. Gugatan Penggugat;


Jawaban oleh Kepala Subbagian
b. Data, informasi, dan kronologis perkara;

a. meneliti konsep Jawaban; c. Konsep Jawaban dari Penangan Perkara.

b. menyetujui dan memberi paraf


pada konsep Jawaban;

c. menyampaikan konsep
Jawaban kepada Kepala
Bagian.

11. Penelitian, penelaahan konsep a. Gugatan Penggugat;


Jawaban oleh Kepala Bagian
b. Data, informasi, dan kronologis perkara;

a. meneliti konsep Jawaban; c. Konsep Jawaban dari Kepala Subbagian.

b. menyetujui dan memberi paraf


pada konsep Jawaban;

c. menyampaikan konsep
Jawaban kepada Kepala Biro.

48
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

12. Penelitian, penelaahan konsep a. Gugatan Penggugat;


Jawaban oleh Kepala Biro
b. Data, informasi, dan kronologis perkara;

a. meneliti konsep Jawaban; c. Konsep Jawaban dari Kepala Bagian.

b. menyetujui dan memberi tanda


tangan pada konsep Jawaban;

c. mendisposisikan kembali
konsep Jawaban kepada
Kepala Bagian untuk diproses
lebih lanjut.

13. Penandatanganan Jawaban oleh a. Konsep Jawaban rampung;


Para Penerima Kuasa
b. Surat Tugas (apabila diperlukan).

a. berkoordinasi dengan unit


yang digugat terkait finalisasi
Jawaban;

b. meminta tandatangan penerima


kuasa lain dari unit yang digugat
apabila diperlukan.
49
Bunga Rampai Advokasi

14. Persidangan dengan agenda a. Surat Tugas;


penyampaian Jawaban
b. Jawaban yang telah ditandatangani Para Penerima Kuasa;

a. berkoordinasi dengan para c. Laporan Sidang.


pihak dan panitera sehubungan
dengan kehadiran di pengadilan
dan kelengkapan administratif;

b. menyampaikan Jawaban
kepada Majelis Hakim dan Para
Pihak.

Replik dan Duplik

Kegiatan Dokumen yang diperlukan

15. Persidangan dengan agenda Replik a. Surat Tugas;

b. Berkas Replik dari Penggugat;


a. berkoordinasi dengan para
pihak dan panitera sehubungan c. Laporan Sidang.
dengan kehadiran di pengadilan
dan kelengkapan administratif;

50
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

b. menerima Replik dari


Penggugat.

16. Penyusunan Duplik Replik Penggugat

a. mempelajari replik Penggugat;

b. menyusun konsep Jawaban


dan menyampaikannya kepada
Kepala Subbagian.

17. Penelitian, penelaahan konsep a. Konsep Duplik dari Penangan Perkara;


Duplik oleh Kepala Subbagian
b. Replik Penggugat.

a. meneliti konsep Duplik;

b. menyetujui dan memberi paraf


pada konsep Duplik;

c. menyampaikan konsep Duplik


kepada Kepala Bagian.

51
Bunga Rampai Advokasi

18. Penelitian, penelaahan konsep a. Konsep Duplik dari Kepala Subbagian;


Duplik oleh Kepala Bagian
b. Replik Penggugat.

a. meneliti konsep Duplik;

b. menyetujui dan memberi tanda


tangan pada konsep Duplik.

19. Penandatanganan Duplik oleh Para a. Konsep Duplik rampung;


Penerima Kuasa
b. Surat Tugas (apabila diperlukan).

a. berkoordinasi dengan unit yang


digugat terkait finalisasi Duplik;

b. meminta tandatangan penerima


kuasa lain dari unit yang digugat
apabila diperlukan.

52
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

20. Persidangan dengan agenda a. Surat Tugas


penyampaian Duplik
b. Duplik yang telah ditandatangani Para Penerima Kuasa

a. berkoordinasi dengan para c. Laporan Sidang


pihak dan panitera sehubungan
dengan kehadiran di pengadilan
dan kelengkapan administratif;

b. menyampaikan Duplik kepada


Majelis Hakim dan Para Pihak.

Pembuktian dan Saksi

Kegiatan Dokumen yang diperlukan

21. Penyusunan Daftar Bukti a. data-data yang diberikan oleh instansi vertikal, terdiri dari:
1. Risalah lelang
a. menyusun dan mempersiapkan 2. Perjanjian kredit;
konsep Daftar Bukti; dan 3. Akta Pembebanan Hak Tanggungan;

b. mempersiapkan Saksi/Ahli 4. Permohonan lelang dari penjual;

(apabila diperlukan); 5. Surat Keterangan Pendaftaran Tanah;

53
Bunga Rampai Advokasi

c. berkoordinasi dengan unit yang 6. Surat Peringatan I


digugat terkait bukti dan saksi/ 7. Surat Peringatan II Surat Peringatan III
ahli yang perlu dipersiapkan; 8. Pengumuman Lelang
9. Pengumuman Lelang
d. menyampaikannya ke Kepala
10. Surat Pernyataan Kelengkapan Berkas Permohonan
Subbagian.
Lelang
a. Data, informasi, serta kronologis penerbitan Objek Sengketa;

b. Surat Tugas (apabila diperlukan).

22. Penelitian, penelaahan konsep Konsep Daftar Bukti dari Penangan Perkara
Daftar Bukti oleh Kepala Subbagian

a. meneliti konsep Daftar Bukti;

b. menyetujui dan memberi paraf


pada konsep Daftar Bukti;

c. menyampaikan konsep Daftar


Bukti kepada Kepala Bagian.

54
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

23. Penelitian, penelaahan konsep Konsep Daftar Bukti dari Kepala Subbagian
Daftar Bukti oleh Kepala Bagian

a. meneliti konsep Daftar Bukti;

b. menyetujui dan memberi tanda


tangan pada konsep Daftar
Bukti.

24. Penandatanganan Daftar Bukti oleh a. Konsep Daftar Bukti rampung;


Para Penerima Kuasa
b. Surat Tugas (apabila diperlukan).

25. Persidangan dengan agenda a. Surat Tugas


penyampaian Bukti/Ahli
b. Daftar Bukti yang telah ditandatangani Para Penerima Kuasa

a) sidang bukti tertulis c. Laporan Sidang


Penggugat/Tergugat

b) sidang pemeriksaan saksi (jika


ada)

c) sidang pemeriksaan ahli (jika


ada)

55
Bunga Rampai Advokasi

26. Persidangan dengan agenda a. Surat Tugas


pemeriksaan setempat (apabila ada)
b. Laporan Sidang

a. berkoordinasi dengan para


pihak dan panitera sehubungan
dengan kehadiran di pengadilan
dan kelengkapan administratif;

b. menghadiri proses pemeriksaan


setempat bersama Majelis
Hakim dan Para Pihak.

Kesimpulan

Kegiatan Dokumen yang Diperlukan

27. Penyusunan Kesimpulan a. Data, informasi, serta kronologis perkara

b. Jawaban, replik, duplik, daftar bukti, serta kesaksian di


a. mempelajari bukti/Saksi/Ahli
persidangan
Penggugat;

56
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

b. menyusun konsep Kesimpulan


dan menyampaikannya kepada
Kepala Subbagian.

28. Penelitian, penelaahan konsep Konsep Kesimpulan dari Penangan Perkara


Kesimpulan oleh Kepala Subbagian

a. meneliti konsep Kesimpulan;

b. menyetujui dan memberi paraf


pada konsep Kesimpulan;

c. menyampaikan konsep
Kesimpulan kepada Kepala
Bagian.

29. Penelitian, penelaahan konsep Konsep Kesimpulan dari Kepala Subbagian


Kesimpulan oleh Kepala Bagian

a. meneliti konsep Kesimpulan;

b. menyetujui dan memberi paraf


pada konsep Kesimpulan;

57
Bunga Rampai Advokasi

c. menyampaikan konsep
Kesimpulan kepada Kepala
Biro.

30. Penelitian, penelaahan konsep Konsep Kesimpulan dari Kepala Bagian


Kesimpulan oleh Kepala Biro

a. meneliti konsep Kesimpulan;

b. menyetujui dan memberi


tanda tangan pada konsep
Kesimpulan;

c. mendisposisikan kembali
konsep Kesimpulan kepada
Kepala Bagian untuk diproses
lebih lanjut.

58
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

31. Penandatanganan Kesimpulan a. Konsep Kesimpulan rampung;


oleh Para Penerima Kuasa
b. Surat Tugas (apabila diperlukan).
a. berkoordinasi dengan
unit yang digugat terkait
finalisasi Kesimpulan;

b. meminta tandatangan
penerima kuasa lain dari
unit yang digugat apabila
diperlukan.

32. Persidangan dengan agenda a. Surat Tugas


penyampaian Kesimpulan
b. Kesimpulan yang telah ditandatangani Para Penerima
Kuasa
a. berkoordinasi dengan
para pihak dan panitera c. Laporan Sidang
sehubungan dengan
kehadiran di pengadilan dan
kelengkapan administratif;

59
Bunga Rampai Advokasi

b. menyampaikan Kesimpulan
kepada Majelis Hakim dan Para
Pihak.

Putusan

Kegiatan Dokumen yang Diperlukan

33. Persidangan dengan acara a. Surat Tugas


pembacaan putusan atau menerima
b. Kesimpulan yang telah ditandatangani Para Penerima Kuasa
pemberitahuan putusan tingkat
pertama. c. Laporan Sidang

a) Apabila putusannya tidak


merugikan Kementerian
Keuangan, maka menunggu
sikap pihak lawan

b) Apabila putusannya merugikan


Kementerian Keuangan, maka
akan menyatakan banding.

60
Buku 3: Penanganan Perkara Perdata Pada Tingkat Pertama

61
Bunga Rampai Advokasi

62

Anda mungkin juga menyukai