Anda di halaman 1dari 3

NAMA : IKA NUR KHOLIFAH

NIM : 044698568
MATA KULIAH : HUKUM ACARA PERDATA

TUGAS TUTORIAL 2

1. Jawablah pertanyaan di bawah ini. Pastikan jawaban Anda tidak duplikasi dengan
jawaban dari mahasiswa lain.Apabila gugatan yang dibuat oleh Penggugat telah diajukan
dan didaftarkan ke Pengadilan, maka Ketua Majelis Hakim yang telah ditunjuk
memeriksa perkara tersebut akan menetapkan hari persidangan dan memerintahkan
Penggugat dan Tergugat agar dapat hadir pada persidangan. Saksi-saksi juga
dipersiapkan untuk dapat dihadirkan dengan membawa segala surat keterangan yang
akan dipergunakan (Pasal 121 ayat (1) HIR/Pasal 145RBg).

Pertanyaan:
Dari pernyataan di atas silahkan Anda uraikan bagaimana proses permulaan sidang gugatan
perdata berdasarkan tiga tahapan ?

2. Menurut ketentuan dalam Pasal 130 ayat (1) HIR/Pasal 154 ayat (1) Rbg, Hakim
diwajibkan untuk mengusahakan perdamaian antar para pihak yang berperkara. Ini
memberikan makna bahwa Hakim harus aktif mengusahakan penyelesaian perdamaian
terhadap setiap perkara perdata yang diperiksanya. Hakim selalu mengusahakan
perdamaian mulai dari sidang pertama dan terus dilakukan sebelum ada putusan. Maka
dari itu, pada hari sidang pertama yang dihadiri kedua belah pihak, hakim mewajibkan
para pihak yang berperkara agar lebih dahulu menempuh mediasi, yang untuk ini hakim
wajib menunda proses persidangan itu untuk memberi kesempatan kepada para pihak
menempuh proses mediasi. Dan hakim wajib memberi penjelasan tentang prosedur dan
biaya mediasi

Pertanyaan:
Berikan analisis Anda berkaitan dengan empat model mediasi ? dan manakah yang lebih baik
diterapkan pada setiap perkara perdata yang sedang diperiksa oleh Hakim?

Jawab:
1. Dengan mengajukan gugatan ke pengadilan negeri maka akan ditindak lanjuti dengan proses
pemeriksaan perkara perdata. Secara keseluruhan proses penyelesaian perkara perdata di
pengadilan negeri dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap, yaitu:
a. Tahap Pendahuluan
Tahap awal sebelum dilakukan pemeriksaan perkara. Tahap pendahuluan dimulai dengan
pengajuan gugatan ke pengadilan negeri sampai dengan proses akan disidangkannya
sengketa oleh pengadilan untuk pertama kali. Setelah pengajuan gugatan diterima oleh
bagian kepaniteraan pengadilan negeri selanjutnya penetapan majelis hakim, penetapan hari
sidang dan pihak penggugat menunggu panggilan dari pengadilan untuk menhadiri sidang
pemeriksaan perkaranya.

b. Tahap Penentu
Setelah tahap pendahuluan telah selesai dengan baik, maka tahap selanjutnya adalah tahap
penentuan yang terdiri dari serangkaian proses peradilan perdata. Mulai dari tahap mediasi,
pembacaan gugatan yang meliputi peristiwa jawab-menjawab, tahap pembuktian, hingga
pengembalian putusan yang dilakukan oleh hakim. Tahap mediasi sendiri wajib dilakukan
oleh hakim pada pengadilan. Kewajiban mediasi ini bahkan telah diatur dalam 130 HIR
secara umum dan diatur secara khusus dalam PERMA RI No. 1 tahun 2008 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan. Biasanya kesempatan untuk mediasi diberikan selama 40
hari. Salah satu kegiatan penting dalam penyelesaian perkara perdata melalui pengadilan
negeri adalah Tahap Penentuan, karena dalam tahap ini sebenarnya pemeriksaan perkara
perdata itu dilakukan. Dalam pemeriksaan perkara perdata di pengadilan negeri setelah para
pihak hadir dalam persidangan maka pertama-tama yang dilalukan oleh hakim majelis yang
memeriksa perkara adalah harus melakukan usaha perdamaian diantara para pihak yang
berperkara.

c. Tahap Pelaksanaan
Tahap akhir penyelesaian perkara perdata di pengadilan negeri adalah tahap pelaksanaan
atau yang dikenal dengan tahap eksekusi. Tahap pelaksanaan merupakan tahap untuk
merealisasikan putusan dari hakim yang telah memiliki kekuatan hukum tetap. Yang
menjadi bagian dari tahap satu ini yaitu aanmaning, sita eksekutorial, dan pelaksanaan
putusan baik secara sukarela atau paksa.

Aanmaning itu sendiri merupakan teguran yang diberikan apabila pihak tergugat tidak mau
melaksanakan putusan pengadilan. Lalu sita eksekutorial berarti harta benda dari pihak yang
kalah dimohonkan ke pengadilan untuk disita. Pelaksanaannya, baik sukarela maupun
terpaksa adalah terakhir dalam ruang lingkup hukum acara perdata.

2. Terdapat 4 model mediasi menurut Syahrizal Abbas merujuk pada Laurence Boulle yaitu:
a. Model mediasi yang pertama adalah Settlement Mediation
Mediasi kompromi adalah mediasi yang tujua utamanya adalah untuk mendorong
terciptanya kompromi dari tuntutan kedua belah pihak yang sedang bekonflik. Dalam
mediasi ini, tipe mediator yang dikehendaki adalah orang yang sangat berdedikasi tinggi
meskipun tidak terlalu ahli dalam proses dan teknik mediasi.
b. Model mediasi kedua adalah Facilitative Mediation
Mediasi yang berbasis kepentingan dan penyelesaian masalah. Merupakan mediasi yang
bertujuan untuk mencegah para pihak dari posisi mereka dan menegosiasikan kebutuhan dan
kepentingan para pihak dari pada hak-hak legal mereka secara kaku.
c. Model mediasi ketiga adalah Transformative Mediation
Yang juga dikenal sebagai mediasi terapi rekonsiliasi, merupkan mediasi yang menekankan
pada pencarian akar permasalahn para pihak dengan mempertimbangkan hubungan diantara
mereka melalui pengakuan dan pemberdayaan sebagai dasar dari jalan keluar dari
perselisihan yang ada.
d. Model mediasi keempat adalah Evaluative Mediation
Mediasi normative merupakan model mediasi yang tertujuan untuk mencari Kesepakatan
berdasarkan pada hak-hak legal dari para pihak dalam wilayah yang diantisipasi oleh
pengadilan.

Berdasarkan uaraian diatas menurut saya, model mediasi yang lebih baik diterapkan pada setiap
perkara perdata yang sedang diperiksa oleh Hakim adalah model mediasi kedua dan ketiga. Pada
mediasi model kedua atau Facilitative Mediation yang berbasis kepentingan dan penyelesaian
masalah dengan tujuan menegosiasikan kepentinga n para pihak dari pada hak legal sehingga
dengan mediasi model ini hakim dalam memeriksa sebuah perkara perdata akan focus pada
kepentingan dan penyelesaian perselisihan yang sedang terjadi. Selain itu dengan mediasi model
ketiga atau Transformative Mediation, pada mediasi ini menitikberatkan untuk mencari akar
masalah para pihak dalam perselisihan sehingga tahu apa yang menjadi penyebab perselisihan
sehingga hakim dalam memeriksa perkara mengetahui apa penyebab perselisihan tersebut dan
memudahkan hakim untuk memberikan solusi atau keputusan.

Sumber referensi:
- BMP HKUM4405 MODUL 5 Kegiatan Belajar 1
- https://repository.unair.ac.id/39408/4/4.%20BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf
- Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 2006), hal.
5.

Anda mungkin juga menyukai