Anda di halaman 1dari 15

HUKUM ACARA PERDATA

DAN PERADILAN AGAMA.


HES 5C

KELOMPOK 5

ANGGOTA :
1. Taufik Ismail 11200490000123
2. Difa Fadilah 11200490000103
3. Aqifatul Himmah 11200490000003
4. Miftahul Jannah 11200490000109
PEMERIKSAAN DALAM SIDANG SECARA MANUAL DAN SECARA ELEKTRONIK
Mediasi adalah upaya penyelesaian konflik dengan melibatkan pihak ketiga yang
netral, yang tidak memiliki kewenangan mengambil keputusan yang membantu
pihak-pihak yang bersengketa mencapai penyelesaian (solusi) yang diterima oleh
kedua belah pihak.

Mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan
murah, serta dapat memberikan akses yang lebih besar kepada para pihak
menemukan penyelesaian yang memuaskan dan memenuhi rasa keadilan. Mediasi
adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh
kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.
Jenis mediasi

Kecuali perkara yang diselesaikan melalui prosedur pengadilan niaga, pengadilan


hubungan industrial, keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen,
dan keberatan atas putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha, semua sengketa
perdata yang diajukan ke Pengadilan Tingkat Pertama wajib lebih dahulu diupayakan
penyelesaian melalui perdamaian dengan bantuan mediator. [Pasal 4 Perma No. 1 Tahun
2008]

Tahap Proses Mediasi

Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah para pihak menunjuk mediator yang
disepakati, masing-masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada satu sama lain dan
kepada mediator. Dalam waktu paling lama 5 (lima) hari kerja setelah para pihak gagal memilih
mediator, masing-masing pihak dapat menyerahkan resume perkara kepada hakim mediator yang
ditunjuk. Proses mediasi berlangsung paling lama 40 (empat puluh) hari kerja sejak mediator
dipilih oleh para pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis hakim. Atas dasar kesepakatan para pihak,
jangka waktu mediasi dapat diperpanjang paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak berakhir
masa 40 (empat puluh) hari. Jika diperlukan dan atas dasar kesepakatan para pihak, mediasi dapat
dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan alat komunikasi. [Pasal 13 Perma No. 1 Tahun
2008]
KEWENANGAN DAN TUGAS MEDIATOR

 Kewenangan Mediator

Mediator berkewajiban menyatakan mediasi telah gagal jika salah satu pihak atau para pihak atau kuasa
hukumnya telah dua kali berturut-turut tidak menghadiri pertemuan mediasi sesuai jadwal pertemuan
mediasi yang telah disepakati atau telah dua kali berturut-turut tidak menghadiri pertemuan mediasi
tanpa alasan setelah dipanggil secara patut. Jika setelah proses mediasi berjalan, mediator memahami
bahwa dalam sengketa yang sedang dimediasi melibatkan aset atau harta kekayaan atau kepentingan
yang nyata-nyata berkaitan dengan pihak lain yang tidak disebutkan dalam surat gugatan sehingga pihak
lain yang berkepentingan tidak dapat menjadi salah satu pihak dalam proses mediasi, mediator dapat
menyampaikan kepada para pihak dan hakim pemeriksa bahwa perkara yang bersangkutan tidak layak
untuk dimediasi dengan alasan para pihak tidak lengkap. [Pasal 13 Perma No. 1 Tahun 2008)

 Tugas-tugas Mediator

a. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para pihak untuk
dibahas dan disepakati.
b. Mediator wajib mendorong parapihak untuk secara langsung berperan dalam proses mediasi.
c. Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus.
d. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan mereka dan
mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak. [Pasal 15 Perma No. 1
Tahun 2008]
Mediasi dapat diselenggarakan di salah satu ruang Pengadilan Tingkat Pertama atau ditempat lain
yang disepakati oleh para pihak. Mediator hakim tidak boleh menyelenggarakan mediasi di luar
pengadilan. Penyelenggaraan mediasi di salah satu ruang Pengadilan Tingkat Pertama tidak
dikenakan biaya. [Pasal 20 Perma No. 1 Tahun 2008]
Replik adalah anggapan penggugat atas jawaban yang diajukan oleh tergugat. Replik harus disesuaikan
dengan kualitas dan kuantitas jawaban tergugat. Oleh arena itu, replik adalah respon penggugat atas jawaban
yang diajukan tergugat. bahkan tidak tertutup kemungkinan membuka peluang kepada penggugat untuk
mengajukan replik. Replik penggugat ini dapat berisi pembenaran terhadap jawaban tergugat atau boleh jadi
penggugat menambah keterangannya dengan tujuan untuk memperjelas dalil yang diajukan penggugat
dalam gugatannya
Duplik adalah jawaban tergugat atas replik yang diajukan penggugat. tergugat dalam dupliknya mungkin
membenarkan dalil yang diajukan penggugat dalam repliknya dan tidak pula tertutup kemungkinan tergugat
mengemukakan dalil baru yang dapat meneguhkan sanggahannya atas replik tang di ajukan tergugat. Tahapan
replik dan duplik dapat saja diulangi sampai terdapat titik temu antara penggugat dengan tergugat atau dapat
disimpulkan titik sengketa antara penggugat dengan tergugat atau tidak tertutup kemungkinan hakimlah yang
menutup kemungkinan dibukanya kembali proses jawab-menjawab ini, apabila mejelis hakim menilai, bahwa
replik yang diajukan Penggugat dengan duplik yang diajukan oleh tergugat hanya mengulang-ngulang dalil
yang telah pernah dikemukakan di depan sidang.
Eksepsi merupakan bagian dari jawaban Tergugat terhadap
gugatan yang diajukan oleh penggugat. Eksepsi pada
pokoknya membuat bantahan-bantahan tertentu adalah suatu a. Eksepsi surat gugatan Penggugat tidak sah
tangkisan atau sanggahan yang tidak berkaitan langsung b. Eksepsi error in persona
pokok perkara. Eksepsi pada dasarnya mempersoalkan
keabsahan formal dari gugatan Penggugat. Pada c. Eksepsi nebis in idem
perkembangannya, ternyata eksepsi tidak menyangkut d. Eksepsi Hukum Materil.
masalah keabsahan formal belaka, namun menyangkut pokok
perkara yang menentukan dapat tidaknya pemeriksaan pokok
perkara dilanjutkan.
Menurut M. Yahya Harahap dalam buku Hukum Acara Perdata
tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Istilah konvensi sebenarnya merupakan istilah untuk
Putusan Pengadilan istilah (gugatan) rekonvensi diatur dalam menyebut gugatan awal atau gugatan asli. Istilah ini
Pasal 132a HIR yang maknanya rekonvensi adalah gugatan yang memang jarang digunakan dibanding istilah gugatan
diajukan tergugat sebagai gugatan balasan terhadap gugatan karena istilah konvensi baru akan dipakai apabila ada
yang diajukan penggugat kepadanya. Dalam penjelasan Pasal rekonvensi (gugatan balik tergugat kepada penggugat). Di
132a HIR disebutkan, oleh karena bagi tergugat diberi dalam penjelasan Yahya Harahap, Anda dapat menemukan
kesempatan untuk mengajukan gugatan melawan, artinya. untuk bahwa ketika penggugat asal (A) digugat balik oleh
menggugat kembali penggugat, maka tergugat itu tidak perlu tergugat (B) maka gugatan A disebut gugatan konvensi dan
mengajukan tuntutan baru, akan tetapi cukup dengan memajukan gugatan balik B disebut gugatan rekonvensi
gugatan pembalasan itu bersama-sama dengan jawabannya
terhadap gugatan lawannya

Yahya Harahap menjelaskan bahwa gugatan provisi merupakan permohonan kepada hakim (dalam hal ini arbiter)
agar ada tindakan sementara mengenai hal yang tidak termasuk pokok perkara, misalnya melarang meneruskan
pembangunan di atas tanah yang diperkarakan dengan ancaman membayat uang paksa. Apabila dikabulkan, maka
disebut putusan provisionil. Putusan provisionil merupakan salah satu jenis putusan sela
Mencabut gugatan adalah tindakan menarik kembali suatu
gugatan yang telah didaftarkan dikepaniteraan pengadilan agama. a. Pencabutan perkara sebelum relaas panggilan sidang
Tindakan ini banyak dilakukan dalam praktek dari berbagai disampaikan kepada tergugat oleh juru sita
macam alasan. Umpamanya gugatan telah didaftarkan di b. Pencabutan perkara setelah relaas panggilan sidang
kepaniteraan, pengadilan agama penggugat mengetahui bahwa disampaikan kepada tergugat
tergugat tidak hadir namun penggugat mencabut gugatannya.
c. Pencabutan perkara dalam sidang yang tidak dihadiri
HIR dan RBG tidak ada yang mengatur masalah pencabutan
gugatan, akan tetapi diatur dalam RV. Oleh karena itu dalam
tergugat
prakteknya gugatan dapat dicabut kembali, selama tergugat d. Pencabutan perkara dalam sidang yang dihadiri
belum mengajukan jawabannya. Sedangkan Perubahan gugatan tergugat dan tergugat belum memberikan jawaban
adalah salah satu hak yang diberikan kepada penggugat dalam hal e. Pencabutan perkara setelah tergugat memberikan
mengubah atau mengurangi isi dari surat gugatan yang dibuat jawabannya.
olehnya. Dalam hal ini, baik hakim maupun tergugat tidak dapat
menghalangi dan melarang penggugat untuk mengubah
gugatannya tersebut. Perubahan gugatan harus tetap
mengedepankan nilai-nilai hukum yang ada sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Tata cara pencabutan gugatan berpedoman pada ketentuan Pasal 271 -
272 Rv, mengenai beberapa hal tentang pencabutan gugatan yaitu:
a. Pihak yang berhak melakukan pencabutan gugatan Pihak yang
berhak melakukan pencabutan gugatan adalah penggugat sendiri
pribadi, hal ini dikarenakan penggugat sendiri yang paling
mengetahui hak dan kepentingannya dalam kasus yang
Menurut, Tarsi Hawi bahwasannya pencabutan perkara sering bersangkutan. Selain penggugat sendiri, pihak lain adalah kuasa
dilakukan oleh berbagai sebab, adakalanya pencabutan itu karena yang ditunjuk oleh penggugat. penggugat memberikan kuasa
para pihak ingin menyelesaikan perkaranya dengan damai, atau kepada pihak lain dengan surat kuasa khusus sesuai pasal 123 HIR
kepentingan penggugat telah terpenuhi atau penggugat ingin dan di dalam surat kuasa tersebut dengan tegas diberi penugasan
memperbaiki gugatannya. tetapi untuk yang terakhir ini tidak untuk mencabut gugatan.
berlaku dalam hal pencabutan yang dilakukan penggugat dalam b. Pencabutan gugatan atas perkara yang belum diperiksa dilakukan
persidangan atas persetujuan tergugat dengan surat pencabutan gugatan atas perkara yang belum
diperiksa mutlak menjadi hak penggugat dan tidak memerlukan
dari persetujuantergugat. Pencabutan dilakukan dengan surat
pencabutan gugatan yang ditunjukkan dan disamakan kepada
Pengadilan Agama tingkat pertama.
c. Pencabutan gugatan atas perkara yang sudah diperiksa dilakukan
dalam sidang.
HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN DALAM PENCABUTAN
Akibat Hukum Pencabutan Gugatan

Dalam suatu perkara perdata, terdapat 2 (dua) pihak yang dikenal


Akibat Hukum Pencabutan Gugatan adalah terdapat dalam sebagai penggugat dan tergugat. Apabila pihak penggugat merasa
Pasal 272 Rv mengatur tentang akibat hukum pencabutan dirugikan haknya, maka ia akan membuat surat gugatan yang
gugatan. Pencabutan mengakhiri perkara, Pencabutan gugatan didaftarkan
. kepada pengadilan negeri setempat yang berwenang dan
bersifat final mengakhiri perkara. kemudian oleh pengadilan negeri disampaikan kepada pihak
Tidak menjadi soal apabila pencabutan tersebut dilakukan tergugat. Dalam hal surat gugatan yang telah didaftarkan oleh
sebelum proses pemeriksaan. Walaupun pencabutan tersebut penggugat, maka penggugat dapat melakukan perubahan gugatan
karena dilakukan tanpa persetujuan tergugat, pencabutan
tersebut tetap bersifat final. Tertutup segala Upaya Putusan
pencabutan gugatan adalah bersifat final dan analog dengan
putusan perdamaian berdasarkan pasal 130 HIR. Konsekuensi
hukum yang harus ditegakkan adalah: Putusan pencabutan
gugatan mengikat, sebagaimana putusan yang telah
berkekuatan hukum tetap.
Apabila pada hari sidang pertama penggugat atau semua
penggugat tidak datang, meskipun telah dipanggil dengan patut
dan juga tidak mengirim kuasanya yang sah, sedangkan tergugat
atau ku asanya yang sah datang, maka gugatan digugur kan dan
penggugat dihukum untuk membayar biaya perkara. Penggugat Apabila pada hari sidang pertama dan pada hari sidang kedua
dapat mengajukan gu gatan tersebut sekali lagi dengan membayar tergugat atau semua tergugat tidak datang padahal telah dipanggil
panjar biaya perkara lagi. Apabila telab dilakukan sita jaminan, dengan patut dan juga tidak mengirim kuasanya yang sah,
sita tersebut ikut gugur. sedangkan penggugat/para penggugat selalu datang, maka perkara
Dalam hal-hal yang tertentu, misalnya apabila penggugat tempat akan
. diputus verstek.
tinggalnya jauh atau ia benar mengirim kuasanya, namun surat Meskipun tergugat tidak hadir pada hari sidang pertama atau tidak
kuasanya tidak memenuhi syarat, Hakim boleh mengundurkan mengirim kuasanya yang sah, tetapi'jlka ia mengajukan jawaban
dan menyuruh memanggil penggugat sekali lagi. Kepada pihak tertulis beru pa tangkisan tentang tidak berwenang mengadili,
yang datang diberitahukan agar ia menghadap lagi tanpa maka perkara tidak diputus dengan verstek
panggilan. Jika penggugat pada hari sidang pertama tidak datang,
meskipun ia telah dipanggil dengan patut, tetapi pada hari kedua
ia datang dan pada hari ketiga penggugat tidak hadir lagi, perkara
nya tidak bisa digugurkan (pasal 124 HIR).
Menurut Yahya Harahap, putusan yang batal demi hukum Sejalan dengan terbitnya Putusan MK No. 103/PUU-
artinya putusan yang dijatuhkan: XIV/2016 yang telah disebutkan sebelumnya, yang
1. Dianggap “tidak pernah ada” atau never existed sejak
menyatakan tentang putusan pengadilan tingkat pertama.
semula;
2. Putusan yang batal demi hukum tidak mempunyai kekuatan Adapun pernyataan putusan batal demi hukum dapat
dan akibat hukum; diajukan oleh:
3. Dengan demikian putusan yang batal demi hukum, sejak 1. Terdakwa;
semula putusan itu dijatuhkan sama sekali tidak memiliki 2. Penasihat hukum; dan
daya eksekusi atau tidak dapat dilaksanakan. 3. Jaksa.

Anda mungkin juga menyukai