Anda di halaman 1dari 11

Kelompok V

PEMERIKSAAN PERKARA DIMUKA SIDANG PENGADILAN


A. Jawaban Tergugat

Dalam sebuah sengketa atau perkara antara dua pihak dan beberapa pihak dapat diupayakan agar diantara
mereka terjadi perdamaian, penyelesaian sengketa melalui perdamaian ini jauh lebih efektif,
perdamaian bisa dilakukan di luar pengadilan atau juga dalam sidang pengadilan itu sendiri, kalau
diluar pengadilan kita mengenal adanya ADR (Alternative Dispute Resolution) dalam berbagai bentuk
seperti : Mediasi dengan bantuan seorang Fasilitator, atau bisa juga dengan cara konsiliasi melalui
seorang konsiliator dll. Kalau perdamaian yang dilakukan di dalam Pengadilan maka pada hari sidang
yang pertama setelah kedua belah pihak hadir maka hakim sesuai fungsinya akan berusaha terlebih
dahulu untuk mendamaikan kedua belah pihak, disini hakim dapat berperan secara aktif.1

Setealah upaya perdamaian yang dilakukan oleh hakim tidak berhasil maka kepada tergugat diberikan
kesempatan untuk mengajukan jawabannya atas gugatan yang diajukan oleh penggugat. Dalam HIR
tidak ada ketentuan yang mewajibkan tergugat untuk menjawab gugatan penggugat namun pasal 121
ayat (2) HIR dan Pasal 145 ayat (2) Rbg hanya menentukan bahwa tergugat dapat menjawab baik
secara tertulis maupun secara lisan. Dalam memberikan jawaban biasanya tergugat akan menyusun
jawaban dalam tiga macam atau tingkatan yang meliputi :

a. Eksepsi atau tangkisan yaitu jawaban yang tidak langsung mengenai pokok perkara.

b. Jawaban mengenai pokok perkara.

c. Rekonpensi yaitu gugat balik atau gugat balas yang diajukan oleh tergugat terhadap Penggugat.

Terhadap jawaban ini tergugat biasanya menyusun berdasarkan dalil-dalil yang dikemukakan oleh
Penggugat adakalanya jawaban tersebut berisikan pengakuan tetapi juga dapat berupa bantahan
ataupun fakta-fakta lain. Dalam Pengakuan biasanya ada kemungkinan tergugat akan mengakui
kebenaran dari dalil-dalil gugatan penggugat, sedangkan bantahan adalah suatu pengingkaran terhadap
apa yang dikemukakan oleh penggugat dalam dalil-dalil gugatannya yang diajukan oleh penggugat,
sedangkan fakta-fakta lain adalah fakta-fakta baru
1
Muhammad Charisul Asbachi, Ach Rizal Mutawakkil, Muhammad Rizki Syahrul Ramadhan, “Pemeriksaan Perkara dalam
Hukum Acara Perdata”, Makalah dipresentasikan pada mata kuliah Hukum Acara Perdata, Universitas Hasyim Asy’ari
Tebuireng Jombang, 2018.

1
yang dikemukakan oleh tergugat untuk membenarkan kedudukannya di mata penggugat misalnya
seandainya tergugat wanprestasi bukan karena kemauannya sendiri akan tetapi dikarenakan tergugat
jatuh pailit dan sebagainya. Untuk mendukung dalil-dalil bantahan dalam jawabannya tergugat dapat
mempergunakan sumber-sumber kepustakaan, yurisprudensi, doktrin lainnya.

B. Intervensi Terhadap Perkara Yang Diperiksa

Proses pemeriksaan perkara dimulai dari tahap pengajuan gugatan, gugatan tersebut diajukan kepada ketua
pengadilan negeri yang berwenang.2 Pengajuan tersebut dapat diajukan secara tertulis atau lisan.
Setelah itu Penggugat membayar biaya perkara. Perkara tersebut diperiksa oleh Panitera, apabila
sudah lengkap persyaratannya lalu didaftarkan dalam buku register perkara dan memberi nomor
perkara. Setelah itu gugatan akan disampaikan kepada ketua pengadilan negeri. Kemudian ketua
pengadilan menetapkan majelis hakim yang terdiri dari hakim ketua dan hakim anggota. Kemudian
hakim tunggal memeriksa perkara tersebut (pemeriksaan pendahuluan / dismissal process), apabila
perkara ditolak maka hakim akan menetapkan untuk mencoret register perkara tersebut, namun apabila
perkara diterima maka akan ditetapkan hari sidang dan yang kemudian akan dilakukan pemanggilan
para pihak, pemanggilan tersebut sekaligus perintah kepada para pihak melalui surat resmi yang
disampaikan melalui jurusita tentang jadwal dan tempat persidangan perkaranya.

Perintah pemanggilan untuk memanggil para pihak dilakukan ketua majelis hakim kepada jurusita, hal ini
berdasarkan Pasal 121-122 HIR / Pasal 145-146 RBg. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa perintah
memanggil dilakukan oleh ketua majelis hakim dan dilaksanakan oleh jurusita, cara pemanggilan yang
patut menurut Pasal 122 HIR / Pasal 146 RBg adalah tenggang waktu antara hari memanggil dengan
hari persidangan harus sekurang – kurangnya tiga hari kerja. Jika pemanggilan tidak dilakukan dengan
cara tersebut, maka pemanggilan dianggap tidak patut dengan risiko pemanggilan harus diulangi.

Setelah gugatan didaftarkan dan para pihak telah dipanggil dengan patut, maka persidangan dimulai dengan
persidangan pertama. Pada persidangan pertama ini, agenda secara umum dalam perkara gugatan
adalah penasihatan (mengenai formil gugtaan dan juga kemungkinan menempuh jalan damai dalam
menyelesaikan perkara). Jika penggugat dan tergugat hadir di persidangan maka majelis hakim
berupaya mendamaikan kedua belah pihak

2
R. Soeroso, Praktik Hukum Acara Perdata (Tata Cara dan Proses Persidangan) (Jakarta: Sinar Grafika, 2003).

2
(mediasi) hal ini tercantum dalam Pasal 130 HIR / Pasal 154 RBg. Dalam keadaan dimana tergugat tidak
hadir maka tergugat dipanggil sekali lagi sesuai dengan maksud Pasal 126 HIR
/ Pasal 150 RBg. Jika telah dipanggil kedua kalinya dan tergugat tetap tidak hadir maka persidangan
dilanjutkan ke pemeriksaan pokok perkara.3

Apabila tercapai upaya mediasi maka hakim akan memutuskan putusan akta perdamaian. Setelah
dijatuhkannya putusan akta perdamaian maka tidak ada lagi upaya hukum atas perkara itu. Namun
apabila upaya mediasi tersebut tidak tercapai maka proses selanjutnya ialah pembacaan gugatan dan
jawaban gugatan. Pada tahap inilah dapat diajukan pengajuan permohonan gugatan intervensi.
Gugatan intervensi merupakan suatu perbuatan hukum oleh pihak ketiga yang mempunyai
kepentingan dalam gugatan tersebut dengan jalan melibatkan diri atau dilibatkan oleh salah satu pihak
dalam suatu perkara perdata yang sedang berlangsung.4 Pihak intervensi tersebut dapat berperan
sebagai penggugat intervensi ataupun sebagai tergugat intervensi. Perlu diingat bahwa pengajuan
permohonan gugatan intervensi harus diajukan sebelum pembuktian, setelah diajukan maka
pengadilan memeriksa isi gugatan tersebut, apakah pihak ketiga dalam intervensi (intervenien)
termasuk dalam :

a. Voeging
Voeging adalah masuknya pihak ketiga dalam pemeriksaan perkara dengan mendukung salah satu pihak,
yaitu penggugat atau tergugat. Masuknya pihak ketiga merupakan keinginan dari pihak ketiga sendiri.
Pihak siapa yang didukung oleh pihak ketiga bergantung pada kepentingan dari pihak ketiga atas
objek perkara. Agar pihak ketiga dapat diterima sebagai pihak melalui intervensi secara voeging,
maka setidaknya harus memenuhi syarat berikut:
1. Permintaan masuk sebagai pihak berisi tuntutan hak tertentu
2. Adanya kepentingan hukum langsung dari pihak ketiga yang ingin dilindungi dengan mendukung
salah satu pihak berperkara
3. Kepentingan tersebut harus memiliki keterkaitan dengan pokok perkara yang sedang diperiksa.
b. Vrijwaring

3
M. Natsir, Hukum Acara Perdata (Teori, Praktik, dan Permasalahannya di Peradilan Umum dan Perdailan Agama) (Yogyakarta:
UII Press, 2016).
4
Puri Galih Kris Endarto, “Tinjauan Yuridis Gugatan Intervensi Tussenkomst sebagai Upaya Hukum Alternatif dalam Gugatan
Hukum Acara Perdata Biasa” Jurnal Hukum Fakultas Hukum UNNES. No. 2 (Juli 2010)

3
Vrijwaring adalah masuknya pihak ketiga kedalam pemeriksaan perkara karena ditarik oleh salah satu
pihak yang sedang berperkara (tergugat). Fungsi ditariknya pihak ketiga sebagai pihak berperkara
adalah sebagai penjamin bagi pihak tergugat. Tujuan utama vrijwaring adalah untuk membebaskan
tergugat pihak yang menariknya (tergugat) dari kemungkinan akibat putusan atas pokok perkara.
Tergugat dalam jawaban atau dupliknya dapat mengajukan permohonan kepada majelis hakim agar
pihak ketiga ditarik sebagai pihak dalam pemeriksaan pokok perkara. Karakteristik vrijwaring :
1. Esensinya merupakan penggabungan tuntutan
2. Salah satu pihak yang bersengketa, dalam hal ini tergugat, menarik pihak ketiga ke dalam sengketa
yang sedang dihadapi
3. Keikutsertaan pihak ketiga timbul karena paksaan bukan karena inisiatifnya sendiri.5
c. Tussenkomst
Tussenkomst adalah masuknya pihak ketiga atas inisiatifnya sendiri dalam pemeriksaan perkara guna
memperjuangkan hak-haknya.6 Pada tussenkomst ini, intervenien masuk sebagai pihak sendiri
berhadapan dengan penggugat dan tergugat. Persyaratan utama tussenkomst adalah pihak ketiga yang
ingin masuk sebagai pihak dalam perkara yang sedang berlangsung harus memiliki hubungan yang
erat dengan pokok perkara. Hubungan langsung di sini diartikan dalam konteks adanya hubungan
hukum antara pihak ketiga dengan para pihak berperkara atau karena objek perkara memiliki kaitan
langsung dengan kepengtingan hukumnya yang perlu dilindungi.
Setelah itu proses dilanjutkan dengan acara perundingan para pihak yang berperkara sebelum diajukannya
permohonan gugatan intervensi tersebut, setelah perundingan tersebut selesai, hakim akan
menjatuhkan putusan sela (tussen vonis) yang dapat berupa diterimanya permohonan gugatan
intervensi, diterimanya permohonanan gugatan intervensi tersebut memiliki dua pilihan yaitu apakah
penggugat intervensi membela diri sendiri atau membela orang lain (tergugat). Apabila penggugat
intervensi mengajukan permohonan gugatan intervensinya untuk membela dirinya maka penggugat
intervensi akan mengajukan dalil - dalil gugatannya dan mengajukan bukti untuk memperkuat
gugatannya dipersidangan, namun apabila ia mengajukan

5
A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2007)
6
Boom Jurisdisch, “Jürgen Habermas, Ach, Europa. Frankfurt am Main: Suhrkamp”. Dit artikel uit Netherlands Journal of
Legal Philosophy, 2008.

4
permohonan gugatan intervensi tersebut guna membantu orang lain (tergugat) maka penggugat intervensi
akan membantu tergugat untuk menjawab gugatan dari penggugat serta penggugat intervensi juga
dapat mengajukan bukti guna memperkuat tergugat. Namun jika permohonan gugatan intervensi
ditolak, maka penolakan tersebut dapat terjadi karena subjek dan objek perkara dianggap tidak
bersangkutan dengan perkara yang dipersidangkan dan setelah itu persidangan dilanjutkan ke
pembuktian gugatan sebelumnya.
Apabila tidak adanya upaya intervensi dari pihak lain maka acara pembacaan gugatan dan jawaban gugatan
dilanjutkan dengan proses pembuktian. Mengenai pemeriksaan suatu perkara yang objeknya benda
(zaaken) khususnya benda tidak bergerak, meskipun dalam pembuktian di persidangan telah
tergambar adanya objek dalam gugatan dimaksud benar adanya namun hakim merasa masih belum
mendapatkan gambaran yang lebih utuh dan lengkap mengenai objek tersebut. Setelah itu maka proses
persidangan dilanjutkan dengan acara pemeriksaan setempat. Pemeriksaan setempat adalah sidang
pengadilan yang dilakukan di tempat objek perkara terletak guna melihat keadaan atau memeriksa
secara langsung objek tersebut dengan dipimpin oleh salah seorang atau lebih anggota majelis hakim
dan dibantu oleh panitera pengganti yang mencatat peristiwa-peristiwa selama berlangsungnya
pemeriksaan setempat tersebut. Ketentuan mengenai pemeriksaan setempat diatur dalam Pasal 153
HIR, Pasal 180 RBg, dan Pasal 211-214 Rv.7
Proses selanjutnya ialah penyitaan, penyitaan (beslaag) merupakan tindakan menyita barang - barang milik
/ atau yang dikuasai tergugat guna menjaga agar barang- barang yang disita tersebut tidak
dipindahtangankan secara melawan hak oleh tergugat maupun oleh pihak lain yang dapat merugikan
kepentingan penggugat. Proses selanjutnya dilanjutkan pada kesimpulan, kesimpulan adalah
penyampaian pandangan para pihak secara umum mengenai proses persidangan yang telah dijalankan,
mulai dari tahap awal hingga penyitaan. Kesimpulan disampaikan baik oleh penggugat maupun
tergugat. Kesimpulan dapat disampaikan para pihak baik secara lisan maupun secara tertulis.
Selanjutnya, setelah seluruh proses persidangan dilaksanakan maka majelis hakim akan melakukan
musyawarah untuk tercapainya mufakat guna memutuskan hasil persidangan. Pelaksanaan
musyawarah majelis tunduk pada ketentuan Pasal 178

7
Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata (Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan)
(Jakarta: Sinar Grafika, 2008)

5
HIR / Pasal 189 RBg. Setelah tercapainya mufakat maka majelis hakim membacakan putusan kepada para
pihak, para pihak berperkara memiliki hak untuk berpikir dan mengambil tindakan apakah akan
melakukan upaya hukum atau tidak. Tenggat waktu berpikir mengenai hal tersebut ialah 14 (empat
belas) hari sejak putusan diucapkan (jika dihadiri oleh kedua belah pihak) atau 14 (empat belas) hari
sejak pemberitahuan putusan diterima oleh pihak berperkara (jika salah satu pihak tidak hadir saat
pembacaan putusan). Terhadap putusan dalam perkara gugatan (contentius), upaya hukumnya ialah
banding ke Pengadilan Tinggi kemudian jika tidak puas dengan putusan banding dapat mengajukan
upaya hukum kasasi.
C. Bantahan Terhadap Pokok Perkara
Dalam hukum acara perdata, setiap orang dan/atau badan hukum yang digugat oleh Penggugat di
pengadilan, disebut sebagai Tergugat dan diberikan hak untuk mengajukan jawaban dan bantahan
terhadap pokok perkara dalam gugatan penggugat tersebut. Bantahan yaitu upaya tangkisan atau
pembelaan yang diajukan Tergugat terhadap pokok perkara. Pengertian ini dapat pula diartikan :
1. Jawaban Tergugat mengenai pokok perkara;
2. Bantahan yang langsung ditujukan Tergugat terhadap pokok perkara.
Intisari (esensi) dari bantahan terhadap pokok perkara, berisi alasan dan penegasan yang sengaja dibuat dan
dikemukakan Tergugat, baik secara lisan maupun secara tulisan dengan maksud untuk menyanggah
atau menyangkal kebenaran dalil gugatan yang dituangkan tergugat dalam jawabannya. Dengan kata
lain, bantahan terhadap pokok perkara disampaikan dalam jawaban tergugat untuk menolak dalil
gugatan penggugat. Secara teknis, pemeriksaan perkara menjalani proses jawab- menjawab di sidang
pengadilan sebagaimana digariskan dalam ketentuan Pasal 142 RV yang menegaskan para pihak dapat
saling menyampaikan surat jawaban serta replik dan duplik.
Replik yaitu jawaban penggugat terhadap jawaban tergugat atas gugatannya. Replik diajukan oleh
penggugat untuk meneguhkan gugatannya, dengan mematahkan alasan-alasan penolakan yang
dikemukakan tergugat dalam jawabannya. Setelah penggugat mengajukan Replik, tahapan
pemeriksaan selanjutnya ialah Duplik, yaitu jawaban tergugat terhadap Replik yang diajukan
penggugat. Sama seperti Replik, Duplik juga dapat diajukan dalam bentuka tertulis maupun lisan.
Duplik diajukan tergugat untuk meneguhkan jawabannya yang lazimnya berisi penolakan terhadap
gugatan penggugat. Dalam prakteknya yang terjadi di Pengadilan Negeri sekarang

10
biasanya proses Replik -Duplik antara penggugat dan tergugat diajukan dengan bentuk tulisan, sehingga
untuk menyiapkan segala kebutuhannya membutuhkan waktu yang cukup lama, dengan cara menunda
sidang selama beberapa hari sampai kedua belah pihak siap dan dapat melanjutkan persidangan.8

D. CONTOH REPLIK DAN DUPLIK DALAM PERKARA PERDATA

Bangkalan, 15 Februari 2013


REPLIK DALAM PERKARA PERDATA
Nomor: 0351/Pdt/G/Thn 2013/PN BKL
Antara
Nama : Yunia Rahmah
Pekerjaan : Direktur. PT Gading Madura
Tempat, tanggal lahir : Bangkalan
Alamat : Jl. Socah Nomor 133 Bangkalan
Yang selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT

Dalam hal ini Penggugat diwakili oleh kuasa hukumnya, yakni: Nama :
Nurhayati.S.H
Pekerjaan : Advokat
Tempat, tanggal lahir : Bangkalan, 02 Februari 1980
Alamat : Jalan Soekarno-Hatta Nomor 09 Bangkalan

Lawan

Nama : Mayra Musdalifah


Pekerjaan : Pengusaha
Tempat, tanggal lahir : Bangkalan, 23, 05, 1985
Alamat : Jalan Telang Indah Nomor 29 Bangkalan
Selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT

Dalam hal ini Tergugat diwakili oleh kuasa hukumnya, yakni: Nama
: Nadia Omara.S.H
Pekerjaan : Advokat
Tempat, tanggal lahir : Bandung, 20 Juni 1980
Alamat : Jalan Letjen Hartoyo Nomor 45 Surabaya

17
Dengan hormat,
Untuk dan atas nama penggugat dalam Konvensi/Tergugat, dengan ini kami sampaikan Replik dalam
Kovensi/lawan sebagai berikut:

DALAM KONVENSI

1. Penggugat menolak semua dalil-dalil Tergugat kecuali dengan tegas-tegas diakui kebenarannya
oleh Penggugat
2. Mengenai hubungan Penggugat dengan Tergugat adalah sebagai berikut:

 Bahwa tergugat beralibi Selama ini terhitung sejak tanggal Januari 2012-januari 2013 telah
membayar angsuran tanpa tunggakan adalah tidak benar, yang terjadi adalah terhitung sejak januari
April 2012 tergugat sering lari dari tanggung jawab (tungggakan).
 Bahwa sebelumnya memang sudah ada jawaban somasi yang muatannya mengenai ajakan untuk
bernegosiasi, namun dalam hal ini penggugat juga tidak beriktikat baik dan hendak melepaskan diri
dari tunggakan
 Bahwa sejak bulan Februari 2012 penggugat mengalami kesulitan dalam keuangan, adalah omong
kosong
Maka berdasarkan dalil-dalil yang sudah dipaparkan diatas, maka sudikah kiranya Majelis Hakim Yang
Terhormat untuk memutuskan:

DALAM KONVENSI
Mengabulkan gugatan untuk keseluruhannya Atas
perhatiannya kami sampaikan terima kasih.

Hormat Kami Kuasa Hukum Penggugat

(Nurhayati. S.H )

18
DUPLIK DALAM PERKARA PERDATA
Nomor: 0351/Pdt/G/Thn 2013/PN BKL

Antara

Nama : Mayra Musdalifah


Pekerjaan : Pengusah
Tempat, tanggal lahir : Bangkalan, 23, 05, 1985
Alamat : Jalan Telang Indah Nomor 29 Bangkalan
Selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT

Dalam hal ini Tergugat diwakili oleh kuasa hukumnya, yakni: Nama
: Nadia Omara.S.H
Pekerjaan : Advokat
Tempat, tanggal lahir : Bandung, 20 Juni 1980
Alamat : Jalan Letjen Hartoyo Nomor 45 Surabaya

Lawan

Nama : Yunia Rahma


Pekerjaan : Direktur. PT Gading Madura
Tempat, tanggal lahir : Bangkalan
Alamat : Jl. Socah Nomor 133 Bangkalan
Yang selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT

Dalam hal ini Penggugat diwakili oleh kuasa hukumnya, yakni:


Nama : Nurhayati. S.H
Pekerjaan : Advokat
Tempat, tanggal lahir : Bangkalan, 02 Februari 1980
Alamat : Jalan Soekarno-Hatta Nomor 09 Bangkalan

Dengan hormat,
Untuk dan atas nama Tergugat dengan ini ingin menyampaikan Duplik atas Replik Penggugat tertanggal 15
Desember 2013

19
sebagai berikut:

DALAM KONVENSI

1. Bahwa Tergugat tetap pada dalil-dalil sebagaimana dikemukakan dalam jawaban dan menolak seluruh
dalil yang dikemukakan oleh Penggugat, kecuali hal-hal yang diakui secara tegas.
2. bahwa Tergugat tidak pernah berniat melepaskan tanggung jawab atas Penggugat, atas dasar ini maka
diharapkan tidak terdapat persengketaan diantara Penggugat dan tergugat.
3. bahwa atas dasar itu kami tetap tidak terima terhadap yang telah dituduhkan kepada Tergugat.

DALAM KONVENSI

1. Menolak gugatan Penggugat seluruhnya

2. Setidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima

3. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara.

Hormat Kami Kuasa Hukum Tergugat

(Nadia Omara. S.H)

11
0
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Terhadap jawaban ini tergugat biasanya menyusun berdasarkan dalil-dalil yang dikemukakan oleh
Penggugat adakalanya jawaban tersebut berisikan pengakuan tetapi juga dapat berupa bantahan
ataupun fakta-fakta lain. Dalam Pengakuan biasanya ada kemungkinan tergugat akan mengakui
kebenaran dari dalil-dalil gugatan penggugat, sedangkan bantahan adalah suatu pengingkaran terhadap
apa yang dikemukakan oleh penggugat dalam dalil-dalil gugatannya yang diajukan oleh penggugat,
sedangkan fakta-fakta lain adalah fakta-fakta baru yang dikemukakan oleh tergugat untuk
membenarkan kedudukannya di mata penggugat misalnya seandainya tergugat wanprestasi bukan
karena kemauannya sendiri akan tetapi
2. Bahwa pengajuan permohonan gugatan intervensi harus diajukan sebelum pembuktian, setelah
diajukan maka pengadilan memeriksa isi gugatan tersebut, apakah pihak ketiga dalam intervensi
(intervenien) termasuk dalam Voeging, Vrijwaring Dan Tussenkomst .
3. Replik yaitu jawaban penggugat terhadap jawaban tergugat atas gugatannya. Replik diajukan oleh
penggugat untuk meneguhkan gugatannya, dengan mematahkan alasan-alasan penolakan yang
dikemukakan tergugat dalam jawabannya. Duplik, yaitu jawaban tergugat terhadap Replik yang
diajukan penggugat. Sama seperti Replik, Duplik juga dapat diajukan dalam bentuka tertulis maupun
lisan.

11
1

Anda mungkin juga menyukai