Anda di halaman 1dari 16

ASPEK ETIKOLEGAL

PELAYANAN KEFARMASIAN
OLEH TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN

Disampaikan pada

“SEMINAR NASIONAL TENAGA KEFARMASIAN


DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)”
Samarinda, 24 Agustus 2016
 ETIKA
 Aturan penerapan etika / perilaku dalam
menjalankan profesi
 DISIPLIN
 Aturan penerapan disiplin / kompetensi keilmuan
 HUKUM
 Aturan Hukum Pekerjaan Kefarmasian

1. Dibuat dan disepakati oleh organisasi profesi
2. Kode Etik
3. Diatur, norma prilaku pelaksanaan profesi
4. Sanksi, yaitu moral psikologis
5. Yang mengadili ikatan/organisasi profesi
terkait; Majelis / Dewan Kehormatan, Panitia
Pertimbangan dan Pembinaan Etik
1. Negara dan Organisasi Profesi
2. Standar Profesi
3. Diatur, norma prilaku pelaksana profesi
4. Sanksi, yaitu moral psikologis dan
teguran/pencabutan ijin
5. Yang mengadili Badan yg dibentuk Majelis
Kehormatan Disiplin di tingkat daerah
sampai ke pusat
1. Pemerintah dan DPR
2. UU, PP, Kepres dll
3. Diatur, norma prilaku manusia pada umumnya
4. Sanksi, Pidana berupa kurungan, penjara, mati,
Perdata berupa pembayaran ganti kerugian dan
Administrasi berupa teguran / pencabutan
5. Yang mengadili Pengadilan
 UU No. 36 Tahun 2014: Tenaga Kesehatan
 UU No. 40 Tahun 2004: Sistem Jaminan Sosial
Nasional
 UU No. 35 Tahun 2009: Narkotika
 UU No. 36 Tahun 2009: Kesehatan
 UU No. 24 Tahun 2011: Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial
 PP No. 72 Tahun 1998: Pengamanan Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan
 PP No. 51 Tahun 2009: Pekerjaan Kefarmasian
 Perpres No. 72 Tahun 2012: Sistem Kesehatan Nasional
 Perpres No. 12 Tahun 2013: Jaminan Kesehatan
 SK Menkes No. 186 Tahun 2006: Kebijakan Obat Nasional
 SK Menkes No. 32 Tahun 2013: Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan 2010-2014
 Permenkes No. 889 Th. 2011: Registrasi Izin Praktek dan Izin
Kerja Tenaga kefarmasian
 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/Menkes/SK/X/2004:
Standar Pelayanan Farmasi di RS (revisi)
 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004:
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (revisi)
 SK Menkes No. HK.02.02/MENKES/068/2010: Kewajiban
Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah
Suatu konsep alternatif penyelesaian konflik medik
yang hendak menunjuk pada sebuah pandangan
yang saling mempengaruhi antara etika dan
hukum. Paradigma etikolegal adalah cara berpikir
yang menganggap bahwa dalam pelayanan
kefarmasian, hukum merupakan kristalisasi dari
etika, sehingga ketika pembentukannya (kemudian
juga ketika penerapannya) tak boleh
mengesampingkan etika karena masih merupakan
suatu proses yang berkesinambungan dalam hukum
itu sendiri.
 Menurut PP 51 tahun 2009 pelayanan
kefarmasian adalah suatu pelayanan
langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan
sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk
menigkatkan mutu kehidupan pasien.
 Menurut PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian, Tenaga Teknis Kefarmasian
adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalani pekerjaan kefarmasian,
yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga
Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
 Melayani resep dokter sesuai dengan
tanggung jawab dan standar  profesinya.
 Memberi informasi yang berkaitan dengan
penggunaan/pemakaian obat.
 menghormati hak pasien dan menjaga
kerahasiaan idntitas serta data kesehatan
pasien.
 Melakukan pengelolaan apotek.
 Pelayanan informasi mengenai sediaan
farmasi.
 Standar profesi asisten apoteker adalah
standar minimal bagi asisten apoteker di
Indonesia dalam menjalankan tugas
profesinya sebagai tenaga kesehatan di
bidang kefarmasian.
 Standar Kompetensi adalah bagian dari
standar Profesi Asisten Apoteker
berdasarkan unit kompetensi bagi lulusan
SMF, DIII-Farmasi, DIII-Analisa Farmasi
dan Makanan.
 Dalam konsep etikolegal, maka pada
setiap pelanggaran hukum, sudah
pasti merupakan pelanggaran etik,
tetapi pelanggaran etik harus
dicermati dulu dalam mengungkapkan
kebenarannya secara material untuk
dapat diklaim sebagai pelanggaran
hukum.
 Pada akhirnya, konsep etikolegal memandang perlunya
pencermatan secara professional atas setiap pengaduan
sengketa medik, khususnya untuk wilayah etis yang secara
profetik harus diselesaikan tersendiri melalui Majelis
Kehormatan Organisasi Profesi dan wilayah hukum yang
mengacu pada sistem perundangan yang berlaku di
negara kita.
 Untuk itu, perlu usaha untuk mendorong lahirnya
kebijakan kedepannya sebagai konsekuensi mutlak
dibentuknya sebuah Badan Peradilan Khusus yang
memeriksa dan memutus sengketa medik, dan dalam
skala yang lebih luas, untuk melindungi pasien,
melindungi tenaga kesehatan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di Indonesia..
 Nama : Agus Amri, S.H.,C.L.A.
 TTL : Makassar, 16 Desember 1977
 Agama: Islam
 Pekerjaan : Advokat & Legal Auditor
 Alamat : Perum Sempaja Lestari Indah Blok B/8 Smd
 Kantor : Perum Griya Mukti Sejahtera No. 128 Smd
 Mobile : 081241133011
 Email : lawyer@agusamri.com
 Website : www.agusamri.com

Anda mungkin juga menyukai