Anda di halaman 1dari 32

[ Pengantar MK Etika dan

Hukum Kesehatan]

[ apt. Galih Samodra, M.Farm.]


Universitas Harapan Bangsa
TOPIK UTS-UAS

JUMLAH JUMLAH
NO MATERI UTS NO MATERI UAS
SOAL SOAL
1 Norma 5 1 Regulasi RS 10
2 Asas Etika Farmasi 15 2 Perlindungan konsumen 10
3 Sumpah dan kode etik apoteker 10 3 UU Narkotika 10
4 Pelayanan Resep secara Legal 10 4 Regulasi Puskesmas 10
5 Profesionalisme Apoteker 10 5 Regulasi Obat Tradisional 10
6 Pengolahan OOT 10
6 Perapotekan 20
7 Regulasi Prekursor 10
DAFTAR PUSTAKA

A. REFERENSI
1. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Kesehatan.
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
4. Peraturan menteri kesehatan nomor republik indonesia nomor PERMENKES NOMOR 7 TAHUN 2018 tentang perubahan penggolongan narkotika
5. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
6. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
7. Peraturan Pemerintah RI No.44 tahun 2010 tentang Prekursor
8. Permenkes Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
9. Permenkes Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.
10. Permenkes Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Farmasi di Puskesmas.
11. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 9 tahun 2017 tentang apotek
12. Permenkes Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika dan Prekursor Farmasi
13. Permenkes Republik Indonesia Nomor 889/MenKes/PER/V/2011 tentang Registrasi, Izin Prakterk dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
14. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.340/Menkes/Per/III/2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
15. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2016 Tentang Pedoman Pengelolaan Obat-obat Tertentu Yang Sering Disalahgunakan
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.007 tahun 2012 tentang Registrasi Obat Tradisional
17. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.00.05.41.1384 Tentang Kriteria Dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat
Herbal Terstandar Dan Fitofarmaka
18. Peraturan menteri kesehatan republik tentang Distribusi Obat yang Baik
19. Permenkes Republik Indonesia No 44 tahun 2019 Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika
20. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik.
PENGERTIAN ETIKA

◾Asal kata “ethos” (Yunani) berarti “yang baik, yang layak”


◾Merupakan norma2, nilai2, pola tingkah laku kelompok profesi
tertentu dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
◾ Moral dan etik sama, hanya moral dipakai pada masyarakat yang luas,
etik pada kelompok tertentu
Budaya Kampus
Perilaku dalam berinteraksi dengan lingkungan
kampus
1. Budaya Akademik
2. Budaya Intelek
3. Budaya Kritis
4. Budaya Inovatif
5. Budaya Teknologi
6. Budaya Bersih
ETIKA KAMPUS
Etika Kehidupan Kampus adalah suatu pandangan
tentang nilai-nilai dan norma-norma moral yang melahirkan
tata krama, sopan santun, susila atau etiket.
Merupakan serangkaian ketentuan pada peraturan
yang disepakati bersama
Mengatur tingkah laku setiap warga kampus, (dosen,
karyawan dan mahasiswa) baik secara tertulis (kode etik)
maupun tidak tertulis agar dapat digunakan sebagai
pedoman dalam setiap tindakan di dalam maupun di luar
kampus.
Bentuk Dan Jenis Etika Kehidupan Kampus,
meliputi:
1.Perkuliahan
a)Dosen dan mahasiswa harus datang tepat
waktu, sesuai dengan tempat, hari/waktu, dan
jam yang telah ditentukan.
b)Toleransi keterlambatan masing-masing
adalah 10 menit dalam arti apabila dosen
terlambat, mahasiswa berhak meninggalkan
ruang kuliah dan absensi terus jalan,
sebaliknya jika mahasiswa terlambat 10 menit
tidak diperkenankan masuk ruangan.
2. Absen dosen dan Mahasiswa
a)Dosen dan mahasiswa harus
memenuhi minimal 80% dari ketentuan
kuliah.
b)Apabila mahasiswa titip absen, maka
kedua mahasiswa yang bersangkutan
dikenakan sanksi akademik sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
3 Menyontek dan kerjasama dalam rangka
.

evaluasi terhadap kegiatan proses belajar


mengajar.
a) Dilarang bekerjasama satu sama lain,
menyontek atau ngerpek (melihat buku)
ataupun bentuk kecurangan lainnya.
b) Apabila ini terjadi maka, mahasiswa yang
bersangkutan langsung dikenakan sanksi
berupa dikeluarkan dari ruang ujian dan
dianggap tidak pernah mengikuti ujian.
4 Busana Kampus untuk warga kampus (Dosen,
.

Mahasiswa dan Karyawan)

a) Sopan, menutupi aurat dan terkesan rapi.


b) Tidak diperkenankan memakai kaos oblong
c) Bagi wanita tidak diperkenankan memakai
kaos ketat.
5. Alas Kaki/Sepatu
Bagi dosen, mahasiswa maupun karyawan
dalam acara-acara yang sifatnya formal
(bekerja, kuliah) diwajibkan memakai sepatu.

6. Rambut dan Tata Rias Rambut


a)Tertata rapi dan tidak awut-awutan.
b)Tatarias wajah yang berlebihan, tidak
disarankan bagi mahasiswa yang sedang kuliah,
terkecuali dalam acara - acara resmi (wisuda
atau acara kepanitiaan lainnya).
7. Penggunaan Bahasa Indonesia yang
Baik dan Benar.
Dalam interaksi keilmuan dan keseharian
diwajibkan bagi seluruh warga
kampus untuk memakai Bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
8. Cara menghubungi dan mengirim Pesan Singkat kepada
Dosen
➢Mengirim Pesan Singkat kepada Dosen
Jam Mengirim Pesan Singkat adalah Jam Kerja
a)Menuliskan salam di awal pesan
b)menuliskan identitas anda
c)menuliskan keperluan anda dengan jelas
d)menuliskan kata terima kasih di akhir
➢ Menghubungi /menelefon Dosen
a)Membuat ijin terlebih dahulu melalui SMS
b)Mengucapkan salam
c)Menyebutkan Identitas anda
d)Menjelaskan keperluan anda dengan singkat dan jelas
e)Mengucapkan kata terima kasih di akhir
9 Etika Kebebasan Mimbar dan Tanggung Jawab
.

Kampus.
a) Kebebasan mimbar adalah sebagai wahana
dan saluran bagi pengembangan kreativitas
sesuai dengan nuansa Reformasi, harus
senantiasa ditumbuh kembangkan.
b) Harus sesuai dengan eksistensi kampus itu
sendiri sebagai lembaga intelektual dan
kultural.
c) Dilandasi oleh norma - norma yang berlaku,
bermoral dan mempunyai sikap etis.
ETIK BERKAITAN DENGAN SOPAN SANTUN DALAM:

• Pergaulan dalam masyarakat


• Berkaitan dengan sikap tindak dalam menjalankan profesinya disebut
kode etik profesi
KESAMAAN ANTARA ETIK DAN HUKUM

◾ Mengatur bidang yang sama yaitu mengatur orang-orang yang terdapat


dalam masyarakat dengan tujuan untuk menjadikan tata tertib dan
kebaikan dalam masyarakat
PERBEDAAN
ETIKA
HUKUM
1. Mengatur hal2 yang kecil, sederhana.
1. Mengatur hal2 yang kompleks.
2. Berjalan pada masyarakat yang statis.
2. Pada masyarakat yang kompleks harus
3. Berlaku untuk lingkungan profesi. diperkuat oleh hukum.
4. Disusun atas kesepakatan profesi. 3. Berlaku umum.
5. Tidak seluruhnya tertulis. 4. Disusun oleh lembaga yang berwenang.
6. Sanksi berupa teguran/peringatan 5. Seluruhnya tertulis.
7. Penyelesaian oleh Majelis Pembina Etik 6. Sanksi berupa denda/ganti rugi/penjara.
Apoteker Pusat (MPEAP) 7. Penyelesaian PN.
KESULITAN SAAT INI

• Etika mempunyai sanksi moral, profesi mempunyai sanksi


disiplin profesi.
• Dan sekarang para ahli hukum menganggap bahwa standar
prosedur dan pelayanan kesehatan dianggap sebagai ranah
hukum.
• Dan ini menurut profesi kesehatan dianggap bahwa memenuhi
standar profesi adalah bagian dari sikap etis dan profesional
• Sehingga penafsiran ahli hukum: pelanggaran standar profesi
dapat diartikan juga melanggar hukum
• Ini perlu diinformasikan kepada profesi kesehatan dan profesi
hukum, hal ini harus berbeda
Kaidah Dasar Moral (Moral Principle)

1. Prinsip Autonomy= yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien.
Selanjutnya diklinik dibuat informed consent dalam setiap dokter melakukan tindakan.( pasien
berpendidikan, dewasa, matang dsb)

2. Prinsip Beneficence= yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan kepada kebaikan
pasien. Disini ditekankan tindakan atau perbuatan yang mempunyai sisi baik atau bermanfaat lebih besar
dibanding dengan sisi buruk atau mudharat (Secara umum tindakan dokter dapat dilakukan dan berlaku
pada semua pasien normal).
3. Prinsip Non-maleficence= yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yg memperburuk keadaan pasien
(Pasien dalam keadaan gawat, harus diperlukan tindakan medik untuk penyelamatan jiwanya, pasien rentan,
dsb).
4. Prinsip Justice = yaitu prinsip moral yang mementingkan keadilan dalam bersikap maupun dalam
mendistribusikan sumberdaya (konteks membahas hak orang lain, selain dari pasiennya itu sendiri).
HUBUNGAN ETIKA, MORAL, HUKUM

Etika

Moral Hukum

◾Etik dan hukum memiliki tujuan sama → mengatur tertib dan


tenteramnya pergaulan hidup dalam masyarakat.
◾Pelanggaran etik → tidak selalu diikuti dengan pelanggaran hukum
◾Pelanggaran hukum → selalu diikuti pelanggaran etik
Etika Komunikasi Mahasiswa
dengan Dosen — Menjembatani gap
antar generasi

Etika berkomunikasi antara mahasiswa dengan dosen,


khususnya komunikasi melalui media elektronik, tengah
mendapat sorotan belakangan ini. Beberapa universitas
terkemuka di Indonesia sampai merasa perlu mengeluarkan
peraturan atau himbauan tentang tata cara komunikasi yang
baik antara mahasiswa dengan dosen melalui smartphone atau
perangkat elektronik lainnya.

Terbitnya peraturan dan himbauan ini didorong oleh keluhan-


keluhan dari dosen tentang banyaknya komunikasi dari
mahasiswa via telepon, SMS, email, sampai pesan instan seperti
Whatsapp, Line, dsb., yang kurang beretika. Ada gap yang
cukup besar antara dosen dengan mahasiswa dalam
memandang etika komunikasi. Perbedaan generasi, disebut-
sebut menjadi alasan terciptanya kesenjangan komunikasi
tersebut.

Para dosen yang umumnya merupakan Generasi Baby-Boomer


(lahir antara tahun 1940an-1960an) dan Generasi X (lahir
1960an — 1980an), memiliki standar yang berbeda dengan
mahasiswa yang merupakan Generasi Milenial (lahir 1980an —
2000an) dalam hal etika komunikasi. Sesuatu yang dipandang
tidak elok atau tidak sopan oleh dosen, sering kali dianggap hal
yang biasa di mata mahasiswa.

Berikut ini beberapa contoh tipe pesan dari mahasiswa, yang


dirasa kurang beretika oleh dosen.

Tipe Tanpa Identitas

“Bu, ibu ada di mana sekarang? Hari ini ke kampus gak bu?”
“Bapak ada di mana???? Ditunggu di kelas xxx sekarang”
“Pak posisi dimana? saya sudah di kampus dari tadi”
“bu kamel, untuk materi kuliah xxx ada dimana?”

Beberapa contoh di atas merupakan contoh pesan tanpa


identitas dari mahasiswa kepada dosen. Setiap dosen mungkin
berurusan dengan ratusan mahasiswa setiap harinya dan tidak
menyimpan nomor kontak seluruh mahasiswa. Apa dampaknya
jika mahasiswa tidak memberitahu identitasnya kepada dosen?
Simaklah percakapan dibawah ini:
Mahasiswa : “ibu, saya mau ketemu”
Dosen : “maaf, ini siapa ya?”
Mahasiswa : “saya budi”
Dosen : “budi yang mana ya?
Mahasiswa : “saya budi mahasiswa ibu”
Dosen : “budi gunawan?”
Mahasiswa : “bukan…, budi setiawan, mahasiswa IF A bu”
Dosen : “Oh, ada keperluan apa ya Mas Budi?”
Mahasiswa : “Saya mau menanyakan tentang nilai saya
yang masih T bu…”
Dosen : “Nilai mata kuliah apa? Saya kan ngajar 3 mata
kuliah di kelas Anda”
Mahasiswa : “Mata kuliah kalkulus bu..”
Dosen : “OK Mas Budi, siang ini jam 1 temui saya di ruangan
saya, nanti saya perlihatkan rincian nilainya”
Mahasiswa : “waduh, siang ini saya ada ujian susulan bu.
nanti sore aja gimana bu?”
Dosen : “baik Mas, nanti jam 4 sore di ruangan saya”
Mahasiswa : “Oke makasih bu..”

Jika mahasiswa hanya menuliskan “ibu, saya mau ketemu”,


dosen tentu bingung ini pesan dari siapa, karena identitasnya
tidak jelas. Dari tukang kredit? petugas asuransi? sales buku?
kolega bisnis? atau mahasiswa? Maksudnya juga tidak jelas,
mau ketemu untuk apa?

Bayangkan, berapa banyak waktu dosen yang terbuang hanya


untuk melayani pesan seperti ini. Ini baru satu orang,
bagaimana jika puluhan mahasiswa mengirim pesan seperti ini
setiap hari?
Bandingkan dengan contoh di bawah ini:
Mahasiswa : “Selamat pagi Bu Siti, saya Budi Setiawan,
mahasiswa Ibu kelas IF A 2016. Saya bermaksud menemui Ibu
untuk menanyakan tentang nilai saya di mata kuliah Kalkulus
yang masih T. Apakah sore ini saya bisa menemui Ibu?”
Dosen : “OK Mas Budi, sore ini jam 4 temui saya di ruangan
saya”
Mahasiswa : “baik Bu, terima kasih banyak atas waktunya”
Jika pesannya mencantumkan identitas dan maksud yang jelas,
dosen cukup membalas pesan dengan singkat, dan semua
selesai tanpa menyita banyak waktu.

Tipe Memerintah

“Bu, saya agus dari kelas 2c. Boleh minta slide kuliah gak bu?
Kirimin via gmail aja ya bu, kita butuh buat belajar nih,
makasih…”
“Bu. Nilai mata kuliah Fisika saya belum keluar di SIMAK.
Dosennya sudah di hubungi oleh ibu belum? Soalnya saya
hubungi tidak respon buu..”
“kalo misal nilainya keluar terus yang nginput ibu bisa tidak
bu”
“bu…., tolong dikoreksi ya bu, saya pengen cepat lulus”

Dosen adalah pendidik yang menyampaikan berbagai ilmu


pengetahuan kepada mahasiswa. Di samping itu, dosen pada
umumnya lebih tua dari mahasiswa, sehingga komunikasi
dengan tipe memerintah sangat tidak beretika. Jika
membutuhkan sesuatu, mahasiswa bisa memintanya dengan
gaya bahasa yang lebih sopan. misalkan:
“Bu, saya agus dari kelas 2c. saya membutuhkan slide mata
kuliah Biologi untuk bahan belajar, dimana saya bisa
mendapatkannya Bu?”

Tipe Alay

“SoRe bu..ApA be5ok 4da kul!ah Ga’ ea?”


“Oowh gitchu ya buk…., mu u cih bingits ya buk….”

Bagi mahasiswa, tulisan 4L4y mungkin lucu dan menarik, tapi


bagi dosen, tentu butuh waktu khusus untuk mencerna tulisan
„aneh‟ tersebut. Yang lebih mendasar lagi, tulisan alay
menunjukkan kesan tidak adanya rasa hormat dari mahasiswa
kepada dosen. Tulisan seperti itu bersifat informal, tidak
selayaknya disampaikan dalam komunikasi dengan dosen.
Gunakanlah bahasa yang baik dan benar.
Tipe ‘Sok Penting’

“Bu, bimbingannya ndak jadi hari ini karena saya ada acara
keluar. Besok saja jam 9. Trims”
“Bu, ini saya masih ngeprint, tunggu yaa…”
“Wah pagi saya nggak bisa e bu, Sore aja ya bu?”

Jika mahasiswa saja memiliki banyak kesibukan sehingga harus


mengatur ulang jadwal pertemuan, apalagi dosen. Dosen
biasanya mengajar beberapa mata kuliah di beberapa kelas yang
berbeda. Dosen juga menangani banyak mahasiswa bimbingan,
ada yang sampai puluhan. Belum lagi kewajiban penelitian dan
pengabdian masyarakat yang cukup menguras pikiran dan
waktu. Beberapa dosen bahkan sering kali harus mengisi
seminar, pelatihan, kuliah umum di berbagai tempat. Jika
dosen tersebut menjabat di struktur kampus sebagai Ketua
Program Studi, Dekan, Ketua LPPM, dsb., kesibukannya
semakin bertambah lagi.

Jadwal kegiatan dosen sangat padat. Jadi jika ingin menjadwal


ulang pertemuan dengan dosen, sebaiknya mahasiswa
menyesuaikan dengan jadwal dosen, bukan dosen yang harus
menyesuaikan jadwal mahasiswa. Bahasa yang digunakan juga
harus dijaga, jangan bergaya „sok penting‟, sehingga bisa
menimbulkan kesan bahwa dosen yang butuh mahasiswa.

Tipe Tidak Tahu Waktu

Banyak dosen yang mengeluhkan mendapatkan pesan, bahkan


telepon dari mahasiswa di tengah malam. Dengan begitu
padatnya kegiatan dosen, waktu istirahat adalah waktu yang
sangat berharga. Menghubungi dosen di waktu istirahat bukan
hanya tidak beretika, tapi tidak manusiawi. Karena
menghubungi siapa pun tidak pantas dilakukan di tengah
malam, kecuali untuk keadaan yang sangat darurat.

Keadaan darurat ini perlu didefinisikan juga dengan baik. Ada


mahasiswa yang merasa bahwa “nilai mata kuliah dia yang
belum keluar” adalah hal darurat, sehingga dia merasa berhak
menanyakannya kapan saja. Keadaan darurat adalah suatu
keadaan yang mengharuskan respons langsung saat itu juga,
dan jika tidak dilakukan respons maka akan terjadi hal yang
lebih parah lagi. Jadi, pilihlah waktu yang tepat untuk
menghubungi dosen, misalnya, pada saat jam kerja ketika dosen
ada di kampus.
Panduan Komunikasi Mahasiswa
dengan Dosen
Sebenarnya masih ada berbagai macam variasi pesan lainnya,
tetapi intinya ada kesenjangan yang cukup signifikan antara
dosen dengan mahasiswa dalam memandang etika komunikasi.
Untuk mengurangi potensi miskomunikasi
tersebut, Universitas Indonesia (UI) menerbitkan
himbauan kepada mahasiswa dengan judul: “Etika
Menghubungi Dosen Melalui Telepon Genggam” yang
terdiri dari 7 hal berikut ini.

1. Waktu
Mahasiswa diimbau memilih waktu yang tepat untuk
menghubungi dosen. Pilihlah waktu yang biasanya tidak dipakai
untuk beristirahat atau beribadah.
Contohnya hindari menghubungi dosen di atas pukul 20.00
atau di saat waktu ibadah.

2. Ucapkan salam
Awali dengan sapaan atau mengucapkan salam. Contoh:
Selamat pagi Bapak/Ibu, atau Assalamu‟alaikum (apabila kedua
belah pihak sesama muslim).

3. Ucapkan kata maaf


Permintaan maaf tidak berarti mahasiswa punya salah kepada
dosen. Kata maaf dimaksudkan untuk menunjukkan sopan
santun dan kerendahan hati mahasiswa. Misalnya ucapkan
maaf karena mengganggu waktu dosen.
4. Sebutkan identitas
Setiap dosen pasti menghadapi ratusan mahasiswa setiap
harinya dan tidak menyimpan nomor kontak seluruh
mahasiswa. Maka, pastikan mahasiswa menyampaikan
identitas di setiap awal komunikasi atau percakapan.
Contoh: “Nama saya Putri, mahasiswa Administrasi Negara
Angkatan 2016, semester ini mengambil mata kuliah Hukum
dan Administrasi Negara di kelas Ibu/Bapak”.

5. Gunakan bahasa yang umum


Berkomunikasi dengan dosen diimbau untuk menggunakan
bahasa umum yang mudah dimengerti. Gunakan tanda baca
yang baik dan dalam konteks formal. Hindari menyingkat kata
seperti dmn, yg, ak, kpn, otw dan lainnya. Hindari kata ganti
non-formal seperti gw, ok, iye dan lain-lain.

6. Tulis pesan dengan jelas


Tuliskan tujuan dengan singkat dan jelas, tetapi tetap
memperhatikan tingkat kesopanan. Misalnya mahasiswa perlu
meminta tanda tangan dosen di lembar pengesahan. Pilihlah
kata-kata yang tepat dan jelas, seperti contoh di bawah ini:
“Saya memerlukan tanda tangan Bapak di lembar pengesahan
saya. Kapan kiranya saya dapat menemui Bapak?”

7. Ucapkan terima kasih


Akhiri pesan dengan menggunakan kalimat terima kasih atau
salam sebagai penutup.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai