Anda di halaman 1dari 14

ASPEK LEGAL DAN ETIK PADA

PASIEN HEMODIALISIS
Ns.Rumiris Pardede,MKep
1. Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
2. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996 tentang TenagaKesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1933 tahun 1999 tentang standar
pelayanan RS
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512 tahun 2007 tentang IzinPraktek dan
Pelaksanaan Praktek Kedokteran/ Kedokteran Gigi
6. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 290 tahun 2008 tentangPersetujuan
Tindakan Kedokteran
7. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 812 tahun 2010 tentang Penyelengaraan
Dialisis Pada Fasilitas PelayananKesehatan
8. Pedoman Pelayanan Hemodialisis di Sarana Pelayanan Kesehatan,Direktoran
Bina Pelayanan Kesehatan Medik Spesialistik tahun 2008
Dokter dan tenaga kesehatan harus berkerja sesuai dengan standar
pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional (SOP) dan
peraturan perundang-undangan guna meningkatkan pelayanan hemodialisis
terhadap pasien.

Pelayanan hemodialisis hanya dapat dilakukan olehtenaga kesehatan yang


telah memiliki izin praktek sesuaikompetensi yang dimiliki

Tenaga kesehatan harus memberikan pelayanan yangsesuai dengan standar


profesi dan standar operasionalprosedur dengan tetap memperhatikan
keselamatandan kesehatan pasien
Permasalahan etik didunia rumah sakit seperti halnya fenomena
gunung es.

Di lndonesia banyak permasalahan yang tidak terungkap. Mulai


dari kasus dugaan malpraktik, kelalaian dalam penanganan
pasien, diskriminasi terhadap pasien, sampai tindak kriminal
lainnya
Berdasarkan laporan dari Institute of Medicine (IOM) diperkirakan
bahwa sekitar 44.000 – 98.000 pasien meninggal setiap tahunnya
karena kesalahan medis, serta mengalami kerugian finansial sebesar
US $17 – 29 milyar (Dietz et al, 2010).

Menurut Reising (2012), malpaktik yang dilakukan perawat profesional


di Amerika Serikat antara lain gagal dalam berkomunikasi, mengikuti
standar praktik, menggunakan peralatan, pendokumentasian data,
melakukan pengkajian dan monitoring.

Data dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia, pada tahun 2010-


2015 diperkirakan terdapat sekitar 485 kasus malpraktik profesi
keperawatan di Indonesia yang terdiri dari 357 kasus malpraktik
administratif, 82 kasus malpraktik sipil, dan 46 kasus malpraktik
kriminal dengan unsur kelalaian.
Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena
dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, perasaan dan kehendak,
akal adalah alat berfikir, sebagai sumber ilmu dan teknologi. Akal
manusia menilai mana yang benar dan salah, sebagai sumber nilai
kebenaran.
Perasaan adalah alat untuk menyatakan keindahan, dengan perasaan
manusia menilai mana yang indah dan jelek. Kehendak adalah alat
untuk menyatakan pilihan sebagai sumber kebaikan. Dengan
kehendak manusia menilai mana yang baik dan mana yang buruk,
sebagai sumber nilai moral.
Etika berasal dari bahasa Inggris ethics ,asal kata ethos yaitu adat, budi pekerti.

Etika pada umumnya adalah setiap manusia mempunyai hak kewajiban untuk
menentukan sendiri tindakan-tindakannya dan mempertanggung jawabkanya
dihadapan Tuhan.
Dengan merujuk pada arti kata etika yang sesuai, maka arti kata moral sama
dengan arti kata etika, yaitu nilai - nilai dan norma - norma yang menjadi
pegangan seseorang, atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Berbicara mengenai tingkah laku seseorang, maka ini pula berkaitan dengan
kesadaran yang harus dijalankan oleh seseorang dalam memaknai dirinya
sebagai manusia ciptaan
Tenaga kesehatan memiliki peran penting dalam
menciptakan pelayanan kesehatan yang bermutu. Di
antaranya dalam menerapkan budaya keselamatan pasien.
Saat ini keselamatan pasien belum sepenuhnya menjadi
budaya dalam pelayanan kesehatan. Hal ini terlihat dari
masih adanya kasus seperti malpraktik, diskriminasi, dan
lainnya
Setiap profesi kesehatan memiliki kode etik masing-masing. Keberadaan
kode etik seharusnya menjadi aspek dalam penerapan budaya
keselamatan pasien.
Undang-undang Rumah Sakit nomor 44 tahun 2009 sudah jelas
mengatakan bahwa keselamatan pasien adalah faktor yang harus
diutamakan oleh petugas kesehatan dibandingkan faktor yang lain.
Beauchamp and Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke suatu
keputusan etik diperlukan dasar moral (moral principle) .

Keempat kaidah dasar moral tersebut adalah:


1. Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak - hak pasien,
terutama hak otonomi pasien (the rights to self determination). Prinsip moral
inilah yang kemudian melahirkan doktrin informed consent.
2.Prinsip beneficence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang
ditujukan
ke kebaikan pasien. Dalam beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk
kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar
dari pada sisi buruknya .

3. Prinsip non maleficience yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien.

4. Prinsip justice, prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
tersikap
Moralitas terbagi ke dalam dua bagian, yakni

(1) moralitas dapat bersifat intrinsik, berasal dari diri manusia itu sendiri
sehingga perbuatan manusia, itu baik atau buruk terlepas atau tidak
dipengaruhi oleh peraturan hukum yang ada. Moralitas intrinsik ini
sesungguhnya terdapat dalam perbuatan diri manusia itu sendiri.

(2) moralitas yang bersifat ekstrinsik penilaiannya didasarkan pada


peraturan hukum yang berlaku, baik yang bersifat perintah ataupun
larangan.

Anda mungkin juga menyukai