Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum

Volume 2, Nomor 1, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

KEADILAN TERHADAP DOKTER PADA KASUS PENGGUNAAN OBAT YANG BELUM


TERDAFTAR DI BPOM REPUBLIK INDONESIA
M Hendra Cordova Masputra1*, Joko Setiyono2, Irawati3
1Fakultas Hukum, Universitas Bandar Lampung
2,3Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro

droidcordova19@gmail.com

ABSTRACT

The use of drugs or creams given by beauty clinic doctors can not be separated from supervision originating
from the Food and Drug Supervisory Agency (BPOM). Not infrequently the doctor did not know that the drugs
given have not been recorded on BPOM. This study aims to analyze justice in the provision of crimes against
doctors related to the use of drugs that have not been registered with BPOM Research Methods using
normative juridical methods with secondary legal materials. The results showed the verdict against the
defendant was found guilty of using drugs that were not registered with BPOM, because ignorance of the
drugs used was not registered with BPOM. The conclusion of this research is the case in Decision Number
2008 K / Pid. Sus / 2016, legally it is indeed guilty, however. Judges should be able to consider actions to
provide relief from Dr. Triphena for its ignorance. As law enforcement officers become one of the very
important institutions in enforcing existing laws. The operation of justice and legal certainty in court depends
on each judge's decision.

Keywords: Justice; Criminal; Professional Doctors; BPOM.

ABSTRAK

Penggunaan obat ataupun krim yang diberikan oleh dokter klinik kecantikan tidak lepas dari supervisi berasal
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Tidak jarang Dokter ternyata tidak mengetahui bahwa obat
yang diberikan belum tercatat pada BPOM. Penelitian ini bertujuan menganalisis Keadilan dalam pemberian
pidana terhadap dokter terkait penggunaan obat yang belum terdaftar di BPOM. Metode Penelitian
menggunakan metode yuridis normatif dengan bahan hukum sekunder. Hasil penelitian menunjukkan Putusan
terhadap terdakwa dinyatakan bersalah karena menggunakan obat-obatan yang belum terdaftar di BPOM,
karena ketidaktahuan terhadap obat digunakan belum terdaftar di BPOM. Kesimpulan penelitian ini adalah
kasus dalam Putusan Nomor 2008 K/Pid.Sus/2016, secara legal memang bersalah, namun. Seharusnya
hakim dapat mempertimbangkan tindakan untuk dapat memberikan keringanan terhadap Dr. Trifena terhadap
ketidaktahuannya. Sebagai Aparat penegak hukum menjadi salah satu lembaga yang sangat penting dalam
menegakkan hukum yang ada. Berjalannya suatu keadilan dan kepastian hukum di dalam pengadilan
tergantung pada setiap keputusan dari hakim.

Kata Kunci: Keadilan; Pidana; Profesi Dokter; BPOM.

*
Corresponding Author

102
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

A. PENDAHULUAN kesehatan itu sendiri. Maka dibentuklah Undang-


Proses penegakan aturan harus menerapkan Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
landasan-landasan yang paling krusial dalam tentang Kesehatan (Agustina, 2015).
kehidupan hukum yaitu suatu keadilan dan kepastian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
hukum. Suatu keadilan dan kepastian hukum tidak 36 tahun 2009 tentang Kesehatan merupakan
dapat dipisahkan dalam aturan dan menjadi faktor pembaharuan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun
yang paling penting pada kelangsungan suatu 1992. Undang-Undang baru ini yang bertujuan untuk
aturan. Keadilan dan kepastian aturan sebagai memberikan payung hukum bagi peraturan
tonggak sekaligus menjadi tolok ukur pada perundang-undangan lainnya, kepastian hukum baik
keberhasilan suatu hukum. Suatu pengadilan pada bagi masyarakat Indonesia penerima pelayanan
Indonesia Bila tidak menerapkan suatu keadilan dan kesehatan maupun tenaga kesehatan selaku
kepastian hukum pada setiap proses aturan maka pemberi pelayanan kesehatan (Koewarijanto,
akan menyebabkan berbagai kendala juga persoalan Chandrawila, Murni, 2015).
yang akan merugikan banyak pihak (Sutiyoso, 2010). Praktek pelayanan kesehatan akan melibatkan
Karena bagaimanapun proses penegakkan hukum itu tenaga kesehatan yaitu setiap orang yang
menjangkau sampai pada tahapan pembuatan mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
hukum atau Undang-undang. Perumusan pikiran memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pembuat Undang-undang yang dituangkan dalam pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
peraturan perundang-undangan akan turut tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
menentukan bagaimana penegakan hukum itu nanti upaya kesehatan. Tenaga Kesehatan yang termasuk
dijalankan (Jainah, 2012). dalam kelompok tenaga medis terdiri atas dokter,
Hal tersebut juga berlaku dalam penegakan dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis.
hukum di bidang kesehatan. Kesehatan adalah hal Dokter sebagai tenaga medis disamping memiliki
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. pengetahuan dan ketrampilan klinis juga harus harus
Kesehatan memiliki strata yang sama dengan memiliki komitmen dan perilaku yang sesuai dengan
kebutuhan sandang, pangan dan papan dalam etika kedokteran dalam upaya menyembuhkan
kebutuhan pokok manusia. Kesehatan itu sendiri pasien.
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial Dokter memiliki tanggungjawab yang besar
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup serta mulia, yang senantiasa wajib mengedepankan
produktif baik secara sosial dan ekonomis. Untuk profesionalitas dalam memberikan pelayanan. Dokter
menjamin kualitas kesehatan maka, diperlukan tidak boleh ditentukan oleh sesuatu yang
Hukum Kesehatan yang mengatur keterjaminan mengakibatkan hilangnya kebebasan dan

103
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

kemandirian profesi. Seorang dokter yang tidak iure), yang menyatakan bahwa “setiap orang
berhati-hati dalam menjalankan profesinya akan dianggap tahu akan undang-undang” sejak undang-
membuatnya jatuh ke dalam kegiatan yang undang tersebut diberlakukan. Hal ini didasarkan
melanggar etika. Hal ini disebabkan karena praktek satu alasan, bahwa manusia mempunyai
pelayanan kesehatan bisa sebagai suatu komoditas kepentingan sejak lahir sampai meninggal. Setiap
perdagangan dengan obyek sentralnya ialah dokter. kepentingan manusia tadi selalu diancam oleh
Dokter adalah alat promosi bagi perusahaan farmasi bahaya pada sekelilingnya. manusia memerlukan
dan akibatnya tidak jarang mereka menjanjikan perlindungan kepentingan, yang dipenuhi oleh
berbagai keuntungan pada dokter. banyak sekali kaidah social, seperti kaidah aturan.
Dalam menjalankan profesinya, seringkali Karena kaidah aturan melindungi kepentingan insan,
dokter melakukan praktek dispensing obat, yaitu maka wajib dipatuhi insan lainnya. sehingga ada
membagikan obat pada pasien. namun pada pencerahan untuk mematuhi peraturan hukum,
praktiknya dokter tidak hanya membagikan obat, supaya kepentingannya sendiri terlindungi (HSB,
namun juga menyimpan sejumlah obat pada 2016).
kawasan praktik pribadinya, termasuk juga oleh Terdapat kasus dimana dokter tidak
dokter klinik kecantikan. Penggunaan obat ataupun mengetahui bahwa obat-obat yang dibagikan /
krim yang diberikan oleh dokter klinik kecantikan disimpan belumlah memiliki izin edar dari BPOM.
tidak lepas dari supervisi berasal Badan Pengawas Seperti dalam Putusan Nomor 2008 K/Pid.Sus/2016,
Obat serta kuliner (BPOM) yang berdasarkan dengan terdakwa dr. Trifena binti Yusuf diputus
Peraturan kepala BPOM Nomor 14 Tahun 2014 bersalah karena menggunakan obat-obatan yang
memiliki tugas melaksanakan kebijakan di bidang belum terdaftar di BPOM. Kasus tersebut ini
pengawasan obat dan kuliner, yg meliputi diketahui bahwa Dr. Trifena diputus bersalah bukan
pengawasan atas produk terapetik, narkotika, karena meracik obat, seperti yang biasa dilakukan
psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, dokter spesialis kulit, namun menggunakan obat-
produk komplemen dan pengawasan atas keamanan obatan yang belum terdaftar di BPOM. Ketidaktahuan
pangan serta bahan berbahaya. aliran krim yg dijual dr. Trifena akan hukum yang akan menjeratnya tidak
sang klinik kecantikan harus memiliki izin edar asal dapat membebaskannya / memaafkannya dari
BPOM. tuntutan hukum (ignorantia jurist non excusat), dalam
Pengaturan tersebut berimplikasi bahwa setiap putusan ini terlihat sangat jelas pemberlakuan asas
Dokter harus mengetahui Obat yang diberikan harus Fiksi hukum (presumtio iures de iure).
terdapat di BPOM. Aturan ini terlihat jelas Berdasarkan uraian diatas terlihat terdapat
pemberlakuan asas Fiksi hukum (presumtio iures de kesenjangan antara Proses penegakan aturan yang

104
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

seharusnya keadilan dengan Putusan Nomor 2008 sanksi pidana berupa hukuman fisik yaitu
K/Pid.Sus/2016, yang memutus bersalah terdakwa pemenjaraan dalam waktu tertentu (Poli, 2018).
bersalah karena menggunakan obat-obatan yang Penelitian Yenny Fitri Z menyatakan bahwa
belum terdaftar di BPOM yang tidak diketahuinya. dokter yang menerima pemberian dari perusahaan
Sehingga dirasa menarik untuk meneliti tentang farmasi dapat dikenakan pidana. Hal ini tujuannya
Keadilan dalam Putusan Nomor 2008 K/Pid. untuk mencegah terjadinya kolusi antara dokter
Sus/2016 yang memberikan Pidana Terhadap Dokter dengan perusahaan farmasi agar tidak merugikan
yang menggunakan Obat Yang Belum Terdaftar Di pasien dalam menerima resep obat dan
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik mendapatkan pelayanan kesehatan (Fitri Z, 2018)
Indonesia yang tidak diketahuinya.. maka tujuan Bagi dokter swasta yang menerima pemberian dari
penelitian ini adalah untuk meneliti mengenai perusahaan farmasi dapat dikualifikasikan sebagai
Keadilan Dalam Pidana Terhadap Dokter Terkait Tindak Pidana Suap yang diatur dalam Pasal 3
Penggunaan Obat Yang Belum Terdaftar Di BPOM Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980 (UU Anti
Republik Indonesia (Studi Putusan Nomor 2008 Suap), sedangkan bagi dokter pegawai negeri dapat
K/Pid. Sus/2016). dikualifikasikan sebagai Tindak Pidana Gratifikasi
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan yang diatur dalam Pasal 12B Undang-Undang Nomor
pada berbagai pustaka, penelitian dengan tema 31 Tahun 1999 junto Undang-Undang Nomor 20
terkait, belum pernah dibahas. Walaupun demikian Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terdapat beberapa kajian penelitian yang dengan Korupsi (Undang-Undang Anti Korupsi).
tema mengenai Profesi Dokter terkait Pemberian Penelitian Hasrul Buamona menyatakan
Obat dan terkait Pemidanaan terhadap Dokter. bahwa untuk menentukan kriteria dokter dalam
Penelitian Mirza N. R. Poli menyatakan bahwa melakukan kesalahan medis, tidak hanya bersandar
Tanggungjawab dan sanksi yang di terapkan bagi pada kesalahan dalam hukum pidana saja.
tenaga kesehatan ataupun apoteker yang melakukan Dikarenakan kriteria untuk menentukan kesalahan
kesalahan atau kelalaian dalam memberikan obat medis dokter, harus melewati terlebih dahulu
sehingga mengakibatkan pasien atau dalam hal ini serangkaian pembuktian dalam ruang lingkup disiplin
konsumen menderita kerugian materi, fisik bahkan ilmu kedokteran dan etika kedokteran, yang
sampai meninggal dunia maka sanksi yang dapat kesemuanya dilakukan dengan cara audit medis
diberikan adalah sanksi administrasi berupa teguran yang dilakukan oleh Komite Medik di Rumah Sakit,
sampai pembekuan izin tenaga kesehatan kemudian sebagaimana ketentuan Pasal 49 Undang-Undang
sanksi keperdataan berupa ganti rugi dalam hal Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran,
perbuatan melawan hukum dan wanprestasi bahkan serta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 755

105
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Tahun 2011 Tentang Penyelenggaraan Komite Medis pembahasan penelitian ini dengan obyek penelitian
di Rumah Sakit. Selain itu Peraturan Konsil adalah Putusan Nomor 2008 K/PID. SUS/2016.
Kedokteran Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Selain itu penelitian ini akan membahas Keadilan
Disiplin Profesional Dokter dan Dokter, merupakan dalam pemberian pidana terhadap dokter terkait
elemen terpenting dan mendasar untuk membuktikan penggunaan obat yang belum terdaftar di badan
dokter telah melakukan kesalahan medis (malpraktik pengawas obat dan makanan republik indonesia.
kedokteran) (Buamona, 2014).
Penelitian Khandakar Kohinur Akter B. METODE PENELITIAN
menyatakan bahwa di Bangladesh, Undang-undang Jenis penelitian yang digunakan dalam
kelalaian medis adalah untuk melindungi pasien dari penelitian ini adalah penelitian hukum normatif
pelanggaran hak mereka atas kesehatan dan untuk (Yuridis Normatif) yakni penelitian yang difokuskan
melestarikan hukum perawatan kesehatan (Akter, untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau
2013). Selain itu memastikan untuk menghukum para norma-norma dalam hukum positif. Penelitian hukum
profesional medis yang melakukan pelanggaran normatif disebut juga penelitian hukum doktrinal,
tugas profesional dengan sengaja. Dalam artikel ini, karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya
upaya telah dilakukan untuk mengatasi ketentuan pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan
hukum yang ada tentang kelalaian medis di hukum yang lain. Penelitian hukum ini juga disebut
Bangladesh. Ini juga mengidentifikasi kekurangan sebagai penelitian kepustakaan. Hal ini disebabkan
utama dari ketentuan tersebut. Namun, harus diakui karena penelitian lebih banyak dilakukan terhadap
bahwa undang-undang tidak tepat dan memadai data yang bersifat sekunder yang ada di
untuk menanggapi masalah ini. perpustakaan dan menggunakan pendekatan
Penelitian Kristin E. Schleiter menyatakan perundang-undangan (statute approach) (Ibrahim,
bahwa sementara mencegah kekerasan melekat 2012). Dalam penelitian pada umumnya dibedakan
dalam tugas dokter kepada pasien dan masyarakat, antara data yang diperoleh secara langsung dari
demikian juga tugas untuk menjaga kepercayaan bahan-bahan pustaka. Yang diperoleh dari bahan-
pasien. Para dokter dengan hati-hati berjalan di bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder
antara etika dan hukum, khususnya dalam (Soekanto, & Mamudji, 2004).
menghadapi kewajiban hukum untuk melanggar
kewajiban utama yaitu untuk menjaga kerahasiaan C. HASIL DAN PEMBAHASAN
(Schleiter, 2009). 1. Kasus Posisi Pada Putusan Nomor 2008
Berdasarkan pada hal-hal yang telah diuraikan K/PID. SUS/2016 Mengenai Pemberian Pidana
diatas, maka terdapat pembedaan dengan

106
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Terhadap Dokter Terkait Penggunaan Obat nomor izin edar, kode produksi, bulan dan tahun
Yang Belum Terdaftar Di BPOM kadaluarsa bagi produk yang stabilitasnya kurang
a. Kronologi Kasus dari 30 (tiga puluh) bulan dan berdasarkan melihat
Pada hari Jum’at tanggal 19 April 2013 Tim kemasan kosmetika tersebut, produk kosmetik
Balai Besar POM didampingi Petugas Kepolisian tersebut juga tidak memenuhi penandaan label
Polda Jabar melakukan pemeriksaan beberapa klinik kosmetika.
kecantikan dan salah satunya di klinik Kecantikan Barang-barang/bahan kosmetika tersebut
Estetika Rafa Health Beauty Life Style Jalan Raya dilakukan pengemasan ulang/repack dengan
Kopo Bihbul Nomor 45 Kopo Square, Kabupaten pencampuran/peracikan oleh saksi Angelka Yumi
Bandung dengan pemilik/penanggungjawab klinik Cahya dan saksi Fitri Pratiwi atas petunjuk atau
yaitu Terdakwa dr. TRIFENA binti YUSUF dengan arahan dr. TRIFENA binti YUSUF dengan proses
pemeriksaan ke setiap ruangan dan ditemukan antara lain pembuatan Cream malam : KL-111
barang-barang dalam dus-dus dan rak-rak dalam mengandung Melanox Forte + Vitacid 0,025, ACTC
sebuah gudang yang terpisah dari klinik bagian mengandung Vitacid 0,025 + Mediklin gel, VA-23
belakang yang merupakan produk sediaan berupa mengandung Vitacid 0,05, VA-1 mengandung Vitacid
Proggesteron L-Cram, Progesterone B- Cream, 0,025BHA, Cream Siang : SPF Moist mengandung
Testosteron 2 %, Bio Sliming, Inno TDS Firming, Oxy SPF putih + MO cream selanjutnya proses BHA
Derma, Kojic Acid, Afa 10 Serum dan lain-lain, direpack dari Skinese AHA dan BHA Skin Refining
selanjutnya Tim Balai Besar POM menghitung, cream, CHA-1 merupakan repack dari CHA-1
mengumpulkan dan menyita barang bukti tersebut (Kaizen Aesthetic Medicore), ACN merupakan repack
yang selanjutnya barang bukti dibawa ke Balai POM dari ACN (Kaizen Aesthetic Medicore), Serum B3H
untuk pemeriksaan lebih lanjut dan berdasarkan direpack dari Serum B3H (Immortal), SPF Warna
keterangan ahli Dra. Dela Triatmani, Apt. direpack dari Primaderma Sun P cream (First
mengatakan bahwa seluruh barang bukti yang disita Medipharma), SPF Pink direpack dari Skineese Sun
di kilinik Kecantikan Estetika Rafa Health Beauty Life P cream or 30 Pink (First Medipharma), LHWC
Style tidak memiliki ijin edar karena berdasarkan data direpack dari Skinese Whitening Face cream (First
di Badan POM persediaan farmasi tersebut belum Medipharma), WR Cool direpack dari Skinese
pernah didaftarkan dan kosmetik yang didaftarkan Vitalizing Complex cream (First Medipharma), Toner
juga harus memenuhi ketentuan tentang label, pada Pink (Acne) direpack dari Face Tonic Acne
label kosmetik harus jelas tercantum antara lain (Immortal), SPF Putih direpack dari Skineese Sun P
nama produk, nama dan alamat produsen atau cream of 30 (First Medipharma), SPF Natural
importer/penyalur, ukuran/isi/berat bersih, komposisi, direpack dari Skineese Sun P cream of 30 Natural

107
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

(First Medipharma) dengan cara dikeluarkan dari melakukan tindak pidana “Mengedarkan Sediaan
kemasan dan dituangkan ke pot atau botol kemasan Farmasi tanpa Izin Edar“ melanggar Pasal 197
dan juga mengedarkan tidak memiliki izin edar ke Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
pasien atau ke beberapa klinik kecantikan di Kesehatan, dalam dakwaan pertama ;
antaranya klinik Rafa Tasikmalaya Jalan H.Z Mustofa 2) Menjatuhkan pidana penjara oleh karena itu
Nomor 343 Tasikmalaya dan Apotek Rafa Jalan terhadap Terdakwa tersebut selama 6 (enam)
Raya Kopo Bihbul Nomor 45 Kabupaten Bandung, bulan, dan pidana denda sebesar
selain tempat tersebut Terdakwa dr. TRIFENA binti Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan
YUSUF melakukan pengiriman barang/obat-obatan Subsidair selama 2 (dua) bulan kurungan ;
dalam 1 (satu) bulan sekitar 30 kali dengan wilayah 3) Menetapkan pidana tersebut tidak usah dijalani
Jakarta, Medan, Pekanbaru, Palembang, Surabaya, kecuali jika dikemudian hari ada putusan Hakim
Cianjur, Lombok, Bali, Semarang dan Bandung. yang menentukan lain disebabkan karena
b. Dakwaan Terpidana melakukan suatu tindak pidana
dr. TRIFENA binti YUSUF telah didakwa oleh sebelum masa percobaan 1 (satu) tahun berakhir
Penuntut Umum dengan dakwaan alternatif. Dengan ;
dakwaan Kesatu dr. TRIFENA binti YUSUF dalam 4) Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam
mengedarkan sediaan farmasi tidak memiliki ijin dari tahanan kota ;
Kepala badan POM RI. Perbuatan Terdakwa 5) Menetapkan barang bukti berupa :
diancam pidana sebagaimana diatur menurut Pasal a) Foto copi surat tetap terlampir di dalam berkas
197 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang perkara ;
Kesehatan, atau dakwaan kedua dr. TRIFENA binti b) Sediaan Farmasi tanpa izin edar yaitu :
YUSUF dalam mengedarkan sediaan farmasi tidak Barang bukti yang ditemukan di TKP telah disita
memiliki ijin dari Kepala BPOM RI. Perbuatan oleh PPNS Balai Besar POM Bandung sesuai
Terdakwa diancam pidana sebagaimana diatur dengan Surat Tanda Penerimaan Barang Bukti
menurut Pasal 196 Undang-Undang Nomor 36 Nomor STPB/18/IV/2013/BBPOM-PPNS tanggal
Tahun 2009 tentang Kesehatan 19 April 2013 dan Nomor
c. Putusan STPB/19/IV/2013/BBPOM-PPNS tanggal 19 April
Putusan Pengadilan Negeri Bandung Nomor 2013 sesuai dengan Berita Acara Penyitaan
1382/PID.B/2014/PN.BDG tanggal 04 Maret 2015 tanggal 19 April 2013 (foto copy terlampir) ;
yang amar lengkapnya sebagai berikut : Dirampas untuk dimusnahkan ;
1) Menyatakan Terdakwa dr. TRIFENA binti YUSUF 6) Membebankan biaya perkara sebesar Rp5.000,00
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah (lima ribu rupiah) ;

108
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Kemudian terdakwa mengajukan banding ke a. Foto copi surat tetap terlampir di dalam berkas
Pengadilan Tinggi Bandung. Dalam Banding melalui perkara ;
putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor b. Sediaan Farmasi tanpa izin edar yaitu : Barang
116/Pid/2015/PT.Bdg. tanggal 29 Juni 2015 yang bukti yang ditemukan di TKP telah disita oleh
amar lengkapnya sebagai berikut : PPNS Balai Besar POM Bandung sesuai
- Menerima permintaan banding dari Pembanding ; dengan Surat Tanda Penerimaan Barang Bukti
- Memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Nomor STPB/18/IV/2013/BBPOM - PPNS
Bandung Nomor 1382 / Pid.B / 2014 / PN.Bdg tanggal 19 April 2013 dan Nomor
tanggal 04 Maret 2015 sekedar mengenai STPB/19/IV/2013/BBPOM - PPNS tanggal 19
besarnya denda yang dijatuhkan kepada April 2013 sesuai dengan Berita Acara
Terdakwa sehingga amar selengkapnya sebagai Penyitaan tanggal 19 April 2013 (foto copy
berikut ; terlampir) ;
1) Menyatakan Terdakwa dr. TRIFENA binti Dirampas untuk dimusnahkan ;
YUSUF terbukti secara sah dan meyakinkan 5) Membebankan biaya perkara pada tingkat
bersalah melakukan tindak pidana banding kepada Terdakwa sebesar
“Mengedarkan Sediaan Farmasi tanpa Izin Rp5.000,00 (lima ribu rupiah) ;
Edar“ melanggar Pasal 197 Undang-Undang
Kemudian diajukan kasasi ke Mahkamah
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
Agung. Oleh Mahkamah Agung dalam Putusan
dalam dakwaan pertama ;
Kasasi Nomor 2008 K/PID. SUS/2016, yaitu
2) Menjatuhkan pidana penjara oleh karena itu
Menolak permohonan kasasi dari Pemohon
terhadap Terdakwa tersebut selama 6 (enam)
Kasasi II/Terdakwa dr. TRIFENA binti YUSUF,
bulan dan pidana denda sebesar
tersebut ;
Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
Mengabulkan permohonan kasasi dari
subsidair selama 1 (satu) bulan kurungan ;
Pemohon Kasasi I/Penuntut Umum pada
3) Menetapkan pidana tersebut tidak usah
Kejaksaan Negeri Bandung tersebut ;
dijalani kecuali jika dikemudian hari ada
Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi
putusan Hakim yang menentukan lain
Bandung Nomor 116/Pid/2015/ PT.Bdg. tanggal 29
disebabkan karena Terpidana melakukan
Juni 2015, yang memperbaiki amar putusan
suatu tindak pidana sebelum masa percobaan
Pengadilan Negeri Bandung Nomor
1 (satu) tahun berakhir ;
1382/PID.B/2014/PN.BDG tanggal 04 Maret 2015
4) Menetapkan barang bukti berupa :
1) Menyatakan Terdakwa dr. TRIFENA binti YUSUF
telah terbukti secara sah dan meyakinkan

109
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

bersalah melakukan tindak pidana “Dengan 2. Keadilan Dalam Pemberian Pidana Terhadap
Sengaja Memproduksi atau Mengedarkan Dokter Terhadap Penggunaan Obat Yang
Sediaan Farmasi dan/atau Alat Kesehatan Yang Belum Terdaftar Di Badan Pengawas Obat Dan
Tidak Memenuhi Standard dan atau Persyaratan Makanan Republik Indonesia (Studi Putusan
Keamanan, Khasiat atau Kemanfaatan dan Mutu” Nomor 2008 K/Pid. Sus/2016)
; Dalam suatu Pranata hukum terdapat
2) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh berbagai pihak yang akan menegakkan hukum yang
karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) berlaku di Indonesia. Pihak-pihak tersebut
tahun dan pidana denda sebesar menjalankan suatu penegakan hukum sebagai akibat
R.p800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) adanya suatu pelanggaran hukum. Menertibkan
dengan ketentuan jika denda tersebut tidak masyarakat maupun mengatur masyarakat agar
dibayar maka diganti dengan kurungan selama 3 sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di
(tiga) bulan ; sebuah negara tidaklah mudah dalam penerapannya
3) Menetapkan lamanya Terdakwa berada dalam di dalam kehidupan bermasyarakat. Terdapat
tahanan dikurangkan seluruhnya dari pidana yang lembaga khusus yang penegakan hukum maupun
dijatuhkan ; yang ahli dalam bidang hukum yaitu aparat penegak
4) Menetapkan barang bukti berupa : hukum. Penegak hukum berfungsi dalam
a) Foto copy surat tetap terlampir di dalam berkas menegakkan, menganalisis, dan menyelesaikan
perkara ; suatu perkara yang tidak sesuai dengan hukum yang
b) Sediaan Farmasi tanpa izin edar yaitu : Barang berlaku di Indonesia. Salah satu dari aparat penegak
bukti yang ditemukan di TKP telah disita oleh hukum di Indonesia adalah lembaga pengadilan,
PPNS Balai Besar POM Bandung sesuai dengan yang berfungsi untuk menegakkan hukum yang
Surat Tanda Penerimaan Barang Bukti Nomor berlaku (Putri, & Arifin, 2018).
STPB/18/IV/2013/BBPOM-PPNS tanggal 19 April Penegakan hukum pidana pada hakikatnya
2013 dan Nomor STPB/19/IV/2013/BBPOM- merupakan penerapan terhadap peraturan
PPNS tanggal 19 April 2013 sesuai dengan Berita perundang-undangan dan kebijakan aparat dalam
Acara Penyitaan tanggal 19 April 2013 (foto copy menerapkan peraturan. Penegakan hukum juga
terlampir); dapat diartikan sebagai penyelenggaraan hukum
Dirampas untuk dimusnahkan ; oleh petugas penegak hukum dan oleh setiap orang
Membebankan Terdakwa tersebut untuk yang berkepentingan sesuai dengan masing-masing
membayar biaya perkara pada tingkat kasasi sebesar menurut hukum serta peraturan perundang-
Rp2.500,00 (dua ribu lima ratus rupiah) ; undangan yang berlaku. Dengan demikian

110
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

penegakan hukum merupakan suatu sistem yang Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
menyangkut penyerasian antara nilai dengan kaidah Kesehatan. Namun dalam Pasal tersebut terdapat
serta perilaku nyata manusia (Arief, 2005). kata – kata dengan sengaja, sedangkan menurut
Pada kasus dr. Trifena binti Yusuf, secara pengakuan dari dr Trifena bahwa ia tidak mengetahui
dilihat dari aspek hukum, memang melakukan bahwa obat – obatan yang digunakan pada kliniknya
pelanggaran Pasal 196 Undang-Undang Nomor 36 belum memenuhi ijin edar dari BPOM. Namun hal ini
Tahun 2009 tentang Kesehatan, yaitu “Setiap orang tidak dapat dijadikan alasan bagi terdakwa dalam hal
yang dengan sengaja memproduksi atau ini dr, Trifena yang menyatakan atas ketidaktauannya
mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat bahwa produk dan obat – obatan yang digunakan
kesehatan yang tidak memenuhi standar dan/atau pada kliniknya belum memiliki ijin edar. Artinya
persyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, bahwa adanya unsur kelalaian dari dr Trifena , yang
dan mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 tidak memastikan dengan benar mengenai produk
ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara dan obat – obatan yang digunakan pada kliniknya.
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling Untuk dapat melaksanakan Undang-Undang
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”. Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan
Selain itu juga melanggar Undang-undang Undang-undang Perlindungan Konsumen
Perlindungan Konsumen melalui Pasal 108 Ayat (1) membutuhkan Peraturan Pelaksanaan, karena
menentukan, bahwa praktik kefarmasian dalam disyaratkan adanya Peraturan Pemerintah yang
pengadaan, distribusi & pelayanan sediaan farmasi mengatur lebih lanjut. PP tentang pengadaan,
harus dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu yang penyimpanan dan pendistribusian obat telah dibentuk
mempunyai keakhlian dan kewenangan untuk itu dan yakni Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Ayat (2) menentukan pengaturan lebih lanjut akan Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan
diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP) jo. Sediaan Farmasi dan Alat kesehatan yaitu pasal 9
ketentuan Pidana dalam UUK melalui Pasal 198, (1) sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat
ditetapkan tentang barangsiapa yang tanpa diedarkan setelah memperoleh ijin edar dari Menteri
kewenangan & keakhlian melakukan pekerjaan (2) dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
seperti Pasal 108 Ayat (1), maka akan dikenakan dimaksud dalam ayat (1) bagi sediaan farmasi yang
sanksi pidana denda Rp. 100.000.000,-. Telah berupa obat tradisional yang diproduksi oleh
diketahui bahwa dr. TRIFENA telah terbukti perorangan
menggunakan obat – obatan pada klinik miliknya Akan tetapi putusan hakim tersebut
yang belum memiliki ijin edar dari BPOM. Sehingga mengundang keberatan. Terdapat anggapan bahwa
diketahui bahwa melakukan pelanggaran Pasal 196 seharusnya hakim mempertimbangkan tindakan Dr.

111
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Trifena tidak merugikan siapapun dan bilapun tidak perdata yang mampu mengayomi masyarakat
membebaskan, dapat memberikan keringanan Indonesia agar tidak terjadi penegakan hukum yang
terhadap Dr. Trifena terhadap ketidaktahuannya. tajam ke bawah namun tumpul ke atas (Hoesein,
Namun hal ini tidak begitu saja dapat dijadikan 2013).
alasan bagi terdakwa dalam hal ini dr, Trifena yang Kasus Pemidanaan terhadap Dr. Trifena, di
menyatakan atas ketidaktauannya bahwa produk dan satu sisi secara normatif, perbuatan tersebut
obat – obatan yang digunakan pada kliniknya belum memang melanggar tindak pidana, namun sebaiknya
memiliki ijin edar. Artinya bahwa hakim memandang Hukum mampu memberikan konsep keadilan yang
adanya unsur kelalaian dari dr Trifena , yang tidak mampu memperhatikan asas distributif, kesesuaian
memastikan dengan benar mengenai produk dan hukum dengan tindakan yang dilakukan.
obat – obatan yang digunakan pada kliniknya. Implikasi dari adanya keadilan ini akan
Paparan putusan hukum tersebut terbawa dalam konsep hukuman, punishment, yang
memperlihatkan permasalahan umum dalam diberikan. Sudah sepantasnya manusia Indonesia
penegakan hukum yaitu; persoalan kesetaraan di memiliki karakter yang selalu berdimensi dua di
hadapan hukum, kemudian asas keadilan moral dan mana untuk menjalankan hukum pun haruslah sesuai
kekeluargaan dalam hukum yang diterapkan dalam dengan kondisi yang ada demi kepentingan bersama
penyelesaian kasus-kasus hukum. Karena dalam lingkup sosial (Husna, 2014). Dengan kondisi
kompleksitas kehidupan manusia memberikan yang ada mampu melindungi kepentingan bersama
banyak motif dalam melakukan sebuah tindak hukum namun juga tetap memperhatikan keadilan bagi
dan hukum sendiri harus mampu menyelesaikannya. individu.
Sehingga hukum perlu memperhatikan banyak aspek Melihat kasus tersebut, dapat dikatakan bahwa
khususnya pada tataran sosial dan kepastian hukum hukum di Indonesia masih belum sesuai dengan cita-
yang seharusnya diperhatikan dalam setiap cita bangsa yang menginginkan hukum yang
keputusan hukum yang diambil oleh penegak hukum progresif dan membebaskan dari ketidakadilan.
seperti hakim aparat penegak hukum lainnya. Bukan Sebagaimana cita-cia bangsa Indonesia yang ada
sekedar himbauan, bahwa hukum di Indonesia perlu pada pembukaan Undang Undang Dasar 1945 pada
mengadopsi hukum-hukum yang berasal dari alinea keempat,
kearifan lokal sendiri sebagai hukum yang “ kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
diundangkan (ius constitutum) dengan segera bukan
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
lagi sebagai hukum nasional yang dicita-citakan (ius darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
constituendum). Sebab itulah pemerintah seharusnya
bangsa, dan ikut melaksanakan kertertiban dunia
segera membentuk peraturan baik pidana atau yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial….”
112
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

agaknya belum dapt terwujud dengan baik. hanya hakim pemutus perkara hukum tetap
Persoalan yang ada pada kasus tersebut,
berpegang teguh pada keyakinan akan kebenaran,
adalah Pemberian Sanksi hukum dipandang secara
tetapi semua elemen penegakan hukum ikut andil
hanya secara positivistik dengan tidak
dalam menjaga kebenaran dan kebijaksanaan (Putra,
memperhatikan konsep keadilan yang ada padanya.
2014).
Padahal hukum bertujuan untuk mencapai
Oleh karena itu Bagir Manan (Wantu, 2012),
kebahagiaan bersama. Hakim pada kasus tersebut
menyatakan bahwa suatu hal yang bertentangan
mendasarkan diri pada hukum secara lettered
dengan tugas universal, kalau hakim dituntut
artinya, hukum hanya dibaca secara tekstual dan
mengesampingkan hukum atas nama keadilan.
tidak melihat secara kontekstual pada kejadian
Hakim dimanapun harus memutus menurut hukum.
tersebut. Efeknya adalah masyarakat menganggap
Sehingga keadilan yang harus ditemukan oleh hakim
hakim belum melihat sisi keadilan dengan baik
adalah keadilan menurut hukum. Dalam perspektif
sebagaimana yang diharapkan masyarakat. Banyak
positivistik, keadilan memang selalu dianggap relatif,
yang membanding-bandingkan keputusan dalam
karena adil bagi seseorang belum tentu adil bagi
terhadap berat hukuman yang dijatuhkan dengan
orang lain, adil untuk rnasa ini (kontemporer) belum
berat hukuman yang diterima terdakwa pada kasus
tentu akan adil untuk masa yang akan datang. Jadi
lain seperti korupsi. Masyarkat mempunyai hak untuk
keadilan dapat saja selalu berbeda-beda menurut
menilai apakah putusan yang diberikan tersebut
orang tempat dan waktu (Luthan, 2012). Ini seakan
sesuai tidak dengan yang dilakukan terdakwa atau
menjadi justifikasi atas pernyataan Hans Kelsen
tidak. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan
(Samekto, 2019) berikut; "Justice is primarily a
Rawls dimana masyarakat berhak menilai dan
possible, but not a necessary, quality of a social
menimbang apapun yang ada pada hukum karena
order regulating the mutual relation of men".
dianggap tidak sesuai dengan apa yang seharusnya.
Sanksi dalam Hukum seharusnya mampu
Persoalan pemberian sanksi melalui putusan
memberikan konsep keadilan yang mampu
hukum yang dibebankan kepada setiap hakim
memperhatikan asas distributif, kesesuaian hukum
menjadi sebuah dilema karena jika hakim tidak
dengan tindakan yang dilakukan serta Implikasi dari
mampu bijak dalam memberikan putusan maka yang
adanya keadilan ini akan juga terbawa dalam konsep
terjadi adalah keputusan yang kurang sesuai dengan
hukuman, punishment, yang diberikan (Hakim, 2017).
yang seharusnya diterima oleh terdakwa.
Mengingat manusia adalah makhluk monopluralistik
Persoalan moralitas dan integritas hakim
yang mencakup sifat dan kedudukan kodrat manusia
untuk selalu konsisten pada setiap keputusannya
sebagai jiwa dan raga, bersifat individual dan sosial
sebaiknya bisa dijadikan patokan yang baku dan
dan sebagai pribadi dan makhluk Tuhan. Sudah
wajib untuk selalu dijaga. jika setiap manusia tidak
113
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

sepantasnya manusia Indonesia memiliki karakter penegak hukum yang paling penting dalam
yang selalu berdimensi dua di mana untuk penegakan hukum salah satunya adalah hakim.
menjalankan hukum pun haruslah sesuai dengan Berjalannya suatu keadilan dan kepastian hukum di
kodrat dan sifat manusia demi kepentingan bersama dalam pengadilan tergantung pada setian keputusan
dalam lingkup sosial. dari seoarang hakim.

D. SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Dalam Putusan Nomor 2008 K/Pid.Sus/2016, BUKU
dengan terdakwa dr. Trifena binti Yusuf diputus Arief, Barda N. (2005) Beberapa Aspek Kebijakan
bersalah karena menggunakan obat-obatan yang Penegakkan dan Pengembangan Hukum
belum terdaftar di BPOM. Dr. Trifena diputus Pidana. Bandung: Citra Aditya Bakti.
bersalah bukan karena meracik obat, seperti yang Soekanto, Soejono., & Mamudji, Sri. (2004)
biasa dilakukan dokter spesialis kulit, namun Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Raja
menggunakan obat-obatan yang belum terdaftar di Grafindo Persada.
BPOM. Ketidaktahuan dr. Trifena akan hukum yang
akan menjeratnya tidak dapat membebaskannya / JURNAL
memaafkannya dari tuntutan hukum (ignorantia jurist Akter, Khandakar K. (2013). A Contextual Analysis of
non excusat), dalam putusan ini terlihat sangat jelas the Medical Negligence in Bangladesh: Laws
pemberlakuan asas Fiksi hukum (presumtio iures de and Practices. The Northern University
iure), yang menyatakan bahwa “setiap orang Journal of Law, Vol. IV, pp.77-81, p.71,79,80.
dianggap tahu akan undang-undang” sejak undang- Agustina, B. (2015). Kewenangan Pemerintah Dalam
undang tersebut diberlakukan. Perlindungan Hukum Pelayanan Kesehatan
Pada kasus dalam Putusan Nomor 2008 Tradisional Ditinjau Dari Undang-Undang
K/Pid. Sus/2016, dengan terdakwa, secara hukum Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
pidana memang bersalah. Akan tetapi putusan hakim Tentang Kesehatan. Jurnal Wawasan
tersebut mengundang keberatan. Seharusnya hakim Hukum, Vol. 32, (No. 1, Februari 2015). pp.
dapat mempertimbangkan bahwa tindakan Dr. 82-98, p.83.
Trifena terdapat unsur kelalaian namun sebaiknya Hoesein, Zainal A. (2013). Mewujudkan Peradilan
hakim dapat memberikan keringanan terhadap Dr. Dalam Perspektif Pembaruan Hukum. Jurnal
Trifena terhadap ketidaktahuannya. Aparat penegak Media Hukum, Vol.20, (No.1), p.19.
hukum menjadi salah satu lembaga yang sangat Buamona, H. (2014). Tanggung Jawab Pidana
penting dalam menegakkan hukum yang ada. Aparat Dokter Dalam Kesalahan Medis (Analisis

114
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Hukum Putusan Kasasi Nomor 365 Dinamika Hukum, Vol.12, (No 3, September),
K/Pid/2012). Al-Mazahib, Vol.2, (No. 2, pp. 56-73, p. 62.
Desember), pp. 215-238, p. 215, 217, 237. Jainah, Zainab O. (2012). Penegakan Hukum Dalam
Hakim, A. (2017). Menakar Rasa Keadilan Pada Masyarakat. Journal of Development, Vol.3,
Putusan Hakim Perdata Terhadap Pihak (No. 2, Agustus), pp. 162-172, p. 168
Ketiga Yang Bukan Pihak Berdasarkan Putra, Surya Desismansyah E. (2014). Bingkai
Perspektif Negara Hukum Pancasila. Jurnal Keadilan Hukum Pancasila Dalam Perspektif
Hukum dan Peradilan, Vol.6, (No.3, Hukum Dan Relevansinya Dengan Keadilan
November), pp. 361 – 378, p. 365. di Indonesia. Jurnal Pendidikan Pancasila
HSB, Ali Marwan. (2016). Mengkritisi Pemberlakuan dan Kewarganegaraan, Vol. 27, (No. 1,
Teori Fiksi Hukum (Criticising Enactment of Pebruari), pp. 49-57, p. 52
Law Fiction Theory). Jurnal Penelitian Putri, Kania Dewi Andhika., & Arifin, Ridwan. (2018).
Hukum DE JURE, Vol. 16, (No. 3, Tinjauan Teoritis Keadilan Dan Kepastian
September), pp. 251 – 264, p. 259. Dalam Hukum di Indonesia. Mimbar Yustitia,
Husna, U. (2014). Proses Penyelesaian Perkara Vol. 2 (No. 2, Desember), pp. 142-158, p.
Korupsi Kedalam Putusan Perdata (Studi 152
Kasus Di Pengadilan Negeri Sragen). Poli, Mirza N. R. (2018). Kesalahan Pemberian Obat
Jurisprudence, Vol. 4, (No. 1, Maret), pp. 8- Dalam Perspektif Undang-Undang Nomor 8
14, p. 12. Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Koewarijanto, Harjono., Chandrawila, Wila., Murni, Konsumen. Lex Privatum, Vol. VI, (No. 4,
Tri Wahyu. (2015). Penelitian Terapi Sel Juni), pp. 109-116
Punca Darah Tali Pusat Dikaitkan Dengan Samekto, A. (2019). Menelusuri Akar Pemikiran Hans
Asas Kemanfaatan. SOEPRA ; Jurnal Kelsen Tentang Stufenbeautheorie Dalam
Hukum Kesehatan, Vol. 1 (No. 1), pp. 35-52, Pendekatan Normatif-Filosofis. Jurnal
p. 36 Hukum Progresif, Vol. 7, (No. 1, Apr), pp. 1-
Luthan, S. (2012). Dialektika Hukum dan Moral 19, p. 1,3,18.
dalam Perspektif Filsafat Hukum. Jurnal Schleiter, Kristin E. (2009). When Patient-Physician
Hukum Ius Quita Iustum, Vol 19, (No. 4), pp. Confidentiality Conflicts with the Law. Virtual
506-523, p. 512. Mentor, Vol. 11, (No. 2), pp. 46-148, p. 47,
Wantu, Fence M. (2012). Mewujudkan Kepastian 50, 146
Hukum, Keadilan dan Kemanfaatan Dalam Sutiyoso, B. (2010). Mencari Format Ideal Keadilan
Putusan Hakim di Peradilan Perdata. Jurnal Putusan dalam Putusan. Jurnal Hukum; Ius

115
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Quia Iustrum, Vol.17, (Nomor 2, April), pp.


217-232, p. 220
Fitri Z, Y. (2018). Tinjauan Hukum Dokter Yang
Berkolusi Dengan Perusahaan Farmasi
Dalam Meresepkan Obat. Jurnal Cendekia
Hukum, Vol. 3, (No 2, Maret), pp. 272-282, p.
273, 280

116

Anda mungkin juga menyukai