Anda di halaman 1dari 10

Inkracht MH-UB Vol 2 no 3 Oktober 2018

PERTANGGUNGJAWABAN TINDAK PIDANA TERHADAP


PELAKU PEMALSUAN OBAT

Rusdiyanto
Rusdiyanto 007@gmail.com

Abstract

Circulation of counterfeit drugs is rife in various countries including Indonesia. The circulation of thsee
drugs is vert worrying because it can threaten public health. Based on empirical evidence revealed various
sources, the most widely circulated fake drugs are : painkillers and antibiotics. These drugs are circulating in
the community without government permission and laboratory test. It cannot be ascertained what content is
contained in the fake or illegal drugs . The problem is how to regulate the crime of drug counterfeiting
according to law number 36 of 2009 concerning Health and according Indonesian Criminal Code.
The research method is juridical empirical and descriptive analytic.
The result of this research is that the regulation regarding the criminal act of drug counterfeiting in Indonesia is
regulated in several statutory provisions , namely Indonesian Criminal Code, law number 36 of 2009
concerning Health and Law number 8 of 1999 concerning Consumer Protection.

Keywords : fake drugs, criminal action, criminal liablity

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah masyarakat internasional dan anggota
Dewasa ini peredaran obat palsu internasional, terutama Perserikatan
1
marak terjadi di berbagai Negara, Bangsa-Bangsa.
termasuk Indonesia. Akibat dari peredaran Dari informasi yang dihimpun
obat tersebut yang mengkhawatirkan yakni berbagai pihak serta berdasarkan bukti
akibat dari penggunaan konsumsi obat empirik yang terngkap dari berbagai
palsu yang dapat mengancam kesehatan sumber, peredaran obat palsu yang paling
masyarakat. Dilain pihak, obat-obatan banyak beredar antara lain : jenis obat-
yang merupakan kebutuhan masyarakat , obatan disfungsi ereksi, obat penghilang
faktanya belum dapat sepenuhnya rasa nyeri dan anti biotik. Obat-obatan
dijangkau oleh masyarakat yang tersebut beredar dimasyarakat tanpa izin
memerlukan mengingat harganya pemerintah dan uji laboratorium. Tidak
terkadang tidak terjangkau oleh dapat dipastikan kandungan apa saja yang
masyarakat. terdapat dalam obat palus maupun illegal.
Pemalsuan kebutuhan obat bagi Pengaturan tindak pidana pemalsuan
manusia serta pemalsuan dan peredaran obat dengan memproduksi dan
obat palsu menjadi masalah serius di mengedarkan obat yang tidak sesuai
berbagai Negara, termasuk Indonesia dan standar terdapat dalam pasal 196 Undang-
Negara-negara sedang berkembang Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
lainnya, sehingga telah menjadi perhatian
1
Indonesia sebagai bangsa , perhatian Herman Aditomo, Obat dan Pemanfaatannya,
Jakarta, Pamator Press, 2012, hal 29

227
Inkracht MH-UB Vol 2 no 3 Oktober 2018

Kesehatan yang berbunyi : „ Setiap orang Dalam kurun waktu tahun 2010 -2015
yang dengan sengaja memproduksi atau Badan Pengawas Obat dan Makanan (
mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat BPOM) menemukan 89 ( delapan puluh
kesehatan yang tidak memenuhi standard Sembilan ) merek obat yang dipalsukan di
dan /atau persyaratan kemanan , dan mutu pasar domestik. Obat-obat tersebut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 tergolong laku dipasaran diantaranya :
antibiotik super tetra , obab demam
ayat (2) dan ayat(3) dipidana dengan
Constan, obat antibiotic Amoxan. Data
pidana penjara paling lama 10 ( sepuluh) Badan Pengawas Obat dan Makanan (
tahun dan denda paling banyak rp BPOM) menunjukkan tahun 2013
1.000.000.000.00 ( satu milyard rupiah ). sebanyak 268 kasus pelanggaran obat
Sedangkan dalam Kitab Undang-Undang yang ditindak lanjuiti kepolisian ( pro
Hukum Pidana (KUUHP) pemalsuan obat justisia). Pelanggaran itu meliputi
antara lain diatur berdasarkan Pasal 386 peredaran obat keras di sarana tidak
dan pasal 204 KUUHP res,mi ( took obat), obat palsu, maupun
Pasal 386 KUUHP menyebutkan : obat tanpa izin edar. Tahun 2014 ( 219
(1) Barang siapa menjual, menawarkan kasus), tahun 2015 ( 266 kasus), tahun
atau menyerahkan barang 2016 ( 321 kasus)
makanan,minuman atau obat-obatan Berdasarkan hasil wawancara dengan
yang diketahuinya bahwa itu dipalsu, pihak humas BPOM disebutkan lebih dari
dan menyembunyikan hal itu, diancam setengah produk farmasi illegal yang
dengan piada penjara paling lama ditemukan berasal dari pulau Jawa. “
empat tahun. Sumber obat beredar di Surabaya,
(2) Bahan makanan , minuman atau obat- kemudian beberapa obat yang dipalsukan
obatan itu dipalsu jika nilainya atau yakni paracetamol, dexametaso dan
faedahnya menjadi kurang karena fenibutazon. Temuan di Jawa timur
sudah dicampur dengan sesuatu bahan sebesar 55 persen dan 96 sarana, di Jawa
lain. Bara 14 persen dan 24 sarana, DKI Jakarta
Pasal 204 Kitab Undang-Undang Hukum 22 persen dan 38 sarana , Sumatera Utara
Pidana ( KUUHP) 2 persen dan wilayah lainnya sebesar 7
(1) Barang siapa menjual, menawarkan, persen dan 12 sarana”.2
menyerahkan atau membagi-bagikan Mewujudkan cita-cita negara melalui
barang, yang diketahui membahayakan pembangunan nasional , salah satu yang
nyawa atau kesehatan orang , padahal sifat menjadi skala priotas yakni terciptanya
berbahaya itu diberitahukan, diancam kesadaran masyarakat dalam menjaga
dengan pidana penjara paling lama lima Kesehatan komunitas dan keluarganya.
belas tahun. Kesehatan keluarga menjadi penting,
(2) Jika perbuatan mengakibatkan matinya karena keluarga merupakan komunitas
manusia, yang bersalah dikenakan pidana terkecil dalam kehidupan berbangsa dan
penjara seumuru hidup atau pidana penjara bernegara, oleh karena itu pentingnya
selama waktu tertentu selam 20 tahun. Kesehatan masyarakat berkaitan dengan
Perkembangan kasus obat palsu di masyarakat berbangsa sekaligus menjadi
Indonesia dari tahun ke tahun tidak tulang punggung keberhasilan suksesnya
menunjukkan kenaikan atau penurunan pembangunan guna pencapaian
yang signifikan dari segi kuantitas.
Namun jika dilihat dari penyebarannya 2
menunjukkan adanya peningkatan.. Roy Sparringga, Humas BPOM, wawancara, 4
Januari 2016.

228
Inkracht MH-UB Vol 2 no 3 Oktober 2018

masyarakat hukum yang adil, makmur dan bahkan palsu. Masalah sediaan farmasi
sejahtera. yang tidak memenuhi standar merupakan
Penjelasan Pasal 1 Undang-Undang masalah yang memerlukan penanganan
NOmor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan intensif dari banyak pihak karena hal ini
menyatakan : “ Lingkup atau pengertian tidak hanya menyangkut maslah
Kesehatan berdasarkan Undang-Undang pengawasan sediaan farmasi, namun juga
Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan masalah kriminalitas yang dalam hal ini
merupakan keadaan sehat, baik secara memerlukam campur tangan pihak
phisik, mentak , spiritual maupun social kepolisian serta dukungan penuh dari
yang memungkinkan setiap orang untuk masyarakat.
hidup produktif secara social dan Diundangkannya Undang-Undang
ekonomis. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Sejak dahulu, secara alami setiap yang kemudian dicabut dan diganti dengan
orang yang sakit akan berusaha mencari Undang-Undang nomor 36 tahun 2009
obatnya, maupun cara pengobatannya. tentang Kesehatan, secara sosiologis dan
Penggunaan obat bertujuan untuk yuridis mempertega komitmen negara
memperoleh kesembuhan dari penyakit dalam hal mewujudkna Kesehatan yang
yang diderita. Dalam penggunaan obat repseentatif yangdapat dinikmati oleh
harus sesuai ketentuan-ketentuan ,sebab masyarakat Indonesia.
nbila salah , penggunaan obat dapat
menimbulkan hal-hal yang tidak B. Perumusan Masalah
diinginkan. Salah satu tindak pidamna 1. Bagaimanakah pengaturan tindak pidana
dalam hukum Kesehatan yang sering pemalsuan obat menurut Undang-Undang
terjadi pada saat ini adalah kejahatan di Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan ?
bidang farnmasi. 2. Bagaimanakah penerapan pertanggung
Farmasi adalah suatu profesi yang jawaban tindak pidana terhadap pelaku
berhubungan dengan seni dan ilmu dalam pemalsuan obat menurut Undang-Undang
penyediaan bahan sumber alam dan bahan Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
sintetis yang cocok dan menyenangkan dikaitkan dengan Kitab Undang-Undang
untuk dikontribusikan dan digunakan Hukum Pidana.
dalam pengobatan dan pencegahan suatu
penyakit.3 Bab II Metode Penelitian
Pada sisi lainnya , obat-obat bebas Penelitian bersifat yuridis normative dan
dapat dibeli tanpa resep dokter di apotik empiris yaitu suatu metode pendekatan
dan took obat. Biasanya obat ini dapat terhadap objek penelitian menekankan
mendorong untuk pengobatan sendiri atau hukum sebagai norma serta menekankan
pearwatan penyakit tanpa pemeriksaan pada pelaksanaan hukum di masyarakat.
dokter dan tanpa Analisa doskter. Penjuala
obat secara bebas ini lah yang kemudian Bab III Kajian Teori
menjadi salah satu factor adanya Obat adalah benda atau zat yang
pihak=pihak yang emmproduksi dan dapat digunakan untuk merawat penyakit,
mengedarkan obat atau sediaan farmasi membebaskan gejala, atau mengubah
yang tidak memenuhi standar ataupun proses kimia dalam tubuh. Obat ialah suatu
bahan atau paduan bahan-bahan yang
3
Moh Anief, Farmasi Etika, Gajah Mada dimaksudkan untuk digunakan dalam
University Press, Jogjakarta, 2008, hal 11 menetapkan diagnosis, mencegah,
229
Inkracht MH-UB Vol 2 no 3 Oktober 2018

mengurangkan, menghilangkan, (BM 7) dapat mempengaruhi proses difusi


menyembuhkan penyakit atau gejala obat tersebut dalam kompartemen tubuh.
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan Bentuk suatu molekul juga harus
rohaniah pada manusia atau hewan dan sedemikian rupa sehingga dapat berikatan
untuk memperelok atau memperindah dengan reseptornya. Setiap obat
badan atau bagian badan manusia berinteraksi dengan reseptor berdasarkan
kekuatan atau ikatan kimia. Selain itu,
termasuk obat tradisional.
desain obat yang rasional berarti mampu
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan
memperkirakan struktur molekular yang
RI No.193/Kab/B.VII/71, dikatakan bahwa
tepat berdasarkan jenis reseptor
obat adalah suatu bahan atau paduan
biologisnya
bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
Berdasarkan undang-undang obat dapat
digunakan dalam menetapkan diagnosis,
digolongkan kepada5
mencegah, mengurangkan,
1. Obat Bebas
menghilangkan, menyembuhkan penyakit
Obat bebas adalah obat yang boleh
atau gejala penyakit, luka atau kelainan
digunakan tanpa resep dokter (disebut obat
badaniah dan rohaniah pada manusia atau
OTC = Over The Counter) . Ini merupakan
hewan dan untuk memperelok atau
tanda obat yang paling "aman". Obat
memperindah badan atau bagian badan
bebas, yaitu obat yang bisa dibeli bebas di
manusia. Menurut Batubara 4(2008), obat
apotek, bahkan di warung, tanpa resep
adalah zat kimia yang dapat
dokter, ditandai dengan lingkaran hijau
mempengaruhi jaringan biologi. Dalam
bergaris tepi hitam.6 Obat bebas ini
WHO, obat didefinisikan sebagai zat yang
digunakan untuk mengobati gejala
dapat mempengaruhi aktivitas fisik atau
penyakit yang ringan. Semisal vitamin
psikis. Sedangkan menurut Kebijakan
atau multivitamin. Obat bebas terbatas
Obat Nasional (KONAS), obat adalah
(dulu disebut Daftar W) yakni obat-obatan
sediaan yang digunakan untuk
yang dalam jumlah tertentu masih bisa
mempengaruhi atau menyelidiki sistem
dibeli di apotek, tanpa resep dokter,
fisiologis atau kondisi patologi dalam
memakai tanda lingkaran biru bergaris tepi
rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
hitam. Contohnya, obat anti mabuk
penyembuhan, pemulihan dari rasa sakit,
(Antimo), antiflu (Noza).
gejala sakit, dan/atau penyakit, untuk
Ini merupakan tanda obat yang paling
meningkatkan kesehatan, dan kontrasepsi.
"aman". Obat bebas, yaitu obat yang bisa
Dalam pengertian umum, obat adalah
dibeli bebas di apotek, bahkan di warung,
suatu substansi yang melalui efek
tanpa resep dokter, ditandai dengan
kimianya membawa perubahan dalam
lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Obat
fungsi biologik (Katzung, 2007). Menurut
bebas ini digunakan untuk mengobati
Katzung (2007), setiap obat memiliki sifat
gejala penyakit yang ringan. Semisal
khusus masing-masing agar dapat bekerja
vitamin Obat bebas terbatas (dulu disebut
dengan baik. Sifat fisik obat, dapat berupa
Daftar W) yakni obat-obatan yang dalam
benda padat pada temperatur kamar
jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek,
ataupun bentuk gas namun dapat berbeda
tanpa resep dokter, memakai tanda
dalam penanganannya berkaitan dengan
lingkaran biru bergaris tepi hitam.
pH kompartemen tubuh dan derajat
Contohnya, obat antimabuk (Antimo),
ionisasi obat tersebut. Ukuran molekuler
obat yang bervariasi dari ukuran sangat
besar (BM 59.050) sampai sangat kecil 5
Rohmantuah Trada Purba, Onat di Indonesia,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2017,hal21
4 6
Mimi Batubara, Obat-obatan di Indonesia, Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, Obat-Obat
Gramedia, Jakarta , 2016, hal 15 Penting, Gramedia, Jakarta, hl 54

230
Inkracht MH-UB Vol 2 no 3 Oktober 2018

2.Obat Keras penggunaan obat), cara penyimpanan obat,


3. Obat Psikotropika dan Narkotik dan informasi tentang interaksi obat
Pada kemasan obat seperti itu biasanya dengan obat lain yang digunakan dan
tertera peringatan yang bertanda kotak dengan makanan yang dikonsums
kecil berdasar warna gelap atau kotak 2. Obat keras
putih bergaris tepi hitam, dengan tulisan: Obat keras (dulu disebut obat Daftar
P. No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah G = Gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat
aturan penggunaannya! berkhasiat keras yang untuk
P. No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk memperolehnya harus dengan resep
bagian luar dari badan. dokter, memakai tanda lingkaran merah
P. No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K
ditelan. di dalamnya. Obat-obatan yang termasuk
P. No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dalam golongan ini adalah antibiotik
dibakar. (tetrasiklin, penisilin, dan sebagainya),
P. No. 5: Awas! Obat keras. Obat wasir, serta obat-obatan yang mengandung
jangan ditelan. hormon (obat kencing manis, obat
Memang dalam keadaaan dan batas- penenang, dan lain-lain). Obat-obat ini
batas tertentu; sakit yang ringan masih ber-khasiat keras dan bila digunakan
dibenarkan untuk melakukan pengobatan sembarangan bisa berbahaya bahkan
sendiri, yang tentunya juga obat yang meracuni tubuh, memperparah penyakit
dipergunakan adalah golongan obat bebas atau menyebabkan kematian.
dan bebas terbatas yang dengan mudah 3. Psikotropika dan Narkotika
kita peroleh. Akan tetapi, apabila kondisi Obat-obat ini sama dengan narkoba
penyakit semakin serius sebaiknya (narkotika dan obat berbahya) yang dapat
memeriksakannya ke dokter. Dianjurkan menimbulkan ketagihan (addict) dengan
untuk tidak sekali-kalipun melakukan uji segala konsekuensi yang sudah kita tahu.
coba obat sendiri terhadap obat-obat yang Karena itu, golongan obat-obat ini mulai
seharusnya diperoleh dengan resep dokter. dari pembuatannya sampai penggunaannya
Kalaupun terpaksa menggunakan obat- diawasi dengan ketat oleh pemerintah dan
obatan yang dengan mudah kita peroleh hanya boleh diserahkan oleh apotek atas
tanpa resep dokter (Golongan Obat Bebas resep dokter. Tiap bulan apotek wajib
dan Golongan Obat Bebas Terbatas), melaporkan pembelian dan
yakini bahwa obat tersebut telah memiliki penggunaannya kepada pihak pemerintah.
izin beredar (tercantum nomor registrasi Psikotropika adalah zat/obat yang
dari Badan Pengawas Obat dan Makanan dapat menurunkan aktivitas otak atau
atau Departemen Kesehatan). Selain itu, merangsang susunan saraf pusat.
perlu diperhatikan juga hal-hal ini: Menimbulkan kelainan perilaku disertai
Kondisi obat apakah masih baik atau timbulnya halusinasi (mengkhayal), ilusi,
sudak rusak.Perhatikan tanggal kedaluarsa gangguan cara berpikir, perubahan suasana
(masa berlaku) obat. Membaca dan perasaan dan dapat menyebabkan
mengikuti keterangan atau informasi yang ketergantungan, serta berefek stimulasi
tercantum pada kemasan obat atau pada bagi para penggunanya. Contohnya:
brosur/selebaran. Indikasi (merupakan Ecstasy, Sabu-sabu
petunjuk kegunaan obat dalam
pengobatan), kontra-indikasi (yaitu B. Pertanggungjawaban Pidana
petunjuk penggunaan obat yang tidak Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan
diperbolehkan), efek samping (yaitu efek Obat di Indonesia.
yang timbul, yang bukan efek yang Seseorang yang melakukan tindak
diinginkan), dosis obat (takaran pidana baru boleh dihukum bila si pelaku

231
Inkracht MH-UB Vol 2 no 3 Oktober 2018

sanggup mempertanggungjawabkan pidana, sedangkan menurut hukum pidana


perbuatan yang telah diperbuatnya. pelaku yang dapat dipertanggung awabkan
Masalah pertanggunga jawab pidana erat dalam tindak pidana pemalsuan obat
kaitannya dengan kesalaan, oleh karena Subjek tindak pidana orang atau pribadi (
adanya pertanggungjawaban yang person) adalah orang yang secara tunggal
menyatakan tidak dipidana tanpa perbuatannyasudah memenuhi rumusan
kesalahan atau “geen straf zonder schuld.”. tindak pidana pemalsuan obat yang disebut
Pertanggungjawaban pidana dalam istilah dengan pelaku tunggal ( dader)
asing disebut juga teorekenbaarheidmatau Kriterianya dalah :
criminal responsibility.7 1. Dalam melakukan tindak pidana
Tindak pidana pemalsuan obat telah pemalsuan obat tidak ada keterlibata
diatur dalam beberapa peraturan orang lain baik secara phisik maupun
perundang-undangan di Indonesia, yaitu psikis, sehingga dalam proses menjual,
dalam Kitab Undang-Undang Hukum menawarkan atau menyerahkan obat
Pidana ( KUUHP), Undang-Undang palsu tidak dibantu oleh siapaun, hanya
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dikerjakan seorang diri saja.
dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 2. Dalam melakukan tindak pidana telah
tentang Perlindungan Konsumen Ada memenuhi seluruh unsur tindka pidana
perbedaan mengenai pertanggungjawaban pemalsuan obat yang dirumuskan oleh
pidana yang diatur dalam Kitab Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang Hukum Pidana dengan Undang- sebagaimana dirumuskan dalam Pasal
Undang Nomor 36 Tahun2009 tentang 360 ayat (1)
Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Bab IV Pembahasan
Knsumen. Perbedaan ini terletak pada
subjek tindak pidana yang akan dikenai A. Sejarah tentang Undang-Undang
pertanggungjawaban pidana. Dalam Kitab Nomor 39 Tahun 2009 tentang
Undang Undang Hukum Pidana subjek Kesehatan
tindak pidana yng akan dikenai
Perkembangan teknologi Kesehatan
pertanggungjawaban berupa orang atau
yang berjalan seiring dengan munculnya
person ( subjek hukum pidana)8,
sedangkan dalam Undang-Undang Nomor globalisasi telah menyebabkan perubahan
36 Tahun2009 tentang Kesehatan dan yang sifat dan eksistensinya berbeda jauh
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dari teks yang tercantum dalam Undang-
tentang Perlindungan Knsumen subjek Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
tindak pidana terdiri Natuurlijke person, Kesehatan. Pesatnya kemajuan teknologi
yaitu individual atau manusia pribadi, dan Kesehatan dan teknologi informasi dalam
Rechtpersoon yaitu badan hukum atau era global ini belum terakomodatif secara
korporasi. baik oleh Undang-Undang nomor 23 tahun
1. Pertanggungan jawaban pidana ditinjau 1992 tentang Kesehatan.
dari Kitab Undang-Undang Hukum Sudut pandang para pengambil
Pidana kebijakan dalam Undang-Undang Nomor
Adalah orang atau pribadi (
23 tahun 1999 tentang Kesehatan juga
person)ampuan bertanggung jawab
melekat pada diri pelak atau subjek tindak masih belum menganggap Kesehatan
sebagai suatu kebutuhan utama dan
7
Andi Hamzah, Asas -asas Hukum Pidana ,
investasi berharga di dalam mejalankan
Jakarta, Rineke Cipta, Jakarta, 2015, hal17 pembangunan sehingga alokasi dana
8
Barda Nawawi Arief, Hukum Pidana dan Hukum
Acara Pidana, , Penamas, Jakartta, 2014, hal 29

232
Inkracht MH-UB Vol 2 no 3 Oktober 2018

Kesehatan hingga kini masih tergolong pengaturan yang lebih luas dibidang
rendah bila dibandingkan dengan negara kesehatan dibandingkan dengan undang-
lain. undang Kesehatan sebelumnya.
Sudah saatnya melihat persoalan Jika sebelumnya sistimatika Undang-
kesehatan sebagai suatu faktor utama dan Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang
investasi berharga yang yang Kesehatan terdiri dari 12 bab yang
pelaksanaannya didasarkan pada sebuah mengandung 90 ( Sembilan puluh) pasal ,
paradigma baru yang biasa dikenal dengan maka Undang-Undang Nomor 36 tahun
paradigma sehat.. Paradigma Kesehatan 2009 terdiri dari 22 ( dua puluh dua) bab
yang mengutamakan upaya promotive dan yang mengandung 205 ( dua ratus lima)
preventif tanpa mengabaikan kuratif dan pasal sehingga dapat disimpulkan bahwa
rehabilitative. Dalam rangka implementasi Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009
paradigma sehat tersebut, dibutuhkan tentang Kesehatan menngatur lebih luas
sebuah undang-undang yang berwawasan dibandingkan dengan peraturan undang-
sehat, bukan undang-undang yang undang sebelumnya..
berwawasan sakit. Pada sisilain , Begitu pula dengan pengaturan pasal
perkembangan ketatanegaraan bergeser yang memuat norma tindak pidana di
dari sentralisasi menuju desentralisasi , bidang Kesehatan, sebelumnya hanya
bidang kesehatan sepenuhnya diserahkan diaturempat pasal, yaitu, pasal 80 ,81, 82,
kepada daerah masing-masing yang setiap 83,84, sedangkan untuk pengaturan baru
daerah diberi kewenangan untuk terdapat 12 pasal , yaitu, pasal 190 hingga
mengelola dan menyelenggarakan seluruh pasal 201 Undang-Undang Nomor 36
aspek kesehatan. tahun 2009 tentang Kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut , Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang B. Tindak Pidana Pemalsuan obat
Kesehatan sudah tidak sesuai lagi dengan dengan Memproduksi dan
perkembangan , tuntutan dan kebutuhan Mengedarkan obat tidak sesuai
hukum dalam masyarakat. Sehingga perlu dengan standard
dicabut dan diganti dengan undang-undang Dalam dunia Kesehatan di Indonesia
tentang Kesehatan yang baru, maka terdapat kenyataan bahwa tingkat ekonomi
lahirlah Undang-Undang Nomor 36 tahun masyarakat Indonesia yang mayoritas
2009 tentang Kesehatan yang diundangkan berada di tingkat bawah. Di satu sisi,
pada tanggal 13 Oktober tahun 2009. mereka membutuhkan obat untuk
Undang-Undang Nomor 36 tahun mengobati penyakit namun disisi lain,
2009 berisi tentang peraturan-peraturan harga obat yang ada di luar kemampuan
hukum yang bertujuan untuk peningkatan mereka untuk membeli. Kondisi ini
derajat Kesehatan seluruh anggota menjadikan masyarakat di Indonesia lebih
masyarakat yang setinggi-tingginya mencaroi obat yang lebih murah dengan
dilaksanakan berdasarkan prinsip non khasiat yang sama yang beredar di toko-
diskriminatif, partisipatif, dan toko kecil, tanpa adanya cukup
berkelanjutan dalam rangka pembentukan pengetahuan untuk membedakan mana
sumber daya manusia Indonesia , serta obat asli mana obat palus. Permintaan
peningkatan ketahanan dan daya saing yang tinggi dari kelompk masyarakat ini ,
bangsa bagi pembangunan nasional. kadang tidak dapat ditutupi oleh pasokan,
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 hinga akhirnya kesempatan ini
merupakan produk hukum yang memiliki
233
Inkracht MH-UB Vol 2 no 3 Oktober 2018

digunakanuntuk memudahkan produksi atau kemanfaatan, dan mutu


dan menegdarkan obat palsu di pasaran. sebagaimana dimaksud dalam Pasal
a. Bahwa mengenai pengaturan tindak ayat (2) dan ayat (3).
pidana pemalsuan obat dengan Perbuatan memproduksi atau
memproduksi dan mengedarkan obat mengedarkan sediaan farmasi menjadi
yang tidak sesuai standar obat yang perbuatan melawan hukum karena sediaan
terdapat dalam Pasal 196 Undang- farmasi tersebut tidak memenuhi standar
Undang Nomor 36 Tahun 2006 tentang dan/atau persyaratan keamanan, khasiat
Kesehatan yang berbunyi : atau kemanfaatan , dan mutu sebagaimana
“ Setiap orang yang dengan sengaja dimaksud dalam Pasal 96 ayat(2) „ Setiap
memproduksi atau mengedarkan sediaan orang yang tidak memiliki keahlian dan
farmasi dan/atau alat Kesehatan yang tidak kewenangan dilarang mengadakan,
memenuhi standard dan/atau persyaratan menyimpan, mengolah, mempromosikan
keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan dan mengedarkan obat dan bahan yag
mutu sebagaimana dimaksud dalam Pasal berkhasiat obat „
98 ayat(2) dan ayat(3) di pidana dengan
pidana penjara paling lama 10 ( sepiuluh ) b. Tindak pidana Pemalsuan Obat dan
tahum dan denda paling banyak rp Mengedarkan obat yang tidak memiliki
1.000.0000.000,00 ( satu miliar rupiah) izin edar
Adapun unsur-unsur yang terdapat Mengacu pada pengertian obat
dalam Pasal 196 Undang-Undang Nomor palsu menurut Peraturan Menteri
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan adalah : Kesehaan Nomor 1010
1. Setiap orang /Menkes/Per/XI/2008 tentang
Subjek tindak pidana yaitu setiap orang Registrasi Obat . Obat palsu adalah
atau pribadi yang dapat bertanggung jawan obat yang diproduksi oleh yang tidak
dan cakap hukum sesuai dengan peraturan berhak berdasarkan peraturan
perundang-undangan. perundang-undanga yang berlaku atau
2. Dengan sengaja produksi obat dengan penandaan yang
Perbuatn yang dilakukan oleh meniru identitas obat lain yang telah
seseorang itu dilakukan atau mengedarkan memiliki izin edar “
sediaan farmasi dan/atau alat Dalam melindungi masyarakat dari
Kesehatan.dengan sengaja dan penuh peredaran obat yang tidak memenuhi
kesadaran bahwa perbuatan itu melawan persyaratan , keamanan, mutu dan
hukum. kemanfaatan yang dilakukan penilaian
3. Memproduksi atau mengedarkan melalui mekanisme registrasi obat untk
sediaan farmasi dan atau alat mendapatkan izin edar. Izin edar adalah
Kesehatan. bentuk persetujuan registrasi obat untuk
4. Perbuatan memproduksi adalah suatu dapat diedarkan di wilayah Indonesia.
perbuatan yang merupakan proses Obat yang memiliki izin edar harus
untuk mengeluarkan hasil , sedangkan memenuhi kriteria sebagai berikut :
kata mengedarkan berrarti suatu 1. Khasiat yang meyakinkan dan
perbuatan secara berpindah-pindah kemanan yang memadai dibuktikan
dari tangan sat uke tangan lain atau melalui percobaan hewan dan uji
dari suatu tempat ke tempat lain. klinis ;
5. Tidak memenuhi standard dari dan 2. Mutu yang memenuh syarat yang
/atau persyaraytan keamanan, khasiat dinilai dari proses produksi sesuai
234
Inkracht MH-UB Vol 2 no 3 Oktober 2018

3. Penandaan berisi informasi yang tidak sembarang orang diperbolehkan


lengkap dan objektif yang dapat memproduksi obat. Bahkan, untuk
menjamin penggunaan obat secara orang yang sudah memiliki keahlian
tepat, rasional dan aman ; dalam bidang kefarmasian tidak boleh
serta merta memproduksi obat,
Pasal 197 Undang-Undang Nomor dibutuhkan kewenangan yang
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan diberikan oleh pemerintah, yang
menyatakan : Setiap orang yang dengan disebut dengan tenaga Kesehatan.
sengaja mmproduksi atau mengedarkan Dalam Pasal 198 Undang-Undang
sediaan farmasi dan/atau alat Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang
yang tdak memiliki izin edar sebagaimana Kesehatan berbunyi : “ Setiap orang
dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) yang tidak memiliki keahlian dan
dipidana dengan pidana penjara paling kewenangan untuk melakukan praktik
lama 15 ( lima belas )tahun dan denda kefarmasian sebagaimana dimaksud
paling banyak Rp.1.500.000.000 ( satu dalam Pasal 108 , dipidana dengan
milliard lima ratus juta rupiah). pidana denda paling banyak rp
Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 100.000.000 ( serratus juta rupiah).
197 Undang-Undang Nomor 36 tahun Unsur-unsur Pasal 198 Undang-
2009 tentang Kesehatan adalah sebagai Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
berikut : Kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Setiap orang 1.Setiap orang
2. Dengan sengaja 2. Yang tidak memiliki keahlian dan
3. Memproduksi atau mengedarkan kewenangan
sediaan farmasi dan/atau alat 3.untuk melakukan praktik
Kesehatan yang tidak memiliki izin kefarmasian sebagaimana dimaksud
edar sebagaimana dimaksud dalam dalam Pasal 108 Undang-Undang
Pasal 106 ayat (1) Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Unsur-unsur tindak pidana dalam Kesehatan
pasal 197 sama seperti pada Pasal 196, Praktik kefarmasian menurut Pasal
yang menjadi perbedaan adalah dalam 108 ayat (!) meliputi pembuatan
Pasal 197 yang dilarang untuk diproduksi termasuk pengendalian mutu sediaan
dan diedarkan adalah obat yang tidak farmasi, pengamanan, pengadaan,
memiliki izin edar sebagaimana dimaksud penyimpanan dan pendistribuasian
dalam Pasal 106 ayat (1) “ Sediaan farmasi
obat, pelayanan obat atas resep dokter ,
dan alat Kesehatan hanya dapat disedarkan
pelayanan informasi obat serta
setelah mendapat izin edar”
c. Tindak Pidana Pemalsuan Obat pengembangan obat, bahan obat dan
Memproduksi Obat Tanpa Keahlian obat tradisioanl harus dilakukan
dan Kewenangan. olehtenaga Kesehatan yang
Produksi obat memerlukan mempunyai keahlian dan kewenangan
keahlian tertentu di bidang sesuai dengan ketentuan peraturan
kefarmasianan karena berkaitan perundang-undangan.
dengan komposisi apa saja yang D. Tindak Pidana Pemalsuan Obat Yang
terkandung dalam obat dan dosis dilakukan oleh Korporasi
tertentu yang dibutuhkan untuk Pasal 201 ayat (1) Undang-
menyembuhkan penyakait. Untuk itu Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan dapat dilihat bahwa tinak
235
Inkracht MH-UB Vol 2 no 3 Oktober 2018

pidana pemalsuan oba juga berlaku bagi pencabutan izin usaha produksi obat yang
subek tindak pidana korporasi. Maka diketahui adalah palsu dan/atau
selain pidana penjara dan denda terhadap pencabutan status badan hukum bagi
engurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan pelaku korporasi tindak pidana pemalsuan
terhadap korporasiberupapidana denda obat.
dengan pemberatan 3 (Tiga) kali dari
pidana denda yang diancamkan . Jadi Bab V Penutup
untuk tindak pidana pemalsuan obat yang Kesimpulan
diatur dalam pasal 196 dimana terdapat Bahwa pengaturan mengenai tindak pidana
pidana denda Rp. 1000.000.000 ( satu pemalsuan obat di Indonesia diatur dalam
milyar rupiha) maka ancaman denda beberapa ketentuan peraturan perundang-
maksimal menjadi Rp 3.000.000.000 ( tiga undangan, yaitu
milyar rupiah). Pasal 197 yang terdapat a. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,
ancaman denda Rp 1.5000.000.000 ( satu b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
milyar lima ratus jutarupiah menjadi Rp tentang Perlindungan Konsumen
4.500.000.000,00 ( empat milyar lima c. Undang Undang nomor 36 tahun 2009
ratus juta rupiah, dan Pasal 198 yang tentang Kesehatan
terdapat ancaman denda Rp
100.000.000,00 ( serratus juta rupiah) B, Saran
maka ancaman denda menjadi Rp Perlu adanya peningkatan kesadaran
300.000.000, 00 ( tiga ratus juta rupiah masyarakat atas bahaya obat palsu melalui
Sedangkan dalam Pasal 201 ayat (2) diatur peningkatan kewaspadaan terhadap obat-
mengenai pidana tambahan yaitu berupa obatan..

Kepustakaan

Andi Hamzah, Asas-Asas Pidana, Rineke Cipta, Jakarta, 2015.

Herman Aditomo, Obat dan Pemanfaatannya, Jakarta, Pamator Press, 2012.

Moh Anief, Farmasi Etika, Gajah Mada University Press, Jogjakarta, 2008.

Mimi Batubara, Obat-obatan di Indonesia, Gramedia, Jakarta , 2016.

Rohmantuah Trada Purba, Onat di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2017.

Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja, Obat-Obat Penting, Gramedia, Jakarta.
.
Lain-lain

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Kitab Undang Undang Hukum Pidana

Roy Sparringga, Humas BPOM, wawancara, 4 Januari 2016.

236

Anda mungkin juga menyukai