Anda di halaman 1dari 4

1.

Kasus Pelanggaran di PBF

“Polisi Tangkap Pengusaha Farmasi Pengedar Obat Paten Palsu”

(FOTO disertai sumber)

Analisis kasus berdasarkan pelanggaran UU dan Etika Kefarmasian:

1. Permasalahan

a. Alfons Fritz GeraldArief Prayitno, pimpinan Perusahaan Farmasi, PT. Jaya Karunia
Invesindo memalsukan obat generik
b. Perusahaan meracik obat generik hingga mengemasnya menyerupai obat paten
c. Terlibat dalam pembuatandan pengedaran obat-obatan tiruan dengan harga yang
fantastis sejak tiga tahun
d. Obat-obatan buatan Alfons dikirimkan ke 197 apotek yang tersebar diseluruh Indonesia.
Transaksinya, dalam satu bulan, bisa mencapai Rp 400 juta.
e. Obat-obatan yang dipalsukan menjadi obat paten,sudah kadaluarsa.

2. Analisis pasal pelanggaran

a. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


pasal 196 Jo Pasal 98 (ayat 2 dan 3) dan/atau pasal 197 Jo pasal 106(ayat 1)
b. Undang- Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 62 (ayat 1) Jo Pasal 8 (ayat1) huruf a dan d

3. Solusi

Pada kasus ini BPOM telah membekukan izin operasional PBF PT JKI serta merekomendasikan
pencabutan izin PBF tersebut pada Kementerian Kesehatan. PBF PT JKI telah merugikan
masyarakat dengan melakukan repackaging obat palsu, dan BPOM harus memastikan apotek-
apotek yang menjadi korban produk obatnya harus ditarik dari peredaran, melakukan verifikasi
produk dengan produsen obat, memusnahkan produk palsu serta melakukan pengawasan.

Masyarakat juga perlu memperhatikan obat yang akan digunakan dengan membedakan
keaslian obat, karena sudah banyak dipalsukan. Masyarakat harus merasa curiga apabila
menemukan ada yang tidak wajar pada produk obat. Dari segi produsen dan PBF harus
memberikan laporan tiap 3 bulan yang berisi kepada siapa obat dijual, berapa jumlahnya,
harganya, tahapan produksi, dan bahan baku. Laporan harus dibaca dengan cermat sehingga
bisa segera tahu jika ada kasus obat palsu. Pemilik apotek/apoteker seharusnya langsung curiga
jika kemasan obat terlihat rusak, atau ada perubahan harga misal lebih rendah dari biasanya,
dan membuat pelaporan.
2. Kasus Pelanggaran di Apotek

"Empat Pegawai Apotek di Bekasi Terancam Lima Tahun Penjara"

(FOTO disertai sumber)

Analisis kasus berdasarkan pelanggaran UU dan Etika Kefarmasian:

Permasalahan

a. Empat pegawai apotek menjual obat di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Obat yang dijual
khususnya obat anti virus .

b. Tersangka terbukti menjual obat jenis Fluvir 75 miligram seharga Rp27.500 sedangkan HET
obat tersebut Rp26.000 dan menjualnya secara eceran seharga Rp5.000 per tablet dari HET
Rp1.700.

c. Tersangka menjual Azithromycin 500 miligram kepada masyarakat seharga Rp13.333 per
tablet dari HET Rp1.700 per tablet, demi mendapatkan keuntungan lebih tinggi.

Pasal pelanggaran:

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dengan ancaman


pidana paling lama lima tahun atau pidana denda maksimal Rp2 miliar.

Solusi
3. Kasus Pelanggaran di Pabrik Farmasi

“Saluran Limbah Pabrik Farmasi Pencemar Parasetamol di Teluk Jakarta Disegel”

(FOTO disertai sumber)

Analisis kasus berdasarkan pelanggaran UU dan Etika Kefarmasian:

Permasalahan

a. saluran outlet air limbah

pabrik farmasi PT MEF diketahui melakukan pencemaran parasetamol di Teluk Jakarta

b. PT MEF disebut belum memiliki izin pembuangan air limbah ke lingkungan dan belum
memiliki izin pembuangan air limbah ke lingkungan.

c. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pada sampel outlet air limbah PT MEF diketahui
terdapat parameter air limbah yang tidak memenuhi baku mutu sesuai dengan Pergub No. 69
Tahun 2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan atau Usaha

Pasal pelanggaran

a. PT MEF dikenakan sanksi administratif paksaan sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor
672 Tahun 2021 tanggal 29 Oktober 2021.

b. Pergub No. 69 Tahun2013 tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan atau Usaha.

Solusi

Anda mungkin juga menyukai