Anda di halaman 1dari 8

ETIKA DAN DISIPLIN APOTEKER

DOSEN PENGAMPU :
apt. Bunga Rimta Barus S. Farm., M.Si

ompok 6
:
EL TIMANTA SEMBIRING
NATASYA BR SILABAN
IA
CEKINA BR PURBA
THA ANGELINA SIHITE
RISATINA FILLAH
ANG PRASILA
AWATI LAMTIUR MARPAUNG
ANI SALIMUBUN
A ADRIANI
KASUS 1 INDUSTRI HERBAL
Direktur RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa, Salahuddin mengatakan pasca insiden itu pihak
rumah sakit langsung bergerak melakukan penyelidikan. Menajemen rumah sakit meminta tim
pengawas internal dan tim etik dokter untuk mengevaluasi dokter yang menolak merawat
Syamsudin Daeng Ngawing (65) hingga akhirnya pasien meninggal dunia karena terlambat
mendapatkan perawatan. Pemeriksaan yang dilakukan hanya sebatas anamnnesis atau wawancara
pasien.. Dokter juga tidak cepat mengambil keputusan untuk merujuk pasien kerumah sakit lain.

A. Dasar Etika Di langgar


1. Melanggar Pasal 32 Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan atau meminta uang muka. Ini artinya rumah
sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dilarang menolak pasien yang dalam keadaan
darurat serta wajib memberikan pelayanan untuk menyelamatkan nyawa pasien.
2. Melanggar Standar operasional prosedur saat menangani pasien dimana saat bertugas dokter tidak
melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Pemeriksaan yang di lakukkan hanya sebatas
anamnesis atau wawancara pasien. Dokter juga tidak cepat mengambil keputusan untuk merujuk
pasien ke rumah sakit lain.

B.Solusi
Dari hasil kasus di atas managemen rumah sakit menjatuhkan sanksi tegas bagi dokter yang terbukti
melanggar kode etik serta pimpinan managemen RSUD Syekh Yusuf kabupaten Gowa juga harus
bertenggung jawab atas kelalaian kejadian tersebut. Maka dari kasus diatas telah melanggar Pasal 359
KUHP.,Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya) menyebabkan orang lain mati, diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.
KASUS 2 INDUSTRI
• Apoteker M bekerja sebagai salah satu staf pengajar di salah satu PT Farmasi di propinsi Y. Saat ini
Apoteker M juga tercatat masih sebagai APA di salah satu apotek di provinsi yang berbeda. Alasan yang
diungkapkan oleh Apoteker M belum melepas apotek tersebut karena ingin membantu PSA yang belum
sanggup membayar penuh 2 Apoteker jika stand by semua karena kondisi apotek yang omzetnya masih
rendah. Selama ini pekerjaan kefarmasian di apotek tersebut dilakukan oleh Aping dan AA.

1. Akar permasalahan
a. Apoteker M bekerja sebagai staf pengajar di Perguruan Tinggi Farmasi di provinsi Y
b. Apoteker tsb juga bekerja sebagai APA diapotek berbeda provinsi dengan tempat mengajarnya,

2. Kode Etik
a. Peraturan pemerintah republik indonesia no. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
Pasal 18, SIPA dan SIKA hanya diberikan 1 tempat fasilitas kefarmasian.
Pasal 20, dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, apoteker dapat dibantu oleh apoteker
pendamping dan tenaga teknis kefarmasian.
Pasal 21
3. Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, apoteker harus menerapkan standar
pelayanan kefarmasian.
4. Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh apoteker.

b. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/MENKES/PER/SK/X/2002 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemeberian Izin
Apotek Pasal 19, berbunyi
(1) “ Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotik, Apoteker Pengelola Apotik
harus menunjuk Apoteker pendamping.”
(2) “Apabila Apoteker Pengelola Apotik dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya,
Apoteker Pengelola Apotik menunjuk Apoteker Pengganti”
c. Keputusan Kongres Nasional XVIIII/2009 Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia
Tentang Kode Etik Apoteker Indonesia antara lain,
Pasal 3
“ Setiap apoteker/Farmasis harus sennatiasa menjalankan profesinya sesuai
kompetensi Apoteker/Farmasis Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang
teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya .
Pasal 5
“Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisiluhur
jabatan kefarmasian“
d. Kepmenkes 1332/ Tahun 2002 pasal 19
1. Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotik,
Apoteker Pengelola Apotik dapat menunjuk Apoteker Pendamping
2. Apabila Apoteker Pengelola Apotik dan Apoteker Pendamping karena hal- hal tertentu
berhalangan melakukan tugasnya, Apoteker Pengelola Apotik dapat menunjuk Apoteker
Pengganti
3. Apabila Apoteker Pengelola Apotik berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua)
tahun secara terus menerus, Surat Izin Apotik atas nama Apoteker bersangkutan dicabut
Solusi dan kesimpulan
Dari kasus di atas “Pasien atau konsumen ketika membeli obat di
apotek hanya dilakukan oleh asisten apoteker yang merangkap
sebagai petugas kasir. Hal ini melanggar pasal-pasal di atas.
Pelayanan kefarmasian diapotek harus dilakukan oleh Apoteker, jika
Apoteker Pengelola Apotek berhalangan hadir seharusnya digantikan
oleh Apoteker Pendamping dan jika Apoteker Pendamping
berhalangan hadir seharusnya digantikan oleh Apoteker Pengganti
bukan digantikan oleh Asisten Apoteker ataupun Tenaga
Kefarmasian lainnya. Tenaga Kefarmasian dalam hal ini adalah
Asisten Apoteker yang hanya membantu pelayanan kefarmasian
bukan menggantikan tugas Apoteker.
KASUS 3
Obat anti-nyamuk HIT yang diproduksi oleh PT Megarsari Makmur
dinyatakan ditarik dari peredaran karena penggunaan zat aktif
Propoxur dan Diklorvos yang dapat mengakibatkan gangguan
kesehatan terhadap manusia. Departemen Pertanian, dalam hal ini
Komisi Pestisida, telah melakukan inspeksi di pabrik HIT dan
menemukan penggunaan pestisida yang menganggu kesehatan
manusia seperti keracunan terhadap darah, gangguan syaraf,
gangguan pernapasan, gangguan terhadap sel pada tubuh, kanker hati
dan kanker lambung HIT yang promosinya sebagai obat anti-nyamuk
ampuh dan murah ternyata sangat berbahaya karena bukan hanya
menggunakan Propoxur tetapi juga Diklorvos (zat turunan Chlorine
yang sejak puluhan tahun dilarang penggunaannya di dunia). Obat
anti-nyamuk HIT yang dinyatakan berbahaya yaitu jenis HIT 2,1 A
(jenis semprot) dan HIT 17 L (cair isi ulang). Selain itu, Lembaga
Bantuan Hukum Kesehatan melaporkan PT Megarsari Makmur ke
Kepolisian Metropolitan Jakarta Raya pada tanggal 11 Juni 2006.
Korbannya yaitu seorang pembantu rumah tangga yang mengalami
pusing, mual dan muntah akibat keracunan, setelah menghirup udara
yang baru saja disemprotkan obat anti-nyamuk HIT.
ANALISIS DARI KASUS
Dari kasus diatas terlihat bahwa perusahaan melakukan pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip
kejujuran perusahaan besarpun berani untuk mmengambil tindakan kecurangan untuk menekan
biaya produksi produk. Mereka hanya untuk mendapatkan laba yang besar dan ongkos produksi
yang minimal. Mengenyampingkan aspek kesehatan konsumen dan membiarkan penggunaan zat
berbahaya dalam produknya . dalam kasus HIT sengaja menambahkan zat diklorvos untuk
membunuh serangga padahal bila dilihat dari segi kesehatan manusia, zat tersebut bila dihisap
oleh saluran pernafasan dapat menimbulkan kanker hati dan lambung. Sebagai produsen
memberikan kualitas produk yang baik dan aman bagi kesehatan konsumen selain memberikan
harga yang murah yang dapat bersaing dengan produk sejenis lainnya.

Kesimpulan Kasus
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa PT Megarsari Makmur (produk HIT) masalah yang
terjadi dikarenakan kurangnya pengetahuan dan informasi mengenai kandungan-kandungan apa
saja yang terkandung dalam produk tersebut. PT. Megarsari Makmur sudah melakukan perbuatan
yang sangat merugikan dengan memasukkan 2 zat berbahaya pada produk mereka yang
berdampak buruk pada konsumen yang menggunakan produk PT Megarsari Makmur (produk
HIT).

Anda mungkin juga menyukai