Anda di halaman 1dari 3

TUGAS ETIKA DAN PERUNDANG – UNDANGAN FARMASI

Kasus

Salah satu Apotek di kota P buka setiap hari pukul 10.00 – 21.00. Karena letaknya yang
strategis, banyak pasien datang dan apotek sangat ramai. Jumlah resep yang dilayani tiap
harinya mencapai 70 lembar resep. Apotek tersebut memiliki 2 Apoteker dan 3 Tenaga
Teknis Kefarmasian.

Apoteker tidak selalu ada di apotek dan penyerahan obat terkadang tanpa diberikan KIE oleh
apoteker karena banyaknya pasien yang harus dilayani.

Analisis dan Pembahasan

A. SUMPAH APOTEKER
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan, terutama
dalam bidang kesehatan
4. Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat
dan tradisi luhur jabatan kefarmasian

Pembahasan :

Pada kasus tersebut Apoteker melanggar Sumpah Profesi terutama pada point 1 dan 4,
karena Apoteker tersebut tidak menjalanakan tugas dengan sebaik-baiknya, Apoteker
tidak selalu hadir di Apotek dan tidak memberikan informasi kepada pasien sehingga
penggunaan obat oleh pasien tidak dilakukan dengan baik, hak pasien juga tidak
dipenuhi, akibatnya MESO tidak terlaksana, sehingga memungkinkan terjadinya
pelanggaran pada kepentingan perikemanusiaan.

B. KODE ETIK APOTEKER


Pasal 1
Sumpah/janji apoteker,setiap apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan
mengamalkan sumpah apoteker

Pembahasan
Apoteker dalam kasus diatas telah melanggar kode etik apoteker pasal 1 yang
menyatakan bahwa apoteker harus menjunjung tinggi,menghayati dan mengamalkan
sumpah apoteker, sedangkan pada pembahasan sebelumnya apoteker tersebut telah
melanggar sumpah apoteker yaitu tidak menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya,
Apoteker tidak selalu berada di Apotek dan tidak memberikan asuhan kefarmasian
kepada pasien. 

Pasal 3

Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker


Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan
dalam melaksanakan kewajibannya

Pembahasan:

Dari kasus diatas, apoteker tidak menjalankan profesinya sesuai kompetensi apoteker
Indonesia karena apoteker tersebut tidak memberikan informasi obat dan konseling
kepada pasien, dimana apoteker berkewajiban untuk memberikan informasi obat dan
konseling kepada pasien.

Pasal 7

Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya

Pembahasan 

Dari kasus di atas Apoteker tidak memberikan informasi kepada pasien, sehingga
Apoteker secara jelas melanggar Pasal 7 Kode Etik Apoteker. Pelanggaran yang
dilakukan oleh Apoteker jelas menunjukkan bahwa Apoteker tidak mengutamakan dan
tidak berpegang teguh pada Prinsip Kemanusiaan. Dampak dari kurangnya informasi
penggunaan obat dapat menyebabkan efek yang merugikan bagi pasien.

Pasal 9

Seorang apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan


kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi penderita dan melindungi makhluk
hidup insani.

Pembahasan
Pada kasus tersebut, seorang apoteker tidak menjalankan kode etik pasal 7 dengan baik.
Menurut pasal 7, seorang apoteker harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan
menghormati hak asasi penderita dan melindungi makhluk hidup insani, namun apoteker
tersebut tidak memberikan informasi yang cukup kepada pasien. Sehingga dapat
merugikan pasien.

Pasal 15

Setiap apoteker bersungguh –sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik apoteker
indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika seorang apoteker
baik dengan sengaj maupun tidak sengaja melanggar atau tidak mematuhi kode etik
apoteker indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sangsi dari pemerintah,
ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya (ISFI) dan mempertanggung
jawabkannya kepada Tuhan YME

C. PP 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN

Pasal 3

Pekerjaan Kefarmasian dilakukan berdasarkan pada nilai ilmiah, keadilan, kemanusiaan,


keseimbangan, dan perlindungan serta keselamatan pasien atau masyarakat yang
berkaitan dengan Sediaan Farmasi yang memenuhi standar dan persyaratan keamanan,
mutu, dan kemanfaatan

Pasal 21

(2) Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter dilaksanakan oleh Apoteker

PEMBAHASAN

Pada kasus tersebut Apoteker datang pada jam 19.00, sedangkan apotek dibuka pada jam
16.00, yang memungkinkan pelayanan resep dari jam 16.00 sampai jam 19.00 tidak
dilakukan oleh apoteker. Hal tersebut jelas bertentangan dengan Pasal 21 PP 51 tersebut
diatas. Tidak disampaikannya informasi obat kepada pasien menyebabkan berbagai efek
yang merugikan bagi pasien seperti tidak membaiknya kondisi pasien, penyakit
bertambah parah, timbul efek samping yang dapat membahayakan keselamatan pasien

Anda mungkin juga menyukai