BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Etikolegal
1. Sumpah Apoteker
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1962 tentang
Lafal Sumpah/Janji Apoteker, menyatakan bahwa Apoteker adalah sarjana
farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Ucapan sumpah dimulai
dengan kata-kata "Demi Allah" bagi mereka yang beragama Islam, dan
sedangkan sumpah untuk agama lain, pemakaian kata "Demi Allah" disesuaikan
dengan agama masing - masing. Adapun lafal sumpah apoteker sebagai berikut :
SUMPAH APOTEKER
Demi Allah saya bersumpah:
1) Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan peri kemanusiaan,
terutama dalam bidang kesehatan;
2) Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan
saya dan keilmuan saya sebagai Apoteker;
3) Sekalipun diancam, saya tidak akan menggunakan pengetahuan kefarmasian
saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum peri kemanusiaan;
4) Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian;
5) Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar sungguh-sungguh
supaya tidak terpengaruh pertimbangan, keagamaan, kebangsaan, kesukuan,
politik kepartaian atau kedudukan sosial;
6) Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh
keinsafan.
Tuhan Yang Maha Esa melindungi saya (Anonim, 1962)
4
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
Kode etik apoteker / farmasis merupakan salah satu pedoman untuk membatasi,
mengatur dan sebagai petunjuk bagi apoteker dalam menjalankan profesinya
secara baik dan benar, serta tidak melakukan perbuatan tercela.
International Pharmaceutical Federation (2004), menyatakan profesi
adalah kemauan individu farmasis untuk melakukan praktek kefarmasian sesuai
syarat legal minimum yang berlaku serta mematuhi standar profesi dan etika
kefarmasian.Berdasarkan Permenkes No.184 tahun 1995 pasal 18 disebutkan
bahwa ‘’Apoteker dilarang melakukan perbuatan yang melanggar Kode Etik
Apoteker’’ oleh sebab itu seorang apoteker perlu memahami isi dari Kode Etik
Apoteker (Hartini dan Sulasmono, 2007).
Etika profesi adalah suatu aturan yang mengatur boleh tidaknya suatu
pekerjaan dilakukan oleh pelaku profesi ketika menjalankan praktek profesi.
Filosofi profesi farmasi adalah “pharmaceutical care” yangdituangkan ke dalam
suatu visi dan misi . Misi dari praktek farmasi adalah menyediakan obat dan
alat-alat kesehatan lain, dan memberikanpelayanan yang membantu orang atau
masyarakat untuk menggunakan obat maupun alat kesehatan dengan cara yang
benar. Apoteker di dalam pengabdian profesi berpedoman pada satu ikatan
moral, yaitu Kode Etik Apoteker Indonesia sesuai dengan Keputusan Kongres
Nasional XVIII/2009 ISFI Nomor: 006/KONGRES XVIII/2009 tentang Kode
Etik Apoteker Indonesia yaitu sebagai berikut:
5
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
Sumpah / Janji Apoteker.
Pasal 2
Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi
Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada
prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Pasal 4
Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang
kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada
khususnya.
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN
Pasal 9
6
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
7
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
3. Undang-undang Perapotekan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat
tradisional.
b. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
c. Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian
yang terdiri dari atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
d. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasidengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutukehidupan pasien.
e. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dantelah
mengucapkan Sumpah Jabatan Apoteker.
f. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apotekerdalam
menjalani Pekerjaan Kefarmasian yang terdiri atas SarjanaFarmasi, Ahli
Madya, Analisis Farmasi, dan Tenaga MenengahFarmasi/Asisten Apoteker.
g. Fasilitas Kesehatan adalah sarana yang digunakan untukmenyelenggarakan
pelayanan kesehatan.
h. Fasilitas Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk
melakukanPekerjaan Kefarmasian.
8
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
9
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
b. Apoteker Pengelola Apotek adalah Apoteker yang telah diberi Surat Ijin
Apotek (SIA).
c. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di Apotek disamping
Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikannya pada jam-jam tertentu
pada hari buka Apotek.
d. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA selama APA
tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus menerus, telah memiliki
Surat Ijin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain.
e. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai
Asisten Apoteker (Anonim, 2002).
Apoteker Pengelola Apotek terkena ketentuan seperti dimaksud dalam
KepMenKes RI No. 1332/MENKES/SK/X/2002 pasal 19 ayat 1 yang
menyatakan bahwa apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan
tugasnya pada jam buka Apotek, Apoteker Pengelola Apotek harus menunjuk
Apoteker Pendamping (Anonim, 2002).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan 1332/MenKes/SK/X/2002
dalam pasal 25, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat
izin Apotek apabila:
a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang dimaksud pasal 5
Keputusan Menteri Kesehatan 1332/MenKes/SK/X/2002.
b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam pasal 12. Keputusan
Menteri Kesehatan 1332/Menkes/SK/X/2002 yang menyatakan :
1) Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan, dan menyerahkan
sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin.
2) Sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan lagi atau
dilarang digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam
atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri.
c. Apoteker tidak memenuhi kewajiban dimaksud dalam pasal 15 ayat 2
Keputusan Menteri Kesehatan 1332/MenKes/SK/X/2002 yang menyatakan
Apoteker tidak diijinkan untuk mengganti obat generik yang ditulis didalam
resep dengan obat paten.
10
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
B. Pelayanan Kefarmasian
Menurut Permenkes No. 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian
di apotek, pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan
farmasi klinik di apotek merupakan bagian dari pelayanan kefarmasian yang
langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan maksud mencapai hasil yang
pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien (Anonim, 2014).
11
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
1. Pelayanan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelayanan resep sepenuhnya
menjadi tanggung jawab apoteker. Apoteker wajib memberi informasi tentang
penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional kepada pasien (Anonim, 2014).
Berdasarkan Permenkes No. 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan
farmasi di apotek, pelayanan resep yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Skrining resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemeriksaan kelengkapan administrative resep meliputi nama pasien, umur,
jenis kelamin dan berat badan, nama dokter, nomor SIP (Surat Ijin Praktek),
alamat, nomor telepon dan paraf serta tanggal penulisan resep.
2. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik meliputi bentuk dan kekuatan sediaan,
stabilitas, dan kompatibilitas (ketercampuran obat).
3. Pertimbangan klinis meliputi ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan, cara
dan lama penggunaan obat, duplikasi dan/atau polifarmasi, reaksi obat yang
tidak diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain),
kontraindikasi dan interaksi (Anonim, 2014).
b. Penyiapan Obat
Setelah memeriksa resep dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan obat sesuai permintaan resep dengan cara menghitung
kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep dan mengambil obat yang
dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama obat,
tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
2. Melakukan peracikan obat bila diperlukan.
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi: etiket warna putih untuk
obat dalam/oral, warna biru untuk obat luar dan suntik, serta menempelkan
label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi.
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah
(Anonim, 2014).
12
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
c. Penyerahan Obat
Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut:
1. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta
jenis dan jumlah obat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep).
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien.
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien.
4. Menyerahkan obat disertai pemberian informasi obat.
5. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal yang terkait
dengan obat antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang harus
dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat dan lain-lain.
6. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik,
mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya tidak stabil.
7. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh apoteker
(apabila diperlukan) (Anonim, 2014).
2. Swamedikasi
Swamedikasi adalah tindakan mengobati diri sendiri dengan obat tanpa
resep dari dokter (golongan obat bebas dan obat bebas terbatas) yang dilakukan
secara tepat guna dan bertanggung jawab. Hal tersebut mengandung makna bahwa
walaupun oleh dan untuk diri sendiri, pengobatan sendiri harus dilakukan secara
rasional. Hal tersebut berarti bahwa tindakan pemilihan dan penggunaan produk
merupakan tanggung jawab yang rasional bagi para pengguna (Hartini &
Sulasmono, 2007).
Obat untuk swamedikasi meliputi obat-obat yang dapat digunakan tanpa
resep yang meliputi OWA, obat bebas terbatas (OBT) dan obat bebas (OB).
Apoteker dalam melayani OWA diwajibkan memenuhi ketentuan dan batasan tiap
jenis obat per pasien yang tercantum dalam daftar OWA 1 dan OWA 2. Wajib
pula membuat catatan pasien serta obat yang diserahkan. Apoteker hendaknya
memberikan informasi penting tentang dosis, cara pakai, kontraindikasi, efek
samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien (Purwanti, 2004).
13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
14
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
15
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
16
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
a. Menunjang pengelolaan dan terapi obat yang rasional dan berorientasi kepada
penderita,
b. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di
lingkungan rumah sakit,
Menjadi konsultan obat baik kepada pasien maupun tenaga kesehatan,
Meningkatkan profesionalisme apoteker.
4. Promosi Kesehatan
Promkes mempunyai pengertian sebagai upaya pemberdayaan masyarakat
untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatan diri dan
lingkungannya melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat,
agar dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Anonim, 2005).
Berdasarkan standar pelayanan kefarmasian di apotek yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, demi tercapainya pemberdayaan
masyarakat dan tercapainya kesehatan mandiri oleh masyarakat, maka dalam
pelayanan di apotek, seorang apoteker harus memberikan edukasi apabila
masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan
dengan memilihkan obat yang sesuai dan apoteker harus berpartisipasi secara aktif
dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi, antara
lain dengan penyebaran leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan lain lainnya (11).
Pembaruan standar pelayanan kefarmasian di apotek dalam Kepmenkes No. 35
tahun 2014 tidak menyebutkan promosi dan edukasi didalamnya, namun hal ini
tetap disebutkan dalam pelayanan kefarmasian klinik terkait dispensing (Anonim,
2014).
Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar
merubah perilakunya, yaitu:
a. Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang
melakukannya menjadi lebih mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang
lebih dekat
17
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
b. Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam
konteks pengetahuan lokal
c. Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama)
setempat menyetujui dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan, dan
d. Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan
untuk membangun jamban dengan teknologi murah namun tepat guna sesuai
dengan potensi yang di miliki (Anonim, 2008).
Dalam melakukan promosi kesehatan sendiri, penggunaan media atau alat
peraga dapat membantu jalannya promosi kesehatan. Media atau alat peraga
dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi
kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk
memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi. Alat peraga dapat
menghindari salah pengertian atau pemahaman dari promosi kesehatan yang
diberikan, meningkatkan pemahaman dan ingatan dari informasi yang diberikan,
memberikan daya tarik, dn memberikan dorongan untuk melakukan apa yang
dianjurkan. Secara garis besar media dan alat perga di bagi menjadi 4 kelompok
besar yaitu:
a. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati seperti
contoh dari berbagai macam obat asli.
b. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.
Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi
kesehatan. Halini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan,
misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll.
c. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll,
seperti mengguunakan poster, leaflet, dan brosur.
Gambar alat optik seperti foto, slide show ataupun film (Anonim, 2008).
C. Manajemen Kefarmasian
1. Drug Management Cycle
Manajemen kefarmasian di apotek harus dilaksanakan dalam usaha
menjamin pelayanan kesehatan yang baik, ketersediaan obat dalam jenis yang
lengkap, jumlah yang cukup, terjamin khasiatnya, aman, efektif dan bermutu
18
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu di
atur dalam yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yaitu meliputi perencanaan,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan
dan pelaporan (Anonim, 2014).
a. Selection
Pemilihan merupakan kegiatan untuk menetapkan sediaan farmasi dan
alat kesehatan sesuai jumlah, jenis dan waktu yang tepat sesuai dengan
kebutuhan agar tercapai penggunaan obat yang rasional (Binfar, 2011).
Pemilihan sediaan farmasi dan alat kesehatan harus berdasarkan (Binfar,
2011) :
1) Pola penyakit
2) Kebutuhan dan Kemampuanldaya beli masyarakat
3) Pengobatan berbasis bukti
4) Bermutu dan Ekonomis
5) Budaya masyarakat (kebiasaan masyarakat setempat)
6) Pola penggunaan obat sebelumnya
b. Procurement
Pengadaan merupakan suatu proses kegiatan yang bertujuan agar tersedia
sediaan farmasi dengan jumlah dan jenis yang cukup sesuai dengan kebutuhan
pelayanan. Pengadaan yang efektif merupakan suatu proses yang mengatur
berbagai cara, teknik dan kebijakan yang ada untuk membuat suatu keputusan
tentang obat-obatan yang akan diadakan, baik jumlah maupun sumbernya.
Kriteria yang harus dipenuhi dalam pengadaan sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan adalah:
1) Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang diadakanmemiliki izin edar atau
nomor registrasi.
2) Mutu, keamanan dan kemanfaatan sediaan farmasi dan alat kesehatan
dapatdipertanggung jawabkan.
3) Pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan berasal dari jalur resmi.
4) Dilengkapi dengan persyaratan administrasi
19
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
20
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
21
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
22
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
2. Supporting management
Ada beberapa manajemen pendukung yang dibutuhkan agar pengelolaan
obat menjadi efektif dan efisien yaitu (Quick et al,1997) :
1) Manajemen organisasi
2) Manajemen sumber daya manusia
3) Manajemen financial
4) Manajemen sistem informasi
Banyaknya jumlah perbekalan farmasi yang tersedia di apotek
mengharuskan suatu apotek memiliki sistem pengelolaan yang baik. Segala
sesuatunya perlu dipersiapkan dahulu agar pengelolaan obat dapat berjalan dengan
baik. Adapun yang harus dipersiapkan seperti organisasi dengan segala
kelengkapannya, termasuk dalam hal pengelolaan sumber daya manusia,
financial dan sistem informasinya (Kusumadewi et al, 2011).
a. Organisasi
Struktur organisasi merupakan mekanisme formal dimana suatu
organisasi tersebut dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan
susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi,
bagian-bagian, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas
dan tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi (Anief, 2001).
Dalam pengelolaan apotek yang baik, organisasi yang mapan
merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung berdirinya sua apotekt.
Oleh karena itu dibutuhkan adanya garis wewenang dan tanggung jawab yang
jelas dan saling mengisi yang disertai dengan job description (pembagian
tugas) yang jelas pada masing-masing bagian di dalam struktur tersebut
(Hartini dan Sulasmono, 2007).
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, maka secara umum
apotek mempunyai struktur organisasi sebagai berikut:
23
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
PemilikSaranaApotek
ApotekerPengelolaApotek (APA) (PSA)
ApotekerPendamping
24
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
1. Kesekretariatan
Tugas kesekretariatan meliputi surat menyurat dan pembuatan laporan.
Laporan yang dibuat meliputi penerimaan dan pengeluaran obat narkotika
dan psikotropika, penggunaan OWA, penggunaan obat generik berlogo dan
laporan tenaga kerja yang ada. Kelengkapan yang diperlukan adalah buku
agenda, buku ekspedisi, blanko surat menyurat dan lain-lain.
2. Pembuatan dan pengiriman laporan
Bagian administrasi bertugas membuat laporan, meliputi :
a) Laporan statistik resep dan obat generik berlogo
b) Laporan penggunaan narkotika
c) Laporan penggunaan psikotropika
d) Laporan ketenagakerjaan setiap 1 tahun
3. Inventarisasi
Tujuan dilakukan inventarisasi adalah untuk mengetahui kekayaan apotek
yang tertanam pada barang tetap.Nilai barang-barang inventaris akan
berkurang tiap tahunnya karena penyusutan, besarnya penyusutan
tergantung jenis barang berdasarkan manfaat dan lama waktu pemakaian.
Catatan inventarisasi meliputi tanggal pembelian, nama barang dan
spesifikasinya, jumlah, harga pembelian per unit serta nilai penyusutannya.
4. Administrasi kepegawaian
Mendokumentasikan data pegawai apotek yang meliputi nama, tempat dan
tanggal lahir, alamat, tanggal mulai bekerja, cuti serta absensi.
5. Administrasi pengadaan atau pembelian
Kelengkapan administrasi adalah bukti-bukti pembelian, blanko pemesanan
dan buku defekta.
6. Administrasi pergudangan
Kelengkapan administrasi pergudangan meliputi kartu stock dan kartu
stelling.
7. Administrasi penjualan
Administrasi penjualan bertugas dalam hal mengatur penetapan harga jual,
mengajukan harga penawaran, mengatur penagihan dan penerimaan piutang.
Kelengkapan administrasi adalah nota penjualan tunai, faktur, daftar harga
25
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
dan harga penjualan harian yang mencatat penjualan setiap hari baik melalui
resep maupun penjualan bebas.
Administrasi pembukuan diperlukan untuk menampung seluruh kegiatan
perusahaan dan mencatat transaksi-transaksi yang telah dilaksanakan. Bagian
administrasi mempunyai tugas membuat laporan dan pembukuan sebagai
berikut
1. Buku Kas
Buku kas digunakan untuk mencatat semua transaksi dengan uang tunai,
penerimaan sebelah kiri dan pengeluaran di sebelah kanan. Pembukuan kas
dibuat dalam 3 (tiga) macam yaitu harian, bulanan dan tahunan.
a) Penerimaan meliputi :
1) Penjualan obat dengan resep dan tanpa resep
2) Diskon pembelian barang dari PBF
3) Retur obat
4) Pajangan iklan/display
5) Tagihan piutang
b) Pengeluaran meliputi :
1) Administrasi
Pembelian buku-buku, blanko-blanko, tinta print dan alat-alat tulis.
2) Rumah tangga
Berupa keperluan rumah tangga seperti : beras, gula, teh, sumbangan
dan lain-lain.
3) Pemeliharaan inventaris
Misalnya perbaikan AC, komputer, motor, plangisasi gedung.
4) Pembelian barang dagangan
Pembelian ke PBF ataupun beli ke apotek lain
5) Kesejahteraan dan upah
Gaji karyawan, tunjangan dan lain-lain.
6) Pembayaran listrik, penerangan dan komunikasi telepon
7) Pajak yang meliputi pajak umum dan khusus yang harus dibayar oleh
apotek sebagai salah satu badan usaha swasta.
2. Buku Bank
26
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
Penggunaan buku bank ini adalah untuk mencatat semua transaksi lalu lintas
per giro, termasuk nomor-nomor cek dan giro bilyet. Buku ini digunakan
untuk mencatat kekayaan apotek yang disimpan di bank serta mencatat
keluar-masuknya uang di bank.
3. Buku Permintaan Barang Apotek
Buku ini berisi catatan barang apa saja yang diperlukan sehingga bagian
pemesanan dapat membuat surat pesanan untuk keperluan pengadaan,
dengan pertimbangan barang apa yang paling mendesak untuk
pengadaannya.
4. Buku Pembelian Barang
Buku ini digunakan untuk mengetahui dan mencatat jumlah uang yang
dikeluarkan untuk pembayaran obat.
5. Buku Penerimaan Barang
Barang yang diterima dan telah sesuai dengan pesanan dan faktur,
dimasukkan dalam catatan penerimaan barang dan selanjutnya
dikelompokkan menurut PBF. Dari faktur disalin dalam buku penerimaan
barang, dimana ditulis selain nama supplier, nama obat, banyaknya, harga
satuan, potongan harga, nomor urut, tanggal. Tiap hari dijumlahkan
sehingga diketahui berapa banyaknya hutang setiap hari. Dengan catatan ini
dapat diketahui apakah jumlah pembelian sesuai dengan anggaran yang
telah ditetapkan kecuali jika ada kemungkinan kenaikan harga barang
(spekulasi membeli secara besar-besaran obat-obat fast moving). Faktur-
faktur tersebut kemudian diserahkan ke bagian administrasi untuk diperiksa,
lalu disatukan dalam map tunggu, menunggu jatuh tempo waktu
pembayaran (Hartono, 2003)
Administrasi yang biasa dilakukan secara manual diapotek meliputi
antara lain :
1. Administrasi, meliputi : agenda/mengarsipkan surat masuk dan surat keluar,
pengetikan laporan-laporan seperti : laporan narkotika, AA yang bekerja;
jumlah resep dengan harganya, omset, alat dan obat KB, obat generik, dan
lain-lain.
27
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
28
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
29
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
selalu ada di apotek selama jam buka apotek, maka apoteker pendamping
dapat menggantikannya.
c. Apoteker pengganti, adalah apoteker yang menggantikan APA selama
APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara
terus-menerus, telah memiliki SIK dan tidak bertindak sebagai APA di
apotek lain (Hartini dan Sulasmono, 2007).
Tugas dan kewajiban Apoteker Pengelola Apotek :
a) Memimpin seluruh kegiatan apotek, termasuk mengkoordinasi dan
mengawasi kerja bawahannya, mengatur jadwal kerja, pembagian
tugas dan tanggung jawab, serta bertanggung jawab mengenai pajak.
b) Secara aktif berusaha dalam bidang tugasnya untuk meningkatkan dan
mengembangkan hasil usaha apotek.
c) Mengatur dan mengawasi penyimpanan serta kelengkapan sesuai
dengan persyaratan farmasi terutama dalam bidang peracikan.
d) Memelihara buku harga dan kalkulasi harga obat yang akan dijual
sesuai dengan kebijaksanaan harga yang ditetapkan.
e) Membina dan memberi petunjuk teknis farmasi kepada asisten
apoteker dalam pemberian informasi kepada pasien.
f) Bersama dengan administrasi menyusun laporan manajerial dan
pertanggungjawaban.
g) Mempertimbangkan usul-usul dan saran-saran baik dari bawahan
maupun dari rapat pemegang saham, untuk memperbaiki pelayanan
dan kemajuan apotek.
h) Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan (transaksi)
tunai setiap hari (Hartini dan Sulasmono, 2007).
Seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) bertanggung jawab
dalam:
1. Bidang keuangan: penggunaan secara efisien, pengamanan dan
kelancaran.
2. Bidang persediaan barang : pengadaan barang, ketertiban
penyimpanan dan kelancaran distribusinya.
30
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
31
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
Pada pasal 22 ayat 2 Permenkes No. 922 tahun 1993 “Asisten Apoteker
melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek di bawah pengawasan
Apoteker”.
Tugas Asisten Apoteker :
a) Mengerjakan sesuai dengan profesinya sebagai asisten apoteker
b) Mampu dalam hal tertentu menggantikan pekerjaan sebagai penjual obat
bebas dan juru resep.
Tanggung jawab Asisten Apoteker adalah mempertanggung jawabkan
seluruh tugas yang diserahkan kepadanya tanpa ada kesalahan, kehilangan,
kerusakan, kekeliruan kepada APA. Asisten Apoteker berwenang
menyelesaikan tugas pelayanan kefarmasian sesuai dengan batas pekerjaan
yang ditugaskan kepadanya.
3) Bagian Administrasi
Bagian administrasi bertanggung jawab kepada APA sesuai tugas
yang diberikan kepadanya. Wewenang bagian administrasi adalah
melaksanakan semua kegiatan administrasi pembukuan dengan petunjuk-
petunjuk dari APA dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tugas dan kewajiban bagian administrasi:
a) Membuat laporan harian yaitu pencatatan penjualan kredit, pencatatan
pembelian yang dicocokkan dengan buku penerimaan barang di gudang,
pencatatan hasil penjualan dan tagihan serta pengeluaran setiap hari
b) Membuat laporan bulanan, yaitu realisasi data untuk pimpinan apotek,
membuat daftar gajidan pajak
c) Membuat laporan tahunan tutup tahun (membuat neraca laba-rugi)
d) Surat menyurat
4) Bagian Keuangan
Tugas dan kewajiban bagian keuangan :
a) Mencatat pengeluaran uang setelah dihitung terlebih dahulu, juga
pengeluaran uang yang harus dilengkapi dengan kuitansi, nota dan tanda
setoran yang sudah diparaf oleh APA atau petugas yang ditunjuk.
b) Menyetorkan dan atau mengambil uang baik dari kasir atau dari bank.
32
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
33
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
tahunan. Pemasukan uang di apotek bersumber dari hasil penjualan obat (resep
dan non resep), alat kesehatan, kosmetik dan makanan. Pembayaran obat oleh
konsumen baik obat yang dibeli dengan resep ataupun bukan selalu masuk ke
bagian kasir. Setiap hari pemasukan uang dilaporkan dan disetorkan ke bagian
keuangan.
Pengeluaran apotek meliputi pembelian obat dan barang lainnya,
pembayaran inkaso dan pengeluaran rutin. Pembayaran inkaso yaitu penagihan
hutang oleh PBF apabila apotek membeli barang secara kredit. Pengeluaran
rutin untuk biaya tetap meliputi pembayaran pajak, gaji karyawan, telepon,
listrik, dan biaya lain-lain. Hal yang harus dilakukan dilaporkan oleh bagian
keuangan :
a) Laporan Laba-Rugi
Laporan Laba-Rugi (income statement) yaitu laporan yang
menyajikan informasi tentang pendapatan, biaya, laba atau rugi yang
diperoleh perusahaan selama periode tertentu. Laporan rugi-laba biasanya
berisi hasil penjualan, pembelian, HPP, biaya operasional, laba kotor, laba
bersih usaha, laba bersih sebelum pajak, laba bersih setelah pajak,
pendapatan non usaha, dan pajak.
b) Laporan Neraca Akhir Tahun
Neraca (balance sheet) adalah laporan yang menyajikan informasi
tentang posisi aktiva, utang, dan modal pada waktu tertentu. Neraca adalah
laporan kondisi keuangan perusahaan yang disusun secara sistematis.
Komponen neraca terdiri dari aktiva dan pasiva. Nilai aktiva dan pasiva
selalu dalam keadaan seimbang. Pada kolom aktiva terdiri dari semua
barang dan kekayaan yang dimiliki perusahaan yaitu aktiva lancar (kas dan
bank, surat berharga, piutang dagang, persediaan dan biaya dibayar
dimuka), investasi (penanaman modal dalam jangka waktu panjang), aktiva
tetap (gedung, tanah, mobil, mesin, peralatan kantor), aktiva yang tidak
terwujud (hak paten yang dimiliki oleh suatu perusahaan, merk dagang dan
hak cipta). Pada kolom pasiva terdiri dari kewajiban lancar (hutang, pajak
penghasilan yang belum dibayar dan lain-lain), kewajiban jangka panjang,
modal sendiri dan kewajiban lain-lain.
34
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
35
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
36
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
37
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
Rumus BEP :
1
BEP= XFC
VC
1−
TR
(Seto,2004)
38
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
(Return on Investment) dan Pay Back Period untuk mengetahui berapa lama
modal akan kembali dari usaha apotek yang dilakukan.
Rumus Return On Investment (ROI)
Rentabilitas = Margin x Perputaran aktiva
Laba Hasil penjualan
ROI = x
Hasil penjualan investasi
Laba bersih
ROI = x 100%
Total investasi
1
Waktu balik modal = x 100%
Tingkat Pengembalian Modal
39
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
Total investasi
PBP = x 100%
Laba bersih
(Seto, 2004)
40
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
41
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
42
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
c. Penunjukan dimaksud dalam ayat (1) dan (2) harus dilaporkan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan menggunakan contoh Formulir
APT 9.
d. Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti wajib memenuhi
persyaratan dimaksud pasal 5.
e. Apabila Apoteker Penanggung Jawab Apotek berhalangan melakukan
tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus,Surat Ijin Apotek atas
nama Apoteker bersangkutan dicabut.
43