BAB III
REVIEW KEGIATAN PKPA APOTEK
A. Etikolegal
1. Sumpah apoteker
Aspek etikolegal terkait sumpah apoteker sesuai dengan PP No. 20 tahun 1963
telah dijalankan sejak Apotek WIPA berdiri yakni tanggal 12 November 1979 hingga
sekarang. Saat ini Apotek WIPA sudah memiliki dua apotek cabang yakni Apotek
Mentari yang terletak di Jl. Imogiri Barat no.138 dan Apotek Umbulharjo yang
terletak di Jl. Perintis Kemerdekaan no. 72, Yogyakarta.
Apoteker di Apotek WIPA merahasiakan data pasien baik berupa resep
maupun rekam medik yang tidak digunakan untuk kepentingan pribadi yang bersifat
menguntungkan diri semata. Sesuai dengan sumpah apoteker poin ke kedua yang
berbunyi, “Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai Apoteker”.
Seluruh tenaga kerja di Apotek WIPA dalam melaksanakan tugas atau
kewajibannya selalu bersungguh-sungguh sehingga tidak terjadi pelanggaran
peraturan baik dibidang kesehatan maupun kefarmasian. Hal ini sesuai dengan
sumpah apoteker poin ke lima yang berbunyi, “Dalam menunaikan kewajiban saya,
saya akan berikhtiar sungguh-sungguh supaya tidak terpengaruh pertimbangan,
keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian atau kedudukan sosial”.
Pengalaman beberapa poin sumpah apoteker yang lain selama PKPA di Apotek
WIPA yakni dari poin pertama, yang berbunyi “ Saya akan membaktikan hidup saya
guna kepentingan peri kemanusiaan, terutama dalam bidang kesehatan”, poin ketiga
yang berbunyi “Sekalipun diancam saya tidak akan mempergunakan pengetahuan
kefarmasian saya untuk segala sesuatu yang bertentangan dengan hukum
kemanusiaan” dan poin keempat sumpah apoteker, yang berbunyi “Saya akan
menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan martabat dan tradisi
luhur jabatan kefarmasian”.
44
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
WIPA. Etika tersebut mencakup kewajiban beretika terhadap diri sendiri, pasien,
teman sejawat dan profesi lainnya.
a. Kewajiban umum apoteker
Apoteker di Apotek WIPA senantiasa menjauhkan diri dari usaha mencari
keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
kefarmasian dengan menyediakan obat-obatan, produk-produk kesehatan serta
pelayanan kesehatan sesuai aturan yang ditetapkan dengan memberikan harga
sesuai dengan aturan yang berlaku. Hal tersebut sesuai dengan Kode Etik
Apoteker Pasal 5 yang berbunyi “Di dalam menjalankan tugasnya seorang
Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang
bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian”.
Apoteker Apotek WIPA juga memberikan contoh yang baik bagi orang
lain terutama terhadap para pegawai dengan selalu berusaha untuk membimbing
para pegawai, bertanggung jawab dan berdedikasi tinggi dalam menjalankan
tugasnya sesuai dengan Kode Etik Apoteker pasal 6. Apoteker Apotek di Apotek
WIPA berperan aktif dalam mengikuti perkembangan dibidang kesehatan pada
umumnya dan farmasi pada khususnya sesuai dengan Kode Etik Apoteker pasal 4
juga perkembangan terkait peraturan perundang-undangan kefarmasian juga
kesehatan sesuai dengan Kode Etik Apoteker pasal 8 misalnya dengan mencari
informasi perkembangan peraturan terbaru, aktif mengajar di universitas dan
memberikan pengetahuan keilmuannya pada kuliah umum atau acara khusus
terkait kesehatan ataupun kefarmasian, serta mengikuti berbagai seminar-seminar
dan pelatihan-pelatihan kesehatan maupun farmasi.
b. Kewajiban apoteker terhadap pasien
Apoteker di Apotek WIPA selalu hadir di apotek pada saat apotek buka
dan memberikan pelayanan kefarmasian yang mengutamakan kepentingan
masyarakat serta menghormati hak pasien terutama dalam hal pemilihan obat
yang sesuai dengan Kode Etik Apoteker pasal 7 dan 9.
Apabila pasien kesulitan dalam menentukan obat yang dibutuhkan, maka
apoteker akan memberikan solusi untuk pengobatan yang sesuai bagi pasien
dengan pemberian informasi yang jelas mengenai indikasi obat, cara penggunaan
serta efek sampingnya sehingga pasien mengerti mengenai obat yang akan
45
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
3. Undang-Undang Perapotekan
Apotek WIPA dalam menjalankan prakteknya, telah memenuhi beberapa
peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang perapotekan, diantaranya
yaitu:
a. Peraturan Menteri Kesehatan No.35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek. Apotek WIPA dalam melakukan pengelolaan sumber
daya sudah sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan, yaitu:
1) Tahap-tahap pelayanan resep sudah dilakukan sesuai dengan prosedur tetap
pelayanan resep yang meliputi skrining resep, penyiapan obat, peracikan,
pemberian etiket, pemberian informasi obat kepada pasien secara jelas,
benar dan mudah dimengerti serta melakukan konseling obat kepada pasien
yang membutuhkan informasi lebih banyak mengenai pengobatan.
2) Apoteker di Apotek WIPA belum melakukan pelayanan berupa kunjungan
rumah dan pemantauan terapi obat. Hal ini disebabkan karena tidak ada
pasien pelanggan sehingga susah jika hendak melakukan pemantauan.
46
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
47
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
dan kunci ganda, tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang selain
narkotika dan tempat penyimpanan narkotika tidak boleh dimasuki orang lain
tanpa izin penanggung jawab untuk menjamin keamanan.
Pelayanan obat narkotika di Apotek WIPA hanya dengan resep dokter.
Apotek WIPA tidak melayani salinan resep jika Apotek WIPA tidak
menyimpan resep aslinya. Obat narkotika yang telah dilayani kemudian dicatat
pada buku pengeluaran narkotika yang yang berisi tanggal penerimaan resep,
nomor resep, nama obat dan jumlah obat, sisa obat di apotek, nama dan alamat
pasien, nama dokter dan alamat dokter. Setiap bulannya, pengeluaran untuk
masing-masing narkokita dilaporkan sama halnya dengan pelaporan
penggunaan obat psikotropika.
Pelaporan penggunaan narkotika menggunakan Buku Register
Narkotika setiap bulan ke Kementrian Kesehatan RI di Jakarta, Balai Besar
POM Yogyakarta dan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, serta arsip apotek.
Pelaporan penggunaan narkotika juga dilakukan dengan program SIPNAP
(Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika) langsung ke Departemen
Kesehatan Republik Indonesia dengan cara meng-upload laporan bulanan ke
website SIPNAP. Laporan berisi nama sediaan, kode, stok awal, penerimaan,
pengeluaran dan stok akhir.
d. UU RI Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropik
Di Apotek WIPA, pemesanan obat-obat psikotropik menggunakan SP
khusus formatnya sesuai yang dikeluarkan oleh BPOM dibuat rangkap 2. Di
Apotek WIPA dibuat rangkap 3 yaitu SP asli untuk PBF, 1 rangkap untuk arsip
apotek dan 1 rangkap bersama faktur pembelian. Dalam penyimpanan obat
psikotropik di Apotek WIPA telah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku yaitu disimpan dalam lemari yang terpisah dan tidak
tercampur obat-obat lain.
Pelayanan obat psikotropika hanya dengan resep dokter. Setiap
pengeluaran psikotropik di Apotek WIPA selalu dicatat dalm buku pengeluaran
psikotropika yang mencantumkan tanggal penerimaan resep, nomor resep,
nama obat dan jumlah obat, sisa obat di apotek, nama dan alamat pasien, nama
dokter dan alamat dokter. Pelaporan penggunaan psikotropik dicatat dalam
48
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
49
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
B. Pelayanan Kefarmasian
1. Pelayanan Resep
Pelayanan resep di Apotek WIPA dimulai dari penerimaan resep, kemudian
dilanjutkan dengan skrining resep yang meliputi skrining administratif, skrining
farmasetis, skrining klinis serta menggali informasi yang dibutuhkan dari pasien.
Skrining administratif meliputi nama dokter, nomor Surat Ijin Praktek (SIP), alamat
dokter penulis resep, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter untuk
setiap R/, nama pasien, umur pasien, dan alamat pasien. Beberapa hal yang harus
dilakukan pada skrining farmasetis yakni skrining bentuk sediaan, kekuatan sediaan,
stabilitas, dan kompatibilitas (ketercampuran obat). Skrining klinis meliputi
ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan, cara dan lama penggunaan obat, duplikasi
dan/atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifestasi klinis lain), kontraindikasi dan interaksi obat. Skrining farmasetis dan
klinis tidak selalu dilakukan, akan tetapi akan ditindak lanjuti bila terdapat
ketidaksesuaian dan bila terdapat pengobatan yang tidak rasional.
Setelah skrining resep dilakukan dan resep sudah sesuai, maka dilakukan
pemastian ketersediaan obat yang dibutuhkan dalam resep, perhitungan jumlah
sediaan obat yang dibutuhkan dan jumlah yang akan diracik untuk resep racikan.
Setelah semua sesuai, maka resep akan diberi harga dan dilakukan konfirmasi
tentang persetujuan biaya resep kepada pasien. Setelah pasien setuju dengan harga
resep maka pasien membayar secara tunai di kasir dan kemudian dilakukan
pencetakan bukti pembayaran yang telah diberi nomor resep dan stempel tanda lunas.
Setelah pembayaran lunas, dilakukan peracikan obat, pengemasan dan pemberian
etiket dengan benar. Setelah selesai diracik, dilakukan pengecekan kembali sebelum
obat diserahkan. Penyerahan obat dilakukan dengan pemberian informasi tentang
obat yang diberikan. Informasi yang diberikan berupa cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat (terutama dengan penyimpanan khusus), jangka waktu
pengobatan, makanan minuman yang harus dihindari.
50
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
2. Swamedikasi
Swamedikasi atau pengobatan mandiri yang dilakukan di Apotek WIPA
seperti penggunaan Obat Wajib Apotek (OWA), obat bebas dan obat bebas terbatas.
Pasien yang sering menggunakan obat bebas terbatas adalah pasien dengan penyakit
yang simptomatis seperti batuk, flu, demam, nyeri, dan sebagainya. Pasien yang
dapat menggunakan menggunakan obat OWA adalah pasien yang memiliki penyakit
alergi, asma, ulkus peptik, pil kb, dan sebagainya. Pelayanan tersebut dilakukan
dengan catatan penyakit pasien sudah diketahui dengan pasti karena pasien telah
didiagnosa oleh dokter sebelumnya. Pelayanan pengobatan mandiri juga dilengkapi
dengan pencatatan data pasien beserta keluhan dan obat yang digunakannya.
51
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
Informasi tentang aturan pakai, dosis, efek samping dan monitoring sebaiknya
dilakukan rutin kepada pasien.
4. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan yang dilakukan apotek WIPA dengan memberikan
informasi, antara lain dengan leaflet/brosur, poster, penyuluhan, dan sebagainya.
Berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat dan
bekerjasama dengan pelayanan kesehatan dasar. Sasaran kegiatannya adalah pasien
yang mengunjungi apotek dengan menggunakan cetak tersebut serta masyarakat di
sekitar apotek. Kegiatan yang dilakukan bersama dengan tenaga kesehatan lain dapat
52
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
C. Manajemen Kefarmasian
1. Drug Manajement Cycle
a. Selection (Seleksi)
Proses seleksi di Apotek WIPA dilakukan oleh Apoteker penanggung
jawab apotek bersama Apoteker pendamping dan asisten Apoteker, untuk dapat
menyeleksi perbekalan farmasi yang nantinya akan direncanakan dengan
mempertimbangkan pola konsumsi, pola penyakit, pola peresepan dokter, serta
daya beli masyarakat. Tahap awal yang dilakukan yaitu mencatat barang habis di
buku defekta. Pemilihan barang yang akan dibeli dilakukan secara selektif untuk
menghindari penumpukan barang. Setiap barang yang akan dibeli dikelompokkan
berdasarkan PBF yang menyediakan, hal tersebut bertujuan unuk memudahkan
proses pemesanan.
b. Procurement
1) Perencanaan
Perencanaan obat, bahan obat dan alat-alat kesehatan di Apotek WIPA
yang akan dilaksanakan perlu mempertimbangkan daftar yang ada di buku
defekta, faktor-faktor seperti perbekalan farmasi yang laris terjual, obat-obat
yang sering diresepkan oleh dokter dan mempertimbangkan diskon maupun
bonus yang ditawarkan oleh PBF tertentu.
Perencanaan pengadaan barang di Apotek WIPA berdasarkan metode
kombinasi yaitu pola konsumsi yaitu dengan melihat rekapitulasi penjualan
obat, serta menggunakan pola epidemiologi yang merupakan suatu pola
perencanaan dengan melihat atau mengamati pola penyakit di masyarakat
sekitar dan melakukan penyesuaian pola pengobatan terhadap penyakit
tersebut.
53
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
2) Pengadaan
Pengadaan barang di Apotek WIPA dilakukan dengan cara pemesanan
melalui telepon atau sales yang datang ke apotek dengan menggunakan surat
pesanan yang telah di tanda tangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA).
Pembelian dalam jumlah terbatas, secara berencana dan spekulatif dengan
mempertimbangkan barang yang termasuk fast moving dan slow moving.
Pembelian dilakukan dengan optimal sehingga tidak terjadi penumpukan obat
(over stock) maupun kehabisan obat (stock out).
Pemesanan dilakukan setiap hari berdasarkan kebutuhan sesuai Surat
Pesanan (SP) yang sudah dibuat. Surat pesanan di Apotek WIPA dibagi
menjadi 4 yaitu surat pesanan obat daftar G, surat pesanan prekursor, surat
pesanan narkotika,dan surat pesanan psikotropika. Surat pesanan dibuat
rangkap untuk PBF dan untuk apotek. Tujuan Apotek WIPA menyimpan surat
pesanan adalah untuk mengontrol apabila barang yang datang tidak sesuai
dengan pesanan maupun barang yang tidak dikirim.
Sebelum melakukan kegiatan pengadaan barang perlu diperhatikan
beberapa hal sebagai berikut :
a) Buku Defecta / Buku Habis
b) Rencana Anggaran pembelian
c) Daftar harga terakhir
d) Pemilihan PBF yang sesuai dengan pertimbangan legalitas PBF,
diskon, jangka waktu pembayaran, pelayanan yang baik dan tepat waktu
serta kualitas barang yang baik.
Pembelian di WIPA dilakukan dengan cara, yaitu:
a) Cash adalah pembelian yang pembayarannya dilakukan secara langsung
dengan tenggang waktu 1-7 hari. Ada beberapa PBF yang
pembayarannya secara cash lunak yakni dilakukan 1-2 minggu setelah
barang datang dengan diskon sebesar 3-5%.
b) Cash On Delivery (COD)
Cash On Delivery (COD) adalah pembelian barang dengan
pembayaran dilakukan secara langsung pada saat barang datang. Contoh
pengadaan barang secara COD adalah pengadaan narkotika. Pembayaran
54
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
barang narkotika dilakukan pada saat barang datang dengan uang cash,
akan tetapi ada beberapa PBF yang memberikan toleransi dalam
melakukan pembayaran, misalnya diperbolehkan membayar kesokan hari
setelah barang datang. Diskon yang ditawarkan PBF berkisar antara 3-
5% ditambah 1%.
c) Kredit atau tempo
Pembayaran kredit adalah pembayaran yang lazim dilakukan
pada saat jatuh tempo. Jatuh tempo yang diberikan oleh PBF biasanya
dalam kurun waktu 21 hari - 30 hari tergantung kesepakatan. Pengadaan
barang dengan cara ini umumnya dilakukan untuk membeli obat bebas,
obat bebas terbatas, obat keras, dan psikotropik. Sebagian besar obat
yang dipesan oleh Apotek WIPA menggunakan pembayaran kredit atau
tempo.
Pengadaan barang yang dapat dilakukan di Apotek WIPA selain
melalui PBF juga terdapat barang konsinyasi. Konsinyasi adalah barang dari
distributor yang dititipkan ke apotek, dan apotek akan menerima komisi
apabila barang terjual. Apabila tidak terjual maka barang dapat
dikembalikan, sehingga prinsip konsinyasi adalah barang yang terjual
merupakan barang yang akan dibayar oleh pihak apotek. Di Apotek WIPA
cara pengadaan barang seperti ini digunakan untuk barang/obat baru (dalam
masa promosi), beberapa jenis jamu, madu dan barang-barang yang
ditawarkan oleh distributor untuk konsinyasi.
Pada saat barang datang disesuaikan dengan surat pesanan, dengan
mencocokkan nama barang, jumlah dan jenis, tanggal kadaluarsa, kemasan,
kondisi fisik barang yang dikirimkan. Faktur yang sudah dicocokkan dengan
pesanan, kemudian faktur akan ditandatangani oleh Apoteker atau Asisten
Apoteker yang memiliki SIK dengan mencantumkan nama terang, nomor
SIK, tanggal dan cap apotek sebagai bukti bahwa barang telah diterima.
Apabila barang tidak sesuai pesanan, maka barang akan segera
dikembalikan kembali ke PBF pengirim.
Barang yang telah diterima akan masuk ke bagian gudang, dan
tembusan fakturnya diberi nomor urut gudang kemudian dilakukan
55
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
pencatatan pada buku penerimaan faktur yang meliputi nomor urut gudang,
nama obat datang, jumlah, nomor batch, nama PBF, nomor faktur, nomor
SP dan tanggal kadaluarsa yang dilakukan oleh petugas gudang. Semua
sediaan farmasi yang memiliki ED (Expired Date) dicatat dalam buku ED.
Setelah pencatatan selesai, tembusan faktur pembelian diberi cap dan paraf
dari petugas gudang. Barang dapat dimasukkan ke tempat penyimpanan
obat dan dicatat dalam kartu stelling yang ada di masing-masing item obat.
Tempo pembayaran barang juga dicatat dalam buku jatuh tempo (untuk
pembayaran yang bukan COD).
c. Distribution (Distribusi)
Barang Apotek WIPA yang datang disimpan di etalase-etalase/rak dan di
lemari. Penyimpanan obat di Apotek WIPA berdasarkan beberapa metode,
yaitu:
1) Alfabetis
2) Bentuk sediaan obat seperti sediaan cair, tablet dan topikal
3) Bahan baku, yaitu bahan yang digunakan dalam pembuatan racikan.
4) Jenis obat (generik dengan obat merk dagang dipisahkan, narkotika dan
psikotropik disimpan dalam lemari narkotika dan psikotropika)
5) Obat-obatan yang dipersyaratkan untuk disimpan pada suhu dingin yaitu 2o-
8o C disimpan dalam lemari pendingin
Penyimpanan obat/barang yang ada di apotek dilakukan di dua tempat,
yaitu gudang (untuk penyimpanan dalam jumlah besar) dan di etalase bagian
penjualan. Penyimpanan barang di bagian penjualan obat dikelompokkan
berdasarkan bentuk sediaan yang disusun secara alfabetis, dan khusus untuk
obat HV (handsverkoop) disusun berdasarkan bentuk sediaan serta kelas
terapinya. Masing-masing bentuk sediaan dibuat kartu stok yang berbeda
warnanya untuk mempermudah pengelolaan dan pengawasan. Gambar 3
menunjukkan contoh bentuk kartu stok yang digunakan. Pengelompokan warna
kartu stok yang tersedia di Apotek WIPA adalah sebagai berikut :
1) Warna kuning untuk sediaan padat.
2) Warna biru untuk sediaan semipadat dan bahan baku.
3) Warna merah untuk sediaan narkotika dan sediaan cair.
56
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
2. Supporting Manajemen
a. Struktur Organisasi WIPA
Struktur organisasi sangat diperlukan untuk mengelola apotek agar
seluruh tenaga kerja dapat menjalankan job description sesuai dengan wewenang
57
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
dan tangung jawab jabatannya, sehingga sistem administrasi dan pelayanan apotek
dapat berjalan dengan baik dan efisien. Dibawah ini disajikan struktur organisasi
Apotek WIPA :
Pembantu
Asisten
Keuangan Umum dan Gudang Administrasi
Apoteker Gudang
Kasir Reseptir
Gambar 5. Struktur Organisasi Apotek WIPA
b. Sumber Daya Manusia
Apotek WIPA memiliki 9 orang karyawan, yang dibagi berdasarkan
kewenangan pekerjaannya masing-masing, yang terdiri dari:
1) Apoteker Pengelola Apotek (APA) : 1 orang
2) Apoteker Pendamping (APING) : 2 orang
3) Asisten Apoteker (AA) : 2 orang
4) Bagian keuangan/kasir/penjualan HV : 2 orang
5) Bagian administrasi : 1 orang
6) Bagian gudang dan Juru resep : 2 orang
Berdasarkan struktur organisasi apotek WIPA, maka tugas kewajiban,
tanggung jawab serta wewenang masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Direktur Apotek WIPA
Kewajiban direktur apotek WIPA adalah:
a. Mewakili CV. WIPA di dalam dan di luar pengadilan.
b. Wajib mengawasi bagian keuangan dengan membuat neraca dan
perhitungan rugi laba yang disahkan oleh para penanam modal dan
selambat-lambatnya dalam waktu 3 bulan sebelum tutup pembukuan.
58
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
59
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
b. Melakukan koreksi stok untuk item yang ada di Apotek, khususnya obat
fast moving. Jika terjadi ketidaksesuaian, bertugas untuk menelusuri
penyebab ketidakcocokan atau dapat melakukan deviasi (penyesuaian).
Hak APING Apotek WIPA adalah :
a. Mendapatkan gaji
b. Mendapatkan kesejahteraan dan tunjangan
4. Asisten Apoteker (AA)
Kewajiban AA Apotek WIPA adalah :
a.Mengerjakan pekerjaan sesuai dengan profesinya
b. Dalam hal tertentu dapat menggantikan pekerjaan sebagai penjual obat
bebas dan juru resep
c.AA bertanggung jawab kepada APA sesuai dengan tugas yang
diserahkan kepadanya.
Hak AA Apotek WIPA adalah :
a. Mendapatkan gaji
b. Mendapatkan kesejahteraan dan tunjangan
5. Bagian Administrasi
Kewajiban Bagian Administrasi Apotek WIPA adalah :
a. Membuat laporan harian, pencatatan, penjualan, pembelian dan
penerimaan barang
b. Membuat laporan bulanan, realisasi data untuk pimpinan apotek, daftar
gaji, upah dan pajak.
c. Membuat laporan tahunan (neraca akhir tahun dan laporan laba-rugi).
d. Dokumentasi surat menyurat.
Hak Bagian Administrasi Apotek WIPA adalah :
a. Mendapatkan gaji
b. Mendapatkan kesejahteraan dan tunjangan
6. Bagian Keuangan
Kewajiban Bagian Keuangan Apotek WIPA adalah :
a.Mencatat penerimaan, pengeluaran uang yang harus dilengkapi kwitansi,
nota dan tanda setoran yang sudah diparaf oleh APA
b. Menyetor atau mengambil uang baik dari kasir atau dari bank.
60
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
61
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
62
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
63
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
64
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
cek kontrol barang-barang yang tidak sesuai fisik dan data komputer
dapat menyebabkan kerugian bagi apotek.
b. Pencatatan penjualan obat bebas dilakukan untuk mengurangi kejadian
ketidaksesuaian jumlah fisik barang dan data komputer. Jumlah barang
dan dijual beserta sisanya harus sesuai. Dibawah ini disajikan tabel
pencatatan penjualan Obat Bebas Apotek WIPA.
Tabel 1. Catatan Penjualan Obat Bebas Apotek WIPA
∑ barang Sisa Stok Sisa stok
Nama Barang Harga Barang
dijual Komputer Fisik
1 Biogesic 19 19 6700
65
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
66
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
67
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
masuk gudang. Dibawah ini disajikan tabel catatan surat pesanan di Apotek
WIPA (tabel 6).
Tabel 6. Catatan Surat Pesanan Apotek WIPA
Keterangan : Bulan/tahun (Januari 2016)
Nomor Tanggal
Tanggal PBF Nomor SP
Faktur Gudang
27/01/1
4444 Tempo 4222 28/01/16
5
68
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
69
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
70
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
71
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
Cataflam Sakit
JB4 Adi,Gamelan Lor 3 18.000
50 mg gigi
72
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
l PBF Satuan
73
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
74
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
Gambar 7. Etiket Biru, Etiket Putih,Etiket Peringatan dan Kemasan Plastik Obat
d. Surat Pesanan
Surat pesanan (SP) adalah tanda bukti dan daftar pemesanan obat
yang ditujukan kepada distributor, subdistributor, maupun PBF. SP di
apotek WIPA terbagi menjadi 3 macam Surat pesanan (SP), yaitu Surat
pesanan (SP) untuk golongan obat Narkotik, Surat pesanan (SP) untuk
golongan obat Psikotropik dan Surat pesanan (SP) untuk golongan obat
Daftar G (Generik).
1) Surat Pesanan (SP) Golongan Narkotik
Pemesanan obat-obat narkotika ditulis dengan menggunakan SP
khusus sesuai dengan format yang sudah ditentukan oleh peraturan
75
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
76
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
77
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
Gambar 10. Surat Pesanan (SP) obat Non Psikotropika dan Non Narkotika
4) Salinan Resep
Blanko slainan resep di Apotek WIPA memuat keterangan
identitas apotek pada bagian paling atas, kemudian, keterangan
tanggal, tulisan “Salinan Resep” atau “Apograph”, keterangan resep
yang dilayani meliputi nama dokter, nama pasien, tanggal dan nomor
resep, keterangan avocatio atau tanda R/, dan pada bagian bawah
tertera tulisan “PCC” yang merupakan singkatan dari “pro copy
conform” yang berarti “sesuai dengan aslinya”. Gambar 10
menunjukkan contoh salinan resep.
78
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
1) Laporan intern
Laporan intern merupakan laporan keuangan yang ditujukan bagi
pemegang saham apotek (PSA). Laporan intern termasuk di dalamnya
adalah laporan keuangan bulanan dan laporan keuangan tahunan. Laporan
keuangan bulanan meliputi laporan pemasukan harian, laporan pengeluaran,
dan laporan sisa stok.
(a)Laporan harian
Laporan harian berisi laporan keuangan saldo bulan lalu,
pendapatan harian dalam 1 bulan mulai dari pendapatan penjualan obat
resep, penjualan OWA, penjualan obat bebas (HV), retur pembelian,
pemasukan karena hutang (RA), piutang (CRT), selisih dan kelebihan
pemasukan. Pemasukan harian ditulis dalam blanko penjualan harian
yang dilaporkan berdasarkan pergantian shift. Semua pendapatan harian
ini direkap dan dilihat keseuaian antara hitungan dengan uang yang
diperoleh sehingga bisa diketahui jika terjadi kesalahan.
(b)Laporan pengeluaran
Laporan pengeluaran berasal dari biaya operasional yang terdiri
dari gaji, sewa apotek, biaya penyusutan, listrik, telepon, inventaris,
kebutuhan administrasi, pajak, kebersihan, iuran, kebutuhan rumah
tangga, dan sebagainya. Dari total pengeluaran tersebut serta
pembayaran/pembelian obat dapat diketahui sisa saldo atau sisa hutang
dalam suatu bulan yang belum dilunasi Apotek.
(c)Laporan sisa stok
Laporan sisa stok berguna untuk melakukan kontrol kesesuaian
pengeluaran dan pemasukan obat yang dilakukan. Laporan sisa stok ini
dapat mengkoreksi jika ada perbedaan antara jumlah fisik obat dan sisa
79
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
80
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
(b)Laporan Psikotropika
Laporan psikotropika sama seperti laporan narkotika. Data
penggunaan obat psikotropika dilaporkan setiap tanggal 10 tiap bulan
berikutnya. Data hanya di laporkan via online pada website register
psikotropik Indonesia di sin2013.bnn.go.id/. Laporan psikotropika, di
laporkan berdasarkan rekaan register psikotropik seperti yang tercantum
pada tabel narkotik.
81
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
(c)Laporan Statistika
Laporan yang dibuat oleh Apotek terkait penggunaan obat generik
berlogo (OGB) dalam resep setiap bulannya. Laporan obat generik
ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Yogyakarta dengan tembusan
Kepala Dinas Kesehatan Yogyakarta, Kepala BPOM, dan Arsip. Adapun
hal-hal yang dilaporkan meliputi jumlah lembar resep per hari, total resep
OGB perhari, dan persentase OGB dalam resep per hari. Pengiriman
laporan melalui pos.
(d)Laporan Tenaga Kerja Kefarmasian
Laporan tenaga kerja kefarmasian di Apotek dilaporkan setiap 3
bulan dan berisi 4 rangkap yang akan dilaporkan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, BPOM, Dinas Kesehatan Propinsi dan
sebagai arsip apotek. Tenaga kefarmasian yang harus dilaporkan adalah
tenaga kerja kefarmasian yan memiliki Surat Ijin Kerja bagi APA dan
APING, STRTTK beserta SIK bagi S1 Farmasi dan STRTTK bagi D3
Farmasi.
(e)Laporan Tenaga Kerja Keseluruhan
Apotek yang berbentuk badan usaha yang memiliki karyawan lebih
dari 20 orang wajib lapor ke Departemen Tenaga Kerja. Laporan tenaga
kerja keseluruhan dilaporkan ke Depnaker tiap tahun. Laporan tenaga
kerja keseluruhan melampirkan identitas perusahaan, macam-macam
buruh yang bekerja sebagai pegawai (buruh harian atau bulanan), bentuk
kesejahteraan bagi karyawan, waktu/jam kerja tenaga kerja keseluruhan,
tingkat pendidikan tenaga kerja dan dokumen lain yang dibutuhkan pihak
Depnaker.
(f) Laporan Kontrasepsi
Bagi apotek yang ditunjuk oleh BKKBN dan bersedia untuk
melaksanakan program KB, maka wajib untuk membuat laporan
kontrasepsi. Bagi apotek yang melaksanakan program kontrasepsi ini,
maka akan mendapatkan insentif sebesar Rp 150.000/ 3 bulan atau dapat
diganti dengan SKP (Satuan Kredit Partisipasi) yang dikumpulkan untuk
mendapatkan sertifikat kompetensi. Pada pelaksanaan program ini,
82
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
83
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
84
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
WIPA berbentuk badan usaha sehingga wajib melakukan SPT PPh 23,
dengan tarif 15% dari penghasilan bruto per tahun. Selain itu dikenai
pajak badan dengan omset kurang dari Rp. 4.800.000.000,- sehingga tarif
pajaknya adalah 1% dari omset. PPn dikenakan saat pembelian obat dari
PBF sebesar 10%. PBF melampirkan PPn dalam faktur sebagai bukti
bahwa Apotek sudah membayar PPn. PPh 25 adalah angsuran pajak
sebesar 1/12 dari keuntungan bersih tahun sebelumnya. PPh 25
dibayarkan melalui STP massa/bulan.
5) Administrasi Keuangan
Keluar masuknya uang di Apotek WIPA dikelola dalam buku kas. Jenis
pengeluaran meliputi kegiatan pembelian dan pelunasan. Buku kas berisi
tanggal, nama barang yang ditransaksikan, debet, kredit, dan saldo. Jika
jumlah uang yang dimiliki apotek ada dalam jumlah besar biasanya APA
dengan persetujuan PSA akan membuat rekening koran dengan syarat minimal
uang Rp 1.000.000 dan ada rekomendasi dari nasabah lain. Jika membuka
rekening koran, kita akan mendapatkan 2 bukti pembayaran yang berupa Cek
dan Bilyet Giro.
1) Bilyet Giro adalah bukti pembayaran yang tidak bisa diuangkan secara
tunai. Bilyet giro hanya bisa disetor pada rekening giro pihak penagih.
2) Cek adalah bukti pembayaran yang dapat dicairkan oleh pihak kolektor
dari rekening nasabah yang memiliki rekening koran.
Waktu pencairan bilyet giro dan cek dapat disesuaikan dengan waktu
penerimaan barang. Hanya saja, untuk membuka rekening koran, apotek
harus mengeluarkan biaya administrasi lainnya berupa biaya buku cek atau
giro dan biaya materai.
6) Administrasi Kepegawaian
Pengelolaan gaji pegawai di Apotek WIPA disesuaikan dengan
jabatannya. Gaji Apoteker Pendamping dihitung per jam, tuslah, dan
kesejahteraan. Gaji TTK meliputi gaji pokok, jam kerja, dan lembur (1,5 kali
gaji).
7) Pajak
85
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
86
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
87
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
Misalnya seperti kesesuaian antara uang hasil penjualan, struk di kasir, serta
data di komputer. Setiap harinya selalu dilakukan cek stok obat di etalase
dengan data di komputer. Sehingga hal tersebut dapat meminimalisir
kesalahan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa :
88
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Apotek WIPA Farma
Periode I (01-29 Februari 2016)
pemerintah dalam mengurangi resistensi antibiotik, selain itu hal ini dapat
menjadi sarana Apotek lebih dikenal dan dipercaya oleh masyarakat.
3. Perlu dilakukan pendokumentasian MESO dan evaluasi penggunaan obat serta
pelayanan Home Care atau monitoring via telefon terutama untuk pasien yang
mengkonsumsi obat dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga diharapkan
dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obatnya dan juga
meningkatkan kualitas hidup pasien.
89