Anda di halaman 1dari 5

TUGAS UNDANG-UNDANG DAN ETIKA FARMASI

KASUS PELANGGARAN APOTEKER :

Ada salah satu apotek di daerah Makassar yang di dirikan oleh seorang apoteker
dengan surat ijin praktek yang mengatas namakan namanya, sebut saja apotek X dengan APA
apoteker Y. Selama ini Apoteker Y bekerja di salah satu Rumah sakit di Pare-pare salah satu
kabupaten di kota makassar yang jarak tempuhnya sekitar 5 jam dari kota makassar. Selain
bekerja di Rumah sakit tersebut, nama apoteker Y tersebut masih tercatat sebagai APA apotek
X dan hanya dating sekali sebulan untuk mengontrol kegiatan di apotek. Di apoteknya
tersebut juga hanya terdapat 1 tenaga kerja yang notabene bukan seorang apoteker yang
secara penuh mengerti tentang obat, bahkan tak jarang ketika penjaga apotek tersebut tidak
datang, penyerahan obat kepada pasien diserahkan langsung oleh keluarga dari apoteker
tersebut yang sama sekali tidak memiliki kewenangan untuk menyerahkan obat kepada
pasien. Tak jarang karena kurang mengerti tentang obat, apotek tersebut menjual secara bebas
obat-obat keras yang diminta pasien tanpa resep dokter, seperti misalnya pembelian antibiotik
yang permintaannya di masyarakat masih sangat tinggi. Belum diketahui secara jelas alasan
apoteker tersebut belum melepas apotek tersebut dan mencarikan 2 apoteker sebagai
penanggungjawab apotek, bukan dijaga oleh Aping atau AA. Permasalahan kasus ini masih
banyak saya temukan untuk apotek-apotek kecil di Makassar. Selama saya membeli obat di
apotek saya bahkan tidak pernah menemukan sosok Apoteker yang secara langsung melayani
pasien, menjelaskan tentang aturan pemakaian obat, cara penggunaan, cara penyimpanan obat
dan segala informasi tentang obat, selama ini kebanyakan apotek di daerah Makassar sendiri
khususnya hanya sebatas mengambilkan obat, kemudian menyerahkannya kepada pembeli
dan menyuruhnya untuk membayarnya.

Analisis kasus di atas berdasar pelanggaran kode etik tentang profesi kefarmasian :

1. Permasalahan
a. Apoteker Y bekerja sebagai tenaga kerja di suatu Rumah sakit di kabupaten pare-pare
b. Apoteker tersebut sebagai pemilik apotek di daerah Makassar yang sekaligus sebagai
APA apotek tersebut.
c. Apotek tersebut tidak memilik apoteker, yang terlihat di apotek tersebut hanya ada 1
tenaga yang memberikan pelayanan sekaligus sebagai kasir di apotek tersebut.
d. Apotek melayani secara bebas obat-obat keras yang dibeli tanpa menggunakan resep
dari dokter.
2. Analisis pasal terkait pelanggaran tersebut :
1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Pasal 5
(1) “Setiap orang memiliki hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman,bermutu, dan terjangkau”.
Pasal  8
“Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan
dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah dan akan diterimanya dari
tenaga kesehatan”.
Pasal 108
(1)“ Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang m e m p u n y a i keahlian dan kewenangan sesuai
d e n g a n k e t e n t u a n p e r a t u r a n  perundang-undangan”
2. Undang-Undang No. 8 Tahun 1998 Tentang Perlindungan Konsumen
Pasal 4
(1) “Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa”.
3. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
Pasal 1
(13)“ A p o t e k a d a l a h s a r a n a p e l a y a n a n kefarmasian tempat
d i l a k u k a n p r a k t e k   kefarmasian oleh Apoteker”.
Pasal 20
“Dalam menjalankan Pekerjaan kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker dapat dibantu oleh Apoteker pendamping dan/ atau Tenaga
Teknis Kefarmasian”
Pasal 21
(1) Dalam menjalankan praktek kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan standar pelayanan kefarmasian”.
(2) “Penyerahan dan pelayanan obat berdasarkan resep dokter
d i l a k s a n a k a n o l e h  Apoteker”.
Pasal 51
(1) “ Pelayanan Kefarmasian di Apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah
sakit hanya dapat dilakukan oleh Apoteker”
5. Kode etik apoteker
Pasal 3
“ Setiap apoteker/Farmasis harus sennatiasa menjalankan profesinya sesuai
kompetensi Apoteker/Farmasis Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang
teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya “
Pasal 5
“ Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan diri
dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan
martabat dan tradisiluhur jabatan kefarmasian “
PENANGANAN KASUS
Dari kasus di atas termasuk dalam kegori pelanggaran kategori kedisiplinan seorang
Apoteker “Pasien atau konsumen ketika membeli obat di apotek hanya dilakukan oleh
asisten apoteker yang merangkap sebagai petugas kassa”.Hal ini melanggar pasal-pasal di
atas. Pelayanan kefarmasian diapotek harus dilakukan oleh Apoteker, jika Apoteker
Pengelola Apotek berhalangan  hadir seharusnya digantikan oleh Apoteker Pendamping
dan jika Apoteker Pendamping berhalangan hadir seharusnya digantikan oleh Apoteker
Pengganti bukan digantikan oleh Asisten Apoteker ataupun Tenaga Kefarmasian lainnya.
Tenaga Kefarmasian dalam hal ini adalah Asisten Apoteker yang hanya membantu
pelayanan kefarmasian bukan menggantikan tugas Apoteker.
SOAL PILIHAN GANDA

1. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 73 tahun 2016, menyebutkan


bahwa sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh
Apoteker, merupakan defenisi dari ?
a. Rumah sakit
b. Puskesmas
c. Apotek
d. Instalasi farmasi
e. Pedagang besar farmasi
2. Bagaimana proses dalam pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai ?
a. Perencanaan;
b. Pengadaan;
c. Penerimaan;
d. Penyimpanan;
e. Semua benar
3. Dalam pemelihan obat untuk menetapkan jenis obat yang dibutuhkan perlu diperhatikan
hal-hal berikut,kecuali :
a. Gejala atau keluhan penyakit
b. Untuk pemilihan obat yang tepat dan informasi yang lengkap, tanyakan kepada
Dokter dan perawat
c. Kondisi khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus dan
lain-lain.
d. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diinginkan terhadap obat tertentu.
e. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping dan interaksi
obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat.
4. Dalam penggunaan obat yang baik dan benar perlu diperhatian dan dilakukan dengan
cara seperti apa ?
a. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.
b. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.
c. Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, hentikan
penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.
d. Semua salah
e. a,b dan c benar
5. Sebutkan kewajiban dari seorang Apoteker dalam melakukan praktek kefarmasian di
pelayanan Kesehatan ?
a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam
Obat Wajib Apotik yang bersangkutan
b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan
c. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek
samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.
d. Rasio khasiat keamanan : perbandingan relatif dari keuntungan penggunaannya
dengan mempertimbangkan risiko bahaya penggunaannya
e. Semua benar

SOAL ESSAY
1. Sebutkan proses atau Langkah-langkah dalam perizinan Apotek ?
Jawab :
a. Apa / psa mempersiapkan bangunan, perlengkapan, sdm, dll kecuali obat
b. Permohonan kepada pemda kab/kota ( dinkes atau unit lain)
c. Pemeriksaan setempat oleh pejabat yg berwenang
d. Penerbitan surat izin apotek oleh pemda ( dinkes atau unit lain)
2. Sebutkan apa saja persyaratan dalam pendirian sebuah Apotek ?
Jawab :
 Persyaratan tenaga
o Apoteker (apa & aping)
 Stra, surat sumpah, surat izin praktek, surat keterangan sehat; khusus apa :
tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi apoteker
pengelola apotik di apotik iain.
o Tenaga teknis kefarmasian: sikttk
 Persyaratan sarana / prasarana
 Bangunan(termasuk kepemilikan) & kelengkapan gedung, papan nama
 Perlengkapan pelayanan, wadah, adm apotek
 Buku
 Perjanjian kerja sama (notaris), jika kerjasama apa & psa & persyaratan lain masing-
masing pemda
3. Sebutkan bagaimana pelayanan kefarmasian di Apotek menurut permenkes 73 tahun 2016 ?
Jawab :
a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
(perencanaan; pengadaan; penerimaan; penyimpanan; pemusnahan;
pengendalian; dan pencatatan dan pelaporan.
b. Pelayanan farmasi klinik (pengkajian resep; dispensing; pelayanan informasi
obat (pio); konseling; pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care);
pemantauan terapi obat (pto); dan monitoring efek samping obat (meso);
c. Sumber daya kefarmasian ( sdm dgn stra, sipa & sik, atribut praktik, ikut cpd,
menjalankan seven stars’ plus )
d. Sarana/prasarana (mudah diakses, menjamin mutu sediaan farmasi, kelancaran
praktik : ruang yan r/, racik, konseling, penyerahan, penyimpanan, arsip);
e. Menjamin ketersediaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang aman, bermutu, bermanfaat, dan terjangkau.
f. Mengirimkan laporan pelayanan kefarmasian secara berjenjang,
g. Pembinaan dan pengawasan;
h. Evaluasi mutu ( mutu manajerial,mutu pelayanan farmasi klinik
4. Sebutkan cara dalam membuat pencatatan dan pelaporan obat di Apotek ?
Jawab :
1. Kartu stok – catatan mutasi obat
2. Catatan pelayanan pasien / patient medication record
3. Monitoring efek samping obat
4. Pelaporan narkotika & psikotropika ( sipnap)
5. Catatan mutu & laporan manajemen

Anda mungkin juga menyukai