Anda di halaman 1dari 5

LOGBOOK

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


BIDANG APOTEK

PROGRAM PESTUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

Hari ke: 23 Hari: selasa Tanggal: 03 juli 2019


Pukul Kegiatan Keterangan
(tempat/nama
pemateri/dll)
14.00-15.30 Meyusun barang yang baru datang KF Pelengkap No. 11
dari berbagai PBF RSUP DR. M.Djamil
Padang. Jl. Perintis
Kemerdekaan No 24
Padang .
15.30- 16.00 Sholat Ashar
16.00-18.30 Mempelajari bagaimana Kak ira, kak sonya
Pengelolaan obat Narkotika.
18.30-19.00 Shlat maghrib
19.00-21.10 Melayani pembeli Pak adi pak yasman
Resume materi/Kegiatan

Pada hari ke 23 yaitu kamis tanggal 03 Juni 2019 saya masuk shift ke ke
tiga yaitu jam 14.00 sampai jam 21.10 WIB. Kegiatan hari ini dimulai dari mencek
setiap stok obat dan menghitung kembali stok obat lalu di cocok kan pada kartu
stok. Kemudian menyusun barang yang baru datang dari berbagai PBF

Pengelolaan Narkotika
Pengelolaan narkotika diatur secara khusus untuk menghindari terjadinya
kemungkinan penyalahgunaan obat tersebut. Berdasarkan Undang-undang No. 35
tahun 2009 tentang Narkotika, narkotika didefinisikan sebagai suatu zat atau obat
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintesis maupun semisintesis,
yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Pelaksanaan pengelolaan narkotika di Apotek meliputi :

Pemesanan Narkotika
Pemesanan sediaan narkotika menggunakan Surat Pesanan Narkotik yang
ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Pemesanan dilakukan ke
PT. Kimia Farma Trading dan Distribusi sebagai satu satunya PBF narkotika yang
legal di Indonesia, dengan membuat surat pesanan khusus narkotika rangkap empat.
Satu lembar Surat Pesanan Asli dan dua lembar salinan Surat Pesanan
diserahkan kepada Pedagang Besar Farmasi yang bersangkutan sedangkan satu
lembar salinan Surat Pesanan sebagai arsip di apotek, satu surat pesanan hanya
boleh memuat pemesanan satu jenis obat (item) narkotik misal pemesanan pethidin
satu surat pesanan dan pemesanan kodein satu surat pesanan juga, begitu juga untuk
item narkotika lainnya.
b. Penerimaan Narkotika
Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh APA atau dilakukan
dengan sepengetahuan APA. Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah
sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat pesanan. Pada saat diterima
dilakukan pemeriksaan yang meliputi nama obat, no. batch, tanggal kadaluarsa dan
jumlah narkotika yang dipesan.
c. Penyimpanan Narkotika
Persyaratan penyimpanan narkotika sesuai peraturan Permenkes 28 tahun
1978 pasal 5:
1. Apotek dan Rumah Sakit mempunyai sarana khusus untuk
menyimpan narkotika.
2. Tempat khusus pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat;
b. Harus mempunyai kunci yang kuat;
c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian
pertama dipergunakan untuk menyimpan morfina, petidina dan
garam-garamnya serta persediaan narkotika, bagian kedua
dipergunakan untuk menyimpan narkotika lainnya yang dipakai
sehari-hari;
d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari
40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok
atau lantai.
d. Pelayanan Narkotika
Apotek hanya melayani pembelian narkotika berdasarkan resep dokter
dengan ketentuan berdasarkan surat edar BPOM No. 336/EE/SE/1977 antara lain
dinyatakan:
1) Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat (2) Undang-Undang No. 9 tahun 1978
tentang narkotik, apotek dilarang melayani salinan resep yang mengandung
narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum sama
sekali.
2) Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani
sama sekali, apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep
tersebut hanya boleh dilayani oleh apotek yang menyimpan resep aslinya.
3) Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani
sama sekali. Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan iter pada
resep-resep yang mengandung narkotika. Resep narkotika yang masuk
dipisahkan dari resep lainnya dan diberi garis merah di bawah obat narkotik.

e. Pelaporan Narkotika
Berdasarkan Undang-Undang No. 35 tahun 2009 Pasal 14 ayat (2)
dinyatakan bahwa industri farmasi, pedagang besar farmasi, sarana penyimpanan
sediaan farmasi pemerintah, apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai
pengobatan, dokter, dan lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat,
menyampaikan, dan menyimpan laporan berkala mengenai pemasukan dan/atau
pengeluaran narkotika yang berada dalam penguasaannya. Laporan tersebut
meliputi laporan pemakaian narkotika dan laporan pemakaian morfin dan petidin.

Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap bulan. Laporan penggunaan obat


narkotika dilakukan melalui online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika dan
Psikotropika).
Apoteker setiap bulannya menginput data penggunaan narkotika dan
psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah terinput data tersebut di import
(paling lama sebelum tanggal 10 pada bulan berikutnya). Laporan meliputi laporan
pemakaian narkotika untuk bulan bersangkutan (meliputi nomor urut, nama
bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan), password dan username didapatkan
setelah melakukan registrasi pada Dinas Kesehatan setempat.

f. Pemusnahan Narkotika
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978 Pasal 9
disebutkan bahwa pemegang izin khusus dan/atau APA dapat memusnahkan
narkotika yang rusak atau tidak memenuhi syarat. Berdasarkan Undang-Undang
No. 22 Tahun 1997 tentang narkotika disebutkan bahwa pemusnahan narkotika
dilakukan dalam hal:
 Diproduksi tanpa memenuhi syarat dan; persyaratan yang
berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses
produksi
 Kadaluwarsa
 Tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan dalam
pelayanan kesehatan dan/atau untuk perkembangan ilmu
pengetahuan.
 Berkaitan dengan tindak pidana
Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut :

a) APA membuat dan menandatangani surat permohonan pemusnahan


narkotika yang berisi jenis dan jumlah narkotika yang rusak atau tidak
memenuhi syarat.
b) Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke Balai
Besar Pengawas Obat dan Makanan. Balai Besar Pengawas Obat dan
Makanan akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan.
c) Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA, Asisten
Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala Suku Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat.
d) Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara
Pemusnahan yang berisi :
a) Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnahan
b) Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan
c) Cara pemusnahan
d) Petugas yang melakukan pemusnahan
e) Nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek
Berita acara tersebut dibuat dengan tembusan :
a. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan.
c. Arsip apotek.
g. Pelanggaran terhadap ketentuan pengelolaan Narkotika
Berdasarkan Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika,
pelanggaran terhadap ketentuan mengenai penyimpanan dan pelaporan narkotika
dapat dikenai sanksi administratif oleh Menteri Kesehatan, yang berupa: teguran,
peringatan, denda administratif, penghentian sementara kegiatan atau pencabutanm
izin.
Pengesahan
Pembimbing 1 Pembimbing 2 Mahasiswa

Yulia Henny D., S.Si , Apt Prof. Dr. Hj. Marlina. MS., Apt Nova Lestari

Anda mungkin juga menyukai