Anda di halaman 1dari 22

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PENDAHULUAN

PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH LANJUT

Aris Purnomo

NPM. 1806256130

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2018
I. ANATOMI FISIOLOGI MUSKULOSKELETAL
Sistem Tulang
A. Tengkorak
Bagian kepala Bagian Muka/Wajah
tulang dahi (os.frontale) 1 tlg tulang rahang atas (maxilla) 2 tlg
tulang ubun-ubun 2 tlg tulang rahang bawah 2 tlg
(os.parientale) (mandibula)
tulang kepala belakang 1 tlg tulang pipi (os.zigomaticum) 2 tlg
(os.occipetal) tulang langit-langit (pallatum) 2 tlg
tulang baji (os.spenoidale) 2 tlg tulang hidung (os.nasale) 2 tlg
tulang pelipis (os.temporale) 2 tlg tulang air mata (os.lacrimale) 2 tlg
tulang tapis (os.etmoidale) 2 tlg tulang lidah (os.hyoideum) 1 tlg

B. Badan
tulang leher (vertebrae sevicale) 7 ruas
ruas tulang punggung (vertebrae 12 ruas
dorsales)
ruas tulang pinggang (vertebrae 5 ruas
Ruas tulang belakang
lumbales)
ruas tulang kelangkang (os.cacrum) 5 ruas
ruas tulang ekor (vertebrae 4 ruas
cocigeus)

1
Hulu (manubrium sterni)
Tulang dada (Sternum) Badan (corpus sterni)
Taju pedang (proccesus xyphoideus)
tulang rusuk sejati (costa vera) 7 pasang
tulang rusuk palsu (costa sporia) 3 pasang
Tulang rusuk (Costae)
pasang tulang rusuk melayang (costa 2 pasang
fluctuantes)
tulang belikat (scapula) 2 tlg
Tulang gelang bahu
tulang selangka (clavicula) 2 tlg
tulang usus (os.ilium) 2 tlg
Tulang gelang panggul tulang duduk (os.ichium) 2 tlg
tulang kemaluan (os.pubis) 2 tlg

C. Tulang Anggota gerak


Tulang lengan Tulang tungkai
tulang lengan atas 2 tlg tulang paha (femur) 2 tlg
(humerus) tulang tempurung lutut 2 tlg
tulang hasta (ulna) 2 tlg (patella)
tulang pengumpil (radius) 2 tlg tulang kering (tibia) 2 tlg
tulang pergelangan tangan 2 x 8 tlg tulang betis (fibula) 2 tlg
(carpus) tulang pergelangan kaki 2 x 7 tlg
tulang telapak tangan 2 x 5 tlg (tarsus)
(metacarpus) tulang telapak kaki 2 x 5 tlg
tulang jari tangan 2 x 14 (metatarsus)
(phalanges) ruas tlg ruas tulang jari kaki 2 x 14 ruas
(phalanges) tlg

2
Jenis Tulang
Berdasarkan zat penyusunnya,tulang dibedakan menjadi tulang keras dan tulang
rawan.
a. Tulang keras
Tulang keras dibentuk oleh sel pembentuk tulang (osteoblas). Osteoblas menghasilkan
sel-sel tulang keras yang disebutosteosit. Osteoblas juga mensekresikan zat-zat interseluler
yang tersusun dari serabut kolagen yang akan membentuk matriks tempat garam-garam
kalsium didepositkan (ditumpuk). Zat kapur itu dalam bentuk kalsium karbonat (CaCO3)
dan kalsium fosfat [Ca(PO4)2] yang diperoleh atau dibawa oleh darah.
Selain terdapat osteoblas (pembentuk tulang), terdapat pulaosteoklas yang bersifat
mengkikis tulang. Osteoklas adalah sel berinti banyak dan berukuran besar. Osteoklas
melubangi tulang, yang kemudian dimasuki oleh kapiler darah dan osteoblas baru sehingga
terbentuk matriks tulang yang baru. Matriks ini terletak dalam lingkaran membentuk sistem
Havers.
3
b. Tulang rawan
Tulang rawan tersusun dari sel-sel tulang rawan yang disebut kondrosit, yang
menghasilkan matriks berupa kondrin. Tulang rawan tidak memiliki serabut saraf dan
pembuluh darah yang ada pada membran jaringan ikat di sekitarnya dengan cara difusi.
Ruang antarsel tulang rawan terisi banyak serat kolagen dan serat elastik, tetapi sedikit
mengandung zat kapur. Oleh sebab itu, tulang rawan bersifat lentur. Kondrosit memiliki
ruang yang disebut lakuna. Kondrosit di dalam lakuna menerima nutrien dari kapiler darah
melalui difusi, karena kapiler darah tidak dapat masuk ke dalam matriks.
Ada tiga tipe tulang rawan, yaitu hialin, serat dan elastik :
1) Tulang rawan hialin
Merupakan tipe tulang rawan yang paling banyak terdapat di tubuh manusia. Matriksnya
transparan jika dilihat dengan mikroskop. Tulang rawan hialin merupakan penyusun rangka
embrio, yang kemudian akan berkembang menjadi tulang keras. Pada individu dewasa,
tulang rawan hialin terdapat pada sendi gerak sebagai pelicin permukaan tulang dan sendi,
ujung tulang rusuk, hidung, laring, trakea dan bronkus.
2) Tulang rawan serat
Tulang rawan serat mempunyai matriks berisi berkas serabut kolagen. Karena kandungan
matriksnya, tulang rawan serat bersifat kuat dan kaku, serta mampu manahan guncangan.
Tulang rawan serat terdapat pada anatrruas tulang belakang dan cakram sendi lutut.
3) Tulang rawan elastik
Tulang rawan elastik mengandung serabut elastik. Tulang rawan ini terdapat pada daun
telinga dan epiglotis.

Sistem Persendian
Suatu artikulasi, atau persendian, terjadi saat permukaan dari dua tulang bertemu, adanya
pergerakan atau tidak bergantung pada sambungannya. Persendian dapat diklasifikasi
menurut struktur dan menurut fungsi persendian.
Klasifikasi Struktural Persendian
a. Persendian fibrosa tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan ikat
fibrosa.
b. Persendian kartilago tidak memiliki rongga sendi dan diperkokoh dengan jaringan
kartilago.

4
c. Persendian sinovial memiliki rongga sendi dann diperkokoh dengan kapsul dan ligamen
artikular yang membungkusnnya.

Klasifikasi Fungsional Persendian


a. Sendi sinartrosis atau sendi mati.
1) Sutura adalah sendi yang dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa rapat dan hanya
ditemukan pada tulang tengkorak. Contoh sutura adalah sutura sagital dan sutura
parietal.
2) Sinkondrosis adalah sendi yang tulang-tulangnya dihubungkan dengan kartilago
hialin. Salah satu contohnya adalah lempeng epifisis sementara antara epifisis dan
diafisis pada tulang panjang seorang anak. Saat sinkondrosis sementara berosifikasi,
maka bagian tersebut dinamakan sinostosis.
b. Amfiartrosis adalah sendi dengan pergerakan terbatas yang memungkinkan terjadinya
sedikit gerakan sebagai respons terhadap torsi dan kompresi.
1) Simfisis adalah sendi yang kedua tulangnya dihubungkan dengan diskus kartilago,
yang menjadi bantalan sendi dan memungkinkan terjadinya sedikit gerakan. Contoh
simfisis adalah simfisis pubis antara tulang-tulang pubis dan diskus
intervertebralis antar badan vertebra yang berdekatan.
2.) Sindesmosis terbentuk saat tulang-tulang yang berdekatan dihubungkan dengan serat-
serat jaringan ikat kolagen. Contoh sindesmosis dapat ditemukan pada tulang yang
terletak bersisian dan dihubungkan dengan membran interoseus, seperti pada tulang
radius dan ulna, serts tibia dan fibula.
c. Diartrosis adalah sendi yang dapat bergerak bebas, disebut juga sendi sinovial. Sendi ini
memiliki rongga sendi yang berisi cairan sinovial, suatu kapsul sendi (artikular) yang
menyambung kedua tulang, dan ujung tulang pada sendi sinovial dilapisi kartilago
artikular.

Klasifikasi Persendian Sinovial


a. Sendi sferoidal terdiri dari sebuah tulang dengan kepala berbentuk bulat yang masuk
dengan pas ke dalam rongga berbentuk cangkir pada tulang lain. Memungkinkan
rentang gerak yang lebih besar, menuju ke tiga arah. Contoh sendi sferoidal adalah
sendi panggul serta sendi bahu.

5
b. Sendi engsel. Sendi ini memungkinkan gerakan kesatu arah saja dan dikenal sebagai
sendi uniaksial. Contohnya adalah persendian pada lutut dan siku.
c. Sendi kisar (pivot joint). Sendi ini merupakan sendi uniaksial yang memungkinkan
terjadinya rotasi disekitar aksial sentral, misalnya persendian tempat tulang atlas
berotasi di sekitar prosesus odontoid aksis.
d. Persendian kondiloid. Sendi ini merupakan sendi biaksial, yang memungkinkan
gerakan kedua arah disudut kanan setiap tulang. Contohnya adalah sendi antara tulang
radius dan tulang karpal.
e. Sendi pelana. Persendian ini adalah sendi kondiloid yang termodifikasi sehingga
memungkinkan gerakan yang sama. Contohnya adalah persendian antara tulang karpal
dan metakarpal pada ibu jari.
f. Sendi peluru. Sedikit gerakan ke segala arah mungkin terjadi dalam batas prosesus atau
ligamen yang membungkus persendian. Persendian semacam ini disebut sendi
nonaksial; misalnya persendian invertebrata dan persendian antar tulang-tulang karpal
dan tulang-tulang tarsal.

Pergerakan pada Sendi Sinovial


Merupakan hasil kerja otot rangka yang melekat pada tulang-tulang yang membentuk
artikulasi. Otot tersebut memberikan tenaga, tulang berfungsi sebagai pengungkit dan sendi
berfungsi sebagai penumpu.
a. Fleksi adalah gerakan yang memperkecil sudut antara dua tulang atau dua bagian
tubuh, seperti saat menekuk siku (menggerakkan lengan ke arah depan), menekuk lutut
(menggerakkan tungkai ke arah belakang)
b. Ekstensi adalah gerakan yang memperbesar sudut antara dua tulang atau dua bagian
tubuh.
c. Abduksi adalah gerakan bagian tubuh menjauhi garis tengah tubuh, seperti saat lengan
berabduksi atau menjauhi aksis longitudinal tungkai, seperti gerakan abduksi jari
tangan dan jari kaki.
d. Aduksi, kebalikan dari abduksi adalah gerakan bagian tubuh saat kembali ke aksis
utama tubuh atau aksis longitudinal tungkai.
e. Rotasi adalah gerakan tulang yang berputar di sekitar aksis pusat tulang itu sendiri
tanpa mengalami dislokasi lateral, seperti saat menggelengkan kepala untuk
menyatakan “tidak’.

6
f. Sirkumduksi adalah kombinasi dari semua gerakan angular an berputar untuk
membuat ruang berbentuk kerucut seperti saat mengayunkan lengan membentuk
putaran. Gerakan seperti ini dapat berlangsung pada persendian panggul, bahu,
trunkus, pergelangan tangan dan persendian lutut.
g. Inversi adalah gerakan sendi pergerakan kaki yang memungkinkan telapak kaki
menghadap ke dalam atau ke arah medial.
h. Eversi adalah gerakan sendi pergelangan kaki yang memungkinkan telapak kaki
menghadap ke arah luar.
i. Protraksi adalah memajukan bagian tubuh, seperti saat menonjolkan rahang bawah ke
depan, atau memfleksi girdel pektoral ke arah depan.
j. Retraksi adalah gerakan menarik bagian tubuh ke arah belakang, seperti saat
meretraksi mandibula.
k. Elevasi adalah pergerakan struktur ke arah superoir , seperti saat mengatupkan mulut
(mengelevasi mandibula).
l. Depresi adalah menggerakkan suatu struktur ke arah inferior, seperti saat membuka
mulut.

II. PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL


Pemeriksaan fisik sistem muskuloskeletal adalah salah satu langkah dalam pengumpulan
data pada pengkajian keperawatan pada sistem muskuloskeletal, untuk mengetahui status
kesehatan klien pada sistem ini. Pemeriksaan fisik dengan inspeksi, palpasi, examination dan
reflecs.

A. Anamnesa
1. Data demografi : nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis transportasi yang
digunakan dan orang terdekat dengan klien.
2. Riwayat perkembangan : data ini digunakan untuk mengetahui tingkat
perkembangan pada neonatus, bayi, prasekolah, remaja, dewasa dan lansia.
3. Riwayat sosial : pendidikan dan pekerjaan
4. Riwayat penyakit keturunan : perlu diketahui untuk mengetahui riwayat genetik yang
perlu diidentifikasi.
5. Riwayat diet : dapat diidentifikasi adanya kelebihan BB, kurangnya asupan (kalsium,
vitamin A, D, protein)

7
6. Aktivitas sehari-hari : identifikasi pekerjaan dan aktivitasnya sehari-hari.
7. Riwayat kesehatan masa lalu : riwayat kesehatan individu, trauma, kerusakan tulang
rawan, artritis, osteomielitis yang berakibat langsung ataupun tidak langsung
8. Riwayat kesehatan sekarang : sejak kapan timbul keluhan, riwayat trauma, gejala
mendadak atau perlahan, ada tidaknya gangguan pada sistem lain, alasan
memeriksakan keluhan.
9. Keluhan dapat berupa :
- Nyeri : Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh darah, sendi, fascia, adn
periosteum. Identifikasi lokasi, kualitas, sebab nyeri meningkat dan menurun,
daerah, skala dan saat kapan waktu nyeri tumbul.
- Kekuatan dan kekakuan sendi : Sendi yang alami kekakuan, lama, waktu muncul
kekakuan, adanya kekakuan saat perubahan suhu dan aktivitas
- Deformitas dan immobilitas : Identifikasi kapan terjadinya, bertahap atau tiba-
tiba, menimbulkan keterbatasan gerak. Memburuk dengan aktivitas dan posisi
tertentu, adakah penggunaan alat bantu.
- Bengkak : Identifikasi berapa lama pembengkakan, ada tidaknya penyerta nyeri-
panas-kemerahan pada sendi
- Perubahan sensori : Adanya penurunan rasa pada bagian tubuh tertentu

B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan inspeksi, palpasi, examination dan reflex.
1. Mengkaji skelet tubuh
Skelet tubuh dikaji mengenai adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang
yang abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai pemendekan ekstremitas, amputasi,
dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis harus dicatat. (Smeltzer,
2002)

8
Postur tubuh manusia

2. Mengkaji tulang belakang


Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan meliputi skoliosis
(dapat kongenital, idiopatik atau akibat adanya kerusakan otot paraspinal penderita
poliomielitis), lordosis (dijumpai saat kehamilan karena proses penyesuaian terhadap
beban dan perubahan pusat gaya beratnya), kifosis (sering dijumpai pada manula
dengan osteoporosis dan penderita penyakit neuromuskuler). (Smeltzer, 2002)

3. Mengkaji sistem persendian


Lakukan pemeriksaan luas gerak sendi dengan menggunakan geniometer, kaji
adanya deformitas (biasanya karena kontraktur, dislokasi, subluksasi, disrupsi
struktur sendi), stabilitas dan benjolan (mengindikasikan adanya reumatoid artritis,
gout, osteoartritis), kaji karakteristik benjolan tersebut (lunak, keras, nyeri)
(Smeltzer, 2002).

9
4. Mengkaji sistem otot
Kaji kemampuan merubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi dan ukuran otot. Kaji
tonus otot dengan melakukan palpasi otot saat ekstremitas relaks digerakan secara
pasif. Kekuatan otot bisa dikaji dengan meminta pasien melakukan gerakan tertentu
(skala arbitrer). Bisa juga dengan kajian ringan dengan uji kekuatan genggaman.
Ukur lingkar ekstremitas untuk emngetahui besarnya edema atau perdarahan otot.
(Smeltzer, 2002)

10
Sudut Normal HIP ROM
ROM Gerakan
Normal
Fleksi mengangkat salah satu 90o
kaki dan menekuk lulut
ke arah dada, dilakukan
secara bergantian
Ekstensi klien berbaring atau 0o
berdiri

Abduksi menggerakkan kaki 45 -50o


menjauh dari tubuh
sejauh mungkin
Adduksi kebalikan dari abduksi 20 – 30o

Internal Menekuk lutut dan 40o


Rotasi memutar kaki ke dalam

Eksternal Menekuk lulut dan 45o


rotasi memutar kaki ke luar

Hyper Posisi telungkup, dan 15o


ekstensi mengangkat kaki
melawan gravitasi

11
Full ROM Berdiri dan ayunkan kaki
ke belakang

(Dillon, 2007. p: 725-726)

Test kekuatan otot

5 : Kekuatan otot normal


4 : Dapat menggerakkan sendi, dapat melawan gravitasi, kemampuan otot kurang
terhadap tahanan yang diberikan
3 : Dapat menggerakkan sendi, dapat melawan gravitasi tapi tidak kuat terhadap
tahanan
2 : Mampu menggerakkan sedi, tapi tidak dapat melawan gravitasi
1 : Kontraksi otot yg terjadi hanya berupa perubahan tonus otot yg dpt dipalpasi
dan tidak dapat menggerakkan sendi
0 : Tdk ditemukan adanya kontraksi otot

5. Mengkaji cara berjalan


Cara berjalan dikaji dengan meminta klien untuk berjalan dari tempat pemeriksa
sampai beberapa jauh. Perhatikan irama berjalan (reguler/ireguler), kehalusan
berjalan. Perubahan cara berjalan dapat menunjukan adanya neri, ketidak simetrisan
ekstremitas bawah, kelemahan. (Smeltzer, 2002)
12
6. Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Lakukan inspeksi kulit untuk mengetahui warna kulit, adanya luka, memar. Palpasi
kuliut untuk mengetahui denyut nadi perifer, suhu, CRT, edema. (Smeltzer, 2002)

Prosedur pemeriksaan ekstremitas atas


1. Temporomandibular Joint
a. Inspeksi : pembesaran atau pembengkakan sendi dapat yang diperlihatkan
dengan adanya tonjolan.
b. Palpasi temporomandibular joint: adanya rasa tidak nyaman, bengkak, suara
berdecik, dan keterbatasan pergerakan rahang merupakan temuan yang tidak
diharapkan dan memerlukan evaluasi selanjutnya.
c. Palpasi otot rahang: pembengkakan dan ketegangan menandakan arthritis atau
sindrom nyeri miofasial.
d. Palpasi temporomandibular joint dengan menggunakan jari telunjuk dan tengah,
buntuk berdecik, penurunan ROM, nyeri dan pembengkakan merupakan indikasi
sindrom temporomandibular joint atau pada kasus yang jarang adalah
osteoarthritis.
e. Tes kekuatan otot dan fungsi nervus V.

2. Shoulder
a. Pasien diberitahu akan diperiksa dan tujuan pemeriksaan

13
b. Pasien diminta atau dibantu untuk membuka pakaian bagian atas.
c. Posisi pasien duduk atau berdiri.
d. Inspeksi kondisi kedua clavicula pasien dan kedua pangkal lengan pasien
e. Letakan tangan kiri di bahu kanan pasien dan tangan kanan memegang le ngan
bawah klien, kemudian lengan klien dinagkat keatas sampai posisi 90 derajad /
menyiku kekanan, kemudian diputar kedepan, ditarik kebelakang sejauh yang
klien bisa.
f. Setelah itu klien diminta menangkat sendiri tangannya sampai lurus keatas
kepalanya dan menurunkannya sampai melintang didepan badan bagian depan.
(abduksi dan adduksi).
g. Lengan klien diposisikan siku kedepan dan ditarik ksamping badanya dengan
poisisi siku pula.
h. Klien diminta melipat lengannya kebelakang badannya dan mengembalikannya
pada posisi semula.
i. Klien diminta mengangkat lengannya lurus kedepan sampai posisi 90 derajat
didepan dan menariknya kebelakang sejauh yang bisa dicapai klien serta
mengembalikan lengannya lurus disamping badannya.
j. Posisi berdiri klien dirubah menyamping terhadap pemeriksa. Kemudian
diobservasi keesimitrisan kedua bahu klien.
k. Klien diminta untuk menggaruk punggung bagian kirinya dengan tangan
kananya.
l. Klien diminta untuk melipat lengannya dan menggaruk punggung bagian kanan
dari sisi kanannya.
m. Klien diminta menggaruk punggungn kanannya dari sisi trunk kanannya.
n. Pemeriksa melipat lengan klien kesisi kanan dan menariknya dalam keadaan siku
menjauh dari badan klien.

14
3. Elbow:
a. Mulai dengan melihat klien dari depan, untuk menilai sudut lengan, dari samping
untuk menilai samping defleksi deformitas, observasi siku dari bekas luka, tanda
–tanda pembengkakan, kemerahan, psoriatic path, rheumatic nodes, Kemudian
bagian medial: suhu kulit lengan, dibandingkan antara tiap bagian,
b. Raba/ palpasi bagian lateral lengan, dan medial seharusnya proper tenderness. tiap
bagian tulang lengan;
c. periksa pergerakan ekstensi penuh dan fleksi penuh dengan cara meminta klien
menggerakannya. Bersamaan dengan pronation (telapak tangan ditelentangkan)
dan supanation (telapak tangan ditelungkupkan). Pergerakan lengan klien
diperiksa secara pasif dan observasi bunyi tulang bila ada keretakan. Join
pronation dan supanation juga dilakukan secara pasif.
d. Pemeriksaan fungsi dengan meminta klien mengankat tangannya dan
menutupkannya kemulut.

4. Wrist:

Gambar a. Deformitas jari, kiri ke kanan :Mallet deformity, swan neck,


Boutoniere deformity, A:Heberden’s node B:Bouchard’s node

a. Letakkan kedua tangan klien pada bantal agar nyaman bagi klien. Telapak tangan
klien dalam posisi tengkurap, observasi kedua tangan sampai kepergelangan
tangan untuk menilai keutuhan, pembengkakan, kemerahan atau bekas luka.
Observasi keseimabngan kiri dan kanan, observasi kondisi kuku. Sendi-seendi
jari tangan. Observasi kondisi kulit: kemerahan.

15
b. Rasakan nadi perifer pada kedua pergelangan tangan, otot telapak tangan,
ketebalan tendon, kaji sensori syaraf pada kedua telapak tangan bagian medial
dan luar dalam posisi telenatng atu telungkup. Raba suhu kedua lengan bagian
atas pergelangan dan telapak tangan. Pegang dan remas jari-jari pada kedua
leengan dan periksa sendi-sendi jari klien apakah ada pembengkakan dengan cara
menekan kan kedua jempol. Dengan kedua jari telunjuk dan jempol raba juga
bagian proksimal dan distal jari tengah klien. Tekan berurutan.begitu juag
pergelanagn tangan dipalpasi.
c. Pergerakan: periksa fleksi pergelangan tangan dan hyper ekstensi secara aktif
dengan meminta klien mengangkat nya dan secara pasif. Minta klien untuk
membuka lebar kesepuluh jarinya. Periksa kekuatan bertahanya juga pada jari
kelingking dan telunjuk. Pada posisi telapak tangan telentang dan telungkup.
Pada posisi telentang minta klien mengangkat kedua jempolnya dan periksa
kekuatannya. Klien diminta untuk mengepalkan kedua telapak tangannya juga
dinilai keutuhan tendon jari jari tangan klien.
d. Fungsi: minta klien menggenggam jari pemeriksa dan kekuatan klien menjempit
kedua telunjuk pemriksa dengan jari telunjuk dan jempolnya. Minta klien untuk
mengambil benda yang kecil seperti koin.
e. Phalen test: minta klien mengangkat kedua pergelangan dengan posisi
berlawanan dan menahannya selama 60 detik.untuk menilai.

Pemeriksaan fisik ekstremitas bawah


1. Pinggul
a. Inspeksi cara berjalan dan lenggangan, kebanyakan maalah muncul selama fase
berdiri yang bertumpu pada berat badan.
b. Inspeksi posisi dari masing-masing pinggul dan kaki.
c. Palpasi masing-masing sendi pinggul dan paha atas. Nyeri, ketegangan,
pembengkakan, deformitas, keterbatasan gerak (terutama rotasi internal) dan

16
krepitus merupakan isyarat dari tanda inflamasi atau degenerasi sendi pinggul.
Curiga adanya fraktur femur jika sendi tidak stabil dan mengalami deformitas.
d. Tes ROM pinggul. Gerakan ini menghasilkan nyeri bagian belakang kaki
sepanjang saraf sciatic pada klien dengan hernia diskus.
e. Tes kekuatan otot pinggul
2. Lutut
a. Inspeksi gaya berjalan untuk menilai ekstensi lutut pada hentakan tumit, fleksi
selama seluruh fase lain pada gerak berlenggang dan cara berdiri. Tersandung
atau lutut terdorong cukup dalam pada kelemahan kuadrisep.
b. Inspeksi kesejajaran lutu, kaki bengkok ke dalam, kaki bengkok keluar,
kontraktur fleksi pada paralisis ekstremitas.
c. Inspeksi kontur lutut, termasuk adanya atrofi otot kuadrisep pada gangguan
patelofemoral.
d. Inspeksi otot kuadrisep pada paha anterior. Atrofi dari otot kuadrisep terjadi
dengan adanya kelainan kronik.
e. Palpasi lutut. Adanya nyeri, pembengkakan, penebalan, atau hangat merupakan
isyarat terjadinya sindrom inflamasi synovial. Nyeri pada pembengkakan terjadi
pada penyakit sendi degeneratif. Nyeri pada areayang bengkak, panas, dan
kemerahan pada lutut disebabkan oleh inflamasi bursa (bursitis).
f. Palpasi sendi tibiofemoral. Tanda inflamasi, termasuk nyeri dan kaku,
merupakan indikasi penyakit sendi degeneratif, sinovitis, atau torn meniscus.
Tulang punggung atau tonjolan keluar dari sendi terjadi pada osteoarthritis.
g. Tes untuk tanda bulge. Bagian medial dari tonjolan lutut adalah cairan dalam
sendi.

17
h. Tes untuk tanda ballottement. Peningkatan jumlah cairan akan mendesak ke
bagian antara lutut dan femur, bunyi klik saat dilakukan palpasi terjadi ketika
lutut melawan balik femur.

3. Mata Kaki Dan Kaki

a. Inspeksi mata kaki dan kaki pada posisi duduk, berdiri dan berjalan. Pada kondisi
abnormal terjadi gout arthritis.
b. Palpasi mata kaki. Nyeri atau ketidaknyamanan pada saat dilakukan palpasi
merupakan indikasi penyakit sendi degeneratif.
c. Palpasi panjangnya tendon calcaneal (Achilles) pada bagian posterior mata kaki.
Lihat nyeri, kelembutan sepanjang tendon yang mengindikasikan tendinitis atau
bursitis. Nodul kecil kadang terjadi pada klien dengan rematoid arthritis.
d. Palpasi sendi metatarsophalangeal. Nyeri dan ketidaknyamanan pada prosedur
ini menunjukkan awal dari rematoid arthritis. Inflamasi akut pada sendi pertama
metatarsophalengeal mengindikasikan gout.

18
e. Palpasi secara mendalam sendi dari masing-masing metatarsophalangeal. Nyeri,
bengkak dan kelembutan berhubungan dengan inflamasi atau penyakit sendi
degeneratif.
f. Palpasi sendi interphalangeal. Nyeri, bengkak, dan kekakuan berhubungan
dengan inflamasi atau penyakit sendi degeneratif. Suhu pada bagian ekstremitas
bawah yang lebih rendah dibanding bagian tubuh lainnya merupakan indikasi
insufisiensi vascular, yang menyebabkan kelainan musculoskeletal.
4. Spinalis
a. Inspeksi tulang belakang dari sisi samping dan belakang, perhatikan setiap
kurvatura yang abnormal. Kelainan yang didapatkan dapat berupa Kyphosis,
Lordosis, Flattened lumbar curve, Scoliosis.
b. Inspeksi spine. Kurang simetrisnya scapula mengindikasikan untuk dilakukan
pembedahan thorak. Palpasi sepanjang columna vertebra dengan
mempergunakan ibu jari.
c. Palpasi otot pada kedua sisi leher dan punggung.. Spasme otot dapat berhubungan
dengan disfungsi sendi temporomandibular atau dengan spasmodic torticollis.

Pemeriksaan Diagnostik
Smeltzer, (2008) mengemukakan bahwa pemeriksaan diagnostik pada system
muskuloskeletal terdiri dari :
a. Sinar-X
Hasil pemeriksaan pada tulang (kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan
hubungan tulang). Pada sendi (cairan sendi, iregularitas sendi, spur, penyempitan dan
perubahan struktur sendi). Pada korteks (pelebaran, penyempitan, tAnda iregilaritas)
b. CT Scan
Dapat melihat adanya tumor, cedera ligamen atau tendon, lokasi dan panjang fraktur.
c. MRI
Dapat melihat adanya tumor, penyempitan jaringan otot, tendon dan tulang rawan.
d. Mielografi
Digunakan untuk melihat herniasi diskus, stenosis spinal, tumor.
e. Artrografi
Digunakan untuk mengetahui kebocoran kapsul sendi, robekan ligamen.
f. Artrosintesis

19
Digunakan untuk mendapatkan cairan sendi dan mengurangi efusi sinovial.
g. Artroskopi
Digunakan untuk melihat langsung sendi.
h. Biopsi
Digunakan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, sinovium untuk
diagnosis penyakit.
i. Pemeriksaan laboratorium
1) Darah lengkap : Hemoglobin (biasanya lebih rendah bila terjadi perdarahan/trauma)
dan hitung sel darah putih.
2) Kimia darah : Kalsium (kadar berubah pada osteomalasia, fungsi paratiroid, penyakit
Paget, tumor tulang metastasis, dan pada imobilisasi lama). Fosfor tulang berbanding
terbalik dengan kadar kalsium dan menurun pada rikets yang berhubungan dengan
sindrom malabsorpsi. Fosfatase asam meningkat pada penyakit Paget dan kanker
metastasis. Alkali fosfatase meningkat selama fase penyembuhan patah tulang dan
pada penyakit dengan peningkatan aktivitas osteoblas.
3) Metabolisme tulang dapat dievaluasi dengan pemeriksaan tiroid dan penentuan
kadar kalsitonin, hormone paratiroid, dan vitamin D.
4) Kadar enzim serum kreatinin kinase dan serum glutamic-oxaloacetic transaminase
(SGOT) meningkat pada kerusakan otot.

20
DAPTAR PUSTAKA

Bickley,LS (2008) Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates, Ed.5.
Jakarta. EGC
Dillon, Patricia M. (2007) “Nursing Health Assessment a Critical Thingking Case Studies
Approach 2nd edition (Karenitkov, D ; illustrated) . Philadelphia ; USA. Davis
Company.
Smeltzer, Suzanne .C & Bare, Bremda .G. (2001). Brunner & Suddarth’s textbook of
medical-surgical nursing. 8th ed. (diterjemahkan oleh Andry Hartyono dkk).
Jakarta. EGC
Tortora, G. J. and Derrickson, B. (2006). Principler of Anatomy and Physiology. Edisi 11.
USA: John Wiley & Sons, Inc.

21

Anda mungkin juga menyukai