Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

NIFAS FISIOLOGIS
DI RUANG NIFAS RSUD ULIN BANJARMASIN

Oleh :
Wahdatur Rahmi Annisa, S.Kep
NIM 18NS271

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : Laporan Pendahuluan Nifas Fisiologis


NAMA MAHASISWA : Wahdatur Rahmi Annisa, S.Kep
NIM : 18NS271

Banjarmasin,………………........2019

Menyetujui,

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

……………………………….. ………………………………..
NIK/NIP. ................................ NIK. .......................................

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : Laporan Pendahuluan Nifas Fisiologis


NAMA MAHASISWA : Wahdatur Rahmi Annisa, S.Kep
NIM :18NS271

Banjarmasin,………………........2019

Menyetujui,

RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

……………………………….. ………………………………
NIK/NIP. ................................ NIK. .....................................

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan
Universitas Sari Mulia

Dini Rahmayani, S.Kep. Ns., MPH


NIK. 1166122004007

Laporan Pendahuluan Fisiologi Nifas

A. Definisi
Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak disebut
puerperium, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan.
Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi. Masa nifas dimulai
beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu
berikutnya
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil.
Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu:
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna, terutama bila selama hami atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu,
bulan, atau tahun.

B. Tujuan Asuhan Masa Nifas


Tujuan dari perawatan nifas ini adalah:
1. Memulihkan kesehatan umum penderita
a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b. Mengatasi anemia
c. Mencegah infeksi dengan memberikan kebersihan dan sterilisasi
d. Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk
memperlancar peredaran darah
2. Mempertahankan kesehatan psikologis
3. Mencegah infeksi dan komplikasi
4. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa
nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal

C. Perawatan Diri Ibu Nifas Selama Masa Nifas


1. Perawatan vulva atau perineum
Perineum yang dilalui seorang bayi umumnya mengalami
peregangan, lebam, dan trauma. Akibat normalnya bisa terasa ringan,
bisa juga tidak. Rasa sakit pada perineum akan semakin parah jika
perineum robek atau disayat pisau bedah. Seperti semua luka baru, area
episiotomy atau luka sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh selama
7-10 hari. Rasa nyeri saja selama masa ini tidak menunjukkan adanya
infeksi, kecuali jika nyeri sangat parah.
Tujuan perawatan vulva atau perineum adalah untuk menjaga
kebersihan dan mencegah terjadinya infeksi. Rasa nyeri dan tidak
nyaman di daerah perineum dapat diatasi dengan menggunakan kompres
dingin pada area perineum setiap 2 jam sekali selama 24 jam pertama
sesudah melahirkan. Kompres hangatm duduk di dalam air hangat atau
menggunakan lampu pemanas selama 20 menit, 3x sehari juga dapat
digunakan untuk meredakan ketidaknyamanan. Menghindari tekanan di
area perineum dengan berbaring miring dan menghindari posisi duduk
atau berdiri yang lama juga membantu mengatasi ketidaknyamanan
perineum. Sering melakukan latihan kegel sesudah melahirkan akan
merangsang peredaran darah di daerah perineum, mempercepat
penyembuhan dan meningkatkan kebugaran otot.
Menurut Danuatmaja (2003) cara melakukan perawatan perineum
atau vulva yaitu dengan mengganti pembalut yang bersih setiap 4-6 jam.
Setelah ibu selesai BAK atau BAB, ibu dapat mengalirkan atau membilas
area perineum dengan air hangat atau cairan antiseptic, kemudian
mengeringkannya dengan kain pembalut atau handuk dengan cara
diteepuk-tepuk tetap dari arah muka ke belakang.
2. Mobilisasi
Mobilisasi yang dilakukan sangat bervariasi tergantung pada
komplikasi persalinan, nifas, atau sembuhnya luka. Jika tidak ada
kelainan, mobilisasi dapat dilakukan sedini mungkin, yaitu 2 jam setelah
persalinan normal. Ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan
mengeluarkan cairan vagina (lochea). Mobilisasi haruslah dilakukan
bertahap, yaitu dimulai dengan gerakan miring ke kanan dank e kiri, lalu
menggerakkan kaki. Selanjutnya ibu dapat mencoba untuk duduk di tepi
tempat tidur kemudian ibu bisa turun dari ranjang.
3. Diet
Ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan sehat seperti saat
hamil. Pedoman umum yang baik adalah 4 porsi setiap hari dari 4
kelompok makanan dasr yaitu makanan harian, daging dan makanan
yang mengandung protein, buah dan sayuran, roti dan biji-bijian. Ibu yang
menyusui perlu mengkonsumsi protein, mineral dan cairan ekstra.
Makanan ini juga bisa diperoleh dengan susu rendah lemak dalam
dietnya setiap hari. Ibu juga dianjurkan untuk mengkonsumsi multivitamin
dan suplemen zat besi.
Saat menyusui kebutuhan nutrisi meningkat 25% yaitu untuk
produksi ASi dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat 3x dari
biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap
hari.
4. Eliminasi Urin
Kebanyakan wanita mengalami sulit BAK selama 24 jam pertama
setelah melahirkan. Hal ini terjadi karena kandung kemih mengalami
trauma atau lebam selama melahirkan akibat tertekan oleh janin sehingga
ketika sudah penuh tidak mampu untuk mengirim pesan agar
mengosongkan isinya. Nyeri pada perineum bisa menyebabkan rasa
kejang pada uretra sehingga BAK menjadi sulit. Edema perineum juga
bisa mengganggu BAK.
Hal tersebut dapat diatasi dengan memperbanyak minum, bangun
dari tempat tidur dan berjalan segera setelah melahirkan akan membantu
mengosongkan kandung kemih. Tetapi sebaliknya, setelah seminggu
persalinan, umumnya wanita sering BAK dalam jumlah banyak. Ini terjadi
karena cairan tubuh yang berlebih akibat kehamilan mulai dikeluarkan.
Hal ini dapat diatasi dengan latihan kegel yang dapat membantu
mengembalikan kebugaran otot dan kendali terhadap aliran air kemih.
5. Defekasi
Menurut Mochtar (1998) pola defekasi atau BAB harus dilakukan 3-
4 hari setelah melahirkan. Tetapi hal ini terkadang masih sulit dilakukan
karena kebanyakan penderita mengalami obstipasi setelah melahirkan.
Hal ini disebabkan karena sewaktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, selain itu
mempengaruhi peristaltic usus. Fungsi defekasi dapat diatasi dengan
makan makanan yang dapat merangsang gerakan usus besar seperti
buah dan sayuran. Gerakan usu juga akan aktif dengan melakukan
mobilisasi dini seperti bangun dari tempat tidur ataupun jalan-jalan.
6. Perawatan Payudara
Untuk 24-72 jam pertama sesudah melahirkan, payudara akan
mengeluarkan kolostrum, yaitu suatu cairan kuning jernih yang
merupakan susu pertama untuk bayi. air susu yang lebih matang akan
muncul antara hari ke-2 sampai ke-5. Pada saat ini payudara akan
membesar (penuh, keras, panas, dan nyeri) yang dpaat menimbulkan
kesulitan dalam menyusui. Menyusui dengan interval waktu yang sering
akan dapat mencegah pembengkakan payudara atau membantu
meredakannya.
Bagi ibu yang menyusui bayinya, perawatan putting susu
merupakan suatau hal yang amat penting. Payudara harus dibersihkan
dengan teliti setiap hari selama mandi dan sekali lagi ketika hendak
menyusui. Hal ini akan mengangkat kolostrum yang kering atau sisa susu
dan membantu mencegah akumulasi dan msuknya bakteri bak ke putting
susu maupun ke mulut bayi.
7. Pemeriksaan setelah persalinan
Pemeriksaan fisik yang umum mencakup pemeriksaan panggul
yang dilakukan untuk menilai pemulihan. Pada kunjungan ini juga
dilakukan pemeriksaan umum (TD, nadi, keluhan, dsb). Keadaan umum
(suhu badan, selera makan, dsb). Payudara (ASI, putting susu), dinding
perut, perineum, kandung kemih, rectum, serta secret yang keliar, seperti
lokchea, fluor albus dan keadaan alat-alat kandungan.
D. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Paling sedikit empat kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk mencegah,
mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi
Kunjungan

Waktu Tujuan

I 6-8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri


setelah 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan
persalinan dan rujuk jika perdarahan berlanjut
3. Member konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai cara mencegah perdarahan masa
nifas akibat atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah
hipotermia
7. Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus
mendampingi ibu dan bayi lahir selama 2 jam pertama
setelah kelahiran/sampai ibu dan bayi stabil
II 6 hari 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
setelah berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada
persalinan perdaraha abnormal, tidak ada bau
2. Menilai adanya demam
3. Memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan,
cairan dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda penyulit
5. Member konseling apda ibu tentang asuhan pada
bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat,
dan perawtaan bayi sehari-hari
III 2 minggu 1. Sama dengan 6 hari setelah persalinan
setelah
persalinan
IV 6 minggu 1. Mengkaji tentaang kemungkinan penyulit pada ibu
setelah 2. Member konseling keluarga berencana
persalinan
E. PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS
Esty Yunitasari juga mengungkapkan beberapa perubahan fisiologis
yang terjadi pada ibu post partum, yaitu:
1. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga
akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Secara sistematis, Mochtar (1998)
menampilkan peubahan tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa
involusi dalam table di bawah ini :

Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gam
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:


a. Iskemia myometrium
Disebabkan oleh retraksi dan kontraksi terus-menerus dari uterus
setelah pengeluaran sisa plasenta membuat uterus relative anemi
dan menyebabkan serat otot atrofi.
b. Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan
otot yang telah sempat mengendur hingga 10x panjangnya dari
semula dan 5x lebar dari semula selama kehamilan atau dapat juga
dikatakan sebagai pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi
yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon
estrogen dan progesteron.
c. Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin
sehingga akan menekan pembuluh darah yang akan
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta
serta mengurangi perdarahan.
2. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan
masih bias masuk rongga rahim; setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari
dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari (Mochtar, 1998).
3. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam
keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur
akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.
4. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Total jumlah rata-rata pembuangan lochea
sekitar 240 ml-270 ml. Menurut Mochtar (1998) dan Universitas
Sumatera Utara (2010) jenis dari lochea adalah sebagai berikut :
a. Lochea rubra (cruenta) : terdiri atas sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari
pasca persalinan
b. Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan
lender; hari ke 3-7 pasca persalinan
c. Lochea serosa: berwarna kuning, cairan ini tidak berdarah lagi;
pada hari ke 7-14 pasca persalinan
d. Lokhea alba : cairan putih, setelah 2 minggu
5. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju.
Pada post natal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada
keadaan sebelum melahirkan.

6. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :
a. Penurunan kadar progesteron secara cepat dengan peningkatan
hormon prolaktin setelah persalinan.
b. Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari
ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.
c. Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses
laktasi
7. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama, kemungkinan
terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 –
36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone
estrogen yang bersifat menahan air akan memgalami penurunan yang
mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi
akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
8. Sistem Gastrointestinal
Seringkali diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan,
namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau
dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong
jika sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah
perineum dapat menghalangi keinginan ke belakang.
9. Sistem Hematologi
Penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada
keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan hemoglobin kembali
normal pada hari ke-5. Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan
yang sangat besar selama masa nifas, namun kadarnya masih tetap
lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak begitu mengandung
cairan dan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan
darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan
pada ambulasi dini.

10. Sistem Endokrin


Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post
partum. Progesteron turun pada hari ke 3 post partum.
11. Sistem Musculosceletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 4 – 8 jam post partum. Ambulasi
dini sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat
proses involusi.
12. Sistem Integumen
Penurunan melanin umumnya setelah persalinan menyebabkan
berkurangnya hyperpigmentasi kulit. Perubahan pembuluh darah yang
tampak pada kulit karena kehamilan dan akan menghilang pada saat
estrogen menurun.

F. Perubahan Psikologis Masa Nifas


Menurut Rubin (1997) yang dikutip oleh Bahiyatun (2009) perubahan
psikologis pada masa nifas dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Taking in
a. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu pada umumnya
pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan
tubuhnya karena jahitan pada perineum, afterpain, haemorroid,
kelelahan setelah persalinan
b. Ibu akan mengulang-ulang pengalamannya waktu bersalin dan
melahirkan
c. Memilih dibantu perawat untuk aktivitas dan membuat keputusan
daripada dilakukan sendiri
d. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mencegah gangguan
tidur
e. Peningkatan nutrisi mungkin dibutuhkan karena selera makan ibu
biasanya bertambah. Nafsu makan yang kurang menandakan proses
pengembalian kondisi ibu tidak berlangsung normal.
2. Taking hold
a. Berlangsung 2-4 hari postpartum. Ibu menjadi perhatian pada
kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan
tanggung jawab terhadap bayi
b. Perhatian terhadap fungsi-fungsi tubuh
c. Bisa menerima demonstrasi perawatan bayi dan perawatan dir
d. Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan untuk merawat
bayi, misalnya menggendong dan menyusui. Ibu agak sensitif dan
merasa tidak mahir dalam melakukan hal tersebut sehingga
cenderung menerima nasehat dari tenaga kesehatan karena ia
terbuka untuk menerima pengetahuan dan kritikan yang bersifat
pribadi.
3. Letting go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan sangat berpengaruh terhadap
waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
Universitas Tribuana Tunggadewi (2006) menambahkan hal-hal yang
terjadi pada fase letting go, yaitu :
a. Bisa mendefinisikan perannya yang baru
b. Berhenti dari fantasinya tentang anak dan menerima kenyataan
c. Berhenti dari peran tanpa anak/ibu beberapa anak sebelumnya
d. Phase ini berlanjut sampai anak berusia beberapa tahun
e. Ibu yang bisa melewati fase ini akan baik dalam menjalani perannya
yang baru
f. Perkembangan parental yang positif
Selama hamil ibu biasanya khawatir tentang kemampuannya
menjadi ibu yang baik dan kekhawatiran ini tidak dengan segera hilang
setelah melahirkan karena parental love hanya sebagian yang
merupakan instinct. Porsi terbanyak berkembang melalui atau dalam
beberapa tahap yaitu : merencanakan kehamilan, mendengar
konfirmasi kehamilan, merasakan gerakan jannin, melahirkan, melihat
bayinya, menyentuh bayi dan merawat anak.

Symptoms of Postpartum Ilness from Cleveland Clinic (2004) and National


Mental Health Association (2003), dalam Roswiyani P. Zahra, menyimpulkan
beberapa tanda gejala dalam ketiga jenis depresi post partum sebagai berikut:
Postpartum Postpartum
Babyblues
Depression Psychosis
Simtom  Kurang tidur  Cepat lelah  Menolak makan
fisik  Hilang tenaga  Gangguan tidur  Tidak mampu
 Hilang nafsu  Selera makan menghentikan
makan atau sangat menurun aktifitas
bernafsu untuk  Sakit kepala  Kebingungan
makan  Sakit dada akan kelebihan
 Merasa lelah  Jantung berdebar- energi
setelah bangun debar
tidur  Sesak nafas
 Mual muntah
Simtom  Cemas dan  Mudah tersinggung  Sangat bingung
emosiona khawatir  Hilang harapan  Hilang ingatan
l berlebihan  Merasa tidak berdaya  Tidak koheren
 Bingung
 Mencemaskan  Mood swings  Halusinasi
kondisi fisik secara  Perasaan tidak
berlebihan adekuat sebagai ibu
 Tidak percaya diri  Hilang minat
 Sedih  Pemikiran bunuh diri
 Perasaan  Ingin menyakiti orang
diabaikan lain (termasuk bayi,
diri sendiri, dan
suami)
 Perasaan bersalah
Simtom  Sering menangis  Panik  Curiga
perilaku  Hiperaktif atau  Kurang mampu  Tidak rasional
senang berlebihan merawat diri sendiri  Preokupasi
 Terlalu sensitive  Enggan melakukan terhadap hal-hal
 Perasaan mudah aktivitas kecil
tersinggung menyenangkan
 Tidak peduli  Motivasi menurun
terhadap bayi  Enggan bersosialisasi
 Tidak peduli pada
bayi
 Terlalu peduli
terhadap
perkembangan bayi
 Sulit mengendalikan
perasaan
 Sulit mengambil
keputusan

G. PENGKAJIAN
1. Data umum klien
a. Initial klien & suami
b. Usia
c. Status perkawinan
d. Pekerjaan
e. Pendidikan terakhir
f. Initial suami
2. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
3. Pengalaman menyusui
4. Riwayat kehamilan saat ini
5. Riwayat persalinan
6. Riwayat ginekologi (masalah ginekologi, riwayat KB)
7. Data umum kesehatan saat ini
a. Status obstetric
b. Keadaan umum
c. Tanda-tanda vital
d. Pemeriksaan head to toe

H. MASALAH KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Gangguan rasa nyaman
3. Perubahan menjadi orangtua
4. Resiko infeksi

I. INTERVENSI
Nyeri akut
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam klien tidak
mengalami nyeri
Kriteria hasil :
a. klien melaporkan nyeri berkurang
b. klien mengatakan mampu mengontrol nyeri
c. klien mampu mengenali nyeri

INTERVENSI RASIONAL
Lakukan pengkajian nyeri secara Memudahkan menentukan inetrvensi
komprehensif termasuk lokasi nyeri, durasi, selanjutnya
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari
Mengidentifikasi adanya nyeri pada
ketidaknyamanan klien
Kontrol tekanan darah klien Perubahan tekanan darah dapat
mengindikasikan adanya reaksi dari
pemberian obat-obatan
Kontrol lingkungan yang dapat Mengurangi faktor pencetus nyeri
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri Apabila faktor pencetus berkurang
maka intensitas nyeri akan berkurang
Bantu klien dan keluarga untuk mencari dan Dukungan dari keluarga dapat
menemukan dukungan membantu klien mengatasi nyeri
Ajarkan tentang teknik non farmakologi: Teknik non farmakologi yang benar
napas dada, relaksasi, distraksi, kompres akan membuat klien rileks dan nyaman
hangat/dingin sehingga dapat mengurangi nyeri
Tingkatkan istirahat Istirahat akan membuat klien merasa
nyaman, sehingga nyeri dapat
berkurang
Kolaborasi: Penggunaan agens-agens farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri, untuk mengurangi atau menghilangkan
seperti nyeri

Perubahan Menjadi Orangtua


Tujuan :
Dalam waktu 1x24 jam setelah dilakukan intervensi keperawatan klien
menunjukkan perilaku ketahanan keterikatan perasaan antara orangtua dan
bayi
Kriteria Hasil :
a. Secara verbal mengungkapkan perasaan positif terhadap bayi
b. Sentuhan, usapan, tepukan, ciumanm dan senyuman pada bayi
c. Berbicara pada bayi
d. Posisi berhadapan dan melakukan kontak mata
INTERVENSI RASIONAL
Pantau “reaksi orangtua baru” terhadap Kekecewaan yang muncul dapat
bayi, observasi untuk perasaan jijik, takut mengurangi rasa tanggung jawab
atau kecewa dalam masalah jenis kelamin orangtua dalam memelohara bayi
Tentukan pengetahuan orangtua terhadap Pengetahuan yang dimiliki orangtua
kebutuhan perawatan dasar bayi/anak dan kan menentukan perawatan yang
berikan informasi perawatan anak yang diberikan orangtua kepada anak
tepat, sesuai indikasi
Menunjukkan cara menyentuh bayi yang Orangtua baru biasanya masih memiliki
dilahirkan dan diisolasi rasa takut dan khawatir ketika akan
menyentuh bayinya
Letakkan bayi pada tubuh ibu segera Kontak kulit antara ibu dan bayi dapat
setelah kelahiran meningkatkan kelekatan antara ibu dan
bayi
Berikan kesempatan kepada ayah untuk Meningkatkan pelekatan antara ayah
memegang anak di area pelahiran dan bayi
Berikan penghilang nyeri untuk ibu Nyeri yang dirasakan ibu dapat
mengganggu proses pelekatan antara
ibu dan bayi
Berikan privasi keluarga selama melakukan Privasi yang diberikan dapat membuat
interaksi dengan bayi baru lahir keluarga merasa nyaman berinteraksi
dengan BBL
Dukung orangtua untuk menyentuh dan Pemberian stimulasi berupa
bicara kepada bayi baru lahir rangsangan dan sentuhan akan
membuat bayi tumbuh dan
berkembang dengan baik

Resiko Infeksi
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam resiko infeksi
tidak menjadi aktual
Kriteria hasil :
a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Klien menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
c. Jumlah leukosit dalam batas normal
d. Klienmenunjukkan perilaku hidup sehat
e. Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
Pantau tanda/gejala infeksi (missal.suhu Mengetahui tanda infeksi secara dini
tubuh, denyut jantung, pembuangan, memungkinkan pencegahan terhadap
penampilan luka, sekresi, penampilan urin, infeksi dan mengurangi keparahan
suhu kulit, lesi kulit, keletihan, malaise) infeksi yg mungkin sudah terjadi
Kaji faktor yg meningkatkan serangan Faktor pemberat dapat mengakibatkan
infeksi (missal.usia lanjut, tanggap imun infeksi berkembang leboh cepat
rendah, dan malnutrisi)
Pantau hasil laboratorium (DPL, hitung Perubahan hasil laboratorium
granulosit absolut, hasil-hasil yg berbeda, mengidentifikasikan adanya infeksi
protein serum, dan albumin)
Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yg Cuci tangan dengan benar dapat
benar mencegah transmisi organism
Ajarkan kepada pasien dan keluarganya Perubahan hasil laboratorium dapat
tanda/gejala infeksi dan kapan harus mengindikasikan adanya infeksi
melaporkannya ke pusat kesehatan
Berikan terapi antibiotic bila diperlukan Mencegah infeksi

DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun. 2009. Uku Ajar Asuhan Kebidanan nifas normal. Jakarta. EGC

NANDA Intl. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2002-2014.


Jakarta. EGC.

Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi


NIC dan Kriteria Hasil NOC. Diterjemahkan oleh: Widyawati, dkk. Jakarta.
EGC.

Yunitasari, Esty. Asuhan Keperawatan Postpartum.


http://ners.unair.ac.id/materikuliah/ASUHAN%-20KEPERAWATAN
%20POST%20PARTUM.pdf. Diakses tanggal 14 April 2019. Pukul 10.30
WITA.

Zahra, Roswiyani P. 2010. Depresi Pasca Melahirkan (Postpartum Depression).


http://www.psikologi.tarumanagara.ac.id/s2/wp-
content/uploads/2010/09/39-postpartum-depression-roswiyani-p-zahra-
mpsi.pdf. Diakses tanggal 14 April 2019. Pukul 10.30 WITA.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-perbedaanp-5102-3-
bab2.pdf
PATHWAY
Post Partum Fase Letting go Kehadiran
Anggota Baru

Involusi Uterus Estrogen & Progesteron Menurun Prolaktin Meningkat


Ansietas
Oksitoksin Meningkat
Isapan Bayi Adekuat Isapan Bayi Tidak
Adekuat Perubahan
Pola Peran
Kontraksi Kontraksi Uterus Laserasi Jalan Lahir
Uterus Lambat Oksitoksin Meningkat
Pembendungan ASI

Pelepasan Serviks & Vagina Dektus & Alveoli


Atonia Uteri Jaringan Kontraksi Payudara Bengkak
Endometrium
Port de entry kuman
Perdarahan Vol. Darah Efektif Tidak Efektif Nyeri
Lokhea Keluar
Turun
Resiko Infeksi
Vol. Cairan ASI Keluar ASI Tidak Keluar
Defisit
Turun Anemia Akut Perawatan Diri
Ketidakefektifan
Hb O2 Turun Proses Menyusui

Perubahan Perfusi Jaringan


Hipoksia Daya Tahan Tubuh
Turun Kuman Mudah
Masuk
Resiko Syok Kelemahan Umum
Hipovolemik

Intoleransi Aktivitas

Anda mungkin juga menyukai