Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PALIATIF DENGAN


DIAGNOSA CA SERVIKS

Oleh

NAMA : M. ARIF RAHMAN


NIM : 113121099

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES HAMZAR

TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF DENGAN
PENYAKIT CA SERVIKS” untuk memenuhi tugas mata kuliah ASKEP Spiritual
dan Paliatif. Meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.

Dan juga berterima kasih atas beberapa pihak yang telah membantu dan memberi
tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai beberapa hal yang
bersangkutan dengan materi tersebut. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Mamben, 11 Juli 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1. Latar Belakang..................................................................................................4
2. Rumusan Masalah.............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
1. Penatalaksanaan Nyeri......................................................................................6
2. Penatalaksanaan Keluhan Fisik........................................................................9
3. Laporan Pendahuluan Kanker Serviks..............................................................9
4. Terapi Paliatif Pada Kanker Serviks...............................................................43
5. Tujuan Perawatan Paliatif Pada Pasien Kanker Stadium Terminal................43
6. Jenis Layanan Paliatif Yang Dapat Diberikan Pada Pasien Kanker...............44
7. Peran Keluarga Dalam Paliatif Care...............................................................44
8. Bantuan Perawat Kepada Pasien Yang Menjelang Ajal.................................45
9. contoh askep............................................................................................................48

BAB III PENUTUP...............................................................................................50


Kesimpulan............................................................................................................52

3
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina. Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun.
90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10%
sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang
menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks biasanya timbul pada zona
transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel sel kolumnar.
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak
akibat penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat
dicegah bila program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki.
Diperkirakan setiap tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh
dunia dan umumnya terjadi di negara  berkembang.
Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan
perilaku sel epitel serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi
sebagai upaya pencegahan dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang.
Risiko terinfeksi virus HPV dan beberapa kondisi lain seperti perilaku
seksual, kontrasepsi, atau merokok akan mempromosi terjadinya kanker serviks.
Mekanisme timbulnya kanker serviks ini merupakan suatu proses yang kompleks
dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.
Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua
setelah kanker payudara. sementara itu, di negara berkembang masih menempati
urutan pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif.
Hampir 80% kasus berada di negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker
servik merupakan penyebab utama kematian wanita dan kasusnya turun secara
drastik semenjak diperkenalkannya teknik skrining pap smear oleh Papanikolau.
Namun, sayang hingga kini program skrining belum lagi memasyarakat di negara

4
berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker serviks masih
tetap tinggi.
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan
diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi
prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi
dan kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu
saja terapi ini masih berupa “simptomatis” karena masih belum menyentuh dasar
penyebab kanker yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih mendasar
atau imunoterapi masih dalam tahap penelitian.
Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran penyakit
secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi
kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk
membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada
perluasan penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya penyebaran
penyakit melalui sistem stadium.

2. Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud penatalaksanaan nyeri dan apa saja
2) Apa saja penata laksanaan keluhan fisik lain
3) Teori asuhan keperawatan
4) Dukungan psikologis pasien
5) Dukungan sosial pada pasien
6) Dukungan kultural dan spiritual pada pasien
7) Dukungan persiapan dan masa selama dukacita pada keluarga pasien

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Penatalaksanaan Nyeri
Nyeri merupakan masalah utama pada perawatan paliatif. Tujuan
perawatan paliatif yang terutama adalah mengurangi penderitaan pasien. Nyeri
dan gejala fisik lain yang tidak tertangani dengan baik adalah sumber penderitaan
pasien dan keluarga. Di dalam perawatan paliatif, nyeri dikategorikan dalam
kondisi darurat yang harus segera mendapatkan tatalaksana. Bila tidak, nyeri akan
menimbulkan atau memperberat gejala fisik lain seperti mual/muntah, gangguan
tidur, kehilangan nafsu makan, gangguan mobilisasi dan dalam melakukan
aktifitas yang pada akhirnya mengurangi kualitas hidup.pasien dan meningkatkan
beban keluarga. Sebaliknya, nyeri akan meningkat bila gejala lain tidak tertata
laksanan dengan baik. Penyebab nyeri atau gejala lain pada pasien kanker dapat
diakibatkan oleh kanker itu sendiri, tindakan diagnosa atau pengobatan yang
diberikan, kondisi tirah baring dan komorbiditas.

Prinsip penatalaksanaan nyeri dan gejala lain meliputi:

1) Atasi penyebabnya bila memungkinkan,


2) Medikamentosa dan
3) Non medikamentosa

6
Dalam penatalaksanaan nyeri atau gejala lain juga sangat perlu memperhatikan

Penatalaksanaan gejala secara simtomatis harus diberikan sebelum


tindakan kausatif dilakukan atau ketika tindakan kausatif belum memberikan hasil
yang diharapkan, atau tidak dapat dilakukan oleh karena suatu sebab

1) Upaya penatalaksanaan nyeri :


a. Tentukan penyebab nyeri :
a) sakit kepala berat pada kriptokokus menigitis
b) nyeri neurogenik akibat mielopati, efek ARV
b. Tentukan jenis nyeri : somatik, viseral, propioseptif, neurogenik
c. Tentukan beratnya nyeri :
d. Numeric rating scale
e. Perilaku non-verbal
2) Wong Baker Faces pain scale
a. Gunakan analgesik sesuai panduan penatalaksanaan nyeri dari WHO : “
anak tangga analgesik “
a) Step 1. : aspirin, parasetamol +adjuvan
b) Step 2. : kodein +adjuvan + NSAID
c) Step 3. : morfin, pethidin, fentanyl +non-opioid (NSAID)

7
b. Obat diberikan rutin tiap 3 –6 jam, jangan hanya bila perlu
c. Mulai dengan dosis rendah lalu dititrasi
d. Pada nyeri terobosan, berikan dosis ekstra ( dosis /4 jam)
e. Adjuvan : anti-depresant, steroid, terapi kognitif , akupuncture, TENS,
hipnosis, dll.

3) Mengatasi nyeri
Tatalaksana nyeri, perhatian khusus perlu diberikan dengan menjamin
bahwa perawatannya tepat dan sesuai dengan budaya pasien, yang pada
prinsipnya adalah:
a. Memberi analgesik melalui mulut, jika mungkin (pemberian IM
menimbulkan rasa sakit)
b. Memberi secara teratur, sehingga anak tidak sampai mengalami
kekambuhan dari rasa nyeri yang sangat, untuk mendapatkan dosis
analgetik berikutnya
c. Memberi dosis yang makin meningkat, atau mulai dengan analgetik
ringan dan berlanjut ke analgetik yang kuat karena kebutuhan untuk
mengatasi nyeri meningkat atau terjadi toleransi
d. Atur dosis untuk tiap anak, karena anak mempunyai kebutuhan dosis
berbeda untuk mendapatkan efek yang sama.

4) Gunakan obat berikut ini untuk mengatasi nyeri secara efektif:


a. Anestesi lokal: untuk luka kulit atau mukosa yang nyeri atau pada saat
melakukan prosedur yang menimbulkan rasa sakit.
a) Lidokain: bubuhkan pada kain kasa dan oleskan ke luka di mulut
yang nyeri sebelum makan (gunakan sarung tangan, kecuali jika
anggota keluarga ataupetugas kesehatan sudah Positif HIV dan
tidak membutuhkan pencegahan terhadap infeksi); dan akan mulai
memberi reaksi setelah 2–5 menit.

8
b) TAC (tetracaine, adrenaline, cocaine): bubuhkan pada kain kasa
dan letakkan di atas luka yang terbuka, hal ini terutama berguna
saat menjahit luka.
b. Analgetik: untuk nyeri yang ringan dan sedang (seperti sakit
kepala,nyeri pasca trauma, dan nyeri akibat kekakuan/spastik).
a) Parasetamol
b) obat anti-inflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen.
c. Analgetik yang kuat seperti opium: nyeri yang sedang dan berat yang
tidak memberikan respons terhadap pengobatan dengan analgetik.
a) morfin, merupakan analgetik yang murah dan kuat: beri secara oral
atau IV setiap 4-6 jam, atau melalui infus
b) petidin: beri secara oral setiap 4-6 jam
c) kodein: beri secara oral setiap 6-12 jam, dikombinasikan dengan
obat non opioid untuk menambah efek analgetik.
Catatan: Pantau hati-hati adanya depresi pernapasan. Jika terjadi
toleransi, dosis perlu ditingkatkan untuk mempertahankan bebas
nyeri.
d. Obat lain: untuk masalah nyeri yang spesifik. Termasuk di sini
diazepam untuk spasme otot, karbamazepin atau amitriptilin untuk nyeri
saraf, dan kortikosteroid (seperti deksametason) untuk nyeri karena
penekanan pada syaraf oleh pembengkakan akibat infeksi.

2. Penatalaksanaan Keluhan Fisik


1) Muntah –Mual
Penyebab : efek samping obat, infeksi oportunistik dan gangguan fungsi hati
atauginjal
Terapi : metoclopamide
2) Lemah
Penyebab : anemia o.k. ARV, atau Infeksi oportunistik misal TB
Terapi : testosteron, androgen, transfusi, eritropoetin

9
3. Laporan Pendahuluan Kanker Serviks
A. Pengertian
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP,
1997).
Ca Serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal sekitarnya. Ca serviks adalah tumor
ganas yang mengenai lapisan permukaan (epitel) dari serviks uteri dimana
sel-sel tersebut mengalami penggandaan

B. Etiologi
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor
resiko dan predisposisi yang menonjol, antara lain :

a. HPV (Human Papilloma Virus)


HPV adalah virus penyebab kutil genitalis (kondiloma akuminata) yang
ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yangsangat berbahaya
adalah HPV tipe 16,18,45 dan 56
b. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksual semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda
c. Jumlah kehamilan dan partus
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin seringpartus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.
d. Jumlah perkawinan

10
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks
ini.
e. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi,
imunitas dan kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi
rendah umumnya kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini
mempengaruhi imunitas tubuh.
f. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita
yangpasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penistidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.
g. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan
pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari
adanya erosi diserviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa
radang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kenker
serviks.

C. Patofisiologi
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi
yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu
(KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari
karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun.
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat
trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan

11
tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma
serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria
dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA
ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi,
dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital
yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol
pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Brunner & Sudart, 2010)
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar
junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari
epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu
epitel kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh
faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar
ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ
berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang
berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa
mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas
seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena trauma atau retraksi otot
oleh prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel
serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga
berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar
menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh
pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada
masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat
2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel
skuamosa baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut
daerah transformasi.

12
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu
factor penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis
asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah
sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi
tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel
yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia
berat dan karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma
invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-
kanker. (Sjamsuhidajat,1997 dalam Prawirohardjo,2010).

13
D. Patways

14
D. Tanda Dan Gejala
Pada fase prakanker (tahap displasia), sering tidak ada gejala atau tanda-
tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai
berikut:

a. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari
vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan
b. Perdarahan setelah senggama (post coital bleeding) yang kemudian
berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal
c. Pada fase invasive dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan dan
berbau busuk
d. Bias terjadi hematuria karena infiltrasi kanker pada traktus urinarius
e. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis
f. Kelemahan pada ekstermitas bawah
g. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau perut bagian bawah bila ada radang
panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan
terjadi infiltrasi kanker pada serabut saraf lumbosacral
h. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,
edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian
bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau
timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh

E. Stadium Kanker Serviks


Berikut ini merupakan stadium kanker serviks menurut FIGO 2000:

Stadium 0 : Karsinoma insitu, karsinoma intraepithelial

Stadium 1 : Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke


korpus uteri diabaikan)

15
Stadium 1A : Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopik. Lesi yang dapat dilihat secara makroskopik walau dengan
invasi yang superficial dikelompokkan pada stadium 1B

I A1 : invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3,0 mm


dan lebar horizontal lesi tidak lebih 7 mm

I A2 : Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tetapi kurang dari 5 mm


dan perluasan horizontal tidak lebih 7 mm

Stadium 1B : Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara


mikroskopik lesi lebih luas stadium I A2

I B1 : Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi


terbesar

I B2 : Lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari diameter terbesar

Stadium II : Tumor telah menginvasi diluar uterus, tetap belum mengenai


dinding panggul atau sepertiga distal/bawah vagina

II A : Tanpa invasi ke parametrium

II B : Sudah menginvasi parametrium

Stadium III : Tumor telah meluas kedinding panggul dan/atau mengenai


sepertiga bawah vagina dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal

III A : Tumor telah meluas kesepertiga bawah vagina dan tidak


invasi ke perimetrium tidak sampai kedinding panggul

III B : Tumor telah meluas kedinding panggul dan/atau


menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal

Stadium IV : Tumor meluas keluar dari organ reproduksi

16
IV A : Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau rectum
dan/atau keluar dari rongga panggul minor

IV B : Metastatis jauh penyakit mikroinvasif: invasi stroma


dengan kedalaman 3 mm atau kurang daei membrane basalis epitel tanpa
invasi kerongga pembuluh limfe/darah atau melekat dengan lesi kanker
serviks

F. Pemeriksaan Diagnostik
1) Sitologi/Pap Smear
a. Keuntungan : murah, dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak
terlihat
b. Kelemahan : tidak dapat menentukan dengan tepat lokalisasi
2) Schillen test
a. Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena tidak
mengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma
yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena
karsinoma tidak berwarna.
3) Koloskopi
a. Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan
lampu dan dibesarkan 10-40 kali.
b. Keuntungan : dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsy
c. Kelemahan : hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu
porsio, sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan intra
servikal tidak terlihat.
4) Kolpomikroskopi
a. Hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali
5) Biopsi
a. Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya

17
6) Konisasi
a. Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks
dan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil
sitology meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan
yang jelas

G. Terapi
1) Irradiasi
a) Dapat dipakai untuk semua stadium
b) Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
c) Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
2) Dosis : Penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak
diserviks
3) Komplikasi irradiasi
a) Kerentanan kandungan kencing
b) Diarrhea
c) Perdarahan rectal
d) Fistula vesico atau rectovaginalis
4) Operasi
a) Operasi Wentheim dan limfatektomi untuk stadium I dan II
b) Operasi Schauta, histerektomi vagina yang radikal
5) Kombinasi
a) Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan
bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan
fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe dan
peredaran darah
b) Cytostatika : Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio
resisten. 5% dari karsinoma serviks adalah resisten terhadap

18
radioterapi, diangap resisten bila 8-10 minggu post terapi keadaan
masih tetap sama

H. Komplikasi
1. Pendarahan
2. Infertil
3. Obstruksi ureter
4. Hidronefrosis
5. Gagal ginjal
6. Pembentukan fistula
7. Anemia
8. Infeksi sistemik
9. Trombositopenia

I. Pencegahan
Kanker stadium dini (karsinoma in situ) sangat susah dideteksi karena
belum menimbulkan gejala yang khas dan spesifik. Kematian pada kasus
kanker serviks terjadi karena sebagian besar penderita yang berobat sudah
berada dalam stadium lanjut. Atas dasar itulah, di beberapa negara
pemeriksaan sitology vagina merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan
kepada para ibu hamil, yang dilanjutkan dengan pemeriksaan biopsi bila
ditemukan hasil yang mencurigakan.
Dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini, kemungkinan
janin dapat dipertahankan dan penyakit ini dapat disembuhkan bisa
mencapai hampir 100%. Malahan sebenarnya kanker serviks ini sangat bisa
dicegah. Menurut ahli obgyn dari New York University Medical Centre, dr.
Steven R. Goldstein, kuncinya adalah deteksi dini.
Kini, cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini
adalah bentuk skrining yang dinamakan Pap Smear, dan skrining ini sangat
efektif. Papsmear adalah suatu pemeriksaan sitologi yang diperkenalkan

19
oleh Dr. GN Papanicolaou pada tahun 1943 untuk mengetahui adanya
keganasan (kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan,
cepat dan tidak sakit. Masalahnya, banyak wanita yang tidak mau menjalani
pemeriksaan ini, dan kanker serviks ini biasanya justru timbul pada wanita-
wanita yang tidak pernah memeriksakan diri atau tidak mau melakukan
pemeriksaan ini. 50% kasus baru kanker serviks terjadi pada wanita yang
sebelumnya tidak pernah melakukan pemeriksaan pap smear. Padahal jika
para wanita mau melakukan pemeriksaan ini, maka penyakit ini suatu hari
bisa saja diatasi.
Ada beberapa protokol skrining yang bisa ditetapkan bersama – sama
sebagai salah satu upaya deteksi dini terhadap perkembangan kanker
serviks, beberapa di antaranya :
a. Skrening Awal
Skrining dilakukan sejak seorang wanita telah melakukan hubungan
seksual (vaginal intercourse) selama kurang lebih tiga tahun dan umurnya
tidak kurang dari 21 tahun saat pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada
karsinoma serviks berasal lebih banyak dari lesi prekursornya yang
berhubungan dengan infeksi HPV onkogenik dari hubungan seksual yang
akan berkembang lesinya setelah 3-5 tahun setelah paparan pertama dan
biasanya sangat jarang pada wanita di bawah usia 19 tahun.
b. Pemeriksaan DNA HPV
Penelitian dalam skala besar mendapatkan bahwa Papsmear negatif
disertai DNA HPV yang negatif mengindikasikan tidak akan ada CIN 3
sebanyak hampir 100%. Kombinasi pemeriksaan ini dianjurkan untuk
wanita dengan umur diatas 30 tahun karena prevalensi infeksi HPV
menurun sejalan dengan waktu. Infeksi HPV pada usia 29 tahun atau
lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat
sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun infeksi ini
sangat sering pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya
akan mereda seiring dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang
positif yang ditemukan kemudian lebih dianggap sebagai HPV yang

20
persisten. Apabila ini dialami pada wanita dengan usia yang lebih tua
maka akan terjadi peningkatan risiko kanker serviks.
c. Skrining dengan Thinrep/liquid-base method
Disarankan untuk wanita di bawah 30 tahun yang berisiko dan dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan setiap 1-3 tahun.Skrining dihentikan bila
usia mencapai 70 tahun atau telah dilakukan 3 kali pemeriksaan berturut-
turut dengan hasil negative
4. Terapi Paliatif Pada Kanker Serviks
Penderita yang mengalami tahap terminal kanker serviks, dilakukan terapi
paliatif mencakup cara pencegahan gejala, deteksi dini, dan penanganan masalah
psikologi dan psikososial yang dialami pasien.

Dalam menjalankan terapi paliatif, anggota keluarga dapat bertindak sebagai


pemberi perawatan utama di rumah. Terkadang, ini merupakan satu-satunya
pilihan bagi wanita yang tinggal di daerah terpencil. Tenaga medis dapat melatih
anggota keluarga tentang cara-cara memberikan obat pada pasien serta
menggunakan teknik sederhana untuk memperbaiki kenyamanan dan kondisi
pasien. Tenaga medis juga dapat memberikan pelatihan pada pasien, keluarga,
maupun yang merawat pasien untuk mengontrol gejala-gejala penyakit yang
mungkin timbul. Perawatan di rumah dapat mengalami kegagalan, jika jaringan
informal justru tidak memberikan lingkungan emosi dan sosial yang sangat
penting untuk perawatan paliatif pasien kanker.

Pasien kanker menghadapi tekanan psikologis karena kanker menimbulkan


berbagai implikasi seperti rasa sakit, ketergantungan pada orang lain,
ketidakmampuan dan ketidakberdayaan, hilangnya fungsi-fungsi tubuh, dan
sebagainya. Pasien mengalami rasa takut, cemas, shock, putus asa, marah, serta
depresi. Perasaan yang timbul pada diri pasien justru akan berdampak negatif
pada bagaimana pasien menghadapi gejala penyakitnya. Oleh karena itu,
dukungan emosi, psikososial, dan spiritual, dapat membantu mengatasi perasaan
negatif pasien serta memperbaiki kualitas hidup pasien.

21
Terkait dengan teknologi, keluarga pasien kerap dihadapkan pilihan untuk
menggunakan kemajuan teknologi. Karena terapi dengan menggunakan teknologi,
memerlukan biaya yang cukup mahal serta merupakan terapi yang agresif.

5. Tujuan Perawatan Paliatif Pada Pasien Kanker Stadium Terminal


Fisik

Tujuan yang akan dicapai dalam perawatan paliatif dibuat dengan memperhatikan
hal realistic yang ingin dicapai oleh pasien. Hal ini biasanya disampaikan dalam
bentuk fungsi tubuh misalnya Aku ingin bisa melakukan …. Atau kejadian penting
misalnya Aku ingin melihat anakku menikah.

Klinik

Tujuannya untuk mengatasi gejala yang ada. Jadi penyusunan tujuan perawatan
paliatif dilakukan oleh tim paliatif yang dialaminya termasuk pasien dan keluarga.

6. Jenis Layanan Paliatif Yang Dapat Diberikan Pada Pasien Kanker


1. Konsultasi layanan paliatif
2. Penanggulangan nyeri
3. Penanggulangan keluhan lain penyerta penyakit primer
4. Bimbingan psikologis, social dan spiritual
5. Persiapan kemampuan keluarga untuk perawatan pasien di rumah
6. Kunjungan rumah berkala, sesuai kebutuhan pasien dan keluarga
7. Bimbingan perawatan untuk pasien dan keluarga
8. Asuhan keperawatan terhadap pasien dengan luka, gastrostomi, colostomy,
selang makanan (NGT), kateter dll
9. Membantu penyediaan tenaga perawat home care
10. Membantu penyediaan pelaku rawat (caregiver)
11. Membantu kesiapan menghadapi akhir hayat dengan tenang dan dalam
iman
12. Memberi dukungan masa dukacita

22
13. Konsultasi melalui telepon
7. Peran Keluarga Dalam Paliatif Care
1. Masalah keluhan fisik
Dalam perawatan paliatif banyak cara yang dapat dilakukan, oleh keluarga
untuk membantu mengurangi keluahan yang ada, misalnya dengan
relaksasi, pengaturan posisi, penyesuaian lingkungan dll. Hal tersebut
dapat dilakukan keluarga dengan bimbingan dan tenaga kesehatan Tim
paliatif.
2. Masalah Perawatan Pasien
Memandikan, melakukan perawatan mulut,kulit, membantu buang air
kecil/besar pada mereka yang mengalami kelumpuhan, melakukan
pembalutan pada bagian tubuh yang membengkak karena adanya
sumbatan aliran getah bening adalah hal hal lain yang perlu dilakukan oleh
keluarga. Pemakaian alat kedokteran misalnya oksigen nebulizer
(penguap) tertentu dan perawatan stoma (lubang pada bagian tubuh
tertentu untuk tujuan sesuai lokasinya), kateter, selang yang dimasukkan
melalui hidung dengan berbagai tujuan juga menjadi tugas keluarga jika
pasien berada di rumah
3. Masalah Gangguan Psikologis
Komunikasi yang baik antara pasien, keluarga dan tim paliatif lain akan
sangat membantu mengurangi stress psikologis pasien. Selain komunikasi,
menciptakan suasanan keterbukaan anggota keluarga, dan melibatkan
pasien dalam mengambil keputusan terhadap tindakan yang akan
dilakukan juga sangat bermanfaat.
4. Masalah Kesulitan Sosial
Bagaimana keluarga bereaksi terhadap kondisi pasien akan mempengaruhi
bagaimana pasien menerima keadaannya dan bagaimana berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya. Jadi keluarga mempunyai peran besar dalam
membantu pasien.
5. Masalah Spiritual

23
Pasien kanker mungkin menyalahkan diri sendiri karena kondisi saat ini
dianggap akibat atau hukuman dosa yang pernah dilakukan di masa
lampau dan muncul ketakutan akan kematian. Anggapan bahwa dirinya
tidak memiliki lagi arti dalam keluarga dan menjadi beban keluarga serta
penyesalan belum dapat memenuhi keinginan keluarga sering dialami
pasien kanker stadium lanjut. Keluarga sangat berperan dalam mengatasi
hal ini dibantu oleh rohaniawan.
8. BantuanPerawat Kepada Pasien Yang Menjelang Ajal
1. Bantuan Emosional:
a) Pada Fase Denial.
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial
dengan cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan
pasien dapat mengekspresikan perasaan-perasaannya.
b) Pada Fase Marah atau anger.
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan
perasaannya yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti
bahwa masih me rupakan hal yang normal dalam merespon perasaan
kehilangan menjelang kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan
ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya,
memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta
meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam
menumbuhkan rasa aman.
c) Pada Fase Menawar.
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya
dan mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan
mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak masuk akal.
d) Pada Fase Depresi.
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan
mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik
jika berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan tenang

24
disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien
sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
e) Pada Fase Penerimaan.
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai.
Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa
pasien telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal
mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong
dirinya sendiri sebatas kemampuannya.
2. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis :
a) Kebersihan Diri.
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan
diri sebatas kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut,
mulut, badan dan sebagainya.
b) Mengontrol Rasa Sakit.
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada
klien dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg.
Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri
yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik diberikan Intra Vena
dibandingkan melalui Intra Muskular atau Subcutan, karena kondisi
system sirkulasi sudah menurun.
c) Membebaskan Jalan Nafas.
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih
baik dan pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk
membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien yang tida sadar,
posisi yang baik adalah posisi sim dengan dipasang drainase dari
mulut dan pemberian oksigen.
d) Bergerak.
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk
bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk
mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika diperlukan

25
dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien, karena tonus
otot sudah menurun.
e) Nutrisi.
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan
peristaltik. Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea
dan merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi kalori
dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang berkurang,
terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek menelan klien
sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair atau
Intra Vena atau Invus.
f) Eliminasi.
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat
terjadi konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu
diberikan untuk mencegah konstipasi. Klien dengan inkontinensia
dapat diberikan urinal, pispot secara teratur atau dipasang duk yang
diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi. Harus dijaga
kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet, harus
diberikan salep.
g) Perubahan Sensori.
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya
menolak atau menghadapkan kepala kearah lampu atau tempat
terang. Klien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat atau mampu
merespon, perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak
berbisik-bisik.

3. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial.


Untuk memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:
a) Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu
dengan klien dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya:
teman-teman dekat, atau anggota keluarga lain.

26
b) Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan
perlu diisolasi.
c) Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan
kunjungan teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien
untuk membersihkan diri dan merapikan diri.
d) Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering mengunjungi
dan mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien
apabila klien mampu membacanya.

4. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual.


a) Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan
rencana-rencana klien selanjutnya menjelang kematian.
b) Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama
dalam hal untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
c) Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan
spiritual sebatas kemampuannya.

27
9. Contoh Kasus Kanker Serviks
A. Pengkajian
1. Identitas diri klien
Nama : Ny. T

Tempat/ Tgl lahir : Banjarnegara, 2 April 1968

Usia : .47 tahun 7 bulan

Pekerjaan : Pegawai swasta

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMP

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa

Alamat : Banjarnegara

Dx Medis : Ca Serviks III B, Imbalance cairan elektrolit,


hipoalbuminemia, anemia

Tanggal masuk RS :

Tanggal, Jam Pengkajian :

Identitas Penanggung Jawab

Nama Suami : Tn T S

Hubungan dengan Pasien : Suami

2. Status kesehatan saat ini


a. Riwayat Masuk Rumah sakit :
Pasien dating sendiri dengan keluhan lemas, tidak mau makan, b.a.k lancar,
b.a.b cair, pasien sudah pernah diperiksa di poli dan dikatakan Ca Serviks III

28
B sudah mendapatkan antri mondok . Sebelumnya pasien merupakan
kiriman dari RSUP Anna Lasinamah Banjarnegara dengan keterangan Ca
Serviks. Pasien mengeluh perdarahan vaginal di luar menstruasi.

b. Keluhan utama
Pasien mengatakan mules pada bagian perut bawah, mules seperti
melilit.
c. Lamanya keluhan: ± 7 bulan
d. Timbulnya keluhan: ( V ) Bertahap ( ) Mendadak
e. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya :
Sendiri :-

Oleh orang lain : Suami pasien menyatakan pada bulan Agustus


mencoba berobat ke pengobatan cina tetapi tidak membaik dan kemudian
pasien mengeluh perdarahan.

3. Riwayat Keluarga
Genogram :

Keterangan :

: Laki – laki dan perempuan meninggal

: Laki – laki dan perempuan hidup

29
: Pasien

Riwayat kesehatan keluarga :

Suami pasien mengatakan dari keluarga tidak memiliki riwayat penyakit


turunan seperti hipertensi, jantung diabetes mellitus dan asma. Suami pasien
mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama.

4. Riwayat kesehatan yang lalu


a. Penyakit yang pernah dialami
1) Kanak-kanak : Tidak ada
2) Kecelakaan : Tidak ada
3) Pernah dirawat : di RS Imanuel 2 x
4) Operasi : 1x biopsi
b. Alergi : Tidak ada
c. Kebiasaan : merokok/ kopi/ obat/ alkohol/ lain-lain : Tidak ada
d. Obat-obatan :-
5. Reproduksi
Kehamilan G0P2A0Ah2

No. Ggn. Proses Lama Tempat Masalah Masalah Keadaan


anak Kehamilan persalinan persalinan persalinan persalinan bayi anak saat
/ ini
penolong

1. Tidak ada Spontan Tidak terkaji Bidan - - Masih


(pasien hidup
lupa)

2. Tidak ada Spontan Tidak terkaji Bidan - - Masih


(pasien Hidup
lupa)

30
Riwayat menstruasi
Menarche : 15 tahun
Siklus : 30 hari
Durasi : 3 – 5 hari
Haid terakhir : 2 Oktober 2015
Dismenore : Pasien mengatakan mengalami sakit perut sebelum
menstruasi dan pada hari pertama menstruasi saja.
Menopause : Belum
Riwayat Menikah : 1x selama 30 tahun
Umur menikah : 17 tahun
Riwayat KB
Pasien mengatakanmenggunakan alat kontrasepsi yaitu pil KB

1. Pola Kebiasaan Klien


a. Aspek Fisik-Biologis
1) Pola Nutrisi
a) Sebelum sakit
Suami pasien mengatakan sebelum sakit di rumah makan
makan 2 – 3 kali dalam sehari yaitu dengan sayur dan lauk
pauk. Pasien mengatakan saat masih kerja di konveksi dengan
teman – temannya sering makan mie instan dan minum teh
botol.
b) Selama sakit
Pasien mengatakan diit dari rumah sakit tidak pernah
dihabiskan. Suami pasien mengatakan sejak sakit pasien tidak
mau makan dan hanya minum susu yang diberikan dari rumah
sakit itupun tidak habis.
2) Pola Cairan dan Elektrolit
a) Sebelum sakit

31
Suami pasien mengatakan sebelum sakit di rumah minum air
putih ± 7 – 8 gelas dalam sehari. Pasien mengatakan saat masih
kerja suka minum teh botol.
b) Selama sakit
Suami pasien mengatakan di rumah sakit minum air putih ±2
botol aqua tanggung dalam sehari. Suami pasien mengatakan
pasien semenjak sakit susah makan dan minum.
3) Pola Eliminasi
a) Sebelum sakit
Pasien b.a.b teratur dan lancar 1 x sehari dengan WC jongkok.
Warna feses kuning dan berbentuk padat lunak. Pasien tidak
pernah memakai obat pencahar untuk melancarkan b.a.b. Klien
b.a.k sebanyak 5 - 6 kali (1500ml/hari) dengan warna urine
bening dan berbau khas urin.

b) Selama sakit
Pasien selama di Rumah Sakit sudah b.a.b. saat hari pengkajian
pasien sudah b.a.b 2x dengan konsistensi lunak berwarna kuning
dan bau khas .Pasien mengatakan b.a.k tidak tau berapa kali
karena menggunakan kateter saat pengkajian urin yang
tertampung di urin bag terdapat 1200 cc berwarna kuning
kecoklatan bau khas.
4) Pola Aktifitas, Tidur dan Istirahat
a) Sebelum sakit
Pasien mengatakan pasien biasanya melakukan aktifitas dasar
seperti makan, minum, toileting, berpakaian dengan mandiri
tidak menggunakan alat bantu. Pasien mengatakan tidur selama
± 8 jam sehari. Sebelum tidur pasien mengatakan berdoa dulu
dan tidak pernah minum obat tidur.
b) Selama sakit

32
Pasien mengatakan selama di rumah sakit tidur biasa ± 8 jam
sehari, tetapi seluruh aktivitas selama di rumah sakit pasien
tergantung total dan hanya berbaring di tempat tidur.

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/Minum v

Mandi v

Toileting v

Berpakaian v

Mobilisasi di tempat tidur v

Berpindah v

Ambulasi ROM v

Keterangan :

0 : mandiri

1 : alat bantu

2 : dibantu orang lain

3 : dibantu orang lain dan alat

4 : tergantung total

2. Aspek Intelektual-Psikososial-Spiritual
a. Aspek Mental
Pasien dan keluarga mengatakan berharap akan kesembuhan pasien.
Pasien terlihat sering melamun, saat pengkajian saat ditanya tentang

33
sakitnya pasien menangis, pasien jarang menatap perawat ketika diajak
bicara, pasien jarang menjawab ketika ditanya dan menjawab
seperlunya. Suami pasien mengatakan semenjak sakit pasien hanya
menangis dan diam. Suami pasien mengatakan awalnya pasien
merahasiakan sakitnya
b. Aspek Intelektual
Pasien mengatakan tahu tentang penyakitnya yaitu kanker serviks,
untuk yang lainnya pasien tidak menjawab karena pasien kurang
kooperatif.
c. Aspek Sosial
Hubungan keluarga dengan pasien sangat baik itu terbukti pasien
selama di rumah sakit selalu di tunggu oleh suaminya.
d. Aspek Spiritual
Pasien dan keluarga menganut agama Islam, keluarga mengatakan
selalu berdoa untuk kebaikan pasien.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Umum
- KU : lemah
- Kesadaran : Composmentis
- Status Gizi :
TB = 155 cm
BB = 40 kg
IMT = 16.6 kg/m2 (normal)
Suami pasien mengatakan dahulu berat badan pasien 52 kg
- Tanda- tanda vital :
Suhu = 37 ºC
Nadi = 100 x/ menit
RR = 22 x/ menit
TD = 100/50 mmHg
b. Pemeriksaan secara sistematik (Cepalo Caudal)

34
1) Kepala
Bentuk kepala mesocephal, rambut warna hitam, mudah rontok,
keadaan bersih, tidak ada lesi.
2) Mata
Bentuk mata simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis,
pasien mengatakan fungsi penglihatan tidak ada gangguan.
3) Hidung
Bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada polip, tidak ada
pernafasan cuping hidung. Pasien terpasang kanul binasal 3
liter/menit.
4) Mulut
Bentuk simetris, tidak ada kelainan kongenital, membran mukosa
kering.
5) Lidah
Bersih, tidak pucat, tidak ada stomatitis.
1) Dada
a) Respirasi
Inspeksi : Dada Simetris, tidak ada Retraksi, tidak ada lesi
Auskultasi : Respirasi 22 x/menit
c) Abdomen
Inspeksi : Simetris, Asites (-) , Retraksi (-) , Tidak
ada penonjolan
Auskultasi : Peristaltik usus 26 x/menit

Perkusi : Terdengar suara dull pada kuadran I dan


tympani pada kuadran II, III, IV

Palpasi : Saat dipalpasi tidak ada perbesaran hepar,


tidak ada nyeri tekan pada kudran I, II, III, IV,
terdapat nyeri tekan pada abdomen bawah.

2) Integumen
Turgor kulit elastis, Tidak ada kelainan

35
Kuku : Capilar Refill < 2detik
3) Ekstermitas
Atas : Anggota gerak lengkap tidak ada kelainan, warna kulit
putih. Pada tangan kanan terpasang infus 2 jalur NaCl dan Vascon.
Bawah : Anggota gerak lengkap, kaki terlihat simetris, warna kulit
putih. Pada kaki kanan terpasang infus NaCl.
Tonus otot

3 3

3 3

4) Genetalia
Tidak terkaji, pasien terpasang kateter tunggal.

4. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 10 November 2015
Nama Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

Darah lengkap

Eritrosit 4.46 10^6/µL 4.06 – 5.20

Hemoglobin 11.5 g/dL 12.3 – 15.3

Hematokrit 11.5 – 15.5

MCH 34.9 % 35.0 – 45.0

MCV 25.9 pg 27.0 – 32.0

MCHC 78.1 Fl 80.0 – 99.0

RDW 33.1 g/dL 32.0 – 36.0

CH 19.8 % 11.5 – 15.5

36
CHCM 26.4 pg -

HDW 33.8 g/dL 33.00 – 37.0

Leukosit 3.84 % 2.20 – 3.20

Netrofil# 22.50 10^3/µL 4.50 – 14.50

Limfosit# 29.54 10^3/µL 2.20 – 4.80

Monosit# 1.24 10^3/µL 1.30 – 2.90

Eosinofil# 0.49 10^3/µL 0.30 – 0.80

Basofil# 0.01 10^3/µL 0.00 – 0.20

LVC # 0.04 10^3/µL 0.00 – 0.10

Netrofil% 0.17 10^3/µL 0.00 – 0.40

Limfosit% 91.3 % 50.0 – 70.0

Monosit% 5.5 % 22.0 – 40.0

Eosinofil% 2.2 % 2.0 – 8.0

Basofil% 0.1 % 2.0 – 4.0

LVC% 0.8 % 0.0 – 4.0

Trombosit 198 x 10^3/µL 150 – 450

MPV 5.9 fl 7.2 – 10.4

Tanggal 8 November 2015


Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Analisa Gas Darah


102.0 mmHg > 80.0

37
PO2 34.2 mmHg 35.0-45-0
7.466 7.350-7.450
PcO2
8.3 12.0-16.0
PH 98.2 % > 98.0
24.1.mm01/L 22.0-28.0
THb
25.1 mm01/L -
SO2 0.5 mm01/L -2.0-2.0
24.8.mm01/L 22.0-28.0
cHcO3
0.3 mm01/L -
ctCO2 ( P ) 98.2 % -
71.3 mmHg -
BE
11.5 Vol % -
ChCO3 St 58.9 % -
45.5 mmol/L -
Beecf
70.0 % -
SO2 ( c ) 0.300 -
753.8 mmHg -
AaDO2
37.8 C -
CtO2

a/AO2

BB

RI

F1O2

Baro

Temp

Tanggal 8 November 2015


FAAL Hati Hasil Rujukan

38
Albumin 2.38 g/dL 3.97 – 4.94
Glukosa Darah
Glukosa 2 jam PP 209 mg/L <140

Tanggal 10 November 2015


Kalium 1,6 mmol/L
GDP 184 mg/L

Tanggal 10 November 2015


Elektrolit Hasil Nilai rujukan
Natrium 126 mmol/L 136 - 140
Kalium 1.6 mmol/L 3.50 – 5.10
Klorida 87 mmol/L 98 - 107

5. Terapi
Ceftazidin 1 gr/ 8jam ( IV )
Gentamicin 240 mg/24jam ( IV )
Albumin 1 vial /24 jam ( IV )
Vascon ( IV )
Novorapid 1 – 1 – 1 ( 4 ui ) ( SC )
O2 kanul binasal 3 liter/menit
Drip Premix KCL 150 meq dalam 8 jam
B. Analisa Data

DATA Masalah Etiologi


DS : Ketidakseimbangan Faktor
- Pasien mengatakan diit dari rumah sakit nutrisi kurang dari Psikologis
tidak pernah dihabiskan. kebutuhan tubuh
- Suami pasien mengatakan sejak sakit
pasien tidak mau makan dan hanya
minum susu yang diberikan dari rumah

39
sakit itupun tidak habis.
- Suami pasien mengatakan dahulu berat
badan pasien 52 kg
- Pasien mengatakan mules pada bagian
perut bawah, mules seperti melilit.
DO :
- BB : 40 Kg
- TB : 155
- IMT sekarang : 16,6 Kg / m2
- BB turun > 10 %
- Diit pasien terlihat selalu masih utuh
- KU : lemah
- BU : 26 x/menit
DS : - Resiko Infeksi Prosedur
invasif
DO :

- Pasien terpasang kateter tunggal


- Pada tangan kanan terpasang infus 2 jalur
NaCl 20 Tpm dan Vascon 45 cc/jam
- Pada kaki kanan terpasang infus NaCl 20 Tpm
- Leukosit : 3.84 %
- Suhu badan : 37 °C
DS: Ansietas Mengalami
penyakit
- Suami pasien mengatakan semenjak sakit
kronis
pasien hanya menangis dan diam.
- Suami pasien mengatakan awalnya pasien
merahasiakan sakitnya
DO :

- Pasien terlihat sering melamun,


- Saat pengkajian saat ditanya tentang

40
sakitnya pasien menangis,
- Pasien jarang menatap perawat ketika
diajak bicara,
- Pasien jarang menjawab ketika ditanya
dan menjawab seperlunya.
- Berbicara pasien lirih
DS : Risiko -
ketidakstabilan Kadar
- Pasien mengatakan diit dari rumah sakit
Glukosa darah
tidak pernah dihabiskan.
DO :
- Glukosa 2 jam PP tanggal 8 Nov 2015 :
209 mg/L
- Tanggal 10 Nov 2015 GDP 184 mg/L
DS : Risiko -
ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan mules pada bagian
elektrolit
perut bawah, mules seperti melilit.
DO :

- Tanggal 10 November 2015 Kalium 1,6


mmol/L
- Natrium : 126 mmol/L
- Klorida 87 mmol/L
DS : Intoleransi aktivitas Kelemahan
umum
DO :

- Seluruh aktivitas pasien selama di rumah


sakit pasien tergantung total dan hanya
berbaring di tempat tidur
3 3
- KU : lemah
- Tonus otot 3 3

41
DS : - PK Anemia -

DO :

- KU : lemah
- Kesadaran : composmentis
- Konjungtiva anemis
- HB tanggal 8 November 2015 : 6 g/dL
- Eritrosit 4.46 10^6/µL
- Pasien sudah transfusi 3kali
Tanggal 7 November 2015, 8 November 2015,
9 November 2015

C. Diagnosa Keperawatan
1. PK Anemia ditandai dengan KU : lemah, Kesadaran : composmentis,
Konjungtiva anemis, HB tanggal 8 November 2015 : 6 g/dL, Pasien
sudah transfusi 3kali : Tanggal 7 November 2015, 8 November 2015, 9
November 2015, Eritrosit 4.46 10^6/µL
2. Ansietas berhubungan dengan mengalami penyakit kronis ditandai
dengan Suami pasien mengatakan semenjak sakit pasien hanya
menangis dan diam, Suami pasien mengatakan awalnya pasien
merahasiakan sakitnya, Pasien terlihat sering melamun, Saat
pengkajian saat ditanya tentang sakitnya pasien menangis, Pasien
jarang menatap perawat ketika diajak bicara, Pasien jarang menjawab
ketika ditanya dan menjawab seperlunya, Berbicara pasien lirih.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor Psikologis ditandai dengan pasien mengatakan diit dari
rumah sakit tidak pernah dihabiskan, suami pasien mengatakan sejak

42
sakit pasien tidak mau makan dan hanya minum susu yang diberikan
dari rumah sakit itupun tidak habis, suami pasien mengatakan dahulu
berat badan pasien 52 kg, pasien mengatakan mules pada bagian perut
bawah, mules seperti melilit, BB : 40 Kg, TB : 155, IMT sekarang :
16,6 Kg / m2, BB turun > 10 %, Diit pasien terlihat selalu masih utuh,
KU: lemah, BU : 26 x/menit.
4. Risiko ketidakstabilan Kadar Glukosa darah
5. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
6. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasive ditandai dengan
Pasien terpasang kateter tunggal, Pada tangan kanan terpasang infus 2
jalur NaCl 20 Tpm dan Vascon 45 cc/jam, Pada kaki kanan terpasang
infus NaCl 20 Tpm, leukosit : 3.84 %, Suhu badan : 37 °C.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai
dengan, Seluruh aktivitas pasien selama di rumah sakit pasien
tergantung total dan hanya berbaring di tempat tidur, KU : lemah
Tonus otot 3 3

3 3

43
D. Perencanaan Keperawatan

NO Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1 PK Anemi Setelah dilakukan asuhan Selasa, 10 November 2015 Selasa, 10 November


keperawatan selama 3 x 24 2015
ditandai dengan KU : 07.00
jam PK Anemi teratasi
lemah, Kesadaran : 07.00
dengan kriteria hasil 1. Kaji keadaan umum
composmentis,
- Angka hemoglobin pasien dan tanda – 1. Diketahuinya
Konjungtiva anemis, HB
normal (12.3 – 15.3) tanda anemi seperti keadaan umum
tanggal 8 November
g/dL kesadaran pasien dan pasien dapat
2015 : 6 g/dL, Pasien
- Eritrosit 4.06 – 5.20 konjungtiva pasien sebagai acuan
sudah transfusi 3kali :
10^6/µL 2. Pantau jumlah sel intervensi
Tanggal 7 November
darah merah tetap selanjutnya
2015, 8 November 2015, - Konjungtiva tidak
dalam batas normal 2. Dengan
9 November 2015 anemis
secara berkala ( cek HB pemantauan sel
Eritrosit 4.46 10^6/µL - KU : baik
dan eritrosit ) darah merah
3. Siapkan pasien secara berkala dapat
fisik dan psikologis membantu
untuk menjalani mencegah
perawatan terjadinya
4. Kelola pemberian nekrosis jaringan
transfusi ke 4 sesuai perifer
indikasi 3. Mencegah
nosokomial
4. Kesiapan pasien
( rina )
baik secara fisik
dan psikologis
dapat
membantu
memperlancar
jalannya terapi.
5. Pemberian
transfusi sesuai
indikasi dapat

44
mengganti darah
yang hilang
( rina )

2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan asuhan Selasa, 10 November 2015 Selasa, 10 November
dengan mengalami keperawatan selama 3 x 2015
07.00
penyakit kronis pertemuan diharapkan
07.00
ditandai dengan Suami ansietas teratasi dengan 1. Bina hubungan
pasien mengatakan kriteria hasil saling percaya antara 1. Hubungan
semenjak sakit pasien - Pasien rileks perawat - pasien saling percaya
hanya menangis dan - Pasien dapat 2. Pahami rasa takut / adalah dasar
diam, Suami pasien menerima keadaan ansietas pasien hubungan
mengatakan awalnya perubahan status 3. Kaji tingkat ansietas terpadu yang
pasien merahasiakan kesehatannya. yang dialami oleh mendukung
sakitnya, Pasien - Pasien menatap pasien klien dalam
terlihat sering dengan orang yang 4. Temani atau atur mengatasi
melamun, Saat mengajak bicara supaya ada perasaan cemas
pengkajian saat ditanya seseorang bersama 2. Perasaan adalah
tentang sakitnya pasien pasien sesuai nyata dan
menangis, Pasien indikasi membantu
jarang menatap 5. Berikan penjelasan pasien untuk
perawat ketika diajak pada pasien tentang terbuka
bicara, Pasien jarang penyakitnya sehingga dapat
menjawab ketika mendiskusikan
ditanya dan menjawab ( rina ) dan
seperlunya, Berbicara menghadapinya
pasien lirih. 3. Mengetahui
sejauh mana
tingkat
kecemasan
yang dirasakan
oleh pasien
4. Dukungan yang
terus – menerus

45
mungkin
membantu
pasien
mengurangi
ansietas / rasa
takut ketingkat
yang dapat
diatasi
5. Dapat
mengurangi
rasa cemas
pasien akan
penyakitnya.
( rina )
3 Ketidakseimbangan Selasa, 10 November 2015 Selasa, 10 November 2015 Selasa, 10 November
nutrisi kurang dari 2015
Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB
kebutuhan tubuh
Pukul 07.00WIB
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi intake
faktor Psikologis keperawatan selama 4 x 24 makanan pasien 1. Sebagai informasi

ditandai dengan pasien jam diharapkan 2. Anjurkan pasien dasar untuk

mengatakan diit dari ketidakseimbangan nutrisi : makan sedikit tapi perencanaan awal

rumah sakit tidak kurang dari kebutuhan tubuh sering dan validasi data

pernah dihabiskan, teratasi dengan kriteria : 3. Edukasi pasien untuk terkait dengan

menghabiskan diet nutrisi pasien


suami pasien - Pasien menghabiskan
dari Rumah Sakit 2. Makan sedikit tapi
mengatakan sejak sakit diet dari Rumah Sakit
4. Edukasi pasien sering dapat
pasien tidak mau - BB badan pasien naik
mengoptimalkan
makan dan hanya pentingnya asupan
1 kg setiap minggu
fungsi pencernaan
minum susu yang makanan bagi
dalam
diberikan dari rumah kesehatan pasien
mengabsorbsi
sakit itupun tidak 5. Kelola diet yang
makanan
habis, suami pasien sesuai untuk pasien
3. Pemberian
mengatakan dahulu dengan ahli gizi
edukasi dapat
berat badan pasien 52
meningkatkan

46
kg, pasien mengatakan ( rina ) motivasi klien
mules pada bagian 4. Edukasi dapat
perut bawah, mules meningkatkan

seperti melilit, BB : 40 motivasi klien

Kg, TB : 155, IMT 5. Ahli gizi dapat

sekarang : 16,6 Kg / memberikan diet

m2, BB turun > 10 %, yang sesuai

Diit pasien terlihat dengan

selalu masih utuh, KU: kebutuhan pasien.

lemah, BU : 26 x/menit

( rina )

4 Risiko ketidakstabilan Selasa, 10 November 2015 Selasa, 10 November 2015 Selasa, 10 November
Kadar Glukosa darah 2015
Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB
Pukul 07.00WIB
Setelah diberikan asuhan 1. Monitor level
keperawatan selama 3x24 glukosa darah 1. Glukosa yang
jam, resiko ketidakstabilan 2. Monitor tanda dan dimonitor
glukosa darah tidak terjadi gejala merupakan
dengan kriteria : hipo/hiperglikemia acuan keadaan
3. Berikan insulin level glukosa
- Glukosa darah pasien
sesuai dosis pasien dalam tubuh
tidak naik/turun secara
4. Edukasi pasien untuk pasien
signifikan
menghabiskan diet 2. Untuk
- Terapi obat dapat
dari Rumah Sakit mewaspadai
masuk sesuai dosis
5. Edukasi pasien untuk hipo/hiperglike
- Pasien dapat
mengontrol pola mia
mengontrol pola
makan 3. Insulin yang
makan
( rina ) sesuai dengan
dosis
mempunyai
efektifitas yang

47
lebih tinggi
untuk
menstabilkan
glukosa darah
4. Diit yang tidak
habis dapat
menyebabkan
hipoglikemi
5. Edukasi dapat
meningkatkan
motivasi
pasien
( rina )

5 Risiko Selasa,10 November 2015 Selasa, 10 November 2015 Selasa, 10 November


ketidakseimbangan 2015
Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB
elektrolit
Pukul 07.00WIB
Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau hasil
keperawatan selama 3 x 24 laboratorium nilai 1. Monitoring
jam diharapkan risiko elektrolit serum elektrolit
ketidakseimbangan darah pasien 2. Tanda dan
elektrolit teratasi dengan 2. Pantau tanda – tanda gejala penting
kriteria hasil dan gejala adanya untuk
- peningkatan kadar diketahui
elektrolit serum pada agar saat
pasien terjadi bisa
3. Kolaborasi dengan tertangani
ahli gizi untuk dengan cepat.
mengatur pemberian 3. Meminimalisi
makanan dengan r gangguan
pembatasan elektrolit
elektrolit yang sesuai yang
untuk pasien mungkin saja
4. Kelola terapi drip

48
premik KCL terjadi.
4. Premik KCL
( rina) dapat
menaikan
kadar kalium
pada pasien

( rina)
6 Resiko Infeksi Selasa, 10 November 2015 Selasa, 10 November 2015 Selasa, 10 November
berhubungan dengan 2015
Pukul 07.00WIB Pukul 07.00WIB
prosedur invasive
1. Pantau tanda-tanda Pukul 07.00WIB
ditandai dengan Pasien Setelah dilakukan asuhan
infeksi (letargi, nafsu 1. Mengetahui
terpasang kateter keperawatan selama 3 x 24
makan menurun, penyebab
tunggal, Pada tangan jam resiko infeksi tidak
ketidakstabilan, terjadinya
kanan terpasang infus 2 terjadi dengan kriteria :
perubahan warna infeksi.
jalur NaCl 20 Tpm dan - TTV dalam batas kulit ) 2. Teknik aseptik
Vascon 45 cc/jam, normal (Nadi : 115 2. Lakukan perawatan menurunkan
Pada kaki kanan x/menit, Respirasi luka dengan teknik pertumbuhan
terpasang infus NaCl 30-40menit, Suhu : aseptik bakteri
20 Tpm, leukosit : 3.84 36 C – 37,5 C)
o o
3. Edukasi pasien dan pathogen pada
%, Suhu badan : 37 °C. - Tidak terdapat keluarga untuk cuci daerah luka
perdarahan, tidak tangan bersih 3. Cuci tangan
terdapat kemerahan 4. Kelola pemberian dan tetap
terapi obat mempertahanka
Ceftazidin 1 gr/ 8jam n teknik aseptic
( IV ) menurunkan
Gentamicin 240 resiko infeksi
mg/24jam (IV) sekunder
( rina ) 4. Ceftazidin dan
gentamicin
sebagai obat
antibiotic yang
mencegah

49
timbulnya
infeksi

( rina )

BAB III

50
PENUTUP
Kesimpulan

Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterusmerupakan kanker


pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Di Indonesia, kanker leher
rahim bahkan menduduki peringkat pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke stadium
lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.
Nyeri merupakan masalah utama pada perawatan paliatif. Tujuan perawatan paliatif
yang terutama adalah mengurangi penderitaan pasien. Nyeri dan gejala fisik lain yang tidak
tertangani dengan baik adalah sumber penderitaan pasien dan keluarga. Di dalam perawatan
paliatif, nyeri dikategorikan dalam kondisi darurat yang harus segera mendapatkan
tatalaksana.

51
DAFTAR PUSTAKA

Pradana. 2015. Asuhan Keperawatan Ca.Serviks


https://www.academia.edu/23791257/ASUHAN_KEPERAWATAN_ca_serviks(diakses
pada tangggal 22 January 2019)

Prasetyo,Hadi. 2012. Asuhan Keperawaran Pada Pasien Dengan Kanker Serviks.


https://www.scribd.com/doc/117416703/Asuhan-Keperawatan-Pada-Pasien-Dengan-
Kanker-Serviks(diakses pada tanggal 22 januari 2019

Wijayanti, 2013. Asuhan Keperawatan Ca.Serviks


https://dokumen.tips/documents/lp-ca-serviksdoc.html(diakses pada tanggal 22 januari
2019)

Risky,Chandra.2017. Asuhan Keperawatan Ca.Serviks


https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/perawatan-paliatif-saat-mendekati-ajal/
(diakses pada tanggal 22 januari 2019)

52

Anda mungkin juga menyukai