Disusun Oleh:
Nirmala Yeli
11.2017.059
Dokter Pembimbing :
RSUD TARAKAN
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang telah diberikan-
Nya, sehingga referat ini dapat diselesaikan. Referat dengan judul “PEMERIKSAAN
KULTUR MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS” ini ditujukan untuk memenuhi
sebagian dari persyaratan akademik guna menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Dalam di RSUD TARAKAN. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan,
bantuan dan doa dari berbagai pihak, referat ini tidak akan dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan referat
ini, yaitu kepada :
1. Dr. Antonius Ritchi Castilani, Msi., DFM selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Ukrida.
2. Dr. Ernawaty Tamba, MKM, selaku Manajer Program Studi Sarjana
Kedokteran.
3. Dr. Endah S, Sp.P, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan banyak masukan kepada penulis.
4. Semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan referat ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca akan sangat
bermanfaat bagi penulis. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
membacanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………. 1
KATA PENGANTAR……………………………………………………...…... 2
DAFTAR ISI……….…………………………………………………....……… 3
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………..…….…………… 4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA………………...……………..…….……….. 6
1. Tuberkulosis…………………………………..…….…………………... 6
2. Definisi…………………………………..…….………………………... 6
3. Biomolekuler M.Tuberculosis…………………………………..…….… 6
4. Patogenesis…………………………………..…….………………...….. 7
5. Gejala Klinis………………………...…..…….……………………….... 8
6. Pemeriksaan Bakteriologik…………………………………..…..……… 9
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
2
penatalaksanaan yang tepat. Deteksi dengan pengecatan BTA dipilih tentu karena hal
ekonomis, namun keterbatasan BTA yang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor luar
seperti kualitas pengecatan dan keahlian pemeriksa mengakibatkan ketepatan
pemeriksaan ini dipertanyakan. Adapun standar terbaik dalam pemeriksaan TB adalah
kultur bakteri. Membiakkan M. tuberculosis dinilai sebagai sebuah standar
pemeriksaan untuk kasus tuberkulosis. Sensitivitas dari kultur jauh lebih baik
dibanding BTA dengan hanya 10-100 organisme / mL specimen. Media pertumbuhan
M. tuberculosis sendiri mirip dengan media yang digunakan untuk kultur spesies
Mycobacteria lain dan umumnya menggunakan media cair maupun media padat.
Media padat yang biasanya digunakan berbahan dasar telur seperti halnya media
Lowenstein Jensen (LJ) atau berbahan dasar agar seperti medium Middlebrook
7H10.2
Dikarenakan Tuberkulosis merupakan suatu penyakit infeksi menular dan
merupakan kegawatdaruratan pada masyarakat saat ini, sehingga memerlukan
kemampuan untuk mendeteksi secara akurat infeksi M.tuberculosis guna
mendiagnosis dini pasien yang secara klinis pasien tuberkulosis dan segera diikuti
penatalaksanaan yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi yang semakin
berat, maka dari itu bagi penulis, tujuan penulisan ini adalah untuk memberikan
wawasan dan pengetahuan mengenai biomolekuler mycobacterium tuberkulosis,
gejala klinis serta pemeriksaan bakteriologik pada pasien TB, selain itu bagi
perguruan tinggi penulisan ini bertujuan untuk menambahkan referensi di Fakultas
Kedokteran UKRIDA, dan bagi masyarakat penulisan ini bertujuan untuk
memberikan informasi dan penjelasan kepada masyarakat mengenai pentingnya
mengenali gejala klinis dan pentingnya dilakukan pemeriksaan kultur pada kasus
tuberkulosis sehingga pasien mendapatkan penanganan yang tepat dan sesuai.
Mengingat pembahasan mengenai tuberkulosis sangatlah luas, maka dalam penulisan
ini batas masalah yang dipilih adalah seputar biomolekuler mycobacterium
tuberkulosis, gejala klinis serta pemeriksaan bakteriologik pada pasien TB.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tuberkulosis
1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex yang dapat menyerang paru dan organ
tubuh lainnya.
2. Biomolekuler M.Tuberculosis
Morfologi dan Struktur Bakteri
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung,
tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan
panjang 1 – 4 mm. Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan
lemak cukup tinggi (60%). Penyusun utama dinding sel M. tuberculosis ialah
asam mikolat, lilin kompleks (complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut
cord factor, dan mycobacterial sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Asam
mikolat merupakan asam lemak berantai panjang (C60 – C90) yang dihubungkan
dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan oleh
jembatan fosfodiester.3 Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut
adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan. Struktur dinding
sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan
asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan
zat warna tersebut dengan larutan asam – alkohol.
Komponen antigen
ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan
protein. Karakteristik antigen M. tuberculosis dapat diidentifikasi dengan
menggunakan antibodi monoklonal . Saat ini telah dikenal purified antigens
dengan berat molekul 14 kDa (kiloDalton), 19 kDa, 38 kDa, 65 kDa yang
memberikan sensitiviti dan spesifisiti yang bervariasi dalam mendiagnosis TB.
Ada juga yang menggolongkan antigen M. tuberculosis dalam kelompok antigen
yang disekresi dan yang tidak disekresi (somatik). Antigen yang disekresi hanya
dihasilkan oleh basil yang hidup, contohnya antigen 30.000 a, protein MTP 40 dan
lain lain.4
6
Biomolekuler
Genom M. tuberculosis mempunyai ukuran 4,4 Mb (mega base) dengan
kandungan guanin (G) dan sitosin (C) terbanyak. Dari hasil pemetaan gen, telah
diketahui lebih dari 165 gen dan penanda genetik yang dibagi dalam 3 kelompok.
Kelompok 1 gen yang merupakan sikuen DNA mikobakteria yang selalu ada
(conserved) sebagai DNA target, kelompok II merupakan sikuen DNA yang
menyandi antigen protein, sedangkan kelompok III adalah sikuen DNA ulangan
seperti elemen sisipan.5 Gen pab dan gen groEL masing masing menyandi protein
berikatan posfat misalnya protein 38 kDa dan protein kejut panas (heat shock
protein) seperti protein 65 kDa, gen katG menyandi katalase-peroksidase dan gen
16SrRNA (rrs) menyandi protein ribosomal S12 sedangkan gen rpoB menyandi
RNA polimerase. Sikuen sisipan DNA (IS) adalah elemen genetik yang mobile.
Lebih dari 16 IS ada dalam mikobakteria antara lain IS6110, IS1081 dan elemen
seperti IS (IS-like element). Deteksi gen tersebut dapat dilakukan dengan teknik
PCR dan RFLP.6
3. Patogenesis
7
c.
Meluas dan menyebar secara perkontinuitatum, limfogen, bronkogen
maupun hematogen.
Tuberkulosis Post-Primer
Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian
setelah infeksi primer, yang biasanya muncul di usia 15-40 tahun. Bentuk
tuberkulosis inilah yang menjadi masalah utama pada kesehatan masyarakat
karena menjadi sumber penularan. Dimulai dari sarang dini yang umumnya
berlokasi di segmen apikal lobus superior maupun lobus inferior, mengadakan
invasi ke parenkim dan tidak ke hilus paru. Awalnya berbentuk sarang
pneumonik kecil, yang dapat mengalami suatu keadaan :
a. Diresorbsi dan sembuh dengan tidak meninggalkan cacat.
b. Sarang meluas, tetap segera mengalami penyembuhan berupa fibrosis dan
perkapuran. Sarang dapat aktif kembali membentuk jaringan keju dan
bila
dibatukkan menimbulkan kaviti.
c. Kaviti awalnya berdinding tipis kemudian menjadi tebal, yang akan
mengalami nasib :
- Meluas dan menimbulkan sarang pneumonik baru
- Memadat dan membungkus diri disebut tuberkuloma. Tuberkuloma
dapat mengapur dan sembuh, tetapi dapat aktif kembali dan mencair
yang menimbulkan kaviti baru
- Menyembuh dengan membungkus diri ( Open healed cavity) yang
akhirnya mengecil.
4. Gejala Klinis
Gejala klinis TB dibagi atas 2 golongan, yaitu gejala respiratorius berupa
batuk, batuk darah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala respiratoris ini sangat
bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung
dari luasnya lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila
bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka mungkin pasien tidak ada
gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi akibat adanya iritasi bronkus, dan
selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak keluar. Sedangkan gejala
sistemik berupa demam, malaise, keringat malam, anoreksia dan penurunan berat
badan.9
8
Pada awal perkembangan penyakit sulit menemukan kelainan pada
pemeriksaan fisis. Pada pemeriksaan fisis dapat dijumpai antara lain suara napas
bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,
diapragma dan mediastinum.
5. Pemeriksaan Bakteriologik10
a. Bahan Pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan
untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage / BAL), urin, faeces dan jaringan
biopsi (termasuk biopsi jarum halus / BJH)
9
Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di
gelas objek, atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat
ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke laboratorium. Spesimen
dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke dalam kotak
sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah tertulis
identitas pasien yang sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan
laboratorium. Bila lokasi fasilitas laboratorium berada jauh dari klinik/ tempat
pelayanan pasien, spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui
jasa pos.
10
Mikroskopik dan Biakan.
Pemeriksaan mikroskopik :
Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopik fluoresens : pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya
untuk screening)
11
nikotinamid, uji niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta
melihat pigmen yang timbul.
12
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14
9. Zulkifli Amin, Asril Bahar. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I ed. VI : Jakarta. Interna Publishing 2014 : 863-872.
10. Pedoman Penatalaksanaan TB (Konsensus TB). Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan Tuberkulosis Di Indonesia. PDPI. 2006.
15