Disusun oleh :
1. Fitria Rahmawati (P27220019156)
2. Indri Ambarwati (P27220019159)
3. Indriyasari Nur A. ( P27220019160)
PROGRAM D4 KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN 2021
SATUAN ACARA BERMAIN
Topik : Terapi Bermain
1. Fitria
2. Indri
3. Indriyasari
Waktu : 09.00
Semarang
A. Latar Belakang
Menurut Wowiling, Ismanto, & Babakal, (2014) hospitalisasi pada
anak merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat
mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Hospitalisasi adalah suatu
keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit sehingga
anak harus beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit (Nurbaniah, 2018).
B. Tujuan
a. Anak dapat merasa senang, tenang, dan tidak takut dengan perawat
atau tenaga kesehatan yang lain.
1. Metode
a. Bermain bersama
2. Media
Balok susun
D. Kegiatan
1. Pengorganisasian
a. Leader : Indri
b. Notulen : Indriya
c. Fasilitator : Fitria
2. Tugas
a. Peran Leader : Memimpin jalannya acara bermain meniru suara
hewan
b. Peran : Observer/Notulen: Mencatat perkembangan anak
c. Fasilitator : Menyediakan media gambar hewan untuk pelaksanaan
acara bermain
3. Setting Tempat
keterangan :
leader :
fasilitator :
notulen :
klien :
orang tua :
E. Evaluasi
1. Anak dapat menyusun 4 hingga 6 balok
2. Anak dapat menghitung jumlah bangun ruang yang tersedia
3. Anak dapat menyebutkan semua warna yang ada pada bangun ruang
4. Anak dapat menyebutkan 2 macam bangun ruang
2. Prosedur
c.Memberikan c.Mendengarkan
reinfocement dan merespon
positif jika anak bisa
mengikuti permainan
a. Mengakhiri
3. Evaluasi a. Memperhatikan
permainan
(5menit) b. Melakukan evaluas b. Menanggapi
LAMPIRAN MATERI
TERAPI BERMAIN MENYUSUN BALOK
A. Pengertian Bermain
Menurut Wowiling, Ismanto, & Babakal, (2014) hospitalisasi pada anak
merupakan proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat
mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangan kembali ke rumah. Hospitalisasi adalah suatu
keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit sehingga
anak harus beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit (Nurbaniah, 2018).
Hospitalisasi menciptakan serangkaian peristiwa traumatik dan penuh
kecemasan dalam iklim ketidakpastian bagi anak dan keluarganya, baik itu
merupakan prosedur elektif yang telah direncanakan sebelumnya ataupun akan
situasi darurat yang terjadi akibat trauma. Selain efek fisiologis masalah
kesehatan terdapat juga efek psikologis yang akan dialamai oleh anak
(Novitasari, 2019).
Menurut Wong (2004) bermain merupakan cara koping yang efektif untuk
mengurangi kecemasan yang dialami oleh anak. Bermain merupakan suatu
kegiatan yang memfasilitasi anak dalam menunjukkan keterampilannya,
memberikan ruang untuk anak mengekspresikan dirinya, meningkatkan
kreatifitas, melatih anak untuk bersikap dan berperilaku sesuai usia. Landreth
(2001) dalam Zellawati (2011) berpendapat bahwa bermain dapat digunakan
sebagai terapi karena bermain merupakan simbol verbalisasi bagi anak
sehingga anak dapat mengatasi permasalahannya. Terapi bermain membantu
pelepasan stress dan cemas yang sedang dirasakan anak dikarenakan bermain
memiliki manfaat sebagai sarana pengalih perhatian (distraksi) yang
mengakibatkan anak menjadi rileks. Hal ini menyebabkan anak yang awalnya
mengalami kecemasan menjadi tidak cemas lagi (Fitriani, Santi dan
Rahmayanti, 2017).
Menurut Nursalam (2005), terapi bermain pada anak mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1. Dapat melanjutkan tumbuh kembang yang optimal dan normal pada anak
selama mendapatkan perawatan, sehingga tumbuh kembang pada anak
dapat terus berlangsung tanpa adanya hambatan oleh keadaan anak.
2. Dapat mengembangkan kreativitas anak melalui pengalaman permainan
yang tepat.
3. Anak dapat beradaptasi secara lebih efektif terhadap stress karena dirawat
dirumah sakit dan anak mendapatkan ketenangan dalam bermain.
4. Dapat mengekspresikan pikiran dan fantasi anak (Nurbaniah, 2018).
Menurut Nursalam (2005), dalam pemberian terapi bermain pada anak
yang dirawat dirumah sakit tetap harus memperhatikan keadaan anak. Adapun
beberapa prinsip permainan pada anak dirumah sakit, yaiu:
1. Anak tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih singkat
untuk menghindari kelelahan, dan alat-alat permainannya lebih sederhana.
Misalnya, menyusun balok membuat kraft (kerajinan tangan ), dan
menonton tv.
2. Relatif aman dan terhidar dari infeksi silang Orang tua boleh membawa
mainan dari rumah, tetapi permainan harus berada dalam kondisi bersih.
3. Sesuai dengan kelompok usia Untuk rumah sakit yang empunya tempat
bermain, hendakny waktu bermain perlu dijadwalkan dan dikelompokkan
sesuai dengan usia, karena kebutuhan bermain berbeda antara anak dengan
usia yang lebih rendah dengan anak berusia lebih tinggi.
4. Tidak bertentangan dengan terapi Apabila program terapi mengharuskan
anak untuk beristirahat, maka aktivitas bermain hendaknya dilakukan
ditempat tidur.
5. Perlu partisipasi orang tua dan keluarga Anak yang dirawat dirumah sakit
sebaikya jangan dibiarkan sendiri.Aturan rumah sakit yang melarang
orang tua menunggui atau menemani anaknya bertentangan dengan aspek
tumbuh kembang anak.
Jenis permainan pada anak usia prasekolah dirumah sakit Pada anak
prasekolah jenis permainan yang dianjurkan misalnya, majalah, buku, alat
tulis/pensil warna, balok, mobilmobilan, boneka, dan aktivitas berenang.
Dalam bermain, hendaknya anak memiliki teman untuk bermain bersama
B. Pengertian Terapi Bermain Menyusun Balok
Bermain menyusun balok merupakan salah satu jenis permainan yangbisa
dilakukan dalam proses terapi bermain bagi klien anak yang
sedangmenjalani proses hospitalisasi. Terapi bermain ini dapat digunakan
sebagai terapi bagi anak dengan usia mulai 16 bulan. Bermain dengan cara
menyusunbalok pada dasarnya tidak hanya membantu
mengembangkan kemampuanmotorik anak tetapi juga berperan
penting dalam proses pengembangankognitif klien. Kemampuan klien
menyusun balok berkaitan erat dengankemampuan kognitif klien
karena pada dasarnya bermain dengan carametode menyusun balok
tidak hanya melatih kemampuan motorik halusklien tapi lebih dari itu
bermain menyusun balok memerlukan perencanaanmeskipun masih relatif
sederhana. Ketika anak sudah mampu bermain menyusun balok
secara lancar maka dia sudah siap untuk meningkatkan
kemampuannya ke tingkat yanglebih lanjut seperti mencorat-coret kertas,
belajar menggosok gigi sendiri danmakan dengan menggunakan sendok.
Menyusun balok mengandalkanketerampilan memegang benda kecil,
meletakkannya di atas balok lain sambilmengusahakan keseimbangan.
Keterampilan memegang benda kecil,sebenarnya dicapai anak sejak
berusia 10 bulan, saat ia mulai sukamenjumput remah-remah kue yang
berserakan di dekatnya.
C. Factor Penyebab
Ketidakmampuan Menyusun Balok Menurut Immanuel, ketidakmampuan
melakukan tugas perkembangantertentu, seperti menyusun balok,
dapat menghambat berkembangnya keterampilan berikutnya. Saat anak
Anda berusia 18 bulan, dan ia tidak berminat bermain susun balok
perlu diwaspadai. Kemungkinan si kecilmengalami keterlambatan. Factor
penyebabnya yaitu:
1. Karena kurang dirangsang atau kurang latihan
Anak berusia 1 tahun perlu dilatih dengan memberinya balok.
Umumnya,anak usia ini berminat pada hal-hal yang berhubungan
dengan sebab-akibat, sehingga ingin mencoba memadukan satu
benda dengan benda lain.
2. Ada gangguan pada mata
Pandangan yang tidak jelas pada anak membuatnya enggan
melakukankegiatan yang menggunakan benda-benda kecil. Anda perlu
memeriksakannya ke dokter sebelum hal ini berlangsung lama.
3. Ada gangguan pada saraf atau retardasi mentalGangguan ini dapat
diwaspadai dari kemampuan meraba. Bila Andamendapati si kecil
Anda mengalami kelainan pada keterampilan meraba, Anda perlu
waspada. Segera bahwa ia ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan.
D. Manfaat Terapi Bermain
1. Terapi bermain menyusun balok dapat merangsang keterampilan
prosesberfikir dan motorik anak.
2. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat.
3. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak
untukmandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan
perasaanmandiri pada anak.
4. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan
rasasenang pada anak, tetapi juga akan membantu anak
mengekspresikanperasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang dan
nyeri.
5. Permainan yang terapeutuk akan dapat meningkatkan kemampuan
anakuntuk mempunyai tingkah laku yang positif.
LAMPIRAN GAMBAR
1. Media