Disusun oleh :
1. Fitri, S.Farm. 1061922034
2. Nur Alfi Inayatur Rohmah, S.Farm. 1061921061
3. Rizki Prasetyaning Pambayun, S.Farm. 1061921070
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat, berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA)
di Puskesmas Poncol Kota Semarang Periode 16 – 30 Juli 2020 dengan baik dan
lancar.
Praktek Kerja Profesi Apoteker ini merupakan salah satu syarat yang
diwajibkan bagi mahasiswa tingkat profesi apoteker di Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi ”Yayasan Pharmasi Semarang” dalam menyelesaikan studinya.
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil bagi
penulis, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar –
besarnya kepada :
1. Dr. apt. Endang Diyah Ikasari, M.Si., selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi Semarang”.
2. drg. Sutanti selaku Kepala Puskesmas Poncol Kota Semarang yang telah
memberi izin, kesempatan, dan fasilitas pelaksanaan praktek kerja.
3. apt. Ungsari Rizki Eka Purwanto, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingannya dalam pembuatan laporan PKPA.
4. apt. Heni Sofiyati, S.Farm. selaku Apoteker Pengelola Puskesmas Poncol dan
Pembimbing lahan PKPA yang telah yang telah memberi izin, kesempatan
melaksanakan praktek kerja serta memberikan bimbingan dan saran yang
bermanfaat bagi kami.
5. Dina Sunarni, A.Md Farm. dan Nur Azizah, A.Md Farm. selaku Tenaga
Teknis Kefarmasian Puskesmas Poncol Kota Semarang yang telah memberi
izin, kesempatan melaksanakan praktek kerja serta memberikan bimbingan
dan saran yang bermanfaat bagi kami.
6. Seluruh karyawan Puskesmas Poncol kota Semarang, terima kasih atas
bantuan yang telah diberikan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker
berlangsung.
7. Segenap mahasiswa Program Profesi Apoteker angkatan XXXI dan
Almamater kami Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Yayasan Pharmasi Semarang.
8. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan
bantuannya
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN ...................................................................................................... 50
Lampiran 1. Alur Pelayanan Pasien ................................................................ 50
Lampiran 2. Alur Pelayanan Resep ................................................................ 51
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan PKPA .............................................................. 52
Lampiran 4. Bagan Organisasi Puskesmas Poncol Semarang 2020 ................. 53
Lampiran 5. Puskesmas Poncol ...................................................................... 54
Lampiran 6. Kegiatan di Puskesmas ............................................................... 59
Lampiran 7. Puskemas Pembantu Poncol ....................................................... 60
Lampiran 8. Etiket ......................................................................................... 62
LAMPIRAN TUGAS ........................................................................................ 63
BAB II
TINJAUAN PUSKESMAS
Upaya Kesehatan
Upaya Kese. Upaya
UpayaKesehatan
Kese. Unit Pustu Unit Pusling Bidan Desa
Masyarakat
Masyarakat Perorangan
Perorangan Komunitas
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari
buku, buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu
konseling, buku catatan konseling, formulir jadwal konsumsi Obat
(lampiran), formulir catatan pengobatan pasien (lampiran), dan lemari
arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set komputer.
5. Ruang penyimpanan obat dan Bahan Medis Habis Pakai
Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi,
temperatur, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu
produk dan keamanan petugas serta jika memungkinkan adanya cahaya
yang cukup. Ruang penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan
rak/lemari Obat, pallet, pendingin ruangan (AC), lemari pendingin,
lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika, lemari
penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.
6. Ruang arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan
dengan pengelolaan obat dan Bahan Medis Habis Pakai serta Pelayanan
Kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan
ruangan khusus yang memadai dan aman untuk memelihara dan
menyimpan dokumen dalam rangka untuk menjamin penyimpanan
sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan teknik manajemen yang baik.
Istilah “ruang‟ tidak harus diartikan sebagai wujud “ruangan‟ secara
fisik, namun lebih kepada fungsi yang dilakukan. Bila memungkinkan,
setiap fungsi tersebut disediakan ruangan secara tersendiri. Jika tidak,
maka dapat digabungkan lebih dari 1 (satu) fungsi, namun harus terdapat
pemisahan yang jelas antar fungsi.
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus dilakukan pengendalian
mutu untuk menjamin mutu pelayananan Kefarmasian meliputi : Monitoring
dan Evaluasi
Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas dilaksanakan
pada unit pelayanan berupa ruang farmasi yang dipimpin oleh seorang
Apoteker sebagai penanggung jawab. Pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan Peraturan Menteri ini dilakukan oleh Menteri, kepala dinas
kesehatan provinsi, dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai
dengan tugas dan fungsi masing-masing dan dapat melibatkan organisasi
profesi. Pengawasan selain dilaksanakan oleh Menteri, kepala dinas
d. Kontaminasi
Kontaminasi merupakan terjadinya pengotor/pencemaran
terhadap sediaan farmasi, perbekalan kesehatan, bahan baku obat
atau wadah obat akibat masuknya mikroorganisme dari luar seperti
bakteri atau jamur. Wadah obat yang digunakan harus selalu bersih
dan tertutup rapat guna mencegah adanya kontaminasi bakteri atau
jamur.
e. Pengotor
Ruangan yang kotor dapat mengundang hewan pengerat dan
serangga yang kemungkinan dapat merusak obat, etiket dapat
menjadi kotor dan sulit terbaca, oleh sebab itu ruangan seharusnya
dibersihkan setiap hari.
5. Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Perbekalan Farmasi
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
merupakan kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi
kebutuhan subunit/satelit farmasi Puskesmas dan jaringannya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi subunit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis,
mutu, jumlah dan waktu yang tepat.
Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain : Sub unit
pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas; Puskesmas
Pembantu; Puskesmas Keliling; Posyandu; dan Polindes
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)
dilakukan dengan cara pemberian obat sesuai resep yang diterima (floor
stock), pemberian obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau
kombinasi, sedangkan pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan
dengan cara penyerahan obat sesuai dengan kebutuhan (floor stock)
(Depkes RI, 2016). Terdistribusinya obat dan perbekalan farmasi ke
seluruh sub unit Puskesmas diharapkan dapat menjamin terlaksananya
pemerataan kecukupan obat sesuai kebutuhan pelayanan dan program
kesehatan. Sistem distribusi obat ada 4 (Depkes RI, 2008) antara lain:
a. Unit Dispensing Dose System (UDDS)
Pelayanan distribusi obat dengan UDDS merupakan salah satu
sistem distribusi dimana obat untuk tiap pasien disiapkan oleh
2.2.5 Administrasi
Pedoman Pelayanan Kefarmasian di puskesmas menyatakan bahwa
administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, pengarsipan
dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan maupun pengelolaan resep supaya
lebih mudah untuk dimonitor dan dievaluasi. Administrasi untuk obat dan
perbekalan kesehatan meliputi semua tahap pengelolaan dan pelayanan
kefarmasian yaitu perencanaan, pengadaan melalui permintaan obat ke
Instalasi Farmasi (IF) Kabupaten/Kota, penerimaan, penyimpanan
menggunakan kartu stock atau komputer yang disusun berdsarkan alfabetis,
pendistribusian dan pelaporan menggunakan form Laporan Pemakaian dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep
berdasarkan pasien (Umum, Jamkesmas, Askes), penyimpanan bendel resep
harian secara teratur selama tiga tahun dan pemusnahan resep yang
dilengkapi dengan berita acara. Kegiatan administrasi lain yaitu berupa
pencatatan kesalahan pengobatan (medication error), monitoring efek
samping obat (MESO), medication record (Depkes RI, 2016).
Tujuan pencatatan dan pelaporan adalah :
1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai telah dilakukan;
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian; dan
3. Sumber data untuk pembuatan laporan.
BAB III
KEGIATAN SELAMA PKPA BESERTA PEMBAHASAN
2. Perencanaan
Perencanaan merupakan pelaksanaan kegiatan untuk pengadaan obat
yang telah diseleksi sesuai dengan jenis dan jumlah kebutuhan
perbekalan farmasi. Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai di Puskesmas poncol dilakukan setahun sekali oleh
Apoteker sebagai penanggung jawab dengan metode kombinasi yang
terdiri dari metode konsumsi dan metode epidemiologi. Metode
konsumsi yaitu berdasarkan kebutuhan nyata obat tahun lalu sedangkan
metode epidemiologi yaitu kebutuhan obat berdasarkan pola dan
frekuensi penyakit, kemungkinan kenaikan kunjungan, safety stock dan
lead time. Obat-obat yang Slow Moving (obat yang jarang diresepkan)
akan direncanakan sedikit mungkin. Contohnya : obat INH, karena
sudah ada di OAT maka diadakan sekitar 400 tablet/tahun.
3. Pengadaan
Pengadaan adalah segala kegiatan dan atau upaya untuk menambah
dan memenuhi kebutuhan barang dan atau jasa berdasarkan peraturan
yang berlaku dengan menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi ada
(termasuk upaya untuk tetap mempertahankan sesuatu yang telah ada
dalam batas-batas efisiensi) dan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
sediaan farmasi dan perbekalan farmasi di Puskesmas sesuai dengan
perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada
Dinas Kesehatan Kota Semarang, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan pemerintah daerah setempat.
Permintaan obat ditujukan kepada Instalasi Farmasi Kota Semarang.
Data yang diperlukan dalam penentuan jumlah pengadaan obat
diantaranya: data pemakaian obat periode sebelumnya, jumlah
kunjungan resep, jadwal distribusi obat dari instalasi farmasi
perbulannya.
Permintaan obat untuk mendukung pelayanan obat di masing-masing
puskesmas diajukan oleh kepala puskesmas kepada Instalasi Farmasi
dengan menggunakan format LPLPO, sedangkan permintaan dari sub
unit ke kepala puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan
LPLPO sub unit (Depkes RI, 2016). Bila obat di Instalasi Farmasi
mengalami kekosongan maka puskesmas dapat melakukan pengadaan
obat dengan pembelian sendiri melalui PBF yang bonafide. Pengajuan
setiap resep dikaji dan disiapkan oleh instalasi farmasi sedangkan Sistem
distribusi obat ward floor stock system adalah sistem distribusi obat
kepada pasien sesuai dengan permintaan dokter, obat disiapkan dan
diambil oleh perawat dari persediaan obat yang disimpan di ruangan.
7. Pengendalian
Pengendalian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah
ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan
obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan obat
di unit pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian sediaan farmasi terdiri
dari:
a. Pengendalian persediaan;
b. Pengendalian penggunaan; dan
c. Penanganan obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa
(Depkes RI, 2016 : 17)
Pengendalian Sediaan Farmasi di Puskesmas Poncol dilihat dari
stock opname untuk melihat kekosongan obat sehingga dapat di
integrasikan ke Instalasi Farmasi dan pemberitahuan obat-obat kosong.
Selain itu, pengendalian juga dilakukan dengan melebihkan buffer
sebesar 10% pada saat perencanaan. Apabila terjadi kelebihan kebutuhan
obat, maka dapat diminta lebih banyak dari biasanya. Contohnya : pada
saat masa pandemic corona ini, dibutuhkan lebih banyak masker, maka
diminta lebih banyak dari biasanya).
8. Pencatatan dan Pelaporan
Sistem pencatatan yang dilakukan oleh Puskesmas Poncol sudah
menggunakan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) yang
telah terhubung dengan Dinas Kesehatan Kota Semarang, jadi setiap
obat yang keluar masuk dicatat secara elektronik melalui SIMPUS.
Pelaporan yang dilakukan yaitu : LPLPO, Narkotika dan Psikotropika,
Laporan pemakaian obat, Generik, PWS, Ketersedian obat, Metadon,
dan Antiretroviral.
9. Pemantauan dan Evaluasi
Pemantauan dan evaluasi pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan
Medis Habis Pakai dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:
a. Identitas diri, seperti nama, umur, jenis kelamin, alamat dan berat
badan pasien.
b. Nomor izin dan paraf dokter.
c. Tanggal resep.
d. Ruangan asal resep (pada rumah sakit atau pelayanan kesehatan
lainya).
e. Nama obat, bentuk dan kekuataan sediaan obat.
f. Dosis dan jumlah obat.
g. Aturan, cara penggunaan
Pelayanan resep Puskesmas Poncol menerapkan sistem penulisan
resep yang dilakukan secara computerized atau sering disebut juga
dengan e-resep (e-prescription). Resep yang masuk ke apotek akan
dilakukan skrining oleh apoteker kemudian akan disiapkan oleh tenaga
teknis kefarmasian di apotek. Setelah obat siap, maka akan diserahkan
kepada pasien.
E-resep masuk ke
Apotek
Pemeriksaan
Skriningoleh dokter
Resep
Penyiapan obat
lainnya dan pasien (Depkes RI, 2016). Kegiatan yang dilakukan untuk
Pelayanan Informasi Obat meliputi :
a. Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara
pro aktif dan pasif.
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka.
c. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan
lain-lain.
d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta masyarakat.
e. Melakukan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan
tenaga kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis
Habis Pakai.
f. Mengkordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan
Kefarmasian.
Pelayanan Informasi obat kepada pasien di puskesmas poncol
dilakukan dengan cara yang baik dan sopan, mengingat pasien dalam
kondisi tidak sehat mungkin emosinya kurang stabil. Informasi
mengenai cara pakai obat dan dosis yang digunakan telah tercantum
dengan jelas pada etiket obat sehingga hanya dijelaskan kembali kepada
para pasien yang kesulitan memahami etiket obat yang telah diberikan.
Pelayanan Informasi obat yang diberikan meliputi cara penggunaan obat
dan hal-hal lain yang terkait dengan obat tersebut, antara lain manfaat
obat, makanan dan minuman yang harus dihindari, kemungkinan efek
samping, cara penyimpanan obat, dll.
Bagian ini berisi rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien :
a. Pengobatan/terapi
Pengobatan diberikan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan dan penunjang. Pengobatan juga
memberikan kesempatan kepada pasien untuk memilih menerima
atau pun menolak akan tindak lanjut terapi yang akan diberikan
kepada pasien.
b. Rujukan internal
adalah rujukan yang ditujukan atau berasal dari sub unit lain dalam
lingkungan Puskesmas meliputi KIA – KB, Gigi, UGD/Rawat Inap,
Kesling, Gizi, Poli Umum, Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS), Laboratorium.
c. Rujukan Eksternal
adalah rujukan ke fasilitas kesehatan di luar Puskesmas (Rumah
Sakit, Laboratorium swasta)
d. Pengisian rekam medis
Harus diisi secara lengkap oleh petugas yang melaksanakan layanan
klinis mulai dari anamnesa, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat alergi, konseling pasien, diagnosa pasien,
serta terapi yang akan diberikan (S/subjektif, O/objektif,
A/assesment, P/planning).
BAB IV
4.1 Kesimpulan
Kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Puskesmas Poncol
Semarang yang dilaksanakan pada tanggal 16-30 Juli 2020 dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Puskesmas Poncol Semarang telah melaksanakan fungsinya dengan baik
sebagai unit pelaksanaan kesehatan masyarakat tingkat pertama sesuai
dengan visi misi dan komitmen mutu yang ditetapkan.
2. Setiap kegiatan pelayanan yang dilakukan Puskesmas Poncol sudah
berdasarkan SOP yang telah ditetapkan.
3. Manajemen sumber daya manusia berjalan dengan baik, sehingga terjalin
kerja sama yang baik antara Apoteker dengan tenaga kesehatan lainnya
yang ditunjukkan dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan yang baik.
4. Sistem pelaporan di Puskesmas Poncol (SIMPUS) sudah terdokumentasi
dan terlaksana dengan cepat dan akurat mencakup rekam medik pasien dan
riwayat pengobatan pasien.
4.2 Saran
1. Pengelolaan obat dan perbekalan farmasi di Puskesmas diharapkan dapat
dipertahankan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian.
2. Pelayanan kefarmasian di Puskesmas diharapkan dapat ditingkatkan terus
menerus agar dapat terus menerus memberikan pelayanan yang terbaik
bagi pasien.
3. Ruang konseling atau konsultasi Apoteker dengan pasien bila
memungkinkan agar dapat disediakan guna optimalisasi konseling dengan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1998. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 72 Tahun 1998
Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan. Jakarta.
Depkes RI. 2006. Pedoman Pelayanan Informasi Obat Di Rumah Sakit. Dirjen
Pelayanan Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Depkes RI. Jakarta.
LAMPIRAN
Penyimpanan salep
Senam pagi
Ruang Pendaftaran
Lampiran 8. Etiket
LAMPIRAN TUGAS
Pembagian Leaflet
Pembagian Leaflet
Pembagian Leaflet
Pembagian Leaflet