Menyetujui,
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ungkapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang yang berjudul “Manajemen
Pemanenan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq.) di PT.
Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Kebun Hapesong Kabupaten Tapanuli
Selatan Sumatera Utara“.
Ungkapan terimakasih penulis kepada :
1. Bapak Dr. Ismadi, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
2. Ibu Dr. Hafifah, S.P., M.P. selaku Ketua Program Studi Agroekoteknologi
3. Ibu Dr. Fadhliani, S.T., M.Si selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja
Lapang
4. Bapak Fakhrur Rozi S.P., M.P selaku Manager di PT. Perkebunan
Nusantara III (PERSERO) Kebun Hapesong
5. Kepada para jajaran staff/karyawan kantor maupun lapangan di PT.
Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Kebun Hapesongn yang banyak
memberikan ilmu bermanfaat kepada penulis selama melakukan kegiatan
Praktek Kerja Lapang
6. Kepada orang tua penulis yang selalu mendoakan serta memotivasi, dan
7. Kepada teman - teman yang telah turut memberi bantuan dan saran dalam
menyelesaikan laporan ini.
Demikianlah Laporan Praktek Kerja Lapang ini penulis susun dengan
sebaik-baiknya. Akhir kata, penulis berharap laporan hasil praktek kerja lapang ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca, Amin.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii
1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1. Latar Belakang..............................................................................................1
1.2. Tujuan Praktek Kerja Lapang........................................................................2
1.3. Manfaat Praktek Kerja Lapang......................................................................2
2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................3
2.1 Botani Tanaman Kelapa Sawit.......................................................................3
2.2 Morfologi Tanaman Kelapa Sawit.................................................................3
2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit.........................................................6
2.4 Pemanenan Kelapa Sawit...............................................................................7
2.5 Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit...........................................................7
3. METODE PRAKTEK KERJA LAPANG...........................................................9
3.1. Waktu dan Tempat........................................................................................9
3.2. Metode Praktek Kerja Lapang.......................................................................9
3.3. Metode Pengumpulan Data...........................................................................9
3.4. Sumber Data..................................................................................................9
3.5 Keadaan Umum Perusahaan.........................................................................10
3.5.1 Profil perusahaan...................................................................................10
3.5.2 Visi dan Misi........................................................................................10
3.5.3 Struktur Organisasi...............................................................................11
4. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................13
4.1. Persiapan Panen...........................................................................................13
4.2. Kriteria Matang Panen.................................................................................18
4.3. Rotasi dan Sistem Panen.............................................................................19
4.5. Pelaksanaan Proses Panen...........................................................................23
4.6. KAP Inspeksi...............................................................................................24
iii
4.7. Pengangkutan TBS......................................................................................26
4.8. Manajemen Pemanenan...............................................................................29
4.8.2. Pengawasan Panen................................................................................29
4.8.3. Penetapan Waktu Panen.......................................................................33
4.8.4. Premi Panen..........................................................................................33
5. KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................36
5.1. Kesimpulan..................................................................................................36
5.2. Saran............................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................37
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1. PENDAHULUAN
1
2
kualitas panen juga dapat terjaga ditentukan oleh kriteria kematangan TBS, rotasi
panen dan sistem panen, manajemen panen yang melakukan kegiatan derajat
kematangan. Rantai manajemen panen dimulai dari persiapan panen sampai
pengangkutan tandan buah segar (TBS) hingga pabrik pengolahan.
Manajemen pemanenan merupakan segala upaya yang dilakukan untuk
menentukan kegiatan panen agar tetap terkondisi dengan baik. Hal ini
menyangkut dengan sistem panen yang dibuat, prosedur panen yang diterapkan
untuk menunjang berjalannya aktivitas produksi panen.
Manajemen pemanenan perlu diperhatikan agar dapat mengurangi
kehilangan hasil panen dan juga mempengaruhi jumlah hasil panen selanjutnya.
Manajemen pemanenan yang baik dapat meningkatkan produktivitas, serta
menghasilkan rendemen minyak yang berkualitas dengan kadar asam lemak bebas
(ALB) rendah. Asam lemak bebas akan terus meningkat setelah proses
pemanenan sehingga perlu pengelolaan transportasi pengangkutan. Keberhasilan
pemanenan dapat menunjang pencapaian produktivitas tanaman kelapa sawit,
sebaliknya kegagalan pemanenan dapat menghambat pencapaian produktivitas
(Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2016).
3
4
2.2.1 Akar
Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar
tunggang. Radikula (bakal akar) pada bibit terus tumbuh memanjang kearah
bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akar nya mencapai l5
meter. Akar primer kelapa sawit terus bercabang. Kelapa sawit memiliki
perakaran serabut dimana terdiri dari akar primer, sekunder, tersier dan kuarter.
Akar pertama akan muncul dari biji yang telah tumbuh (berkecambah) adalah
radikula yang panjang nya mencapai 15 cm, mampu bertahan sampai 6 bulan
( Lubis, 2019).
Setelah itu, radikula akan mati dan membentuk akar utama atau primer.
Selanjutnya, akar primer akan membentuk akar sekunder, tersier dan kuarter.
Perakaran kelapa sawit yang telah terbentuk sempurna umumnya memiliki
diameter akar primer 5-10 mm, akar sekunder 2-4 mm, akar tersier 1-2 mm, dan
akar kuartener 0,1-0,3 mm. Akar yang aling aktif menyerap air dan unsur hara
adalah akar tersier dan kuartener yang berada di kedalaman 0-60 cm dengan jarak
2-3 meter dari pangkal pohon (Sutrisno, 2015).
2.2.2 Batang
Pada tahun pertama atau kedua pertumbuhan kelapa sawit pertumbuhan
membesar terlihat sekali pada bagian pangkal dimana diameter batang bisa
mencapai 60 cm. Setelah itu batang akan mengecil biasanya hanya berdiameter 40
cm tetapi pertumbuhan tingginya lebih cepat. Umumnya pertumbuhan tinggi
batang bisa mencapai 35-75 cm per tahun tergantung pada keadaan lingkungan
tumbuhan dan keragaman genetik. Batang diselimuti oleh pangkal pelepah daun
tua sampai kira-kira umur 11-15 tahun. Batang membengkak pada pangkal
(bongkol), bongkol ini dapat memperkokoh posisi pohon pada tanah agar dapat
berdiri tegak. Dalam satu sampai dua tahun pertama pertumbuhan batang lebih
mengarah kesamping, diameter batang dapat mencapai 60 cm. Setelah itu
perkembangan ke atas dapat mencapai 10-11 m dengan diameter 40 cm.
Pertumbuhan meninggi ini berbeda-beda untuk setiap varietas (Sastrosayono,
2019).
5
2.2.3 Daun
Daun kelapa sawit merupakan daun tunggal dengan susunan tulang-tulang
daun menyirip. Pada tanaman muda kelapa sawit mengeluarkan 30 daun (pelepah)
pertahun dan pada tanaman tua antara 18 – 24 pelepah pertahun. Menurut Lubis
(2019) daun atau pelepah kelapa sawit lingkaran atau spiralnya ada yang berputar
kearah kiri dan ada yang kearah kanan, tetapi kebanyakan putar kearah kanan.
Tahap perkembangan daun kelapa sawit yaitu lanciolate, bifurcate dan pinnate.
Daun muda berbentuk kuncup dan berdiri tegak dan memiliki warna kuning pucat,
daun tua memiliki warna hijau tua dengan lebar kira kira 0,51 cm. Daun kelapa
sawit disangga oleh pelepah yang panjang mencapai ukuran 9 meter dengan
jumlah normal 40 -50 pelepah daun pertanaman. Dudukan pada pelepah daun
tersusun melingkari batang dan membentuk spiral. Jumlah daun pada umur 5- 6
tahun 70 – 80 helai, keadaan normal berumur 7 – 15 tahun mencapai 250 – 300
helai daun dalam satu pelepah (Vidanarko, 2011).
Pada tanaman kelapa sawit pembentukan daun kelapa sawit membutuhkan
waktu 4 tahun dari awal pembentukan daun hingga daun menjadi layu secara
alami. Pada saat kuncup daun telah mekar, daun kelapa sawit sudah berumur 2
tahun dari awal pembentukannya. Kelapa sawit dapat menghasilkan 1-3 daun
setiap bulannya (Lumbangaol, 2020).
2.2.4 Bunga
Kelapa sawit termasuk tanaman berumah satu (monoceous) dimana bunga
jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing
terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga
betina. Setiap rangkaian bunga muncul dari pangkal pelepah daun (ketiak daun).
Setiap ketiak daun menghasilkan satu infloresen lengkap. Bunga yang siap
diserbuki biasanya terjadi pada infloresen di ketiak daun nomor 20 pada tanaman
muda (2-4 tahun) dan pelepah daun ke-15 pada tanaman dewasa (>12 tahun).
Sebelum bunga mekar (masih tertutup seludang), biasanya sudah dapat dibedakan
antara bunga jantan dengan bunga betina yaitu dengan melihat bentuknya
(Chandra, 2015).
6
2.2.5 Buah
Buah kelapa sawit tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp),
daging buah (mesocrap) dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak,
kulit biji (endocrap) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan
keras, daging biji (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung minyak,
sertalembaga (embryo). Buah kelapa sawit termasuk buah batu dengan cirri
berbentuk lonjong, berdia meter 3 – 5 cm yang tersusun didalam tandan buah
dengan berat buah pertandan 5 - 25 kg. Buah dengan warna hitam saat mentah dan
orange saat matang. Dalam satu rangkaian terdapat ± 1800 buah yang terdiri dari
buah luar, buah tengah dan buah dalam yang ukurannya kecil karena terjepit.
Berattandan dan ukuran buah bervariasi tergantung pada umur tanaman dan
pemeliharaan. Berat 1 buah rata rata 13 – 20 gram dengan panjang buah 3 -5 cm,
buah matang yang lepas dari spliket dan tandan disebut berondolan (Lubis,2019).
matahari selama 5-7 jam sehari. Lama penyinaran tersebut hanya dapat terpenuhi
jika komoditas ini dibudidayakan di wilayah tropis (Andoko dan Widodoro,
2013).
2) Tanah
Perkembangan akar kelapa sawit yang paling banyak yaitu di lapisan tanah
bagian atas dengan panjang akar berkisar 1 meter. Sifat fisik tanah ditentukan oleh
tekstur, struktur, kemiringan tanah, kedalaman permukaan air, konsitensi gembur
dan permeabilitas sedang. Tanaman kelapa sawit menghendaki tanah yang subur,
gembur, memiliki solum yang tebal, tanpa lapisan padas, datar dan drainasenya
baik. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik dibanyak jenis tanah
seperti podsolik, latosol, hidromofik kelabu, regosol, andosol, organosol dan
alluvial. Tanah latosol terbentuk di daerah yang iklimnya juga cocok untuk
tanaman kelapa sawit. Tanah latosol mudah tercuci dan melapisi sebagian besar
tanah di daerah tropis basah. Tanah aluvial sangat penting untuk tanaman kelapa
sawit, meskipun kesuburannya disetiap tempat berbeda-beda. Aluvial ditepi pantai
dan sungai umum ditanami kelapa sawit (Sastrosayono, 2019).
ketersediaan alat panen, jumlah tenaga kerja, pokok produktif yang siap untuk
dipanen, serta teknis pengelolaan dari asisten divisi dalam mengelola field yang
sudah dipegang. Hal tersebut mendukung produksi panen TBS yang dipanen
nantinya.
Manajemen pemanenan ini digunakan sebagai rencana kerja tahunan,
bulanan, dan tiap rotasi panen. Dalam melaksanakan panen perencanaan dibuat
oleh asisten afdeling untuk mengelola kebun tiap regionalnya, setiap asisten
dibantu oleh supervise yang disebut mandoran panen, setiap mandor panen
mempunyai anggota panen yang dibawahinya. Panen kelapa sawit perlu dilakukan
secara benar dan tepat karena panen merupakan pekerjaan utama diperkebunan
kelapa sawit dan menjadi sumber pemasukan uang ke perusahaan melalui
penjualan Minyak Kelapa Sawit (MKS) dan Inti Kelapa Sawit (IKS).
3. METODE PRAKTEK KERJA LAPANG
9
10
proses wawancara. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
bukti, sejarah, atau catatan yang telah disusun dalam arsip yang berhubungan
dengan permasalahan dalam pelaksanaan praktek kerja lapang.
2) Misi
Mewujudkan grub usaha berbasis, sumberdaya perkebunan yang
terintegritas dan bersinergi dalam memberi nilai tambah (value creation) bagi
stakeholders dengan :
1. Menghasilkan produk yang berkualitas tinggi bagi pelangggan
2. Membentuk kapabilitas proses kerja yang unggul (Operation excellence)
melalui perbaikan dan inovasi berkelanjutan dengan tata kelola
perusahaan yang baik.
11
3.5.3 Lokasi
Kebun Hapesong berada dalam wilayah Distrik Serdang 2, terletak di 5
(Lima) Kecamatan yaitu Batang toru, Angkola Sangkunur di Kabupaten
Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Berjarak 55 km dari ibu kota
Kabupaten (Sipirok) dan 450 km dari kota Medan. Areal Kebun Batang toru
topografi 55% tanah datar dan 45 % areal berbukit, ketinggian ± 65 m di atas
permukaan laut. Jenis tanah podsolik merah kuning (PMK) tekstur = lempung
berbatu .
sistematis dan efektif serta terkordinir dengan baik dan benar. Berikut bagan
struktur organisasi di PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Kebun
Hapesong Kabupaten Tapanuli Selatan :
MANAGER
FAKHRUR ROZI, S.P.,
M.P
ASISTEN KEPALA
DAVID M ASISTEN
ASISTEN TATA TAMBUNAN, SP PERSONALIA
USAHA
KEBUN
MHD.ROPI NST, SE
AFRIZAL YUSUF
RKT
ASISTEN AFD I
M. IQBAL, SP
ASISTEN AFD II
MISIYONO, A. Md
ASISTEN AFD IV
MICHAEL MT
SIAHAAN, STP
ASISTEN AFD V
RAHMAT DANI, SP
13
14
untuk memotong Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dari pokoknya.
Penggunaan dodos biasanya dilakuakan pada tanaman kelapa sawit yang sudah
bisa dipanen umur kurang dari 8 tahun. Salah satu alat pemanen kelapa sawit yang
sering digunakan di Indonesia adalah alat panen tradisional tipe dodos secara
manual. Dodos menggunakan pisau dengan bentuk chisel yang disambung dengan
pipa panjang. Dodos pada umumnya digunakan untuk memanen kelapa sawit
dengan ketinggian pohon 2-5 m. Alat tradisional ini membutuhkan tenaga yang
besar dari pekerja karena untuk memotong TBS dilakukan gerakan menusuk
(Fatah, 2013).
4. Gerobak Sorong
Pemanenan tandan kelapa sawit di Indonesia saat ini masih dilakukan
dengan alat-alat sederhana, yaitu dodos, egrek, dan gerobak sorong. Gerobak
sorong merupakan alat yang terbuat dari besi dan mempunyai kapsaitas muat 150
kg TBS. Jenis gerobak sorong yang sering digunakan bermerek ARTCO. Alat ini
berfungsi untuk mengangkut TBS kelapa sawit yang telah jatuh dari pokoknya
untuk dibawa ketempat pemungutan hasil. Proses pemanenan dengan alat bantu
ini membutuhkan tenaga besar dan waktu kerja yang lama, sehingga
mengakibatkan susut panen yang cukup tinggi (Sudianto, 2014)
5. Gancu
Gancu merupakan alat yang digunakan untuk mengaitkan dan memindahkan
buah kelapa sawit yang berada di areal tanah ke dalam gerobak sorong. Gancu
memiliki ukuran panjang 60 cm , lebar 15 cm. Alat ini juga berfungsi untuk
menyusun TBS dari dalam gerobak sorong ke tempat TPH dengan rapi. Gancu
merupakan salah satu alat yang digunakan untuk proses pemanenan kelapa sawit.
Sama hal nya dengan dodos, egrek, merupakan salah satu alat yang penting untuk
menunjang proses pemanenan diperkebunan sawit (Fuadi, 2015).
17
7. Batu Asah
Batu asah merupakan alat yang digunakan untuk mengasah dodos dan
pisau egrek agarl ebih tajam dan terjaga ketajamannya sehingga mempermudah
pekerja dalam melakukan pemanenan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit.
Batu asah salah satu alat yang ada di persiapan panen dan sebagai penyediaan
alat-alat kerja. Persiapan pemanenan perlu dilakukan dengan baik dan tepat waktu
agar pada saat panen dimulai, produksi dapat dikumpulkan (Pusat Penelitian
Kelapa Sawit, 2016).
Kriteria
Matang Jumlah Berondolan di PKS Komposisi Panen Ideal
Panen
Matang 1 1 – 30 Berondolan 5%
Matang 2 31 – 70 Berondolan 15 %
kg. Teknik penentuan baris sampel untuk penyebaran panen mengacu pada teknik
penentuan baris pada trossen telling
b) Taksasi panen
Taksasi panen adalah perkiraan perhitungan hasil produksi yang akan
dipanen pada hari berikutnya. Taksasi dapat dilakukan setelah menghitung angka
kerapatan panen. Taksasi panen dapat dihitung dengan membagi jumlah pohon
produktif dengan nilai AKP yang kemudian dikalikan dengan berat janjang rata-
rata (BJR) sehingga diperoleh estimasi produksi. Estimasi produksi yang telah
diperoleh akan dibandingkan dengan produksi aktual pada satu hari setelah
perhitungan AKP. Ketepatan dalam perhitungan estimasi panen sangat diperlukan
agar kegiatan panen dapat berjalan dengan lancar. Taksasi panen digunakan untuk
mengefisiensikan kebutuhan tenaga kerja dan kebutuhan alat pengangkutan agar
tidak terjadi kelebihan ataupun kekurangan. Taksasi panen adalah perkiraan
produksi hasil tanaman yang di budidayakan (Miraza, 2014).
Rumus cara mencari kebutuhan tenaga panen :
9821
= 3
x 7,5 kg
Tenaga kerja panen melakukan proses panen dengan standar panen atau kriteria
matang panen. Menurut Syaputra (2011), kriteria matang panen merupakan
indikasi yang dapat membantu tenaga kerja panen memotong buah pada saat yang
tepat.
Rumus cara mencari kebutuhan tenaga panen :
Perkiraan produksi
Jumlah tenaga Panen = X 1 Harian Kerja (Hk)
Prestasi panen
24.555
= 2000 x 1 = 13 pemanen
Gambar 10. Kegiatan Panen TBS menggunakan Alat Dodos dan Egrek
KAP Inspeksi terhadap ancak/lapangan yang dipanen pada hari itu dan produksi
di TPH. Petugas KAP Inspeksi sebanyak 1 orang per Afdeling memeriksa
pemanen setiap hari. Jumlah pemanen yang di periksa setiap hari, 10 % oleh
Asisten Afdeling, 20 % oleh Mandor I dan 70 % oleh Petugas KAP Inspeksi. KAP
Inspeksi di lakukan setiap hari setelah para pemanen selesai melakukan
pemanenan.
Berikut kriteria yang diamati untuk menjaga mutu panen TBS dan nilai
kesalahan atau nilai denda :
Tabel 2. Denda Kesalahan Panen
Tempat Kriteria Kesalahan Nilai
Penilaian Kesalahan/Denda
Buah matang tidak dipanen Rp. 5000/tandan
Buah lewat matang tidak dipanen Rp. 5000/tandan
Ancak Panen Buah matang tidak diangkut ke TPH Rp. 25000/tandan
Brondolan tidak dikutip Rp. 50/butir
Pelepah tidak disusun Rp. 1000/pelepah
Pelepah tidak diturunkan Rp. 1000/pelepah
Panen buah mentah Rp. 10000/tandan
Buah busuk tidak dibrondol Rp. 2000/tandan
TPH Gagang panjang (> 2 cm) tidak dipotong Rp. 2000/tandan
Tangkai TBS tidak berbentuk “V” Rp. 500/tandan
TBS tidak disusun di TPH Rp. 500/tandan
Tangkai tidak diberi nomor Rp. 1000/TPH
e. Melakukan pemeriksaan mutu buah dan mutu ancak buah, untuk memastikan
tidak ada buah masak yang tertinggal dan tidak ada buah mentah dipanen serta
memastikan brondolan telah terkutip seluruhnya. Memeriksa administrasi
panen serta memastikan administrasi panen dijalankan dengan baik.
f. Monitor pengangkutan TBS dan memastikan semua TBS hasil panen diangkut
kepabrik.
g. Memonitor Out put pekerja (HK/Ha) dan mendiskusikan dengan mandor pada
sore hari.
3) Asisten Afdeling
Pimpinan yang terdapat di areal afdeling yang Bertanggung jawab
terhadap rayon yang di pimpinnya dalam melaksanakan semua kegiatan untuk
mencapai target terhadap afdeling yang dipimpinnya secara teknis maupun
administrasi misalanya menerima hasil kerja dari para mandor, dan
mengagendakan perencanaan kerja. Berikut adalah tugas seorang Asisten
Afdeling dalam pengawasan panen adalah sebagai berikut :
a. Menerapkan sistem pelaksanaan apel pagi.
b. Mengontrol dan mengawasi pakerjaan para pemanen.
c. Segera menanggulangi setiap permasalahan dan hambatan yang terjadi sewaktu
pelaksanaan teknisi pemanen dan pengumpulan dalam batas - batas
wewenangnya.
d. Bersama-sama dengan mandor panen memperkirakan produksi panen
selanjutnya, tenaga panen, dan tranportasi untuk pengankutan panen
e. Memperhatikan sarana jalan agar layak dilalui kendaraan transpotasi panen.
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktek kerja lapang yang dilakukan di PT. Perkebunan
Nusantara III (PERSERO) Kebun Hapesong Afdeling V dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1) Manajemen pemanenan tandan buah segar kelapa sawit yang diterapkan
sudah memenuhi standar prosedur perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat
dari rata-rata produksi.
2) Peralatan panen yang digunakan sesuai dengan ketetapan perusahaan dan
kapasitas panen sudah sesuai standar prosedur perusahaan .
3) Aspek terpenting pemanenan kelapa sawit terletak pada rotasi panen,
penentuan nilai AKP, tenaga kerja, dan upaya dalam mempertahankan
produktivitas.
5.2. Saran
Adapun saran dari penulis berupa perlu adanya peningkatan kualitas dan
ketersediaan alat untuk pemanen dilapangan yang dapat mempengaruhi teknik
pemanenan tandan buah segar kelapa sawit. Selain itu pengawasan mandor panen
juga perlu ditingkatkan untuk mengantisipasi terjadinya brondolan dan buah
tinggal yang menyebabkan losses sehingga mempengaruhi hasil produksi
perusahaan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Andoko dan Widodoro. 2013. Berkebun Kelapa Sawit “SiEmas Cair”. Perseroan
Terbatas. Agro media Pustaka, Jakarta.
Chairunisa, C., 2018. Pengelolaan Tenaga Kerja Panen dan Sistem Pengangkutan
Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diKebun
Mustika PT. Sajang Heulang Minamas Plantation Kalimantan Selatan.
Agronomi IPB, Bogor.
Chandra, M. A. 2015. Pengaruh Pupuk Kompos Batang Pisang dan Pupuk
Organik Cair Super Bionik terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) diPembibitan Awal.Universitas Muhammadiyah
Sumatera Utara.
Dadin., 2020. Pengelolaan Pemanenan Kelapa Sawit (Elueis Guineensis Jacq.) Di
Kebun Bangun Bandar PT. Socfindo Medan, Sumatera Utara. Skripsi.
Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Direktorat Jendral Perkebunan. 2017. Statistik Perkebunan Indonesia. Kementrian
Pertanian. Di akses dari http//www.deptan.go.id pada tanggal 2 Agustus
2022
37
38
Sutrisno, T. 2015. Respon Limbah Cair Tahu dan Blotong Tebu Terhadap
Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre-Nursery.
Dalam Skripsi (tidak dipublikasi).Universitas Muhammadiyah Sumatera
Utara
40
41