Potens1 Sumber
Daya Genetik
Budi Setiadi Daryono
Sigit Dwi Maryanto
Keanekar~gaman danM E LO N
Potens1 Sumber
Daya Genetik
Penulis:
Budi Setiadi Daryono
Sigit Dwi Maryanto
Korektor:
Evi
Desain sampul:
Pram's
Digitalisasi oleh:
Ruslan
ISBN: 978-602-386-187-3
Redaksi:
JI. Grafika No. 1, Bulaksumur
Yogyakarta,55281
Telp./Fax.: (0274) 561037
ugmpress.ugm.ac.id I gmupress@ugm.ac.id
Penulis
PRAKATA................................................................................................ V
A. MENGENAL MELON
1. Asal Usul Melon
Melon merupakan buah yang telah dikenal dan digemari oleh
masyarakat. Melon merupakan buah yang populer di dunia. Menurut
asal usulnya, melon berasal dari Afrika Utara. Namun, ada beberapa
yang menyebutkan melon berasal dari kawasan Mediterania. Tanaman ini
kemudian menyebar secara luas ke Timur Tengah dan Eropa (Denmark,
Belanda, serta Jerman). Dari Eropa, melon dibawa ke Amerika pada abad
ke-14 dan ditanam secara luas di daerah Colorado, California, dan Texas.
Tanaman melon kemudian menyebar ke segala penjuru dunia, terutama
pada daerah subtropis dan tropis, termasuk Indonesia (Setiadi & Parimin,
1999).
Di Eropa, melon mulai dikenal sejak awal tahun Masehi. Jenis
melon yang pertama kali dikembangkan di Eropa yaitu Cucumis melo var
Reticulatus, merupakan jenis melon liar yang berasal dari Asia dan Afrika.
Jenis melon ini populer dengan sebutan "musk melon". Di Amerika Serikat,
melon mulai populer tahun 1540. Jenis melon yang banyak dikembangkan
di Amerika yaitu Cucumis melo var Cantelupensis yang didatangkan dari
Eropa. Jenis melon ini dikenal sebagai Canteloupe atau Cantaloupe. Pada
tahun 1871, dihasilkan jenis melon baru, yaitu Cucumis melo var Inodorus
yang dikenal sebagai Casaba-Melon (Robinson and Walters, 1999).
b. Tipe-Tipe Melon
Untuk memudahkan sistem pengelompokan, para ahli
mengklasifikasikan melon menjadi dua tipe, yaitu tipe netted melon dan
winter melon.
1) Tipe Netted Melon
a) Ciri-ciri: kulit buah keras, kasar, berurat dan bergambar seperti jala
(net); aroma relatif lebih harum dibanding dengan winter melon;
buah lebih cepat masak antara 75-90 hari; dan tahan lama untuk
disimpan.
b) Kultivar: (1) Cucumis melo var. reticulatus, buah kecil, berurat
seperti jala, dan harum; (2) Cucumis melo var. cantalupensis, buah
besar, kulit bersisik, dan harum.
2) Tipe Winter Melon
a) Ciri-ciri: kulit buah halus, mengkilat, dan aroma buah tidak
harum; buah lambat untuk masak antara 90-120 hari; mudah
rusak dan tidak tahan lama untuk disimpan. Tipe melon ini sering
digunakan sebagai tanaman hias.
b) Kultivar: (1) Cucumis melo var. inodorous, kulit buah halus, buah
memanjang dengan diameter 2,5-7,5 cm; (2) Cucumis melo var.
A B
a. Akar
Tanaman melon memiliki akar tunggang yang terdiri atas akar primer
(akar pokok) dan akar sekunder (akar lateral). Dari akar lateral inilah
keluar serabut-serabut akar. Perkembangan akar sekunder dipengaruhi
oleh struktur korteks akar. Akar tanaman melon menyebar, tetapi
dangkal. Akar cabang dan rambut akar banyak terdapat di permukaan
tanah dan semakin ke dalam jumlahnya semakin berkurang. Tanaman
melon membentuk ujung akar yang dapat menembus ke dalam tanah
sedalam 45-90 cm. Akar horizontal cepat berkembang di dalam tanah
dan menyebar dengan kedalaman 20-30 cm (Robinson and Walters, 1999).
b. Batang
Batang tanaman melon bersifat herbaceous dengan bentuk persegi lima
dan berlekuk 3-7 lekukan. Batangnya memiliki trikoma yang relatif tajam
dan terdapat buku (nodus) tempat melekatnya tangkai daun. Dari satu
batang utama yang dipelihara akan muncul cabang sekunder pada ketiak
daun. Cabang sekunder ini sebagai tempat keluamya bunga tanaman
melon (Robinson and Walters, 1999).
Tanaman melon yang tumbuh liar biasanya memiliki percabangan
yang sangat banyak. Namun, untuk tanaman melon yang dibudidayakan,
jumlah cabangnya dibatasi. Hal ini disebabkan jumlah cabang yang terlalu
banyak akan mengurangi kualitas dan kuantitas buah yang dihasilkan
c. Daun
Daun tanaman melon berwarna hijau, bercangap atau menjari
bersudut lima, berlekuk 3-7 lekukan, dan bergaris tengah 8-15 cm. Bentuk
daun pada beberapa kultivar hampir membulat, permukaan daun berbulu
kasar. Susunan daun berselang-seling sederhana. Tanaman ini mempunyai
sulur yang terdapat pada ketiak daun (Tjahjadi, 1987). Morfologi daun
tanaman melon dapat dilihat pada Gambar 1.4.
d. Bungo
Tanaman melon memiliki bunga bersimetri radial, berumah satu (satu
tanaman mempunyai bunga jantan dan betina), bagi bunga yang sempuma
(satu bunga mempunyai benang sari dan putik) bersifat tetrasiklik, dan
memiliki lima bagian bunga. Bagian ujung daun-daun mahkota tersusun
seperti katup. Pada bunga jantan, benang sari berjumlah lima, berlekatan
satu sama lain (jarang bebas); kepala sari beruang dua, dengan ruang sari
terlipat menghadap keluar, kepala sari saling berlekatan. Pada bunga
betina, tangkai kepala putik dengan kepala putik yang berbagi tiga seperti
garpu. Baka! buah tenggelam; kebanyakan beruang tiga dan setiap ruang
terdapat dua tembuni yang membengkok keluar dengan kebanyakan
sejumlah besar bakal biji (ada kalanya hanya satu pada spesies tertentu),
masing-masing dengan dua selaput kulit biji (Tjitrosoepomo, 1989).
Bunga melon berwama kuning dan kebanyakan bersifat uniseksual
(satu bunga hanya mempunyai satu kelamin). Oleh sebab itu, dalam
penyerbukan memerlukan bantuan organisme lain. Penyerbukan yang
biasa terjadi adalah penyerbukan silang, sedangkan untuk penyerbukan
sendiri jarang terjadi. Lebah madu merupakan hewan yang mempunyai
peranan penting dalam membantu proses penyerbukan pada bunga
e. Buah
Buah memiliki ukuran, bentuk, warna, dan kekerasan kulit yang
beragam pada beberapa tipe dan kultivar melon (Rubatzky dan Yamaguchi,
1999). Buah melon merupakan buah buni, jarang seperti buah kendaga, biji
tanpa endosperm. Bentuk buah melon bervariasi, antara lain bulat, bulat
telur, jorong, berbentuk buah pear, dan lonjong seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 1.6. Kulit buah melon memiliki ketebalan 1-2 mm, bersifat
keras dan liat. Kulit buah dapat berwarna hijau, hijau tua, hijau muda,
hijau keabuan, atau kuning. Kulitnya tersusun dari epidermis yang
umumnya memiliki net (jaring), lapisan mesodermis dengan ketebalan 1
mm, dan lapisan endodermis yang berbatasan langsung dengan daging
buah. Di antara rongga buah terdapat sekumpulan biji melon yang
. . .~ .....
2 4
5 6
0
1 3 5 7 9
Gambar 1.7. Variasi alur (neti) pada permukaan buah melon secara skematis
Keterangan: 1 = tidak ada net atau sangat lemah, 3 = net lemah, 5 = net sedang, 7 =
net kuat, 9 = net sangat kuat
Sumber: Hindarwati, 2006
f. Biji
Biji melon umumnya berwama cokelat muda, panjangnya rata-rata
0,9 mm, dan diameter 0,4 mm. Satu buah melon biasanya terdapat 500-600
biji (Prajnanta, 2004; Alaydrus, 2008). Menurut IPGRI (2003), bentuk biji
ditentukan oleh perbandingan panjang dan lebar biji. Biji berbentuk
membulat (panjang/lebar < 2), elips (panjang/lebar antara 2,1-2,5), oval
(panjang/lebar > 2,5), segitiga (triangular), tipe pionet, a tau bentuk spesifik
lainnya. Berdasarkan ukurannya, biji melon dapat berukuran sangat
kecil (<5 mm), kecil (5-8 mm), sedang (9-12 mm), besar (13-16 mm), dan
sangat besar (>16 mm). Wama biji juga bervariasi, antara lain putih, putih
kekuningan, kuning krem, kuning, cokelat muda, atau cokelat seperti
yang ditunjukkan Gambar 1.8. Jumlah biji per buah digolongkan menjadi
rendah (<10), sedang (10-100), dan tinggi (>100).
r
Keanekaragaman dan Potensi $umber Daya Genetik Melon
17
Penerimaan
1. Dalam luas lahan per 1.000 m 2, ada 60 bedeng. Tiap bedeng, rata-rata
100 tanaman sehingga total buah = 60 x 100 buah = 6.000 buah.
2. Jika diperhitungkan tingkat kerusakan tanaman (loss) 5% maka hasil
yang hilang sebesar = 5% x 6.000 buah = 300 buah melon, sehingga
produksi bersih melon menjadi 6.000 buah - 300 buah = 5.700 buah.
3. Total berat buah = jumlah buah x rata-rata berat per buah
= 5.700 buah x 2 kg
= 11.400 kg
4. Hasil penjualan =berat total buah x harga per kilogram
= 11.400 buah x Rp5.000,00
= Rp57.000.000,00
5. Keuntungan = Rp57.000.000,00 - Rp27.084.750,00
= Rp29.915.250,00
6. Parameter kelayakan usaha
Rasio biaya dan pendapatan (Benefit Cost Ratio/BCR)
= Rp29.915.000,00 : Rp27.084.750,00
= 1,10%
KABUPATEN KEBUMEN]
-~ .....__....,
-- -F
.-
= -=-
-~ -€"
-.- _,._
SAMUDRA INDONESIA
Gambar 1.9. Peta geografis Kabupaten Kebumen
Sumber: Daryono dkk., 2014
■ Irigasi Teknis
■ lrigasi setengah teknis
20020 ■ Irigasi sederhana PU
■ Irigasi desa
1053 ■ Tadah hujan dan pasang surut
2293
3669
Gambar 1.11. Area pertanian di sekitar gumuk pasir Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah
Sumber: Foto Maryanto, 2013
Gambar 1.13. Area persawahan untuk budidaya melon di Kebumen, Jawa Tengah
Sumber: Poto Maryanto, 2013
Gambar 1.15. Perawatan dan pemeliharaan tanaman melon di area gumuk pasir
Kebumen, Jawa Tengah
Sumber: Poto Maryanto, 2013
Gambar 1.16. Penentuan umur panen melon di gumuk pasir Kebumen, Jawa
Tengah
Sumber: Foto Maryanto, 2013
I O I I I • ••
~
...-:.,:,~
lwN•-fUI' •
,....
.....
........ ~
~ ..
1[ MPEl
5LEIYI Al'l
..,......,.,
-
KUt,D.NDOO&iO
"""'""" -
MIHQ:;/0 IVll.A II
....,.....
,. -
--
,,,,.,__,.cw_, __
,..,..._
"""'"" """"' o.-..... ,.__. _ _ __
_., HO . .
- P@MIIMIAM
GUHUNG•.GUI..
.. , .. a.,,n1
-•lO.\IA\111\
~- ~ -
:z.l
-----
---
Gambar 1.26. Metode budidaya melon tradisional (A), semi modern (B), modern (C)
Sumber: Poto Maryanto, 2013
-~w,...,..
--- ~n~, ~
Kab. Purwore!o
Kab.Sleman
LEGENDA
---~ ----·
......
- -- Sumber :
PemerinlahKabupalenPurworejo
6A0AN PERENCANAAN DAERAH
WahyuMard,yanto
09405241039
PENDIDIKAN GEDGRAFl
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGY AKARTA
20'2
-._
• K AeV•",.EN 80Jo,.,~G"
• - ~- • 0-f'
~·
Q.....;:;~
~\ ~q°",._,,,
. ~
\. \-... \(::.. ..
____ •·· ....,··
.... ,.eu""',-t.1'
1. Melodi Gama 1
Melon generasi pertama hasil pemuliaan tim peneliti Laboratorium
Genetika, Fakultas Biologi, UGM, ini perakitannya dimulai dengan
dilakukan persilangan test cross. Uji silang (test cross) antara induk jantan
F 1B dengan induk betina Andes menghasilkan melon berkode TC 4
(Alaydrus, 2008). Induk jantan F1B diperoleh dari persilangan antara PI
371705 dengan Andes. Test cross dilakukan dengan mengawin-balikkan
keturunan F1 dengan salah satu induknya yang resesif ganda (Crowder,
1986).
cS Andes
A B C D
o
Gambar 2.4. Diagram persilangan (F 1) 'i2 Andes dan PI 371795 serta persilangan
o
(F 2) 'j2 FIB dan FIB
Sumber: Alaydrus, 2008
Dari Gambar 2.4. dapat diketahui bahwa induk TC4 berasal dari test
cross antara Andes dengan F1B. Induk ~ F1B disilangkan dengan b' Andes,
menghasilkan empat variasi fenotipe buah, yaitu TC4, TC, TC 1, dan TCO.
Dari keempat hasil test cross, melon TC 4 memiliki karakter yang potensial
untuk dikembangkan. Karakter fenotipe TC4 adalah bentuk buah bulat;
kulit buah agak tebal dan keras; kulit buah berwama hijau, dan berjaring
halus; wama daging buah jingga; rasa manis dan memiliki aroma seperti
Andes (Alaydrus, 2008). Melon TC 4 dan F2B5 kemudian digunakan
sebagai parental untuk menghasilkan kultivar TCB5 yang selanjutnya
dikembangkan menjadi kultivar Gama Melon Basket (Huda, 2009).
Pada Gambar 2.5. dapat dilihat morfologi buah melon kultivar Gama
Melon Basket yang memiliki ciri khas bentuk buah bulat, berat buah
2,0-2,5 kg, wama kulit hijau keabuan, alur jaring rapat halus, dan memiliki
sepuluh garis lurus berwama hijau tua sehingga tampak seperti blewah
(Cucumis melo var. Cantalupensis). Wama daging buah jingga, rasa manis,
dan beraroma harum (Huda, 2009).
3. Melodi Gama 2
Melodi Gama 2 (MG 2) termasuk melon generasi pertama pemuliaan
oleh Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Biologi
UGM. MG 2 merupakan segregasi dari hasil uji silang (test cross) antara
induk jantan F1B dengan induk betina Andes yang menghasilkan melon
berkode Te 1 (Alaydrus, 2008). Melon Melodi Gama 2 merupakan hasil
pengembangan melalui seleksi kultivar Te 1 untuk memperoleh galur
murni. MG 2 memiliki kenampakan yaitu buah yang berbentuk bulat
dengan kulit buah agak tebal dan keras, berwarna hijau, serta berdaging
halus. Berat buah MG 2 yaitu 1,7-2,0 kg, rasa manis (brix 10), memiliki
net yang jelas dan rapat. Keunggulan lain dari kultivar ini yaitu tahan
terhadap serangan penyakit powdery mildew (jamur tepung) dan virus
Kyuri Green Motle Mozaic virus (KGMMV).
Gambar 2.7. Silsilah kultivar Melodi Gama 2 berasal dari pengembangan TC1
Sumber: Alaydrus, 2008
A B
Gambar 2.8. Buah melon kultivar Melodi Gama 2
Keterangan: A = buah utuh, B = buah dibelah secara membujur
Sumber: Maryanto dan Daryono, 2011
A B
Gambar 2.9. Buah melon kultivar Melodi Gama 3
Keterangan: A = buah utuh, B = buah dibelah secara membujur
Sumber: Daryono dkk., 2012
S. TACAPA
Melon kultivar TACAPA merupakan hasil Testcross melon ~ ACT-3 X
F1PI. Melon ACT-3 diperoleh dari penggaluran salah satu melon komersial
yang memiliki ciri daging buah hijau, bentuk buah bulat dengan net halus,
namun tidak memiliki ketahanan terhadap jamur tepung. Sedangkan,
.,
'·•·•~.
.- '.I
'(
• :0 -
A B
Gambar 2.12. Buah melon kultivar TACAPA Silver
Keterangan: A= buah utuh, B = buah dibelah secara melintang
Sumber: Foto Wina, 2015
Muda ua
Pangkal
Ujung
Samping
Potongan membujur
,;'!~~~ '
'
Potongan melintang tampak ujung
7. Hikadi
Kultivar Hikadi merupakan kultivar hasil persilangan antara indukan
melon ~ GMP dan cJ La-3. Kultivar Hikadi memiliki karakter buah yang
berbentuk bulat dengan kulit buah agak tebal dan keras, berwama oranye
Hikat.li
Gambar 2.17. Perakitan melon kultivar Hikadi
Sumber: Daryono dkk., 2015
8. Hikapel
Kultivar Hikadi Apel (Hikapel) merupakan kultivar hasil persilangan
antara antara indukan melon ~ Hikadi dan r!; SL-3. Kultivar Hikapel
memiliki karakter khas, yaitu bentuk buah dan ukurannya yang mirip
dengan buah apel. Berat buah sekitar 500 gram atau disebut sebagai melon
in hand. Melon ini memiliki rasa manis, daging buah berwama orange,
daging renyah, kulit buah halus tanpa net, berwama hijau kelabu ketika
masih muda dan kuning keputihan ketika sudah tua. Melon ini berbuah
2-4 buah dalam satu tanaman dengan umur panen antara 58-65 hari
setelah tanam (Daryono dkk., 2015).
Hikaoel
II IV V VI
Gambar 2.21. Grading warna buah melon kultivar Hikapel yang siap mencapai
waktupanen
Sumber: Al-Mughni, 2015
9. Melon Granat
Kultivar Melon Granat merupakan kultivar hasil persilangan antara
indukan melon ~ La-3 dan cl GMP. Kultivar ini memiliki bentuk mirip
dengan granat. Berat buah sekitar 500 gram atau disebut sebagai melon
in hand. Melon ini memiliki rasa manis, daging buah berwama oranye,
daging renyah, kulit buah halus tanpa net, berwama hijau kelabu ketika
masih muda, dan kuning keputihan ketika sudah tua. Melon ini berbuah
2-4 buah dalam satu tanaman dengan umur panen antara 58-65 hari
setelah tanam.
C
Gambar 2.22. Buah melon kultivar Granat
Keterangan: A = kondisi buah saat belum matang, B = buah sudah matang, C =
kondisi buah dibelah secara horizontal
Sumber: Daryono, 2014
10.Melodi Gama 4
Kultivar Melodi Gama 4 merupakan hasil persilangan antara indukan
betina ~ Gama Melon Basket dengan indukan d' kultivar Melodi Gama
3. Karakter morfologi dari kultivar Melodi Gama 4 yaitu buah berukuran
besar dengan berat 2,0-2,5 kg, bentuk buah globular, terdapat garis-garis
berjumlah 10 di kulit buah mirip induknya Gama Melon basket, namun
nettnya lebih jelas dan tebal mirip induknya Melodi Gama 3, rasa buahnya
manis dengan brix 11-12, dan wama daging buah orange.
~ GMB IJ MG3
Fl MG4
A. INDUSTRIPERBENIHAN
Industri benih merupakan syarat penting bagi pertanian tangguh
yang berorientasi pasar. Industri benih merupakan tahap akhir
perkembangan perbenihan dan termasuk dalam kelompok agribisnis.
Disebut industri, menurut Sadjad (1997), karena prosesnya berawal dari
produk yang belum siap pakai dan berakhir menjadi produk siap pakai
yang berupa benih suatu kultivar tanaman melon. Selanjutnya, dinyatakan
sebagai industri hilir, industri benih menghadapi permintaan benih
berkualitas yang bersumber dari permintaan pasar untuk suatu komoditas
dengan syarat-syarat tertentu.
Dalam pertanian maju, benih memegang peranan penting sebagai
sistem penyalur (delivery system) atau pembawa teknologi baru (carrier
of new technology). Beberapa teknologi baru (kultivar baru) disampaikan
ke petani melalui benih bermutu. Kualitas benih kultivar unggul harus
diketahui, baik sebagai komponen kunci di dalam paket input yang
dibutuhkan untuk memperbaiki produksi tanaman maupun sebagai
katalis untuk mengeksploitasi teknologi baru dalam produksi tanaman
melon (Agrawal, 1980).
Untuk memenuhi permintaan, benih tidak dapat diproduksi secara
mendadak atau secara langsung, tetapi memerlukan perencanaan yang
baik. Perencanaan dan penanganan yang kurang baik dapat merugikan
produksi benih, dalam hal ini benih melon. Pemuliaan tanaman yang aktif
dan produktif merupakan dasar untuk industri benih melon. Kultivar
melon baru yang dilepas harus sampai ke petani dengan sifat-sifat yang
a. Pengembangan Kultivar
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, meningkat pula
ke bu tuhan pangan nasional. Dukungan penyediaan benih melon kultivar
unggul bermutu bagi petani melon merupakan bagian yang pen ting dalam
mendukung upaya peningkatan produktivitas tanaman melon. Dalam
melaksanakan upaya tersebut diperlukan peran pihak-pihak terkait, baik
yang berhubungan dengan legislasi maupun teknis di Pusat dan Daerah.
Untuk melancarkan dan mensinergikan pelaksanaan kegiatan dan
memantau serta mengevaluasi perkembangan pelaksanaan program-
program pengembangan perbenihan dalam upaya penyediaan, produksi,
b. Produksi Benih
Penggunaan benih melon kultivar unggul bermutu merupakan salah
satu faktor dalam mencapai keberhasilan peningkatan produktivitas
dan produksi tanaman pangan, dalam hal ini melon. Sementara itu,
peningkatan produksi pangan belum diimbangi oleh produksi pangan
yang lebih rendah dari laju peningkatan kebutuhannya. Untuk itu, benih
melon kultivar unggul bermutu harus tersedia secara berkesinambungan
mulai dari pengadaan Benih Penjenis, perbanyakan Benih Dasar,
Benih Pokok, sampai pada Benih Sebar. Upaya yang dilakukan untuk
peningkatan produksi ditempuh melalui sistem ekstensifikasi dan
intensifikasi. Guna tercapainya tujuan tersebut, tentunya ditunjang dengan
keberadaan institusi perbenihan yang salah satunya adalah Penangkar
Benih yang sampai saat ini penumbuhannya belum optimal.
c. See Processing
Guna melindungi para konsumen benih, dalam hal ini petani,
maka benih melon yang beredar hams memenuhi standar minimal yang
telah ditetapkan. Sebelum disalurkan, untuk mengetahui mutu benih
tersebut, terlebih dahulu harus diuji di laboratorium. Dengan demikian,
laboratorium uji merupakan instalasi yang mempunyai andil cukup
penting dalam menentukan mutu benih melon.
Sehubungan dengan hal tersebut, mulai dari peralatan sampai
sumber daya manusianya dalam, hal ini analis, hendaknya harus benar-
benar dipersiapkan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Hal
ini perlu memperhatikan sarana dan prasarana yang lengkap serta
terkalibrasi dengan baik, oleh karena peralatan yang tidak memadai, akan
menyebabkan hasil uji yang tidak sempuma. Demikian juga sumber daya
yang tidak memenuhi kualifikasi tertentu akan dapat memengaruhi hasil
ujinya (Copeland and McDonald, 2001).
a. Umum
Terdapat kerancuan persepsi mengenai sertifikat benih, OECD
Scheme, dan ISTA Rules yang menghambat perkembangan industri benih.
Beberapa prinsip sertifikat benih tidak diterapkan dan reproducibility hasil
ujilaboratorium belum mendapatkan perhatian yang memadai. Tidak
terdapat pemilihan antara mekanisme produksi benih komersial dengan
produksi benih untuk rescue programs (misal antisipasi kekeringan atau
penanggulangan eksplosi hama). Akibatnya, penerapan sertifikat benih
belum mampu memberikan jaminan mutu sebagaimana mestinya. Hal
tersebut dikarenakan beberapa hal berikut:
1) Belum terdapat kebijakan yang jelas mengenai pemilihan peranan
antara sektor swasta dengan pemerintah dengan perbenihan.
Pemerintah bersaing dengan swasta dalam produksi dan distribusi
1. Suhu
Suhu memengaruhi pertumbuhan dan reproduksi tanaman.
Perubahan suhu dari dingin atau panas berpengaruh besar terhadap
kemampuan fotosintesis, translokasi, respirasi, dan transpirasi. Jika suhu
terlalu rendah atau tinggi, pertumbuhan menjadi lambat atau terhenti
sama sekali.
Tanaman yang tumbuh pada lingkungan tropik mendapatkan jumlah
penyinaran tinggi hampir sepanjang hari sehingga menyebabkan suhu
daun, perbedaan suhu internal tanaman, dan perbedaan antara suhu
udara dan suhu daun meningkat. Perbedaan antara suhu udara dan
daun mempunyai pengaruh besar terhadap transpirasi dan timbulnya
kekurangan air. Sedangkan, suhu daun yang tinggi akan merusak proses-
proses metabolisme sehingga berakibat pada kematian.
Jumlah penyinaran yang diserap oleh daun dapat menjadi penentu
bagi kegiatan metabolisme, bahkan kemampuan pertumbuhan tanaman
itu sendiri. Suhu udara di daerah tropis, terutama dipengaruhi oleh
penyinaran matahari sehingga mempunyai dua dampak, yaitu perubahan
suhu udara harian lebih besar daripada perubahan suhu udara tahunan
dan suhu udara penyinaran matahari cenderung seragam untuk daerah
3. Ketinggian Tempat
Di Indonesia, melon dapat tumbuh baik di lahan dengan ketinggian
antara 300-1.000 m dpl. Tanaman melon masih dapat berproduksi dengan
baik pada ketinggian 0-100 m dpl. Sedangkan, pada ketinggian lebih dari
900 m dpl, tanaman melon tidak dapat berproduksi secara optimal.
Melon yang ditanam di dataran menengah mempunyai umur panen
yang lebih panjang daripada melon yang ditanam di dataran rendah.
Namun, melon yang ditanam di dataran menengah mempunyai tekstur
buah yang lebih bagus dan rasa buah yang lebih manis dibandingkan
melon yang ditanam di dataran rendah. Melon yang ditanam di dataran
menengah mempunyai daging buah yang tebal dengan sedikit rongga,
meskipun ukuran buahnya tidak sebesar melon yang ditanam di dataran
rendah. Sebaliknya, melon yang ditanam di dataran rendah berukuran
besar, tetapi bila dibelah rongga buah cukup besar dengan daging lebih
tipis dan tingkat kemanisan lebih rendah dibandingkan melon yang
ditanam di dataran menengah (Astuti, 2008).
4. Curah Hujan
Curah hujan yang diperlukan untuk tanaman melon adalah 2.000-
3.000 mm/tahun. Curah hujan yang tinggi dapat merusak tanaman secara
langsung dan dapat menjadikan kondisi lingkungan yang menguntungkan
bagi perkembangan patogen. Selain itu, curah hujan yang terus-menerus
S. lntensitas Cahaya
Intensitas cahaya yang terbaik untuk tanaman melon adalah daerah
dengan ketinggian maksimal 300 m dpl. Itulah sebabnya, tanaman
hortikultura lebih cocok ditanam di daerah pegunungan, terrnasuk melon.
Tanaman melon membutuhkan penyinaran selama kurang lebih 10 jam
dalam satu hari. Jika persyaratan ini terpenuhi maka buah yang dihasilkan
akan utuh dan rasanya sempuma. Oleh karena itu, daerah dataran tinggi
yang cenderung banyak awan biasanya akan menghasilkan buah melon
yang mempunyai kualitas kurang baik (Wirahma, 2008).
Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis. Daun dan
batang tanaman yang tumbuh ditempat gelap akan tampak kuning pucat.
Tumbuhan yang kekurangan cahaya menyebabkan batang tumbuh lebih
panjang, lembek dan kurus, serta daun timbul tidak normal. Besamya
cahaya yang tertangkap pada proses fotosintesis menunjukkan biomassa,
sedangkan besarnya bobot kering mencerminkan biomassa dalam
jaringan. Peningkatan intensitas cahaya dapat menyebabkan bobot kering
tajuk menurun. Dengan meningkatnya intensitas cahaya, suhu lingkungan
tanaman akan meningkat. Akibatnya, respirasi tanaman meningkat
sehingga hasil fotosintesis bersih (biomassa) dalam jaringan tanaman
kecil (Widiastuti dkk., 2004).
Lama penyinaran dan besamya intensitas cahaya sangat berperan
dalam proses fotosintesis. Pada periode pemasakan buah, sinar matahari
akan memengaruhi kandungan gula buah melon. Semakin rendah
intensitas cahaya, tingkat kemanisan buah melon cenderung berkurang.
Di samping itu, sinar matahari dapat mengurangi penyebaran patogen
yang umumnya muncul pada saat kelembapan tinggi.
Apabila tanaman melon pada awal pertumbuhan kurang
mendapatkan sinar matahari maka batangnya akan tumbuh memanjang,
lunak, mudah roboh, dan buah yang terbentuk sering rontok. Apabila
tanaman melon kekurangan sinar matahari pada saat berbuah maka
buahnya kecil dan rasa manisnya akan berkurang (Wirahma, 2008).
7. pHTanah
Derajat keasaman (pH) tanah yang ideal bagi tanaman melon
adalah 6,0-7,0. Meskipun demikian, tanaman melon masih toleran pada
tanah dengan pH 5,6-7,2. Untuk pertanian intensif, petani yang telah
memiliki alat ukur pH tanah sebaiknya melakukan pengukuran pH tanah
setelah pembuatan bedengan. Pengukuran ini dimaksudkan agar dapat
ditentukan kepastian lahan apakah perlu dikapur atau tidak. Bila pH tanah
berada pada kisaran 5,8-7,2 maka lahan tidak perlu dikapur. Sebaliknya,
bila pH tanah <5,8 maka perlu dilakukan pengapuran. Kapur pertanian
yang sering dianjurkan untuk digunakan adalah Dolomit {CaMg(CO)2}
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1999).
Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah dari tanah
masam (pH < 6) agar mencapai tingkat kemasaman yang netral (pH =
7). Kemasaman tanah yang mendekati netral memudahkan unsur-unsur
hara di dalam tanah untuk diserap oleh tanaman. Selain itu, penyakit-
penyakit yang terbawa tanah akan lebih terkendalikan. Pengapuran
juga bermanfaat untuk menambah hara kalsium yang diperlukan dalam
pembentukan dinding sel tanaman.
KARAKTERISASI
SELEKSI
1. Koleksi
Pada tahap awal, pemulia tanaman mengumpulkan (koleksi)
berbagai kultivar tanaman yang berasal dari kultivar-kultivar tanaman
lokal, kultivar introduksi dan hasil seleksi dari negara lain, kultivar dari
pusat asal (center of origin), serta kultivar baru produk rekayasa genetika
(misalnya mutasi) (Crowder, 1986). Sedangkan, untuk pemuliaan
tanaman melon, dilakukan koleksi benih berbagai kultivar yang berasal
dari beberapa negara, di antaranya India, Jepang, Turki, Taiwan, RRC,
Thailand, Malaysia, dan Indonesia sendiri.
Koleksi benih juga dapat diambil dari kultivar lokal serta introduksi.
Tahap koleksi dilakukan sebagai upaya penyediaan bank plasma nutfah
yang bertujuan sebagai sumber gen donor dalam program pemuliaan
tanaman.
2. Karakterisasi
Karakterisasi merupakan tahapan dalam mengidentifikasi
karakteristik genotipe dan fenotipe dari kultivar tanaman (parental
maupun anakan) yang dikoleksi. Dalam proses karakterisasi, dilakukan
berbagai pendekatan untuk mengidentifikasi beberapa kultivar tanaman,
misalnya menggunakan klasifikasi numerik, kimiawi, atau molekuler
yang bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman genetik tanaman
yang dikoleksi. Dengan berbagai gen yang dapat identifikasi dan dapat
diketahui karakternya, maka dapat diketahui sifat-sifat unggul, asli,
maupun ketahanan tanaman terhadap penyakit sehingga dapat dilakukan
pengembangan dan peningkatan kultivar tanaman yang diinginkan.
Karakterisasi ini dideskripsikan dan dituangkan dalam database untuk
dijadikan data bank plasma nutfah yang akan menunjang tahapan
selanjutnya (Genesiska dkk., 2010).
9 Turbin Ada
3. Seleksi
Seleksi merupakan pemilihan kultivar tanaman yang nantinya
akan dijadikan parental untuk dilakukan persilangan tanaman. Kultivar
tanaman yang terpilih diambil dari data deskriptif yang dilakukan
berdasarkan tahap koleksi dan karakterisasi dari koleksi plasma nutfah.
Sehingga, parental yang akan disilangkan jelas karena diketahui gen-
176bp
Gambar 4.4. Selesi karakter menggunakan penanda genetik untuk gen pengkode
volatil
Sumber: Maryanto, 2014
a. Hibridisasi
Hibridisasi merupakan perkawinan silang pada tanaman, baik pada
individu yang sama maupun berbeda dengan tujuan untuk memperoleh
organisme dengan sifat-sifat yang diinginkan. Hibridisasi dapat dilakukan
dengan proses polinasi, yaitu peristiwa jatuhnya serbuk sari (polen) ke
kepala putik (stigma). Hibridisasi buatan merupakan kegiatan dengan
sengaja menjatuhkan serbuk sari (polen) ke kepala putik (stigma) .
Hibridisasi buatan disebut sebagai usaha pemuliaan tanaman. Hibridisasi
buatan bertujuan untuk menggabungkan berbagai sifat yang diinginkan
dalam satu kultivar tanaman tertentu. Adanya hibridisasi buatan dapat
memunculkan keragaman baru saat hibridisasi itu menghasilkan
segregasi.
Secara umum, teknik hibridisasi dapat digolongkan menjadi
hibridisasi buatan pada tanaman menyerbuk sendiri, hibridisasi buatan
pada tanaman menyerbuk silang, dan hibridisasi buatan pada tanaman
menyerbuk silang atau sebagian (Supartopo, 2006).
F,
Ketiga, persilangan testcross (uji silang). Persilangan ini merupakan
persilangan testcross (uji silang), yaitu persilangan antara suatu individu
yang genotipenya belum diketahui dengan individu yang telah diketahui
bergenotipe homozigot resesif. Tujuannya untuk mengetahui apakah
genotif suatu individu tersebut homozigot atau heterozigot.
tetua membawa 1
gen target dan
gen lainnya hibridisasi
varietas komersial
penyisipan 1 gen •
transformasi
varietas komersial
b. Mutasi
Mutasi merupakan perubahan yang terjadi pada organisme yang
bersifat menurun (hereditas), dan hasil perubahan tersebut disebut mu tan.
Mutasi memberi alam variabilitas yang diwariskan dan merupakan kunci
keberhasilan seleksi alam. Manfaat mutasi dalam pemuliaan tanaman
adalah meningkatkan keragaman/variabilitas genetik tanaman, sehingga
pemilihan/seleksi untuk sifat-sifat baik lebih mudah dilakukan.
c. Fusi Protoplas
Fusi protoplas dapat dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh
genom dari spesies yang sama (intraspesies), atau antarspesies dari genus
yang sama (interspesies), atau antargenus dari satu famili (intergenus).
Penggunaan fusi protoplas memungkinkan diperolehnya hibrida dengan
tingkat heterosigositas yang tinggi walaupun tingkat keberhasilannya
sangat ditentukan oleh genotipenya. Teknologi fusi protoplas juga dapat
dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu seperti sifat ketahanan
terhadap hama dan penyakit serta cekaman abiotik (Indriarto, 2002).
Dengan demikian, tanaman hasil fusi dapat berupa tanaman
dengan sifat gabungan dari kedua tetuanya, termasuk sifat yang tidak
diharapkan terutama yang berasal dari spesies liar. Oleh karena itu, untuk
menghilangkan sifat yang tidak diinginkan tersebut, perlu dilakukan
silang balik (back cross) dengan tanaman tetua. Kemajuan pesat dalam
penelitian produksi hibrida somatik dan hibrida dalam transfer DNA
cybnd
Gambar 4.8. Skema tahapan fusi protoplasma
Sumber: Indriarto, 2007
d. Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika adalah suatu usaha memanipulasi sifat genetik
suatu makhluk hidup untuk menghasilkan makhluk hidup yang memiliki
sifat yang diinginkan. Rekayasa genetika dapat dilakukan dengan
menambah, mengurangi, atau menggabungkan dua materi genetik
(DNA) yang berasal dari dua organisme berbeda. Hasil penggabungan
dua materi genetik yang berasal dari dua organisme berbeda disebut
DNA rekombinan.
Di bidang pertanian telah dilakukan rekayasa genetik untuk
menghasilkan tanaman unggul yang dapat meningkatkan produktivitas
pangan. Beberapa perusahaan bioteknologi di Eropa dan Amerika
Serikat telah mengembangkan kultivar kapas yang membawa gen bakteri
yang membuat tanaman tersebut resisten terhadap herbisida (pestisida
a b C
d e
A. PRAPENANAMAN
a. Pengukuran pH Tanah
Pengukuran pH tanah dilakukan untuk mengetahui derajat keasaman
tanah. Kadar pH yang diperlukan tanaman melon, yaitu pH netral (7,0).
Pengukuran pH tanah ini dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Tanah yang akan diukur dibasahi terlebih dahulu. Pengambilan sampel
dilakukan di sepuluh titik yang berbeda, kemudian dihitung pH rata-rata.
b. Analisis Tanah
Berdasarkan fakta di lapangan, tanaman melon dapat ditanam
pada berbagai jenis tanah terutama tanah andosol, latosol, regosol, dan
grumosol. N amun, kekurangan dari sifat-sifat tanah tersebut harus dapat
dimanipulasi dengan pengapuran, penambahan bahan organik, maupun
pemupukan.
a. Pengolahan Tanah
Sebelum diolah, lahan yang akan ditanami melon harus dibersihkan
dari sisa tanaman dan gulma. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan
pencangkulan atau menggunakan traktor. Tanah yang sudah diolah akan
berbentuk bongkahan-bongkahan. Bongkahan-bongkahan tersebut perlu
dihaluskan dan dibiarkan selama 4-5 hari.
c. Pemasangan Mulsa
Pemasangan mulsa dilakukan paling lambat dua hari sebelum tanam.
Mulsa yang digunakan berupa plastik hitam perak dengan lebar 120 cm.
Sisi plastik yang berwama perak menghadap ke atas, sedangkan yang
berwama hitam menghadap ke bawah (menempel ke tanah).
Gambar 5.5. Pemasangan mulsa pada bedengan yang akan digunakan untuk
menanam melon
Sumber: Foto Maryanto, 2013
Gambar 5.7. Benih melon telah berkecambah dan siap dilakukan persemaian ke
polybag
Sumber: Maryanto, 2013
1 ,~10 I
Jarak taaam aatllk I bede■gaa terdiri I baris ta■amaa
Tanaman harus ditopang dengan ajir atau tongkat dari bilah bambu
untuk menghasilkan buah melon yang bagus. Pemasangan bambu
juga berfungsi agar buah yang dihasilkan tidak bersentuhan dengan
permukaan tanah. Selain itu, agar terjadi penetrasi sinar matahari ke
seluruh bagian tanaman.
Pemasangan ajir hendaknya dilakukan sebelum tanaman tumbuh
besar. Biasanya, dilakukan sebelum umur tanaman 3 hari, terhitung sejak
pertama ditanam. Hal ini dimaksudkan agar ajir yang ditancapkan tidak
melukai akar tanaman. Sebaiknya, ajir yang digunakan berukuran 1,5
meter. Ajir tersebut ditancapkan pada lubang tanam secara menyerong,
ujung atasnya condong ke arah dalam bedengan, sehingga ajir tersebut
saling bersilangan. Kemudian, disiapkan bilah bambu yang lebih panjang
dan diletakkan secara horizontal di antara silangan ajir tersebut yang
diikat dengan tali rafia.
A. FASE PEMBENIHAN
Tanaman melon untuk budidaya biasanya diperbanyak secara
generatif dari biji atau benih. Budidaya melon seluas satu hektar
diperlukan benih tanaman sekitar 16.000-20.000 pohon atau setara dengan
500-700 gram benih melon.
Sebelum ditanam, benih harus dikecambahkan terlebih dahulu.
Saat pengecambahan, sebaiknya benih bisa ditambahkan fungisida ke
dalam air rendaman sesuai dosis agar terhindar dari jamur yang dapat
menyebabkan benih gaga! berkecambah. Berikut beberapa hal penting
pada pemeliharaan fase pengecambahan:
1. Menjaga agar kondisi tanah tetap lembap. Tempat persemaian
sebaiknya dilindungi dengan atap plastik bening atau sungkup. Hal
ini diperlukan agar benih yang tumbuh terlindungi dari terik matahari
yang berlebihan dan kucuran air hujan langsung.
2. Tempat persemaian harus aman dari gangguan binatang seperti tikus,
ayam, dan sebagainya.
3. Penyiraman benih dilakukan secara teratur, tetapi tidak boleh terlalu
basah.
4. Proses penyemaian biasanya berlangsung 10-14 hari atau ditandai
dengan tumbuhnya 2-3 helai daun. Pada fase ini, benih sudah siap
dipindahkan ke lokasi penanaman.
NPK (16:16:16) 30
2 14 hari
Boron 5
NPK (16: 16:16) 36
3 21 hari
Superphos 20
NPK (16:16:16) 36
6 50 hari
KNO3 30
16
Peny ububn bwaga terletak
pada cabang lateral 4-5
diantara nodu.1 9 •aa16
budanrkan i•••al poliaui.
Pilih 2 buah daa potoag buu
y aug lain
9
C. FASE GENERATIF
Fase pertumbuhan generatif adalah pertumbuhan organ generatif
yang dimulai dengan terbentuknya primordia bunga hingga buah masak.
Fase pertumbuhan pada tanaman ditentukan oleh faktor genetik dan
lingkungan, tempat tumbuh tanaman, sehingga terdapat perbedaan masa
dan fase antarjenis, kultivar, dan lingkungan yang berbeda. Pertumbuhan
generatif merupakan pertumbuhan yang meliputi pembentukan bunga,
buah, dan biji.
1. Pembentukan Bunga
Proses pembentukan bunga dimulai dari pembelahan sel-sel
meristem ranting dan dahan melalui pembelahan meiosis menjadi sel
meristem generatif. Perubahan ini terjadi akibat masuknya bermacam-
macam hormon dan zat lain ke dalam sel meristem.
2. Penyerbukan
Penyerbukan adalah pemberian benang sari dari anther atau kepala
sari ke stigma atau kepala putik bunga, yang biasanya terjadi dengan
berbagai macam bentuk. Ada yang dibantu oleh angin, serangga, atau
manusia. Jumlah dan ukuran benang sari sangat berbeda menurut jenis
tanaman. Benang sari merupakan sel berisi dua inti, yaitu inti tabung dan
inti generatif.
Tanaman disebut menyerbuk sendiri apabila benang sari menyerbuk
putik dari pohon lain (dari tanaman sejenis). Beberapa menit setelah
menyentuh putik, biasanya salah satu atau beberapa benang sari
membentuk tabung yang memungkinkan pengangkutan sperma zat
tumbuh, enzim, dan sebagainya, dari benang sari ke dalam kantong
embrio. Pada proses penyerbukan akan terjadi fertilisasi atau pembuahan,
yaitu proses bertemunya sel telur dengan sel sperma yang kemudian
tumbuh menjadi embrio dan inti endosperma.
3. Pembentukan Biji
Proses penyerbukan selain membentuk embrio dan endosperma
juga mengakibatkan terbentuknya biji dan buah. Sel telur yang telah
dibuahi melalui proses penyerbukan baru membelah ketika embrio sudah
terbentuk. Inti endosperma kemudian menjadi aktif dan membentuk
endosperm, yaitu cadangan makanan untuk embrio yang mulai tumbuh.
Pada saat biji sudah masak, endosperma mulai berkurang dan akhimya
terkumpul pada kotiledon. Pada jenis tanaman tertentu, seperti kelapa,
4. Pembentukan Buah
Setiap buah akan berbeda dan sangat beraneka macam ukuran,
bentuk, warna, struktur, dan sebagainya. Namun, cara pembentukan
buah pada umumnya sama, yaitu sebagai perkembangan dan pembesaran
dari pistil. Kegagalan dari penyerbukan biasanya menyebabkan
gugumya bunga. Bila penyerbukan berhasil maka hormon auksin yang
terdapat pada benang sari diteruskan ke bakal buah dan menyebabkan
perkembangan buah. Auksin yang terdapat dalam pistil juga menjadi aktif
dan membantu dalam pembentukan buah.
Perkembangan buah melibatkan proses pertumbuhan yang sangat
kompleks. Sel telur yang dibuahi berkembang menjadi embrio, inti
endosperma menjadi endosperma, dan sebagainya. Perkembangan
selanjutnya adalah sebagai akibat dari pembelahan dan pembesaran
sel, seperti juga halnya di dalam meristem. Air, karbohidrat, protein,
unsur hara, hormon, dan sebagainya hams diangkut ke dalam buah dari
bagian-bagian tanaman lain. Oleh karena itu, selama perkembangan buah,
pertumbuhan vegetatif tanaman sangat terhambat atau terhenti sehingga
cadangan makanan di bagian tanaman seperti batang dan akar menjadi
berkurang atau sedikit.
Setelah buah mencapai ukuran optimal, pemasakan buah terjadi
dengan terbentuknya gas etilen yang mempercepat proses pemasakan
buah. Dalam dunia perdagangan, gas etilen banyak dipergunakan untuk
pemasakan buah, misalnya penyemprotan buah kopi dengan ethrel
untuk menyeragamkan pemasakan buah. Adapun faktor-faktor yang
memengaruhi pembungaan antara lain sebagai berikut:
a. Intensitas cahaya matahari. Pembungaan dari banyak jenis tanaman
dirangsang oleh intensitas cahaya.
b. Kualitas cahaya, terutama bagian sinar jingga sampai merah, adalah
yang terbanyak memengaruhi pembungaan.
c. Panjang/lamanya hari. Jenis tanaman yang dirangsang pembungaan
oleh hari pendek (tanaman hari pendek) dan ada yang dirangsang
oleh hari panjang (tanaman hari panjang).
a. Perkembangan Buah
Setelah penyerbukan, buah berkembang melewati periode
pembelahan sel yang cepat dan pembesaran untuk jangka waktu 5-6
hari. Sebagian besar pertumbuhan ke arah vertikal. Selama periode ini,
tingkat kelembapan tanah yang rendah harus terus dipertahankan selama
berbunga untuk mencegah pembelahan sel yang berlebihan, yang dapat
mengakibatkan ukuran buah terlalu besar (>3,5 kg).
Sekitar 5-6 hari setelah penyerbukan, pembelahan sel berhenti dan
hanya terjadi pembesaran sel. Pada tahap ini, irigasi dapat membantu
pembesaran buah dengan cepat. Pembesaran terus terjadi selama sekitar
35 hari setelah penyerbukan, tetapi pada tingkat yang menurun dan sekitar
20 hari setelah penyerbukan, pembesaran buah lebih lambat.
c) d)
b. Pengairan
Pengelolaan air selama periode pembesaran buah dimulai 5 hari
setelah penyilangan, bertujuan untuk memberikan tingkat kelembapan
tanah yang tinggi selama lima hari. Sekitar 10 hari setelah penyilangan
irigasi, harus berhenti agar tingkat kelembapan tanah menurun sebelum
terbentuk net. Kelembapan juga harus diturunkan pada siang hari untuk
meningkatkan proses pengerasan kulit.
Pada fase pembesaran buah, penting diperhatikan mengenai suhu
udara yang tidak dibiarkan turun dibawah 15°C sampai 18°C. Kelembapan
tinggi harus dipertahankan di greenhouse dengan meminimalkan ventilasi
c. Seleksi Buah
Pemilihan dua buah yang dipertahankan tiap tanaman hams
dilakukan ketika ukuran buah di lateral pertama mirip dengan ukuran
telur ayam. Pada tahap ini, mengalihkan energi tanaman yang berharga
dalam perkembangan buah di cabang lateral yang akan dibuang. Buah
yang ditahan sehamsnya diserbuki pada periode sependek mungkin dan
dilakukan secara bertumt-tumt. Hal ini memastikan kematangan buah
pada saat panen. Buah yang dipilih hams berbentuk oval. Panjang vertikal
hams 1,2-1,3 kali lebar horizontal. Hal ini memastikan bahwa semua buah
akan berakhir bentuk bulat yang sama pada saat kematangan.
-- -
Posisi
Pea1ak11.ran
Brix
Gambar 6.10. Posisi pengambilan sampel untuk pengukuran brix pada buah melon
Sumber: Sketsa Daryono dan Maryanto, 2016
10
i Fructose
Glucose
Sucrose
Total Sugars
15
8
- Aefractom tar
l 6
l
c
8 4
Cl
J
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 O
oa·ys after polllnallon
Gambar 6.11. Peningkatan kadar gula (brix) buah melon mendekati panen
Sumber: Daryono dkk., 2014
A. HAMA
Gambar 7.1. Berbagai macam hama yang menyebabkan kerusakan pada daun dan
buahmelon
Sumber: Listiyawan, 2009
c. Begomovirus
Begomovirus dilaporkan berasal dari tanaman cabai, kemudian
menyebar ke tanaman pertanian lain. Penyakit daun kuning yang
disebabkan oleh Cucurbit yellow stunting disorder virus yang ditransmisikan
oleh Bemisia tabaci banyak ditemukan di Texas bagian selatan. Penyakit
tersebut disebabkan oleh Begomovirus Famili Geminiviridae. Begomovirus
telah menyebar dan menginfeksi tanaman pertanian pada beberapa
wilayah di dunia (Park & Crosby, 2006).
Begomovirus merupakan genus terbesar dari famili Geminiviridae
(Brown et al., 2001). Sejak tahun 2000 telah ditemukan gejala yang
E D
Gambar 7.5. Tahapan infeksi powdery mildew pada melon
Keterangan: A) infeksi powdery mildew berawal hanya pada satu titik B) infeksi
banyak titik pada permukaan daun C) infeksi menyebar luas pada permukaan
daun D) seluruh permukaan daun tertutup powdery mildew E) daun yang terinfeksi
mengering
Sumber: Maryanto. 2009
,-rk•mba■a••
ukuaponu
,q..,
dilepu pada
muaimHmi ~... u
\ aporula
jamur
11.rada pada
......1ca••
tuau Hll.lum u tuauua
teriafekai daua
kleisto~i• .,pro uksi
sda daun, tunu pads
irmwim pa J
Pada Gambar 7.7. dapat diketahui bahwa terdapat dua fase dalam
siklus hidup jamur tepung, yaitu fase seksual dan aseksual. Masing-
masing fase tersebut telah dijelaskan sebelumnya. Pada fase seksual, jamur
tepung memproduksi kleistotesium pada daun atau tangkai tanaman
inang yang terinfeksi. Kemudian, beberapa sel pada dinding kleistotesium
berkecambah membentuk appendages untuk melekatkan diri pada daun
atau tangkai tanaman inang. Selanjutnya, kleistotesium mengeluarkan
askospora yang kemudian dipencarkan menuju tanaman inang yang lain.
Apabila askospora telah jatuh pada daun atau tangkai tanaman inang
yang sesuai maka spora tersebut membentuk germ tube.
Tahap berikutnya adalah terbentuknya miselium pada permukaan
daun atau tangkai. Kemudian, dari miselium tersebut, terbentuk
haustorium yang tumbuh ke dalam jaringan epidermis tanaman inang.
Selanjutnya, terbentuklah serangkaian konidia sebagai fase aseksualnya.
Konidia tersebut tersusun superfisial pada satu tangkai yang disebut
konidiofor. Konidia tersebut juga disebarkan menuju tanaman inang yang
A. WAKTU PANEN
Buah melon siap untuk dipanen pada umur 55-75 hari setelah
tanam. Panen dapat dilakukan ketika buah melon menunjukkan tanda-
tanda kematangan. Kematangan buah dicapai sekitar 30-35 hari setelah
berbunga, namun dapat dipengaruhi oleh suhu. Ciri-ciri melon siap
panen untuk jenis reticalatus atau mempunyai nett, antara lain serat jala
pada permukaan kulit tampak jelas dan kasar, permukaan kulit sekitar
tangkai terlihat retak-retak, warna kulit hijau kekuningan dan sudah
mengeluarkan aroma.
Buah melon sebaiknya dipetik pada tingkat kematangan 90%
atau sekitar 3-7 hari sebelum matang penuh. Hal ini berguna untuk
memberikan waktu lebih pada distribusi. Pemanenan sebaiknya pada
pagi hari sekitar pukul 8-11 dan dilakukan secara bertahap. Buah yang
dipetik haruslah yang benar-benar telah siap dipanen.
B. KRITERIA PANEN
Buah melon yang dapat dipanen hams memiliki beberapa kriteria.
Berikut ini beberapa di antaranya:
1. Ukuran buah sesuai dengan ukuran normal atau telah mencapai
maksimal.
2. Umur buah sudah 30-35 hari dari berbunga atau 55-57 hari setelah
tanam.
3. warna buah mulai berubah dan tangkai buah retak.
Gambar 8.1. Penampakan garis melingkar pada bagian atas buah tanda matang
Sumber: Poto Daryono dan Maryanto, 2016
Gambar 8.3. Penampang buah melon yang terlihat retakan pada bagian atas buah
Sumber: Foto Daryono dan Maryanto, 2016
C. CARA PANEN
Berikut ini cara panen yang dilakukan pada buah melon:
1. Tangkai buah melon dipotong dengan pisau, sisakan minimal 2,0 cm
untuk memperpanjang masa simpan buah.
2. Tangkai dipotong berbentuk huruf "T" dengan tujuan agar tangkai
buah utuh. Kedua sisi atasnya merupakan tangkai daun yang telah
dipotong daunnya. Agar mencapai tujuan tersebut, pemetikan
dilakukan dengan memotong tangkai buah menggunakan pisau atau
gunting. Jadi, bagian yang dipotong adalah yang mengarah pada daun,
bukan pada buah.
D. PERLAKUAN PASCAPANEN
Pascapanen merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah melon dipanen. Kesalahan penanganan dalam pascapanen akan
memengaruhi kualitas buah melon. Beberapa tahapan pascapanen antara
lain:
1. Tahap Pengumpulan
Buah-buah melon yang telah dipanen dikumpulkan pada suatu
tempat untuk segera disortir. Pada saat panen, kerusakan buah akibat
terbentur atau cacat fisik lainnya sebaiknya dihindari, karena akan
mengurangi harga jual terutama untuk penjualan di pasar swalayan.
3. Tahap Penyimpanan
Buah melon yang sudah dipetik dan yang belum terangkut, dapat
disimpan dalam gudang penyimpanan. Buah ditata secara rapi dengan
dilapisi jerami kering. Tempat penyimpanan buah hams bersih, kering,
dan bebas dari hama seperti kecoa atau tikus. Melon yang sudah terlalu
Gambar 8.10. Penyimpanan melon harus di tempat yang bersih dan terhindar dari
berbagai binatang
Sumber: Foto Maryanto, 2010
E. PEMASARAN MELON
Pemasaran melon hasil penelitian Laboratorium Genetika dan
pemuliaan Tanaman, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada
dilakukan oleh PT Gama Multi Usaha Mandiri bekerja sama dengan
A. KEANEKARAGAMAN GENETIK
Keanekaragaman hayati dapat didefinisikan sebagai variasi yang
ada di dalam spesies hewan dan tumbuhan, baik materi genetik maupun
ekosistem di mana spesies tersebut ditemukan. Keanekaragaman dibagi
menjadi tiga tingkatan, yaitu keanekaragaman genetik (variasi di dalam
gen dan genotipe), keanekaragaman spesies (kekayaan spesies/species
richness), dan keanekaragaman ekosistem (komunitas dari spesies dan
lingkungannya).
Saat ini, keanekaragaman hayati (biodiversitas) dipandang sebagai
hal yang berguna bagi umat manusia. Bahkan, keanekaragaman
(diversitas) merupakan sesuatu hal yang esensial bagi perkembangan
yang berkelanjutan bagi aktivitas manusia. Keanekaragaman hayati
memungkinkan suatu sistem sosial dan ekonomi untuk berkembang
sehingga mampu mengatasi isu terkait kelaparan dan kemiskinan
dunia, serta mampu mempertahankan keanekaragaman budaya (cultural
diversity) dari suatu negara ke seluruh dunia (Shiva, 1994).
Sumber daya hayati di setiap negara merupakan sesuatu hal yang
penting. Namun, tidak semua negara memperoleh berkah berupa
2. Faktor Ekogeografis
Perbedaan geografis di dalam distribusi dari keanekaragaman
genetik merupakan sesuatu yang umum ditemukan. Suatu populasi dapat
saja berbeda akibat semua aspek yang terkait dengan keanekaragaman dan
memperlihatkan variasi di dalam jumlah alel, identitas dari alel tersebut,
dan efek yang ditimbulkan oleh alel tersebut di dalam karakteristik
populasi. Sistem pemuliaan dari spesies sangat berguna dalam rangka
menentukan perbedaan yang ada antara dua populasi yang berasal dari
lokasi geografis yang berbeda. Outbreeders (hasil kawin silang) seringkali
memperlihatkan perubahan secara gradual antarpopulasi dan seringkali
diwujudkan sebagai perubahan di dalam frekuensi alel akibat perbedaan
ketinggian (clinal nature). Sebagai contoh, pada sorghum di Afrika.
Sebaliknya, spesies self-pollinated (hasil kawin sendiri) memperlihakan
perbedaan yang lebih besar antarpopulasi, seringkali disertai perbedaan
yang cukup nyata pada alel di dalam populasi yang berbeda.
Variasi geografis di dalam distribusinya mustahil untuk dipisahkan
dari variasi yang ditentukan oleh ekologi. Lokasi geografis yang berbeda
hampir selalu berbeda terkait dengan beberapa karakteristik ekologis
yang cukup signifikan (latitude, altitude, temperatur, dan kelembapan).
Oleh sebab itu, faktor geografis dan ekologis dapat dipandang sebagai
satu kesatuan, yaitu faktor ekogeografis.
Secara umum, di dalam kondisi alami, terdapat hubungan yang dekat
antara karakter-karakter morfologis dan fisiologis dari tumbuhan maupun
habitat yang merupakan lokasi pada saat karakter-karakter tersebut
berevolusi dan terekspresi. Oleh sebab itu, habitat dapat pula didefinisikan
menurut karakteristik tumbuhan yang hidup di dalamnya. Variasi genetik
yang adaptif, yang pada umumnya kuantitatif dan responsif, meski
perbedaan habitat yang terjadi cukup kecil, seringkali memperlihatkan
reaksi dengan sensitivitas yang besar. Sudah cukup banyak penelitian
yang memperlihatkan adanya asosiasi antara karakteristik suatu populasi
dan lingkungan tempat populasi tersebut ditemukan. Penelitian oleh grup
riset Nevo juga menekankan peranan faktor ekologis dalam menentukan
Gambar 9.1. Diagram silsilah perakitan TACAPA Green Black (GB) dan Silver
Sumber: Qurrohman, 2009
9. Taksonomi
Taksonomi menyediakan data untuk beberapa aspek dalam
manajemen sumber daya genetik. Data tersebut akan membantu kita
dalam membedakan prioritas konservasi beberapa spesies yang terkait
dengan tanaman pangan. Selain itu, memberikan batasan yang jelas
kelompok manakah yang dipandang sebagai kelompok tanaman pangan.
Komunikasi antarpelaku konservasi juga akan menjadi jelas dan tidak
ambigu, sehingga mempermudah proses pertukaran materi (spesies)
dan mempermudah dalam pengenalan identitas dari suatu spesies
berdasarkan kesamaan pemahaman akan spesies tersebut.
B. UPAYA KONSERVASI